Anda di halaman 1dari 14

Tekmapro: Journal of Industrial Engineering and Management

Vol. 14, No. 02, Tahun 2019


e-ISSN 2656-6109. URL: http://tekmapro.upnjatim.ac.id/index.php/tekmapro

PEMANFAATAN LIMBAH BATANG UBI KAYU


SEBAGAI ARANG AKTIF SERTA PENGARUH
AKTIVATOR HCL DAN WAKTU AKTIVASI
TERHADAP MUTU ARANG AKTIF
Yuni Ambarwati1), Nella P. Syarifah2), L.Urip Widodo3)
Program Studi Teknik Kimia,
Fakultas Teknik, UPN Veteran Jawa Timur
Jl. Raya Rungkut Madya, Gunung Anyar, Kota Surabaya 60294
E-mail: yuniambarwati1806@gmail.com1)

ABSTRAK
Hasil Penelitian membuktikan bahwa arang aktif dapat dibuat dari bahan organik maupun anorganik
yang mengandung kadar karbon tinggi. Dari sejumlah penelitian yang telah dilakukan karbon aktif
biasanya dari tempurung kelapa, ampas tebu, kulit ubi kayu. Padahal masih banyak yang dapat
dimanfaatkan untuk membuat arang aktif, salah satunya adalah limbah batang ubi kayu karena
jumlahnya yang sangat melimpah dan belum banyak dimanfaatkan. Penelitian ini bertujuan untuk
memperoleh kondisi yang tepat pada pembuatan arang aktif dari limbah batang ubi kayu dengan
variasi konsentrasi serta waktu aktivasi dengan metode aktivasi kimia menggunakan zat aktivator
asam klorida (HCl) sehingga diperoleh produk arang aktif yang memenuhi standart. Pembutan arang
aktif diawali dengan dehidrasi batang di bawah sinar matahari selama ±2 hari. Yang kedua yaitu
pengarangan batang ubi kayu dengan cara pasang rangkaian klinker drum batang ubi kayu. Yang
ketiga yaitu aktivasi arang batang dengan ukuran mesh 100, campurkan arang dengan Asam Klorida
kedalam erlenmeyer dengan konsentrasi 1,5N; 2N; 2,5N; 3N; dan 3,5N lalu diaduk dengan Heating
magnetic stirrer, 105 ºC, selama 2,5 jam, 3 jam, 3,5 jam, 4 jam, 4,5 jam. Hasil penelitian diperoleh
arang aktif terbaik pada konsentrasi 3 N dengan waktu aktivasi 4,5 jam kadar abu sebesar 0,8 % dan
daya serap terhadap larutan Iodin sebesar 399,67 mg/g.
Kata kunci : arang aktif, batang ubi kayu, HCl

ABSTRACT
Some research proved that activated carbon could be made from organic materials or anorganic
material with very high carbon content. The exist research of activated carbon from coconut shell,
bagasse, cassava peel. In fact, there are a lot of material can be used as raw material, like cassava
rods wastebecause the amount is very abundant and has not been widely used. This research aims
toreceive the right conditionsin the manufacture of activated charcoal from cassava stem wastewith
variations in concentration and time of activationwith chemical activation methodsusing a
hydrochloric acid activatorto obtain activated charcoal products that fulfill the standards. Making
activated charcoal begins withdehydrate the stem in the sun for around 2 days. The second is make
cassava charcoal by installing a series of clinker drum cassava stems. The third is charcoal stem
activationwith the size 100 mesh, mix charcoal with Hydrochloric Acidinto erlenmeyerwith
concentration 1,5N; 2N; 2,5N; 3N; and 3,5Nthen stir with Heating Magnetic Stirrer, 105 ºC, during
2,5 hours, 3 hours, 3,5 hours, 4 hours, 4,5 hours. The results obtained by the best active charcoalat
concentration3 Nwith activation time 4,5 hours, ash content 0.8%, andabsorption of iodine 399,67
mg/g.

Keywords : activated carbon, cassava rods waste, HCl

68
Yuni Ambarwati, Nella Putri Syarifah, dan L.Urip Widodo/ Tekmapro Vol.14, No.2, Tahun 2019

I. PENDAHULUAN
Tanaman ubi kayu (Manihot Utilissima Pohl) merupakan tanaman pangan yang memiliki
banyak nama lain seperti ketela pohon, singkong, atau cassava. Ubi kayu berasal dari
negara Amerika Latin, tepatnya Brazil. Penyebarannya hampir ke seluruh dunia, antara lain
Afrika, Madagaskar, India serta China. Ubi Kayu diperkirakan masuk ke Indonesia pada
tahun 1852.
Sistematika tanaman ubi kayu adalah sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta (tumbuhan biji)
Kelas : Dicotyledoneae
Ordo : Euphorbiales
Famili : Euphorbiaceae
Genus : Manihot
Spesies : Manihot Utilissima
Beberapa istilah limbah hasil panen dari agroindustri ubi kayu adalah sebagai berikut :
1. Pucuk (daun ubi kayu)
Merupakan bagian atas tanaman yang pada umumnya terdiri dari daun dan ranting-
ranting muda. Jumlah nya 7% daun dan 12% ranting
2. Batang ubi kayu
Batang ubi kayu mempunyai kulit serta lapisan kayu yang berbentuk bulat dan
berongga yang terisi oleh lapian gabus. Pada tanaman dewasa batang ubi kayu
mendominasi persentase bagian tops selain daun dan ranting yaitu 89,1% (Antari,
2009)
Indonesia merupakan negara penghasil ubi kayu terbesar ke-lima di dunia, dimana produksi
ubi kayu nasional pada tahun 2010 mencapai 23 juta ton. Tanaman ubi kayu terdiri dari
umbi, daun, dan batang. Jumlah batang tanaman ubi kayu sekitar 2% dari ubi kayunya, jika
ubi yang dihasilkan per tahunnya 23 juta ton, maka batang tanaman ubi kayu yang
dihasilkan sekitar 460.000 ton per tahun. Sedangkan batang tanaman ubi kayu yang bisa
ditanam kembali hanya 10% dari tinggi batang keseluruhan dan 90% merupakan limbah
(Ketut, 2011).
Batang tanaman ubi kayu memiliki tiga komponen yaitu kulit kayu 29,75%, gabus 4,46%,
dan kayu 65,79%. Adapun kandungan kimia dalam batang ubi kayu yaitu alpha-
selulosa38,76%, kandungan lignin 13,18%, hemiselulosa 24,35%, bahan baku ekstrak
ADF 22,16%, abu 1,55% (Laurentius, 2013). Selulosa adalah polimer glukosa yang
membentuk rantai linier. Hemiselulosa termasuk dalam kelompok polisakarida heterogen
dan memiliki rantai polimer yang pendek dan tak berbentuk, oleh karena itu sebagian besar
dapat larut dalam air. Rantai utama dari hemiselulosa dapat berupa homo polimer
(umumnya terdiri dari satu jenis gula yang berulang) atau juga berupa hetero polimer
(campuran beberapa jenis gula). Lignin adalah senyawa yang sangat kompleks yang
terdapat diantara sel sel (berfungsi untuk perekat) dan berada dalam dinding sel (berfungsi
untuk penyangga sel). Lignin merupakan polimer tiga dimensi yang terdiri dari unit fenil
propana melalui ikatan eter (C-O-C) dan ikatan karbon (C-C) (Lismeri, 2016)
Sehingga dari kandungan tersebut dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan
arang aktif karena selulosa sebagian besar tersusun atas unsur karbon. Arang atau dalam
bahasa kimia disebut dengan karbon merupakan salah satu unsur yang mudah ditemui
dalam kehidupan sehari-hari. Arang atau karbon merupakan residu hitam yang berbentuk
padatan berpori yang mengandung 85-95% karbon yang dihasilkan dengan proses
pemanasan pada suhu tinggi untuk menghilangkan kandungan air dan komponen volatile
pada suatu bahan, namun masih banyak sebagian pori yang masih tertutup hidrokarbon,
ter, dan senyawa organik lain (Vinsiah, 2015).

69
Yuni Ambarwati, Nella Putri Syarifah, dan L.Urip Widodo/ Tekmapro Vol.14, No.2, Tahun 2019

Arang dihasilkan dari pembakaran selulosa yang tidak sempurna. Secara umum reaksinya
dapat ditulis sebagai berikut :
CxHyOn + O2(g) → C(s) + CO(g) + H2O(g)
Pembakaran tidak sempurna akan menghasilkan CO, H2O dan C. Unsur C atau karbon
inilah yang dihasilkan untuk selanjutnya diaktivasi (Adinata, 2013)
Arang dapat dibuat dengan menggunakan kiln drum dengan memotong bahan menjadi
ukuran lebih kecil, kiln drum diletakkan diatas tungku dan potongan kayu dimasukkan
kemudian ditata sedemikian rupa, bagian atas kiln drum di kosongkan sekitar 7,0 cm.
Kemudian api dinyalakan di dalam tungku menggunakan ranting kayu atau bahan bakar
lainnya. Api yang sedang nyala dalam tungku akan masuk kedalam kiln drum melalui
lubang udara dan membakar bahan baku kayu yang berada di dalamnya. Sesudah bahan
baku kayu menyala dan diperkirakan tidak akan padam, maka kiln drum ditutup dan
cerobong asap dipasang. Pengarangan dianggap selesai apabila asap yang keluar dari
cerobong menipis dan berwarna kebiru-biruan. Selanjutnya lubang tungku ditutup,
cerobong asap dilepas dan lubang pada penutup kiln drum ditutup dengan batu bata atau
bahan yang tidak mudah terbakar. Pinggir dasar tungku dram juga harus ditutup
menggunakan pasir atau tanah agar tidak terdapat celah yang dilalui udara masuk kedalam
kiln drum. Pada saat arang dalam kiln drum sudah dingin maka penutup kiln drum dapat
dibuka dan arang yang dihasilkan dapat dikeluarkan (Lempang, 2014)

II. TINJAUAN PUSTAKA


Arang aktif adalah suatu bahan yang mengandung karbon amorf yang memiliki permukaan
dalam (internal surface) sehingga memiliki daya serap tinggi. Arang aktif dapat dihasilkan
dari bahan-bahan organik yang mengandung karbon atau dari arang yang telah mendapat
perlakuan khusus agar permukaannya menjadi lebih luas. Dalam pembuatan arang aktif
tidak hanya bahan bakunya saja yang perlu diperhatikan. Tetapi juga proes aktivasinya,
karena aktivasi merupakan hal penting yang sangat berpengaruh dalam pembuatan arang
aktif (Vinsiah, 2015) arang dan arang aktif memiliki perbedaan yaitu pada bagian
permukaannya. Arang memiliki permukaan yang masih tertutupi oleh deposit hidrokarbon.
Sedangkan yang telah di aktivasi menjadi arang aktif bagian permukaanya lebih bersih dan
pori pori yang lebih terbuka serta luas (Santiyo, 2011). Arang aktif berbentuk kristal mikro
karbon grafit dengan pori-pori yang telah berkembang sehingga mempunyai kemampuan
mengadsorpsi gas dan uap dari campuran gas dan zat-zat yang tidak larut atau yang
terdispersi dalam cairan (Roy, 2005)
Aktivasi arang aktif dapat dilakukan melalui proses aktivasi fisika dan aktivasi kimia.
Proses aktivasi fisika biasanya menggunakan bantuan uap, karbondioksida dan oksigen
(udara). Bahan dikeringkan terlebih dahulu dengan suhu sekitar 170ºC, kemudian terjadi
dekomposisi pada suhu 270-280 ºC yaitu mulai terbentuk tar, metanol dan zat-zat lainnya.
Aktivasi secara fisika selesai pada suhu 400-600 ºC (Mozammel, 2002). Aktivasi kimia
yaitu proses pencampuran arang dengan bahan kimia atau zat aktivator, setelah itu
dilakukan pengeringan sehingga memperbesar pori-pori arang. Adapun bahan kimia yang
sering digunakan yitu H3PO4 dan ZnCl2 (Arash, 2011).
Proses aktivasi dapat dilakukan dengan melakukan perendaman arang dalam reagen aktif.
Proses perendaman dilakukan untuk mengurangi kadar tar sebagai hasil dari proses
karbonasi yang menutupi pori-pori sehingga setelah dilakukan perendaman ukuran pori
pada arang aktif semakin besar atau dengan kata lain luas permukaan arang aktif semakin
bertambah (Budiono, 2009).
Penelitian sebelumnya dengan judul “Aktivasi Trass Rock Asbleaching Palm Oil (CPO)”
oleh Laurentius Urip Widodo, Sukirmiyadi, Siswanto dan Ely Kurniati. Dalam penelitian
ini, proses dua tahap dilakukan untuk melakukan proses aktivasi trass rock dan tahap
pemutihan proses minyak sawit (CPO). Dalam proses aktivasi, trass rock dilakukan dengan
menggunakan asam klorida, kemudian trass rock dihancurkan sampai bisa melewati 200

70
Yuni Ambarwati, Nella Putri Syarifah, dan L.Urip Widodo/ Tekmapro Vol.14, No.2, Tahun 2019

mesh. Setelah itu, softrock ditimbang dan ditambahkan ke larutan asam dengan rasio 1: 10
dengan konsentrasi asam klorida 5 N dan waktu aktivasi adalah 4 jam pada suhu 105ºC.
Hasil penelitian menyimpulkan bahwa pencucian trass rock sebagai dasar / bahan baku
tidak seharusnya kondisi halus, tetapi harus dalam partikel yang lebih besar menjaga SiO2
dan Al2O3 agar tidak dihapus. Sementara itu aktivator HCl dengan konsentrasi asam 5 N
dan waktu aktivasi 4 jam, dapat diketahui bahwa level SiO2 adalah 37,8%, Al2O3 = 4,4%
dan rasio SiO2 / Al2O3 adalah 8.6. Dalam proses pemutihan, kondisi trass terbaik
penambahan adalah 4% dari berat minyak dengan waktu pemutihan alokasi adalah 45
menit. Kondisi ini diperoleh bahwa intensitas warna merah adalah 6,9 dan warna kuning
6,1, tingkat FFA adalah 2,13% dan peroksida nilainya 5,45 meq / kg (Widodo, 2016)
Arang aktif selain dipengaruhi oleh cara aktivasinya, jenis dan konsentasi zat
pengaktivasinnya juga sangat berpengaruh seperti pada penelitian yang dilakukan oleh
Supiati, Muh. Yuhdi, dan St. Chodijah pada tahun 2010 dengan judul “Pengaruh
Konsentrasi Aktivator Asam Klorida (HCl) terhadap Kapasitas Adsorpsi Arang Aktif Kulit
Durian pada Zat Warna Methanil Yellow” Efektifitas penyerapan karbon aktif kulit durian
pada zat warna methanil yellow mengalami penurunan sampai konsentrasi aktivator 3M
dengan nilai efektifitas penyerapan berturut-turut untuk konsentrasi aktivator 1M, 2M dan
3M yaitu 1,4504 mg/g; 1,0183 mg/g dan 0,7209 mg/g. Selanjutnya pada konsentrasi
aktivator HCl 4M dan 5M sedikit mengalami peningkatan efektifitas adsorpsi yaitu sebesar
0,7626 mg/g dan 0,7914 mg/g. Ketidakstabilan daya adsorpsi dari karbon aktif kulit durian
pada berbagai konsentrasi aktivator HCl terhadap zat warna methanil yellow ini disebabkan
karena pada saat penggunaan zat aktivator yang tinggi dapat mengakibatkan molekul
karbon cenderung berada pada kondisi asam sehingga dapat memiliki lebih banyak muatan
parsial positif (ion H+) yang nantinya akan mengakibatkan interaksi arang aktif dengan zat
warna methanil yellow yang memiliki muatan parsial positif sehingga akan mengalami
tolakan elektrostatik, dengan kata lain tidak terjadi interaksi dipol-dipol dipermukaan arang
aktif dengan molekul zat warna methanil yellow sehingga adsorpsi yang terjadi relatif
rendah (Supiati, 2010)
Ada dua jenis arang aktif yang dibedakan menurut fungsinya:
A. Arang Aktif Penyerap Gas (Gas adsorbent activated carbon)
Jenis arang aktif ini digunakan untuk menyerap material dalam bentuk uap atau gas.
Pori-pori yang terdapat pada arang aktif jenis ini adalah mikropori yang menyebabkan
molekul gas dapat melewatinya, tetapi molekul dari cairan tidak dapat
melewatinya.Arang jenis ini dapat ditemui pada Arang tempurung kelapa.

B. Arang Aktif Fasa Cair (Liquid-phase activated carbon)


Arang aktif jenis ini digunakan untuk menyerap kotoran/zat yang tidak diinginkan
dari cairan atau larutan. Jenis pori-pori dari arang aktif ini adalah makropori yang
memungkinkan molekul besar untuk masuk. Arang jenis ini biasanya berasal dari
batubara dan selulosa.
Arang aktif memiliki sifat sifat anta lain :

A. Sifat Kimia
Arang aktif tidak hanya mengandung atom karbon saja, tetapi juga mengandung sejumlah
kecil Oksigen dan Hidrogen yang terikat secara kimia dalam bentuk gugus-gugus fungsi
yang bervariasi, misalnya Gugus Karbonil (CO), Karboksil (COO), Fenol, Lakton, dan
beberapa Gugus Eter. Oksigen pada permukaan arangaktif kadang-kadang berasal dari
bahan baku atau dapat juga terjadi pada proses aktivasi dengan uap (H2O) atau udara.
Keadaan ini biasanya dapat menyebabkan arang aktif bersifat asam atau basa. Pada
umumnya bahan baku arang aktif mengandung komponen mineral. Komponen ini menjadi
lebih pekat selama proses aktivasi arang. Di samping itu, bahan-bahan kimia yang
digunakan pada proses aktivasi sering kali menyebabkan perubahan sifat kimia arang aktif
yang dihasilkan.

71
Yuni Ambarwati, Nella Putri Syarifah, dan L.Urip Widodo/ Tekmapro Vol.14, No.2, Tahun 2019

B. Sifat Fisika
Berdasarkan sifat fisika, arang aktif mempunyai beberapa karakteristik, antara lain berupa
padatan yang berwarna hitam, tidak berasa, tidak berbau, bersifat higroskopis, tidak larut
dalam air, asam, basa ataupun pelarut-pelarut organik. Di samping itu, arang aktif juga
tidak rusak akibat pengaruh suhu maupun penambahan pH selama proses aktivasi.

C. Struktur
Arang aktif mempunyai struktur berupa jaringan berpilin dari lapisan-lapisan karbon yang
tidak sempurna, yang dihubungkan oleh suatu jembatan alifatik. Luas permukaan, dimensi
dan distribusi atom-atom karbon penyusun struktur arang aktif sangat tergantung pada
bahan baku, kondisi karbonasi dan proses aktivasi. Susunan atom-atom Karbon pada arang
aktif terdiri atas pelat-pelat heksagonal. Ukuran pori arang aktif dapat berkisar antara 10 Å
sampai lebih besar dari 250 Å dan ukuran pori tersebut dibagi dalam tiga kategori yaitu :
1. Makropori yang berukuran diameter lebih besar dari 250 Å dengan volume sebanyak
0,8 ml/g dan permukaan spesifik antara 0,5 - 2 m2/g.
2. Mesopori yang berukuran diameter berkisar antara 50 - 250 Å dengan volume 0,1
ml/g dan permukaan spesifik antara 20 - 70 m2/g.
3. Mikropori yang berukuran diameter lebih kecil dari 50 Å.

Ukuran pori merupakan parameter yang penting dalam hal kemampuan daya serap arang
aktif terhadap molekul yang ukurannya bervariasi. Selain itu, bentuk pori merupakan
parameter yang khusus untuk daya serap arang aktif yang terjadi. Pori-pori dengan bentuk
silinder lebih mudah tertutup yang menyebabkan tidak aktifnya bagian permukaan dari
arang aktif tersebut. Bila arang aktif digunakan untuk penjernihan air, lebih banyak
dibutuhkan pori-pori yang terbuka karena air sebagian besar mengandung macam-macam
partikel.

D. Daya Serap
Daya serap arang aktif merupakan suatu akumulasi komponen di permukaan atau antar
muka dalam dua fasa. Bila kedua fasa saling berinteraksi, maka akan terbentuk suatu fasa
baru yang berbeda dengan masing-masing fasa sebelumnya. Hal ini disebabkan karena
adanya gaya tarik-menarik antar molekul, ion atau atom dalam kedua fasa tersebut. Gaya
tarik-menarik ini dikenal sebagai gaya Van der Walls. Pada kondisi tertentu, atom, ion atau
molekul dalam mengalami ketidak seimbangan gaya, sehingga mampu menarik molekul
lain sampai keseimbangan gaya tercapai.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi daya serap arang aktif yaitu sifat arang aktif,
sifat komponen yang diserapnya, sifat larutan dan sistem kontak. Daya serap arang aktif
terhadap komponen-komponen yang berada dalam larutan atau gas disebabkan oleh
kondisi permukaan dan struktur. Pada umumnya penyerapan oleh arang aktif tergolong
penyerapan secara fisik. Hal ini disebabkan oleh pori arang aktif yang banyak dan
permukaan yang luas. Faktor lain yang mempengaruhi daya serap arang aktif yaitu sifat
polaritas dari permukaan arang aktif. Sifat ini sangat bervariasi untuk setiap jenis arang
aktif, karena hal ini sangat tergantung pada bahan baku, cara pembuatan arang dan bahan
pengaktif yang digunakannya.
Arang aktif dapat digunakan sebagai adsorben yang sangat baik didalam berbagai bidang.
Salah satu kegunaan arang aktif yang paling utama yaitu dalam bidang kesehatan. Selain
itu arang aktif juga memiliki kemampuan untuk menjerap zat-zat warna, menghilangkan
bau, pemulihan kembali pelarut gas, bahkan sekarang juga dimanfaatkan dalam proses
perubahan ion (Rahman, 2006).

72
Yuni Ambarwati, Nella Putri Syarifah, dan L.Urip Widodo/ Tekmapro Vol.14, No.2, Tahun 2019

Secara umum dan sederhana proses pembuatan Arang aktif terdiri dari tiga tahap yaitu:

1. Proses Dehidrasi
Proses dehidrasi bertujuan untuk menghilangkan air yang terkandung dalam bahan baku.
Caranya itu dengan menjemur dibawah sinar matahari atau pemanasan di dalam oven
sampai diperoleh bobot konstan.

2. Proses pengarangan
Pengarangan adalah suatu proses pembakaran bahan-bahan organik dalam jumlah oksigen
sangat terbatas sehingga terjadi proses pembakaran tidak sempurna. Material padat yang
tinggal setelah pengarangan adalah karbon dalam bentuk arang dengan area permukaan
spesifik yang sempit.

3. Proses Aktivasi
Proses aktivasi dilakukan untuk memperbesar luas permukaan total arang aktif hasil dari
pemanasan karbonisasi dengan melakukan pelepasan hidrokarbon yang melekat pada arang
sehingga daya serapnya bertambah.

Pengaktifan karbon dari hasil pengarangan dilakukan dengan dua cara yaitu :
a. Aktivasi Thermal
Aktivasi thermal adalah proses aktivasi yang melibatkan adanya gas pengoksidasi seperti
udara pada temperatur rendah, uap, CO2, atau aliran gas pada temperatur tinggi.
b. Aktivasi Kimia
Aktivasi kimia dilakukan dengan mencampur material arang aktif dengan bahan bahan
kimia atau reagen pengaktif, selanjutnya campuran dikeringkan atau dipanaskan. Unsur-
unsur mineral aktivator masuk diantara pelat heksagon dari kristalit dan membuka
permukaan yang mula-mula tertutup. Dengan demikian saat pemanasan dilakukan,
senyawa pengotor yang berada dalam pori menjadi lebih mudah terlepas sehingga luas
permukaan karbon aktif semakin besar dan meningkatkan daya serap arang aktif (Kurniati,
2008).
Keunggulan dari aktivasi kimia :
1. Dalam proses aktivasi kimia , zat kimia pengaktif sudah terdapat dalam tahap
penyiapannya sehingga proses karbonasi dan proses aktivasi karbon terakumulasi
dalam satu langkah yang umumnya disebut one-step activation atau metode aktivasi
satu langkah
2. Dalam proses aktivasi kimia, suhu yng digunakan umumnya lebih rendah dari pada
aktivasi fisik
3. Efek dehydratingagent pada aktivasi kimia dapat memperbaiki pengembangan pori
di dalam struktur karbon
4. Produk yang dihasilkan dalam aktivasi kimia lebih banyak dibandingkan dengan
aktivasi fisik (Vinisiah, 2015)
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi aktivitas yaitu:
1. Waktu aktivasi
Semakin lama waktu aktivasi maka makin banyak zat inert di permukaan partikel karbon
yang terlepas dari permukaan sehingga pori-pori permukaan pertikel karbon aktif makin
banyak menyebabkan luas permukaan semakin besar dan kemampuan daya serappun
meningkat.
2. Konsentrasi Aktivator
Semakin tinggi konsentrasi larutan kimia aktivasi maka semakin kuat pengaruhnya larutan
kimia tersebut mengikat senyawa-senyawa tar sisa karbonisasi untuk keluar melewati pori-
pori dari karbon sehingga permukaan karbon semakin porous, dimana mengakibatkan
semakin besar daya adsorbsi karbon aktif tersebut.

73
Yuni Ambarwati, Nella Putri Syarifah, dan L.Urip Widodo/ Tekmapro Vol.14, No.2, Tahun 2019

3. Ukuran bahan baku


Semakin kecil ukuran bahan baku yang diaktifkan maka akan semakin baik karbon aktif
yang dihasilkan karena luas kontak antara bahan baku dengan larutan aktivasi semakin
besar.
4. Suhu
Suhu aktivasi untuk tiap jenis bahan baku berbeda satu dengan yang lain. Pada bahan baku
ampas tebu digunakan 250oC, pada aktivasi arang sekam padi suhu optimum didapatkan
pada suhu 250oC (Noverwan, 2014).
TABEL 1
STANDAR MUTU SNI 06-3730-1995 TENTANG ARANG AKTIF TEKNIS
JenisPersyaratanParameter
Bagian yang hilang Mak. 15 %
pada pemanasan 950ºC
Air Mak. 10 %
AbuMak. 2.5 %
Bagian yang Tidak nyata
tidak diperarang
DayaSerapterhadapMin. 20%
Larutan
Sumber: BSN,1995

Kandungan abu sangat berpengaruh pada kualitas karbon aktif. Keberadaan abu yang
berlebihan dapat menyebabkan terjadinya penyumbatan pori-pori arang aktif sehingga luas
permukaan arang aktif menjadi berkurang (Schroder, 2006). Kualitas arang aktif yang baik
harus memiliki kadar abu yang serendah mungkin (Kwaghger, 2013)

III. METODE PENELITIAN


Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah limbah batang ubi kayu, Asam Klorida,
dan Aquadest. Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah rangkaian alat pengarangan,
rangkaian alat aktivasi, ayakan 100 mesh, neraca analitik, corong kaca, kertas saring,
erlenmayer, kondensor, heating magnetic stirrer, spatula, oven, gelas ukur, alu dan
porselen, kertas pH, dan labu ukur.

IV. PELAKSANAAN PENELITIAN


Tahap pembuatan arang aktif yang pertama dimulai dengan dehidrasi batang ubi kayu yaitu
dengan cara bersihkan limbah batang ubi dengan air dari bahan-bahan lain seperti tanah
dan kotoran, potong kecil-kecil dengan ukuran 5 cm, keringkan di bawah sinar matahari
selama ±2 hari, masukkandalam oven dengan suhu 105ºC sampai berat konstan. Kedua
yaitu pengarangan batang ubi kayu dengan cara pasang rangkaian klinker drum batang ubi
kayu, masukkan batang ubi kayu (5cm) kedalam klinker drum kemudian tutup dengan
cerobong asap yang terbuka, nyalakan tungku untuk melakukan pengarangan batang ubi
kayu, pengarangan dianggap selesai apabila asap yang keluar dari cerobong menipis dan
berwarna kebiru-biruan. kemudian tutup cerobong asap dan lubang udara pada klinker
drum dengan batu bata dan pasir, setelah dingin keluarkan arang batang ubi kayu dari
klinker drum. Yang ketiga yaitu aktivasi arang batang ubi kayu dengan cara haluskan arang
batang ubi kayu dan lakukan dengan ukuran mesh 100, campurkan arang dengan asam
klorida kedalam erlenmeyer dengan konsentrasi 1,5N; 2N; 2,5N; 3N; dan 3,5N lalu diaduk
dengan Heating magnetic stirrer, 105 ºC, selama 2,5 jam, 3 jam, 3,5 jam, 4 jam, 4,5 jam,
kemudian saring arang pisahkan dari filtratnya, selanjutnya lakukan pencucian arang
dengan Aquadest sehingga pH arang aktif menjadi netral, oven arang dengan suhu 105oC
sampai berat konstan.

74
Yuni Ambarwati, Nella Putri Syarifah, dan L.Urip Widodo/ Tekmapro Vol.14, No.2, Tahun 2019

V. HASIL DAN PEMBAHASAN


Untuk menentukan kualitas arang aktif parameter yang dipakai kadar abu, dan daya serap
terhadap iodin.
Hasil analisa arang aktif sebelum diaktivasi diperoleh kadar abu sebesar 2,02%, daya serap
terhadap iodin sebesar 229,45 mg Iod/gram sampel.

2 2,5 Jam
1.9
1.8 3 jam
1.7
Kadar Abu (%)

1.6 3,5 Jam


1.5
1.4 4 jam
1.3
1.2 4,5 jam
1.1
1
0.9
0.8
0.7
1 1.5 2 2.5 3 3.5 4
Konsentrasi HCl (N)

GAMBAR 1. HUBUNGAN ANTARA KONSENTRASI HCL (N) TERHADAP KADAR ABU (%)

Pada gambar 1.menunjukkanpenurunan dan kenaikan kadar abu pada arang aktif dengan
berbagai variasi konsentrasi. Dari konsentrasi HCl 1,5 N sampai dengan 3 N mengalami
penurunan kadar abu namun pada konsentrasi HCl 3,5 N terjadi kenaikan kadar abu. Kadar
abu merupakan residu dari reaksi pembakaran. Residu tersebut berupa mineral-mineral
logam seperti K, Na, Ca, Mg. (Fahri, 2017). Tinggi rendahnya kadar abu tersebut
dipengaruhi oleh zat aktivator dalam melarutkan mineral mineral anorganik yang
terkandung didalam arang aktif. (Adhitiyawarman, 2015).
Pada penelitian ini digunakan aktivator HCl, karena HCl yang bersifat miscible dengan air
atau membentuk larutan homogen dengan semua perbandingan sehingga dapat melarutkan
zat-zat residu tersebut.Namun dilihat dari gambar 1. pada konsentrasi tertinggi yaitu 3,5 N
kadar abu mengalami sedikit kenaikan, disebabkan karena semakin tinggi konsentrasi HCl
maka kadar air yang terkandung semakin berkurang sehingga mineral-mineral yang
terbentuk menjadi garam mineral sebagian tidak terlarut dan menempel pada pori arang
aktif. Seperti KCl, MgCl, NaCl. Sehingga dari variasi konsentrasi HCl tersebut dapat dilihat
konsentrasi yang tepat untuk aktivasi arang aktif.
Hasil tertinggi kadar abu pada gambar 1 dapat dilihat bahwa pada konsentrasi HCl 1,5 N
kandungan kadar abu sebesar 1,97%. Sedangkan hasil terendah kadar abu pada gambar 1
dapat dilihat bahwa pada konsentrasi HCl 3N kandungan kadar abu sebesar 0,8%.
Sehingga kandungan kadar abu arang aktif batang ubi kayu pada konsentrasi HCl 1,5N,
2N, 2,5N, 3N, dan 3,5 N tersebut telah memenuhi standart mutuSNI 06-3730-1995 bahwa
kadar abu maksimum adalah 2,5%.

75
Yuni Ambarwati, Nella Putri Syarifah, dan L.Urip Widodo/ Tekmapro Vol.14, No.2, Tahun 2019

2
1.9 1,5 N 2N
1.8
1.7
Kadar Abu (%) 2,5 N 3N
1.6
1.5
1.4 3,5 N
1.3
1.2
1.1
1
0.9
0.8
0.7
2 2.5 3 3.5 4 4.5 5
Waktu Aktivasi (Jam)

GAMBAR 2. HUBUNGAN ANTARAWAKTU AKTIVASI (JAM) TERHADAP UJI KADAR ABU (%)

Pada gambar 2. menunujukkan penurunan kadar abu pada berbagai variasi waktu aktivasi
2 jam, 2,5 jam, 3 jam, 3,5 jam, 4 jam, 4,5 jam dengan semakin lamanya waktu aktivasi.
Menurut Edwin (2009). Hal ini disebabkan karena semakin lama waktu aktivasi, maka
residu sisa pembakaran semakin banyak yang terlarut pula.Zat pengotor yang masih
menempel pada arang batang ubi kayuyaitu berupa mineral-mineral logam seperti K, Na,
Ca, Mg yang tidak hilang selama proses pembakaran sebelumnya kemudianpada proses
aktivasi bereaksi dengan larutan HCl membentuk garam garam mineral seperti KCl, MgCl,
NaCl. Dengan semakin lamanya waktu aktifasi maka reaksi yang terjadi antara mineral-
mineral logam dengan larutan HCl tersebut semakin sempurna, sehingga residu-residu
yang menempel pada arang semakin berkurang karena bereaksi dan terlarut bersama HCl .
Setelah terjadi reaksi oksidasi pada anaisa kadar abu arang aktif batang ubi kayu maka
kandungan kadar abu yang diperoleh semakin menurun dengan semakin lamanya waktu
aktivasi.
Hasil tertinggi kadar abu pada gambar 2 dapat dilihat pada waktu aktivasi 2,5 jam yaitu
kadar abu sebesar 1,97%. Sedangkan hasil terendah kadar abu pada gambas 2 dapat dilihat
pada waktu aktivasi 4,5 jam kandungan kadar abu sebesar 0,8%. Sehingga kadar abu arang
aktif batang ubi kayu pada waktu aktivasi 2,5 jam, 3 jam, 3,5 jam, 4 jam, 4,5 jam telah
memenuhi standart mutu SNI 06-3730-1995 bahwa kadar abu maksimum adalah 2,5%.
350
340
330 2,5 Jam 3 jam
320
Daya Serap Iodin (mg/g)

310 3,5 Jam 4 jam


300
290
280 4,5 jam
270
260
250
240
230
220
210
200
1 1.5 2 2.5 3 3.5 4
Konsentrasi HCl (N)

GAMBAR 3. HUBUNGAN ANTARA KONSENTRASI HCL (N) TERHADAP UJI DAYA SERAP IODIN (MG/G)

76
Yuni Ambarwati, Nella Putri Syarifah, dan L.Urip Widodo/ Tekmapro Vol.14, No.2, Tahun 2019

Pada gambar 3. menunujukkan kenaikan dan penurunan daya serap Iodin pada berbagai
variasi konsentrasi HCl 1,5N, 2N, 2,5N, 3N, 3,5N. Menurut Elly (2008) dengan semakin
meningkatnya konsentrasi zat aktivator maka kemampuan dayas seraparang aktif semakin
kuat. Hal ini sesuai dengan grafik pada konsentrasi HCl 1,5N, 2N, 2,5N, sampai 3N yang
mengalami kenaikan dengan semakin tingginya konsentrasi. Namun berbeda dengan pada
konsentrasi HCl 3,5N yang ditunjukkan pada gambar 3 mulai mengalami penurunan
skemampuan daya serap terhadap Iodin. Hal ini terjadi karena adanya hubungan dengan
skandungan kadar abu pada arang aktif batang ubi kayu yang meningkat pada kosentsrasi
HCl 3,5 N, sehingga pada konsentrasi HCl 3,5 N kemampuan daya serap arang aktif
terhadap Iodin mengalami penurunan.
Hasil tertinggi kemampuan daya serap arang aktif batang ubi kayu pada gambar 3 dapat
dilihat pada konsentrasi HCl 3 N yaitu sebesar 339,67 mg/g. Sedangkan hasil terendah
kemampuan daya serap arang aktif batang ubi kayu terhadap Iodin pada gambar 3 di atas
dapat dilihat pada konsentrasi HCl 1,5 N yaitu sebesar 232,9 mg/g. Sehingga kemampuan
daya serap arang aktif batang ubi kayu terhadap Iodin tertinggi pada konsentrasi HCl 3 N
tersebut belum memenuhi standar mutu SNI 06-3730-1995 bahwa daya serap iodin
minimum adalah 750 mg/g.

370
360
350
Daya Serap Iodin (mg/g)

340
330
320
310
300
290 1,5 N 2N
280
270
260 2,5 N 3N
250
240 3,5 N
230
220
2 2.5 3 3.5 4 4.5 5
Waktu Aktivasi (Jam)

GAMBAR 4. HUBUNGAN ANTARA WAKTU AKTIVASI (JAM) TERHADAP UJI DAYA SERAP IODIN (MG/G)

Pada gambar 4. menunujukkan kemampuan daya serap Iodin pada berbagai variasi waktu
aktivasi arang aktif batang ubi kayu. Hal ini disebabkan karena semakin lama waktu
aktivasi akan menyebabkan semakin banyaknya zat pengotor yang berupa zat organik
maupun anorganik bereaksi dan larut sehingga lepas dari permukaan pori-pori arang.
Sehingga menyebabkan peningkatan daya serap.
Hasil tertinggi daya serap Iodin pada gambar 4 dapat dilihat pada waktu akivasi 4,5 jam
yaitu sebesar 339,67 mg/g. Sedangkan hasil terendah kemampuan daya serap arang aktif
batang ubi kayu terhadap Iodin pada gambar 4 dapat dilihat pada waktu aktivasi 2,5 jam
yaitu sebesar 232,9 mg/g. Sehingga kemampuan daya serap arang aktif batang ubi kayu
terhadap Iodin tertinggi pada waktu aktivasi 4,5 jam tersebut belum memenuhi standrat
mutu SNI 06-3730-1995 bahwa daya serap iodin minimum adalah 750 mg/g. Pada
penelitian sebelumnya oleh Dai (2009)menggabungkan dua metode aktivasi kimia dan
aktivasi fisika dengan perendaman menggunakan ZnCl2 selama 24 jam kemudian diaktivasi
kembali secara fisika dalam microvawe dengan variasi waktu 8,9,10 menit diperoleh hasil
kemampuan daya serap terhadap iodin memenuhi standart mutu kualitas arang aktif. (Dai,
2009). Sehingga waktu aktivasi sangat mempengaruhi kualitas arang aktif.

77
Yuni Ambarwati, Nella Putri Syarifah, dan L.Urip Widodo/ Tekmapro Vol.14, No.2, Tahun 2019

2,5 Jam
Kadar Air (%)

5 3 jam
3,5 Jam
4 jam
4
4,5 jam

3
1 1.5 2 2.5 3 3.5 4
Konsentrasi HCl (N)

GAMBAR 5. HUBUNGAN ANTARA KONSENTRASI HCL (N) TERHADAP KADAR AIR (%)

Pada gambar 5. menunjukkanbahwa kadar air mengalami kenaikan dan penurunan pada
berbagai variasi konsentrasi, namun kandungan kadar air dalam arang setelah aktivasi
lebih rendah di bandingkan dengan arang sebelum di aktivsi disebabkan karena zat
aktivator HCl bersifat miscible atau membentuk larutan homogen dengan air pada semua
perbandingan. Kandungan air yang mengisi pori pori arang akan terikat dengan zat
aktivator HCl sehingga kadar air setelah proses aktivasi lebih rendah di bandingkan arang
sebelum diaktivasi. Semakin tinggi konsentrasi HCl seharusnya kadar air dalam arang aktif
semakin menurun karena semakin banyak kandungan air yag terikat dan larut bersama zat
aktivator tersebut. Namun pada konsentrasi HCl 2N dan 3 N terjadi kenaikan kadar air di
sebabkan karena proes pengeringan arang aktif yang kurang maksimal.
Hasil kadar air arang aktif tertinggi pada konsentrasi aktivator HCl 2 N yaitu sebesar
5,31%. Hasil kadar air arang aktif terendah pada konsentrasi aktivator HCl 3,5 N yaitu
sebesar 3,15%. Dapat Disimpulkan bahwa kadar air arang aktif pada konsentrasi HCl 1,5-
3,5 N yang di peroleh dari penelitian ini telah memenuhi standrat SII No.0258 -79 bahwa
kadar air maksimum adalah 10%.

1,5 N
4.5, 5.3
Kadar Air (%)

5 2N
2,5 N
3N
4
3,5 N

3
2 2.5 3 3.5 4 4.5 5
Waktu Aktivasi (jam)

GAMBAR 6. HUBUNGAN ANTARA WAKTU AKTIVASI (JAM) TERHADAP KADAR AIR (%)

78
Yuni Ambarwati, Nella Putri Syarifah, dan L.Urip Widodo/ Tekmapro Vol.14, No.2, Tahun 2019

Pada gambar 6. menunjukkan bahwa semakin lama waktu aktivasi maka kadar air arang
aktif semakin meningkat. Hal ini disebabkan karena semakin lama waktu aktivasi, semakin
banyak zat pengotor yang larut, sehingga pori banyak pori pori yang kosong
(Permana,2009). Sehingga banyak air yang di serap oleh pori pori kosong tersebut.
Hasil kadar air arang aktif tertinggi dapat dilihat pada waktu aktivasi 4,5 jam, yaitu sebesar
5,3 %. Hasil kadar air arang aktif terendah dapat dilihat pada waktu aktivasi 1,5 jam, yaitu
sebesar 3,15%. Dapat Disimpulkan bahwa kadar air arang aktif pada waktu aktivasi 2,5 -
4,5 jam tersebut telah memenuhi standart SII No.0258 -79 bahwa kadar air maksimum
adalah 10%.

(a) (b) (c) (d)

GAMBAR 7. MIKROFOTOGRAM SEM PADA PERMUKAAN ARANG AKTIF BATANG UBI KAYU (A)
PERBESARAN 850 X (B) PERBESARAN 1000 X (C) PERBESARAN 1500 X (D) PERBESARAN 2000 X

Pada gambar 7. menunjukkan morfologi pori permukaan arang aktif batang ubi kayu pada
berbagai perbesaran terlihat serat yang masih rapat. Hal ini disebabkan karena struktur
lignin, hemiselulosa, dan selulosa yang masih terikat sehingga menutupi pori arang aktif.
Menurut Lismeri (2016) pada penelitian yang berjudul “Sintesis Selulosa Asetat dari
Limbah Batang Ubi kayu” dijelaskan bahwa untuk memperoleh volume pori yang lebih
besar pada batang ubi kayu di perlukan treatment dengan menggunakan pelarut asam.
Pelarut asam memiliki kandungan ion H+ bertindak sebagai proton yang akan merusak
ikatan kristal pada lignoselulosa sehingga melemahkan gaya intermolekul dan intrmolekul
yang berupa ikatan hidrgen yang cukup kuat. Sehingga perlu dilakukan treatment bahan
baku limbah batang ubi kayu agar volume pori menjadi lebih terbuka.
Dengan pori yang sebagian masih tertutup lignin tersebut menyebabkan daya serap arang
aktif terhadap Iodin belum memenuhi standrat SNI 06-3730-1995 bahwa daya serap iodin
minimum adalah 750 mg/g.

Ukuran Pori Arang aktif


4
jumlah pori

3
2
1 ukuran pori
0 Arang aktif
596 nm
645 nm
827 nm
908 nm
1,04 μm
1,23 μm
1,27 μm
1,31 μm

GAMBAR 8. JUMLAH UKURAN PORI ARANG AKTIF BATANG UBI KAYU


DARI HASIL MIKROFOTOGRAM SEM PADA PERMUKAAN ARANG AKTIF BATANG UBI KAYU

79
Yuni Ambarwati, Nella Putri Syarifah, dan L.Urip Widodo/ Tekmapro Vol.14, No.2, Tahun 2019

Pada gambar 7. menunjukkanukuran pori arang aktif batang ubi kayu dengan jumlah
terbanyak adalah 1,23 µm dan 1,24 µm di hitung dari hasil Mikrofotogram SEM pada
permukaan arang aktif batang ubi kayu perbesaran 850 X, perbesaran 1000 X, perbesaran
1500, perbesaran 2000 X.
Semua prosedur tentang pembuatan arang aktif yang bertujuan untuk membuka pori-pori
arang sangat tergantung pada aktifasi kimia yaitu konsentrasi aktivator dan lama waktu
aktifasi, ternyata setelah dilakukan uji dan analisa arang aktif batang ubi kayu belum
memenuhi standar kualitas arang aktif karena waktu aktivasi yang kurang lama dan di
perlukan treatment bahan baku batang ubi kayu dengan larutan asam agar pori pori yang
masih banyak tertutup lignin seperti dilihat pada gambar IV.7 dapat lebih terbuka jika
dilakukan treatment bahan baku terlebih dahulu. Kondisi terbaik aktifasi arang aktif yang
diperloleh padakonsentrasi HCl 3 N dan lama waktu aktifasi 4,5 jam.

VI. KESIMPULAN
Arang aktif yang diperoleh dari hasil penelitian menunjukkan bahwa arang dari batang ubi
kayu yang telah di aktivasi dengan HCl memiliki daya serap terhadap Iodin lebih tinggi
dari pada kondisi arang sebelum diaktivasi. Hasil uji proximat kadar abu dan daya serap
Iodin diperoleh hasil arang aktif terbaik pada kondisi aktivasi konsentrasi zat aktivator HCl
3 N selama 4.5 jam diperoleh kadar abu 0,8 % dan daya serap terhadap Iodium sebesar
339,67 mg/g. Daya serap Iodin arang aktif dari batang ubi kayu belum memenuhi standart
mutu SNI 06-3730-1995 yaitu kurang dari 750 mg/g.

PUSTAKA
Aditiyawarman, Anita Imawati. “ Kapasitas Adsorpsi Maksimum Ion Pb(II) Oleh Arang Aktif Ampas Kopi Teraktivasi HCl
dan H3PO4”. JKK Vol. 4, No.2. Universitas Tanjungpura. 2015
Antari, Risa dan U. Umiyasih. “Pemanfaatan Tanaman Ubi Kayu Dan Limbahnya Secara Optimal Sebagai Pakan Ternak
Ruminansia”. Wartazoa Vol. 19 No. 4. Pasuruan. 2009.
Arash Arami-Niya, Wan Mohd Ashri Wan Daud, Farouq S. Mjalli. “Comparative Study of the Textural cf the Textural
characteristics of Oil palm Shell Activated carbon Produced by Chemical and Physical Activation for Methane
Adsorption”. Chemical engineering Research and Design, vol.89 no.6. University of Malaya. 2011.
Budiono. “Pengaruh Aktivasi Arang Tempurung Kelapa dengan Asam Sulfat dan Asam Fosfat untuk Adsorpsi Etanol”. )”.
Jurnal Kimia Vol. 2, No. 1. Universitas Diponegoro, 2009
BSN. 1995. “SNI 06-3730-95 tentang Arang Aktif Teknis”. Jakarta : Badan Standarisasi Nasional
Dai Jiulei, Hui Denga, Le Yang, Guanghui Taoa. “Preparation and characterization of activated carbon from cotton stalk by
microwave assisted chemical activation—Application in methylene blue adsorption from aqueous solution”. Journal
of Hazardous Materials 166 (2009) 1514–1521
Edwin, Permana, Tri Kurnia Dewi, Arif Nurrahman. “Pembuatan Kerbon Aktif dari Kulit Ubi Kayu (mannihot esculenta)”.
Jurnal Teknik Kimia Vol. 16, No. 1. Universitas Sriwijaya, 2009
Fahri Ferdinand Polii. “Pengaruh Suhu dan Lama Aktifasi terhadap Mutu Arang Aktif dari Kayu Kelap”.Jurnal Industri Hasil
perkebunan vol.12, No. 2 Balai Riset dan Standarisasi Industri Manado. 2017
Ketut Sumada, Puspita Erka Tamara, Fiqih Alqani. ”Isolation Study Of Efficient α-cellulose from Waste Plant Stem Manihot
Esculenta Crantz”. Jurnal Teknik Kimia Vol. 5, No. 2. UPN Veteran Jawa Timur. 2011
Kurniati, Elly. “Pemanfaatan Cangkang Kelapa Sawit sebagai Arang Aktif”. Jurnal Penelitian Ilmu Teknik Vol.8, N0.2
Teknik Kimia UPN Veteran Jawa Timur. 2008
Kwaghger, A., & Ibrahim, J. S. Optimization of Conditions For The Preparation of Activated Carbon from Mango Nuts
Using HCl. American Journal of Engineering Research, Vol.02, No.7. University of Nigeria. 2013
Laurentius Urip Widodo, ketut Sumada, Caecilia Pujiastuti, Novel Karaman. “Pemisahan Alpha-Selulosa dari Limbah Batang
Ubi Kayu menggunakan Larutan Natrium Hidroksida”. Jurnal Teknik Kimia, Vol.7, No.2. UPN Veteran Jawa Timur.
2013
Laurentius Urip Widodo, ketut Sumada, Caecilia Pujiastuti, Novel Karaman. “Activation”. Jurnal Teknik Kimia, Vol.7, No.2.
UPN Veteran Jawa Timur. 2013
Lempang, Mody, dkk. “Struktur dan Komponen Arang serta Arang Aktif Tempurung Kemiri”. Jurnal penelitian hasil hutan
pusat penelitian dan pengembangan keteknikan kehutanan dan pengolahan hasil hutan, Vol.21, No.2. Bogor. 2014
Lismeri, Lia, Gracelia Irmalinda, Yuli Darni, Novita Herdiana. “Sintesis Selulosa Asetat dari Limbah Batang Ubi Kayu”.
Skripsi Progam Studi Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Lampung. 2014.
Mozammel, Hoque M, Ota Masahiro, Bhattacharya SC.”Activated Charcoal from Coconut Shell using ZnCl2 Activation”.
Biomass and Bionergi, Vol.22, No.5. Tokyo metropolitan University.2002
Noverwan. “Pembuatan Karbon Aktif dari Cangkang Kelapa Sawit”. Skripsi Progam Studi Teknik Kimia Fakultas Teknik
Universitas Sriwijaya. 2014.
Permana, Edwin, dkk. “Pembuatan Kerbon Aktif dari Kulit Ubi Kayu (mannihot esculenta)”. Jurnal Teknik Kimia, Vol.1,
No. 2. Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya. 2009

80
Yuni Ambarwati, Nella Putri Syarifah, dan L.Urip Widodo/ Tekmapro Vol.14, No.2, Tahun 2019

Rahman, M. A, M. Asadullah, M. Haque, M. A. Motin, M.B. Sultan, M. A. K. Azad. “Preparation and Caracterization of
Activated Charcoal as an Adsorben”. J. Surface Sci, Vol.22, No. 3-4. University of Rajshahi, Babgladesh. 2006
Rananda Vinsiah, Andi Suharman, D. Desi. “Pembuatan Arang Aktif dari Cangkang Kulit Buah Karet”. JPPK Vol. 1, No.
2. 2014
Roy GM. 2005. Activated Carbon Applications in The Food and Pharmaceutical Industries. Pennsylvania: Technomic
Santiyo Wibowo, Wasrin Syafi, Gustan Pari. “Karakterisasi Permukaan Arang Aktif Tempurung Biji Nyamplung”.Makara
Teknologi, Vol.15, No. 1. 2011
Schroder, E., Thomauske K., Weber C., Hornung A. dan Tumiatti V. Experiment on The Generation of Activated Carbon
From Biomass. Vol.79, No.1, Institute For Nuclear and Energy Technologies Forschungs Karlsruhe Germany. 2006
Siti Jamilatun, Martomo Setyawan. “Pembuatan Arang Aktif dari Tempurung Kelapa dan Aplikasinya untuk Penjernihan
Asap Cair”. Jurnal Spektrum Industri. Vol.12, No.1, Teknik Kimia Fakultas Teknologi Industri Universitas Ahmad
Dahlan Yogyakarta. 2014
Supiati. “Pengaruh Konsentrasi Aktivator Asam Klorida terhadap Kapasitas Adsorpsi Arang Aktif Kulit Durian pada Zat
Warna Methanil Yellow”. Jurnal Progam Studi Kimia, Vol.1, No.1 Universitas Islam Negeri Alauddin. 2013.
Vinsiah, Rananda, dkk. “Pembuatan Arang Aktif dari Cangkang Kulit Buah Karet”.Jurnal Progam Studi Pendidikan Kimia,
Vol.2, No.1.Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sriwijaya Makasar. 2015.

81

Anda mungkin juga menyukai