Anda di halaman 1dari 9

PENGARUH PERSENTASE KALIUM HIDROKSIDA

TERHADAP SIFAT FISIS KARBON AKTIF


KAYU EUCALYPTUS PELLITA

Resti Harini, Awitdrus, Rakhmawati Farma

Jurusan Fisika
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Riau
Kampus Bina widya Pekanbaru, 28293, Indonesia
resti.harini@yahoo.co.id

ABSTRACT

A research has been conducted on activated carbon of Eucalyptus pellita wood


with various ratios of charcoal and potassium hydroxide of 1:0.25, 1:0.5, and
1:0.75 respectively. Chemical activation was conducted using the potassium
hydroxide for 20 hours and microwave irradiation with output power of 630 Watt
for 20 minutes. The aim of this research is to know the effects of potassium
hydroxide on the physical properties of activated carbon i.e yield of activated
carbon, micro structures, surface morfology, elements of activated carbon, and
methylene blue adsorption. X-ray diffraction patterns of the activated carbon
showed semicrystalline structure and SEM images showed porous activated
carbon. Weigh percentages of carbon (C), oxygen (O), and potassium (K)
elements of activated carbon were 67.87%, 30.63%, and 1.50%, respectively.
Adsorptive power of activated carbon on methylene blue was 97.45 mg/g and
surface area was 361.67 m2/g respectively.

Keywords : Eucalyptus pellita, potassium hydroxide, microwave irradiation,


activated carbon, physical properties.

ABSTRAK

Penelitian telah dilakukan tentang karbon aktif dari kayu Eucalyptus pellita
dengan variasi perbandingan karbon dan aktivator KOH masing-masing adalah
1:0,25, 1:0,5, dan 1:0,75. Aktivasi kimia dilakukan dengan menggunakan KOH
selama 20 jam dan iradiasi gelombang mikro dengan daya 630 Watt selama 20
menit. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kalium hidroksida
terhadap sifat fisis karbon aktif melalui analisa hasil karbon aktif, struktur mikro,
morfologi permukaan, elemen karbon aktif, dan daya serap metilen biru. Pola
difraktogram sinar-X karbon aktif menunjukkan struktur semikristalin dan foto
SEM menunjukkan bahwa karbon aktif berpori. Persentase berat elemen karbon
(C), oksigen (O), dan kalium (K) dari karbon aktif yaitu 67,87%, 30,63%, dan
1,50%. Daya serap karbon aktif terhadap metilen biru sebesar 97,45 mg/g dan luas
permukaan karbon aktif sebesar 361,67 m2/g.

Kata kunci : Eucalyptus pellita, kalium hidroksida, iradiasi gelombang mikro,


karbon aktif, sifat fisis.

1
PENDAHULUAN 2002), ZnCl2 (Kalderis et al., 2008),
dan KOH (Sudaryanto et al., 2006).
Eucalyptus pellita merupakan Kalium hidroksida (KOH)
spesies cepat tumbuh yang merupakan basa kuat yang dapat
dikembangkan untuk mensuplai dijadikan sebagai reaktan atau agen
bahan baku bubur kertas di pengaktif dalam pembuatan karbon
Indonesia. Tanaman Eucalyptus aktif. Menurut Apriani et al. (2013),
pellita di Indonesia menjadi salah KOH sebagai aktivator kimia dapat
satu tanaman andalan penghasil bereaksi dengan karbon. Fungsi
bubur kertas selain Acacia mangium KOH adalah menghilangkan zat–zat
(Supangat et al., 2012). Eucalyptus pengotor dalam karbon dan membuat
pellita memiliki batang lurus dan karbon menjadi lebih berpori.
bercabang yang bisa tumbuh Penelitian ini menggunakan
mencapai tinggi 40-130 meter bantuan iradiasi gelombang mikro.
dengan diameter sekitar 1,02 meter, Pengaktifan karbon menggunakan
memiliki kulit kasar, berserat, kasar iradiasi gelombang mikro memiliki
pecah-pecah, dan berwarna dari beberapa keunggulan yang unik,
coklat sampai coklat kemerahan yaitu efisiensi energi yang tinggi,
(Dombro, 2010). laju pemanasan yang tinggi,
Beberapa tahun terakhir ini, pemanasan volumemetrik dari sisi
perhatian dunia telah terfokus dalam ke sisi luar dan pemanasan
terhadap pemanfaatan bahan alam yang beragam (Chen dan Hashiso,
yaitu karbon aktif. Menurut Li et al. 2012), dan waktu pemanasan yang
(2009) karbon aktif telah terbukti relatif singkat (Pitchai et al., 2013).
sebagai salah satu penyerap yang Fungsi dari iradiasi gelombang mikro
efektif untuk mengangkat berbagai ini adalah untuk membuka pori
jenis polutan organik dan anorganik karbon aktif menjadi lebih terbuka
yang larut dalam air atau lingkungan lagi sehingga memiliki luas
ber-gas. permukaan yang tinggi.
Karbon aktif berazaskan
biomassa biasanya diproduksi dari METODE PENELITIAN
bahan-bahan alam. Bahan alam
tersebut harus memiliki kandungan Prosedur Pembuatan Karbon
lignoselulosa yaitu lignin, selulosa, Aktif
dan hemiselulosa. Bahan alam yang
memiliki kandungan lignoselulosa Karbon aktif dibuat dengan
antara lain tempurung kelapa bahan baku batang kayu Eucalyptus
(Tamado et al., 2013), sabut kelapa pellita berdiameter 9 cm yang
(Deng et al., 2008), sekam padi dikarbonisasi secara tradisional
(Manocha, 2003), kulit durian selama 1,5 jam dengan menggunakan
(Iqbaldin et al., 2012), dan biji kaleng. Pemilihan arang yang
anggur (Rao et al., 2006). berwarna cokelat kehitaman seperti
Proses pembuatan karbon aktif yang ditunjukkan pada Gambar 1.
dilakukan melalui proses aktivasi. Pemilihan arang yang berwarna
Salah satunya adalah proses aktivasi cokelat kehitaman dipotong dan
kimia. Bahan pengaktifnya antara diayak berbentuk granul dengan
lain seperti H3PO4 (Vernersson et al., ukuran ≤ 2 mm.

2
Arang bagian (gram) dan m0 adalah massa awal
luar sebelum proses aktivasi (gram).
Arang Difraksi Sinar-X
yang
digunakan Difraksi sinar-X (XRD)
merupakan metode karakterisasi
yang digunakan untuk melihat
Gambar 1. Penampang kayu struktur mikro karbon aktif. Struktur
Eucalyptus pellita mikro meliputi jarak antar lapisan
, dimensi mikrokristalit (tinggi
Aktivasi secara kimia dilakukan lapisan Lc dan lebar lapisan La), dan
menggunakan aktivator KOH. jumlah lapisan aromatik.
Variasi perbandingan berat karbon
dan KOH yaitu 1:0,25; 1:0,5; dan Mikroskop Pindaian Elektron
1:0,75. Proses aktivasi kimia
dilakukan dalam akuades 200 mL Mikroskop pindaian elektron
yang diaduk dengan laju 400 rpm (SEM) merupakan sebuah metode
selama 20 jam. Sampel karbon kayu karakterisasi yang digunakan untuk
Eucalyptus pellita seberat 30 gram. melihat morfologi permukaan karbon
Iradiasi gelombang mikro aktif. Morfologi permukaan ini akan
menggunakan oven gelombang menunjukkan pori-pori yang
mikro selama 20 menit dan daya terbentuk dalam karbon aktif.
gelombang mikro sebesar 630 Watt.
Sampel dicuci dengan akuades Daya Serap Metilen Biru
sampai pH ~ 7 dan pengeringan
sampel dalam oven listrik selama 48 Daya serap karbon aktif terhadap
jam dengan suhu 110ºC. metilen biru diketahui dengan
menggunakan spektrofotometer UV-
Karakterisasi Karbon Aktif Vis. Alat tersebut akan memberikan
informasi data berupa nilai
Yield Karbon Aktif absorbansi untuk masing-masing
sampel karbon aktif. Daya serap
Yield karbon aktif merupakan metilen biru dapat dihitung dengan
persentase karbon aktif yang didapat menggunakan persamaan (2) berikut
setelah melalui proses aktivasi dan ini.
iradiasi gelombang mikro, sehingga
dapat diketahui jumlah bahan baku ( )
q (t) = fp (2)
yang hilang pada saat proses
berlangsung. Persentase yield karbon
aktif dihitung dengan persamaan (1) di mana pada persamaan (2), q(t)
berikut ini. adalah daya serap metilen biru
(mg/g), C0 adalah konsentrasi awal
Yield karbon aktif = 100% (1) (ppm), Ct adalah konsentrasi akhir
(ppm), V adalah volume larutan
metilen biru (mL), W adalah berat
di mana pada persamaan (1), mf sampel (gram), dan fp adalah faktor
adalah massa akhir karbon aktif pengenceran.

3
Luas
uas permukaan karbon aktif Tabel 1 menunjuk
menunjukkan bahwa
dapat dihitung dengan menggunakan massa arang kayu Eucalyptus pellita
persamaan (3). setelah proses karbonisasi untuk
kayu I, II, III, IV, V, dan VI rata
rata- rata
. . menyusut sebesar 49,39% atau massa
S= (3)
kayu setelah proses karbonisasi
sekitar 50,61% dari massa sampel
Di mana padaada persamaan (3), S mula-mula.
adalah luas
uas permukaan adsorben
(m2/g), q adalah daya serap metilen Analisa Yield Karbon Aktif
biru (mg/g), N adalah bilangan
b
Avogadro (6,02 x 1023 molekul/mol), erbandingan mas
Perbandingan massa karbon dan
A adalah luas
uas permukaan 1 molekul KOH 1:0,25 diberiberi label dengan
metilen biru (197,197 x 10-20 sampel A, perbandingan 1:0,5 di
diberi
m2/molekul), dan BM adalah berat label dengan sampel B, dan
g/mol)
molekul metilen biru (319,86 g/mol). perbandingan 1:0,75 di diberi label
dengan sampel C. Yield karbon aktif
HASIL DAN PEMBAHASAN dapat dihitung dengan menggunakan
persamaan (1).
Analisa Penyusutan Massa Arang
Kayu Eucalyptus pellita
71,00
80% 66,03
Proses karbonisasi menyebabkan
Yield karbon aktif (%)

kayu Eucalyptus pellita mengalami 60% 46,23


perubahan warna dan struktur kayu. 40%
Perubahan kayu menjadi berwarna
hitam di bagian luar dengan 20%
ketebalan ± 1 cm dan bagian tengah
0%
kayu berwarna cokelat kehitaman
kehitaman.
Struktur kayu menjadi terlihat A B C
berongga dibagian luar. Arang kayu Sampel
mengalami penyusutan massa setelah Gambar 2. Persentase yield karbon
proses karbonisasi. Penyusutan aktif
massa diketahui dengan menim
menimbang
massa kayu sebelum dan setelah KOH sebagai aktivator dalam
karbonisasi. aktivasi kimia memainkan peranan
penting terhadap nilai yield karbon
Tabel 1.. Persentase penyusutan aktif. Menurut Erlina et al. (2015),
massa arang sebelum dan kehadiran KOH selama proses
setelah karbonisasi aktivasi kimia menghasilkan
Kode Massa (gram) Penyusutan degradasi material atau penurunan
kayu Sebelum Setelah massa (%) material yang
ng akan membentuk pori.
I 980 500 48,97 Gambar 2 yang menunjukkan bahwa
II 980 497 49,28 semakin banyak KOH yang
III 930 471 49,35 diberikan, maka semakin besar
IV 930 470 49,46 degradasi material yyang terjadi
V 1000 504 49,60 sehingga nilai yield karbon aktif
VI 1000 503 49,70 kayu Eucalyptus pellita semakin

4
menurun. Nilai yield karbon aktif sudut 2θ = 41,56º. Bentuk pola yang
yang paling besar terdapat pada ditampilkan pada Gambar 3 dapat
sampel A dengan nilai sebesar dikatakan sebagai semikristalin.
71,00% dan paling kecil terdapat
pada sampel C sebesar 46,23%. Tabel 2. Data parameter kisi sampel
Struktur Sampel
Analisa Struktur Mikro Mikro A B C
(002) 22,43 22,47 21,32
Karakterisasi karbon aktif 2θ (º)
(100) 41,46 42,05 41,56
menggunakan difraksi sinar-X Parameter 0,395 0,395 0,416
dilakukan untuk mengetahui struktur kisi ( ) 0,027 0,028 0,027
mikro seperti parameter kisi, dimensi Dimensi
mikrokristalit (tinggi lapisan Lc dan mikro- Lc 4,245 4,275 3,051
lebar lapisan La), dan jumlah lapisan kristalit La 1,107 1,099 1,202
aromatik. Gambar 3 menunjukkan ( )
pola difraksi sinar-X. N 10,72 10,81 7,327
3000
Tabel 2 menunjukkan bahwa
2500 parameter kisi dan
2000 memiliki nilai yang tidak jauh
berbeda pada setiap sampelnya.
1500
Dimensi mikrokristalit sampel B
1000 memiliki nilai Lc yang paling tinggi
dari dua sampel yang lain yaitu 4,275
500
. Sampel C memiliki nilai Lc
0 terendah yaitu 3,051 . Jumlah
20 40 60 80 100 120
lapisan aromatik tertinggi terdapat
pada sampel B dengan N = 10,81 dan
Gambar 3. Pola difraksi sinar-X terendah terdapat pada sampel C
karbon aktif dengan dengan N = 7,327. Menurut Qu
variasi persentase (2002), semakin tinggi nilai Lc
KOH mengidentifikasikan luas permukaan
karbon aktif yang semakin tinggi
Hasil karakterisasi difraksi sinar- pula. Nilai Lc yang diperoleh
X dari ketiga sampel karbon aktif memprediksikan bahwa sampel B
didapatkan pola difraksi dengan dua memiliki luas permukaan terbesar.
puncak pada sudut 2θ. Sampel A
memiliki puncak pertama (002) Analisa Morfologi Permukaan
berada pada sudut 2θ = 22,43º dan
puncak kedua (100) berada pada Karakterisasi karbon aktif
sudut 2θ = 41,46º. Sampel B berupa morfologi permukaan
memiliki puncak pertama (002) dilakukan untuk mengetahui pori-
berada pada sudut 2θ = 22,47º dan pori karbon aktif. Gambar 4
puncak kedua (100) berada pada menunjukkan bahwa morfologi
sudut 2θ = 42,05º. Sampel C permukaan karbon aktif memiliki
memiliki puncak pertama (002) pori-pori yang artinya bahwa karbon
berada pada sudut 2θ = 21,32º dan aktif yang terbentuk bersifat porous.
puncak kedua (100) berada pada Struktur pori yang terbentuk pada

5
karbon aktif adalah pori makro
mak (>50 karbon akan terkikis (membentuk
nm). Menurut Wang et al. (2009), lubang) sehingga menghasilkan
terbentuknya
erbentuknya pori karena hilangnya pembentukan pori-poripori pada karbon
zat yang menguap dan efek agen (Erlina et al., 2015).
pengaktif KOH terhadap karbon.
karbon Sampel
ampel B memiliki sstruktur pori
yang lebih teratur dibandingkan
2500x 5000x dengan dua sampel yang lain.
Perbedaan ini disebabkan oleh
variasi KOH yang diberikan dan
berpengaruh pada pori yang
terbentuk.

(a) Analisa Elemen Karbon Aktif


2500x 5000x Elemen karbon aktif diketahui
dengan menggunakan karakterisasi
energi dispersif sinar
sinar-X (EDX).
Karakterisasi EDX juga dilakukan
untuk mengetahui persentase berat
setiap unsur dalam karbon aktif.
(b) Hasil analisa EDX menunjukkan
2500x 5000x
bahwa karbon aktif memiliki elemen
karbon (C), oksigen (O), dan kalium
(K).

67,87
66,49 66,19
70
(c) 60
Gambar 4. Morfologi permukaan
Elemen karbon aktif (%)

50
karbon aktif (a) sampel Karbon
40 31,6 30,63 29,17
A, (b) sampel B, Oksigen
(c)) sampel C dengan 30
Kalium
perbesaran 2500x dan 20
5000x. 10 1,91 1,5
4,63

0
KOH merupakan agen dehidrasi A B C
atau bersifat mendehidrasi molekul Sampel

organik, membatasi pembentukan Gambar 5. Diagram elemen karbon


tar, membantu dekomposisi senyawa
senya aktif kayu Eucalyptus
organik, dehidrasi air yang terjebak pellita
dalam rongga-rongga
rongga karbon,
membantu menghilangkan endapan Gambar 5 merupakan diagram
hidrokarbon yang dihasilkan saat elemen karbon aktif kayu Eucalyptus
proses karbonisasi,, dan melindungi pellita. Kandungan Karbon (C)
permukaan karbon sehingga dalam karbon aktif dari ketiga
kemungkinan terjadinya oksidasi sampell memiliki ratarata-rata nilai
dapat dikurangi (Manocha, 2003)
2003). ±66%. Oksigen
ksigen (O) yang terkandung
Proses aktivasi kimia karbon pada karbon aktif yaitu ± 30%.
bereaksi dengan KOH sehingga Sedangkan kalium (K) yang

6
terkandung pada karbon aktif yaitu terhadap metilen
tilen biru semakin tinggi,
±2,6%.
2,6%. Penelitian yang dilakukan dengan nilai daya serap optimum
oleh Franco et al. (1998) terdapat pada sampel B dengan daya
menyebutkan bahwa batang kayu serap sebesar 97,45 mg/g dan akan
Eucalyptus spp memiliki unsur turun kemampuan daya serapnya
kalium. Kalium
alium yang masih tersisa pada sampel C yaitu dengan daya
dalam karbon aktif ini kemungkinan serap sebesar 96,80 mg/g
mg/g.
berasal dari batang
ng kay
kayu dan juga
berasal dari KOH. Hasil ini mengacu 361,67
pada temperatur karbonisasi yang 362 361,34

Luas permukaan (m2/g)


kecil dan sampel yang digunakan
berwarna cokelat kehitaman. 361

Analisa Penyerapan Metilen Biru 360 359,26

359
Penyerapan metilen biru
dilakukan untuk mengetahui daya
358
serap dan luas permukaan karbon
A B C
aktif. Daya serap metilen biru dapat
Sampel
dihitung dengan menggunakan
persamaan (2). Gambar 7. Luas per
permukaan karbon
aktif

97,6 97,36
97,45 Gambar 7 merupakan grafik luas
permukaan karbon aktif. L Luas
Daya serap (mg/g)

97,4
97,2
permukaan karbon aktif yang paling
besar terdapat pada sampel B dengan
97 96,80 luas permukaan 361,67 m2/g dan luas
96,8 permukaan yang paling kecil terdapat
96,6 pada sampel C dengan luas
96,4 permukaan 359,26 m2/g. Hasil ini
A B C sesuai dengan nilai Lc di mana nilai
Lc tertinggi diperoleh ppada sampel B
Sampel dengan nilai 4,275 .
Gambar 6. Daya serap karbon
ka aktif Persentase KOH yang diberikan
terhadap metilen biru sangat berpengaruh terhadap kualitas
karbon aktif di mana ssemakin tinggi
Menurut Iqbaldin et al. (2012), persentase KOH maka daya serap
besar daya serap karbon dan luas permukaan karbon aktif
aktif terhadap metilen biru semakin tinggi. Hal ini menunjukkan
mengidentifikasikan bahwa sampel bahwa pori karbon aktif semakin
menghasilkan struktur pori yang banyak, sehingga kemampuan
sesuai sebagai penyerap limbah dan menyerap juga semakin besa besar.
polutan dengan ukuran sebesar Karbon
arbon aktif sampel C mempunyai
molekul metilen biru. Gambar 6 daya serap metilen biru dan juga luas
menunjukkan bahwa dengan permukaan yang lebih kecil jika
kenaikan persentase KOH maka dibandingkan dengan karbon aktif
kemampuan
mampuan daya serap karbon aktif sampel B (sampel terbaik). Hasil ini

7
disebabkan karena pada sampel C Characterization of Activated
memiliki persentase KOH berlebih di Carbon from Cotton Stalk by
permukaan karbon aktif sehingga Microwave Assisted Chemical
menghalangi proses penyerapan Activation—Application in
metilen biru. Methylene Blue Adsorption
from Aqueous Solution.
KESIMPULAN Journal of Hazardous
Materials 166 : 1514–1521.
Kesimpulan yang dapat diambil
dari penelitian ini adalah bahwa Dombro, D.B. 2010. Eucalyptus
KOH dapat mempengaruhi nilai hasil pellita: Amazonia
karbon aktif, semakin besar Reforestation’s Red Mahogany.
persentase KOH yang diberikan Australia : Planeta Verde
maka nilai yield karbon aktif Reforestación S.A.
semakin menurun. Hasil analisa
struktur mikro menunjukkan karbon Erlina., Umiatin., dan Budi, E. 2015.
aktif memiliki struktur semikristalin Pengaruh konsentrasi larutan
dengan terbentuknya pola difraksi KOH pada karbon aktif
dengan dua puncak pada sudut 2θ. tempurung kelapa untuk
Analisa elemen karbon aktif pada adsorpsi logam Cu. Seminar
sampel B memiliki kandungan unsur Nasional Fisika, Jurusan
karbon (C) sebesar 67,87%, Oksigen Fisika, Fakultas MIPA,
(O) sebesar 30,63%, dan Kalium (K) Universitas Negeri Jakarta. Vol
sebesar 1,50%. Daya serap karbon IV, Oktober 2015, ISSN: 2339-
aktif terhadap metilen biru tertinggi 0654.
pada sampel B sebesar 97,45 mg/g
dan luas permukaan sebesar 361,67 Franco, C., Guiyurtlu, I., dan Cabrita,
m2/g. I. 1998. Fluidised bed
gasification of eucalyptus
DAFTAR PUSTAKA grown under different
fertilization conditions: The
Apriani, R., Faryuni, I.D., dan 10th European Conference on
Wahyuni, D. 2013. Pengaruh Biomass for Energy and
Konsentrasi Aktivator Kalium Industry, June 1998,
Hidroksida (KOH) terhadap Würzburg, Germany.
Kualitas Karbon Aktif Kulit
Durian sebagai Adsorben Iqbaldin, M., Khudzir, I., Azlan, M.,
Logam Fe pada Air Gambut. Zaidi, A.G., Surani, B., dan
Prisma Fisika. I (2) : 82 – 86. Zubri, Z. 2012. Properties of
Coconut Shell Activated
Chen, H. dan Hashisho, Z. 2012. Fast Carbon. Journal of Tropical
preparation of activated carbon Science 25(4): 497-503.
from oil sands coke using
microwave-assisted activation. Kalderis, D., Bethanis, S., Paraskeva,
Fuel 95: 178–182. P., dan Diamadopoulos, E.
2008. Production of activated
Deng, H., Yang, L., Tao, G., dan carbon from bagasse and rice
Dai, J. 2008. Preparation and husk by a single stage chemical

8
activation method at low activation. Biores Technol.
retention times. Biores Technol 97:734-739.
99: 6809-6816.
Supangat, A.B. Supriyo, H.
Li, W., Peng, J.H., dan Zhang, L.B. Poedjirahajoe, E. Sudira, P.
2009. Preparation of activated 2012. Produksi Biomassa dan
carbon from coconut shell Akumulasi Hara pada Lahan
chars in pilot-scale microwave Hutan Tanaman Eucalyptus
heating equipment at 60 kW. Pellita F.Muell Umur Empat
Waste Management 29: 756– Tahun di Riau. Jurnal Manusia
760. dan Lingkungan 19 (2): ll8-127
(2012).
Manocha, S. M. 2003. Porous
Carbons. India: Journal Tamado, D., Budi, E., Wirawan, R.,
Sadhana 28 : 182. Dwi, H., Tyaswuri, A.,
Sulistiani, E., dan Asma, E.
Pitchai, K., Chen, J., Birla, S., 2013. Sifat Termal Karbon
Gonzales, R., Jones, D., dan Aktif Berbahan Arang
Subbiah, J.. 2013. A Tempurung Kelapa. Seminar
Microwave Heat Transfer Nasional Fisika Universitas
Model for a Rotating Multi- Negeri Jakarta.
component Meal in a Domestic
Oven: Development and Vernersson, T., Bonelli, P.R.,
validation. Journal of Food Cerrella, E.G., dan Cukierman,
Engineering 128 (2013) 60–71. A.L. 2002. Arundo donnax
cane as precursor for activated
Qu, D. 2002. Studies of the activated carbons preparation by
carbons used in double-layer phosphoric acid activation.
supercapacitors. Journal of Biores Technol. 83:95-104.
Power Sources 109 : 403–411.

Rao, M., Madhava., Rao, G.P., Wang,T. Tan, S. dan Liang, C.


Chandra., Seshaiah, K., 2009. Preparation and
Choudary, N.V., dan Wang, characterization of activated
M.C. 2008. Activated carbon carbon from wood via
from Ceiba pentandra hulls, an microwave-induced ZnCl2
agricultural waste, as an activation. Carbon 47: 1867–
adsorbent in the removal of 1885.
lead and zinc from aqueous
solutions. Waste Management
28 : 849 – 858 (2008).

Sudaryanto, Y., Hartono, S.B.,


Irawaty, W., Hindarso, H., dan
Ismadji, S. 2006. High surface
area activated carbon prepared
from cassava peel by chemical

Anda mungkin juga menyukai