Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN OPERASI TEKNIK KIMIA

ABSORBSI
Dasar Teori
Absorbsi merupakan salah satu proses pemisahan dengan mengontakkan campuran
gas dengan cairan sebagai penyerapnya. Penyerap tertentu akan menyerap setiap satu atau
lebih komponen gas. Pada absorbsi sendiri ada dua macam proses yaitu :
a. Absorbsi fisik
Absorbsi fisik merupakan absorbsi dimana gas terlarut dalam cairan penyerap tidak disertai
dengan reaksi kimia. Contoh absorbsi ini adalah absorbsi gas H2S dengan air, metanol,
propilen, dan karbonat. Penyerapan terjadi karena adanya interaksi fisik, difusi gas ke dalam
air, atau pelarutan gas ke fase cair. Dari asborbsi fisik ini ada beberapa teori untuk
menyatakan model mekanismenya, yaitu :
1. teori model film
2. teori penetrasi
3. teori permukaan yang diperbaharui
b. Absorbsi kimia
Absorbsi kimia merupakan absorbsi dimana gas terlarut didalam larutan penyerap disertai
dengan adanya reaksi kimia. Contoh absorbsi ini adalah absorbsi dengan adanya larutan
MEA, NaOH, K2CO3, dan sebagainya. Aplikasi dari absorbsi kimia dapat dijumpai pada
proses penyerapan gas CO2 pada pabrik amoniak. Penggunaan absorbsi kimia pada fase
kering sering digunakan untuk mengeluarkan zat terlarut secara lebih sempurna dari
campuran gasnya. Keuntungan absorbsi kimia adalah meningkatnya koefisien perpindahan
massa gas, sebagian dari perubahan ini disebabkan makin besarnya luas efektif permukaan.
Absorbsi kimia dapat juga berlangsung di daerah yang hampir stagnan disamping
penangkapan dinamik.
Hal-hal yang mempengaruhi dalam prsoses adsorbsi :
Zat yang diadsorbsi
Luas permukaan yang diadsorbsi
Temperatur
Tekanan
Absorben
Absorben adalah cairan yang dapat melarutkan bahan yang akan diabsorpsi
pada permukaannya, baik secara fisik maupun secara reaksi kimia. Absorben sering juga
disebut sebagai cairan pencuci. Persyaratan absorben :
1. Memiliki daya melarutkan bahan yang akan diabsorpsi yang sebesar mungkin (kebutuhan
akan cairan lebih sedikit, volume alat lebih kecil).
2. Selektif
3. Memiliki tekanan uap yang rendah
4. Tidak korosif.
5. Mempunyai viskositas yang rendah
6. Stabil secara termis.
7. Murah
Jenis-jenis bahan yang dapat digunakan sebagai absorben adalah air (untuk gas-gas
yang dapat larut, atau untuk pemisahan partikel debu dan tetesan cairan), natrium hidroksida
(untuk gas-gas yang dapat bereaksi seperti asam) dan asam sulfat (untuk gas-gas yang dapat
bereaksi seperti basa).
Kolom Absorpsi
Adalah suatu kolom atau tabung tempat terjadinya proses
pengabsorbsi penyerapan/penggumpalan) dari zat yang dilewatkan di kolom/tabung tersebut.
Proses ini dilakukan dengan melewatkan zat yang terkontaminasi oleh komponen lain dan zat
tersebut dilewatkan ke kolom ini dimana terdapat fase cair dari komponen tersebut. Diantara
jenis-jenis absorben ini antara lain, arang aktif, bentonit, dan zeolit.
1. Arang aktif
Arang merupakan suatu padatan berpori yang mengandung 85-95%
karbon, dihasilkan dari bahan-bahan yang mengandung karbon dengan pemanasan pada suhu
tinggi. Ketika pemanasan berlangsung, diusahakan agar tidak terjadikebocoran udara didalam
ruangan pemanasan sehingga bahan yang mengandung karbon tersebut hanya terkarbonisasi
dan tidak teroksidasi. Arang selain digunakan sebagai bahan bakar, juga dapat digunakan
sebagai adsorben (penyerap). Daya serap ditentukan oleh luas permukaan partikel
dan kemampuan ini dapat menjadi lebih tinggi jika terhadap arang tersebut dilakukan aktifasi
dengan aktif faktor bahan-bahan kimia ataupun dengan pemanasan pada temperatur tinggi.
Dengan demikian, arang akan mengalami perubahan sifat-sifat fisika dan kimia. Arang yang
demikian disebut sebagai arang aktif. Arang aktif dapat mengadsorpsi gas dan senyawa-
senyawa
kimia tertentu atau sifat adsorpsinya selektif, tergantung pada besar atau volume pori-
pori dan luas permukaan. Daya serap arang aktif sangat besar, yaitu 25-1000% terhadap berat
arang aktif. Arang aktif dibagi atas 2 tipe, yaitu arang aktif sebagai pemucat dan
sebagai penyerap uap. Arang aktif sebgai pemucat, biasanya berbentuk powder yang sangat
halus, diameter pori mencapai 1000 A0, digunakan dalam fase cair,berfungsi untuk
memindahkan zat-zat penganggu yang menyebabkan warna dan bau yang tidak diharapkan,
membebaskan pelarut dari zat-zat penganggu dan kegunaan lain yaitu pada industri kimia dan
industri baru. Diperoleh dari serbukserbuk gergaji, ampas pembuatan kertas atau dari bahan
baku yang mempunyai densitas kecil dan mempunyai struktur yang lemah.
Arang aktif sebagai penyerap uap, biasanya berbentuk granular atau pellet yang sangat
keras diameter pori berkisar antara 10-200 A0 , tipe pori lebih halus, digunakan dalam rase
gas, berfungsi untuk memperoleh kembali pelarut, katalis,pemisahan dan pemurnian gas.
Diperoleh dari tempurung kelapa, tulang, batu bata atau bahan baku yang mempunyaibahan
baku yang mempunyai struktur keras.
2. Zeolit
Mineral zeolit bukan merupakan mineral tunggal, melainkan sekelompok mineral
yang terdiri dari beberapa jenis unsur. Secara umum mineral zeolit adalah senyawa alumino
silikat hidrat dengan logam alkali tanah. serta mempunyai rumus kimia sebagai berikut :
M2x/nSi1-xAlxO2.yH2O
Dengan M = e.g Na, K, Li, Ag, NH, H, Ca, Ba
Ikatan ion Al-Si-O adalah pembentuk struktur kristal, sedangkan logam alkali adalah
kation yang mudah tertukar. Jumlah molekul air menunjukkan jumlah pori-pori atau volume
ruang hampa yang akan terbentuk bila unit sel kristal zeolit tersebut dipanaskan. Penggunaan
zeolit cukup banyak, misalnya untuk industri kertas, karet, plastik, agregat ringan, semen
puzolan, pupuk, pencegah polusi, pembuatan gas asam, tapal gigi, mineral penunjuk
eksplorasi, pembuatan batubara, pemurnian gas alam, industri oksigen, industri petrokimia.
Dalam keadaan normal maka ruang hampa dalam kristal zeolit terisi oleh molekul air
bebas yang membentuk bulatan di sekitas kation. Bila kristal tersebut dipanaskan selama
beberapa jam, biasanya pada temperatur 250-900 oC, maka kristal zeolit yang bersnagkutan
berfungsi menyerap gas atau cairan. Daya serap (absorbansi) zeolit tergantung dari jumlah
ruang hampa dan luas permukaan. Biasanya mineral zeolit mempunyai luas permukaan
beberapa ratus meter persegi untuk setiap gram berat. Beberapa jenis mineral zeolit mampu
menyerap gas sebanyak 30% dari beratnya dalam keadaan kering. Pengeringan zeolit
biasanya dilakukan dalam ruang hampa dengan menggunakan gas atau udara kering nitrogen
atau methana dengan maksud mengurangi tekanan uap ari terhadap zeolit itu sendiri.
3. Bentonit
Bentonit adalah istilah pada lempung yang mengandung monmorillonit dalam dunia
perdagangan dan termasuk kelompok dioktohedral. Penamaan jenis lempung tergantung dari
penemu atau peneliti, misal ahli geologi, mineralogi, mineral industri dan lain-lain. Bentonit
dapat dibagi menjadi 2 golongan berdasarkan kandungan alu-munium silikat hydrous, yaitu
activated clay dan fuller's Earth. Activated clay adalah lempung yang kurang memiliki daya
pemucat, tetapi daya pemucatnya dapat ditingkatkan melalui pengolahan tertentu. Sementara
itu, fuller's earth digunakan di dalam fulling atau pembersih bahan wool dari lemak. Sifat
bentonit sebagai adsorben adalah :
mempunyai surface area yang besar (fisika)
bersifat asam yang padat (kimia)
bersifat penukar-ion (kimia)
bersifat katalis (kimia)
Aplikasi Absorbsi
Absorbsi dalam dunia industri digunakan untuk meningkatkan nilai guna dari suatu
zat dengan cara merubah fasenya.
1. Proses Pembuatan Formalin
Formalin yang berfase cair berasal dari formaldehid yang berfase gas dapat dihasilkan
melalui proses absorbsi.Teknologi proses pembuatan formalin Formaldehid sebagai gas input
dimasukkan ke dalam reaktor. Output dari reaktor yang berupa gas yang mempunyai suhu
1820C didinginkan pada kondensor hingga suhu 55 0C,dimasukkan ke dalam
absorber.Keluaran dari absorber pada tingkat I mengandunglarutan formalin dengan kadar
formaldehid sekitar 37 40%. Bagian terbesar dari metanol, air,dan formaldehid
dikondensasi di bawah air pendingin bagian dari menara, dan hampir semua removal dari sisa
metanol dan formaldehid dari gas terjadi dibagian atas absorber dengan counter current
contact dengan air proses.
2. Proses Pembuatan Asam Nitrat
Pembuatan asam nitrat (absorpsi NO dan NO2).Proses pembuatan asam nitrat Tahap akhir
dari proses pembuatan asam nitrat berlangsung dalam kolom absorpsi. Pada setiap tingkat
kolom terjadi reaksi oksidasi NO menjadi NO2 dan reaksi absorpsi NO2 oleh air menjadi
asam nitrat. Kolom absorpsi mempunyai empat fluks masuk dan dua fluks keluar. Empat
fluks masuk yaitu air umpan absorber, udara pemutih, gas proses, dan asam lemah. Dua fluks
keluar yaitu asam nitrat produk dan gas buang. Kolom absorpsi dirancang untuk
menghasilkan asam nitrat dengan konsentrasi 60 % berat dan kandungan NOx gas buang
tidak lebih dari 200 ppm.
Aplikasi absorbsi lainnya seperti proses pembuatan urea,produksi ethanol, minuman
berkarbonasi, fire extinguisher,dry ice,supercritical carbon dioxide dan masih banyak lagi
aplikasi absorbsi dalam industri.
Selain itu absorbsi ini juga digunakan untuk memurnikan gas yang dihasilkan dari
fermentasi kotoran sapi. Gas CO2 langsung bereaksi dengan larutan NaOH sedangkan CH4
tidak. Dengan berkurangmya konsentrasi CO2 sebagai akibat reaksi dengan NaOH, maka
perbandingan konsentrasi CH4 dengan CO2 menjadi lebih besar untuk konsentrasi CH4.
Absorbsi CO2 dari campuran biogas ke dalam larutan NaOH dapat dilukiskan sebagai
berikut:
CO2(g) + NaOH(aq) NaHCO3(aq)
NaOH(aq) + NaHCO3 Na2CO3(s) + HO(l) +
CO2(g) + 2NaOH(aq) Na2CO3(s) + H2O(l)
Dalam kondisi alkali atau basa, pembentukan bikarbonat dapat diabaikan karena
bikarbonat bereaksi dengan OH- membentuk CO32-
Prinsip Absorbsi
Udara yang mengandung komponen terlarut (misalnya CO2) dialirkan ke dalam kolom
pada bagian bawah. Dari atas dialirkan alir. Pada saat udara dan air bertemu dalam kolom
isian, akan terjadi perpindahan massa. Dengan menganggap udara tidak larut dalam air
(sangat sedikit larut),maka hanya gas CO2 saja yang berpindah ke dalam fase air (terserap).
Semakin ke bawah, aliran air semakin kaya CO2. Semakin ke atas ,aliran udara semakin
miskin CO2. Faktor-faktor yang berpengaruh pada operasi absorpsi adalah sebagai berikut :
Laju alir air. Semakin besar,penyerapan semakin baik.
Komposisi dalam aliran air. Jika terdapat senyawa yang mampu beraksi dengan CO2
(misalnya NaOH) maka penyerapan lebih baik.
Suhu operasi.Semakin rendah suhu operasi,penyerapan semakin baik.
Tekanan operasi.Semakin tinggi tekanan operasi, penyerapan semakin baik sampai pada
batas tertentu. Diatas tekanan maksimum (untuk hidrokarbon biasanya 4000-5000 kPa),
penyerapan lebih buruk.
Laju alir gas. Semakin besar laju alir gas, penyerapan semakin buruk.
Operasi absorpsi dapat digambarkan secara skematik sebagai berikut :
Y1 L,X0 Keterangan :
G = laju alir udara bebas CO2
Y1 = rasio laju alir CO2 terhadp udara pada aliran gas keluar
Yn+1 = rasio laju alir CO2 terhadap udara pada aliran gas masuk
L = laju alir air bebas CO2
X0 = rasio laju alir CO2 terhadap udara pada aliran air masuk
Xn = rasio laju alir CO2 terhadap udara pada aliran air keluar
G, Yn+1 Xn
Gambar 1.Skema proses Absorpsi.
Naraca massa total dalam kolom absorber dapat ditulis sebagai berikit :
G(Yn+1 Y1) = L(Xn X0)
II. Data Pengamatan
Laju alir Udara = 60 L/menit
Laju alir Air = 4 L/menit
Laju alir CO2 = 2 L/menit
Absorber : Larutan NaOH 0,1 N (20 Liter)
Larutan Penitrasi : HCl 0,1 N
Volume Sampling : 10 mL
Tabel Pengamatan Titrasi Sampel
Volume HCl ke-1 Volume HCl ke-2
Sampel ke- t (menit)
(a mL) (b mL)
1 0 8,0 5,0
2 5 7,0 9,1
3 10 6,2 9,7
4 15 6,0 10,2
5 20 5,3 10,7
6 25 5,0 11,1
7 30 4,7 11,5
III. Pengolahan Data
1) t = 0 menit
n Na2CO3 =
=
= 0.08 mol
n NaHCO3 =
=
= -0.03 mol
n CO2 = n Na2CO3 + n NaHCO3
= 0.08 + (-0.03)
= 0.05 mol
2) t = 5 menit
n Na2CO3 =
=
= 0.07 mol
n NaHCO3 =
=
= 0.021 mol
n CO2 = n Na2CO3 + n NaHCO3
= 0.07 + 0.021
= 0.091 mol
3) t = 10 menit
n Na2CO3 =
=
= 0.062 mol
n NaHCO3 =
=
= 0.035 mol
n CO2 = n Na2CO3 + n NaHCO3
= 0.062 + 0.035
= 0.097 mol
4) t = 15 menit
n Na2CO3 =
=
= 0.06 mol
n NaHCO3 =
=
= 0.042 mol
n CO2 = n Na2CO3 + n NaHCO3
= 0.06 + 0.042
= 0.102 mol
5) t = 20 menit
n Na2CO3 =
=
= 0.053 mol
n NaHCO3 =
=
= 0.054 mol
n CO2 = n Na2CO3 + n NaHCO3
= 0.053 + 0.054
= 0.107 mol
6) t = 25 menit
n Na2CO3 =
=
= 0.05 mol
n NaHCO3 =
=
= 0.061 mol
n CO2 = n Na2CO3 + n NaHCO3
= 0.05 + 0.061
= 0.111 mol
7) t = 30 menit
n Na2CO3 =
=
= 0.047 mol
n NaHCO3 =
=
= 0.068 mol
n CO2 = n Na2CO3 + n NaHCO3
= 0.047 0.068
= 0.115 mol
IV. PEMBAHASAN
Oleh : Desi Asri Yani
NIM :
Absorbsi merupakan salah satu operasi pemisahan dalam industri kimia dimana suatu
campuran gas dikontakkan dengan suatu cairan penyerap yang sesuai, sehingga satu atau
lebih komponen dalam campuran gas larut dalam cairan penyerap. Dalam praktikum ini,
digunakan gas CO2 sebagai absorbat dan larutan NaOH 0,1 N sebagai absorben. Adapun
reaksi yang akan terjadi, yaitu :
2 NaOH + CO2 Na2CO3 + H2O
Variabel yang berhubungan dengan proses absorbsi gas CO2 oleh NaOH yang
dilakukan, meliputi :
Tinggi, diameter kolom;
Tinggi, jenis isian (packing);
Laju alir udara, CO2, dan cairan (NaOH);
Konsentrasi cairan (NaOH);
Lamanya waktu kontak (proses absorbsi);
Temperatur.
Pada praktikum yang dilakukan, diuji pengaruh variabel waktu pada proses absorbsi,
dengan variabel lain konstan (tetap). Variasi waktu yang digunakan adalah selang waktu 5
menit sampai 30 menit berlangsungnya proses absorbsi. Setiap 1,5 menit dilakukan sampling
terhadap larutan hasil absorbsi. Sampel dititrasi dua kali dengan HCl dan kemudian HCl
kembali, untuk mengetahui banyaknya CO2 yang terserap. Titrasi ini disebut dengan titrasi
asidimetri alkalimetri (asam-basa). Asidimetri adalah pengukuran konsentrasi asam dengan
menggunakan larutan baku basa, sedangkan alkalimetri adalah pengukuran konsentrasi basa
dengan menggunakan larutan baku asam. Oleh sebab itu, keduanya disebut juga sebagai
titrasi asam-basa. Pada asidimetri, dilakukan dengan penitrasi HCl 0,1 N dan indikator
phenolftalein yang akan memberikan warna terang kemudian bening saat setelah mencapai
titik ekuivalen. Lalu, dilakukan titrasi alkalimetri dengan menggunakan HCl 0,1 N dan
indikator metil jingga yang akan memberikan warna kuning pada garam NaCl yang
terbentuk, kemudian bening setelah mencapai titik ekuivalen.
Dari data yang telah diperoleh, didapatkan kadar CO2 dalam larutan NaOH adalah
konstan. Ini menunjukkan bahwa absorbsi tidak dipengaruhi oleh lamanya proses absorbsi
berlangsung. Yang mempengaruhi konsentrasi CO2 yang terabsorbsi adalah variasi laju alir
udara, cairan (NaOH), dan gas CO2 itu sendiri. Konsentrasi CO2 terserap semakin meningkat
karena terakumulasi dengan laju produk yang kembali menjadi umpan. Dengan kata lain,
absorbsi ini berjalan secara continue. Sehingga, NaOH yang sudah mengikat CO2 pada
produk, yang kemudian masuk proses kembali dan akan mengikat CO2 murni lagi.
Absorbsi yang dilakukan menggunakan larutan NaOH 0,1 N yang dialirkan kedalam
kolom dengan spray dan dengan kolom yang dilengkapi dengan packing. Ini bertujuan untuk
memperluas permukaan kontak antara NaOH dengan CO2. Sehingga didapatkan proses
absorbsi yang optimal. NaOH mengalir dari bagian atas kolom, sedangkan gas CO 2 mengalir
dari bagian bawah kolom. Dimana diketahui bahwa NaOH mempunyai berat jenis yang lebih
besar dari gas CO2. Serta sifat alami bahwa cairan akan mudah mengalir kebawah akibat
gravitasi bumi. Sedangkan gas yang akan bergerak ke atas seperti menguap. Aliran ini
ditujukan agar kontak dapat terjadi antara cairan dan gas.
Pada bagian alat absorbsi, alat diengkapi dengan flowmeter udara, cairan, dan gas
CO2, serta manometer air raksa. Ini akan mempermudah praktikan untuk mengatur laju alir
dan mengetahui tekanan. Namun, alat ini tidak dilengkapi dengan sensor yang menunjukkan
konsentrasi NaOH setelah proses absorbsi berlangsung. Sehingga harus dilakukan titrasi
asam-basa untuk mengetahui konsentrasi NaOH setelah proses sekaligus untuk mengetahui
CO2 yang terserap atau terabsorbsi.
Pembahasan :
Oleh : Restu Utami
NIM :
Dalam berbagai industri proses sering dilakukan pemisahan yang secara umum
bertujuan untuk pemurnian. Salah satu metode yang sering digunakan adalah absorbsi.
Absorbsi ini merupakan proses pemisahan di mana zat yang terserap (adsorbat) bereaksi
secara kimia dengan zat yang menyerap (adsorben) membentuk senyawa lain.
Beberapa variabel yang mempengaruhi penyerapan CO2 oleh NaOH addalah :
Tinggi dan diameter kolom. Semakin tinggi kolom dan semakin besar diameternya maka
waktu tinggal akan semakin lama dan akan mempengaruhi jumlah zat yang bereaksi.
Tinggi, jenis isian (packing). Fungsi utama packing ini adalah untuk memperluas permukaan
kontak. Semakin luas permukaan kontak, diharapkan semaki banyak zat yang saling
bertumbukan dan mengalami reaksi.
Laju alir udara, CO2, dan cairan (NaOH).
Konsentrasi cairan (NaOH).
Lamanya waktu kontak (proses absorbsi);
Temperatur.
Larutan NaOH 0,1 N diumpankan dari bagian atas kolom dengan menggunakan spray,
sedangkan udara yang mengandung CO2 diumpankan dari bagian bawah kolom. Sistem
Spray digunakan untuk memeperkecil partikel air yang memasuki kolom dan dengan bantuan
packing, maka luas permukaan dan waktu kontak akan bertambah.
Umpan dengan masa jenis yang lebih besar diumpankan dari bagian atas kolom agar
bergerak ke bawah, umpan dengan masssa jenis yang lebih kecil diumpankan dari bagian
bawah agar bergerak ke atas sesuai dengan gravitasi bumi. Jika umpan dengan massa jenis
yang lebih besar diumpankan dari bagian bawah dan umpan dengan massa jenis yang lebih
kecil diumpankan dari bagian atas kolom maka kedua zat ini tidak akan dapat bertemu dan
reaksi tidak akan terjadi.
Pada praktikum ini kami menganalisa penyerapan CO2 oleh NaOH dengan hanya
memvariasikan variabel waktu kontak, sedangkan variabel lainnya konstant. Reaksi yang
terjadi addalah sebagai berikut :
CO2(g) + NaOH(aq) NaHCO3(aq)
NaOH(aq) + NaHCO3 Na2CO3(s) + HO(l) +
CO2(g) + 2NaOH(aq) Na2CO3(s) + H2O(l)
Pengambilan sampel dilakukan pada t0 yaitu sebelum peralatan absorbsi dijalankan
dan setiap 5 menit sekali selama 30 menit. Pengujian kandungan CO2 dilakukan melalui
titrasi menggunakan HCl sebanyak 2 kali. Indikator yang digunkan dalam titrasi pertama
adalah phenolftalein. Mula-mula, larutan sampel akan bewarna merah muda (memberi warna
pada NaOH) dan perlahan berubah menjadi tidak bewarna setelah mencapai titik ekuivalen.
Larutan kemudian dititrasi kemblai menggunakan metil orange. Mula-mula larutan akan
bewarna jingga (memberi warna pada garam NaCl) dan berubah menjadi tidak bewarna
setelah mencapai titik ekivalen.
Berdasarkann titrasi, diperoleh data bahwa pada t0 larutan sudah mengandung CO2.
Hal ini dapat terjadi karena terdapat CO2 yang larut secara spontan dalam air mineral (air
tanpa penyulingan). Pada data berikutnya terlihat bahwa konsentrasi CO2 dalam air
meningkat. Namun peningkatan ini tidak dapat dianggap sebagai peningkatan penyerapan
sebagai konsekuensi waktu. Karena umpan yang digunakan adalah hasil dari proses
sebelumnya, jadi dapat dianggap bahwa proses ini berjalan secra batch. Karena tidak ada
absorben baru yang diumpankan selama proses berlangsung.
Jika diperhatikan pola data kadar CO2 dalam air, maka meskipun meningkat,
peningkatannya (delta mol) semakin menurun. Dari menit ke-0 ke menit ke-5, penyerapan
CO2 oleh NaOH meningkat sebesar 0,084 mol. Pada menit ke-5 sampai ke sepuluh
peningkatan penyerapan hanya 0.006 mol. Kemudian peningkatan penyerapannya semakin
menurun hingga hanya 0,04 mol. Kadar CO2 dalam air dapat terus meningkat karena kolom
mendapatkan umpan CO2 murni secara terus menerus. Menurut hipotesa saya apabila
percobaan ini dilanjutkan hingga waktu tertentu, mungkin saja kadar CO2 dalam air tidak
akan meingkat lagi karena konsentrasi CO2 dalam air sudah mencapai titik jenuhnya.
Pembahasan :

Tujuan dari percobaan Absorbsi CO2 menggunakan larutan NaOH adalah


mempelajari pengaruh waktu kontak absorbsi terhadap jumlah CO2 yang terabsorbsi.
Absorbsi merupakan salah satu proses pemisahan dengan mengontakkan campuran gas
dengan cairan sebagai penyerapnya. Dalam percobaan ini absorber/penyerap yang digunakan
yaitu larutan NaOH untuk menyerap gas CO2. Percobaan ini dilakukan dengan mengalirkan
larutan NaOH 0,1 N ke dalam kolom absorbsi sampai diperoleh aliran yang stabil, kemudian
mengalirkan gas CO2 dengan laju alir udara sebesar 60 L/menit sehingga memungkinkan
keduanya terjadi kontak perpindahan massa di dalam kolom absorbsi. Kemudian hasilnya
dianalisa menggunakan titrasi metode acidi-alkalimetri. Titrasi dilakukan melalui 2 tahap,
dimana titran yang digunakan yaitu larutan HCl 0,1 N dan analatnya adalah larutan sampel
NaOH hasil proses absorbsi. Titrasi pertama dilakukan untuk mengetahui kadar Na2CO3
dengan bantuan indikator phenolphtalien kemudian titrasi kedua dilakukan untuk mengetahui
kadar NaHCO3 menggunakan bantuan methyl orange sebagai indikator. Sementara kadar
CO2 dalam larutan sampel dapat dihitung dengan menambahkan jumlah kadar Na2CO3 dan
NaHCO3.
Reaksi yang terjadi selama proses absorbsi hingga analisa sampel adalah :
Proses Absorbsi :
2NaOH (l) + CO2 (g) Na2CO3 (l) + H2O (l)
Titrasi ke-1 (menggunakan indikator phenolphtalien) :
Na2CO3 (l) + HCl (l) NaHCO3 (l) + NaCl (s)
Titrasi ke-2 (menggunakan indikator metil orange) :
NaHCO3 (l) + HCl (l) NaCl (l) + H2O (l) + CO2 (l)
Variabel yang dipelajari pada percobaan ini adalah perbedaan waktu proses absorbsi,
yaitu mulai t0 sampai t7. Pengambilan sampel dilakukan setiap 5 menit sekali dimulai dari
menit ke-0 hingga menit ke-30, dimana sampel pertama yang diambil adalah larutan NaOH
yang belum mengalami proses absorbsi (tanpa CO2). Ketika dilakukan analisa untuk larutan
sampel yang pertama, kadar CO2 yang terdapat dalam sampel yaitu sebesar 0,05 mol. Diduga
bahwa adanya kandungan CO2 dalam larutan NaOH tersebut merupakan jumlah CO2 terlarut
yang ada dalam air yang digunakan dalam pembuatan larutan NaOH 0,1 N. Kemudian ketika
proses absorbsi mulai dijalankan, setelah 5 menit dilakukan pengambilan sampel kedua dan
didapat kadar CO2 yang naik secara signifikan. Setelah dianalisa, sampel kedua mengandung
CO2 terserap sebesar 0,091 mol. Berdasarkan percobaan dan pengamatan, kadar CO2 yang
terkandung dalam sampel berikutnya sampai sampel terakhir mengalami perubahan kadar
CO2 yang naik tetapi hampir konstan yaitu 0.097 , 0.102 , 0.107 , 0.111 dan 0,115 mol. Pada
awalnya akan terjadi peningkatan jumlah CO2 yang terserap. Kemudian pada suatu waktu
jumlah CO2 yang terserap akan konstan. Hal ini dapat dilihat dari jumlah CO2 yang terserap
dari sampel kedua hingga terakhir hampir konstan pada data percobaan. Sehingga dapat
ditarik kesimpulan bahwa semakin besar konsentrasi NaOH dalam aliran maka mol CO2
yang terserap akan semakin besar pula. Hal ini disebabkan oleh semakin pekat larutan NaOH
maka kandungan CO2 yang terserap akan semakin banyak. Sedangkan waktu tidak
berpengaruh terhadap mol CO2 yang terserap karena proses absorbsi berlangsung secara
kontinyu.
V. Kesimpulan
1) Pada proses absorbsi, NaOH berperan sebagai absorben dan CO2 sebagai absorbat.
2) Semakin besar konsentrasi NaOH dalam aliran maka mol CO2 yang terserap akan semakin
besar pula.
3) Waktu tidak berpengaruh terhadap mol CO2 yang terserap karena proses absorbsi
berlangsung secara kontinyu.
DAFTAR PUSTAKA
http://angghajuner.blogspot.com/2011/10/absorbsi.html
http://www.scribd.com/doc/56617279/Absorbsi-baru
tekimerzitez.wetpaint.com/page/Absorbsi+CO2+Dengan+NaOH
Serapan (sorpsi) adalah proses di mana satu zat mengambil atau memegang zat lain. Ini bisa
menjadi fenomena kimia, karena ada ikatan kimia yang terlibat dalam mengambil dan
memegang dua zat. Serapan dapat menguntungkan dalam beberapa kesempatan, tapi bisa
juga merugikan. Misalnya, tingkat pencemaran air tanah berkurang karena penyerapan.
Ketika kontaminan ditambahkan ke tanah, mereka tertarik ke tanah; dengan demikian,
gerakan mereka ke lapisan tanah bawah tanah melambat, yang akan menghasilkan
kontaminasi rendah. Saat reaksi penyerapan terjadi dengan cepat, dibutuhkan sedikit waktu.
Serapan dapat dari dua jenis, absorpsi dan adsorpsi. Dua jenis dijelaskan di bawah ini.

Absorpsi
Advertisement

Dalam absorbansi, satu substansi diambil ke dalam struktur fisik dari bahan lainnya. Zat,
yang menyerap ke dalam zat lain, dikenal sebagai absorbat. Zat yang menyerap absorbat
yang dikenal sebagai absorben. Sebagai contoh, jika suatu molekul organik masuk ke
dalam partikel padat (partikel tanah), maka molekul organik absorbat, dan partikel tanah
adalah absorben. Absorben bisa menjadi gas, cair atau padat, sedangkan absorbat dapat
menjadi atom, ion atau molekul. Biasanya, absorbat dan absorben yang berada dalam dua
fase yang berbeda. Sifat Penyerapan bahan kimia yang digunakan dalam berbagai
kesempatan. Sebagai contoh, ini adalah prinsip di belakang ekstraksi cair-cair. Di sini, zat
terlarut dapat diekstraksi dari satu cairan ke cairan lainnya, karena zat terlarut lebih diserap
ke salah satu cairan dari yang lain ketika mereka berada dalam wadah yang sama. Dalam
rangka untuk menyerap, absorben harus memiliki struktur berpori atau cukup ruang di mana
absorbat dapat ditampung. Molekul absorbat juga harus memiliki ukuran yang cocok, untuk
masuk ke dalam struktur penyerap. Selanjutnya, harus ada gaya tarik menarik antara dua
untuk memudahkan proses penyerapan. Sama seperti massa yang diserap; energi juga dapat
diserap ke dalam zat. Ini adalah dasar spektrofotometri. Di sana, cahaya diserap oleh atom,
molekul atau yang lainnya.

Adsorpsi

Dalam adsorpsi, suatu zat atau energi yang tertarik pada permukaan adalah masalah lainnya.
Zat yang menarik disebut adsorbat, dan permukaan disebut adsorben. Benda antara
bahan organik dan karbon aktif adalah contoh adsorpsi. Bahan organik adalah adsorbat dalam
kesempatan ini, dan adsorben adalah karbon aktif. Contoh lain dari adsorpsi menarik protein
ke biomaterial. Adsorpsi dapat dari tiga jenis, adsorpsi fisik, kemisorpsi, dan adsorpsi
elektrostatik. Dalam adsorpsi fisik, gaya lemah van der Waals adalah kekuatan menarik.
Dalam kemisorpsi, daya tarik berlangsung melalui reaksi kimia antara adsorben dan adsorbat.
Seperti namanya, dalam adsorpsi elektrostatik, interaksi elektrostatik terbentuk antara ion dan
permukaan.

Absorpsi
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Belum Diperiksa
Untuk penyerapan cahaya, lihat absorbansi.

Penyerapan gas-cair (a) Penyerapan cair-padat (b) mekanisme. Lingkaran biru adalah
molekul terlarut.

Absorpsi atau penyerapan, dalam kimia, adalah suatu fenomena fisik atau kimiawi atau
suatu proses sewaktu atom, molekul, atau ion memasuki suatu fase limbak (bulk) lain yang
bisa berupa gas, cairan, ataupun padatan. Proses ini berbeda dengan adsorpsi karena
pengikatan molekul dilakukan melalui volume dan bukan permukaan. Salah satu contoh
penyerapan lainnya adalah penukaran ion di mana terjadi proses pertukaran ion antara dua
elektrolit atau antara larutan elektrolit dan senyawa kompleks.

Artikel bertopik kimia ini adalah sebuah rintisan. An

Anda mungkin juga menyukai