Several methods in inhibiting enzymatic browning reaction of goroho plantain flour (Musa sp.)
and its applications in bolu
1-3)
Program Studi Teknologi Pangan
Jurusan Teknologi Pertanian Fakultas Pertanian.
Universitas Sam Ratulangi
Jl. Kampus UNSRAT Manado, 95115. Indonesia.
ABSTRACT
The purpose of this study was to compare the effect of several methods of
inhibiting the enzymatic browning reaction on the physicochemical properties of
goroho plantain flour. This study used a completely randomized design (CRD)
consisting of 4 treatments to prevent the browning reaction on goroho flour and
cake. Blanching at 85°C for 5 min followed by soaking in 1% calamansi juice for
15 min. resulted in higher total phenol content and lighter colour both in flour
and cake compared to those from other treatments. Soaking in 0.5% sodium
metabisulfite solution for 15 min. resulted in higher peroxide value of flour and
cake compared to those resulted from other treatments. In conclusion, blanching
at 85°C for 5 min. combine with soaking in 1% calamansi juice for 15 min.
resulted in the best plantain flour and cake.
Keywords: enzymatic browning; goroho; plantain flour; cake.
ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah membandingkan pengaruh beberapa cara
penghambatan reaksi pencoklatan enzimatis terhadap sifat fisikokimia tepung
pisang goroho, dan kue bolu. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak
Lengkap (RAL) terdiri dari 4 perlakuan dan 3 ulangan. Penggunaan suhu blansing
85°C selama 5 menit dilanjutkan dengan perendaman dalam sari jeruk kalamansi
1% selama 15 menit menghasilkan tepung dan kue bolu dengan kadar total fenol
yang lebih tinggi serta warna yang lebih cerah dibandingkan dengan perlakuan
lainnya. Perendaman dalam larutan natrium metabisulfit 0,5% selama 15 menit
menghasilkan bilangan peroksida tepung pisang goroho dan kue bolu yang lebih
tinggi, dibandingkan dengan perlakuan yang lain. Disimpulkan bahwa metode
blansing pada suhu 85°C selama 5 menit dikombinasikan dengan perendaman
Beberapa Cara Penghambatan Pencoklatan ……………. Natalia M. Hansang,
dkk.
dalam larutan jeruk kalamansi 1% selama 15 menit memberikan hasil tepung
pisang goroho dan kue bolu yang paling baik.
Kata kunci: pencoklatan enzimatis; pisang goroho; tepung, bolu.
kimia yang digunakan untuk analisis yaitu, ketebalan 2 mm, selanjutnya pisang direndam
reagen folin-ciocalteu, larutan Na2CO3, dalam 1% larutan jeruk kalamansi selama 15
larutan asam asetat, larutan khloroform, menit. Pembuatan larutan jeruk kalamansi 1%
larutan kalium iodida, dan larutan pati. Alat – yaitu dengan mengukur 10 ml air perasan
alat yang digunakan dalam penelitian ini jeruk kalamansi menggunakan gelas ukur,
adalah pisau, penggaris, wadah, timbangan kemudian dilarutkan kedalam 1000 ml air
digital, gelas ukur, saringan, oven, blender, aquadest, sehingga diperoleh larutan jeruk
ayakan, telenan, kantong plastik, panci, kalamansi dengan konsentrasi 1% pada akhir
kompor, sendok, mixer, spatula, loyang oven, perendaman, potongan pisang goroho ditiris
aluminium foil, kuas, tabung reaksi, untuk menghilangkan airnya. Setelah air
spektorfotometer UV 1601 UV-Vis, rendaman tidak menetes lagi, potongan pisang
smartphone, erlenmeyer, sarung tangan, hair dikeringkan dalam oven pada suhu 60⁰C
net, kertas dan pulpen. selama 10 jam. Potongan pisang yang telah
Rancangan Penelitian kering digiling dengan blender dan diayak
Rancangan yang digunakan dalam hingga didapatkan ukuran partikel 60 mesh,
penelitian ini adalah Rancangan Acak selanjutnya tepung pisang goroho disimpan
Lengkap (RAL) yang terdiri dari 4 perlakuan, dalam wadah tertutup.
yaitu: Perlakuan Perendaman dengan Natrium
P1. Perendaman pisang goroho dengan larutan Metabisulfit (Reny dan Indriaty, 2015)
jeruk kalamansi 1% selama 15 menit. Buah pisang goroho dikupas dari
P2. Perendaman pisang goroho dengan larutan kulitnya, dipotong-potong dengan ketebalan 2
natrium metabisulfit 0,5% selama 15 mm selanjutnya direndam pada larutan
menit. natrium metabisulfit 0,5% selama 15 menit.
P3. Blansing pisang goroho pada suhu 85°C Pembuatan larutan natrium metabisulfit 0,5%
selama 5 menit. yaitu dengan menimbang 5 gr serbuk natrium
P4. Blansing pisang goroho pada suhu 85°C metabisulfit menggunakan timbangan digital,
selama 5 menit dan dilanjutkan dengan kemudian dilarutkan kedalam 1000 ml air
perendaman dalam larutan jeruk kalamansi aquadest, sehingga diperoleh larutan natrium
1% selama 15 menit. metabisulfit dengan konsentrasi 0,5%, pada
Prosedur Penelitian akhir perendaman, potongan pisang goroho
Penelitian ini dibagi dalam beberapa ditiris untuk menghilangkan airnya. Setelah
tahap yaitu: (1) Pembuatan tepung pisang air rendaman tidak menetes lagi, potongan
goroho dengan beberapa perlakuan pisang dikeringkan dalam oven pada suhu
pencegahan reaksi pencoklatan enzimatis, (2) 60⁰C selama 10 jam. Potongan pisang yang
Pembuatan kue bolu dari tepung pisang telah kering digiling dengan blender dan
goroho, (3) Uji organoleptik pada tepung diayak hingga didapatkan ukuran partikel 60
pisang goroho dan kue bolu, (4) Uji dan mesh, selanjutnya tepung pisang goroho
analisis yang meliputi uji warna, analisis total disimpan dalam wadah tertutup.
fenol, uji bilangan peroksida dan perhitungan Perlakuan Blansing (Putra, 2012)
rendemen tepung. Buah pisang dicuci dengan air bersih
Pembuatan Tepung Pisang dengan untuk menghilangkan kotoran dan kemudian
Beberapa Perlakuan ditiriskan. Buah pisang kemudian dimasukkan
Perlakuan Perendaman dengan Jeruk dalam panci yang berisi air panas dengan suhu
Kalamansi (Kiay, dkk 2011) 85°C kemudian buah pisang diblansing
Buah pisang goroho dikupas dari selama 5 menit. Buah pisang yang telah diberi
kulitnya, kemudian dipotong-potong dengan perlakuan kemudian dikupas dan dipotong-
28
Beberapa Cara Penghambatan Pencoklatan ……………. Natalia M. Hansang, dkk.
potong dengan ketebalan potongan maksimal dimasukkan kedalam loyang adonan dan
2 mm, selanjutnya potongan pisang diaduk mengunakan mixer.
dikeringkan dalam oven pada suhu 60⁰C c. Adonan dimasukkan kedalam loyang
selama 10 jam. Potongan pisang yang telah beralaskan aluminium foil yang telah
kering digiling dengan blender dan diayak diolesi dengan mentega.
hingga didapatkan ukuran partikel 60 mesh, d. Adonan dimasukkan kedalam microwave
selanjutnya tepung pisang goroho disimpan dan dipanggang dengan suhu 180°C selama
dalam wadah tertutup. 30 menit.
Perlakuan Blansing dan Perendaman e. Kue bolu dikeluarkan dari microwave.
dengan Jeruk Kalamansi f. Kue bolu dipotong dengan ukuran lebar 4
Buah pisang dicuci dengan air bersih cm dan panjang 6 cm.
untuk menghilangkan kotoran dan kemudian Metode Analisis
ditiriskan. Buah pisang kemudian dimasukkan Uji warna (HunterLab – Color Grab,
dalam panci yang berisi air panas dengan suhu Nurmawati, 2011)
85°C kemudian buah pisang diblansing Analisis dilakukan menggunakan
selama 5 menit. Buah pisang yang telah hunterlab melalui aplikasi color grab pada
diblansing kemudian dikupas dan dipotong- smartphone. Hasil penentuan warna
potong dengan ketebalan potongan maksimal didapatkan dengan mengkonversi titik
2 mm, selanjutnya potongan pisang direndam koordinat warna pada setiap foto sampel. Pada
dalam 1% larutan kalamansi selama 15 menit. sistem hunter lab, penilaian terdiri atas 3
Pembuatan larutan jeruk kalamansi 1% yaitu parameter yaitu L, a dan b. Lokasi warna pada
dengan mengukur 10 ml air perasan jeruk sistem ini ditentukan dengan koordinat L∗, a∗,
kalamansi menggunakan gelas ukur, kemudian dan b∗. Notasi L*: 0 (hitam); 100 (putih)
dilarutkan kedalam 1000 ml air aquadest, menyatakan cahaya pantul yang menghasilkan
sehingga diperoleh larutan jeruk kalamansi warna akromatik putih, abu-abu dan hitam.
dengan konsentrasi 1%. Pada akhir Notasi a*: warna kromatik campuran merah-
perendaman, potongan pisang goroho ditiris hijau dengan nilai +a* (positif) dari 0 sampai
untuk menghilangkan airnya. Setelah air +80 untuk warna merah dan nilai –a* (negatif)
rendaman tidak menetes lagi, potongan pisang dari 0 sampai -80 untuk warna hijau. Notasi
dikeringkan dalam oven pada suhu 60⁰C b*: warna kromatik campuran biru-kuning
selama 10 jam. Potongan pisang yang telah dengan nilai +b* (positif) dari 0 sampai +70
kering digiling dengan blender dan diayak untuk warna kuning dan nilai –b* (negatif)
hingga didapatkan ukuran partikel 60 mesh, dari 0 sampai -70 untuk warna biru.
selanjutnya tepung pisang goroho disimpan Analisis Total Fenol (Hung dan Yen, 2002)
dalam wadah tertutup. Sampel sebanyak 0,1 mg dilarutkan
Pembuatan Bolu Tepung Pisang Goroho dalam tabung reaksi dan ditambah 0,1 mL air
(Datunsolang, 2018) aquadest dan 0,1 mL reagen Folin-Ciocalteu
Tahapan pembuatan bolu pisang (50%) kemudian campuran ini dikocok selama
goroho, yaitu: 3 menit. Setelah itu dengan interval waktu 3
a. Tepung pisang goroho 100 g dan tepung menit, ditambahkan 2 ml larutan Na2CO3 2%.
terigu 100 g dimasukkan kedalam loyang Selanjutnya campuran disimpan dalam ruang
adonan. gelap selama 30 menit. Absorbansi ekstrak
b. Gula halus 50 g, 5 butir telur, 1 sendok dibaca pada λ = 750 nm dengan
makan bahan pengembang kue, 2 bungkus spektorfotometer UV 1601 UV-Vis.
vanili, susu 100 ml, 250 g mentega cair Absorbansi yang terbaca merupakan nilai y
yang dimasukkan kedalam persamaan linier
29
Jurnal Teknologi Pertanian Volume 13 Nomor 1, Juni 2022
yang didapat dari pembuatan kurva standar A: Berat tepung yang diperoleh
asam galat pada konsentrasi 0.2-1 mg/mL. B : Berat bahan awal
Dengan demikian akan diperoleh kandungan
total fenol (nilai x) dan hasilnya dinyatakan HASIL DAN PEMBAHASAN
sebagai mg ekivalen asam galat/g ekstrak. Total Fenol Tepung Pisang Goroho
Kadar total fenol = Berdasarkan hasil pengujian terhadap
total fenol tepung pisang goroho dengan
Keterangan: beberapa metode perlakuan pencegahan reaksi
C: Konsentrasi fenolik (nilai x) pencoklatan enzimatis diperoleh data seperti
V: Volume ekstrak yang digunakan yang ditunjukkan pada Tabel 1.
FP: Faktor pengenceran
mg: Berat sampel yang digunakan Tabel 1. Rata-rata total fenol tepung pisang
Analisis Bilangan Peroksida (Sudarmardji goroho
dkk, 1984) Perlakuan Rata – Notasi*
Ditimbang 5 g sampel dalam 250 ml rata mg
erlenmeyer bertutup dan tambahkan 30 ml GAE/g
larutan asam asetat-khloroform (3 : 2). P1 16,85±0,16 bc
Goyangkan larutan sampai bahan terlarut P2 16,32±0,16 a
semua. Tambahkan 0,5 mL larutan kalium P3 16,67±0,21 c
lodida jenuh. Diamkan selama 1 menit dengan P4 16,99±0,11 d
kadang kala digoyang kemudian tambahkan BNT 5% = 0,26982 (*) notasi yang berbeda
30 ml aquades. Tirtrasilah dengan 0,1 N menunjukan adanya perbedaan nyata antar perlakuan.
Na2S2O3 sampai warna kuning hampir
hilang. Tambahkan 0,5 mL larutan pati 1%. Nilai total fenol pada tepung pisang
Lanjutkan tirtrasi sampai warna biru hilang. goroho berkisar antara 16,323 mg GAE/g –
Angka peroksida dinyatakan dalam mili- 16,996 mg GAE/g. Berdasarkan hasil uji sidik
equivalen dari peroksida dalam setiap kg ragam maka diketahui beberapa metode
sampel. perlakuan pencegahan reaksi pencoklatan
enzimatis berpengaruh terhadap total fenol
Angka peroksida= 𝑚𝑙 𝑁𝑎2𝑆2𝑂3 𝑥 𝑁 𝑇ℎ𝑖𝑜 𝑥 1000 tepung pisang goroho sehingga dilakukan uji
(mg)
BNT 5%. Hasil uji BNT 5%, menunjukkan
Keterangan:
bahwa perlakuan P2 berbeda nyata dengan P1,
ml 𝑁𝑎2𝑆2𝑂3: ml titrasi
P3, P4. Perlakuan P1 tidak berbeda nyata
𝑁 𝑇ℎ : Kenormalan tio sulfat
dengan P3 namun berbeda nyata dengan
mg: Berat sampel yang digunakan
perlakuan P2 dan P4. Perlakuan P3 tidak
berbeda nyata dengan P1 tetapi berbeda nyata
Pengukuruan Rendemen Tepung Pisang
dengan P2 dan P4. Perlakuan P4 berbeda
(Sudarmadji dkk, 1997)
nyata dengan P1, P2 dan P3. Tabel 4
Rendemen tepung dihitung
menunjukkan bahwa kadar total fenol P4 > P1
berdasarkan perbandingan berat tepung pisang
> P3 > P2.
yang diperoleh terhadap berat bahan awal
Menurut penelitian (Suryanto, dkk
buah pisang setelah dikupas dari kulitnya yang
2011) kadar total fenol pada pisang goroho
dinyatakan dalam persen (%).
sebesar 181,87 mg/kg. Berdasarkan nilai rata-
Rendemen Tepung (%) = rata yang terdapat pada perlakuan P1, P2, P3
dan P4 menunjukkan bahwa terjadi
Keterangan pengurangan kadar total fenol bila
30
Beberapa Cara Penghambatan Pencoklatan ……………. Natalia M. Hansang, dkk.
dibandingkan dengan penelitian (Suryanto, Tabel 2. Rata – rata total fenol kue bolu
dkk 2011). Hal ini membuktikan perlakuan
P1, P2, P3 dan P4 dapat mencegah reaksi Rata – Notasi*
pencoklatan enzimatis ditandai dengan Perlakuan rata mg
berkurangnya jumlah fenol yang teroksidasi. GAE/g
Tingginya kadar total fenol pada perlakuan P4 P1 18,66±1,16 bc
diduga karena adanya kandungan vitamin c P2 16,92±0,22 a
seperti asam askorbat yang ada pada lemon P3 17,70±0,58 ab
kalamansi (Ceroli dkk, 2018). Sifat vitamin c P4 19,58±1,16 c
dalam menghambat reaksi pencoklatan BNT 5% = 1,44002 (*) notasi yang berbeda menunjukan adanya
berkaitan dengan adanya oksigen sebagai perbedaan nyata.
akseptor hidrogen, mekanisme penghambatan
Total fenol pada kue bolu berkisar
reaksi pencoklatan oleh vitamin c, yaitu
antara 16,92 mg GAE/g – 19,58 mg GAE/g.
oksigen yang diperlukan dalam reaksi
Perlakuan pencegahan reaksi pencoklatan
pencoklatan lebih dulu bereaksi dengan
enzimatis berpengaruh terhadap total fenol
vitamin c yang berperan sebagai donor
kue bolu. Perlakuan P2 tidak berbeda nyata
hidrogen. Vitamin C bertindak sebagai donor
dengan P3 tetapi P2 berbeda nyata dengan P1
hidrogen pada saat vitamin C teroksidasi oleh
dan P4. Perlakuan P3 tidak berbeda nyata
perlakuan panas menjadi asam
dengan P1 dan P2 tetapi berbeda nyata dengan
dehidroaskorbat. Asam dehidroaskorbat
P4. Perlakuan P1 tidak berbeda nyata dengan
bersifat labil sehingga dapat terurai menjadi
perlakuan P3 dan P4 tetapi berbeda nyata
senyawa diketogulonat yang tidak mempunyai
dengan perlakuan P2. Perlakuan P4 tidak
kereaktifan sebagai vitamin c, dan kemudian
berbeda nyata dengan perlakuan P1 tetapi
dalam kondisi anaerobik akan terbentuk
berbeda nyata dengan perlakuan P2 dan P3.
senyawa furfural dan berlangsung reaksi
Tabel 2 menunjukkan bahwa kadar total fenol
pencoklatan (Ameliya dkk, 2017). Selain itu,
kue bolu P4> P1 >P3 >P2. Nilai total fenol
perlakuan blansing juga dapat mencegah
pada kue bolu mengalami peningkatan, hal ini
teroksidasinya fenol yang terdapat pada
diduga karena adanya susu sapi yang
tepung pisang goroho, sehingga dapat
ditambahkan pada adonan kue bolu. Susu sapi
menghambat terjadinya reaksi pencoklatan.
mengandung senyawa fenol jenis lain seperti
Blansing akan menonaktifkan enzim-enzim
tokoferol, karatenoid, kasein dan laktoferin
yang menyebabkan perubahan warna,
(Pratiwi dan Rustanti, 2015) sehingga
hidrolisa atau oksidasi. Semakin banyak
kombinasi tepung pisang goroho dan susu sapi
enzim yang rusak maka terjadinya reaksi
yang diolah menjadi kue bolu dapat
pencoklatan enzimatis lebih sedikit, sehingga
meningkatkan kadar fenol pada kue bolu
intensitas warna coklat semakin menurun
tersebut.
(Mariani, 2019).
Bilangan peroksida tepung pisang goroho
Total Fenol Kue Bolu Dari Tepung Pisang
Berdasarkan hasil pengujian terhadap
Goroho
bilangan peroksida tepung pisang goroho
Berdasarkan hasil pengujian terhadap
dengan beberapa metode perlakuan
total fenol kue bolu dari pisang goroho
pencegahan reaksi pencoklatan enzimatis
diperoleh data sebagaimana yang ditunjukkan
diperoleh data seperti yang ditunjukkan pada
dalam Tabel 2.
Tabel 3.
31
Jurnal Teknologi Pertanian Volume 13 Nomor 1, Juni 2022
Tabel 3. Rata–rata bilangan peroksida ditambahkan pada proses pengolahan kue bolu
(meq/kg) tepung pisang goroho sehingga dapat mengalami reaksi oksidasi.
Reaksi oksidasi dapat terjadi pada produk
Perlakuan Rata –rata Notasi* yang mengandung lemak (Hertanto, 2012),
P1 24,00±4,00 ab pada Tabel 4, menunjukkan bahwa bilangan
P2 33,33±5,03 b peroksida pada kue bolu dengan nilai rata-rata
P3 28,67±5,03 bc yang lebih rendah ada pada perlakuan P4 dan
P4 18,67±3,21 a bilangan peroksida tertinggi terdapat pada
sampel P2.
Berdasarkan hasil uji sidik ragam
maka diketahui beberapa metode perlakuan Tabel 4. Rata–rata bilangan peroksida
pencegahan reaksi pencoklatan enzimatis (meq/kg) kue bolu
berpengaruh terhadap bilangan peroksida Perlakuan Rata–rata Notasi*
tepung pisang goroho. Tabel 3 menunjukkan P1 46,67±5,03 b
bahwa bilangan peroksida tepung pisang P2 56,67±5,03 c
goroho perlakuan P2 > P3> P1 >P4. Bilangan P3 51,33±5,03 bc
peroksida yang terendah dimiliki oleh P4 30,67±11,02 a
perlakuan P4, dan bilangan peroksida tertinggi BNT 5%=7,17358 (*) notasi yang berbeda
terdapat pada sampel P2. Hal ini menunjukkan menunjukkan adanya perbedaan nyata
bahwa, semakin tinggi kadar total fenol, Warna tepung pisang goroho
semakin sedikit fenolik yang teroksidasi. Berdasarkan hasil pengujian terhadap
Bilangan peroksida kue bolu warna tepung pisang goroho dengan beberapa
Berdasarkan hasil pengujian terhadap metode perlakuan pencegahan reaksi
bilangan peroksida kue bolu dari tepung pencoklatan enzimatis diperoleh data seperti
pisang goroho diperoleh dadata seperti yang yang ditunjukkan pada Tabel 5.
ditunjukkan pada Tabel 4. Berdasarkan hasil uji sidik ragam
Berdasarkan hasil uji sidik ragam maka diketahui beberapa metode perlakuan
maka diketahui kue bolu dari tepung pisang pencegahan reaksi pencoklatan enzimatis
goroho berpengaruh terhadap analisa bilangan tidak berpengaruh terhadap uji warna pada
peroksida, sehingga dilakukan uji BNT 5%. tepung pisang goroho. Berdasarkan tingkat
Berdasarkan nilai rata-rata yang ada pada kecerahan L, perlakuan P4 lebih cerah
tabel 4, menunjukkan bahwa perlakuan P2> dibandingkan P1 lebih cerah dari perlakuan P3
P3> P1> P4. Bilangan peroksida kue bolu lebih cerah dari perlakuan P2. Tingkat
berkisar antara 30,67-56,67 meq/kg. kecerahan tersebut menunjukkan semakin
Berdasarkan data yang disajikan dalam tabel 4 cerah warna tepung, membuktikan semakin
bilangan peroksida pada kue bolu mengalami sedikit fenolik teroksidasi yang disebabkan
peningkatan. Hal ini diduga karena adanya oleh enzim polifenol oksidase. Nilai L
bahan penyusun yang mengandung lemak tertinggi ada pada perlakuan P4 dan terendah
diantaranya margarin, susu dan telur yang dimiliki oleh perlakuan P2.
Tabel 5. Nilai rata-rata warna tepung pisang goroho
Perlakuan L* a* b*
P1 75,10±2,19 -2,37±0,92 13,97±0,89
P2 70,67±0,61 -0,93±0,20 13,00±0,00
P3 71,43±0,66 -0,73±0,55 13,90±0,95
P4 78,50±1,44 -2,03±0,3 11,83±0,20
32
Beberapa Cara Penghambatan Pencoklatan ……………. Natalia M. Hansang, dkk.
35