Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Karbon aktif dapat didefinisikan sebagai bahan karbon dengan

struktur amorf dan luas permukaan internal yang besar dengan tingkat

porositas yang tinggi. Karbon aktif memiliki bentuk karbon mikrokristalin

dan non-grafit. Bentuk non-grafit berarti terdiri dari sejumlah kecil hidrogen

atau sejumlah besar oksigen dalam strukturnya. Karbon aktif memiliki

kinerja tinggi dalam konduktivitas listrik, stabilitas termal yang baik, serta

reaktivitas permukaan yang menjadi alasan utama karbon aktif digunakan

dalam beberapa tahun terakhir. Karbon aktif mengandung mikropori,

mesopori dan makropori dalam strukturnya. Struktur ini memiliki peran

penting dalam menentukan kinerja karbon aktif sebagai adsorben. Karbon

aktif dikategorikan dalam karbon nongrafit karena memiliki kerapatan

rendah dan struktur berpori. Pembuatan karbon aktif dapat dilakukan

dengan menggunakan proses pembakaran bahan baku atau karbonisasi


(Zubir, dkk., 2020: 68).

Aktivasi fisika dapat didefinisikan sebagai proses pemutusan rantai

karbon dari senyawa organik dengan bantuan uap panas dan CO 2. Proses

aktivasi dengan cara fisika dapat dilaksanakan dengan menggunakan gas

nitrogen, gas oksigen, gas karbon dioksida dan air. Gas-gas tersebut berguna

untuk memperbesar struktur rongga yang terdapat pada arang sehingga

dapat meningkatkan luas permukaan arang atau karbon. Sedangkan panas

akan berfungsi untuk menghilangkan zat zat pengotor yang mudah menguap

dan membuang hidrokarbon-hidrokarbon pengotor pada arang. Gas-gas

tersebut akan bereaksi dengan karbon dan melepaskan karbon monoksida

1
2

dan hidrogen. Umumnya waktu tersebut, senyawa-senyawa produk samping

akan terlepas sehingga akan memperlebar pori dan meningkatkan daya

adsorpsi. Gasifikasi karbon dengan uap air dan karbon dioksida (CO 2)

(Saputro, dkk., 2020: 48).

Sieve shaker salah satu alat yang digunakan untuk memisahkan

padatan dengan menggunakan peralatan penyaringan berlapis sert memiliki

nilai mesh saringan yang berbeda-beda. Peralatan ini memanfaatkan getaran

yang dapat memudahkan bahan yang hendak dipisahkan untuk melewati

saringan. Getaran yang dihasilkan, selain untuk meratakan permukaan

bahanyang akan disaring juga berfungsi untuk mengarahkan bahan yang

tidak tersaring (Hadiyan, 2019: 5).

B. Rumusan Masalah.

Rumusan masalah pada percobaan ini adalah sebagai berikut:

C. Tujuan Percobaan

Tujuan dilakukannya percobaan ini adalah sebagai berikut :


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tempurung Kemiri

Kemiri (aleurites moluccana) merupakan salah satu tanaman tahunan

yang termasuk salah satu famili euphorbiaceae (jarak-jarakan). Daging

buahnya memiliki tekstur kaku dan mengandung 1-2 biji yang diselimuti oleh

kulit biji yang keras. Tanaman kemiri (Aleurites moluccana) memiliki

beberapa sebutan untuktanaman dan buahnya yaitu buah besar (Malaysia),

muncang (Sunda), dama (Minangkabau), kembiri (Batak karo), komere

(Madura), derekan (Bali), feno (Timor), dan keminting (Dayak). Di dalam

perdagangan internasional kemiri dikenal dengan sebutan candle nut. Kemiri

merupakan salah satu jenis pohon yang berasal dari Malaysia tetapi sekarang

sudah tersebar luas di daerah-daerah tropik, baik ditanam maupun secara

alami (Muhiddin, 2019: 7-8).

Gambar

Menurut Halimah (2016: 15), Secara sistematis, tanaman kemiri

diklasifikasikan sebagai berikut:

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Subdivisi : Angiospermae

Kelas : Dicotyledoneae

Ordo : Archichlamydae

Familia : Euphorbiaceae

Genus : Aleurites

Spesies : Aleurites moluccana

3
4

Tempurung kemiri mengandung haloselulosa 49,22% dan lignin

54,46%. Kandungan lignin yang tinggi berpotensi untuk dibuat arang yang

menghasilkan nilai kalor yang tinggi (Sabani, dkk., 2023: 7489). Tempurung

kemiri adalah salah satu limbah organic yang dapat diseintesis menjadi

karbon aktif dengan kadar karbon terikat sebesar 75,79% yang lebih tinggi

daripada bahan organik lainnya sepetri kayu pinus (71,93%) dan tempurung

kelapa sawit (66,79%) (Nurdiati dan Astuti, 2015: 51).

Tempurung kemiri memiliki potensi yang cukup besar untuk

dimanfaatkan sebagai bahan bakar meskipun penggunaannya kurang

populer, maka salah satu alternatif pemanfaatannya adalah dengan cara

mengolah tempurung kemiri menjadi karbon aktif. Setiap bahan yang

mengandung karbon asalkan berpori dapat dibuat karbon aktif (Muhiddin,

2019: 8).

B. Karbon Aktif

Karbon aktif merupakan padatan yang berpori dimana mengandung

karbon sekitar 85%-95%. Bahan-bahan yang mengandung karbon dapat

menghasilkan karbon aktif dengan cara memanaskan pada suhu tinggi

sehingga pori-pori pada karbon aktif tersebut dapat dimanfaatkan sebagai

adsorben. Karbon aktif dapat ditingkatkan daya adsorpsinya melalui proses

aktivasi, dimana pada proses ini terjadi penghilangan hidrogen, gas-gas dan

air dari permukaan karbon sehingga terjadi perubahan fisik pada

permukaannya. Proses aktivasi juga membentuk jenis pori-pori baru karena

adanya pengikisan atom karbon melalui pemanasan. Karbon aktif bubuk,

semakin luas permukaan pori adsorben maka daya adsorpsinya juga akan

semakin besar. Karbon aktif dengan luas permukaan yang luas dapat

digunakan dalam berbagai aplikasi yaitu sebagai penghilang warna,


5

penghilang rasa, penghilang bau, pemurni dalam industri, proses pemurnian

air baik dalam proses produksi air minum maupun dalam penanganan

limbah (Arif, 2014: 10).

Aktivasi karbon aktif dapat dilakukan melalui proses aktivasi secara

fisik dan proses kimia. Proses aktivasi secara fisik dapat dilakukan dengan

pemberian uap air atau gas CO2, sedangkan secara kimia dilakukan dengan

penambahan zat kimia tertentu. Aktivasi secara kimia dapat dilakukan

dengan penambahan zat kimia sekaligus pada saat pirolisis ataupun

penambahan zat kimia setelah arang terbentuk. Aktivator kimia yang

digunakan untuk aktivasi arang aktif biasanya berupa asam, basa, ataupun

garam. Berdasarkan standar SNI 06-3730-1995 tentang arang aktif teknis,

arang aktif berbentuk serbuk yang berkualitas baik memiliki kadar air

maksimal sebesar 15%, kadar zat mudah menguap maksimal 25%, kadar abu

maksimal 10% dan kadar karbon minimal 65%. Untuk daya serapnya, arang

aktif yang baik memiliki daya serap terhadap I2 minimal sebesar 750 mg/g

dan daya serap terhadap metilen biru minimal sebesar 120 mg/g

(Mahardika, dkk., 2017: 2).

Proses pemutusan rantai karbon dari senyawa organik dengan

bantuan panas, uap dan CO2. Umumnya arang dipanaskan dalam tanur pada

temperatur 800°C-900°C. Oksidasi dengan dengan udara pada temperatur

rendah merupakan reaksi isoterm sehingga sulit untuk mengontrolnya.

Sedangkan pemanasan dengan uap atau karbon dioksida (CO 2) dalam

temperatur tinggi dan merupakan reaksi endoterm sehingga lebih mudah

dikontrol dan paling umum digunakan dalam pembuatan karbon aktif. Proses

aktivasi mengubah arang hasil karbonisasi menjadi arang aktif yang memiliki

jumlah pori yang besar yang terdistribusi secara acak dengan berbagai
6

bentuk dan ukuran dan menghasilkan produk dengan luas permukaan yang

luas (Yahya, 2019: 41).

Berdasarkan penelitian Lempang dan Tikupadang (2013: 126-128)

aplikasi arang aktif tempurung kemiri sebagai komponen media tumbuh

dapat meningkatkan secara nyata pertumbuhan tinggi, diameter batang dan

biomassa tanaman melina. Penambahan arang aktif dengan kadar berbeda

dari 5%, 10% dan 15% pada media tumbuh tanaman melina berpengaruh

secara tidak nyata terhadap pertumbuhan tinggi dan biomassa, tetapi

berpengaruh secara nyata terhadap diameter batang. Penambahan arang

aktif yang terbaik pada media tumbuh adalah dengan kadar 15%, dimana

dengan kadar tersebut dapat meningkatkan pertumbuhan tinggi 8,20%,

diameter batang 45,95% dan bobot biomassa 58,82%.

C. Aktivasi Fisik

Aktivasi secara fisika merupakan proses pemutusan rantai karbon

darisenyawa organik dengan bantuan panas, uap dan CO 2. Aktivasi secara

fisika bertujuan untuk mempertinggi volume, memperluas diameter pori

yang terbentuk selama karbonisasi dan dapat menimbulkan beberapa pori

yang baru. Metode aktivasi secara fisika antara lain dengan menggunakan

uap air, gas karbondioksida, oksigen dan nitrogen. Gas-gas yang ada tersebut

untuk mengembangkan struktur rongga yang ada pada karbon sehingga

dapat memperluas permukaannya, menghilangkan konstituen yang mudah

menguap dan membuang produksi produksi atau jenis hidrokarbon-

hidrokarbon pengotor karbon (Diana, 2020: 9).

Aktivasi dengan cara aktivasi fisika, diawali dengan memanaskan

karbon pada suhu sekitar 800-1000°C kemudian karbon tersebut dialiri oleh

gas pengoksidasi seperti oksigen (O), karbon dioksida (CO 2) atau uap air. Gas
7

gas tersebut akan bereaksi dengan karbon dan melepaskan karbon

monoksida dan hidrogen. Waktu tersebut, senyawa-senyawa produk

samping akan terlepas sehingga akan memperlebar pori dan meningkatkan

daya adsorpsi. Gasifikasi karbon dengan uap air dan CO 2 terjadi melalui

reaksi bersifat endotermis. metode aktivasi fisika, massa karbon juga

mengalami pengurangan karena adanya perubahan struktur karbon. Salah

satu kekurangan proses fisika ini adalah pada saat terjadi kelebihan oksidasi

eksternal sewaktu gas pengoksidasi berdifusi pada karbon sehingga terjadi

pengurangan ukuran adsorben (Saputro, dkk., 2020: 48).

Berdasarkan penelitian Lempang, dkk., (2012: 100-113) faktor

aktivator, suhu, waktu aktivasi, interaksi aktivator-suhu dan interaksi

aktivator-waktu berpengaruh sangat nyata terhadap sifat daya serap iodium

dan daya serap benzene arang aktif. Hasil yang diperoleh arang aktif yang

memiliki sifat penyerapan tertinggi terhadap iodium (758,70 mg/g)

didapatkan dari proses aktivasi dengan perlakuan activator upa H 2O dalam

waktu 120 menit pada suhu 750°C. Proses aktivasi mengkasilkan arang aktif

dengan rendemen 56,67% dan memiliki mutu yang memenuhi persyaratan

SNI 06-3730-1995.

D. Sieve Shaker

Sieve shaker adalah sebuah ayakan yang terbuat dari kawat, silk, atau

plastik, benang, logam, pelat logam berlubang. Logam yang biasa digunakan

adalah baja dan baja tahan karat. Ukuran ayakan dinyatakan dengan mesh

yaitu banyaknya lubang bukan ayakan dalam setiap in persegi, misalnya

disebut ayakan 40 mesh, berarti terdapat 40 lubang 1 in persegi. Kisaran

ukuran mesh standart adalah mulai dari 4mesh-400mesh. Sieve

shakerumumnya memiliki nilai mesh 100 sampai 200. Saringan bertingkat


8

dengan nilai mess sama akan memperbaiki kualitas dan keseragaman hasil,

sedangkan saringan bertingkat dengan nilai mesh berbeda akan

menghasilkan beberapa produk dengan keseragaman berbeda (Hadiyan,

2019: 1).

Sieve shaker ini juga digunakan dibeberapa bidang, seperti pada

bidang teknik sipil, farmasi dan beberapa bidang lainnya. Pada bidang teknik

sipil yang dimana digunakan untuk menentukan ukuran butiran tanah sesuai

dengan yang diinginkan, proses pengayakan tersebut merupakan proses

penting untuk mengetahui sifat-sifat fisik dari tanah yang akan diuji. Dimana

tanah merupakan material yang terdiri dari beberapa butiran mineral-

mineral padat yang tidak tersementasi satu sama lain dan berasal dari bahan-

bahan organik dan anorganik yang telah melapuk. Sifat-sifat fisik tanah

tersebut, yaitu berupa butir, berat jenis, dan kekuatan tanah tersebut beserta

komposisi kandungan tanah. Dan pada bidang farmasi yang dimana

digunakan untukmenentukan ukuran partikel yang akan digunakan dalam

membuat suatu sediaan farmasi, sebab ukuran partikel tersebut mempunyai

peranan besar dalam pembuatan sediaan obat dan juga terhadap efek

fisiologisnya (Hadiyan, 2019: 2).

Gambar

Berdasarkan penelitian Mendame, dkk., (2021: 107) Karakterisasi pori

tempurung kemiri dan tempurung kelapa menggunakan SEM didapatkan

hasil ukuran pori tempurung kemiri lebih kecil jika dibandingakan dengan

ukuran pori temurung kemiri. Ukuran pori tempurung kemiri adalah 23,0 µm

– 33,1 µm sedangkan ukuran pori tempurung kelapa adalah 31,5 µm – 41,9

µm. Karakterisasi menggunakan FTIR baik tempurung kemiri maupun

tempurung kelapa sama-sama memiliki gugus fungsi O-H, C=C, C-O dan C-H.
9

E. Furnace

Furnace atau sering disebut dengan tungku pembakaran adalah

sebuah perangkat atau alat yang dihgunakan untuk melakukan pemanasan.

Furnace sering digunakan untuk ekstraksi logam dari bijih, proses

pengabuan, perlakuan panas pada logam seperti annealing, normalizing,

tempering, galvanizing dan proses-proses lain yang memerlukan pemanasan.

Fungsi pemanasan pada alat ini dapat dilakukan pada suhu tinggi, sehingga

sampel akan terbakar dan berubah fase menjadi abu atau arang (Khoiruddin

dan Firman, 2018: 1).

gambar

prinsip dasar

prinsip kerja

prinsip kerja furnace secara sederhana ditunjukkan pada gambar

dibawah:

Panas akan dibebaskan oleh pembakaran bahan bakar dan oksigen

atau dari energi listrik dan beberpa perpindahan panas kepada produk.

Panas yang sisa akan lepas atau meninggalkan bersamaan dengan gas sisa

melalui pintu yang terbuka atau pada permukaan dinding furnace (Rizaldi,

2019: 32).

penelitian terkait suhu aktivasi tempurung kemiri


BAB III
METODE PERCOBAAN

A. Waktu dan Tempat

Percobaan ini telah dilakukan pada hari Selasa, 14 November 2023

pukul 13.00-16.00 WITA bertempat di Laboratorium Kimia Fisika Fakultas

Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar.

B. Alat dan Bahan

1. Alat

Alat-alat yang digunakan pada percobaan ini adalah neraca analitik,

gelas kimia 100 dan 250 mL, pipet volume 2 dan 10 mL, corong, tabung

reaksi, bulp, kasa asbes, kaki tiga, rak tabung, pipet tetes, batang pengaduk,

spatula, palu dan amplas.

2. Bahan

Bahan-bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah agar swallow

plain, akuades (H2O), asam sulfat (H2SO4), indikator phenolphthalein

(C20H14O4), kalium heksasianoferrat [K3(Fe(CN)6)], natrium klorida (NaCl),


korek api, lempengan aluminium (Al), lempengan tembaga (Cu), lempengan

seng (Zn), paku, spiritus dan tisu.

C. Prosedur Kerja

1. Pembuatan Media

Agar ditimbang sebanyak 0,5 gram dan natrium klorida (NaCl)

sebanyak 5 gram. Kemudian 100 mL akuades dipanaskan sampai

mendidih. Setelah itu, dimasukkan agar dan aduk sampai larut lalu

tambahkan natrium klorida (NaCl) ke dalam larutan panas. Kemudian 2 mL

indikator phenolphthalein dan 1 mL kalium heksasianoferrat [K3(Fe(CN)6)]

10
11

ditambahkan ke dalam larutan dan diaduk hingga homogen dan berwarna

kuning. Kemudian larutan didiamkan hingga hangat.

2. Preparasi Paku

4 buah paku diamplas dan disiapkan 4 tabung reaksi. Kemudian

dimasukkan 10 mL asam sulfat (H2SO4) ke dalam masing-masing tabung.

Setelah itu‚ paku dimasukkan ke dalam tabung reaksi dan direndam selama 5

menit. Lalu, dibilas dengan air panas.

3. Proses Korosi

Lempengan aluminium (Al), tembaga (Cu) dan seng (Zn) disiapkan,

kemudian masing-masing lempengan dilubangi menggunakan paku dan palu.

Setelah itu, paku dimasukkan ke lubang lempengan aluminium (Al), tembaga

(Cu) dan seng (Zn). Lalu, paku bersih dimasukkan pada tabung 1, paku dan

lempengan seng (Zn) pada tabung 2, paku dan lempengan tembaga (Cu) pada

tabung 3, dan paku dan aluminium (Al) pada tabung 4. Kemudian, media agar

ditambahkan pada masing-masing tabung reaksi sampai seluruh paku

teredam dengan media agar tersebut dan hindari terbentuknya gelembung.

Selanjutnya, diamati perubahan warna yang terjadi.


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan
B. Tabel Pengamatan
Tabel 4.1. Hasil Pengamatan Percobaan Korosi
Keberadaan Keberadaan
No Sistem Gambar
Merah Biru

Sepanjang
1 Fe -
paku

Bagian foil Cu dan Sepanjang


2 Fe + Cu
bagian bawah paku

3 Fe + Al Kepala paku -

12
13

4 Fe + Zn Sepanjang paku -

2. Reaksi

a. Reaksi Besi (Fe)

Oksidasi : Fe → Fe2+ + 2e- x 2 2Fe → 2Fe2+ + 4e-

Reduksi : O2 + 4H+ + 4e- → 2H2O x 1 O2 + 4H+ + 4e- → 2H2O

Redoks : 2Fe + O2 + 4H+ → 2Fe2+ + 2H2O

b. Reaksi Besi (Fe) dan Foil Seng (Zn)

Oksidasi : Fe → Fe2+ + 2e-

Reduksi : Zn2+ + 2e- → Zn

Redoks : Fe + Zn2+ → Fe2+ + Zn

c. Reaksi Besi (Fe) dan Foil Aluminium (Al)

Oksidasi : 2Al → Al3+ + 6e- x 2


Reduksi : 3Fe2+ +6e- → Fe x 3

Redoks : 2Al + 3Fe2+ → 2Al2+ + 3Fe

d. Reaksi Besi (Fe) dan Foil Tembaga (Cu)

Oksidasi : Fe → Fe2+ + 2e-

Reduksi : Cu2+ +2e- → Cu

Redoks : Fe + Cu2+ → Fe2+ + Cu

B. Pembahasan

Elektrokimia adalah ilmu yang mempelajari akibat transfer muatan

listrik dari satu fasa ke fasa lain. Elektrokimia juga bisa diartikan sebagai

studi tentang hubungan antara perubahan kimia dan kerja listrik.


14

Elektrokimia dipelajari melalui penggunaan sel elektrokimia yang

merupakan sistem dengan memasukkan reaksi redoks untuk menghasilkan

atau menggunakan energi listrik. Ada dua tipe sel elektrokimia yaitu sel

Galvani dan sel Elektrolisis. Sel Galvani bekerja dengan melepaskan energi

bebas dari reaksi spontan untuk menghasilkan listrik, sedangkan sel

elektrolisis bekerja dengan menyerap energi bebas dari sumber listrik untuk

menggerakkan reaksi tak spontan (Pratama, dkk., 2017: 6-7).

Besi atau unsur yang dilambangkan Fe dapat mengalami korosi

(berkarat) setelah diberikan perlakuan khusus. Perlakuan khusus tersebut

seperti mencampurkan beberapa larutan dengan medium utama adalah agar-

agar. Medium agar-agar tersebut dijadikan sebagai control dalam mengamati

hasil pengamatan. Fungsi utama dari agar-agar yang digunakan salah-

satunya sebagai medium indikator dan sebagai fasilitator untuk mengetahui

tempat-tempat dimana paku-paku tersebut mengalami korosi yang

dibedakan bagiannya dari katoda atau anodanya.

Paku yang akan diuji dibersihkan menggunakan amplas untuk

menghilangkan pengotor yang menempel pada paku. Penggunaan larutan

asam sulfat sebagai salah satu faktor penyebab korosi. Tabung Tabung I

berisi paku, tabung II berisi paku dan lempengan zink (Zn), tabung III

lempengan tembaga (Cu), tabung IV paku dan lempengan (Al).

Hasil percobaan, paku terjadi reaksi oksidasi yang ditandai dengan

adanya warna biru pada sekeliling paku. Pada Lempengan besi (Zn) dan

Lempengan tembaga (Cu) dimana (Fe) menghasilkan warna biru yang

menunjukan bahwa paku yang teroksidasi, sedangkan pada lempengan

tembaga logam tereduksi hal ini ditandai dengan warna biru. Keberadaan

warna merah muda tidak terlihat. hal ini menunjukkan bahwa lempengan
15

tembaga tidak mampu melindungi paku. Pada lempengan besi (Fe) dan

lempengan seng (Zn) dan lempengan besi (Fe) dan lempengan almunium (Al)

menghasilkan warna merah muda pada sekeliling paku yang menunjukkan

paku tereduksi. Hal ini menandakan bahwa lempengan (Zn) dan (Al) tidak

mampu melindungi paku dari korosi.

Berdasarkan hasil yang diperoleh hal ini sesuai dengan teori

Apriliyanti (2020: 91-93) yang menyatakan bahwa larutan yang bersifat

asam sangat korosif terhadap logam dimana logam yang berada didalam

larutan asam akan lebih cepat mengalami korosi karena terjadi reaksi anoda.

Suatu larutan yang bersifat basa dapat menyebabkan korosi pada reaksi

katodanya karena reaksi katoda selalu serentak dengan reaksi anoda.


BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kesimpulan pada percobaan ini adalah logam yang dapat

meningkatkan korosi adalah tembaga (Cu) karena pada deret volta

berada disebelah kanan sehingga mengalami oksidasi dan dibuktikan

dengan adanya warna biru pada seluruh paku. Logam yang dapat

menghambat korosi adalah seng (Zn) dan aluminium (Al) karena pada
deret volta berada disebelah kiri sehingga mengalami reduksi yang

dibuktikan dengan adanya warna merah pada bagian paku.

B. Saran

Saran pada percobaan selanjutnya sebaiknya menggunakan

bahan rendaman paku seperti asam nitrat (HNO 3) sebagai pengganti

asam sulfat (H2SO4) karena kedua larutan tersebut digunakan sebagai

pelarut yang baik.

17
17

Anda mungkin juga menyukai