BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Namun pada umumnya limbah kulit buah kakao yang dihasilkan hanya
dibiarkan membusuk begitu saja sehingga nilai ekonomi yang diperoleh dari
pemanfaatan tersebut masih cukup rendah. Kulit buah kakao terdiri dari 10 alur (5
dalam dan 5 dangkal) berselang seling. Permukaan buah ada yang halus dan ada
yang kasar, warna buah beragam ada yang merah hijau, merah muda dan merah
tua.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa kulit buah kakao dapat
dimanfaatkan menjadi pakan ternak. Kulit buah kakao mengandung serat kasar
tinggi (40,03%) dan protein yan rendah (9,71%), kulit buah kakao mengandung
selulosa 36,23%, hemiselulosa 1,14% dan lignin 20% - 27,95. Kandungan
selulosa yang cukup tinggi dalam kulit buah kakao berpotensi untuk diolah lebih
lanjut sebagai adsorben.
Tabel 2.1 Kandungan Kulit Buah Kakao
Komponen Kandungan (%)
Selulosa 36,23%
Hemiselulosa 1,14%
Lignin 20 - 27,95%
(Ammirroenas, 1990)
Mekanisme dekomposisi selulosa telah diteliti secara mendetil oleh Tang
dan Bacon (1964). Skema dekomposisi selulosa disajikan pada gambar 2.2.
Secara umum terjadi 4 tahap berdasarkan rentang temperaturnya. Tahap 1 terjadi
pada temperatur 25-150˚C di mana terjadi penguapan air yang merupakan proses
reversible. Tahap 2 pada temperatur 150-240˚C, di mana terjadi dehidrasi
dari selulosa yang memungkinkan terjadinya ikatan silang antar molekul gula
untuk menggantikan ikatan hidrogen (Tang dan Bacon, 1964). Tahap 3 (240-
400˚C) merupakan tahap degradasi termal, di mana terjadi pemutusan ikatan C- O
dan C-C pada struktur selulosa. Pada tahap ini, terbentuk levoglucosan yang lebih
lanjut menjadi tar, selain terbentuk pula produk gas H2O, CO, dan CO2. Sebagian
produk degradasi termal ini juga berupa senyawa dengan 4 atom karbon yang
merupakan pembentuk struktur graphite yang terjadi pada tahap 4, yaitu
aromatisasi dan polimerisasi.
5
tinggi sehingga pemanfaatannya dapat optimal. Karbon aktif yang baik harus
memiliki luas permukaan yang besar sehingga daya adsorbsinya juga besar
(Prabowo,2009). Karbon aktif adalah material berpori dengan kandungan karbon
87%-97% dan sisanya berupa hidrogen, oksigen, sulfur, dan material lain.
Istilah karbon aktif dalam pengertian umum adalah suatu karbon yang
mampu mengadsorbsi baik dalam fase cair maupun dalam fase gas. Bahan baku
yang berasal dari hewan, tumbuh – tumbuhan, limbah ataupun mineral yang
mengandung karbon dapat diubah menjadi karbon aktif antara lain tulang, kayu
lunak, sekam, kulit buah kakao, tongkol jagung, tempurung kelapa, sabut kelapa,
ampas penggilingan tebu, ampas pembuatan kertas, serbuk gergaji, kayu keras,
dan batu bara (Sembiring dan Sinaga, 2003).
Tabel 2.2 Standar Karbon Aktif (SNI) 06-3730-1995
Jenis Persyaratan Parameter
Kadar Air Maksimal 15 %
Kadar Abu Maksimal 10 %
Kadar Zat Menguap Maksimal 25 %
Kadar Karbon Terikat Minimal 65 %
Daya Serap Terhadap I2 Minimal 750 mg/g
Daya Serap Terhadap Benzena Minimal 25 %
(Sumber Badan Standardisasi Nasional 1995).
Gambar 2.4 Lapisan Atom Karbon Heksagonal (a) dan Struktur Mikrokristalin
Karbon Aktif (b)
Umumnya karbon aktif berbentuk granular (butiran) dan serbuk.
Karbon aktif berbentuk serbuk halus memiliki distribusi ukuran partikel 5-
10 µm. sedangkan karbon aktifberbentuk granular memiliki ukuran 0,8-1,2
mm. Porositas karbon aktif terbentuk pada saat proses karbonisasi. Pada karbon
aktif terdapat 3 ukuran pori, yaitu mikropori (< 2 nm), mesopori (2 nm– 50
nm), dan
makropori (> 50 nm) (Marsh, 2006). Selain itu, lebih jauh terdapat pula
ukuran supermikropori (0,7 nm – 2 nm) dan ultramikropori (< 0,7 nm).
Gambar 2.5 menunjukkan skema struktur pori pada karbon aktif.
8
1. Industri Gula
Pemakaian karbon aktif pada industri gula dimulai pada tahun 1974
di Inggris. Selain itu menghilangkan zat-zat warna, karbon aktif juga dapat
menyerap senyawa-senyawa nitrogen, sehingga proses penyaringan menjadi lebih
sempurna.
2. Industri Minyak dan Lemak
Pada pengolahan minyak nabati, hasil yang lebih ekonomis akan
diperoleh bila pada proses pemurniannya digunakan campuran karbon aktif.
Dalam hal ini fungsi karbon aktif adalah menghilangkan zat-zat warna dan
feroksid. Untuk minyak yang mengalami hidrolisa, pemakaian karbon aktif
berfungsi untuk menghilangkan katalis yang masih tersisa pada minyak.
Pada umumnya pemurnian dengan karbon aktif dilaksanakan pada temperatur
70 – 1200C.
3. Industri Kimia dan Farmasi
Karbon aktif digunakan untuk menyerap kotoran-kotoran yang tidak
diingikan yang berupa koloid, karbon aktif dapat juga berfungsi sebagai filter
sehingga proses kristalisasi dapat dipercepat. Penggunaan karbon aktif dalam
industri kimia dan farmasi sering dijumpai dalam pembuatan kafein, asam sitrat,
gliserin, asam laktat, dan antibiotika penisilin dan streptomysin.
4. Penjernih Air
Pemakaian klorin sebagai disinfektan pada penjernih air akan
menimbulkan bau dan rasa yang tidak enak, ini ditimbulkan oleh reaksi antara
klorin dengan mikro organisme. Untuk mencegah hal ini maka pada
tahapan proses yang terakhir dapat digunakan karbon aktif sebagai adsorben dari
reaksi yang ditimbulkan klorin dengan mikro organisme.
Dalam hal ini, ada beberapa faktor yang mempengaruhi karbon aktif yaitu:
1. Sifat Adsorben
Karbon aktif merupakan adsorben adalah suatu padatan berpori, yang
sebagian besar terdiri dari unsur karbon bebas dan masing – masing berikatan
secara kovalen. Dengan demikian, permukaan karbon aktif bersifat non
polar. Selain komposisi dan polaritas, struktur pori juga merupakan faktor yang
penting diperhatikan. Struktur pori berhubungan dengan luas permukaan, semakin
kecil pori – pori karbon aktif, mengakibatkan luas permukaan semakin besar.
dengan demikian kecepatan adsorpsi bertambah. Untuk meningkatkan kecepatan
adsorpsi dianjurkan agar menggunakan karbon aktif yang telah dihaluskan.
Jumlah atau dosis karbon aktif yang digunakan, juga diperhatikan.
2. Sifat Serapan
Banyak senyawa yang dapat diadsorpsi oleh karbon aktif, tetapi
kemampuannya untuk mengadsorpsi berbeda untuk masing- masing senyawa.
Adsorpsi akan bertambah besar sesuai dengan bertambahnya ukuran molekul
serapan dari sturktur yang sama, seperti dalam deret homolog. Adsorbsi juga
dipengaruhi oleh gugus fungsi, posisi gugus fungsi, ikatan rangkap, struktur rantai
dari senyawa serapan
3. Temperatur
Dalam pemakaian karbon aktif dianjurkan untuk mengamati temperatur
pada saat berlangsungnya proses. Faktor yang mempengaruhi temperatur proses
adsoprsi adalah viskositas dan stabilitas thermal senyawa serapan. Jika
pemanasan tidak mempengaruhi sifat-sifat senyawa serapan, seperti terjadi
perubahan warna maupun dekomposisi, maka perlakuan dilakukan pada titik
didihnya. Untuk senyawa volatil, adsorpsi dilakukan pada temperatur kamar atau
bila memungkinkan pada temperatur yang lebih rendah
4. pH (Derajat Keasaman)
Untuk asam-asam organik, adsorpsi akan meningkat bila pH diturunkan,
yaitu dengan penambahan asam-asam mineral. Ini disebabkan karena kemampuan
asam mineral untuk mengurangi ionisasi asam organik tersebut.
5. Waktu Singgung
12
2.3 Adsorben
Adsorben merupakan zat padat yang dapat menyerap komponen tertentu
dari suatu fase fluida. Kebanyakan adsorben adalah bahan- bahan yang sangat
berpori dan adsorpsi berlangsung terutama pada dinding pori- pori atau pada
letak-letak tertentu di dalam partikel itu.
Karakteristik adsorben yang dibutuhkan untuk adsorbs yang baik adalah:
1. Luas permukaan adsorben. Semakin besar luas permukaan maka semakin
besar pula daya adsorpsinya.
2. Tidak ada perubahan volume yang berarti selama proses adsorpsi.
3. Kemurnian adsorben. Adsorben yang memiliki kemurnian yang tinggi,
daya adsorpsinya lebih baik.
Adsorbat adalah substansi dalam bentuk cair atau gas yang terkonsentrasi
pada permukaan adsorben.
2.4.1 Dehidrasi
Dehidrasi adalah proses penghilangan kandungan air yang terdapat dalam
bahan baku karbon aktif dengan tujuan untuk menyempurnakan proses
karbonisasi dan dilakukan dengan cara menjemur bahan baku di bawah sinar
matahari atau memanaskannya dalam oven.
pada karbon sehingga terjadi pengurangan ukuran adsorben. Selain itu, reaksi
sulit untuk dikontrol. Faktor-faktor yang mempengarui proses aktivasi :
1. Waktu perendaman
Perendaman dengan bahan aktivasi ini dimaksudkan untuk menghilangkan
atau membatasi pembentukan lignin, karena adanya lignin dapat membentuk
senyawa tar.
2. Konsentrasi aktivator
Semakin tinggi konsentrasi larutan kimia aktivasi maka semakin kuat
pengaruh larutan tersebut mengikat senyawa-senyawa tar sisa karbonisasi untuk
keluar melewati mikro pori-pori dari karbon sehingga permukaan karbon semakin
porous yang mengakibatkan semakin besar daya adsorpsi karbon aktif tersebut.
lebih lanjut saat temperatur dinaikkan sampai 600˚C, di mana terjadi penguapan
ZnCl2. Reaksi yang terjadi disajikan pada reaksi 2.1 dan 2.2.
2ZnCl2 + C + 3H2O Zn2OCl2.2H2O + 2HCl + CO2(g) ………………. (2.1)
Zn2OCl2.2H2O +CO2 ZnCl2(g) + 2H2O(g) + ZnO(s) + CO2(g) …….. (2.2)
Normal (0,2 ).
Rancangan eksperimen orde I yang sesuai untuk tahap penyaring faktor
adalah rancangan faktorial 2k (Two Level Factorial Design).
Selanjutnya pada keadaan mendekati respon, model order dua atau
lebih biasanya disyaratkan untuk mengaproksimasi respon karena adanya
lengkungan (curvature) dalam permukaannya. Dalam banyak kasus, model order
dua yang dinyatakan dengan:
k k
Y =β 0 + ∑ β i X i + ∑ β ii X +∑ ∑ β ij X i X j +ε
2
i
i=1 i=1 i< j (2.4)
Rancangan eksperimen orde II yang digunakan adalah rancangan faktorial
3k (Three Level Factorial Design), yang sesuai untuk masalah optimasi. Kemudian
dari model orde II ditentukan titik stasioner, karakteristik permukaan respon dan
model optimasinya.
20
6. Yana Fuad Masitoh Pemanfaatan Arang aktif dari Hasil arang aktif
dan Maria Monica arang aktif kulit kulit buah coklat yang terbaik
Sianita B buah coklat dilakukan dengan diperoleh pada
Department of (theobroma cara karbonisasi suhu 600oC
Chemistry, Faculty cacao l.) Sebagai pada temperatur dengan kadar air
of Mathematics and adsorben logam 500oc. 5,863%, kadar
Natural sciences berat cd (ii) Pengaktifan arang abu 9,863%, zat
State University of dalam pelarut air dilakukan dengan yang mudah
Surabaya menggunakan menguap
(2013) ZnCl2 9% selama 8,356%, dan
16 jam pada daya serap
pemanasan 300oc terhadap iod
dan 600oc. Adsorpsi 816,583 mg/g.
dilakukan dengan Kapasitas
waktu kontak 20, adsorpsi arang
40, 60, 80, dan 100 aktif terhadap Cd
menit dan massa (II) adalah
adsorben 1, 2, 3, 4, 94,075% dengan
5, 6, 8 dan 10 gr massa adsorben 6
gram dan waktu
kontak optimum
60 menit