Anda di halaman 1dari 14

View metadata, citation and similar papers at core.ac.

uk brought to you by CORE


provided by Hasanuddin University Repository

Indonesia Chimica Acta

PEMANFAATAN SERBUK KAYU MERANTI MERAH (Shorea parvifolia Dyer)


SEBAGAI BIOSORBEN ION LOGAM Cu(II)

Desiliana T.P Allo*, Muhammad Zakir, Nursiah La Nafie

Jurusan Kimia FMIPA Universitas Hasanuddin Kampus Tamalanrea Makassar 90425

Abstrak. Serbuk kayu meranti merah merupakan material yang melimpah dan murah, telah digunakan
sebagai adsorben untuk penghilangan ion Cu(II) dari limbah cair. Penelitian ini dibagi kedalam dua
perlakuan, yaitu: aktivasi serbuk kayu dengan toluena dan etanol (1:1) dan tanpa aktivasi serbuk kayu
pada variasi waktu kontak, pH dan konsentrasi. Konsentrasi ion Cu(II) sebelum dan setelah adsorpsi
ditentukan dengan menggunakan Spektrofotometer Serapan Atom (SSA). Hasil penelitian menunjukkan
bahwa waktu optimum yang diperoleh adalah 7 menit untuk serbuk kayu tidak teraktivasi dan 20 menit
untuk serbuk kayu teraktivasi, sedangkan pH optimum untuk kedua perlakuan adalah 4. Kapasitas
adsorpsi ion Cu(II) oleh serbuk kayu meranti merah ditentukan dengan menggunakan isotermal Langmuir
dan isotermal Freundlich. Kapasitas adsorpsi (Qo) yang diperoleh sebesar 2,6261 mg/guntuk serbuk kayu
tidak teraktivasi dan 1,7413 mg/guntuk serbuk kayu teraktivasi. Gugus fungsi yang terlibat dalam
biosorpsi untuk serbuk kayu tanpaaktivasi dan aktivasi adalah gugus fungsi –OH.

Kata kunci: biosorpsi, Cu(II), isotermal adsorpsi, serbuk kayu meranti merah, SSA.

Abstract. Meranti merah sawdust is an abundant and inexpensive material, was used as an adsorbent for
the removal of Cu(II) from wastewater.This research was divided into two treatments, namely: activation
of sawdust with toluene and ethanol (1:1) and without activation of sawdust at variation of contact time,
pH, and concentration. Concentration of Cu(II) ions before and after adsorption were determinedby
Atomic Adsorption Spectrophotometer (AAS). The results showed that optimum time was 7 minutes for
sawdust without activation and 20 minutes for sawdust with activation, whereas optimum pH for both
treatment were 4. Adsorption capacity was studied by both Langmuir isotherm and Freundlich isotherm.
Adsorption capacity value (Qo) was 2,6261 mg/gfor sawdust without activation and 1,7413 mg/gfor
sawdust with activation. Functional groups involved in this biosorption for timberdust without activation
and timberdust with activation were –OH.

Keywords: biosorption, Cu(II), adsorption isotherms, meranti merah sawdust, AAS.

1
*Correspondent author
email: desy.batara@yahoo.com
PENDAHULUAN Beberapa tahun terakhir telah
Kesadaran terhadap meningkatnya dilakukan penelitian tentang biopolimer
polusi air dari limbah industri difokuskan yang mampu mengikat logam berat dari
pada bagaimana cara pengolahan limbah limbah melalui pembentukan senyawa
tersebut agar tidak terlalu berdampak pada kompleks sehingga biopolimer dapat
lingkungan. Pemisahan logam berat dari berfungsi sebagai adsorben untuk
limbah industri merupakan kepentingan memisahkan logam berat dari air meskipun
yang paling mendasar. Oleh karena itu konsentrasinya sangat rendah. Biopolimer
terdapat penelitian untuk menghilangkan atau biosorben yang digunakan sebagian
kontaminan atau logam berat dari limbah besar merupakan bahan bahan alami yang
cair dengan metode yang efektif. digunakan bisa dari sisa olahan pertanian,
Penggunaanbahan alami untuk pemisahan pertukangan atau limbah perikanan (Schmul,
logam berat dengan metode adsorpsi telah dkk, 2001 dalam Alluri, dkk., 2007).
dilakukan dihampir semua negara (Deans Beberapa contoh bahan alami yang
and Dixon, 1992). digunakan adalah sabut kelapa (Fatoni,
Tembaga (Cu) merupakan salah satu 2009), jamur Mucor rouxii (Yan dan
logam berat yang digunakan secara luas Viraraghavan, 2003), ganggang hijau
pada industri listrik, fungisida dan cat anti (Pavasant, dkk., 2005), Aspergillus oryzae
cemar. Ketika Cu masuk ke dalam tubuh dan Rhizopus oryzae (Huang dan Huang,
pada konsentrasi tinggidapat mengakibatkan 1996), bakteri Thiobacillusthiooxidans
racun pada manusia antara lain liver, (Liang Liu, dkk., 2004). Bahan-bahan alami
penyakit mental (schizophrenia) dan kanker. ini digunakan sebagai adsorben karena
Berbagai metode telah dikembangkan untuk tersedia dalam jumlah yang banyak, ramah
memisahkan logam berat dari air limbah, lingkungan dan murah (Deans and Dixon,
antara lain meliputi metoda pengendapan 1992).
kimia, filtrasi mekanik, penukar ion, Industri kayu lapis adalah salah satu
elektrodeposisi, oksidasi reduksi, sistem industry dari sector kehutanan yang selain
membran, dan adsorpsi fisik. Namun menghasilkan produk utama juga banyak
masing-masing metoda tersebut secara menghasilkan produk samping (limbah)
inheren mempunyai kelebihan dan yang masih sangat minim pemanfaatannya.
keterbatasan (Oyrton, 1998 dalam Tekker, Limbah pabrik kayu tersebut yang berupa
1999). serbuk kayu diketahui mengandung selulosa
Metode konvensional untuk yang berpotensi untuk menyerap logam.
pemisahan logam berat dari air buangan Kayu jenis meranti merah (Shorea sp.)
(limbah) sangat tidak ekonomis dan kurang merupakan salah satu kayu yang
efisien pada konsentrasi logam yang rendah, mengandung selulosa dan banyak digunakan
hal ini menyebabkan pencarian terhadap dalam industry kayu lapis khususnya di kota
teknologi alternatif untuk pemisahan logam Makassar. Kandungan kadar selulosa pada
yang murah dan ramah lingkungan menjadi kayu meranti merah adalah 49,6-56,1%
serius. Riset terbaru yang menggunakan (Irwanto, 2007).
biosorben untuk ion logam adalah Kayu meranti merah (Shorea sp.)
berdasarkan studi kinetik batch (rendaman) tergolong kayu keras yang berbobot ringan
dan studi kesetimbangan adsorpsi sampai berat-sedang dengan berat jenis
(Ahmaruzzaman, dkk, 2005 dalam berkisar antara 0,3-0,86 pada kandungan air
Suhendrayatna 2001). 15%. Kayu jenis ini banyak tersebar di

2
*Correspondent author
email: desy.batara@yahoo.com
daerah Sumatera, Kalimantan, Maluku dan bobot tetap, digerus, dan diayak dengan
sebagian di wilayah Sulawesi khususnya saringan 90-100 mesh.
jenis Shorea parvifolia Dyer (Irwanto,
2007). Pembuatan Larutan Baku Cu(II)
Berdasarkan uraian di atas maka Pembuatan larutan baku Cu(II) 1000
perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui mg/L adalah sebanyak 3,8025 gram
kemampuan serbuk kayu meranti merah Cu(NO3)2.3H2O ditimbang kemudian
dalam hal ini Shorea parvifolia Dyer yang dilarutkan dengan akuabides hingga volume
diketahui mengandung selulosa, dalam larutan 1 L. Selanjutnya, untuk membuat
mengadsorpsi logam berat khususnya logam larutan baku 50 mg/L, larutan baku Cu(II)
berat Cu dan kondisi optimum adsorpsi ion 1000 mg/L dipipet 50 mL dan diencerkan
logam Cu. dalam labu ukur 1 L.

METODE PENELITIAN Aktivasi Serbuk Kayu Meranti Merah


Bahan dan Alat Penelitian (Shoreaparvifoli Dyer)
Serbuk kayu meranti merah yang
Bahan-bahan yang akan digunakan
sudah dicuci dan dikeringkan, ditimbang
dalam penelitian ini adalah serbuk kayu
sebanyak 50 gram. Serbuk kayu tersebut
meranti merah (ShoreaparvifoliaDyer),
selanjutnya diekstraksi dengan pelarut
Cu(NO3)2.3H2O, HNO3, akuades, akuabides,
campuran etanol-toluena (1:1), dengan
kertas saring Whatman 41, toluena, etanol,
menggunakan ultrasonic. Serbuk kayu yang
kertas saring biasa, kertas label, dan pH
telah diekstraksi dikeringkan kembali dalam
universal. Sedangkan alat-alat yang
oven pada suhu 80oC selama 5 jam (sampai
dibutuhkan pada penelitian ini adalah alat-
bobot tetap).
alat gelas yang umum digunakan di
laboratorium, Spektrofotometer Serapan
PenentuanWaktu Optimum Biosorpsi Ion
Atom (SSA) buck scientific model 205
Cu(II) oleh Serbuk Kayu Meranti Merah
VGP, neraca digital, oven, stirrer, ayakan
(ShoreaparvifoliaDyer)
ukuran 90-100 mesh, stopwatch, ultrasonic,
Kedalam 7 buah labu Erlenmeyer
desikator, dan spektrofotometer FT-IR
ukuran 100 mL dimasukkan masing-masing
Shimadzu prestige 21.
0,5 gram serbuk kayu meranti merah
(ShoreaparvifoliaDyer) kering yang telah
Prosedur Penelitian
dicuci, selanjutnya 50 mL larutan tembaga
Penyiapan Biosorben Serbuk Kayu nitrat trihidrat (Cu(NO3)2.3H2O), dengan
Meranti Merah (ShoreaparvifoliaDyer) konsentrasi 50 ppm dimasukkan kedalam
Serbuk kayu meranti merah gelas piala tersebut dan dikocok dengan
(ShoreaparvifoliaDyer) ditimbang 100 menggunakan pengocok masing-masing
gram, dimasukkan dalam gelas piala ukuran selama 3, 5, 7, 10, 20, 30, dan 40 menit.
satu liter, kemudian aquades ditambahkan Kemudian campuran tersebut disaring
sebanyak 500 mL. Campuran tersebut menggunakan kertas saring Whatman 41
diaduk selama 3 jam, aquades yang dipakai dan filtratnya ditampung untuk diukur kadar
untuk mencuci diganti setiap satu jam tembaganya (Cu2+) dengan AAS. Cara yang
pengadukan. Campuran didekantasi, dan sama dilakukan juga untuk serbuk kayu
selanjutnya serbuk kayu dikeringkan dalam meranti merah (ShoreaparvifoliaDyer) yang
oven pada suhu 80 oC sampai mencapai telah diaktivasi menggunakan pelarut

3
*Correspondent author
email: desy.batara@yahoo.com
campuran etanol-toluena (1:1). Setiap Penentuan Kapasitas Biosorpsi Ion Cu(II)
percobaan dilakukan 2 kali pengulangan. oleh Serbuk Kayu Meranti Merah
Percobaan blanko dilakukan seperti di atas (ShoreaparvifoliaDyer)
tetapi tanpa pengocokan. Konsentrasi yang Kedalam 5 buah labu Erlenmeyer
diserap tiap waktu dihitung dari: ukuran 100 mL, dimasukkan masing-masing
Konsentrasi teradsorbsi sebanyak 0,5 gram serbuk kayu meranti
= konsentrasiawal – konsentrasi akhir merah kering yang telah dicuci. Selanjutnya,
Cadsorpsi = Cawal – Cakhir kedalam gelas piala tersebut dimasukkan
Banyaknya ion-ion logam yang teradsorbsi secara berturut-turut 50 mL larutan ion
(mg) per gram biosorben (serbuk kayu) logam Cu(II) dengan konsentrasi 50, 100,
ditentukan dengan persamaan: 150, 200, dan 300 mg/L. Campuran tersebut
(C − C )V dikocok selama waktu kontak dan pH
q = optimum, kemudian disaring dan filtratnya
W
dimana , ditampung untuk diukur kadar tembaganya
qe = jumlah ion logam yang teradsorbsi (Cu2+) dengan AAS. Kadar Cu(II) pada
(mg/g) larutan Cu(II) sebelum adsorpsi juga diukur.
Co = konsentrasi ion logam sebelum Selain itu dilakukan pengukuran pH pada
adsorbsi (mg/L) sampel sebelum dan sesudah adsorpsi
Ce = konsentrasi ion logam setelah berlangsung. Setiap percobaan dilakukan 2
adsorbsi (mg/L) kali pengulangan. Prosedur yang sama juga
V = volume larutan ion logam (L) dilakukan terhadap serbuk kayu meranti
Wa = jumlah adsorben, serbuk kayu (g) merah yang telah diaktivasi menggunakan
Waktu optimum adalah waktu dimana pelarut campuran etanol-toluena (1:1).
konsentrasi teradsorbsi (Cadsorpsi) terbesar. Percobaan blanko dilakukan seperti di atas
tetapi tanpa pengocokan.
Penentuan pH Optimum Biosorpsi Ion Kapasitas biosorpsi dihitung dari
Cu(II) oleh Serbuk Kayu Meranti Merah persamaan Freudlich [log (x/m) = log k +
(ShoreaparvifoliaDyer) 1/n (log C)] atau persamaan Langmuir (Ce/qe
Serbuk kayu meranti merah = 1/Qob + Ce/Qo) dengan mengalurkan log
(ShoreaparvifoliaDyer) sebanyak 0,5 gram (x/m) terhadap log C untuk persamaan
ditambahkan kedalam 50 mL larutan ion Freudlich atau Ce/qe terhadap Ce untuk
logam Cu(II) dengan konsentrasi 50 mg/L persamaan Langmuir. Intercept pada
dan pH 2. Campuran dikocok selama waktu persamaan Freudlich diperoleh nilai k
optimum dan disaring. Absorbansi filtrate (kapasitas adsorpsi) dan dari slope
diukur dengan AAS. Percobaan di atas persamaan Langmuir dapat diperoleh nilai
diulang pada pH yang berbeda masing- Qo yang berhubungan dengan kapasitas
masing 3, 4, 5 dan 6. Cara yang sama adsorpsi.
dilakukan juga untuk serbuk kayu meranti
merah (ShoreaparvifoliaDyer) yang telah Analisis FT-IR
diaktivasi menggunakan pelarut campuran Biosorben serbuk kayu meranti
etanol-toluena (1:1). Setiap percobaan merah baik yang teraktivasi maupun tidak
dilakukan 2 kali pengulangan. Percobaan teraktivasi sebelum dansetelah ditambah
blanko dilakukan seperti di atas tetapi tanpa dengan larutan Cu(II) (konsentrasi 300
pengocokan. pH optimum adalah pH dimana mg/L dengan pH dan waktu optimum)
konsentrasi teradsorbsi (Cadsorpsi) terbesar. dikeringkan pada suhu 80 oC lalu dianalisis

4
*Correspondent author
email: desy.batara@yahoo.com
menggunakan FT-IR (Fourier Transform waktu tertentu dimana adsorben sudah tidak
Infra Red). mampu lagi mengadsorpsi logam berat
karena permukaan adsorben sudah jenuh
HASIL DAN PEMBAHASAN sehingga tidak terjadi perubahan konsentrasi
yang signifikan pada zat yang diadsorpsi.
Waktu Optimum Biosorpsi Ion Logam Data jumlah ion logam Cu(II) yang
Cu(II) oleh Serbuk Kayu Meranti Merah teradsorpsi oleh serbuk kayu meranti merah
(Shorea parvifolia Dyer) yang teraktivasi dan yang tidak teraktivasi
Waktu kontak antara sampel dengan pada berbagai waktu kontak dapat
adsorben memiliki peran yang penting ditunjukkan pada Gambar 3.
dalam proses adsorpsi logam berat.
Semakin lama waktu yang digunakan pada
proses adsorpsi, maka akan semakin banyak
pula logam berat yang teradsorpsi.
Akan tetapi, kemampuan suatu
absorben untuk mengadsorpsi terbatas pada

1.6
1.4
Jumlah ion Cu(II) yang diadsorpsi

1.2
1.0
(qe, mg/g)

0.8
0.6
0.4 A
TA
0.2

0.0
0 10 20 30 40
Waktu (t)
Gambar 3. Hubungan antara Waktu Kontak (Menit) dengan Jumlah Ion Logam Cu(II) yang
diadsorpsi (mg/g) oleh Serbuk Kayu Meranti Merah Tanpa Aktivasi (TA) dan
Aktivasi (A)
Gambar 3 menunjukkan bahwa waktu pengadukan 3 – 7 menit. Hal ini
adsorpsi ion logam Cu(II) oleh serbuk kayu dapat dilihat dari jumlah ion Cu(II) yang
meranti merah meningkat seiring dengan teradsorpsi sebanyak 1,4264 mg/g pada
bertambahnya waktu pengadukan. Namun waktu pengadukan selama 3 menit dan
pada batas waktu tertentu hal tersebut tidak meningkat menjadi 1,4943 mg/g pada waktu
berpengaruh secara signifikan terhadap pengadukan 7 menit. Akan tetapi, setelah
jumlah ion logam Cu(II) yang diserap oleh melewati waktu pengadukan 7 menit, jumlah
serbuk kayu meranti merah. ion logam Cu(II) yang teradsorpsi
Adsorpsi ion logam Cu(II) untuk cenderung konstan. Hal ini menunjukkan
serbuk kayu tidak teraktivasi meningkat dari bahwa permukaan adsorben serbuk kayu

5
*Correspondent author
email: desy.batara@yahoo.com
meranti merah sudah jenuh sehingga tidak etanol, sehingga mengakibatkan gugus –OH
mampu lagi mengadsorpsi ion logam Cu(II). ada lignin ikut rusak dan tidak dapat
Adsorpsi ion logam Cu(II) oleh mengikat ion logam Cu. Jadi pada serbuk
serbuk kayu meranti merah yang teraktivasi, kayu teraktivasi hanya gugus –OH pada
juga mengalami peningkatan. Hal ini dapat selulosa yang dapat mengikat ion logam
dilihat pada waktu kontak 3 sampai 20 dengan baik. Tujuan awal digunakan
menit, terjadi peningkatan jumlah ion logam pelarut campuran toluena dan etanol adalah
Cu(II) yang teradsorpsi yaitu sebanyak untuk menghilangkan minyak dan lilin yang
0,6385 mg/g pada pengadukan 3 menit terdapat pada serbuk kayu. Namun pada
menjadi 0,8790 mg/g pada menit ke-20. kenyataannya, campuran pelarut tersebut
Namun, setelah 20 menit jumlah ion logam juga mempengaruhi lignin pada serbuk
Cu(II) yang teradsorpsi cenderung konstan. kayu. Serbuk kayu meranti yang tidak
Hal ini menunjukkan bahwa sisi aktif pada teraktivasi masih memiliki gugus –OH pada
permukaan adsorben serbuk kayu meranti selulosa dan lignin sehingga mempunyai
merah telah jenuh dengan ion logam Cu(II). kemungkinan yang lebih besar untuk
Menurut Lelifajri, (2010) waktu mengikat ion logam Cu2+ dalam jumlah
kontak optimum untuk adsorpsi ion logam yang lebih banyak dan lebih maksimal.
Cu(II) menggunakan lignin dari limbah
serbuk kayu gergaji adalah 15 menit dengan pH Optimum Biosorpsi Ion Logam Cu(II)
kapasitas adsorpsi sebesar 15,43 mg/g, oleh Serbuk Kayu Meranti Merah
sedangkan menurut Kumar, dkk., (2013) (Shorea parvifolia Dyer)
penghilangan logam berat Cu(II) dari limbah Selain waktu kontak, pH juga
cair menggunakan daun mimba merupakan faktor penentu dalam proses
membutuhkan waktu adsorpsi 20 menit adsorpsi. Pengaruh pH pada biosorpsi ion
dengan kapasitas adsorpsi sebesar 20 mg/L. Cu(II) oleh serbuk kayu meranti merah
Berdasarkan data penelitian yang diperoleh, (Shorea parvifolia Dyer) dilakukan antara
maka waktu kontak optimum untuk serbuk pH 2-6 dengan waktu pengadukan selama
kayu meranti merah tidak teraktivasi waktu optimum, yaitu 7 menit untuk serbuk
adalah 7 menit sedangkan untuk serbuk kayu tanpa aktivasi dan 20 menit untuk
kayu meranti merah teraktivasi adalah 20 serbuk kayu teraktivasi. Untuk mengetahui
menit. Waktu inilah yang selanjutnya pH optimum dari adsorpsi ion logam Cu(II),
digunakan dalam menentukan pH optimum maka dihitung jumlah ion Cu(II) yang
dan kapasitas optimum adsorpsi ion logam teradsorpsi (qe) sebagai fungsi pH.
Cu(II) oleh serbuk kayu meranti merah. Pengaruh perubahan pH larutan
Pada tabel 3 terlihat bahwa jumlah dalam biosorpsi ion logam Cu(II) oleh
ion Cu2+ yang diadsorpsi oleh serbuk kayu serbuk kayu yang teraktivasi dan yang tidak
meranti merah tanpa aktivasi rata-rata lebih teraktivasi dapat dilihat pada Gambar 4.
besar dibandingkan jumlah ion Cu2+ yang
diadsorpsi oleh serbuk kayu meranti merah
teraktivasi. Hal ini disebabkan karena
sebagian lignin pada serbuk kayu yang telah
diaktivasi ikut larut pada saat serbuk kayu
diekstraksi dengan campuran toluena dan

6
*Correspondent author
email: desy.batara@yahoo.com
2.5

2.0
Jumlah ion Cu(II) yang diadsorpsi

1.5
(qe, mg/g)

1.0

A
0.5
TA

0.0
1 2 3 4 5 6 7
pH
Gambar 4. Hubungan antara pH dengan Jumlah Ion Logam Cu(II) yang diadsorpsi (mg/g) oleh
Serbuk Kayu Meranti Merah Tanpa Aktivasi (TA) dan Aktivasi (A)

Gambar 4 menunjukkan bahwa sebelum mencapai pH dimana ion logam


jumlah ion Cu(II) yang diadsorpsi oleh tersebut mengendap dikarenakan
serbuk kayu meranti merah meningkat terbentuknya kompleks hidroksil terlarut
dengan semakin tinggi pH yang digunakan. dari ion logam sehingga ion logam tidak
Adsorpsi pada pH rendah biasanya bisa berikatan dengan gugus aktif pada
menghasilkan jumlah ion Cu(II) yang adsorben. Dalam hal ini, ion Cu(II)
rendah. Hal ini terjadi karena pada pH membentuk kompleks terlarut dengan ligan
rendah, ion H+ bersaing dengan kation Cu2+ OH- yaitu [Cu(OH)4]2- sehingga ion logam
dalam pembentukan ikatan dengan gugus Cu(II) tidak bisa diserap lagi oleh serbuk
aktif adsorben (Pavasant, dkk., 2005). kayu meranti merah. Menurut Hossain,
Jumlah ion Cu(II) yang diadsorpsi dkk., (2012) ion logam tembaga mengendap
oleh serbuk kayu meranti merah tanpa pada pH 6 – 12.
aktivasi pada pH 2 adalah 0,7275 mg/g Data dari Gambar 4 menunjukkan
sedangkan untuk serbuk kayu teraktivasi pH optimum proses adsorpsi ion logam
sebesar 0,2840 mg/g. Cu(II) oleh serbuk kayu meranti merah
Jumlah ini meningkat pada pH 4 berada pada pH 4. Pada penelitian yang
menjadi 1,0160 mg/g untuk serbuk kayu dilakukan oleh Liang Liu, dkk., (2004)
tanpa aktivasi dan menjadi 1,2410 mg/g menggunakan bakteri Thiobacillus
untuk serbuk kayu teraktivasi. Jumlah ion thiooxidans diperoleh pH optimumnya
logam Cu(II) yang diserap menurun pada pH adalah 5 dengan kapasitas adsorpsi sebesar
5. 39,84 mg/g.
Menurut Ahmad, dkk., 2009, Hal yang sama juga dilaporkan oleh
penurunan jumlah ion logam yang diserap Gulnaz, dkk., (2005) pada biosorpsi ion
dalam proses adsorpsi pada pH tinggi logam Cu(II) oleh sludge aktif kering
7
*Correspondent author
email: desy.batara@yahoo.com
dengan pH optimum 4 dengan kapasitas Kapasitas Adsorpsi Ion Logam Cu(II)
adsorpsi sebesar 294 mg/g. oleh Serbuk Kayu Meranti Merah
Pada penelitian Peng, dkk., (2010) (Shorea parvifolia Dyer)
diperoleh pH optimum 4,5 dengan kapasitas Konsentrasi larutan juga
adsorpsi sebesar 144,9 mg/g yang berpengaruh dalam proses adsorpsi, dimana
menggunakan Saccharomyces cerevisiae konsentrasi zat terlarut berbanding lurus
sebagai biosorben, sedangkan Hossain, dkk., dengan zat terlarut yang dapat diadsorpsi
(2012) melaporkan pH optimum adsorpsi oleh adsorben. Akan tetapi jika adsorben
ion logam Cu(II) menggunakan adsorben tersebut sudah jenuh, maka konsentrasi zat
kulit pisang adalah 6,5 dengan kapasitas terlarut tidak lagi berpengaruh (Sukardjo,
adsorpsi sebesar 20,37 mg/g. 1985).
Perbedaan pH optimum pada Jumlah ion logam Cu(II) yang
beberapa penelitian tersebut disebabkan diadsorpsi oleh serbuk kayu meranti merah
karena perbedaan adsorben yang digunakan. yang tidak teraktivasi sebagai fungsi dari
pH 4 digunakan pada penelitian lebih lanjut konsentrasi ion Cu(II) dapat dilihat pada
(penentuan kapasitas biosorpsi). Gambar 5, sedangkan untuk yang teraktivasi
dapat dilihat pada Gambar 5.

4.5

4.0
Jumlah ion Cu(II) yang diadsorpsi

3.5

3.0

2.5
(qe, mg/g)

2.0

1.5

1.0 A
0.5 TA

0.0
0 50 100 150 200 250 300 350
Konsentrasi (mg/L)

Gambar 5. Hubungan antara Konsentrasi Ion Cu(II) (mg/L) dengan Jumlah Ion Logam Cu(II)
yang diadsorpsi (mg/g) pada Serbuk Kayu Meranti Merah Tanpa Aktivasi (TA) dan
Aktivasi (A)

8
*Correspondent author
email: desy.batara@yahoo.com
Berdasarkan Gambar 5, dapat dilihat grafik serbuk kayu yang tidak teraktivasi,
bahwa semakin besar konsentrasi ion logam dimana pada konsentrasi 150 mg/L, serbuk
Cu(II) dalam larutan, maka semakin besar kayu sudah mengalami kejenuhan sehingga
pula jumlah ion logam Cu(II) yang diserap pada konsentrasi 200 mg/L, jumlah ion
oleh serbuk kayu meranti merah yang tidak logam Cu(II) yang diserap sudah menurun.
teraktivasi. Tetapi setelah mencapai Kapasitas adsorpsi serbuk kayu
konsentrasi 150 mg/L, jumlah ion logam meranti merah tidak teraktivasi terhadap ion
Cu(II) yang diserap pada konsentrasi 200 logam Cu(II) ditentukan dengan
mg/L sudah mengalami penurunan. Hal ini menggunakan model persamaan isotermal
disebabkan karena adsorben sudah jenuh Langmuir (Gambar 6) dan isotermal
dengan ion logam. Freundlich (Gambar 7). Sedangkan
Sedangkan berdasarkan Gambar 5, kapasitas maksimum adsorpsi serbuk kayu
terlihat juga bahwa semakin besar meranti merah teraktivasi terhadap ion
konsentrasi larutan ion logam Cu(II), maka logam Cu(II) juga ditentukan dengan
semakin besar pula jumlah ion logam Cu(II) menggunakan model persamaan isotermal
yang diserap oleh serbuk kayu meranti Langmuir (Gambar 8) dan isotermal
merah teraktivasi. Sama halnya dengan Freundlich (Gambar 9).

140

120
y = 0.380x + 6.794
100 R² = 0.940

80
Ce/qe

60

40

20

0
0 50 100 150 200 250 300
Ce

Gambar 6. Kurva Isotermal Langmuir untuk Adsorpsi Ion Cu(II) oleh Serbuk Kayu Meranti
Merah Tanpa Aktivasi (TA)

9
*Correspondent author
email: desy.batara@yahoo.com
0.6

0.5
y = 0.250x - 0.178
0.4 R² = 0.532
log qe

0.3

0.2

0.1

0.0
0.0 0.5 1.0 1.5 2.0 2.5 3.0
log Ce

Gambar 7. Kurva Isotermal Freundlich untuk Adsorpsi Ion Cu(II) oleh Serbuk Kayu Meranti
Merah Tanpa Aktivasi (TA)

200
180
160
140
120
Ce/qe

100 y = 0.5743x - 12.903


R² = 0.8717
80
60
40
20
0
0 50 100 150 200 250 300 350
Ce (mg/L)

Gambar 8. Kurva Isotermal Langmuir untuk Adsorpsi Ion Cu(II) oleh Serbuk Kayu Meranti
Merah Aktivasi (A)

10
*Correspondent author
email: desy.batara@yahoo.com
0.7

0.6

0.5

0.4 y = 0.1883x - 0.0617


log qe

R² = 0.1171
0.3

0.2

0.1

0.0
0.0 0.5 1.0 1.5 2.0 2.5 3.0
log Ce

Gambar 9. Kurva Isotermal Freundlich untuk Adsorpsi Ion Cu(II) oleh Serbuk Kayu Meranti
Merah Aktivasi (A)

Gambar 6 dan Gambar 7 menunjukkan Menurut Hiemenz dan Rajagopalan


bahwa biosorpsi yang lebih sesuai dengan (1997), persamaan isotermal Langmuir
serbuk kayu meranti merah tidak teraktivasi sudah memberikan hasil yang memadai pada
adalah isotermal Langmuir dibandingkan banyak kasus dimana adsorben yang
dengan model isotermal Freundlich. digunakan merupakan material yang
Hal ini bisa dilihat dari nilai R2 heterogen. Tetapi menurut Ahmad, dkk.
Langmuir yaitu 0,9404 sedangkan untuk (2009) isotermal yang lebih cocok dengan
Freundlich adalah 0,5328. Sedangkan biosorben serbuk kayu meranti adalah
Gambar 8 dan Gambar 9 menunjukkan isotermal Freundlich karena serbuk kayu
bahwa biosorpsi yang lebih sesuai dengan meranti merupakan material yang heterogen.
serbuk kayu meranti merah teraktivasi Berdasarkan isotermal diatas,
adalah isotermal Langmuir karena memiliki diperoleh nilai Qo (kapasitas adsorpsi) untuk
nilai R2 yang lebih baik dibandingkan serbuk kayu meranti merah tidak teraktivasi
dengan isotermal Freundlich. Dimana pada adalah 2,6261 mg/g, sedangkan untuk
isotermal Langmuir nilai R2 yaitu 0,8717 serbuk kayu meranti merah teraktivasi
sedangkan pada isotermal Freundlich yaitu diperoleh nilai Qo (kapasitas adsorpsi)
0,1171. adalah 1,7413 mg/g.
Jika melihat selisih nilai R2 antara Menurut beberapa penelitian
isotermal Langmuir dan isotermal sebelumnya, adsorpsi logam Cu(II) dengan
Freundlich baik untuk serbuk kayu tidak menggunakan kulit papaya, memiliki
teraktivasi maupun teraktivasi dengan nilai kapasitas adsorpsi sebesar 21,2 mg/g
R2 yang berbeda jauh, maka isotermal yang (Norhafisah, dkk., 2011), menggunakan
bisa digunakan hanya isothermal Langmuir. limbah serbuk kayu gergaji dengan nilai

11
*Correspondent author
email: desy.batara@yahoo.com
kapasitas adsorpsi sebesar 15,43 mg/g
(Lelifajri, 2010), sedangkan dengan Analisis FT-IR
menggunakan biomassa Nannochloropsis sp Serbuk kayu meranti merah yang
memiliki nilai kapasitas adsorpsi sebesar digunakan sebagai adsorben, baik yang tidak
0,0322 mg/g (Sembiring, dkk., 2009). teraktivasi maupun yang teraktivasi,
Data kapasitas adsorpsi ion logam dianalisis dengan menggunakan FT-IR,
Cu(II) menunjukkan bahwa kapasitas kemudian dibandingkan sebelum dan
adsorpsi serbuk kayu tidak teraktivasi sesudah adsorpsi untuk mengetahui gugus
memiliki kapasitas yang lebih besar fungsi apa yang terlibat dalam proses
dibandingkan dengan kapasitas adsorpsi ion adsorpsi ion logam Cu(II).
logam Cu(II) oleh serbuk kayu teraktivasi. Menurut Pavasant, dkk., 2005, dalam
Hal ini disebabkan karena pada saat membandingkan antara sampel sebelum dan
mengekstrak serbuk kayu meranti merah sesudah adsorpsi ion logam Cu(II), dapat
menggunakan campuran toluena dan etanol dilihat dari adanya pergeseran yang
(1:1) dengan tujuan untuk mengekstrak zat >10 cm-1. Pergeseran ini memperlihatkan
ekstraktif, ternyata lignin pada serbuk kayu adanya proses pengikatan logam pada
juga ikut terekstrak sebagian, sehingga permukaan sampel yang digunakan.
jumlah gugus aktif untuk menyerap ion Gambar 10 memperlihatkan hasil
logam Cu(II) ikut berkurang. analisis FT-IR pada serbuk kayu tidak
Hal ini dibuktikan oleh Lelifajri teraktivasi sebelum adsorpsi dan setelah
(2010) pada penelitiannya tentang isolasi adsorpsi yang hampir sama. Tetapi ada
lignin menggunakan pelarut etanol. puncak yang mengalami pergeseran yang
cukup besar. Hal ini membuktikan bahwa
ion Cu(II) terikat pada gugus fungsi –OH.

Gambar 10. Spektrum Hasil Analisa FT-IR Biosorben Serbuk Kayu Meranti Merah Tanpa
Aktivasi (TA) Sebelum dan Sesudah Adsorpsi Ion Logam Cu(II)

12
*Correspondent author
email: desy.batara@yahoo.com
Gambar 11 memperlihatkan hasil puncak yang mengalami pergeseran yang
analisis FT-IR pada serbuk kayu yang cukup besar. Hal ini membuktikan bahwa
teraktivasi sebelum adsorpsi dan setelah ion Cu(II) terikat pada gugus fungsi –OH.
adsorpsi yang hampir sama. Tetapi ada

Gambar 11. Spektrum Hasil Analisa FT-IR Biosorben Serbuk Kayu Meranti Merah Aktivasi (A)
Sebelum dan Sesudah Adsorpsi Ion Logam Cu(II)

Berdasarkan hasil analisis FT-IR di atas, adalah 20 menit. pH optimum biosorpsi


spektrum –OH baik pada serbuk kayu tidak serbuk kayu meranti merah baik yang
teraktivasi maupun teraktivasi sesudah teraktivasi maupun yang tidak teraktivasi
adsorpsi ion logam Cu(II) menunjukkan terhadap ion logam Cu(II) adalah 4.
bahwa terjadi ikatan koordinasi antara Kapasitas adsorpsi serbuk kayu
ion logam Cu(II) dengan gugus fungsi – meranti merah terhadap ion logam Cu(II)
OH pada selulosa dan lignin. Hal ini karena ditentukan dengan menggunakan isotermal
tetap adanya spektrum –OH pada serbuk Langmuir dan Freundlich.
kayu setelah proses adsorpsi meskipun Nilai kapasitas adsorpsi (Qo) sebesar
bilangan gelombangnya bergeser. 2,6261 mg/g untuk serbuk kayu yang tidak
teraktivasi dan 1,7413 mg/g untuk serbuk
KESIMPULAN kayu yang teraktivasi. Gugus fungsi yang
Serbuk kayu meranti merah terlibat pada biosorpsi ion logam Cu(II) oleh
ShoreaparvifoliaDyer dapat digunakans serbuk kayu meranti merah tanpa aktivasi
ebagai biosorben ion logam Cu(II) dengan dan aktivasi adalah gugus fungsi –OH.
waktu optimum biosorpsi serbuk kayu tidak
teraktivasi terhadap ion logam Cu(II) adalah
7 menit, sedangkan untuk yang teraktivasi
13
*Correspondent author
email: desy.batara@yahoo.com
DAFTAR PUSTAKA Removal fromAqueous Solution Using
1. Ahmad, A., Rafatullah, M., Sulaiman, Neem Leaves Based on TaguchiMethod,
O., Ibrahim, M. H., Chii, Y. Y., Int. J. Sci. Environ. Tech., 2 (1), 103-
danSiddique, B. M., 2009, Removal of 114.
Cu(II) and Pb(II) ions from aqueous
solutions by adsorption on sawdust of 9. Lelifajri, 2010, Adsorpsi Ion
Meranti wood, Desal, 250, 300-310. LogamCu(II) Menggunakan Lignin
dariLimbahSerbukKayuGergaji, J. Kim.
2. Alluri, H.K., Ronda, S.R., Settalluri, Lingkungan, 7 (3), 126-129.
V.S., Singh, Bondili, J.S.,
Suryanarayana, V., danVenkateshwar., 10. Liang Liu, H., Yann Chen, B., Wen Lan,
P., 2007, Biosorption: An Eco-friendly Y., Chu Cheng, Y., 2004, Biosorption of
Alternative for HeavyMetalRemoval, Zn(II) and Cu(II) by the Indigenous
Afr. J.Biotechnol., 6 (25), 2924-2931. Thiobacillusthiooxidans, J. Chem. Eng.,
97, 195–201.
3. Deans, J.R., dan Dixon, B.G., 1992,
Uptake of Pb2+ and Cu2+ by Novel 11. Pavasant, P., Apiratikul, R., Sungkhum,
Biopolymers, Water Res., 26, 469-472. V., Suthiparinyanont, P., Wattanachira,
S., Marhaba, T.F., 2005, Biosorption of
4. Gulnaz, O., Saygideger, S., Cu2+, Cd2+, Pb2+, and Zn2+using Dried
danKusvuran, E., 2005, Study of Cu(II) Marine Green Macroalga Caulerpa
Biosorption by Dried Activated Sludge: lentillifera, Bioresource Tech., 7 (3),
Effect ofPhysico-Chemical Environment 135-144.
and Kinetics Study, J. Hazard.
Materials, 5, 193-200. 12. Peng, Q., Liu, Y., Zeng, G., Xu, W.,
Yang, C., danZhang, J., 2010,
5. Hiemenz, P. C., danRajagopalan, R., Biosorptionof Copper(II) by
1997, Principles of Colloid and Surface Immobilizing Saccharomyces Cerevisiae
Chemistry, Marcel Dekker, Inc., New on The Surface of Chitosan-Coated
York. Magnetic Nanoparticles from Aqueous
Solution, J. Hazard. Materials, 7, 676-
6. Huang, C., dan Huang, C.P., 1996, 682.
Application of Aspergillus oryzae dan
Rhizopus oryzae for Cu(II) Removal, 13. Sukardjo, 1985, Kimia Anorganik,
Pergamon, 30 (9), 254-263. BinaAksara, Yogyakarta.

14. Teker, M., İmamoĞlu, M., dan Saltabas, Ö.,


7. Irwanto, 2007, Budidaya Tanaman
1999, Adsorption of Copper and Cadmium
Kehutanan, (Online), lons by Activated Carbon From Rice Hulls,
(http://www.freewebs.com/irwantoforest Turk. J. Chem., 23, 185-191.
er/tanamanhutan.pdf, diakses tanggal 25
Januari 2012). 15. Yan, G., danViraraghavan, T., 2003,
Heavy-metal Removal from Aqueous
8. Kumar, S.V., Pai, K.V., Solutionby FungusMucor rouxii, Water
Narayanaswamy, R., Sripathy, M., 2013, Res., 37, 4486-4496.
Experimental Optimization for Cu
14
*Correspondent author
email: desy.batara@yahoo.com

Anda mungkin juga menyukai