terbuka, dan dengan demikian akan mempunyai daya serap yang tinggi. Karbon aktif
merupakkan karbon yang bebas serta memiliki permukaan dalam (internal surface),
sehingga mempunyai daya serap yang baik. Keaktifan daya menyerap dari karbon aktif
ini tergantung dari jumlah senyawa kabonnya yang berkisar antara 85 % sampai 95%
karbon bebas. Karbon aktif yang berwarna hitam, tidak berbau, tidak terasa dan
mempunyai daya serap yang jauh lebih besar dibandingkan dengan kabon aktif yang
belum menjalani proses aktivasi, serta mempunyai permukaan yang luas, yaitu memiliki
luas antara 300 sampai 2000 m/gram. Karbon aktif ini mempunyai dua bentuk sesuai
ukuran butirannya, yaitu karbon aktif bubuk dan karbon aktif granular (butiran). Karbon
aktif bubuk ukuran diameter butirannya kurang dari atau sama dengan 325 mesh.
Sedangkan karbon aktif granular ukuran diameter butirannya lebih besar dari 325 mesh.
Karbon aktif merupakan suatu bentuk arang yang telah melalui aktifasi dengan
menggunakan gas CO2, uap air atau bahan-bahan kimia sehingga pori-porinya terbuka
dan dengan demikian daya absorpsinya menjadi lebih tinggi terhadap zat warna dan
bau. Karbon aktif mengandung 5 sampai 15 persen air, 2 sampai 3 persen abu dan
sisanya terdiri dari karbon. Karbon aktif berbentuk amorf terdiri dari pelat-pelat datar,
disusun oleh atom-atom C yang terikat secara kovalen dalam suatu kisi heksagonal
datar dengan satu atom C pada setiap sudutnya. Pelat-pelat tersebut bertumpuk-
tumpuk satu sama lain membentuk kristal-kristal dengan sisa hidrokarbon, ter dan
senyawa organik lain yang tertinggal pada permukaannya. Bahan baku karbon aktif
dapat berasal dari bahan nabati atau turunannya dan bahan hewani. Mutu karbon aktif
yang dihasilkan dari tempurung kelapa mempunyai daya serap tinggi, karena arang ini
berpori-pori dengan diameter yang kecil, sehingga mempunyai internal yang luas. Luas
permukaan arang adalah 2 x 104 cm2 per gram, tetapi sesudah pengaktifan dengan
bahan kimia mempunyai luas sebesar 5 x 106 sampai 15 x 107cm2 per gram . Ada 2
tahap utama proses pembuatan karbon aktif yakni proses karbonasi dan proses aktifasi.
Dijelaskan bahwa secara umum proses karbonisasi sempurna adalah pemanasan
bahan baku tanpa adanya udara sampai temperatur yang cukup tinggi untuk
mengeringkan dan menguapkan senyawa dalam karbon. Pada proses ini terjadi
dekomposisi termal dari bahan yang mengandung karbon, dan menghilangkan spesies
non karbonnya. Proses aktifasi bertujuan untuk meningkatkan volume dan
memperbesar diameter pori setelah mengalami proses karbonisasi, dan meningkatkan
penyerapan. Pada umumnya karbon aktif dapat di aktifasi dengan 2 (dua) cara, yaitu
dengan cara aktifasi kimia dan aktifasi fisika.
1. Aktifasi kimia, arang hasil karbonisasi direndam dalam larutan aktifasi sebelum
dipanaskan. Pada proses aktifasi kimia, arang direndam dalam larutan pengaktifasi
selama 24 jam lalu ditiriskan dan dipanaskan pada suhu 600 9000C selama 1 2
jam.
2. Aktifasi fisika, yaitu proses menggunakan gas aktifasi misalnya uap air atau CO2
yang dialirkan pada arang hasil karbonisasi. Proses ini biasanya berlangsung pada
temperatur 800 11000C.
Karbon aktif bersifat sangat aktif dan akan menyerap apa saja yang kontak dengan
karbon tersebut. Karbon Aktif digunakan untuk menjernihkan air, pemurnian gas,
industri minuman, farmasi, katalisator, dan berbagai macam penggunaan lain. Selain di
bidang pengolahan air, karbon aktif dapat digunakan di berbagai industri seperti
pengolahan/tambang emas dengan berbagai ukuran mesh maupun iondine number.
Juga digunakan untuk dinding partisi, penyegar kulkas, vas bunga, dan ornamen meja.
Di balik legamnya, barang gosong itu ternyata sangat kaya manfaat. Karbon aktif dapat
digunakan sebagai bahan pemucat, penyerap gas, penyerap logam, menghilangkan
polutan mikro misalnya zat organic maupun anorganik, detergen, bau, senyawa phenol
dan lain sebagainya. Pada saringan arang aktif ini terjadi proses adsorpsi, yaitu proses
penyerapan zat - zat yang akan dihilangkan oleh permukaan arang aktif, termasuk
CaCo3 yang menyebabkan kesadahan. Apabila seluruh permukaan arang aktif sudah
jenuh, atau sudah tidak mampu lagi menyerap maka kualitas air yang disaring sudah
tidak baik lagi, sehingga arang aktif harus diganti dengan arang aktif yang baru.
Proses Sianida yang didasarkan pada recovery melalui adorpsi kabon aktif dari larutan
leach yang mengandung emas low-grade (konsentrasi) telah dikembangkan sejak
1970-an dan sampai sekarang 85% recovery emas telah dilengkapi dengan teknik ini.
Tiga proses berbeda yang telah dikembangkan didasarkan pada teknik pelindian dalam
ekstraksi padat-cair dan sifat-sifat kimia serta fisika dari bijih. Yaitu: CIP (Carbon in
Pulp), CIL (Carbon in Leach), dan CIC (Carbon in Column atau Carbon in Clear
Solution). Proses CIP digunakan dalam proses pelindian terdiri dari waktu pengadukan
yang lama dan penambahan karbon aktif dengan ukuran 1-3 mm (mesh: 8-25) terhadap
bubur (padatan dan cairan) setelah selesai proses pelindian. Dengan cara ini, emas
yang terkandung pada fase cair akan teradsorp pada permukaan karbon aktif.
Proses CIL diterapkan jika pelindian dilakukan dengan pengadukan dalam waktu yang
singkat (kurang dari 10 jam) dan/atau jika emas pada fase cair diadsorp lagi ke
permukaan fase padat residu melalui efek material berkarbonasi atau mineral lempung
pada bijih. Proses ini lebih ekonomis karena pelarutan dan adsorpsi dilakukan pada
tangki yang sama secara serempak dengan penambahan karbon aktif selama
pelindian.
Proses ketiga adalah (CIC) digunakan dalam ekstraksi padat-cair dimana residu
padatan dan larutan leaching diperoleh secara terpisah misalnya heap leaching.
Larutan hasil pelindian dilewati melalui kolom adsorpsi yang mengandung karbon aktif
untuk mendapatkan logam emasnya
Selain untuk mengadsobrsi pada emas, karbon aktif juga bisa digunakan untuk
mengadsorbsi senyawa sianida termasuk bahan beracun berbahaya (B3) pada aliran
air sungai. Sianida banyak digunakan dalam berbagai industri seperti serat sintetik
(akrilonitril), petrokimia, baja, pertambangan dan pelapisan logam (electroplating).
Sebagai akibat dari pemakaian bahan beracun dan berbahaya tersebut, umumnya
kegiatan-kegiatan itu menghasilkan limbah yang masih mengandung sianida yang
berpotensi mencemari lingkungan di sekitarnya. Berbagai upaya digunakan untuk
mengurangi pencemaran lingkungan tersebut, salah satunya dengan penyerapan
karbon aktif yang ditentukan melalui pengamatan pengaruh pH, konsentrasi penyerap
dan waktu. Penambahan ion Cu2+ sebagai katalis telah diteliti pula. Hasil menunjukkan
bahwa penambahan karbon aktif sebanyak 25 g/l pada pH 10,5 dapat menurunkan
konsentrasi sianida sebesar 20 % dalam waktu 8 jam. Penambahan ion Cu2+ (100
mg/l) pada larutan sianida telah meningkatkan penyerapan sebesar 55 % dalam waktu
2 jam. Penyerapan ion sianida dengan karbon aktif yang telah direndam dengan larutan
Cu2+ (0,5 %) meningkat menjadi 82 % dalam waktu 2 jam.
Karbon aktif juga digunakan untuk menyerap kandungan logam berat Pb (Plumbum =
Timbal) dan Cd (Cadmium). Logam berat menimbulkan efek kesehatan bagi manusia
sebagai penghalang kerja enzim, sehingga proses metabolisme tubuh terputus. Lebih
jauh lagi logam berat akan bertindak sebagai penyebab alergi, mutagen, teratogen atau
karsinogen bagi manusia. Jalur masuknya adalah melalui kulit, pernapasan dan
pencernaan. Logam berat jika sudah terserap ke dalam tubuh maka tidak dapat
dihancurkan tetapi akan tetap tinggal di dalamnya hingga nantinya dibuang melalui
proses ekskresi. Hal serupa juga terjadi apabila suatu lingkungan terutama di perairan
telah terkontaminasi (tercemar) logam berat maka proses pembersihannya akan sulit
sekali dilakukan. Sedikitnya terdapat 80 jenis dari 109 unsur kimia di muka bumi ini
yang telah teridentifikasi sebagai jenis logam berat. Berdasarkan sudut pandang
toksikologi, logam berat ini dapat dibagi dalam dua jenis.
Jenis pertama adalah logam berat esensial, di mana keberadaannya dalam jumlah
tertentu sangat dibutuhkan oleh organisme hidup, namun dalam jumlah yang berlebihan
dapat menimbulkan efek racun. Contoh logam berat ini adalah Zn, Cu, Fe, Co, Mn dan
lain sebagainya.
Sedangkan jenis kedua adalah logam berat tidak esensial atau beracun, di mana
keberadaannya dalam tubuh masih belum diketahui manfaatnya atau bahkan dapat
bersifat racun, seperti Hg, Cd, Pb, Cr dan lain-lain. Kontaminasi logam berat terutama
Pb dan Cd di lingkungan merupakan masalah besar dunia saat ini.
Proses eliminasi logam berat Pb dan Cd dengan karbon aktif akan semakin efektif
dimana selain sebagai adsorben karbon aktif secara simultan juga bertindak sebagai
pemberat (weighing agent) demikian pula jika berbagai metode pengolahan digabung
misalnya metode adsorbsi karbon aktif dengan metode konvensional (koagulasi,
flokulasi, sedimentasi, filtrasi dan khlorinasi). Penyerapan karbon aktif bubuk dapat
digunakan pada instalasi pengolahan di hampir seluruh tempat/titik pembubuhan.
Pembubuhan karbon aktif dapat dilakukan dengan sistem kering maupun basah. Titik
pembubuhan ini tentunya mempunyai kelebihan dan kekurangan masing masing.
Untuk meningkatkan kecepatan adsorpsi, dianjurkan agar menggunakan arang aktif
yang telah dihaluskan. Aplikasi sistem ini sangat cocok diterapkan dalam industri
industri pengolahan yang menghasilkan limbah cair yang relatif banyak dan sangat
dianjurkan terutama pada Instalasi Pengolahan Air Bersih atau Air Minum (IPAM).
Dalam perspektif yang lebih luas, aplikasi teknologi karbon aktif ini dapat digunakan
tidak hanya untuk mengolah logam berat Cd dan Pb tetapi juga pada unsur pecemar
lainnya.
KEGUNAAN tempurung kelapa yang sudah diolah menjadi karbon aktif sangat banyak
dan dibutuhkan di industri-industri besar. Untuk pemurnian gas, misalnya, karbon aktif
diperlukan untuk menghilangkan belerang, gas beracun, bau busuk, asap dan
pencegahan racun. Kemudian dipakai juga pada industri pengolahan gas alam cair
(LNG), katalisator untuk mengangkut vinil klorida dan vinil asetat. Dan, yang lebih
sederhana adalah sebagai bahan pembersih udara di ruangan yang kandungan uap air
dan gas berbau/beracunnya tinggi, seperti pada mobil, kamar pendingin, botol obat-
obatan serta peralatan-peralatan yang harus dilindungi dari proses perkaratan.
Kemudian karbon aktif juga digunakan di industri obat dan makanan sebagai penyaring,
penghilang warna, bau dan rasa tidak enak pada makanan. Di bidang perminyakan juga
karbon aktif dipakai sebagai bahan penyulingan bahan mentah dan zat perantara.
Dalam industri pembersihan air dipakai juga sebagai bahan penghilang bau, warna dan
logam berat, menghilangkan ammonia, nitrit, fenol. Bahkan dalam industri pulp (bahan
kertas) dan tambang emas, karbon aktif digunakan sebagai bahan pemurnian.
Untuk keperluan tertentu kami menyediakan ukuran mesh 6-12 dan 8-30 atau sesuai
permintaan dengan iodine number absorption mulai dari 700 s/d 1000 mg/g.
Untuk order jenis tertentu ini diperlukan minimum order sebanyak 7 ton (7000 kg)
dengan harga mengikuti tabel dibawah ini:
Iodine Ongkos K
Mesh
No Item Number Kemasan/Bag Harga/Kg
(Inchi) Jakarta Bodetab
(mg/g)
1. Karbon Aktif Lokal (Batok Kelapa) mesh 6 12 <800 50Kg Rp.10.000,- Rp250/kg Rp50
<1000 50Kg Rp.15.000,- Rp250/kg Rp50
mesh 8 - 30 <800 50Kg Rp.10.000,- Rp250/kg Rp50
<1000 50Kg Rp.15.000,- Rp250/kg Rp50
mesh 12 <800 50Kg Rp.10.000,- Rp250/kg Rp50
40
<1000 50Kg Rp.15.000,- Rp250/kg Rp50
2. Karbon Aktif Kyodo Yushi (Batok Kelapa) NA NA 20kg Rp.230.000,- Rp30.000 Rp10
3. Karbon Aktif Calgon Filtrasorb 100 USA 25-30 850 25kg Rp.1.350.000,- Rp30.000 Rp10
25 kg (batubara)
4. Karbon aktif Lokal Sampel (Batok Kelapa) semua mesh <800, <1000 <100gr free Rp30.000 Rp50