Anda di halaman 1dari 10

PEMBUATAN KARBON AKTIF DARI KULIT KAYU

GELAM (Melaleuca leucadendron) YANG BERASAL DARI


TANJUNG API-API SUMATERA SELATAN

Sri Haryati*, Adellina Tentri Yulhan, Lisa Asparia

*Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya


Jl. Raya Indralaya-Prabumulih KM.32 Indralaya Ogan Ilir (OI) 30662
Email: haryati_djoni@yahoo.co.id

Abstrak
Hasil penelitian membuktikan bahwa arang aktif dapat dibuat dari bahan organik maupun anorganik yang
mengandung kadar karbon tinggi. Dari sejumlah penelitian yang telah dilakukan, penelitian karbon aktif
biasanya dari limbah kayu, tempurung kelapa, cangkang buah karet dan sebagainya. Padahal masih
banyak yang dapat dimanfaatkan untuk pembuatan karbon aktif, salah satunya adalah kulit kayu gelam
yang tumbuh di daerah Tanjung Api-Api, Sumatera Selatan. Pembuatan karbon aktif dilakukan dengan
variabel suhu karbonisasi (250oC; 350oC; dan 450oC) dan jenis zat aktivator (CaCl2 5%; NaOH 5%; dan
H3PO4 5%). Adapun parameter analisa karbon aktif yang diuji adalah kadar air, kadar volatile matter,
kadar abu, dan daya serap iodium. Analisa kandungan kimia kulit kayu gelam dilakukan menggunakan
metode Chesson–Datta yang meliputi kadar air, kadar abu, hemiselulosa, selulosa, dan lignin. Karbon
aktif terbaik dengan daya serap iodium sebesar 1007,8242 mg/g dihasilkan dari suhu karbonisasi 350oC,
dengan menggunakan zat aktivator NaOH, dan lama aktivasi 24 jam. Analisa kandungan kimia kulit kayu
gelam yang diperoleh, yaitu kadar air sebesar 5,72%; kadar abu 1,33%; hemiselulosa 27,42%; selulosa
47,00%; dan lignin 18,28%.

Kata kunci: Kulit kayu gelam, kandungan kimia, karbon aktif, daya serap.

Abstract
Some research proved that activated carbon could be made from organic materials or anorganic material
with very high carbon content. The exist research of activated carbon from wood wastes, coconut shell,
rubber fruit shell and so on . In fact, there’s a lot of material can be used as raw material, like gelam
wood bark from swamp area in Tanjung Api-Api, South Sumatera. The activated carbon was produced
with carbonization temperature variable(250oC, 350oC, and 450oC) and activator type (CaCl2 5%; NaOH
5%; and H3PO4 5%). The parameter analysis of activated carbon consist of water content, volatille
matter content, ash content, and adsorption ability content. Chemical contents of gelam wood bark was
analysed by Chesson-Datta methode consist of water content, ash content, hemicellulose, cellulose, and
lignin. The best activated carbon with adsorptive capacity of iodium 1007,8242 mg/g obtained from the
carbonization temperature of 350oC, using NaOH activators, and activation time 24 hours. Chemical
contents of gelam wood bark was obtained, include water content of 5,72%; ash content of 1,33%;
hemicellulose of 27,42%; cellulose of 47,00%; and lignin of 18,28%.

Keywords: Gelam wood bark, chemical contents, activated carbon, adsorption ability

1. PENDAHULUAN
Karbon aktif merupakan salah satu bahan biasanya digunakan sebagai katalis, proses
organik yang cakupan pemakaiannya cukup luas, penghilangan bau, penyerapan warna, zat
baik di industri besar maupun kecil. Karbon aktif purifikasi, dan sebagainya. Apabila ditinjau dari

Jurnal Teknik Kimia No. 2, Vol. 23, April 2017 Page | 77


sumber daya alam di Indonesia yang melimpah, kuat dibandingkan dengan daya tarik dalam
maka sangatlah mungkin kebutuhan karbon aktif larutan. Senyawa-senyawa yang mudah terserap
dapat dipenuhi dengan produksi dari dalam biasanya memiliki nilai kelarutan yang lebih
negeri. Berdasarkan sejumlah penelitian yang rendah dari karbon aktif. Kontaminan dapat
telah dilakukan, karbon aktif biasanya dibuat dari masuk kedalam pori karbon aktif dan
tempurung kelapa, ampas tebu, dan serbuk terakumulasi didalamnya apabila kontaminan
gergaji. Meskipun masih banyak bahan baku lain tersebut larut dalam air dengan ukuran porinya
yang dapat dimanfaatkan untuk pembuatan yang lebih kecil dibandingkan dengan ukuran
karbon aktif, salah satunya adalah kulit kayu pori-pori karbon aktif.
gelam.
1.1.1. Kegunaan Karbon Aktif
Gelam tumbuh dominan pada lahan rawa
Kegunaan karbon aktif dalam industri di
sulfat masam dengan jenis tanah glei, glei humik,
Indonesia dapat dilihat pada Tabel 2.1.
dan glei bergambut (Bastoni, 2007). Luas lahan
rawa di Sumatera Selatan mencapai 1,42 juta ha
Tabel 1.1. Manfaat Karbon Aktir dalam Dunia
atau sekitar 16% dari luas wilayahnya
Industri
(Wahyunto et al 2004; Munandar &
Industri Penggunaan
Yunardi,2006). Dengan melimpahnya
1. Gas
ketersediaan kayu gelam, maka kulit kayu gelam
Pemurnian gas Desulfurisasi, penghilang
berpotensi dijadikan sebagai bahan baku dalam
gas beracun/bau/asap.
pembuatan karbon aktif karena kulit kayu gelam
Katalisator Reaksi katalisator atau
ini juga dikategorikan sebagai limbah kayu yang
pengangkut vinil klorida
belum dimanfaatkan secara optimal.
dan vinil asetat.
1.1. Karbon Aktif
Karbon aktif merupakan karbon amorf 2. Zat cair
berbentuk butiran (granular) atau serbuk Industri obat dan Penyaring dan penghilang
(powder) yang telah diaktifkan sehingga makanan warna/bau/rasa yang tidak
memiliki pori-pori yang terbuka dengan daya diinginkan pada makanan.
serap lebih besar dibandingkan dengan karbon Minuman ringan, Penghilang warna dan bau
biasa. Komponen utama yang dapat digunakan minuman keras pada arak, minuman keras
sebagai karbon aktif harus berupa material dan minuman ringan.
organik dengan kandungan karbon yang tinggi Pengolahan air Penyaring, penghilang
seperti batubara, tempurung kelapa, tempurung bau/warna/zat pencemar
kelapa sawit, limbah pinus, ataupun dari limbah dalam air dan alat
kayu. pengolahan air.
Karbon aktif terdiri dari 87-97% karbon Pengolahan air Pembersih air buangan
dan sisanya berupa hidrogen, oksigen, sulfur dan buangan dari
nitrogen serta senyawa-senyawa lain yang pencemar/warna/bau/loga
berasal dari bahan baku atau terbentuk selama m berat.
proses pembuatan. Volume pori-pori karbon aktif Pelarut yang Penarikan kembali
biasanya lebih besar dari 0,2 cm3/gram dengan digunakan berbagai pelarut sisa
luas permukaan lebih besar dari 500 m2/gram kembali (metanol, etil asetat dan
dan dapat mencapai 2000 m2/gram. Pada proses lainnya).
pengolahan air, karbon aktif berperan sebagai 3. Lain-lain
adsorben pengilang bau, rasa dan warna yang Pengolahan pulp Pemurnian, penghilang
disebabkan oleh bahan organik yang terkandung bau.
dalam air. Pengolahan Pemurnian.
Kontaminan dalam air terserap akibat pupuk
adanya tarikan dari permukaan karbon aktif lebih Pengolahan emas Pemurnian.

Jurnal Teknik Kimia No. 2, Vol. 23, April 2017 Page | 78


Pengolahan Penghilang bau/warna/ bahan baku tersebut dibawah sinar matahari atau
minyak makan rasa yang tidak dengan melakukan pemanasan dengan oven
dan glukosa diinginkan. sampai diperoleh bobot konstan.
(Sumber : Pusat Dokumentasi dan Informasi 2) Proses Karbonisasi
Ilmiah, 1997) Karbonisasi atau pengarangan merupakan
suatu proses pemanasan bahan-bahan organik
1.1.2. Syarat Mutu Karbon Aktif
pada suhu tertentu dengan jumlah oksigen yang
Menurut Standar Industri Indonesia (SII
sangat terbatas, biasanya dilakukan didalam
No.0258-88), syarat mutu karbon aktif adalah
furnace. Proses ini mengakibatkan terjadinya
sebagai berikut :
penguraian senyawa organik yang menyusun
struktur bahan membentuk metanol, uap asam
Tabel 1.2. Syarat Mutu Karbon Aktif (SII
asetat, tar dan hidrokarbon. Material padat yang
No.0258-88)
tertinggal setelah karbonisasi adalah karbon
Persyaratan
Uraian dalam bentuk arang dengan pori-pori yang
Butiran Padatan
sempit. (Cheresmisinoff,1993).
Bagian yang
Faktor-faktor yang mempengaruhi
hilang pada Max 15% Max 25%
karbonisasi yaitu kadar air, ketebalan bahan
pemanasan 950oC
baku, kekerasan bahan baku, udara sekeliling
Kadar air Max 4,5% Max 10%
dapur pembakaran (furnace) dan waktu
Kadar abu Max 2,5% Max 10%
pemanasan. Selama karbonisasi berlangsung
Bagian yang tidak Tidak Tidak
banyak elemen non karbon, hidrogen dan
mengarang ternyata ternyata
oksigen diubah menjadi gas akibat dekomposisi
Daya serap
Min 750 Min 750 pirolisis dari bahan mula-mula dan atom-atom
terhadap larutan
mg/g mg/g karbon bebas mengelompok dalam formasi
I2
kristalografis yang dikenal sebagai kristal grafit.
Karbon aktif
Min 80% Min 65% Susunan kristal tidak beraturan, sehingga celah-
murni
celah bebas tetap ada.
Daya serap
Min 25 - 3) Proses Aktivasi
terhadap benzene
Aktivasi merupakan proses penghilangan
Daya serap
Min 120 zat-zat yang menutupi pori-pori pada permukaan
terhadap Min 60 ml/g
ml/g arang. Hidrokarbon pada permukaan arang dapat
methylene blue
dihilangkan melalui proses oksidasi
Kerapatan jenis 0,45 - 0,55 0,30 - 0,35
menggunakan oksidator yang sangat lemah (CO2
curah g/ml g/ml
dan uap air) agar atom karbon yang lain tidak
Lolos ukuran
- Min 90% turut teroksidasi. Selain itu dapat juga dilakukan
mesh 325
proses dehidrasi dengan garam-garam seperti
(Sumber : Pusat Dokumentasi dan Informasi ZnCl2 atau CaCl2. Unsur mineral akan masuk
Ilmiah, LIPI 1997) diantara plat-plat heksagonal dan membuka
permukaan yang mulanya tertutup sehingga
jumlah permukaan karbon aktif bertambah besar.
Proses aktivasi dibedakan menjadi dua bagian,
1.1.3. Proses Pembuatan Karbon Aktif yaitu:
Secara garis besar terdapat tiga tahap a. Proses aktivasi fisika (Vapor Adsorben
pembuatan karbon aktif yaitu: Carbon)
1) Proses Dehidrasi Aktivasi fisika adalah proses aktivasi yang
Proses dehidrasi bertujuan untuk melibatkan adanya gas pengoksidasi seperti
menghilangkan air yang masih terkandung udara pada temperatur rendah, uap, CO 2 atau
didalam bahan baku. Caranya dengan menjemur aliran gas pada temperatur tinggi (Pohan,1993).

Jurnal Teknik Kimia No. 2, Vol. 23, April 2017 Page | 79


b. Proses aktivasi kimia (Chemical Bahan kimia yang dapat digunakan sebagai
Impregnating Agent) aktivator diantaranya CaCl2, Ca(OH)2, NaCl,
Aktivasi kimia dilakukan dengan MgCl2, HNO3, HCl, Ca3(PO4)2, H3PO4, ZnCl2
mencampur material karbon dengan bahan-bahan dan sebagainya. Semua bahan aktif ini umumnya
kimia atau reagen pengaktif, selanjutnya bersifat sebagai pengikat air.
campuran dikeringkan dan dipanaskan. Unsur-
1.4. Adsorpsi
unsur mineral aktivator masuk diantara plat
Adsorpsi adalah proses pengumpulan
heksagon dari kristalit dan membuka permukaan
substansi terlarut (soluble) yang terdapat dalam
yang mulanya tertutup. Sehingga saat pemanasan
larutan oleh permukaan benda penyerap
dilakukan, senyawa kontaminan yang berada
(adsorben) dimana terjadi suatu ikatan kimia
dalam pori menjadi lebih muda terlepas. Hal ini
fisika antara substansi dan penyerapnya. Pada
menyebabkan luas permukaan yang aktif
proses adsorpsi yang dibatasi oleh proses difusi
bertambah besar dan meningkatkan daya serap
film dan difusi pori yang tergantung pada
karbon aktif.
lamanya kontak antara partikel adsorben dan
1.2. Kulit Kayu Gelam fluida dalam sistem. Bila lamanya waktu kontak
Gelam (Melaleuca leucadendra) relatif lebih sedikit maka lapisan film yang
merupakan salah satu tumbuhan yang banyak disekeliling partikel akan tebal sehingga proses
terdapat di Sumatera Selatan dengan tinggi adsorpsi berlangsung lambat dengan pengadukan
pohon berkisar antara 10-20 m, kulit batangnya yang cukup maka kecepatan difusi film
berlapis-lapis dan berwarna putih keabu-abuan meningkat. Melalui proses adsorpsi ini dikenal
dengan permukaan kulit yang terkelupas tidak istilah adsorbat untuk zat yang diadsorpsi dan
beraturan. Kulit kayu gelam yang belum dikelola adsorben untuk zat yang mengadsorpsi. Proses
dengan maksimal ternyata dapat dijadikan adsorpsi dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu :
sebagai bahan baku pembuatan karbon aktif. 1) Konsentrasi
Kulit kayu gelam mengandung selulosa sebesar Proses adsorpsi sangat sesuai untuk
44,19% dimana didalam selulosa tersebut masih memisahkan bahan dengan konsentrasi rendah
mengandung kadar air 1,86% dan kadar abu dari campuran yang mengandung bahan lain
1,26%. Kadar air tersebut dapat dihilangkan dengan konsentrasi tinggi.
dengan pemanasan 100-110 oC. Kadar abu 2) Luas Permukaan
menunjukkan kandungan oksida-oksida logam Proses adsorpsi tergantung pada banyaknya
yang terdapat pada selulosa. Kadar abu yang tumbukan yang terjadi antara partikel-partikel
tidak terlalu besar ini dikarenakan unsur hara adsorbat dan adsorben. Tumbukan efektif antara
makro dan mikro yang terkandung pada kayu partikel itu akan meningkat dengan
gelam tidak banyak. meningkatkan luas permukaan. Jadi, semakin
1.3. Zat Aktivator luas permukaan adsorben maka adsorpsi akan
Aktivator adalah senyawa kimia yang semakin besar.
berfungsi sebagai reagen pengaktif atom-atom 3) Suhu
karbon sehingga daya serapnya menjadi lebih Adsorpsi akan lebih cepat berlangsung pada
baik. Zat aktivator bersifat mengikat air sehingga suhu rendah namun pengaruh suhu adsorpsi zat
menyebabkan air yang terikat kuat pada pori-pori cair tidak sebesar pada adsorpsi gas.
karbon yang tidak hilang pada saat karbonisasi 4) Ukuran Partikel
menjadi lepas. Selanjutnya zat aktivator tersebut Semakin kecil ukuran partikel yang
akan memasuki pori dan membuka permukaan diadsorpsi maka proses adsorpsinya akan
arang yang tertutup. Akibatnya pada saat berlangsung lebih cepat.
dilakukan pemanasan, senyawa pengotor yang 5) pH
terdapat dalam pori menjadi lebih mudah pH mempunyai pengaruh dalam proses
terserap sehingga luas permukaan karbon aktif adsorpsi. pH optimum dari suatu proses adsorpsi
semakin besar dan meningkatkan daya serapnya. ditetapkan melalui uji laboratorium.

Jurnal Teknik Kimia No. 2, Vol. 23, April 2017 Page | 80


6) Waktu Kontak 4) Residu dipanaskan ke dalam oven dengan
Waktu untuk mencapai keadaan setimbang suhu 105oC sampai beratnya konstan (a).
pada proses penyerapan oleh adsorben berkisar 5) Residu (a) yang telah dikeringkan selanjutnya
antara beberapa menit hingga beberapa jam. direflux lagi selama 2 jam dengan 150 ml 0,5
(Ginting,2010) M H2SO4 pada suhu 100oC.
6) Residu (a) disaring kemudian ditambahkan
2. METODOLOGI PENELITIAN air suling sampai volume filtrat 350 ml.
2.1 Alat dan Bahan 7) Residu (a) dikeringkan dengan menggunakan
2.1.1.Alat Pembuatan Karbon Aktif oven pada suhu105oC sampai beratnya
1) Furnace konstan (b).
2) Oven 8) Residu (b) yang telah kering lalu
3) Seperangkat alat reflux ditambahkan dengan 10 ml 72 % (v/v) H2SO4
4) Seperangkat alat titrasi pada suhu kamar dan didiamkan selama 4
5) Sieve shaker 40 mesh jam, kemudian diencerkan menjadi 0,5 M
6) Pengaduk magnetik H2SO4 150 ml, direflux kembali dengan suhu
7) Kertas saring 100oC selama 2 jam.
8) Cawan porselen 9) Sampel selanjutnya disaring dengan
9) Desikator penambahan air suling sampai volume filtrat
10) Timbangan analitik 400 ml.
11) Erlenmeyer 10) Residu (b) dikeringkan dalam oven dengan
suhu 105oC sampai beratnya konstan (c).
2.1.2.Bahan
11) Residu (c) selanjutnya diabukan dengan
1) Kulit kayu gelam
menggunakan furnace pada suhu 350oC
2) Akuades
selama 4 jam kemudian ditimbang (d).
3) H2SO4 0,5 M
4) H2SO4 72%
Penentuan kadar air
5) Larutan CaCl2 5%
berat awal − berat kering
6) Larutan NaOH 5% Kadar Air (%) = × 100%
berat kering
7) Larutan H2SO4 5%
Penentuan kadar lignin
8) Larutan Iodium 0,1 N 100 ml c−d
9) Natrium tiosulfat 0,1 N Kadar Lignin (%) = × 100%
berat sampel kering
10) Amilum Penentuan kadar abu
berat abu (g)
2.2 Prosedur Penelitian Kadar Abu (%) = × 100%
berat sampel kering
2.2.1. Tahap Analisa Kandungan Kimia Kulit Kadar selulosa dan hemiselulosa
Kayu Gelam a−b
Kadar Hemiselulosa (%) = × 100%
Analisa kandungan kimia kulit kayu gelam berat sampel kering
b−c
dilakukan dengan metode Chesson Datta, adapun Kadar selulosa (%) = × 100%
berat sampel kering
langkah-langkahnya sebagai berikut :
1) Kulit kayu gelam dbersihkan dan dipotong
kecil-kecil kemudian diserbukkan dengan alat
penghalus, lalu diayak dengan
mengggunakan sieve shaker berukuran 40
2.2.2. Pembuatan Karbon Aktif
mesh.
1) Kulit kayu gelam dibersihkan dan dipotong
2) 1 gram sampel direflux selama 2 jam dengan
kecil-kecil.
150 ml H2O pada suhu 100oC.
2) Selanjutnya bahan baku dikeringkan dengan
3) Sampel disaring dengan kertas saring
menggunakan oven pada suhu 110oC.
kemudian ditambahkan akuades sampai
3) Bahan baku dikarbonisasi selama 1 jam
volume filtrat 350 ml.
dengan menggunakan furnace (terdapat

Jurnal Teknik Kimia No. 2, Vol. 23, April 2017 Page | 81


variasi suhu karbonisasi yaitu 250oC, 350oC 3) Pengujian kadar abu
dan 450oC). Sampel karbon aktif yang telah di uji
4) Bahan baku diserbukkan menggunakan alat volatile matternya, dimasukkan ke dalam furnace
penghalus dan diayak dengan sieve shaker selama 1 jam dengan suhu 750oC dengan posisi
berukuran 40 mesh. cawan terbuka tanpa tutup. Lakukan pendinginan
5) 50 gram bahan baku dicampurkan ke dalam sampel dengan menggunakan desikator sampai
200 ml larutan aktivator (terdapat variasi suhu konstan. Timbang berat akhir sampel
jenis aktivator yaitu H2SO4 5%, NaOH 5%, dengan neraca analitik.
CaCl2 5%). Proses aktivasi ini dilakukan
selama 24 jam. Penentuan kadar abu
6) Karbon aktif lalu dicuci dengan akuades dan berat setelah furnace
Kadar Abu (%) = × 100%
disaring hingga didapatkan pH 7. berat awal
7) Karbon aktif yang telah netral selanjutnya
dikeringkan selama 1 jam dengan 4) Pengujian daya serap iodium
menggunakana oven pada suhu 110oC. Karbon aktif ditimbang sebanyak 0,5 gram
8) Karbon aktif kemudian dianalisa kadar air, dan dicampurkan dengan 50 ml larutan iodium
volatile matter, adsorpsi iodium dan kadar 0,1 N. Sampel lalu diaduk selama 15 menit
abu. dengan menggunakan stirrer. Campuran tersebut
kemudian disaring dengan menggunakan kertas
2.2.3.Analisa Pengujian Karbon Aktif Kulit saring untuk diambil filtratnya. Filtrat diambil
Kayu Gelam sebanyak 10 ml dan dititrasi dengan larutan
1) Pengujian kadar air natrium tiosulfat 0,1 N. Jika warna kuning pada
Timbang 1 gram sampel karbon aktif dan larutan mulai samar tambahkan larutan amilum
dimasukkan ke dalam cawan. Selanjutnya sampel 1% sebagai indikator ke dalam larutan. Titrasi
dipanaskan ke dalam oven selama 1 jam dengan kembali hingga warna larutan menjadi bening.
suhu 110oC dengan posisi cawan terbuka tanpa
tutup. Lakukan pendinginan sampel dengan Penentuan daya serap iodium
menggunakan desikator smapai suhu konstan, Daya serap iodin = [A − (
B x N (Na2 S2 O3
)] x126,93
N Iodin
lalu timbang berat akhir sampel dengan neraca
analitik.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Penentuan kadar air
3.1. Analisa Kandungan Kimia dalam Kulit
berat awal − berat kering
Kadar Air (%) = × 100% Kayu Gelam
berat kering
Tabel 3.1. Hasil Analisa Kandungan Kimia
2) Pengujian kadar volatile matter dalam Kulit Kayu Gelam
Sampel karbon aktif yang telah diuji kadar
airnya lalu dimasukkan ke dalam furnace selama No. Komposisi Kimia Persentase (%)
7 menit pada suhu 900oC dengan posisi cawan
tertutup. Lakukan pendinginan sampel dengan 1. Kadar Air 5,72
menggunakan desikator sampai suhu konstan. 2. Kadar Abu 1,33
Timbang berat akhir sampel dengan
3. Hemiselulosa 27,42
menggunakan neraca analitik.
4. Selulosa 47,00
Penentuan kadar volatile matter 5. Lignin 18,28
Volatile Matter (%) =
Total 99,75
berat awal−berat setelah furnace
× 100%
berat awal

Jurnal Teknik Kimia No. 2, Vol. 23, April 2017 Page | 82


Tabel di atas merupakan analisa yang menggunakan zat aktivator CaCl2, NaOH, dan
pertama dari penelitian ini, yaitu analisa H3PO4. Karbon aktif dengan zat aktivator CaCl2
kandungan kimia dalam kulit kayu gelam dengan mengandung kadar air sebesar 9,47% pada
menggunakan metode Chesson Datta dan temperatur 250oC, 6,12% pada temperatur
dilakukan sebanyak tiga kali percobaan. 350oC, dan 2,29% pada temperatur 450oC. Pada
Kandungan kimia dari kulit kayu gelam karbon aktif ini terjadi penurunan kadar air yang
bergantung pada ligkungannya sehingga kayu cukup signifikan dari temperatur 250oC hingga
gelam disetiap daerah memiliki kandungan kimia temperatur 450oC.
yang berbeda. Kulit kayu gelam yang digunakan
pada pengujian kali ini berasal dari Tanjung Api- Kadar Air
Api, Sumatera Selatan. Kandungan kimia dalam 10
suatu bahan merupakan salah satu faktor penting

Persentase (%)
8
dalam penentuan kelayakan pembuatan karbon 6
aktif.
4
Pada proses karbonisasi terdapat beberapa
2
tahapan yang berupa penguapan air, penguraian CaCl2
0
selulosa, penguraian lignin, dan pemurnian 250 350 450 NaOH
karbon sehingga perlu dilakukan analisa awal Temperatur (C) H3PO4
untuk mengetahui kandungan kimia bahan baku
karbon aktif dari kulit kayu gelam tersebut. Gambar 1. Perbandingan kadar air karbon aktif
Berdasarkan hasil penelitian kadar selulosa pada dengan variasi temperatur dan jenis
kulit kayu gelam yang berasal dari daerah zat aktivator
Tanjung Api-Api memenuhi standar sebagai Pada karbon aktif yang menggunakan zat
bahan baku karbon aktif, yaitu 47% kandungan aktivator NaOH dengan temperatur 250oC
selulosa dan 27,42% hemiselulosa. diperoleh kadar air karbon aktif sebesar 7,36%,
3.2. Analisa Hasil Pengujian Karbon Aktif kadar air sebesar 6,38% untuk temperatur 350 oC,
Pada penelitian ini terdapat empat dan kadar air sebesar 4,35% untuk temperatur
parameter yang dianalisa yaitu kadar air, volatile 450oC. Grafik di atas juga menunjukkan bahwa
matter, kadar abu dan daya serap iodium. Tiap kadar air pada karbon aktif dengan menggunakan
sampel akan diuji dengan variasi suhu zat aktivator NaOH juga mengalami penurunan
karbonisasi (250oC, 350oC dan 450oC) dan seiring dengan meningkatnya temperatur
variasi zat aktivator (H3PO4, CaCl2 dan NaOH). karbonisasi.
Karbon aktif yang telah diaktivasi harus dicuci Grafik penurunan nilai kadar air juga terjadi
menggunakan aquades hingga diperoleh karbon pada karbon aktif dengan menggunakan zat
aktif dengan pH netral. Pencucian karbon aktif aktifator H3PO4, yaitu sebesar 8,59% pada
ini bertujuan untuk menghilangkan zat aktivator temperatur 250oC, 6,36% pada temperatur
(NaOH, CaCl2, dan H3PO4) ataupun zat 350oC, dan 5,27% pada temperatur 450oC. Dari
pengotor lainnya yang masih tertinggal. Hal ini kesembilan sampel tersebut, kadar air tertinggi
dapat mengurangi daya serap dari karbon aktif yaitu sebesar 9,47% terdapat pada sampel
karena zat aktivator maupun zat pengotor pertama dengan temperatur karbonisasi 250 oC
tersebut dapat menutupi pori-pori dari karbon dan menggunakan CaCl2 sebagai zat aktivator.
aktif. Sedangkan kadar air terendah yaitu sebesar
2,29% diperoleh dari sampel ketiga dengan
temperatur karbonisasi 450oC dan menggunakan
3.2.1.Kadar Air
CaCl2 sebagai aktivator.
Grafik di bawah ini menunjukkan
Berdasarkan data grafik di atas dapat
perbandingan persentase kadar air karbon aktif
diamati bahwa semakin tinggi suhu karbonisasi
pada temperatur 250oC, 350oC, dan 450oC yang
maka kadar air yang terkandung dalam karbon

Jurnal Teknik Kimia No. 2, Vol. 23, April 2017 Page | 83


aktif semakin rendah. Hal ini terjadi karena 350oC, dan kadar zat menguap sebesar 12,77%
secara kimia molekul air akan berubah fase untuk temperatur 450oC. Sedangkan pada karbon
menjadi gas saat telah melewati titik didihnya aktif yang menggunakan zat aktivator NaOH,
yaitu 100oC. Pada titik itu molekul air yang kadar zat menguap yang didapatkan pada
terikat pada karbon akan lepas dan berubah fase temperatur 250oC adalah 24,92%, pada
menjadi gas. Proses penghilangan kadar air ini temperatur 350oC sebesar 23,01%, dan pada
sangat berpengaruh dalam pembuatan karbon temperatur 450oC sebesar 18,12%. Untuk kadar
aktif karena kadar air yang tinggi akan zat menguap karbon aktif dengan zat aktivator
menurunkan daya serap karbon aktif sehingga H3PO4 pada temperatur 250oC, 350oC, dan 450oC
diperlukan proses dehidrasi atau penghilangan diperoleh nilai masing-masing sebesar 21,58%,
air untuk menembah kualitas penyerapan karbon 18,28%, dan 12,89%.
aktif tersebut. Dari kesembilan sampel, kadar volatile
Selain itu, jenis zat aktivator juga matter berkisar antara 12,77 – 24,92% dimana
berpengaruh dalam proses aktivasi karbon aktif. kadar terendah diperoleh dari sampel ketiga
Fungsi dari zat aktivator adalah sebagai pengikat dengan suhu karbonisasi 450oC dan CaCl2
air pada karbon aktif yang masih tersisa dan sebagai aktivatornya. Lama karbonisasi dan
menempel saat proses karbonisasi. Dari ketiga peningkatan temperatur karbonisasi
jenis zat aktivator yang digunakan dalam mempengaruhi jumlah kadar zat menguap pada
penelitian ini, zat CaCl2 mampu menurunkan karbon aktif. Semakin tinggi temperatur maka
kadar air secara signifikan pada karbon aktif kadar zat menguap akan semakin rendah. Hal ini
dibandingkan dengan kedua zat lainnya. Hal ini berpengaruh bagi kualitas penyerapan karbon
dikarenakan zat CaCl2 yang merupakan garam aktif karena zat menguap yang masih menempel
memiliki sifat yang lebih higroskopis, artinya akan menutupi pori-pori dan permukaan karbon
memiliki kemampuan menyerap molekul air aktif. Karbon aktif dengan kadar zat menguap
lebih baik dibandingkan dengan zat asam dan yang rendah memiliki kemampuan penyerapan
basa. yang baik.
4.2.1. Kadar Zat Menguap (Volatile Matter) 4.2.2. Kadar Abu
Kadar Zat Menguap (Volatil Matter)
Kadar Abu
35 12
30 10
Persentase (%)
Persentase (%)

25 8
20 6
15
4
10
5 2
0 0 CaCl2
CaCl2
250 350 450 250 350 450
NaOH
Temperatur (C) NaOH
Temperatur (C) H3PO4
Gambar 2. Perbandingan Persentase Kadar Zat Gambar 3.Perbandingan Pesentase Kadar Abu
Menguap (Volatile Matter) dengan dengan Variasi Temperatur dan Jenis
Variasi Suhu dan Jenis Zat Aktivator Zat Aktivator
Grafik di atas menunjukkan perbandingan Grafik di atas menunjukkan bahwa semakin
persentase kadar zat menguap dari karbon aktif tinggi temperatur karbonisasi maka kadar abu
dengan menggunakan zat aktivator CaCl2, yang dihasilkan semakin tinggi. Hal ini
NaOH, dan H3PO4. Pada karbon aktif dengan zat dikarenakan bahan-bahan organik yang belum
aktivator CaCl2 diperoleh kadar zat menguap menguap pada temperatur rendah akan
sebesar 23,16% untuk temperatur 250oC, kadar terdegradasi strukturnya seiring dengan
zat menguap sebesar 21,01% untuk temperatur peningkatan temperatur. Abu tersebut terbentuk

Jurnal Teknik Kimia No. 2, Vol. 23, April 2017 Page | 84


dari bahan mineral yang terdapat dalam Zat NaOH memiliki daya serap yang lebih
komponen awal bahan baku kulit kayu gelam tinggi dibandingkan dengan daya serap karbon
yang kemudian berubah menjadi garam-garam aktif yang menggunakan zat CaCl2 dan H3PO4
mineral karena proses karbonisasi pada sebagai aktivator. Hal ini dikarenakan pada saat
temperatur tinggi dan akan teroksidasi proses aktivasi perendaman karbon dengan
membentuk serbuk abu yang halus. menggunakan NaOH terjadi reaksi eksotermik
yang melepaskan energi panas dari sistem ke
4.2.3. Daya Serap Iodium lingkungannya disebabkan NaOH termasuk
Daya Serap Iodium dalam golongan basa kuat. Sedangkan zat H3PO4
merupakan asam lemah dan CaCl2 merupakan
1200
garam klorida sehingga reaksi eksotermik yang
1000
terjadi tidak sekuat NaOH. Selain itu, dengan
800
adanya reaksi eksotermik ini berpengaruh pada
(mg/g)

600
pori-pori dan luas permukaan karbon aktif
400
sehingga karbon aktif yang dihasilkan memiliki
200 daya serap yang tinggi.
0 CaCl2
Daya serap optimum pada NaOH terjadi
250 350 450 NaOH
pada temperatur 350oC, sedangkan pada
Temperatur (C) H3PO4 temperatur 450oC terjadi penurunan daya serap
Gambar 4. Perbandingan Daya Serap Iodium karbon aktif. Hal ini dikarenakan pada
Dengan Variasi Temperatur Dan temperatur 350oC pori-pori karbon aktif yang
Jenis Zat Aktifator terbentuk masih cocok dengan molekul iodium
yang diserap, sedangkan pada temperatur 450 oC
Grafik di atas menunjukkan perbandingan
pori-pori menjadi lebih lebar karena terjadi
daya serap iodium karbon aktif dengan
pengikisan karbon. Temperatur yang tinggi dapat
menggunakan zat aktivator CaCl2, NaOH, dan
berpengaruh terhadap struktur karbon dan
H3PO4 dan temperatur karbonisasi 250oC, 350oC,
menjadikannya rapuh akibat terjadinya
dan 450oC. Pada karbon aktif dengan
pengikisan karbon. Pengikisan karbon ini juga
menggunakan zat aktivator CaCl2 diperoleh daya
membuat permukaan karbon menjadi dangkal
serap sebesar 482,334 mg/g pada temperatur
sehingga molekul iodium akan mudah lepas dan
250oC, daya serap sebesar 439,1778 mg/g pada
tidak terserap secara optimum.
temperatur 350oC, dan daya serap sebesar
337,6338 mg/g pada temperatur 450oC. 4. KESIMPULAN
Pada karbon aktif dengan menggunakan zat 1) Kayu gelam yang berasal dari Tanjung
aktivator NaOH diperoleh daya serap sebesar Api-Api menghasilkan karbon aktif terbaik
710,808 mg/g pada temperatur 250 oC, daya serap pada temperatur 350 C menggunakan zat
sebesar 1007,8242 mg/g pada temperatur 350 oC, aktivator NaOH dengan daya serap iodium
dan daya serap sebesar 703,1922 mg/g pada 1007,8242 mg/g. Pada temperatur 250 C
temperatur 450oC. Pada karbon aktif dengan daya serap yang dihasilkan sebesar
menggunakan zat aktivator H3PO4 diperoleh 710,8080 mg/g sedangkan pada temperatur
daya serap sebesar 609,264 mg/g pada 450 C dihasilkan daya serap sebesar
temperatur 250oC, daya serap sebesar 558,492 703,1922 mg/g.
mg/g pada temperatur 350oC, dan daya serap 2) Bahan baku kayu gelam dari Tanjung Api-
sebesar 703,1922 mg/g pada temperatur 450oC. Api mengandung komposisi kimia yang
Daya serap iodium yang terbesar diperoleh dari meliputi kadar air 5,72%, kadar abu 1,33%,
sampel dengan suhu karbonisasi 350oC dengan hemiselulosa 27,42%, selulosa 47%, dan
aktivator NaOH yaitu 1007,8242 mg/gr. Hal ini lignin 18,28%.
menunjukkan sampel karbon aktif tersebut telah
Saran
memenuhi standar SNI untuk karbon aktif.

Jurnal Teknik Kimia No. 2, Vol. 23, April 2017 Page | 85


Perlu dilakukan pengujian karbon aktif dari Tempurung Kemiri. Jurnal Ilmiah
sebagai adsorben pada proses penjernihan air Teknik Kimia Vol.15, No.2 (2008).
maupun limbah cair dan juga perlu dilakukan Indralaya. Jurusan Teknik Kimia Fakultas
penelitian lanjutan mengenai karbon aktif dari Teknik Universitas Sriwijaya.
kulit kayu gelam menggunakan variasi variabel
lainnya agar didapatkan karbon aktif yang
sesuai dengan standar SNI, baik variasi suhu,
jenis aktivator, lama aktivasi, konsentrasi zat
aktivator, dan ukuran karbon, serta pengujian
luas permukaan dan pori-pori karbon aktif.

DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Halim Abdul. 2001. Preparation and
Characterization of Activated Carbon from
Gelam Wood Bark (Melaleuca
leucadendron). Jurnal Ilmiah Teknik Kimia
Vol.7, No.1 (2001) 65-68. Selangor.
Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik
Universitas Putra Malaysia.
Dewi, dkk. 2009. Pembuatan Karbon Aktif dari
Kuli Ubi Kayu (Mannihot Esculenta).
Jurnal Teknik Kimia, No. 1, Vol. 16,
Januari 2009. Indralaya. Jurusan Teknik
Kimia Fakultas Teknik Universitas
Sriwijaya.
Eliza dan Desnelli. 2001. Pemanfaatan Pohon
Gelam (Melaleuca leucadendron) dalam
Pembuatan Arang Aktif untuk Pengolahan
Air Rawa. Laporan Penelitian. Inderalaya.
FMIPA Universitas Sriwijaya.
Junaidi, Ahmad Budi. 2009. Kajian Potensi
Tumbuhan Gelam (Melaleuca
leucadendron) untuk Bahan Baku Industri
Pulp. Jurnal Ilmiah Studi Kimia Vol.10,
No.28 (2009). Banjarbaru. Program Studi
Kimia FMIPA Universitas Lampung.
Monariqsa, dkk. 2012. Ekstraksi Selulosa dari
Kayu Gelam (Melaleuca leucadendron
Linn) dan Kayu Serbuk Industri Mebel.
Jurnal Penelitian Sains Vol. 15, No. 3(C),
Juli 2012. Indralaya. Jurusan Kimia FMIPA
Universitas Sriwijaya.
Ramdja, dkk. 2008. Pembuatan Karbon Aktif
Dari Pelepah Kelapa (Cocus Nucifera).
Jurnal Teknik Kimia, No. 2, Vol. 15, April
2008. Indralaya. Jurusan Teknik Kimia
Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya.
Surest, Azhary H. 2008. Pengaruh Suhu,
Konsentrasi Zat Aktivator dan Waktu
Aktivasi terhadap Daya Serap Karbon Aktif

Jurnal Teknik Kimia No. 2, Vol. 23, April 2017 Page | 86

Anda mungkin juga menyukai