Anda di halaman 1dari 6

Jurnal Teknik Kimia USU, Vol. 4, No.

2 (Juni 2015)

PENGARUH TEMPERATUR DALAM PEMBUATAN KARBON AKTIF


DARI KULIT SALAK (SALACCA SUMATRANA) DENGAN AKTIFATOR
SENG KLORIDA (ZnCl2)

Muhammad Turmuzi, Ardiano Oktavianus Sahat Tua, Fatimah


Departemen Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara
Jl. Almamater Kampus USU Medan, 20155 Indonesia
Email: turmuzi@yahoo.com

Abstrak
Karbon aktif dapat dibuat dari berbagai bahan baku baik anorganik maupun organik. Salah satu
bahan organik yang potensial adalah kulit salak.Tujuan penelitian ini adalah mengetahui pengaruh
temperatur dalam pembuatan karbon aktif dengan aktifasi kimia ZnCl2 dari kulit salak.
Metodologi penelitian meliputi proses persiapan bahan baku, aktifasi, pirolisa dan pengujian.
Rasio ZnCl2 yang digunakan adalah 1:1 g/g dengan variasi temperatur aktifasi 400, 450, 500, 550
dan 600 °C serta waktu aktifasi 2 jam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai iodine
meningkat dan yield menurun seiring meningkatnya temperatur aktifasi. Nilai iodine dan yield
tertinggi diperoleh pada temperatur aktifasi 600°C dan 400°C yaitu 694 mg/g dan 30,93%.

Kata kunci: karbon aktif, kulit salak, ZnCl2, nilai iodine

Abstract
Activated carbon can be made of organic or anorganic materials. Salak peel is a potential
organic material as activated carbon. This research aimed to understand the effect of
temperature in activated carbon with chemical activation ZnCl2 production from salak peel. The
method included preparation of raw material, chemical activation, pyrolysis and iodine value test.
The ratio of ZnCl2 is1:1 g/g, the activation time is 2 hours and the acivation temperature
variation is 400, 450, 500, 550 and 600 oC. Results showed that the iodine value increased and
yield decreased as the increasing of activation temperature. The highest iodine value and yield
were achieved at 600°C and 400°C, the values were 694 mg/g and 30,93%.

Keywords: activated carbon, salak peel, ZnCl2, iodine value

Pendahuluan Tenggara. Buah ini memiliki bentuk


Karbon aktif adalah bahan yang menyerupai telur. Kulit buah berwarna coklat
mengandung karbon dengan luas permukaan dan ditutupi dengan sisik yang teratur,
internal yang besar dan struktur berpori memberikan penampilan kulit reptil. Setelah
kompleks yang banyak digunakan dalam dikupas, kulitnya menjadi limbah yang
aplikasi industri maupun pengolahan limbah mengandung unsur karbon sehingga
[14, 32]. Karbon aktif mampu menyerap berpotensi menjadi bahan baku karbon aktif
senyawa volatil, pestisida, benzena, klorin dan [10].
berbagai jenis logam [16]. Proses pembuatan karbon aktif terbagi dua
Dalam beberapa tahun terakhir telah yaitu fisika dan kimia [29]. Salah satu proses
disadari pentingnya pemanfaatan limbah kimia yang sering digunakan adalah metode
pertanian untuk diolah menjadi bahan yang impregnasi.
bernilai tambah. Pemanfaatan limbah Belakangan ini penelitian tentang
pertanian secara luas digunakan sebagai bahan pembuatan karbon aktif dengan proses
baku karbon aktif. Limbah pertanian yang impregnasi ZnCl2 telah banyak dilakukan.
sudah diuji sebagai bahan baku pembuatan Sabut kelapa dengan aktifator ZnCl2
karbon aktif adalah biji kurma [33], sabut menghasilkan adsorben yang efektif untuk
kelapa [7], tongkol jagung [18] dan limbah menghilangkan nitrat dari larutan [7].
apel [27]. Selain itu, kulit salak juga Tempurung kelapa diaktifasi oleh aktifator
berpotensi sebagai karbon aktif layak pakai [6]. ZnCl2 menghasilkan karbon aktif yang mampu
Salak (Salacca edulis Reinw) berasal dari Asia mengkatalis reduksi hexamine kobalt (III)

59
Jurnal Teknik Kimia USU, Vol. 4, No. 2 (Juni 2015)

sehingga konversi hexamine kobalt (III) produksi karbon aktif dari serbuk gergaji,
meningkat dengan adanya karbon aktif kayu atau gambut. Proses ini meliputi
tersebut [30]. Kulit singkong dengan aktifator impregnasi bahan baku berkarbon dengan zat
ZnCl2 mampu mengadsorpsi logam Ni, Cd, Cr aktifator, biasanya kayu, dan proses
dan CN dari air limbah dengan efektif [21]. karbonisasi campuran tersebut [5]. Zat
Periwinkle shell yang diaktifasi ZnCl2 mampu aktifator memiliki fungsi sebagai agen
mengadsorpsi iodine sebesar 104,95 mg/g [22]. dehidrasi yang mempengaruhi proses
Limbah lumpur kertas dengan aktifator ZnCl2 - dekomposisi saat pirolisa. Agen tersebut
menghasilkan karbon aktif dengan luas menghambat pembentukan tar sehingga
permukaan 737,6 m2/g dan nilai iodine 764,8 meningkatkan yield karbon dan juga
mg/g [31]. kemampuan adsorpsinya [5]. Zat aktifator ada
Penelitian ini membuat karbon aktif dari bermacam-macam seperti seng klorida, asam
kulit salak dengan proses aktifasi kimia oleh pospat, aluminium klorida, magnesium klorida,
ZnCl2. Tujuannya adalah mengetahui kalium hidroksida, natrium hidroksida dan lain
pengaruh temperatur dalam pembuatan karbon sebagainya. Namun, zat yang paling umum
aktif dari limbah kulit salak dengan aktifator digunakan dalam industri adalah seng klorida
ZnCl2. (ZnCl2), asam pospat (H3PO4) dan kalium
hidroksida (KOH) [15].
Teori Menurut Hsu dan Teng [15] dalam
Kulit salak yang memiliki struktur dan pembuatan karbon aktif dengan aktifasi kimia,
warna sangat mirip dengan kulit reptil aktifator seperti ZnCl2 dan H3PO4 lebih baik
memberikan nama khas bagi buah salak yaitu digunakan untuk material lignoselulosa seperti
buah ular [24]. Kulit salak mengandung air, ampas tebu, dibandingkan dengan aktifator
karbohidrat, mineral dan protein [9]. Ekstrak yang bersifat basa yaitu KOH. Hal ini karena
kulit buah salak mengandung flavanoid, tanin, material lignoselulosa memiliki kandungan
alkaloid dan hidrokuinon [9]. oksigen yang tinggi dan aktifator yang bersifat
Karbon aktif didefinisikan sebagai bahan asam tersebut bereaksi dengan gugus fungsi
yang mengandung karbon dengan luas yang mengandung oksigen, sedangkan untuk
permukaan internal yang besar dan struktur aktifator KOH bereaksi baik dengan karbon
berpori kompleks yang dihasilkan dari sehingga bahan baku yang memiliki
pengolahan bahan baku pada reaksi suhu kandungan karbon yang tinggi lebih baik
tinggi. Karbon aktif terdiri dari 87 sampai menggunakan aktifator KOH.
97% karbon tetapi juga mengandung unsur- KOH baik dalam membentuk mikropori
unsur lain tergantung pada bahan baku dan yang lebar dan distribusi yang luas dari
metode pengolahan yang digunakan. Struktur mikropori tersebut, namun mesopori yang
berpori karbon aktif memungkinkan karbon dihasilkan sangat sedikit. Sedangkan, ZnCl2
aktif tersebut untuk menyerap bahan-bahan menghasilkan mikropori yang lebar dan
berfasa cair dan gas [14]. Volume pori karbon mesopori yang kecil. H3PO4 membentuk
aktif biasanya berukuran antara 0,2 sampai 0,6 mikropori namun seiring dengan terbentuknya
cm3/g. Sedangkan luas permukaannya mesopori yang lebar dan bahkan makropori
berukuran antara 800 sampai 1500 m2/g [11]. [13].
Secara umum, ukuran diameter pori dalam Pirolisa adalah proses dekomposisi termal
suatu karbon aktif biasanya dikelompokkan yang terjadi tanpa adanya oksigen. Pirolisa
sebagai berikut [13]: adalah langkah mula-mula dari pembakaran
1. Mikropori memiliki dimensi < 2,0 nm dan gasifikasi [12]. Proses ini selalu
2. Mesopori memiliki dimensi antara 2 menghasilkan padatan (arang), cairan (air dan
sampai 50 nm senyawa organik), dan gas (CO, CO2, CH4,
3. Makropori memiliki dimensi > 50 nm H2) [26]. Produk pirolisa dapat digunakan
Aktifasi fisika adalah proses pembentukan sebagai bahan bakar atau sebagai bahan baku
struktur pori-pori molekuler produk karbon untuk industri kimia. Karena sifat dari
dan pelebaran luas permukaannya pada prosesnya, yield produk pirolisa yang
temperatur tinggi antara 800-1000 °C dengan dihasilkan lebih tinggi dibandingkan dengan
keberadaan gas-gas pengoksidasi seperti steam, yield produk proses lainnya. Secara umum,
CO2 dan udara [2]. produk pirolisa lebih murni dan karena itu
Aktifasi kimia dicapai dengan proses dapat digunakan dengan efisiensi yang lebih
penguraian atau pelepasan molekul air besar. Bahan baku yang cocok untuk pirolisa
(dehidrasi), biasanya pada struktur bahan baku adalah batubara, kotoran manusia dan hewan,
selulosa. Aktifasi umumnya digunakan untuk

60
Jurnal Teknik Kimia USU, Vol. 4, No. 2 (Juni 2015)

sisa makanan, kertas, kardus, plastik, karet dan Recovery (Pemulihan) ZnCl2
biomassa [28]. Recovery dilakukan dengan pencucian
larutan HCl 0,8 N di dalam gelas beker pada
Metodologi Penelitian temperatur ruang. Pemilihan konsentrasi ini
Persiapan Bahan Baku karena logam Zn tidak dapat larut maksimum
Kulit salak yang diperoleh dari kabupaten pada konsentrasi dibawah 0,8 N, menurut
Tapanuli Selatan dicuci dengan air keran percobaan yang dilakukan. Karbon aktif hasil
beberapa kali hingga bersih. Kemudian kulit pirolisa didinginkan dan dimasukkan ke dalam
salak dikeringkan pada suhu 110 °C dengan 25 ml larutan HCl 0,8 N.
oven hingga beratnya konstan. Lalu kulit salak Pada penelitian ini, data %yield recovery
digerus sehingga diperoleh ukuran 50 mesh ZnCl2 diperoleh dengan melakukan
dalam ball mill. penimbangan ZnCl2 mula-mula saat
melakukan aktifasi kimia, karbon aktif setelah
Pembuatan Karbon Aktif pirolisa (X) dan berat kering karbon aktif
Pada beaker gelas 500 ml dimasukkan setelah pencucian HCl serta akuades (X1).
ZnCl2 dan bahan baku dengan perbandingan Adapun nilai %yield recovery ZnCl2 dapat
1:1 g/g. Campuran diaduk dan dijaga ditunjukkan melalui persamaan (3).
temperatur larutan 85°C selama 4 jam. Lalu
campuran tersebut dikeringkan dalam oven -
.................(3)
hingga berat konstan. Setelah itu, campuran -
yang sudah kering dipirolisa dalam furnace
dengan laju alir nitrogen 105 cm3/menit Hasil dan Pembahasan
selama 2 jam dengan variasi suhu 400, 450, Yield
500, 550 dan 600°C. Hasil pirolisa disimpan Yield adalah kuantitas produk yang
dalam desikator hingga mencapai suhu kamar. diperoleh dari reaksi. Pengaruh temperatur
Kemudian serbuk dibilas dengan larutan HCl aktifasi terhadap %yield karbon aktif dari kulit
0,8 N dan akuades. Pada akhirnya serbuk salak disajikan dalam bentuk grafik yang
dikeringkan pada suhu 110 °C dengan oven dapat dilihat pada Gambar 1.
selama 8 jam. 35%

Analisa %Yield 30%


Pada penelitian ini, data %yield karbon 25%
aktif diperoleh dengan melakukan
% Yield

20%
penimbangan sampel pada awal keadaan
(berat kering sampel mula-mula) dan pada 15%
akhir proses (berat kering karbon aktif). 10%
Adapun nilai %yield dapat ditunjukkan
melalui persamaan (1). 5%
0%
.......(1) 400 450 500 550 600
-
Temperatur Aktivasi (°C)
Analisa Nilai Iodine Gambar 1. Hubungan Temperatur Aktifasi
Pada penelitian ini data bilangan iodine terhadap %Yield
karbon aktif diperoleh melalui metode
Europ an Counc of Ch m ca Manufactur rs’ Pada kajian ini temperatur aktifasi
Federations [3]. Persamaan yang digunakan divariasikan pada 400, 450, 500, 550 dan
adalah persamaan (2). 600 °C. Gambar 1 menunjukkan penurunan
seiring peningkatan temperatur aktifasi.
....................................(2) Nilai %yield tertinggi diperoleh pada
temperatur aktifasi 400 °C sedangkan yang
Dimana: terendah diperoleh pada temperatur aktifasi
X = mg iodine teradsopsi oleh karbon aktif 600 °C.
= (12.693 N1) – (279,246 N2 V) Semakin meningkat temperatur aktifasi
N1 = normalitas larutan iodin akan mengakibatkan semakin rendah
N2 = normalitas larutan natrium tiosulfat
perolehan karbon aktif karena proses
V = volume natrium tiosulfat terpakai (ml) devolatilisasi dari bahan baku untuk
m = massa karbon aktif (gram) membentuk pori-pori baru [8]. Menurut

61
Jurnal Teknik Kimia USU, Vol. 4, No. 2 (Juni 2015)

Yahaya, et al. [19] laju reaksi karbon-ZnCl2 [17]. Temperatur aktifasi adalah parameter
dan karbon-CO2 meningkat seiring yang sangat berpengaruh pada struktur pori
meningkatnya temperatur aktifasi, hal ini karbon aktif [14]. Rahmawati, dkk [34]
mengakibatkan penurunan perolehan karbon. menjelaskan bahwa pada temperatur aktifasi
Temperatur aktifasi yang semakin tinggi akan yang semakin tinggi, zat pengotor, yaitu
meningkatkan proses pembentukan pori-pori senyawa-senyawa volatil yang menutupi pori
sehingga senyawa volatil yang dilepaskan akan semakin banyak teruapkan sehingga
semakin meningkat dan yield semakin rendah diperoleh luas permukaan yang semakin besar.
[1, 20, 25]. Temperatur aktifasi yang semakin tinggi akan
Nilai maksimum %yield karbon aktif meningkatkan proses pembentukan pori-pori
diperoleh pada temperatur aktifasi 400 °C dan proses penambahan luas permukaan pori-
yaitu, 30,93%. Hasil yang serupa juga pori [1, 20, 25].
diperoleh oleh Thajeel, et al. [1] yang meneliti Nilai iodine maksimum diperoleh pada
karbon aktif dari sekam padi menggunakan temperatur aktifasi 600 °C yaitu 694 mg/g.
aktifator ZnCl2 pada temperatur aktifasi 500 Menurut penelitian yang dilakukan oleh
hingga 800°C, terjadi penurunan %yield Pradhan [31] tentang karbon aktif dari lumpur
seiring meningkatnya temperatur aktifasi. kertas dan sekam padi menggunakan aktifator
Nilai maksimum %yield diperoleh pada ZnCl2, bentuk grafik yang serupa dihasilkan,
temperatur aktifasi 500 °C dan waktu aktifasi nilai iodine meningkat pada kenaikan
1,5 jam yaitu, 40%. Kajian ini temperatur aktifasi 500 hingga 600 °C dan
menunjukkan %yield yang lebih kecil mencapai maksimum pada temperatur aktifasi
daripada penelitian oleh Thajeel, et al. [1]. 600 °C yaitu 769 mg/g. Kajian ini
menunjukkan nilai iodine yang lebih kecil
Nilai Iodine daripada penelitian oleh Pradhan [31].
Nilai iodine adalah jumlah miligram iodine
teradsorpsi dari larutan oleh 1 gram karbon Recovery (Pemulihan) ZnCl2
aktif. Pengaruh temperatur aktifasi terhadap Pemulihan ZnCl2 adalah banyaknya ZnCl2
nilai iodine karbon aktif dari kulit salak yang dapat dipulihkan untuk digunakan
disajikan dalam bentuk grafik yang dapat kembali sebagai aktifator. Analisa recovery
dilihat pada Gambar 2. ZnCl2 terhadap temperatur aktifasi dapat
800 dilihat pada Gambar 3.
700 70%
Nilai Iodine (mg/g)

600
% Yield Recovery ZnCl2

60%
500
400 50%
300 40%
200
30%
100
0 20%
450 500 550 600
10%
Temperatur Aktivasi (°C)
0%
Gambar 2. Hubungan Temperatur Aktifasi 400 450 500 550 600
terhadap Nilai Iodine
Temperatur Aktivasi (°C)
Kemampuan karbon aktif dalam Gambar 3. Hubungan %Yield Recovery ZnCl2
mengadsorpsi iodine pada larutan diuji pada terhadap Temperatur Aktifasi
konsentrasi iodine 0,1 N. Gambar 2
menunjukkan bahwa nilai iodine mengalami Hasil penelitian menyatakan bahwa %yield
penurunan seiring peningkatan temperatur recovery ZnCl2 menurun seiring dengan
aktifasi. Nilai iodine tertinggi diperoleh pada meningkatnya temperatur aktifasi.
temperatur aktifasi 600 °C sedangkan yang Nilai %yield recovery ZnCl2 tertinggi
terendah diperoleh pada temperatur aktifasi diperoleh pada temperatur aktifasi 400 °C
450 °C. sedangkan yang terendah diperoleh pada
Jika temperatur aktifasi semakin temperatur aktifasi 600 °C.
meningkat, proses pirolisa akan semakin cepat ZnCl2 memiliki titik leleh 283 °C dan titik
berlangsung dan akan semakin banyak pori- didih 732 °C [4]. Menurunnya %yield
pori aktif di permukaan karbon yang terbentuk recovery ZnCl2 seiring meningkatnya

62
Jurnal Teknik Kimia USU, Vol. 4, No. 2 (Juni 2015)

temperatur aktifasi mungkin terjadi karena [5] B. Viswanathan, P. Indra Neel, T. K.


ZnCl2 telah menguap saat berfasa cairan, hal Varadarajan, National Centre for
ini sesuai dengan peryataan Pringgodigdo [23] Catalysis Research Indian Institute of
bahwa cairan dapat berubah menjadi gas pada Technology Madras, 2009.
suhu di bawah titik didihnya dan penguapan [6] Chadrudee Sirilamduan, Chakkrit
ini dapat terjadi karena molekul-molekul pada Umpuch, Pairat Kaewsarn, Songklanarin
permukaan cairan memperoleh cukup energi Journal of Science and Technology, 33,
untuk dapat melepaskan diri dari tarikan 2011.
molekul-molekul dalam cairan tersebut. Hasil [7] C. Namasivayam, D. Sangeetha, Indian
yang serupa juga disampaikan oleh Alhamed Journal of Chemical Technology. 12,
[33] yang menemukan bahwa terjadi proses 2005.
penguapan ZnCl2 pada temperatur aktifasi [8] D. Adinata, W.M.A. Wan Daud, M.K.
400-700 °C melalui analisa thermogravimetric. Aroua, Bioresource Technol. 98, 2007.
Temperatur aktifasi yang semakin meningkat [9] Fahrizan Manda Sahputra, Skripsi, Prodi
mengakibatkan semakin banyaknya energi Biokimia FMIPA IPB, Bogor, 2008.
penguapan sehingga %yield recovery ZnCl2 [10] Farhana Binti Mohamed Wazir, Skripsi,
semakin menurun. Faculty of Applied Science Universiti
Nilai maksimum %yield recovery ZnCl2 Teknologi Mara, Mara, 2012.
diperoleh pada temperatur aktifasi 400 °C, [11] F. Beguin and E. Frackowiak, CRC Press,
yaitu sebesar 76,10%. Adanya %yield 2010.
recovery ZnCl2 telah sesuai dengan penelitian [12] Gareth J. Mayhead, Pyrolysis of Biomass,
yang dilakukan oleh Malik, et al. [25] yang University of California,
mendapatkan %yield recovery ZnCl2 hingga http://ucanr.org/WoodyBiomass, diakses
80% dan Zhu, dkk [35] yang meneliti tentang pada 18 Maret 2015.
karbon aktif dari proses chloromethylation [13] Harry Marsh, Francisco Rodriguez-
polydivinyl benzene dengan aktifator ZnCl2. Reinoso, Activated Carbon, Elsevier
Science & Technology Books, 2006.
Kesimpulan [14] H. Jankowska, A. Swiatkowski dan J.
Adapun kesimpulan yang dapat diambil Choma, Active Carbon, Ellis Horwood
dari penelitian ini adalah: Limited, 1993.
1. Meningkatnya suhu aktifasi [15] Hsu, L. Y, Teng, H, Fuel Processing
mengakibatkan nilai iodine karbon aktif Technology. 64, 2000.
yang diproduksi meningkat dan yield [16] J. Ray Gillespie, Home Water Treatment
karbon aktif menurun. Using Activated Carbon, Cooperative
2. Karbon aktif dengan nilai iodine tertinggi Extension Service Michigan State
yaitu 694 mg/g diperoleh pada temperatur University, http://www.baycounty-
aktifasi 600oC. mi.gov, diakses pada 7 Januari 2014.
3. Karbon aktif dengan yield tertinggi yaitu [17] Moinuddin Ghauri, Muhammad Tahir,
30,93% diperoleh pada temperatur aktifasi Tauqeer Abbas, International Journal of
400oC. Applied Research. 1, 2012.
4. ZnCl2 sebagai zat aktifator dapat di- [18] Mona-Lisa Banks, et al, Conversion of
recovery untuk digunakan kembali sebesar Waste Corncob to Activated Carbon for
76,10 %. Use of Methane Storage, Alliance for
Collaborative Research in Alternative
Daftar Pustaka Fueling Technology, http://allcraft.
[1] Abbas Sabah Thajeel, A. Z. Raheem, missouri.edu, diakses pada 19 Maret
Mustafa M. Al-Faize, Journal of 2014.
Chemical and Pharmaceutical Research. [19] Nasehir Khan E. M. Yahaya, et al.,
5, 2013. International Journal of Engineering &
[2] ACS, Fuel Chem. Div. 41, 1996. Technology. 10, 2010.
[3] Anonim, European Council of Chemical [20] Olafadehan O. A, et al., International
M c ’ F d , EF , Journal of Applied Science and
1986. Technology. 2, 2012.
[4] Anonim, Zinc Chloride(7646-85-7), [21] O. O. Olayiwola, International Monthly
ChemicalBook, Refereed Journal of Research In
http://www.chemicalbook.com, diakses Management & Technology. 2, 2013.
pada 17 Maret 2015. [22] Owabor C. N, Iyaomolere A. I, J. Appl.
Sci. Environ. 17, 2013.

63
Jurnal Teknik Kimia USU, Vol. 4, No. 2 (Juni 2015)

[23] Pringgodigdo, Ensikopedi Umum.


Kanisius, Yogyakarta, 1997.
[24] Reni Lestari, Georg Ebert, Challenges to
Organic Farming and Sustainable Land
Use in the Tropics and Subtropics,
Humboldt University Berlin,
http://www.tropentag.de, diakses pada 10
Januari 2014.
[25] R. Malik, D. S. Ramteke, S. R. Wate,
Indian Journal of Chemical Technology.
13, 2006.
[26] Robert J. Evans, The Relation of
Pyrolysis Processes to Charcoal
Chemical and Physical Properties,
National Renewable Energy Laboratory,
diakses pada 18 Maret 2015.
[27] Roozbeh Hoseinzadeh Hesas, et al,
BioResources. 8, 2013.
[28] Samy Sadaka, Pyrolysis, Iowa State
University, http://bioweb.sungrant.org,
diakses 18 Maret 2015.
[29] Satish M. Manocha, Sadhana journal. 28,
2003.
[30] Sodeinde O. A, International Journal of
Chemical Engineering and Applications.
3, 2012.
[31] Subhashree Pradhan, Project Report,
Department of Chemical Engineering.
National Institute of Technology,
Rourkela, 2011.
[32] Victor Manuel Perez Lozano,
Development Of Novel Adsorbents And
Catalysts Based On Activated Carbon,
SGITT-OTRI, http://sgitt-otri.ua.es.html,
diakses pada 7 Januari 2014.
[33] Yahia A. Alhamed, JKAU: Eng Sci. 17,
2006.
[34] YD Rahmawati, I. Prasetyo, Rochmadi,
Prosiding Seminar Nasional Teknik
K “K j ”, d , 4.
[35] Zhao-lian Zhu, et al, Chinese Journal of
Polymer Science. 26, 2008.

64

Anda mungkin juga menyukai