Anda di halaman 1dari 12

PEMBUATAN ARANG AKTIF DARI SERBUK GERGAJIAN

SENGON {Pamserianthes falceUaria) DENGAN CARA KIMIA


{Manufacturing of activated charcoal from Sengon sawdust
by chemical processing)

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Keberadaan dan peran industri hasil hutan utamanya kayu di Indonesia dewasa ini
menghadapi tantangan yang cukup berat berkaitan dengan adanya ketimpangan antara
kebutuhan bahan baku industri dengan kemampuan produksi kayu secara lestari. Bila
memperhatikan kondisi hutan alam yang makin menurun berarti makin langkanya bahan
baku kayu, serta besarnya tantangan berbagai aspek khususnya di sektor kehutanan
(lingkungan, ekolabel, perdagangan karbon) maka perlu dilakukan perubahan mendasar
dalam kebijakan pembangunan kehutanan, salah satunya dengan mengedepankan peran
inovasi teknologi yang lebih berpihak kepada masyarakat khususnya industri kecil,
meningkatkan efisiensi pengolahan hasil hutan serta memaksimalkan pemanfaatan kayu dan
limbah biomassa yang mengarah kepada zero waste (Anonim, 2000).
Untuk industri besar dan terpadu, limbah serbuk kayu gergajian sudah dimanfaatkan
menjadi bentuk briket arang dan arang aktif yang dijual secara komersial. Namun untuk
industri penggergajian kayu skala industri kecil yang jumlahnya mencapai ribuan unit dan
tersebar di pedesaan, limbah ini belum dimanfaatkan secara optimal, seperti industri
penggergajian di Jambi yang berjumlah 150 buah yang kesemuanya terletak ditepi sungai
Batanghari limbah kayu gergajian yang dihasilkan dibuang ke tepi sungai tersebut sehingga
terjadi proses pendangkalan dan pengecilan ruas sungai.
Arang aktif adalah arang yang mampu menyerap anion, kation dan molekul dalam
bentuk senyawa organik maupun an-organik baik sebagai larutan maupun gas. Kemampuan
ini diantaranya disebabkan karena selain arang tersebut berpori juga permukaannya telah
bebas dari deposit senyawa hidrokarbon. Faktor-faktor yang mempengaruhi proses
pembentukan pori dan penghilangan senyawa hidrokarbon adalah suhu reaktor, lama aktivasi,
bahan kimia dan perlakuan bahan baku. Proses pembuatan arang aktifnya sendiri dapat
dilakukan dengan 3 cara yaitu cara kimia, oksidasi gas dan cara pemanasan langsung
terhadap bahan baku pada suhu tinggi (Smisek, 1970).

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana kualitas arang aktif pada serbuk gergaji sengon?


2. Bagaimanaa kualitas air yang telah dijernihkan dengan arang aktif?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui kualitas arang aktif yang dari serbuk gergaji sengon
2. Untuk mengetahui kualitas air yang telah dijernihkan dengan arang aktif

1
BAB II
LANDASAN TEORI

Karbon aktif merupakan senyawa amorf yang dihasilkan dari bahan – bahan yang
mengandung karbon atau arang yang diperlakukan secara khusus untuk mendapatkan daya
adsorpsi yang tinggi. Karbon aktif dapat mengadsorpsi gas dan senyawa – senyawa kimia
tertentu atau sifat adsorpsinya selektif tergantung pada besar atau volume pori – pori dan luas
permukaan. Daya serap karbon aktif sangat besar, yaitu 25-100% terhadap berat karbon aktif.
(Darmawan, AD. 2008).

2.1 Bentuk Karbon Aktif


1. Karbon Aktif Bentuk Serbuk
Karbon aktif berbentuk serbuk dengan ukuran lebih kecil dari 0,18 mm. Terutama digunakan
dalam aplikasi fasa cair dan gas.

(Sumber: Cahyo, 2015)


Gambar 1. Karbon aktif bentuk serbuk
Biasanya digunakan pada industri pengolahan air minum, industry farmasi, bahan tambahan
makanan, penghalus gula, pemurnian glukosa dan pengolahan zat pewarna kadar tinggi.

2. Karbon Aktif Bentuk Granular

Karbon aktif bentuk granular/tidak beraturan dengan ukuran 0,2 -5 mm. Jenis ini umumnya
digunakan dalam aplikasi fasa cair dan gas.

2
(Sumber: Cahyo, 2015)
Gambar 2. Karbon aktif bentuk granular

3. Karbon Aktif Bentuk Pellet


Karbon aktif berbentuk pellet dengan diameter 0,8-5 mm. Kegunaaan utamanya
adalah untuk aplikasi fasa gas karena mempunyai tekanan rendah, kekuatan mekanik tinggi
dan kadar abu rendah.

(Sumber: Syariahmad, 2012)


Gambar 3. Karbon aktif bentuk pellet

Biasanya digunakan untuk pemurnian udara, control emisi, tromol 6 otomotif, penghilangbau
kotoran dan pengontrol emisi pada gas buang.

3
2.2 Sifat Karbon Aktif
Sifat adsorpsi karbon aktif sangat tergantung pada porositas permukaannya, namun
dibidang industri, karakterisasi karbon aktif lebih difokuskan pada sifat adsorpsi dari pada
struktur porinya. Bentuk pori karbon aktif bervariasi yaitu berupa: silinder, persegi panjang,
dan bentuk lain yang tidak teratur. Gugus fungsi dapat terbentuk pada karbon aktif ketika
dilakukan aktivasi, yang disebabkan terjadinya interaksi radikal bebas pada permukaan
karbon dengan atom-atom seperti oksigen dan nitrogen, yang berasal dari proses pengolahan
ataupun atmosfer. Gugus fungsi ini menyebabkan permukaan karbon aktif menjadi reaktif
secara kimiawi dan mempengaruhi sifat adsorpsinya. Oksidasi permukaan dalam produksi
karbon aktif, akan menghasilkan gugus hidroksil, karbonil, dan karboksilat yang memberikan
sifat amfoter pada karbon, sehingga karbon aktif dapar bersifat sebagai asam maupun basa
(Sudirjo, 2006).

2.3 Struktur Fisika dan Kimia Karbon Aktif


Karbon aktif mempunyai bentuk yang amorf yang terdiri dari pelat-pelat datar di
mana atom-atom karbonnya tersusun dan terikat secara kovalen dalam kisi heksagonal. Hal
tersebut telah dibuktikan dengan penelitian menggunakan sinar-X yang menunjukkan adanya
bentuk-bentuk kristalin yang sangat kecil dengan struktur grafit.

(Sumber: Sontheimer, 1985)


Gambar 4. Struktur fisika karbon aktif

Daerah kristalin memiliki ketebalan 0,7-1,1 nm, jauh lebih kecil dari grafit. Hal ini
menunjukkan adanya 3 atau 4 lapisan atom karbon dengan kurang lebih terisi 20-30 heksagon
di tiap lapisannya. Rongga antara kristal-kristal karbon diisi oleh karbon-karbon amorf yang
berikatan secara tiga dimensi dengan atom-atom lainnya terutama oksigen.
Susunan karbon yang tidak teratur ini diselingi oleh retakan-retakan dan celah yang disebut
pori dan kebanyakan berbentuk silindris.
Selain mengandung karbon, karbon aktif juga mengandung sejumlah kecil hidrogen
dan oksigen yang secara kimiawi terikat dalam berbagai gugus fungsi seperti karbonil,
karboksil, fenol, lakton, quinon, dan gugus-gugus eter. Gugus fungsional dibentuk selama
proses aktivasi oleh interaksi radikal bebas pada permukaan karbon dengan atom-atom
seperti oksigen dan nitrogen. Gugus fungsional ini membuat permukaan karbon aktif reaktif
secara kimiawi dan mempengaruhi sifat adsorbsinya. Ilustrasi struktur kimia karbon aktif
dengan gugus fungsionalnya dapat dilihat pada Gambar 5 berikut:

4
Sumber : Sudibandriyo, 2003)
Gambar 5. Struktur kimia karbon aktif

2.4 Faktor yang Mempengaruhi Daya Serap Karbon Aktif

1. Sifat Serapan
Banyak senyawa yang dapat diadsorpsi oleh arang aktif, tetapi kemampuannya untuk
mengadsorpsi berbeda untuk masing- masing senyawa. Adsorpsi akan bertambah besar sesuai
dengan bertambahnya ukuran molekul serapan dari sturktur yang sama. Adsorbsi juga
dipengaruhi oleh gugus fungsi, posisi gugus fungsi, ikatan rangkap, struktur rantai dari
senyawa serapan.
2. Temperatur
Dalam pemakaian arang aktif dianjurkan untuk mengamati temperatur pada saat
berlangsungnya proses. Faktor yang mempengaruhi temperatur proses adsoprsi adalah
viskositas dan stabilitas thermal senyawa serapan. Jika pemanasan tidak mempengaruhi sifat-
sifat senyawa serapan, seperti terjadi perubahan warna maupun dekomposisi, maka perlakuan
dilakukan pada titik didihnya.
3. pH (Derajat Keasaman)
Untuk asam-asam organik, adsorpsi akan meningkat bila pH diturunkan, yaitu dengan
penambahan asam-asam mineral. Ini disebabkan karena kemampuan asam mineral untuk
mengurangi ionisasi asam organik tersebut. Sebaliknya bila pH asam organik dinaikkan yaitu
dengan menambahkan alkali, adsorpsi akan berkurang sebagai akibat terbentuknya garam.
4. Waktu Kontak
Bila arang aktif ditambahkan dalam suatu cairan, dibutuhkan waktu untuk mencapai
kesetimbangan. Waktu yang dibutuhkan berbanding terbalik dengan jumlah arang yang
digunakan. Pengadukan juga mempengaruhi waktu kontak. Pengadukan dimaksudkan untuk
memberi kesempatan pada partikel arang aktif untuk berkontakan dengan senyawa serapan.
Untuk larutan yang mempunyai viskositas tinggi, dibutuhkan waktu kontak yang lebih lama.

5
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Bahan dan Cara Kerja

1. Bahan
 Gergajian kayu sengon (Paraserianthes falcataria)
 Benzen
 Iodium
 Kalium Iodida
 Asam Fosfat
 Natrium Karbonat
 Asam Sulfat
 Air sumur

2. Cara Kerja
 Serbuk gergaji dibuat arang melalui 2 cara, yaitu di dalam drum yang dimodifikasi
pada suhu 400 - 500oc selama 6 jam (bi),di dalam retor dengan pemanas listrik pada
suhu 500oc selama 6 jam (b2) dan serbuk gergaji tanpa diarangkan (b3).
 Arang yang dihasilkan selanjutnya direndam dalam larutan H3PO4 20 % (ai) dan
Na2C03 0,75 % (a2) selama 24 jam dan tanpa perendaman (as).
 Setelah ditiriskan dan dikeringkan selanjutnya dibuat arang aktif dengan cara
pemanasan pada suhu 9000°C selama 20 menit di dalam retor yang dipanaskan
dengan elemen. Arang aktif yang dihasilkan di uji sifat-sifatnya yang meliputi
penetapan rendemen, kadar air, kadar abu, kadar zat mudah menguap, kadar karbon
dan Daya serap terhadap iodium, benzen dan asam sulfat (Anonim, 1989) serta
topografi permukaan arang aktif dilakukan dengan memakai elektron mikroskop
(Scanning Electron Microscope).
 Arang aktif yang dihasilkan diaplikasikan untuk menarik kandungan kation dan anion
yang terdapat dalam air sumur yang berwama kuning, dilakukan dengan cara
menambahkan arang aktif hasil penelitian dengan konsentrasi 2 %. Kadar kation yang
diperiksa adalah mangan, kalsium, seng, magnesium, natrium, besi dan kadar
anionnya adalah klorida, sulfat, fosfat dan amonium.

6
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Rendemen Arang Aktif


Dari Tabel 1 terlihat bahwa rendemen arang aktif berkisar antara 17,75 - 79,90 %
Berdasarkan perhitungan sidik ragam (Tabel 3) temyata semua perlakuan yang diberikan dan
interaksinya berpengaruh sangat nyata terhadap rendemen arang aktif yang dihasilkan.
Rendemen terendah terdapat pada serbuk gergaji yang tidak diarangkan dan tidak direndam
dalam larutan kimia. Rendemen tertinggi terdapat pada serbuk gergaji yang diarangkan
dengan cara retor dan tidak direndam dalam larutan kimia. Tingginya rendemen ini
disebabkan karena telah terjadi proses pirolisis terlebih dahulu sehingga senyawa seperti ter,
destilat dan asam-asara organik lainnya yang terdapat dalam kayu keluar pada waktu
karbonisasi sehingga pada waktu aktivasi rendemennya lebih besar dibandingkan dengan
serbuk gergaji yang tidak dikarbonisasi.

7
Dari hasil uji beda (Tabel 4) memperlihatkan bahwa tidak semua periakukan dan interaksinya
menyebabkan perbedaan rendemen arang aktif yang nyata. Sebagai contoh adalah rendemen
arang aktif yang dibuat dari arang retor yang direndam dalam larutan natrium karbonat (a2b2)
sebesar 47,50 % tidak menunjukkan perbedaan yang nyata terhadap rendemen yang dibuat
dari serbuk gergaji yang langsung direndam dalam larutan asam fosfat (aib3) sebesar 54,50%.
Contoh lainnya adalah arang aktif yang dihasilkan dari arang retor yang tidak direndam
bahan kimia (a3b2) sebesar 22,61 % tidak menunjukkan perbedaan yang nyata dengan
rendemen yang dihasilkan dari serbuk gergaji yang tidak direndam (a3b3) sebesar 17,75 %.

4.2 Kadar Air


Kadar air arang aktif tercantum pada Tabel 1. Kadar air yang dihasilkan berkisar
antara 0,20 - 8,85 %. Angka ini memenuhi persyaratan arang aktif yang dikeluarkan oleh
Standar Indonesia (Anonim, 1989) karena kadamya tidak lebih dari 15 %. Hasil sidik ragam
(Tabel 3) menunjukkan bahwa yang berpengaruh terhadap kadar air adalah perlakuan bahan
baku (B) dan interaksi antara bahan kimia dan bahan baku (AB). Kadar air terendah terdapat
pada arang aktif yang dibuat dari serbuk gergaji yang direndam asam fosfat dan yang
tertinggi dari arang serbuk gergaji yang tidak direndam. Tingginya kadar air ini mungkin
disebabkan selain karena arang aktif bersifat higroskopis juga masih adanya gugus OH yang
menempel pada permukaan arang aktif.

8
4.3 Kadar Abu
Dari tabel 1 terlihat bahwa kadar abu arang aktif yang dihasilkan berkisar antara 1,33
- 19,76 %. Dari angka ini arang aktif yang tidak memenuhi syarat Standar Indonesia
(Anonim, 1989) adalah arang aktif yang dibuat dari arang serbuk dan arang retor yang tidak
direndam bahan kimia serta serbuk gergaji yang direndam asam fosfat dan natrium karbonat
karena kadar abunya lebih dari 10 %. Berdasarkan hasil sidik ragam (Tabel 3) temyata bahwa
semua perlakuan dan interaksinya berpengaruh sangat nyata terhadap kadar abu arang aktif
yang dihasilkan. Kadar abu terendah terdapat pada arang aktif yang dibuat dari arang retor
yang direndam natrium karbonat dan yang tertinggi terdapat pada serbuk gergaji yang
direndam natrium karbonat. Tingginya kadar abu ini mungkin disebabkan oleh adanya
natrium yang terserap dan terikat lebih kuat pada serbuk gergaji yang banyak mengandung
gugus OH dibandingkan pada natrium yang terikat pada bentuk arang. Hasil uji beda (Tabel
4) menunjukkan bahwa tidak semua perlakuan dan interaksinya menyebabkan perbedaan
yang nyata terhadap kadar abu arang aktif. Sebagai contoh adalah arang aktif yang dibuat dari
arang serbuk yang direndam natrium karbonat (a2bi) sebesar 1,36 % tidak menyebabkan
perbedaan yang nyata terhadap kadar abu yang dihasilkan dari arang retor yang direndam
asam fosfat (aib2) sebesar 2,58 %.

4.4 Kadar Zat Mudah Menguap dan Kadar Karbon


Kadar zat mudah meng,uap berkisar antara 1,14 - 7,22 % dan 72,01 - 86,88 % (Tabel
1). Kadar zat mudah menguap dan kadar karbon yang dihasilkan semuanya memenuhi syarat
Standar Indonesia (Anonim, 1989) karena kadamya tidak lebih dari 25 % dan 65 %
Berdasarkan perhitungan sidik ragam (Tabel 3) temyata semua perlakuan dan interaksinya
berpengaruh nyata terhadap kadar zat mudah menguap dan kadar karbon arang aktif. Kadar
zat mudah menguap dan kadar karbon terendah terdapat pada arang aktif yang dibuat dari
arang retor yang tidak direndam & serbuk gergaji yang direndam natrium karbonat. Kadar zat
mudah menguap tertinggi terdapat pada arang aktif yang dibuat dari arang serbuk yang
direndam asam fosfat & arang serbuk yang direndam natrium karbonat.

9
interaksinya (AB) yang juga berpengaruh nyata. Sebagai contoh adalah kadar zat mudah
menguap yang dibuat dari arang retor yang direndam natrium karbonat (a2b2) sebesar 6,26 %
memberikan perbedaan yang nyata terhadap kadar zat mudah menguap terhadap arang aktif
yang dibuat dari arang serbuk yang direndam asam fosfat ( a i b i ) sebesar 7,22 %. Contoh
lainnya adalah kadar karbon dari arang aktif yang dibuat dari arang serbuk gergaji yang
direndam asam fosfal (aibs) sebesar 75,20 % memberikan perbedaan yang nyata terhadap
kadar karbon arang aktif yang dibuat dari arang retor yang direndam natrium karbonat (a2b2)
sebesar 85,24 % (Tabel 4).

4.5 Daya Serap Arang Aktif Terhadap lodium, Benzena dan Sulfat

Daya serap arang aktif terhadap iodium, benzen dan asam sulfat berkisar antara 374,1
- 601,1 mg/g; 3,04 - 15,85 % dan 2,45 - 46,55 % (Tabel 1). Angka daya serap terhadap
iodium dan benzena, semuanya tidak ada yang memenuhi standar Indonesia (Anonim, 1989)
karena daya serapnya kurang dari 750 mg/g dan 25 %. Tetapi untuk daya serap terhadap
iodium ada yang memenuhi standart (Anonim, 1978) karena daya serapnya lebih dari 500
mg/g yaitu arang aktif yang dibuat dari arang serbuk yang direndam asam fosfat, arang retor
dan serbuk gergaji yang direndam asam fosfat dan natrium karbonat. Berdasarkan
perhitungan sidik ragam (Tabel 3) temyata semua perlakuan dan interaksinya berpengaruh
sangat nyata terhadap daya serap iodium, benzena dan asam sulfat. Daya serap arang aktif
terhadap iodium, benzena dan asam sulfat terendah terdapat pada arang aktif yang dibuat dari
arang serbuk dan serbuk gergaji tanpa perendaman dan yang tertinggi terdapat pada arang
aktif yang dibuat dari serbuk gergaji dan arang serbuk yang direndam Na2C03 dan arang
serbuk tanpa direndam. Rendahnya daya serap ini mungkin disebabkan oleh selain masih
terdapatnya senyawa hidrokarbon dan volatil yang menempel pada permukaan arang aktif
yang dapat menutupi pori arang aktif yang terbentuk juga disebabkan pori yang terbentuk
sedikit (Gambar la).

4.6 Kadar Ration Seng, Mangan dan Natrium Dalam Air

Kadar Z n 2 + , Mn2+ dan Na+ berkisar antara 0,0 - 0,011 mg/1, 0,0 - 0,014 mg/1 dan
42,92 - 81,41 mg/1 (Tabel 2). Semua angka ini kadamya memenuhi persyaratan standar
kualitas air minum yang ditetapkan oleh Departemen Kesehatan (Anonim, 1975), karena
konsentrasinya kurang dari 0,05 mg/1; 0,1 mg/1 dan lebih kecil dari 200 mg/1. Berdasarkan
perhitungan sidik ragam (Tabel 3) temyata semua perlakuan dan interaksinya berpengaruh
sangat nyata terhadap kadar Zn, Mn dan Na. Khusus untuk kadar natrium, kandungannya
menjadi lebih besar setelah ditambahkan arang aktif. Hal ini disebabkan oleh adanya
penambahan bahan kimia natrium karbonat yang pada waktu pemanasan ion natrium
menempel dan terikat pada permukaan arang aktif membentuk gugus 0~Na yang tidak dapat
menguap pada suhu 9000C karena titik leleh natrium lebih dari lOOO°C. Walaupun
perlakuan bahan kimia (A) dan bahan baku (B) berpengaruh sangat nyata terdapat kadar seng,
mangan dan natrium, nyata.

10
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan

1. Kualitas arang aktif yang baik dalam penelitian ini adalah arang aktif yang dibuat dari
serbuk gergaji sengon yang direndam dalam larutan natrium karbonat tanpa dikarbonisasi
terlebih dahulu yang menghasilkan rendemen sebesar 22,61 %, kadar air 0,85 %, kadar abu
23,71 %, kadar zat mudah menguap 3,43 %, kadar karbon 72,01 %, daya serap terhadap
iodium sebesar 601,1 mg/g, terhadap benzena 15,45 % dan terhadap sulfat sebesar 41,65 %.

2. Kualitas air yang telah dijernihkan dengan arang aktif menghasilkan kadar besi antara 0,00
- 0,06 mg/1, kadar natrium 42,92 - 81,41 mg/1, magnesium 7,57 - 8,92 mg/1, mangan 0,00 - -
,014 mg/1, seng 0,00 - 0,011 mg/1, kalsium 22,85- 27,75 mg/1 amoniak 0,057 - 0,082 mg/1,
klorida 22,91 - 28,93 mg/1, fosfat 0,20 - 0,43 mg/1 dan kadar sulfat 2,29 - 4,98 mg/1. Secara
keseluruhan kandungan kation dan anion yang terdapat dalam air menjadi memenuhi
persyaratan kualitas air minum kecuali kandungan amoniaknya yang tidak memenuhi syarat.

5.2 Saran
1. Disarankan untuk membuat arang aktif dari serbuk gergajian kayu sengon tanpa
diarangkan terlebih dahulu dengan natrium karbonat sebagai aktivator

11
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 1975. Daftar standar kualitas air minum. Departemen Kesehatan Jakarta.

1978. Standard for powdered activated carbon. American water world assosiation. B 600-78,
Colorado.

1989. Mutu dan cara uji arang aktif. Standar Industri Indonesia (SII) 0258-89.
Departemen Perindustrian, Jakarta.

Pari, G. 1992. Pembuatan arang aktif dari serbuk gergaji sengon untuk penjernihan air.
Jurnal Penelitian Hasil Hutan. 10 (5) : 141 – 149

Pari, G. 1995. Pembuatan dan karakterisasi arang aktif dari kayu dan batubara
Tesis Program Magister Kimia, Institut Teknologi Bandung.

Smisek, M & S. Cemy. 1970. Active carbon.Manufacture, properties and applications.


Elsevier publishing company. New York

Sudjana. 1980. Disain dan analisis eksperimen. Tarsito, Bandung.

12

Anda mungkin juga menyukai