Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PRAKTIKUM

BIOTEKNOLOGI RESTORASI LINGKUNGAN


PERCOBAAN II
PEMBUATAN ABSORBEN KARBON AKTIF
DARI TEMPURUNG KELAPA

OLEH:
NAMA : NURAYINI KAIMUDIN
NIM : F1D220021
KELOMPOK : I (SATU)
ASISTEN PEMBIMBING : TAUFIK HIDAYAT

PROGRAM STUDI BIOTEKNOLOGI


JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2022
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Karbon aktif atau biasa juga disebut sebagai arang aktif merupakan

padatan amorf berbentuk heksagonal dengan atom C pada setiap sudutnya

yang telah diaktifkan dengan proses aktivasi, memiliki pori yang banyak

dengan kemampuan mengadsorpsi gas dan uap yang terdispersi dalam cairan.

Karbon aktif memiliki bentuk karbon mikrokristalin dan non grafit, artinya

karbon terbentuk dari sejumlah kecil hidrogen dan sejumlah besar oksigen

dalam strukturnya. Karbon aktif memiliki kinerja tinggi dalam konduktifitas

listrik, stabilitas termal yang baik, serta reaktivitas di permukaan. Karbon

aktif mengandung mikropori, mesopori dan makropori dalam strukturnya.

Sifat karbon aktif yang dihasilkan tergantung dari bahan yang

digunakan, seperti arang lunak yang dihasilkan dari kulit singkong, cocok

untuk penjernihan air. Karbon aktif terbagi menjadi dua jenis, yaitu karbon

aktif sebagai bahan pemutih dan karbon aktif sebagai penyerap uap. Karbon

aktif digunakan sebagai bahan pemutih, biasanya dalam fase cair dalam

bentuk bubuk (powder) dengan ukuran partikel hingga 1000 A0 untuk

menghilangkan zat berbahaya yang menyebabkan warna dan bau yang tidak

diinginkan. Sedangkan karbon aktif granular atau partikel yang sangat keras

dengan ukuran pori 10 - 200 angstrom, dengan ukuran pori yang lebih halus,

digunakan dalam fase gas untuk recovery pelarut, katalis, pemisahan dan

pemurnian.
Adsorpsi adalah fenomena yang pengumpulan gas atau zat cair pada

permukaan zat padat. Proses adsorpsi dapat di gambarkan sebagai proses

molekul-molekul material menempel pada permukaan zat penyerab akibat

ikatan kimia pada permukaan zat-zat padat. Adsorpsi terdapat interaksi

antara adsorben dengan adsorbat, sedangkan permukaan yang menyrap

molekul yang terikat pada bagian antara muka disebut absorbat, sedangkan

yang menyerap molekul-molekul pada adsorbat disebut adsorben

sepertizeolit, karbon aktif dan porous clay.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada praktikum ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana cara pembuatan absorben karbon aktif dari tempurung kelapa?

2. Bagaimana rendaman kadar karbon aktif dari tempurung kelapa?

C. Tujuan Praktikum

Tujuan yang ingin dicapai pada praktikum ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui cara pembuatan absorben karbon aktif dari tempurung

kelapa.

2. Untuk mengetahui rendaman kadar karbon aktif dari tempurung kelapa.

D. Manfaat Praktikum

Manfaat yang ingin diperoleh pada praktikum ini adalah sebagai

berikut:

1. Dapat mengetahui cara pembuatan absorben karbon aktif dari tempurung

kelapa.
2. Dapat mengetahui rendaman kadar karbon aktif dari tempurung kelapa.
II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Karbon

Karbon atau zat arang merupakan unsur yang terbentuk dalam bentuk

padat atau cair di dalam perut bumi ataupun dalam bentuk gas di udara

(atmosfer). Karbon diatas permukaan tanah terdiri atas biomassa pohon,

biomassa tumbuhan bawah, nekromasa (batang pohon mati) dan serasah

(bagian tanaman yang sudah gugur. Karbon yang terdapat didalam tanah yaitu

biomassa akar serta bahan organik tanah, hutan alami dengan keragaman

spesies yang tinnggi merupakan tempat penyimpanan karbon yang baik.

Karbon diudara memiliki peranan yang sangat penting yaitu salah satu

komponen penting dalam proses fotosintesis (Iffa, 2017).

B. Sumber Karbon

Sumber karbon di alam memiliki jumlah yang sangat banyak, sumber

karbon yang paling praktis berasal dari aktifitas pertambangan yaitu grafit,

batu bara dan intan atau sumber alam gas dan cairan hidrokarbon (minyak

dan gas). Sumber karbon dari tambang terbentuk dalam waktu yang sangat

lama, sehingga bersifat tidak dapat diperbaharui. Sumber karbon dialam juga

tersedia dalam bentuk biomaterial yang berasal dari tanaman, baik sebagai

produk (bio produuct) atau limbah (bio waste) (darminto et al., 2018).

C. Karbon Aktif

Karbon aktif atau arang aktif merupakan arang yang diproses

sedemikian rupa sehingga mempunyai daya serap atau adsorpsi yang tinggi
terhadap bahan yang berbentuk larutan atau uap. Karbon aktif memiliki

struktur mirip grafit, strukturnya mempunyai susunan seperti pelat-pelat

yang sebagian besar terbentuk dari atom karbon yang berbentuk heksagonal.

Jarak antara atom karbon dari masing-masing lapisan yaitu 1,42 A. karbon

aktif memiliki mikrokristalin dengan perlakuan khusus dapat memiliki luas

permukaan dalam yang sangat besar antara 300-2000 m2/gram (Lubis et al.,

2020).

D. Proses Pembuatan Karbon Aktif

Proses pembuatan karbon aktif dapat dibuat dengan dua tahap yaitu

tahap aktivasi dan tahap karbonisasi. Karbonisasi adalah proses pengarangan

di dalam ruang tanpa adanya oksigen dan bahan kimia lainnya, sedangkan

aktivasi merupakan perlakuan terhadap arang bertujuan untuk membuka atau

memperbesar pori yaitu dengan cara memecahkan ikatan hidrokarbon atau

mengoksidasi molekul-molekul permukaan sehingga arang mengalami

perubahan sifat baik fiski maupunn kimia. Aktivasi terbagi menjadi dua yaitu

aktivassi kimia dan aktivasi fisika. Aktivasi fisika merupakan proses

memperluas pori dari arang aktif dengan bantuan panas, uap dan gas CO2.

Aktivasi kimia merupakan pemakaian bahan kimia yang dinamakan aktivator.

Aktivator yang sering digunakan adalah hidroksida, logam alkali, klorida

sulfat fosfat dari logam alkali tanah dan khususnya ZnCl2, asam-asam

anorganik (Wulandari et al., 2015).


E. Faktor yang Memengaruhi Kualitas Karbon Aktif

Faktor-faktor yang dapat memengaruhi pembuatan karbon aktif yaitu

konsentrasi aktivator dan waktu impregnasi. Impregnasi dilakukan dengan

cara mengontakan sejumlah larutan tertentu yang mengandung prekursor fase

aktif dengan fase padat, kemudian dikeringkan untuk menghilangkan pelarut

organik. Faktor yang memengaruhi karbon aktif juga yaitu pengaruh aktifator

dan lama waktu perendaman, kadar abu yang terdapat pada saat proses

pembakaran, bahan baku yang digunakan dan banyaknya aktivator yang

terjebak dalam pori karbo (Husin dan Hasibuah, 2020).


III. METODE PRAKTIKUM

A. Waktu dan Tempat

Praktikum ini dilaksanakan pada hari Jum’at 8 April 2022 pukul 13.00-

selesai dan bertempat di Laboratorium Biologi Unit Botani, Jurusan Biologi,

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Halu Oleo,

Kendari.

B. Alat Praktikum

Alat yang digunakan pada praktikum ini dapat dilihat pada Tabel 3.1.

Tabel 3.1. Alat dan Kegunaan


No. Nama Alat Satuan Kegunaan
1 2 3 4
1. Mortal dan Alu 1 Untuk menggerus padatan
2. Timbangan 1 Untuk menimbang sampel
3. Ayakan 1 Untuk menapis sampel
4. Loyang 1 Untuk menampung sampel
5. Saringan 1 Untuk menyaring sampel
6. Oven 1 Untuk mengeringkan sampel
7. pH meter 1 Untuk mengukur pH sampel
8. Batang pengaduk 1 Untuk menghomogenkan sampel
9. Pipet tetes 1 Untuk memindahkan cairan
10. Kamera 1 Untuk mendokumentasikan hasil pengamtan

C. Bahan Praktikum

Bahan yang digunakan pada praktikum ini dapat dilihat pada Tabel 3.2.

Tabel 3.2. Bahan dan Kegunaan


No. Nama Bahan Satuan Kegunaan
1 2 3 4
1. Tempurung Kelapa Kg Sebagai sumber karbon
2. Aquades mL Sebagai pelarut
3. HCL, NaOH dan mL Sebagai zat aktivator
KOH
D. Prosedur Kerja

Prosedur kerja pada praktikum ini adalah sebagai berikut:

1. Pembuatan Karbon Tempurung Kelapa

Preparasi tempurung kelapa meliputi pencucian, pengeringan,

pembakaran dan penghalusan. Tempurung kelapa yang telah dibersihkan

dikeringkan di bawah sinar matahari selama 3-4 hari. Kelapa yang telah

kering selanjutnya dimasukkan dalam media pembakaran untuk proses

pembakaran. Pembakaran ini bertujuan untuk membuat cangkang-cangkang

tersebut menjadi arang dan untuk menghilangkan kadar air pada cangkang.

Pembakaran dilakukan hingga tempurug kelapa berhenti mengeluarkan

asap. Hal ini menandakan bahwa arang dari tempurung kelapa telah menjadi

arang. Arang yang telah jadi kemudian ditumbuk dan dihaluskan

menggunakan mortal dan alu, lalu disaring dengan saringan ukuran 200

mesh. Serbuk yang telah lolos saring dengan saringan ukuran 200 mesh

kemudian siap masuk dalam tahap selanjutnya.

2. Pengaktivan Karbon

1. Merendam karbon di dalam larutan HCl, NaOH dan KOH selama 15 jam

2. Hasil perendaman dikeringkan dalam oven pada suhu 200ºC

3. Mendinginkan karbon aktif, lalu dicuci dengan aquades hingga pH 7,

kemudian disaring

4. Mengeringkan karbon dalam oven pada suhu 150ºC


IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan

Hasil pengamatan pada percobaan pembuatan absorben karbon aktif dari

tempurung kelapa dapat dilihat pada Tabel 4.1.

Tabel 4.1. Hasil Pengamatan Pembuatan Absorben Karbon Aktif dari Tempurung
Kelapa
Larutan Gambar
No. Kelompok Rendemen(%)
Aktivator Sebelum Sesudah
1 2 3 4 5 6

1. I HCL 92,8 %

2. II HCl 96,5%

3. III HCl 66%

4. IV NaOH 74,5%

5. V KOH 0,1 85%


Tabel 4.1. Lanjutan

6. VI KOH 75,32%

7. VII KOH 87,88%

B. Analisis Data

I. Dik : Berat awal sampel = 100 gr

Berat akhir sampel = 92,828 gr

Rendemen (%) = x 100%

= x 100%

= 92,8 %

II. Dik : Berat awal sampel = 100 gr

Berat akhir sampel = 96,533 gr

Rendemen (%) = x 100%

= x 100%

= 96,5 %

III. Dik : Berat awal sampel = 100 gr

Berat akhir sampel = 66,031 gr

Rendemen (%) = x 100%

= x 100%
= 66 %

IV. Dik : Berat awal sampel = 100 gr

Berat akhir sampel = 74,529 gr

Rendemen (%) = x 100%

= x 100%

= 74,5%

V. Dik : Berat awal sampel = 100 gr

Berat akhir sampel = 85,041 gr

Rendemen (%) = x 100%

= x 100%

= 85%

VI. Dik : Berat awal sampel = 100 gr

Berat akhir sampel = 75,320 gr

Rendemen (%) = x 100%

= x 100%

= 75,32%

VII. Dik : Berat awal sampel = 100 gr

Berat akhir sampel = 87,883 gr

Rendemen (%) = x 100%

= x 100%

= 87,88%
C. Pembahasan

Karbon aktif merupakan karbon yang telah di modivikasi sehingga

memiliki permukaan yang luas karena pori-porinya yang besar. Karbon aktif

memiliki fungsi menyerap uap atau air. Menurut Jamilatun et al (2015),

karbon aktif dapat mengadsorbsi gas dan senyawa-senyawa kimia tertentu

atau sifat selektif, tergantung pada vesar atau volume pori-pori dan luas

permukaan yang dimiliki oleh larbon aktif. Adsorbvasi atau tingkat

penyerapan dari karbon aktif tergantung pada luas permukaan partikel karbon

aktif yang dapat ditingkatkan dengan melakukann aktivasi.

Prosedur kerja pembuatan karbon aktif tahap awal buat karbon dari

tempurung kelapa, cuci bersih tempurung, jemur 3-4 hari, lalu bakar hingga

terjadi pengarangan, kemudain arang tempurung kelapa di tumbuk dan

ditapis, kemudian siap melakukan pengaktifan karbon. Tahap awal

pengaktifan karbon yaitu rendam karbon dalam HCl, NaOH dan KOH selama

15 jam, menurut Laos (2020), menyatakan bahwa bahan-bahan pengaktif

tersebut bersifat sebagai dehidrator yang dapat mereduksi OH dan CO yang

masih tersisaa dari karbon hasil karbonisasi. Kemudain keringkan dalam

oven, lalu cuci dengan aquades sampai pH 7, saring lalu keringkan kembali

dalam oven.

Bedasarkan hasil pengamatan pada setiap sampel dengan berat awal

100 gram yaitu perendaman dengan HCL 92,8 %, perendaman NaOH

menghasilkan rendaman 74,5%, KOH 0,1 menghasilkan rendaman 85%,

perendaman dengan KOH 75,32% dan 87,88%. Hasil pengamatan


menunjukan bahwa perendaman dengan hasil yang paling besar adalah HCl

dengan hasil rendaman 92,8%. Menurut Oko et al (2021), menyatakan bahwa

karbon aktif yang diaktivasi menggunnakan HCl memiliki daya serap iodium

lebih tinggi karena aktivator asam klorida (HCl) dengan senyawa-senyawa

yang ada akan membentuk garam.

Menurut Verayana et al., (2018), menyatakan proses aktivasi secara

kimia merupakan proses penambahan zat kimia tertentu pada sampel agar

mengurangi kandungan air yang tertinggal pada permukaan sehingga pori-

porinya lebih terbuka. Hasil pengamatan menunjukan perendaman dengan

HCl menghasilkan lebih banyak karbon aktif lalu diikuti oleh KaOH dan

NaOH, namun pada pengamatan kelompok 3 justru HCl memiliki hasil

rendaman paling rendah yaitu 66%. Hal ini berarti hasil rendaman

dipengaruhi oleh lama pemanasan dan proses penyaringan.


V. PENUTUP

A. Simpulan

Simpulan dari praktikum ini adalah sebagai berikut:

1. Cara pembuatan adsorben dari tempurug kelappa pertama-tama kelapa

dibakar hingga menjadi arang, kemudian di gerus hingga halus dan di

saring, lalu lakukan aktivasi dengan menggunakan larutan asam kuat

berupa HCl, NaOH dan KOH.

2. Hasil pengamatan menunjukan bahwa kadar yang paling tinggi didapatkan

adalah HCL dengan hasil rendaman 92,8%, ini menunjukkan bahwa hasil

rendaman yang paling baik menggunakan HCl, namun pada kelompok 3

hasil rendaman dengan HCl hanya terdaapat 66%.

B. Saran

Saran pada praktikum ini adalah sebagai berikut:

1. Pihak laboratorium, agar kedepannya bisa lebih baik lagi

2. Asisten dosen, sudah sangat baik dalam membimbing kami jadi saya

tidak mempunyai araan.

3. Praktikan, agar kedeoannya bisa lebih memerhatikan kelengkapan alat,

bahan, komunikasi nya di tingkatkan lagi, jangan diam-diaman.


DAFTAR PUSTAKA

Darmanto., Baqiya, M, A. & Asih, R. (2018). Pengembangan Bahan Karbon dan


Biomassa. ITS press, Surabaya.

Iffa, A, A. (2017). Analisis Karbon Tersimpan pada Tegakan Atas diberbagai


Tipe Penggunaan Lahan di Desa Mengkawani Kecamatan Maiwa
Kabupaten Enrekang. Skripsi, Universitas Muhammadiyah Makassar,
Makassar.

Husin, A., & Hasibuan, A. (2020). Studi Pengaruh Variasi Konsentrasi Asam
Posfat (H3PO4) dan Waktu Perendaman Karbon terhadap Karakteristik
Karbon Aktif dari Kulit Durian. Jurnal Teknik Kimia USU, 9(2), 80-86.

Lubis, R. A. F., Nasution, H. I., & Zubir, M. (2020). Production of activated


carbon from natural sources for water purification. Indonesian Journal
of Chemical Science and Technology (IJCST), 3(2), 67-73.

Laos, L. E. (2016). Pemanfaatan Kulit Singkong sebagai Bahan Baku Karbon


Aktif. JIPF (Jurnal Ilmu Pendidikan Fisika), 1(1), 32-36.

Oko, S., Mustafa, M., Kurniawan, A., & Palulun, E. S. B. Pengaruh Suhu dan
Konsentrasi Aktivator HCl terhadap Karakteristik Karbon Aktif dari
Ampas Kopi. METANA, 17(1), 15-21.

Wulandari, F., Umiatin, E. B., & Budi, E. (2015). Pengaruh Konsentrasi Larutan
NaAOH pada Karbon Aktif Tempurung Kelapa untuk Adsorpsi Logam
Cu2+. Universitas Negeri Jakarta: Jurnal FMIPA, 16 (2), 60-64

Anda mungkin juga menyukai