Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tempurung kemiri termasuk limbah organik yang dapat diuraikan

namun dengan teksturnya yang cukup keras sehingga membutuhkan waktu

untuk menguraikannya secara alamiah, sehingga tempurung kemiri menjadi

limbah yang sangat meresahkan masyarakat sehingga dilakukan berbagai

upaya untuk memanfaatkan limbah tempurung kemiri. Pemanfaatan limbah

tempurung kemiri ini dimaksudkan selain untuk menanggulangi adanya

penumpukkan limbah tempurung kemiri juga diharapkan dapat

menghasilkan produk yang aman dan ramah lingkungan. Dengan

memperhatikan faktor lingkungan tersebut, maka tempurung kemiri dapat

dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan karbon aktif (Laos, 2016: 135).

Karbon aktif sebagai bahan karbon dengan struktur amorf dan luas

permukaan internal yang besar dengan tingkat porositas yang tinggi. Karbon

aktif memiliki kinerja tinggi dalam konduktifitas listrik, stabilitas termal yang
baik, serta reaktivitas permukaan yang menjadi alasan utama karbon aktif

digunakan alam beberapa tahun terakhir. Karbon aktif mengandung

mikropori, mesopori dan makropori dalam strukturnya. Struktur ini memiliki

peran penting dalam menentukan kinerja karbon aktif sebagai adsorben.

Adapun karbon aktif dapat dimanfaatkan terlebih dahulu melalui dua tahap

aktivasi (Lubis, 2020: 68).

Aktivasi termasuk suatu perlakuan terhadap arang yang sangat

penting karena bertujuan untuk memperbesar pori yaitu dengan cara

memecahkan ikatan hidrokarbon atau mengoksidasi molekul-molekul

permukaan sehingga arang mengalami perubahan sifat, baik fisika maupun

1
2

kimia yaitu luas permukaannya bertambah besar dan berpengaruh terhadap

daya adsorbsi. Arang dapat dihasilkan dari bahan-bahan yang mengandung

karbon

seperti seperti pada limbah pertanian, Adapun limbah pertanian yang sering

dijadikan sebagai bahan pembuatan arang salah satunya yaitu tempurung

kemiri (Kristianto, 2017: 105). Berdasarkan latar belakang diatas maka

dilakukan percobaan pembuatan karbon aktif dengan metode aktivasi kimia

dengan tujuan untuk mengetahui proses aktivasi karbon dari tempurung

kemiri (Aleurites moluccana L.) dengan menggunakan metode aktivasi kimia

dan mengetahui nilai rendemen karbon tempurung kemiri (Aleurites

moluccana L.) hasil aktivasi kimia.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada percobaan ini, adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana cara mengetahui proses aktivasi karbon dari tempurung

kemiri (Aleurites moluccana L.) dengan menggunakan metode aktivasi

kimia?

2. Berapa nilai rendemen karbon tempurung kemiri (Aleurites moluccana

L.) hasil aktivasi kimia?

C. Tujuan Percobaan

Tujuan pada percobaan ini adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui proses aktivasi karbon dari tempurung kemiri (Aleurites

moluccana L.) dengan menggunakan metode aktivasi kimia.

2. Mengetahui nilai rendemen karbon tempurung kemiri (Aleurites

moluccana L.) hasil aktivasi kimia.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tempurung Kemiri (Aleurites moluccana L.)

Tanaman kemiri (Aleurites moluccana L.) merupakan tanaman yang

berasal dari Malaysia dan telah menyebar ke India, Filipina, Australia,

Indonesia, Kepulauan Pasifik dan Brazil. Berikut klasifikasi kemiri:

Divisi : Embryophita

Sub Divisi : Angiosspermae

Kelas : Dicotyledonae

Ordo : Geraniales

Famili : Euporbiaceae

Genus : Aleurites

Spesies : A. moluccana L.

Gambar II. 1 Tempurung Kemiri


Sumber: (Dokumentasi Praktikum)
Pohon kemiri sendiri adalah pohon dengan berbagai macam manfaat.

kemiri sebagaian besar digunakan sebagai rempah-rempah, akan tetapi

diketahui bahwa hampir semua bagian dari kemiri dapat dimanfaatkan.

Kemiri sendiri merupakan pohon yang mudah untuk ditanam. Pohon kemiri

juga sangat mudah untuk tumbuh dan tidak memerlukan persayaratan yang

banyak. Kemiri sendiri dikelompokkan dalam minyak lemak yang cukup baik,

dengan begitu banyaknya manfaat, kemiri juga menghasilkan limbah yang

3
4

dihasilkan dari tempurung kemiri. Tempurung tersebut bisa menumpuk

dalam jumlah besar jika dalam musim panen. Tempurung kemiri tersebut

memiliki kadar karbon yang sangat besar, dan sangat ppotensi dimanfaatkan

sebagai adsorben atau pembautan arang bakar (Immaduddin, 2021: 13).

Berdasarkan hasil analisis diperoleh gugus fungsi yang terkandung

dalam arang tempurung kemiri sebelum diaktivasi dapat dilihat bahwa

terdapat serapan dengan intensitas yang cukup kuat pada bilangan

gelombang 3389,04 cm-1 akibat adanya serapan gugus O-H dan gugus fungsi –

CO- pada daerah serapan 1201,69 cm-1, sedangkan gugus fungsi dari arang

aktif tempurung kemiri, dilihat bahwa terdapat serapan dengan intensitas

kuat pada bilangan gelombang 3389,04 cm-1 akibat serapan dari gugus O-H

dan gugus fungsi –CO- pada daerah serapan 1222,91 cm -1 sampai 1165,04

cm-1. Analisis Surface Area Analyzer (SAA) pada karbon aktif tempurung

kemiri karakterisasi dilakukan untuk mengetahui luas permukaan, volume

pori dan ukuran pori pada arang aktif tempurung kemiri (Hamu, 2019: 14).

Tabel II.1. Data hasil karakterisasi SAA


Luas
Volume Pori Ukuran Pori
Permukaan
(ml/g) (nm)
(m2/g)

17,20 0,021 1,60

(Sumber: Hamu, 2019: 15).

Hasil analisis tersebut, ukuran pori arang aktif tempurung kemiri

adalah mikropori. Menurut international union of pure and applied chemistry

(IUPAC) yaitu ukuran mikropori d < 2 nm. Tipe mikropori menunjukkan

bahwa dalam adsorpsi partikel adsorbat akan menempel di sekitar dinding

adsorben sehingga akan mempunyai ikatan yang kuat (Hamu, 2019: 15).
5

Arang aktif tempurung kemiri (Aleurites moluccana L.) sebagai

adsorben zat warna naphtol yang bertujuan untuk mengetahui karakteristik,

kondisi optimum yang meliputi pH, waktu kontak dan konsentrasi adsorpsi

serta kapasitas adsorpsi arang aktif tempurung kemiri terhadap zat warna

naphtol. Penentuan karakteristik arang aktif tempurung kemiri dilakukan

dengan mengamati gugus fungsi menggunakan FTIR. Penentuan luas

permukaan, volume pori dan ukuran pori menggunakan SAA. Hasil

karakterisasi menggunakan`FTIR menunjukkman bahwa arang sebelum

dikativasi dan setelah diaktivasi mengandung gugus fungsi –OH, Csp 3-H, CH 2,

CH3, CO Eter, C=C aromatic, dan C-H aromatic. Sedangkan karakterisasi

menggunakan Analisis Surface Area Analyzer (SAA) menunjukkan luas

permukaan arang aktif yang diperoleh sebesar 17,20 m 2/g dengan volume

pori sebesar 0,021 mL/g dan ukuran pori sebesar 1,60 nm. Kondisi optimum

adsorben dalam mengadsorpsi zat warna naphtol sebesar 60 ppm, terjadi

pada pH 5 dengan waktu kontak 120 menit. Hasil pengukuran kapasitas

adsorpsi arang aktif tempurung kemiri yang diperoleh (Hamu, 2019: 12).

B. Karbon Aktif

Karbon aktif adalah suatu bahan yang mengandung unsur karbon

85-95 % dan merupakan padatan berpori. Karbon aktif ini merupakan hasil

pemanasan bahan yang mengandung karbon pada suhu tinggi tetapi tidak

teroksidasi. Arang merupakan suatu padatan berpori yang mengandung

85-95 % karbon, dihasilkan dari bahan-bahan yang mengandung karbon

dengan pemanasan pada suhu tinggi. Ketika pemanasan berlangsung,

diusahakan agar tidak terjadi kebocoran udara didalam ruangan pemanasan

sehingga bahan yang mengandung karbon tersebut hanya terkarbonisasi dan

tidak teroksidasi. Arang selain digunakan sebagai bahan bakar, juga dapat
6

digunakan sebagai adsorben (penyerap). Daya serap ditentukan oleh luas

permukaan partikel dan kemampuan ini dapat menjadi lebih tinggi jika

terhadap arang tersebut dilakukan aktifasi. Dengan demikian, arang akan

mengalami perubahan sifat fisika dan kimia dan disebut sebagai arang

aktif (Dewi, dkk., 2020: 22).

Menurut Saputro (2020: 43), berdasarkan bentuknya, karbon aktif

dapat digolongkan menjadi tiga golongan yaitu karbon aktif granular, pellet

dan serbuk, yaitu sebagai berikut:

1. Karbon aktif granular, yaitu karbon aktif yang memiliki ukuran

partikel antara 0,2 sampai dengan 5 mm. Karbon aktif ini biasanya

berbentuk tidak beraturan. Jenis karbon aktif ini bisa digunakan baik

pada fasa gas maupun cair.

2. Karbon aktif berbentuk pellet, yaitu karbon aktif yang mempunyai

ukuran diameter dari 0.8 sampai dengan 5 mm. Karbon aktif ini dibuat

melalui proses ekstrud dan berbentuk silinder kecil kecil. Karbon aktif

ini mempunyai pressure drop nya rendah, kekuatan mekanik yang

tinggi dan rendah kandungan abu sehingga biasanya digunakan untuk

aplikasi pada fasa gas.

3. Karbon aktif serbuk, yaitu karbon aktif yang memiliki ukuran kurang

dari 0.18 mm (<80 mess). Karbon ini merupakan karbon aktif yang

telah melalui proses atau tahap penghancuran. Karbon aktif jenis ini

biasanya digunakan pada aplikasi fasa cair dan penyaringan pada gas

buang.

Arang aktif merupakan senyawa karbon, yang dapat dihasilkan dari

bahan-bahan yang mengandung karbon atau dari arang yang diperlakukan

dengan cara khusus untuk mendapatkan permukaan yang lebih luas. Luas
7

permukaan arang aktif berkisar antara 300-3500 m 2/gram dan ini

berhubungan dengan struktur pori internal yang menyebabkan arang aktif

mempunyai sifat sebagai adsorben. Daya serap arang aktif sangat besar, yaitu

251.000 % terhadap berat arang aktif. Arang aktif dibagi atas 2 tipe, yaitu

arang aktif sebagai pemucat dan sebagai penyerap uap. Arang aktif sebagai

pemucat, biasanya berbentuk powder yang sangat halus, diameter pori

mencapai 1000 A, digunakan dalam fase cair berfungsi untuk memindahkan

zat-zat penganggu yang menyebabkan warna dan bau yang tidak diharapkan,

membebaskan pelarut dari zat-zat penganggu dan kegunaan lain yaitu pada

industri kimia dan industri baru (Dewi, dkk., 2020: 22).

Menurut Dewi (2020: 15), kegunaan karbon aktif antara lain sebagai

berikut:

a. Pemurni gas, karbon aktif digunakan untuk desulfurisasi yaitu

menghilangkan gas beracun, pencegahan racun, asap dan bau busuk.

b. Penghilang rasa, warna dan bau yang tidak dikehendaki pada minyak

dan makanan.

c. Sebagai pemercepat reaksi dalam berbagai reaksi kimia misalnya

untuk mengkatalisa pembentukan sulfur klorida dari sulfur dioksida

dan klorin, selain sebagai katalis dalam reaksi karbon aktif juga bisa

sebagai promoter yang mempercepat laju reaksi.

d. Pada Industri obat obatan, jarbon aktif juga digunakan sebagai bahan

penyaring dan penghilang warna, bau serta rasa yang tidak

dikehendaki.

e. Pada industri minuman keras dan ringan, karbon aktif juga sebagai

penghilang bau dan warna.


8

f. Pada bidang perikanan, budi daya udang dan benur berguna untuk

pemurnian air, menghilangkan logam berat, nitrit, amonia, serta fenol.

g. Pada bidang kimia perminyakan digunakan dalam penyaringan bahan

mentah atau zat antara.

h. Pada sistem pengolahan air dan pengolahan air limbah, karbon aktif

bermanfaat untuk menghilangkan atau menyaring zat warna, zat bau

dan bahan pencemar.

i. Pada proses pengolahan pulp and paper digunakan sebagai pemurni

dan penghilang bau.

j. Beberapa manfaat lainnya antara lain sebagai bahan penyerap,

berbagai pelarut, crude oil, karet, larutan asam dan penghilang bau

dalam kamar pendingin dan mobil.

Berberapa penelitian mengenai pembuatan karbon aktif telah

dilakukan oleh Maulana, dkk (2017: 247) yang meneliti tentang pembuatan

karbon aktif tempurung kemiri, dari penelitian tersebut beliau memperoleh

bahwa hasil terbaik yang diperoleh dengan kadar karbon fix yaitu sebesar

27,80 %, akan tetapi produk yang dihasilkan belum memenuhi standar SNI.

C. Aktivasi Kimia

Aktivasi secara kimia merupakan aktivasi dengan pemakaian bahan

kimia. Aktivasi secara kimia memiliki beberapa keuntungan antara lain

memerlukan temperatur yang rendah, menghasilkan hasil yang lebih tinggi

dan mikropori dapat dikontrol. Aktivasi secara kimia biasanya menggunakan

aktivator. Aktivasi secara kimia biasanya menggunakan bahan-bahan

pengaktif seperti garam kalsium klorida (CaCl 2), magnesium klorida (MgCl2),

seng klorida (ZnCl2), natrium hidroksida (NaOH), natrium karbonat (Na 2CO3)

dan natrium klorida (NaCl). Selain garam mineral biasanya digunakan ialah
9

berbagai asam dan basa organik seperti asam sulfat (H 2SO4), asam klorida

(HCl), asam hipoklorit (HClO), kalium hidroksida (KOH), dan natrium

hidroksida (NaOH) (Diana, 2020: 9).

Aktivasi kimiawi biasanya digunakan untuk bahan baku mengandung

lignoselulosa. Aktivasi ini, karbon dicampur dengan larutan kimia yang

berperan sebagai activating agent. Salah satu jenis larutan kimia yang banyak

dipakai sebagai activating agent dari logam alkali adalah KOH (kalium

hidroksida). Kalium hidroksida (KOH) akan bereaksi dengan karbon sehingga

akan membentuk pori-pori baru serta menghasilkan karbon dioksida yang

berdifusi ke permukaan karbon. Banyaknya pori-pori yang terbentuk akan

menghasilkan jenis karbon aktif. Kalium hidroksida (KOH) juga berfungsi

untuk mencegah pembentukan tar, asam asetat, methanol dan lain lain.

Berdasarkan Standar Nasional Indonesia, kadar air pada karbon aktif

maksimal 15%, kadar abu maksimal 10% dan daya serap Iodin minimal

750 mg (Rahmatullah, 2019: 2).

D. Aktivator

NaCl sebagai aktivator garam memiliki pengaruh dalam bilangan iodin

dan kemampuan adsorbsi Fe. Proses penghilangan tar menjadi efektif karena

dapat menghasilkan bilangan iodin yang lebih besar dibandingkan dengan

aktivator asam sulfat (H2SO4). Kenaikan bilangan iodin mencapai 60%

dibandingkan dengan penggunaan aktivator asam sulfat (H2SO4). Tingginya

bilangan iodin disebabkan natrium klorida (NaCl) hanya mampu

membersihkan karbon aktif dari sisa tar yang menempel dan tidak dapat

membentuk gugus fungsi baru sehingga permukaan pori karbon aktif

menjadi lebih terbuka. Penambahan aktivator NaCl menyebabkan mineral

abu teradsorpsi pada garam sehingga mengakibatkan volume pori


10

bertambah. Selain itu (natrium klorida) NaCl berfungsi sebagai agen

dehidrasi yang mampu menghilangkan endapan tar yang masih menempel di

permukaan pori-pori dari hasil karbonisasi (Dzigbor dan Chimphango, 2019:

422).

Arang aktif dapat dibuat dari bahan karbon berpori yang dapat

diperoleh dari bahan buangan padat pertanian seperti sekam padi,

tempurung kelapa, tempurung kelapa sawit, tempurung kemiri dan bahan

buangan padat perkotaan seperti plastik, kertas dan karton. Salah satu bahan

buangan padat pertanian yang masih sedikit pemanfaatannya adalah

tempurung kemiri. Pada umumnya masyarakat menjadikan tempurung

kemiri sebagai pengeras jalan dan lantai rumah. Disisi lain tempurung kemiri

juga mempunyai prospek sebagai bahan baku pada pembuatan arang aktif.

Sifat karbon aktif sendiri selain dipengaruhi oleh jenis bahan baku, luas

permukaan, penyebaran pori dan sifat kimia permukaan arang aktif, namun

juga dipengaruhi oleh cara aktivasi yang digunakan. Pada tahap aktivasi,

terlebih dahulu karbon direndam menggunakan bahan pengaktif antara lain

seng klorida(ZnCl2), kalium hidroksida (KOH), natrium klorida (NaCl), asam

sulfat (H2SO4) dan asam posfat (H3PO4). Girgis dkk. (2002) mengemukakan

bahwa asam posfat (H3PO4) sebagai agen aktivasi akan memberikan hasil

terbaik jika dibandingkan dengan seng klorida (ZnCl 2) dan kalium hidroksida

(KOH). Bahan-bahan pengaktif tersebut bersifat sebagai dehidrator yang

dapat mereduksi OH dan CO yang masih tersisa dan tidak digunakan dari

karbon hasil karbonisasi (Sandi dan Astuti, 2014: 115).

E. Asam Sulfat (H2SO4)

Asam sulfat (H2SO4) merupakan senyawa kimia asam kuat dan bersifat

korosif pada logam seperti baja, tidak berwarna, berbau menyengat dan larut
11

dalam air. Molekul asam sulfat terdiri dari dua atom hidrogen (H), satu atom

belerang (S), dan empat atom oksigen (O). Struktur molekulnya membuatnya

sangat reaktif dan memiliki potensi ionisasi tinggi, sehingga memberikan

sifat asam yang kuat. Sifat asam dari asam sulfat juga disebabkan oleh

kemampuannya untuk melepaskan semua ion hidrogen (H⁺) saat berdisosiasi

dalam larutan (Velentina, dkk., 2020: 89).

Aktivasi kimia dilakukan untuk impregnas karbon menggunakan

senyawa kimia dan pemanasan. Proses aktivasi kimia akan merubah struktur

karbon dan pori di dalam karbon aktif. Penggunaan aktivator asam bertujuan

untuk membentuk permukaan karbon yang asam sehingga terbentuk gugus

fungsi yang mengandung oksigen (O2) dan memberikan sifat hidrofilik

terhadap karbon aktif. Penggunaan asam sulfat (H2SO4) juga dapat

membentuk gugus fungsi sulfida, disulfida, asam sulfonat, sulfoksida, dan

sulfon (Asasian Kolur dkk., 2019).

Penelitian mengenai kemampuan penjeratan besi (Fe) terbaik

dihasilkan dari karbon aktif yang teraktivasi dengan H 2SO4. Hal ini

membuktikan pembentukan gugus fungsi berbasis sulfur berhasil dilakukan.

Proses adsorpsi dengan karbon aktif yang teraktivasi H 2SO4 mampu

menjerap 69,08 % Fe dalam air tanah yang memiliki konsentrasi 2,84 ppm

menjadi 0,544 ppm. Hasil bilangan iodin yang dihasilkan masih jauh dari

standar nasional Indonesia (SNI) sebesar 750 mg/g dan penjerapan Fe belum

mampu mencapai standar baku mutu kelas satu (Tarmidzi, dkk. 2021: 20).

F. Penetralan

Reaksi penetralan merupakan reaksi yang terjadi antara asam dan

basa. Reaksi asam-basa dalam medium air biasanya menghasilkan garam dan

air yang merupakan senyawa ionik yang terbentuk dari suatu kation selain
12

ion H+ dan suatu anion selain OH- atau O 2-. Reaksi penetralan disebut juga

reaksi penggaraman dimana HCl dicampurkan dengan NaOH, maka ion H +

dari HCl akan bereaksi dengan ion OH- dari NaOH membentuk H 2O.

Penelitian ang membahas mengenai penetralan dilakukan oleh Nurhasni

(2014: 36 ), dimana dia menggunakan tandan pisang yang kering direndam

dengan larutan H3PO4 sebanyak 500 mL selama 6 jam pada suhu 400 oC lalu

disaring menggunakan kertas saring biasa dan dibilas dengan akuades.

Kemudian sampel tersebut dimasukkan kedalam alat presto dan

ditambahkan akuades hingga sampel terendam semuanya untuk melakukan

proses karbonisasi hidrotermal menggunakan alat presto hingga terbentuk

arang. Setelah itu, dihaluskan dengan blender dan dilakukan proses

karbonisasi dalam grafit furnace pada temperature 400 oC selama 3 jam.

Kemudian karbon aktif direndam dalam HNO 3 5 M selama 3 jam kemudian

disaring, dicuci hingga pH 6-7 dan keringkan dalam oven (Syamsudin, 2017:

47).

Derajat keasaman (pH) merupakan indikator yang digunakan untuk

menyatakan tingkat keasaman atau kebasaan yang dimiliki suatu larutan

ataupun perairan. pH sangat berpengaruh terhadap kualitas air sungai. pH

air sungai yang tinggi biasanya disebabkan oleh kandungan logam ataupun

senyawa organik yang tinggi. Nilai pH menjadi faktor yang penting dalam

perairan karena nilai pH pada air akan menentukan sifat air menjadi bersifat

asam atau basa yang akan mempengaruhi kehidupan biologi di dalam air.

Perubahan keasaman air, baik ke arah alkali maupun asam, akan sangat

mengganggu kehidupan ikan dan hewan air lainnya. pH air dapat dijadikan

indikasi apakah air tersebut tercemar atau tidak dan seberapa besar tingkat

pencemarnya, pH air alami berkisar antara 6,5-8,5. Pencemaran air dapat


13

menyebabkan naik atau turunnya pH air. pH air disebut netral bernilai 7. Jika

air banyak tercemar zat yang bersifat asam (bahan organik) pH air akan lebih

kecil dari 7, tetapi jika air bersifat basa akan lebih besar dari 7. Setiap

kenaikan 1 angka pada skala pH menunjukan kenaikan kebasaan 10 kali

demikian juga jika penurunan (Pratiwi dan Indah, 2023: 58).

Pengukuran PH dilakukan dengan memvariasikan suhu karbonisasi

rata-rata nilai PH didapatkan pada rentang PH 7,4-7,8. derajat keasaman

(pH) berpengaruh dalam proses adsorpsi. Karbon aktif yang baik adalah

karbon aktif yang telah memenuhi standar atau persyaratan yang ditetapkan,

yaitu SNI 06-3730-1995 untuk arang aktif teknis adalah maksimum 15%.

Selanjutkan dilakukan karakterisasi karbon aktif. Karakterisasi bertujuan

untuk mengetahui sifat-sifat dasar arang hasil aktivasi meliputi, kadar air,

kadar abu, PH mengetahui tingkat keasaman, dan X-Ray Fluorescence (XRF)

untuk mengukur komposisi kimia/elemen penyusun menggunakan

PANalytical Epsilon 3 (Rahmi, 2020: 30).


BAB III

METODE PERCOBAAN

A. Waktu dan Tempat

Perobaan ini dilakukan pada hari Selasa tanggal 18 Desember 2023

pada pukul 13.00-15.40 WITA dan bertempat di Laboratorium Kimia Fisika,

Fakultas Sains dan Teknologi UIN Alauddin Makassar.

B. Alat dan Bahan

1. Alat

Alat-alat yang digunakan dalam percobaan ini, yaitu oven Heraeus

M110, neraca digital, desikator, pH meter, gelas kimia, batang pengaduk dan

corong plastik.

2. Bahan

Bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan ini, yaitu akuades

(H2O), aluminium foil, asam sullfat (H2SO4) 1 M, karbon aktif tempurung

kemiri (Aleurites moluccana L.), kertas label, kertas saring, pH universal, pH

meter dan tisu.

C. Prosedur Kerja
Adapun prosedur kerja pada percobaan ini adalah sampel karbon

yang telah diaktivasi secara fisik ditimbang hasilnya sebanyak 235 gram,

kemudian diaktivasi secara kimia dengan cara direndamkan dengan larutan

asam Sulfat (H2SO4) 1 M selama 24 jam, lalu sampel karbon disaring dan

dicuci dengan akuades hingga bersifat netral (pH=7). Setelah itu, sampel

karbon yang telah diaktivasi kemudian dikeringkan dalam oven pada suhu

105 °C hingga kering, kemudian sampel karbon hasil aktivasi kimia

ditimbang dan dihitung rendemennya.

14
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan

1. Tabel Pengamatan

Tabel 4.1 Hasil Pengamatan Pembuatan Karbon Aktif menggunakan metode aktivasi kimia
No. Perlakuan Gambar

1. Merendam sampel dengan asam sulfat


(H2SO4) selama 24 jam

2. Menyaring menggunakan kertas saring

3. Meneralkan dengan menggunakan


akuades (H2O)

4. Proses mengukur dengan pH meter

Mengeringkan di oven pada suhu


5.
105 OC hingga sampel kering

Menimbang rendemen karbon setelah


6.
aktivasi

15
16

2. Analisis Data

Diketahui:

Bobot sampel kering : 5.000 gram

Bobot hasil karbonisasi : 1.300 gram

Bobot hasil pengayakan : 235 gram

Bobot hasil aktivasi fisik : 195,14 gram

Bobot hasil aktivasi kimia : 145,50 gram

Ditanyakan: Rendemen hasil aktivasi ...?

Penyelesaian:
Bobot hasil aktivasi kimia
Rendemen hasil aktivasi =
Bobot hasil aktivasi fisik
× 100 %
145,50 gram
=
195,14 gram
× 100 %
= 74,56 %
B. Pembahasan

Aktivasi kimia didefinisikan sebagai proses yang menggunakan

bantuan bahan-bahan kimia dalam proses pemutusan rantai karbon pada

senyawa-senyawa organik. Proses ini akan sangat memungkinkan

terbentuknya luas permukaan yang besar yang merupakan salah satu

keunggulan dari proses aktivasi secara kimia. Aktivasi kimiawi dilakukan

dengan proses perendaman karbon dengan bahan-bahan atau larutan

kimia bisa dalam bentuk hidroksida logam alkali, garam fosfat (PO 43-),

asam klorida (HCl), asam sulfat (H 2SO4) dan khususnya seng klorida (ZnCl 2)

yang berfungsi untuk memperluas permukaan dan menyebabkan larutnya

pengotor yang terdapat dalam pori-pori karbon, sehingga gugus fungsi

karbon aktif dan jenis ukuran pori-pori karbon menjadi lebih besar dari

sebelumnnya (Amalia, 2021: 25).


17

Percobaan ini dilakukan merendam karbon aktif hasil aktivasi fisik

dengan larutan asam sulat (H2SO4) untuk menghilangkan zat pengotor atau

memurnikan karbon dan menetralkan pH. Karbon aktif yang telah netral atau

mencapai pH 7 dikeringkan dalam oven bertujuan untuk menghilangkan

kadar air atau untuk mengeringkan karbon aktif hingga beratnya konstan.

Selanjutnya, menimbang karbon aktif yang telah dinetralkan dan dikeringkan

untuk mendapatkan rendemen hasil aktivasi kimia. Pembilasan karbon aktif

yang telah direndam menggunakan aktivator asam sulfat (H 2SO4) dengan

akuades bertujuan untuk mencuci atau menghilangkan suasana asam akibat

aktivator asam sulfat (H2SO4). Aktivator asam sulfat (H 2SO4) berfungsi untuk

mendegradasi atau penghidrasi molekul organik selama proses aktivasi.

Hasil aktivasi kimia pada karbon aktif tempurung kemiri yaitu karbon

mengalami penyusutan karena banyak sampel yang menempel pada kertas

saring saat proses penetralan dan pori-pori karbon aktif yang semakin

bertambah besar sehingga berpengaruh pada bobot sampel. Warna karbon

aktif menjadi lebih hitam setelah penetralan. Data yang diperoleh pada

percobaan ini yaitu bobot karbon aktif hasil aktivasi fisik sebesar 195,14 gram dan

bobot karbon aktif hasil aktivasi kimia mengalami pengusutan yaitu sebesar

145,50 gram sehingga dapat diketahui rendemen karbon aktif hasil aktivasi kimia

yaitu sebesar 74,56 %.


BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil percobaan dapat disimpulkan bahwa:

1. Proses aktivasi karbon dari tempurung kemiri (Aleurites moluccana L.) dengan

metode aktivasi kimia dengan menggunakan aktivator asam yaitu asam sulfat

(H2SO4). Kemudian dinetralkan dengan akuades (H2O) hingga pH 7.

2. Nilai rendemen karbon tempurung kemiri adalah 74,56 %.

B. Saran

Saran pada percobaan ini sebaiknya pada percobaan selanjutnya

menggunakan sampel lain seperti sampel kulit singkong (Euphorbiaceae) dan

aktivator seperti asam klorida (HCl) agar hasil karbonisasi dan aktivasi kimia

yang dihasilkan dapat dibandingkan.

18
DAFTAR PUSTAKA

Amalia, Nurul. “Efektivitas Karbon Aktif dari Tempurung Kelapa (Cocos


Nucifera L.) dengan Aktivator Kalium Hidroksida (KOH) sebagai
Adsorben yang Diaplikasikan dalam Pemurnian Minyak Atsiri
(Pathcoli Oil)”. Skripsi. Makassar: Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Islam Negeri Alauddin, 2021.
Asasian Kolur, N., Sharifian, S., & Kaghazchi, T. “Investigation of Sulfuric Acid-
Treated Activated Carbon Properties”. Turkish Journal of Chemistry,
43, no.2 (2019):h. 663–675.
Dewi, dkk. “Aktivitas Karbon Dari Kulit Pisang Dengan Menggunakan
Aktivator Kimia KOH” Teknologi Kimia Unimal 9, no.2 (2020): h. 12-
22.
Diana. “Karakterisasi Karbon Aktif Serat Sagu Teraktivasi KOH Menggunakan
Scanning Electron Microscopy (SEM)”. Skripsi. Palopo: Fakultas Sains
Universitas Cokroaminoto, 2020.
Dzigbor, A., & Chimphango, A. “Production and Optimization of NaCl-Activated
Carbon from Mango Seed using Response Surface Methodology”.
Biomass Conversion and Biorefinery, 9, no. 2 (2019):h. 421–431.
Girgis, B.S. Samya, S.Y. Ashraf, M.S., “Characteristic Of Activated Carbon From
Peanut Hulls In Relation To Condition Of Preparation” Materials
Letters,2 no. 1 (2002): h. 57.
Hamu. “Pemanfaatan Arang Aktif Tempurung Kemiri sebaggai Adsorben Zat
Warna Napthol”. Chem 1, no.2 (2019): h. 12-32.
Immaduddin. “Pengolahan Limbah Tempurung Kemiri Sebagai Adsorben
Senyawa Etilen dengan Penambahan Kalium Permanganat (KMnO 4)
JPPL 3, no.1 (2021):h. 13-19.
Kristianto, Hans. “Sintesis Karbon Aktif Dengan Menggunakan Aktivasi Kimia
ZnCl2” Integrasi Proses 6, no.3 (2017): h.104-111.
Laos. “Pengaruh Suhu Aktivasi Terhadap Daya Serap Karbon Aktif Kulit
Kemiri” Seminar Nasional Fisika 5, no. 3 (2016):h. 135-140.
Lubis. “Production Of Activated Carbon from Natural Sources or Wather”
IJCST-UNIMED 3, no.2 (2020): h. 67-73.
Maulana, G. G. R., Agustina, L., & Susi, S. “ Proses Aktivasi Arang Aktid dari
Tempurung kemiri dengan Variasi Jenis dan Konsentrasi Aktivator
Kimia”. Ziraa’ah Ilmiiah Pertanian 42, no.3 (2017): h. 247-256.
Nurhasni, Hendrawati, dan Saniyyah, N. “Sekam Padi untuk Menyerap Ion
Logam Tembaga dan Timbal dalam Air Limbah” Jurnal Kimia Valensi 4,
no.1(2014:h. 36-44.
Pratiwi dan Indah. “Penurunan NILAI pH, COD, TDS, TSS Pada Air Sungai
menggunakan Limbah Kulit Jagung Melalui Adsorben” Teknik Analisis
Laboratorium Migas. 8, no.1 (2023):h. 55-62.
Rahmatullah, dkk.”Pengaruh Suhu Karbonisasi Terhadap Kualitas Karbon
Aktif dari Limbah Ampas Tebu”. Jurnal Teknik Kimia 25, no.1 (2019):
h. 1-4.
Rahmi. “Pembuatan Karbon Aktif Dari Batang Jagung Dan Aplikasinya Untuk
Penjernih Air”. Jurnal Riset Fisika Edukasi dan Sains 7, no.1 (2020):h.
26-33.
Saputro, dkk. “Teknologi Aktivasi Fisika pada Pembuatan Karbon Aktif dari
limbah tempurung kelapa” Teknik Kimia 25, no.2 (2020): h.42-47.
Syamsudin. “Sintesis Dan Karakterisasi Karbon Aktif Tandan Pisang Dengan
Aktivator H3PO4 10% Untuk Adsorpsi Logam Pb (II) Dan Cr (VI) Dalam
Larutan” Skripsi. Yogyakarta: Program Studi Kimia Fakultas
Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Islam Indonesia
Yogyakarta, 2017.
Tarmidzi, dkk,. “Pengaruh Aktivator Asam Sulfat dan Natrium Klorida pada
Karbon Aktif Batang Semu Pisang untuk Adsorpsi Fe”. Jurnal Rekayasa
Bahan Alam dan Energi Berkelanjutan. 5, no. 1 (2021):h. 17-21.
Valentina, A., Herawati, M. M dan Agus, Y. H. "Pengaruh Asam Sulfat Sebagai
Bahan Koagulan Lateks Terhadap Karakteristik Karet dan Mutu
Karet". Jurnal Penelitian Karet 38, no. 1 (2020): h. 85-94.
LAMPIRAN I
SKEMA KERJA

Karbon Aktif Tempurung Kemiri


(Aleurites moluccana L.)

Direndam karbon aktif menggunakan larutan asam sulfat (H 2SO4) 1

M selama 24 jam.

Dinetralkan menggunakan akuades (H2O) hingga pH netral (pH= 7).

Dikeringkan di dalam oven pada suhu 105 ºC hingga kering.

Didinginkan menggunakan desikator.

Ditimbang dan dihitung rendemennya.

Hasil
LAMPIRAN II

DOKUMENTASI PRAKTIKUM

1. Aktivasi Kimia

Dimasukkan karbon aktif Direndam menggunakan Diaduk karbon aktif hingga


tempurung kemiri asam sulfat (H2SO4) homogen dan direndam
(Aleurites moluccana L.) ke 1 M. selama 24 jam.
dalam gelas kimia.

Disaring karbon aktif Dibilas karbon aktif sampai Diukur pH karbon aktif
hingga endapan terpisah pHnya menjadi netral. sampai mencapai pH= 7.
dengan larutan
aktivatornya.

Didin
Dimasukkan ke dalam oven ginkan sampel karbon Ditimbang sampel dan
karbon aktif pada suhu aktif tempurung kemiri dihitung rendemen hasil
105 0C sampai kering. (Aleurites moluccana L.) aktivasi kimia.
ke dalam desikator.
REFERENSI

Anda mungkin juga menyukai