Anda di halaman 1dari 6

Jurnal Teknik Kimia USU, Vol. 4, No.

3 (September 2015)

PEMANFAATAN LIMBAH CANGKANG KERANG BULU SEBAGAI


ADSORBEN UNTUK MENJERAP LOGAM
KADMIUM (II) DAN TIMBAL (II)

Akhmad Anugerah S, Iriany


Departemen Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara
Jl. Almamater Kampus USU Medan, 20155 Indonesia
Email: anerah_s@yahoo.com

Abstrak
Adsorben cangkang kerang bulu dapat digunakan untuk mengadsorpsi ion logam berat seperti
Cd(II) dan Pb(II). Hal ini terlihat dari hasil penelitian adsorben cangkang kerang bulu yang
dibuat. Penelitian ini bertujuan untuk karakterisasi dari cangkang kerang bulu yang dibuat.
Variabel dalam penelitian ini adalah suhu aktivasi dan konsentrasi larutan logam yang
digunakan. Penelitian ini diawali dengan melakukan pengecilan ukuran cangkang kerang bulu
menjadi seukuran 140 mesh, kemudian dilakukan aktivasi termal pada suhu 110ᴼC, 500ᴼC
dan 800ᴼC di dalam furnace. Selanjutnya adsorben yang dibuat dikarakterisasi menggunakan
peralatan BET, diukur berat jenis, kadar air dan abu, serta kemampuan adsorpsi adsorben
cangkang kerang bulu diuji dengan menggunakan larutan sampel Cd(II) dan Pb(II).
Konsentrasi larutan sisa hasil adsorpsi diukur dengan AAS. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa luas permukaan adsorben yang diaktivasi pada suhu 110ᴼC, 500ᴼC dan 800ᴼC sebesar
725,43; 807,94; dan 803,822 m2/kg. Berat jenis berbanding terbalik dengan suhu aktivasi,
nilai kadar air dan abu sesuai dengan nilai SNI yang ditetapkan. Adsorben yang diaktivasi
pada suhu 500ᴼC sesuai dengan persamaan Isoterm Freundlich.

Kata kunci: aktivasi termal, BET, Isoterm Freundlich

Abstract
Adsorbent from fur shells could be used to adsorb heavy metal ions such, as Cd (II) and Pb
(II). This is shown by the research of adsorption using the fur shells. This research was aimed
to characterize the fur shells. Variables in this research were the activation temperature and
concentration of the metal solution. This research was begun with reduction of the shell size
to 140 mesh, then thermal activation at temperature 110ᴼC, 500ᴼC and 800ᴼC in the furnace.
After that adsorbent was characterized using BET, measured its density, moisture content and
ash, the adsorption capacity of the adsorbent was tested by using solution of Cd (II) and Pb
(II), and then the concentration of the remaining solution was measured by AAS. The result
showed that activated adsorbent at temperatures 110ᴼC, 500ᴼC and 800ᴼC had surface area
of 725.43; 807.94; and 803.822 m2/g. Density was inversely proportional to the activation
temperature, the value of moisture content and ash obtained were in accordance to SNI.
Activated adsorbent at 500ᴼC suitabled with the Freundlich Isotherm.

Key words: activation temperature, BET, Freundlich Isotherm

Pendahuluan pengendapan secara kimia dengan


Saat ini ketertarikan akan sumber– menggunakan alum Al(OH)3 dan feri oksida
sumber bahan baku yang berasal dari limbah digunakan dalam level industri. Akan tetapi,
semakin meningkat. Sebagai contoh, senyawa yang beracun juga dihasilkan dan
cangkang hewan laut yang dapat sulit untuk dilakukan penanganan terhadap
digunakan sebagai bahan baku yang dapat limbah yang dihasilkan. Penghilangan
dimanfaatkan kembali. Di negara maju senyawa toksik dengan adsorpsi merupakan
seperti Jepang hewan laut seperti tiram metode yang menarik disebabkan ramah
digunakan kembali sebagai bahan baku lingkungan serta pengoperasian yang
pembuatan adsorben yang disebabkan mudah. Salah satu adsorben yang dapat
cangkang tiram merupakan sumber kalsium digunakan adalah cangkang kerang yang
[3]. banyak mengandung CaCO3. Kalsium
Penelitian tentang menghilangkan karbonat merupakan bahan yang sesuai
senyawa toksik dari limbah air sering dalam penghilangan senyawa toksik
dilakukan oleh para peneliti. Proses seperti fosfat dan limbah logam

40
Jurnal Teknik Kimia USU, Vol. 4, No. 3 (September 2015)

dikarenakan CaO yang merupakan [11]. Adapun reaksi dari proses kalsinasi
komponen pengaktif untuk pengadsorpsi endotermik sebagai berikut [8]:
senyawa beracun tersebut dapat dihasilkan CaCO3(s) ↔ CaO(s) + CO2(g)
dari senyawa CaCO3 [9].
Polusi lingkungan merupakan salah Metodologi Penelitian
satu isu yang dihadapi kehidupan Bahan yang digunakan pada penelitian
masyarakat. Dalam beberapa tahun ini adalah cangkang kerang bulu, Larutan
belakangan ini semakin meningkat dan telah logam Cd(II) dan Pb(II). Sedangkan
mencapai level yang membahayakan dalam peralatan utama yang digunakan adalah
kehidupan makhluk hidup. Sebagai contoh, peralatan kaca yang terdapat di laboratorium,
pembuangan limbah industri yang peralatan penguji yaitu BET,
mengandung timbal, tembaga, kadmium, Spektofotometer Serapan Atom dan
dan kromium, dimana limbah tersebut peralatan pendukung yaitu Ball Mill, Ayakan
dapat mengkontaminasi sumber air bawah 140 mesh, serta desikator.
tanah dan menyebabkan polusi yang sangat
serius. Pembuatan Adsorben Cangkang Kerang
Dengan demikian, penelitan ini Bulu
bertujuan untuk mencari alternatif bahan Cangkang kerang bulu dicuci dengan
baku yaitu limbah cangkang kerang yang air hingga bersih dan dikeringkan.
akan digunakan sebagai adsorben dalam Kemudian dihancurkan menjadi lebih kecil
hal penghilangan senyawa – senyawa dengan lumpang dan alu serta digiling
logam yaitu Pb2+ dan Cd2+ yang dihasilkan menjadi serbuk dengan ball mill. Serbuk
oleh industri. tersebut diayak dengan ayakan yang
berukuran 140 mesh. Hasil ayakan yang
Teori lolos dipanaskan pada suhu 1100C di oven,
Produksi kerang - kerangan di 5000C dan 8000C di furnace selama 4 jam.
Indonesia dari tahun 2002 ke tahun Setelah itu, hasil pemanasan dimasukan ke
berikutnya semakin meningkat. Hal ini dalam desikator [7,14].
terlihat dari data produksi dari tahun 2002
sampai dengan 2006 secara berturut – turut, Karakterisasi Adsorben Cangkang
sebesar 7.00 ton, 12,86 ton, 12,99 ton, 16,35 Kerang Bulu
ton dan 18,87 ton [5]. Hasil adsorben cangkang kerang bulu
Pada cangkang kerang terdapat pada suhu 1100C, 5000C dan 8000C
kandungan CaCO3 sebesar 95 – 99% berat. kemudian diukur dengan menggunakan
Sehingga sangat baik untuk dijadikan peralatan Analisa BET untuk mengetahui
sebagai bahan baku adsorben. Dengan cara luas permukaan adsorben.
kalsinasi, maka akan dihasilkan senyawa
pengaktif yaitu CaO [7]. Dengan rumus Penentuan Jumlah Logam Cd(II) dan
kimia sebagai berikut : Pb(II) yang Terjerap Dalam Adsorben
CaCO3(s) ↔ CaO(s) + CO2 (g) Dimasukkan 1 gram sampel cangkang
Proses karbonasi adalah proses yang kerang bulu pada suhu 110ᴼC ke dalam
bersifat reversibel dimana proses ini beaker glass 100 ml, ditambahkan 50 ml
merupakan pengabuan zat. Menurut larutan logam Cd(II) atau Pb(II) dengan
Martin (2008) karbonasi adalah proses konsentrasi 60, 80, dan 100 ppm ke dalam
pirolisis pada temperatur 400 – 900ᴼC, beaker glass yang telah berisi sampel.
dimana tujuan karbonasi adalah untuk Campuran diaduk dengan magnetic stirrer
menghilangkan zat – zat yang mudah dengan putaran 200 rpm suhu 25oC. Hasil
menguap ( volatile matter ) yang terkandung pengadukan disaring dengan menggunakan
dalam bahan dasar [11]. Adapun reaksi kertas saring. Filtrat diambil unuk diukur
karbonasi eksotermik sebagai berikut [8]: konsentrasi akhir Cd(II) dan Pb (II) dengan
CaO(s) + CO2(g) ↔ CaCO3(s) menggunakan Spektrofotometer Serapan
Sedangkan aktivasi menurut Martin (2008) Atom (SSA). Banyaknya Cd(II) dan Pb(II)
adalah bagian dari proses pembuatan yang terjerap oleh setiap gram sampel dapat
adsorben yang bertujuan untuk memperbesar dihitung dengan persamaan 1 sebaga berikut
ukuran dan distribusi pori serta memperluas [4,12]:
permukaan adsorben dengan proses heat C  C2 1
treatment pada temperatur 800 - 1200ᴼC W 1 xV x (1)
1.000 B

41
Jurnal Teknik Kimia USU, Vol. 4, No. 3 (September 2015)

Adsorben yang diaktivasi pada suhu


Keterangan : 800ᴼC memiliki karakteristik berwarna putih
W = berat Cd (II) atau Pb (II) yang mengkilap dan memiliki warna yang hampir
terjerap oleh satu gram sampel sama dengan sebelum pemanasan.
(mg/g) Setelah proses pirolisa, adsorben
B = berat adsorben yang digunakan mengeras / membatu. Kemudian dilakukan
(g) pendinginan dan strukturnya menjadi rapuh
C1 = konsentrasi larutan Cd(II) atau sehingga mudah dipecahkan menjadi butiran
Pb(II) awal (mg/l) – butiran halus.
C2 = konsentrasi larutan Cd(II) atau Proses kalsinasi pada cangkang kerang
Pb(II) akhir (mg/l) bulu adalah proses untuk memperbesar
V = volume larutan Cd(II) atau ukuran dan distribusi pori dan suhu proses
Pb(II) yang digunakan (ml) dilaksanakan pada 800 - 1200ᴼC [11].
Adapun reaksi dari proses kalsinasi
Hasil endotermik sebagai berikut [8]:
Aktivasi Adsorben Cangkang Kerang CaCO3(s) ↔ CaO(s) + CO2(g)
Bulu Pada aktivasi cangkang kerang suhu
Dari hasil pemanasan adsorben pada 800ᴼC, telah terjadi proses kalsinasi, hal ini
variasi suhu 1100C, 5000C dan 8000C terlihat dari tidak adanya lagi warna
menghasilkan karakteristik adsorben yang adsorben yang bewarna kehitaman akibat
berbeda – beda, hal ini terlihat dari segi pemanasan.
warna dan bentuknya yang dihasilkan.
Proses aktivasi ini dilakukan untuk Karakterisasi Adsorben Cangkang
memperbesar pori sehingga mampu Kerang Bulu Dengan Peralatan BET
menjerap senyawa – senyawa seperti Cd2+ Dalam penelitian ini, dilakukan analisa
dan Pb2+. terhadap adsorben cangkang kerang bulu
Adsorben yang dihasilkan pada suhu dari ketiga variasi suhu yaitu 110ᴼC, 500ᴼC
aktivasi 110ᴼC memiliki karakterisitik dan dan 800ᴼC menggunakan peralatan BET.
warna yang sama dengan warna sebelum Hal ini dilakukan untuk mengetahui luas
pemanasan, memiliki bentuk berupa butiran- permukaan masing – masing adsorben dari
butiran halus. Hal ini disebabkan belum ketiga variasi suhu tersebut.
terjadinya proses kalsinasi- karbonasi, serta
belum terjadi perubahan komposisi sifat Tabel 1. Data Hasil Analisa BET
dari cangkang kerang, sehingga warna dari Suhu (ᴼC)
Hasil
cangkang kerang itu sendiri masih sama 110 500 800
A 725,43 807,94 803,82
dengan hasil sebelum pemanasan.
V 1,803 2,041 1,995
Adsorben yang dihasilkan pada suhu
r 497,02 505,32 496,49
aktivasi 500ᴼC memiliki karakteristik
berwarna abu kehitaman dan berbeda
Dari data tabel 1 diatas terlihat bahwa proses
dengan warna sebelum pemanasan. Setelah
pengaktifan cangkang kerang bulu secara
pemanasan didalam furnace adsorben
fisika menghasilkan perbedaan luas
mengeras/ membatu, dan setelah
permukaan, volume pori, dan radius pori
didinginkan strukturnya menjadi rapuh
cangkang kerang yang berbeda antara satu
sehingga mudah untuk dipecahkan menjadi
dengan yang lain. Dimana dalam proses ini
butiran - butiran halus.
yang berperan adalah perbedaan suhu.
Proses karbonasi adalah proses yang
Menurut Rouquerol, et al (1998), untuk
bersifat reversibel dimana proses ini
menjadi adsorben yang efektif, maka harus
merupakan pengabuan zat. Proses karbonasi
memiliki luas permukaan minimal 5 m2/g.
dilakukan diantara suhu 400 – 900ᴼC [11].
Tetapi untuk menjadi adsorben yang
Adapun reaksi karbonasi eksotermik sebagai
komersil maka luas permukaannya, menurut
berikut [8]: CaO(s) + CO2(g) ↔ CaCO3(s)
Yang, (2003), sebesar 300 – 400 m2/g,
Proses ini dilakukan pada suhu 500ᴼC,
sedangkan Bansal, et al., (2005) sebesar 800
dimana cangkang kerang yang dihasilkan
– 1500 m2/g, dan Rouquerol, et al., (1998)
berwarna abu kehitaman. Kemudian luas
sebesar 2000 m2/g [11]. Dengan demikian,
permukaannya pun telah berbeda dari suhu
maka luas permukaan adsorben dari ketiga
sebelumnya yaitu 110ᴼC, hal ini dapat
jenis suhu yaitu 110ᴼC, 500ᴼC, dan 800ᴼC
dilihat dalam analisa BET.
telah memenuhi luas permukaan minimal

42
Jurnal Teknik Kimia USU, Vol. 4, No. 3 (September 2015)

untuk menjadi adsorben yang efektif dan – masing adsorben cangkang kerang bulu
komersil. masih sesuai dengan standar yang ditetapkan
oleh SNI 06-3730-1995.
Penentuan Berat Jenis dari Cangkang
Kerang Bulu Penentuan Kadar Abu
Dalam penelitian ini ditentukan berat Penentuan ini dilakukan untuk
jenis dari masing – masing adsorben yang menentukan seberapa banyak mineral
telah diaktivasi suhunya sebesar 100ᴼC, ataupun pengotor lainnya yang terdapat
500ᴼC dan 800ᴼC. dalam adsorben. Pada adsorben terdapat
lapisan monolayer yang membentuk pori
Tabel 2. Data Hasil Pengukuran Berat Jenis yang biasanya terdapat mineral ataupun
dari Adsorben pengotor lainnya yang menutupi pori.
No Suhu (ᴼC) Berat Jenis (g/ml) Ketika terjadi proses aktivasi, pengotor pada
1 110 2,96 lapisan tersebut akan menguap yang
2 500 2,93 menyebabkan pori bertambah luas. Sehingga
3 800 2,68 kemampuan adsorben menjerap senyawa
akan semakin baik [10]. Diperoleh bahwa %
Pada tabel 2 diatas terlihat bahwa semakin penguapan kadar abu dari masing - masing
tinggi suhu maka semakin rendah nilai adsorben suhu 110ᴼC, 500ᴼC dan 800ᴼC
densitas yang diperoleh. Hal ini disebabkan, adalah 8,39 %, 7,93%, dan 7,86 %.
aktivasi termal (fisika) bertujuan Berdasarkan kualitas yang diberikan
memperbesar volume pori seiring oleh Lembaga Standar Nasional Indonesia
bertambahnya suhu. (SNI) nomor 06 - 3730 – 1995 bahwa kadar
Hal ini dapat dilihat dari analisa BET, abu untuk arang aktif (karbon aktif)
pada Adsorben 110ᴼC volume pori sebesar berbentuk serbuk maks 10 % [13]. Dengan
1,803 cc/g, ketika adsorben 500ᴼC volume demikian, hasil yang diperoleh pada masing
pori sebesar 2,041 cc/g. Walaupun terjadi – masing adsorben cangkang kerang bulu
penurunan volume pori pada 800ᴼC hal ini masih sesuai dengan standar yang
kemungkinan disebabkan kesalahan ditetapkan oleh SNI 06-3730-1995.
pengukuran pada proses degassing. Oleh
karena itu, jika sesuai dengan persaman 2 Penentuan Jumlah Logam Cd(II) dan Pb
[1]: (II) yang Terjerap oleh Adsorben
(2) Pada penelitian ini, digunakan
adsorben hasil aktivasi pada suhu 500ᴼC
maka semakin besar volume akan untuk menjerap larutan Cd(II) dan Larutan
memperkecil dari nilai berat jenis yang Pb(II).
diperoleh. Sehingga hasil yang diperoleh Semakin besar konsentrasi larutan,
telah sesuai dengan data yang ada. semakin banyak jumlah zat terlarut yang
dapat diadsorpsi sehingga tercapai
Penentuan Kadar Air keseimbangan tertentu, dimana laju zat
Penentuan ini dilakukan untuk yang dijerap sama dengan zat yang dilepas
menentukan seberapa banyak air yang dari adsorben pada suhu tertentu [6]. Untuk
teruapkan sehingga air yang menutupi pori menentukan % penjerapan terhadap logam
pada adsorben dapat dihilangkan. Hilangnya Cd2+ dan Pb2+ digunakan persamaan 3
senyawa air yang terdapat pada pori – pori sebagai berikut [14] :
adsorben menyebabkan luas permukaan pori
bertambah luas. Sehingga kemampuan (3)
adsorben dalam menjerap senyawa
bertambah baik [10]. Diperoleh nilai % Tabel 3. Data Hasil Persentase Penjerapan
penguapan kadar air dari masing - masing Logam Cd2+ dan Pb2+
adsorben suhu 110ᴼC, 500ᴼC dan 800ᴼC No Konsentrasi Persentase Penjerapan
adalah 0,69%, 1,69%, dan 1,71%. Awal
(ppm) Cd2+ Pb2+
Berdasarkan kualitas yang diberikan
oleh Lembaga Standar Nasional Indonesia 1 60 99,38 % 99,98 %
(SNI) nomor 06-3730–1995 bahwa kadar 2 80 99 % 99,96 %
air untuk arang aktif (karbon aktif) 3 100 98,91 % 99,88 %
berbentuk serbuk maks 15% [13]. Dengan
demikian, hasil yang diperoleh pada masing

43
Jurnal Teknik Kimia USU, Vol. 4, No. 3 (September 2015)

Dari tabel 3 diatas dapat dikatakan bahwa terhadap lapisan tunggal zat yang teradsorpsi
adsorben cangkang kerang pada suhu dari ion logam Cd2+ dan Pb2+ pada setiap
aktivasi 500ᴼC sangat baik dalam permukaan adsorben dalam satuan mg ion
menjerap logam Cd2+ dan Pb2+ logam yang teradsorp/gram adsorben [6].
Dengan nilai regresi tersebut, maka
Penentuan Adsorpsi Isoterm Cd(II) dan adsorben ini lebih sesuai dengan persamaan
Pb(II) yang Terjerap oleh Adsorben Isoterm Freundlich.
A. Isoterm Freundlich
Untuk menentukan Isoterm freundlich Kesimpulan
dari adsorpsi logam Cd(II) dan Pb(II) maka Adapun kesimpulan yang dapat diperoleh
digunakan persamaan 4 dibawah yaitu [2]: dari penelitian ini adalah:
q (4) 1. Hasil analisa dengan peralatan BET
menunjukkan luas permukaan dari
0.8 adsorben yang diaktivasi pada suhu
0.6 500ᴼC diperoleh sebesar 807,94 m2/kg.
2. Nilai luas permukaan terbesar
Log q

0.4 diperoleh pada suhu aktivasi 500ᴼC


dengan ukuran adsorben 140 mesh.
0.2 R² = 0,971 3. Semakin tinggi suhu aktivasi termal
cangkang kerang maka nilai densitas
0 adsorben yang diperoleh semakin
-Log C
-0.2 0 0.2 0.4 0.6 menurun.
Gambar 1. Data Hasil Adsorpsi Isoterm 4. Hasil analisa kadar air menunjukkan
Freundlich Adsorben terhadap Cd2+ semakin tinggi suhu aktivasi termal
cangkang kerang maka semakin kecil
nilai kadar air yang terdapat dalam
0.8 cangkang kerang.
0.6 5. Hasil analisa kadar abu menunjukkan
semakin tinggi suhu aktivasi termal
0.4
Log q

cangkang kerang maka nilai persentase


0.2 kadar abu yang diperoleh semakin
R² = 0,985 menurun
0
0 1 - Log C 2 3 Dengan demikian, adsorben cangkang
kerang bulu yang dibuat secara fisis sudah
Gambar 2. Data Hasil Adsorpsi Isoterm
dapat memenuhi adsorben yang efektif dan
Freundlich Adsorben terhadap Pb2+
komersil, terlebih adsorben dengan suhu
500ᴼC menunjukkan hasil karakterisasi yang
Tabel 4. Nilai Isoterm Freundlich Cd2+ dan dominan diantara adsorben dengan suhu
Pb2+ aktivasi 110ᴼC dan 800ᴼC lainnya.
Isoterm Nilai Y=
Keterangan Notasi:
Freundlich Notasi Keterangan
n = -0,45 -0,450x + 0,662
Cd2+
K = 4,59 A = Luas Permukaan (m2/g)
Freundlich
n = -0,185 -0,185x + 0,878 V = Volume (cc/g)
Pb2+
K = 7,5 r = Jari - jari (Å)

Dari data tabel 4 terlihat nilai koefisien ρ = Densitas (g/ml)


regresi untuk Isoterm Freundlich. Model
persamaan Freundlich mengasumsikan m = Massa (G)
bahwa terdapat lebih dari satu lapisan
permukaan (multilayer) dan sisi bersifat Co = Konsentrasi awal (ppm)
heterogen, yaitu adanya perbedaan energi
C = Konsentrasi akhir (ppm)
pengikat pada tiap-tiap sisi sedangkan
persamaan adsorpsi Langmuir dilakukan

44
Jurnal Teknik Kimia USU, Vol. 4, No. 3 (September 2015)

Daftar Pustaka [11] Ryan Hendra, Skripsi, Pembuatan


[1] David Hugh Young, Roger A. Karbon Aktif Berbahan Dasar
Freedman, Sears and Zemansky’s Batubara Indonesia dengan Metode
University Physics, New York, Aktivasi Fisika dan Karakteristiknya,
Addison-wesley, (2000). Hal 10. Program Sarjana Fakultas Teknik UI,
[2] Geankoplis, C.J. Transport Process Jakarta, (2008). Hal 29.
and Unit Operation, New York, [12] Stevens A Odoemelam, Nnabuk
Allyn and Bacon, (2003). Hal 697 – Okon Eddy, Studies on the Use of
701. Oyster, Snail and Periwinkle Shells
[3] Hiroaki Onoda, Hironari Nakanishi, as Adsorbents for the Removal of Pb
Preparation of Calcium Phospate 2+ from Aqueous Solution, E -
With Oyster Shells, Journal scientific J.Chem, 6(1), 213 – 222, (2009).
Research, 3, 71 – 74, (2012). [13] Sudrajat, R. Gustan Pari, Arang Aktif
[4] Jasinda, Skripsi, Pembuatan dan Teknologi Pengolahan dan Masa
Karakterisasi Adsorben Cangkang Depannya, Jakarta, Badan Penelitian
Telur Bebek yang Diaktivasi Secara dan Pengembangan Kehutanan,
Termal, Program Sarjana Fakultas (2012). Hal.29.
Teknik USU, Medan, (2013). [14] Yong Sik Ok, dkk, Effect of Natural
[5] Muntamah, Tesis, Sintesis dan and Calcined Oyster Shells on Cd
Karakterisasi Hidroksiapatit dari and Pb Immobilization in
Limbah Cangkang Kerang Darah, Contaminated Soils, Journal of
Program PascaSarjana Fakultas Environment Earth Sciences, 61,
Pertanian IPB, Bogor, (2011). Hal 16 1301 – 1308, (2010).
[6] Murni Handayani, Eko Sulistiyono,
Uji Persamaan Langmuir dan
Freundlich pada Penyerapan Limbah
Chrom (VI) oleh Zeolit, Prosiding
Seminar Nasional Sains dan
Teknologi Nuklir, Pusat Penelitian
Metalurgi-LIPI, (2009). Hal 134.
[7] Mustakimah Mohamed, Suzana
Yusup, Saikat Maitra, Decomposition
Study of Calcium Carbonate in
Cockle Shell, Journal of Engineering
science and Tecnology, Vol 7, No. 1,
(2012).
[8] Nor Adilla Rashidi, M. Mohamed,
S.Yusup, The Kinetic Model of
Calcination And Carbonation of
Anadara Granosa, Department of
Chemical Engineering, Universiti
Teknologi Petronas, Internasional
Journal of Renewable Energy
Research, (2012).
[9] Ratanapom. Y, Duangkamol Na –
Ranong, Recycling Osyter Shell as
Adsorbent for Phosphate Removal,
The 21st Thai Institute of Chemical
Engineering and Applied Chemistry,
(2011). Diakses 27 Oktober 2013.
[10] Rosita Idrus, Boni Pahlanop
Lapanporo, Yoga Satria Putra,
Pengaruh Suhu Aktivasi terhadap
Kualitas Karbon Aktif Berbahan
Dasar Tempurung Kelapa, Prisma
Fisika, Vol 1, No. 1, (2013). Hal 50
– 55.

45

Anda mungkin juga menyukai