Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN RESMI

PRAKTIKKUM PROSES INDUSTRI KIMIA

DISUSUN OLEH:
Nama : Augie Davin Siagian
NIM : 012100003
Kelompok :B
Rekan Kerja : 1. Desalsa Anggoro Diani
2. Nasywa Hasna Aisyi
Program Studi : D-IV Teknokimia Nuklir
Acara : Pembuatan Karbon Aktif dari Limbah Kulit Pisang
Dosen : Harum Azizah Darojati, M.T.
Tanggal Pelaksanaan Praktikkum : 15 November - 5 Desember 2023
Tanggal Pengumpulan Laporan : 12 Desember 2023

POLITEKNIK TEKNOLOGI NUKLIR INDONESIA


BADAN RISET DAN INOVASI NASIONAL
2023
I. ACARA
Pembuatan Karbon Aktif dari Kulit Pisang

II. TUJUAN
a. Mahasiswa mampu menghasilkan produk karbon aktif dari proses pengolahan
limbah kulit pisang
b. Mengetahui dan memahami analisis uji kualitas karbon aktif

III. DASAR TEORI


Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk terbesar keempat. Pada
tahun 2020, jumlah penduduk di Indonesia mencapai 273.523.615 jiwa. Padatnya jumlah
penduduk di Indonesia dibarengi oleh banyak masalah, salah satunya adalah produksi
sampah yang semakin banyak. Produksi sampah di Indonesia mencapai 67,8 juta ton pada
tahun. Produksi sampah yang sangat banyak ini dapat menimbulkan masalah serius untuk
lingkungan apabila tidak segera ditangani. Sampah tersebut terdiri dari sampah organik
yang dapat terurai dan sampah anorganik yang tidak dapat terurai. Sampah organik adalah
limbah yang bersal dari sisa makhluk hidup (alam) seperti hewan, manusia, tumbuhan yang
mengalami pembusukan atau pelapukan.
Sampah ini tergolong sampah yang ramah lingkungan karena dapat diurai oleh
bakteri secara alami. Sampah organik dapat berasal dari limbah rumah tangga, perkebunan,
industri, dan lain sebagainya. Salah satu sampah organik yang sering ditemui adalah
pisang. Tanaman pisang adalah buah yang sangat bergizi yang merupakan sumber vitamin,
mineral dan juga karbohidrat. Tanaman ini banyak tumbuh di Indonesia dan banyak sekali
manfaat yang didapat dari tanaman pisang. Mulai dari buah, daun, bonggol, hingga kulit
dari pisang dapat dimanfaatkan dimana buah pisang biasanya dijadikan buah meja, sale
pisang, pure pisang dan tepung pisang. Kulit pisang dapat dimanfaatkan untuk membuat
cuka melalui proses fermentasi alkohol dan asam cuka. Tetapi seiring berjalannya waktu,
masyarakat mulai jarang memanfaatkan kulit pisang sehingga dibuang menjadi limbah.
Sejauh ini, pemanfaatan buah pisang adalah sebagai penyedia pangan karena
memiliki kandungan karbohidrat yang tinggi. Bagian lain dari buah pisang yang juga dapat
dimanfaatkan adalah bagian kulit yang mengandung selulosa sebesar 14,4%. Beberapa
tahun terakhir, kulit pisang banyak diteliti untuk digunakan sebagai bahan penyerap
(karbon aktif). Karbon aktif adalah bahan adsorben yang umum digunakan dengan tingkat
porositas dan luas permukaan yang tinggi, sementara hingga 90% darinya dapat dibentuk
dari karbon (Gopinath and Kadirvelu, 2018; Morin-Crini, dkk., 2019; Samsuri, dkk., 2014
dalam Heidarinejad, dkk., 2019). Karbon aktif mengandung 85% hingga 95% karbon,
berwarna hitam, tidak berasa, tidak berbau, luas permukaan yang besar, serta memiliki
daya serap tinggi yang dipengaruhi oleh struktur pori internalnya. Akibat adanya pori-pori,
karbon aktif berperan dalam adsorpsi untuk senyawa tertentu atau bersifat menyeleksi.
Gambar 1. Gugus fungsi karbon aktif (Li, dkk., 2011)

Keunggulan karbon aktif adalah sangat baik dalam pengolahan air limbah, desain
proses yang sederhana, ketahanan terhadap korosif (asam dan alkali) dan lingkungan
beracun, potensi adsorpsi yang tinggi dalam pemurnian gas dan cairan serta
penggunaannya sebagai katalis pendukung. Struktur karbon memiliki gugus fungsi utama
seperti karboksil, karbonil, fenol, lakton dan kuinon yang bertugas untuk menyerap
kontaminan. Oksigen, hidrogen, sulfur dan nitrogen juga hadir dalam bentuk gugus fungsi
atau atom kimia dalam struktur karbon aktif. Sifat adsorpsi tergantung pada kelompok
fungsional karbon aktif yang ada, yang terutama berasal dari proses aktivasi dan
pemanasan (Bhatnagar, dkk., 2013; Yousef dkk., 2019 dalam Heidarinejad, dkk., 2019).
Pembuatan karbon aktif terdiri dari 3 proses (D.N.K.P. Negara, dkk., 2018):
• Dehidrasi
Pengeringan adalah proses yang bertujuan untuk menghilangkan kandungan air
yang di bawah sinar matahari atau di dalam furnace.
• Karbonisasi
Karbonisasi adalah proses untuk mengubah bahan baku menjadi karbon melalui
dekomposisi termal
• Aktivasi
Aktivasi adalah proses pembentukan dan/atau pembesaran pori-pori pada material
penjerap. Proses ini dibedakan menjadi 2 bagian yaitu :
➢ Proses Aktivasi secara fisika
Aktivasi secara fisika dilakukan dengan memasukkan bahan baku pada
reaktor suhu tinggi (600 ± 1000oC) dan proses ini terjadi saat karbon
bereaksi dengan uap air / udara dimana akan dihasilkan oksida karbon yang
tersebar pada permukaan karbon secara merata. Terbentuknya struktur pori
di dalam material karbon tersebut merupakan hasil kerja aktifator. Reaksi
mula-mula pada karbon amorf dan menyebabkan pori yang tertutup akan
terbuka. Proses oksidasi lebih jauh menyebabkan pori-pori terbentuk
semakin banyak dalam material karbon
➢ Aktivasi secara kimia
Aktivasi secara kimia dilakukan dengan pengisian bahan kimia seperti
ZnCl2, CaCl2, H2SO4, dan NaOH. Prinsip kerjanya adalah pengikisan
karbon menggunakan bahan kimia untuk mengintensifkan proses aktifasi
tersebut dapat dilakukan dengan pemanasan. Pada cara ini activating yang
digunakan reagen sebagai bahan kimia dimana sebelum proses karbonisasi
dilakukan, dengan demikian cara aktifasi kimia ini lebih mudah dilakukan.
Mutu arang aktif yang dihasilkan tergantung dari bahan baku, bahan
pengaktif, dan cara pembuatannya. Untuk menaikkan aktifasi daya adsorbsi
arang banyak digunakan bahan kimia. Menurut Othmer, bahan kimia yang
baik digunakan adalah Ca(OH)2, CaCl2, HNO3, ZnCl2, H2SO4, dll. Aktivasi
kimia dilakukan dengan mencampur material karbon dengan reagent
pengaktif. Selanjutnya campuran dikeringkan dan dipanaskan.
Pengujian mutu karbon aktif perlu dilakukan untuk mengetahui seberapa besar
kemampuannya dalam pengaplikasiannya. Beberapa pengujian untuk mengetahui
kelayakan karbon aktif sesuai yang tertuang dalam SNI 06-3730-1995 adalah uji daya serap
iodin, kadar air, kadar abu, dan lain-lain sesuai dengan yang tertuang pada standar tersebut.
Pada praktikum kali ini, uji yang dilakukan adalah uji gugus fungsi, kadar air, dan
penyerapan asam asetat. Uji gugus fungsi ditujukan untuk mengetahui apakah gugus
karbon aktif secara teoritis terdapat pada karbon aktif hasil uji. Sedangkan uji kadar
air berfungsi untuk mengetahui kandungan air dalam sampel dan uji penyerapan asam
asetat ditujukan untuk mengetahui karakteristik penyerapan karbon aktif sebagai
adsorben.

IV. BAHAN DAN ALAT


1. Bahan
• Limbah kulit pisang
• NaOH 0,5 M
• KOH 30% (w/v)
• Asam Asetat 0,5 M
• Akuades
• Kertas saring
• Indikator PP
• Etanol
2. Alat
• Gelas ukur
• Gelas beker
• Erlenmeyer
• Sendok sungu
• Neraca analitik
• Pengaduk
• Statif dan klem
• Kaleng bekas
• Buret
• Shaker
• Corong
• Cawan

V. LANGKAH KERJA
1. Preparasi bahan
Limbah kulit pisang dibersihkan dan dipotong kecil-kecil

2. Dehidrasi
Limbah kulit pisang dijemur selama 4 hari

3. Karbonisasi

Kulit pisang dimasukkan


Kaleng dilubangi sedikit hingga dasar
kaleng rata

Limbah kulit pisang Kulit pisang dibakar


dibiarkan hingga terlebih dahulu lalu
seluruhnya menjadi masukkan kulit pisang
arang lainnya hingga penuh

4. Aktivasi
Arang yang diperoleh
ditimbang dan dibuat Dicampurkan larutan KOH
Dibuat larutan KOH 30%
menjadi tepung dengan dengan arang pada
(w/v)
cara ditumbuk, diayak, dan perbandingan 3:1
ditampung pada wadah

Aktivasi ditunggu sesuai


pH endapan karbon
Larutan disaring dengan waktu yang telah
dinetralkan
ditentukan

Karbon dikeringkan dalam


oven pada suhu 100 C
5. Uji penjerapan asam asetat

Dipipet 25 mL asam Larutan


asetat 0,5 M dan Dimasukkan 1 gram digoyangkan pada
dimasukkan ke karbon aktif shaker selama 1
dalam erlenmeyer jam

Filtrat dititrasi
Dicatat volume
dengan NaOH 0,5 Larutan disaring
titrasi
M

6. Uji gugus fungsi


Diidentifikasi gugus fungsi yang ada dalam karbon aktif yang tidak teraktivasi dan
teraktivasi dengan FTIR pada bilangan gelombang 400 – 4000 cm-1

7. Uji kadar air


Dipanaskan cawan
Ditimbang berat Dimasukkan 1 gram
di dalam oven
cawan kosong karbon aktif
selama 30 menit

Didiamkan dalam Dipanaskan di dalam


Ditimbang massa
deksikator hingga oven pada suhu 100
total
dingin C selama 30 menit

Diulangi hingga
bobot konstan

VI. DATA PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN


Preparasi bahan
Aktivator : KOH 30% (w/v)
Rasio activator : 3:1 (KOH:arang)
Lama waktu aktivasi : 2, 4, dan 6 jam
Uji penjerapan (adsorpsi) asam asetat
Waktu penjerapan : 1 jam
Massa arang : 1 gram
M NaOH : 0,5 M
Mo asam asetat : 0,5 M
• Waktu aktivasi 2 jam
V1NaOH = 6,7 mL dengan Vsampel = 8 mL
𝑀1 × 𝑉1 × 𝑛1 = 𝑀2 × 𝑉2 × 𝑛2
0, 5 𝑀 × 6,7 𝑚𝐿 × 1 = 𝑀2 × 8 𝑚𝐿 × 1
𝑀2 = 0,4188 𝑀
V2NaOH = 8 mL dengan Vsampel = 10 mL
𝑀1 × 𝑉1 × 𝑛1 = 𝑀2 × 𝑉2 × 𝑛2
0, 5 𝑀 × 8 𝑚𝐿 × 1 = 𝑀2 × 10 𝑚𝐿 × 1
𝑀2 = 0,4 𝑀
0,4188 𝑀 + 0,4 𝑀
𝑀𝑟𝑒𝑟𝑎𝑡𝑎 = = 0,4094 𝑀
2

(𝑀0 𝑎𝑠𝑎𝑚 𝑎𝑠𝑒𝑡𝑎𝑡 − 𝑀𝑟𝑒𝑟𝑎𝑡𝑎 ) × 𝑀𝑟 𝑎𝑠𝑎𝑚 𝑎𝑠𝑒𝑡𝑎𝑡 × 𝑉𝑝𝑒𝑛𝑗𝑒𝑟𝑎𝑝𝑎𝑛


𝐷𝑎𝑦𝑎 𝑗𝑒𝑟𝑎𝑝 =
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑘𝑎𝑟𝑏𝑜𝑛 𝑎𝑘𝑡𝑖𝑓

60000 𝑚𝑔
(0,5 𝑀 − 0,4094 𝑀) × × 0,025 𝐿
𝐷𝑎𝑦𝑎 𝑗𝑒𝑟𝑎𝑝 = 𝑚𝑜𝑙
1 𝑔𝑟𝑎𝑚
𝑚𝑔 𝑎𝑠𝑎𝑚 𝑎𝑠𝑒𝑡𝑎𝑡
= 135,9
𝑔𝑟 𝑘𝑎𝑟𝑏𝑜𝑛 𝑎𝑘𝑡𝑖𝑓

• Waktu aktivasi 4 jam


V1NaOH = 4,7 mL dengan Vsampel = 6 mL
𝑀1 × 𝑉1 × 𝑛1 = 𝑀2 × 𝑉2 × 𝑛2
0, 5 𝑀 × 4,7 𝑚𝐿 × 1 = 𝑀2 × 6 𝑚𝐿 × 1
𝑀2 = 0,3917 𝑀
V2NaOH = 7,5 mL dengan Vsampel = 10 mL
𝑀1 × 𝑉1 × 𝑛1 = 𝑀2 × 𝑉2 × 𝑛2
0, 5 𝑀 × 7,5 𝑚𝐿 × 1 = 𝑀2 × 10 𝑚𝐿 × 1
𝑀2 = 0,375 𝑀
0,4188 𝑀 + 0,4 𝑀
𝑀𝑟𝑒𝑟𝑎𝑡𝑎 = = 0,3834 𝑀
2

(𝑀0 𝑎𝑠𝑎𝑚 𝑎𝑠𝑒𝑡𝑎𝑡 − 𝑀𝑟𝑒𝑟𝑎𝑡𝑎 ) × 𝑀𝑟 𝑎𝑠𝑎𝑚 𝑎𝑠𝑒𝑡𝑎𝑡 × 𝑉𝑝𝑒𝑛𝑗𝑒𝑟𝑎𝑝𝑎𝑛


𝐷𝑎𝑦𝑎 𝑗𝑒𝑟𝑎𝑝 =
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑘𝑎𝑟𝑏𝑜𝑛 𝑎𝑘𝑡𝑖𝑓
60000 𝑚𝑔
(0,5 𝑀 − 0,3834 𝑀) × × 0,025 𝐿 𝑚𝑔 𝑎𝑠𝑎𝑚 𝑎𝑠𝑒𝑡𝑎𝑡
𝐷𝑎𝑦𝑎 𝑗𝑒𝑟𝑎𝑝 = 𝑚𝑜𝑙 = 174,9
1 𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑔𝑟 𝑘𝑎𝑟𝑏𝑜𝑛 𝑎𝑘𝑡𝑖𝑓

• Waktu aktivasi 6 jam


V1NaOH = 6,4 mL dengan Vsampel = 9 mL
𝑀1 × 𝑉1 × 𝑛1 = 𝑀2 × 𝑉2 × 𝑛2
0, 5 𝑀 × 6,4 𝑚𝐿 × 1 = 𝑀2 × 9 𝑚𝐿 × 1
𝑀2 = 0,3556 𝑀
V2NaOH = 7,1 mL dengan Vsampel = 9 mL
𝑀1 × 𝑉1 × 𝑛1 = 𝑀2 × 𝑉2 × 𝑛2
0, 5 𝑀 × 7,1 𝑚𝐿 × 1 = 𝑀2 × 9 𝑚𝐿 × 1
𝑀2 = 0,3944 𝑀
0,3556 𝑀 + 0,3944 𝑀
𝑀𝑟𝑒𝑟𝑎𝑡𝑎 = = 0,375 𝑀
2

(𝑀0 𝑎𝑠𝑎𝑚 𝑎𝑠𝑒𝑡𝑎𝑡 − 𝑀𝑟𝑒𝑟𝑎𝑡𝑎 ) × 𝑀𝑟 𝑎𝑠𝑎𝑚 𝑎𝑠𝑒𝑡𝑎𝑡 × 𝑉𝑝𝑒𝑛𝑗𝑒𝑟𝑎𝑝𝑎𝑛


𝐷𝑎𝑦𝑎 𝑗𝑒𝑟𝑎𝑝 =
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑘𝑎𝑟𝑏𝑜𝑛 𝑎𝑘𝑡𝑖𝑓

60000 𝑚𝑔
(0,5 𝑀 − 0,375 𝑀) × × 0,025 𝐿 𝑚𝑔 𝑎𝑠𝑎𝑚 𝑎𝑠𝑒𝑡𝑎𝑡
𝐷𝑎𝑦𝑎 𝑗𝑒𝑟𝑎𝑝 = 𝑚𝑜𝑙 = 187,5
1 𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑔𝑟 𝑘𝑎𝑟𝑏𝑜𝑛 𝑎𝑘𝑡𝑖𝑓

Daya serap vs waktu aktivasi


200
Daya serap (mg asam asetat/gr karbon

180
160
140
120
100
aktif)

80
60
40
20
0
0 1 2 3 4 5 6 7
waktu aktivasi (jam)

Grafik 1. Daya serap vs waktu aktivasi

Uji T 1 sampel
Hipotesis :
Ho = Daya serap sampel tidak berbeda secara signifikan
Ha = Daya serap sampel berbeda secara signifikan

Waktu
Daya serap (mg asam Banyak Rata- Standar
aktivasi s mean t val df alfa t crit
asetat/gr karbon aktif) sampel rata Deviasi
(jam)

2 135,9
4 174,9 3 166,1 26,9020 15,5319 1,9444 2 0,05 2,920
6 187,5

Kesimpulan :
t val < t crit sehingga Ho diterima dan Ha ditolak.
Uji gugus fungsi

Spektrum FTIR
90
80
70
60
50 C-H
%T

Waktu aktivasi 4 jam


40
Waktu aktivasi 2 jam
30
O-H
20 Waktu aktivasi 6 jam
C=C
10
0
0 1000 2000 3000 4000 5000
Bilangan gelombang (cm-1)

Grafik 2. Spektrum FTIR

1. O-H stretching (3183,416 cm-1)


2. C-H stretching (2958,067 cm-1)
3. C=C stretching (1568,888 cm-1)
4. O-H bending (1377,77 cm-1)

Uji kadar air


Lama pengeringan 30 menit per tahap
Waktu aktivasi Massa cawan Massa awal Massa akhir Kadar air (%)
(jam) kosong (gram) (gram)
(gram)
2 13,007 14,021 13,598 41,716
4 16,769 17,78 17,501 27,6
6 13,140 14,142 13,914 22,75

Kadar air vs waktu aktivasi


45
40
35
30
kadar air (%)

25
20
15
10
5
0
0 1 2 3 4 5 6 7
waktu aktivasi (jam)

Grafik 3. Kadar air vs waktu aktivasi

VII. PEMBAHASAN
Tujuan dari praktikum kali ini adalah mampu menghasilkan produk karbon aktif
dari proses pengolahan limbah kulit pisang dan mengetahui serta memahami analisis uji
kualitas karbon aktif. Karbon aktif merupakan adsorben yang banyak digunakan karena
selain proses pembuatannya yang mudah dan tidak memakan biaya yang tinggi, luas
permukaan yang dimiliki juga tinggi. Kemampuan penjerapan yang sangat baik menjadikan
karbon aktif sebagai salah satu material yang banyak dipilih dalam proses-proses seperti
pengolahan air, penangkapan karbon, atau aplikasi lain seperti superkapasitor, energy
storage, dan lain sebagainya. Oleh karena itu, melihat potensi karbon aktif yang sangat luas
dalam dunia industri, pada praktikum ini dilakukan sintesis karbon aktif dari limbah kulit
pisang sebagai bahan penjerap. Pembuatan karbon aktif dari limbah biomassa membantu
mengurangi keberadaan limbah sehingga ikut berpartisipasi dalam menjaga lingkungan.
Pada praktikum ini, dilakukan 3 tahap untuk membuat karbon aktif, yaitu dehidrasi,
karbonisasi, dan aktivasi. Tahap dehidrasi terdiri dari pengecilan ukuran dari limbah kulit
pisang dan pemanasan di bawah sinar matahari serta dalam oven pada suhu 100oC. Tujuan
dari tahap ini adalah untuk mengurangi kadar air yang terkandung dalam bahan. Pengecilan
ukuran dilakukan agar proses penguapan berjalan lebih optimal. Dilanjutkan dengan tahap
karbonisasi untuk mengubah bentuk bahan baku menjadi arang. Proses yang terjadi adalah
oksidasi senyawa-senyawa organik terutama karbohidrat seperti pada reaksi di bawah ini.
𝐶𝑥 𝐻𝑦 𝑂𝑛 + 𝑂2 → 𝐶 + 𝐶𝑂 + 𝐻2 𝑂
Pada proses ini senyawa organik akan terdekomposisi secara termal melalui pembakaran
tidak sempurna yang menghasilkan material padat berwarna kehitaman, yaitu karbon. Pada
praktikum, pembentukan karbon di dalam kaleng bakar ditandai dengan tidak adanya asap
yang dihasilkan dari reaksi tersebut.
Pada proses ini tidak dilakukan kontrol temperatur serta lama waktu pembakaran
karena hanya menggunakan alat bakar sederhana dan tidak menggunakan furnace yang
memiliki kontrol terhadap kedua parameter tersebut. Beberapa karbon yang dihasilkan juga
ada yang menjadi abu diperkirakan karena melewati batas waktu pembakaran. Selanjutnya,
tahap aktivasi dimana menggunakan aktivator KOH 30% (w/v) dengan perbandingan massa
KOH:karbon yaitu 3:1. Aktivator KOH dipilih karena memiliki luas permukaan dan volume
pori yang lebih besar dibandingkan dengan activator lain seperti ZnCl2 dan H3PO4 sesuai
dengan penelitian Ahmed dan Theydan pada tahun 2014. Umumnya, konsentrasi KOH yang
digunakan berkisar 10 – 30%. Pada praktikum ini dipilih 30% karena dengan meningkatkan
banyaknya KOH maka pembentukan mikropori akan semakin banyak sehingga memperluas
permukaan dari karbon aktif dan meningkatkan daya adsorpsinya.
Pada proses ini divariasikan 3 jenis lama waktu aktivasi, yaitu 2, 4, dan 6 jam.
Reaksi yang terjadi dalam proses aktivasi menggunakan KOH terbagi menjadi beberapa
tahap. Tahap pertama adalah reaksi dehidrasi KOH menjadi K2O dan air. Dilanjutkan
dengan reduksi K2O dengan produk logam K bebas. Atom K bebas ini akan menembus
lapisan karbon dan menyebabkan terjadinya perluasan pada permukaan. Kemudian, atom K
akan mengalami reaksi oksidasi menjadi K2O kembali dan terhidrasi karena keberadaan air
menjadi KOH seperti semula. Selain itu, mekanisme reaksi overall yang diajukan oleh Cha
adalah sebagai berikut.
6𝐾𝑂𝐻 + 2𝐶 → 2𝐾 + 3𝐻2 + 2𝐾2 𝐶𝑂3
K2CO3 akan terdekomposisi menjadi CO2, K, K2O, dan CO sehingga perlu dilakukan
pembilasan pada material karbon agar senyawa-senyawa hilang dari permukaan karbon dan
membuka pori-pori permukaan.

Gambar 2. Reaksi aktivasi dengan KOH (Tounsandi, dkk., 2016)

Pada praktikum dilakukan pembilasan agar pengotor-pengotor tersebut tidak


berada pada permukaan karbon aktif. Karbon aktif yang diaktivasi oleh KOH akan
mempunyai pH basa sehingga dibilas menggunakan air dan asam hingga pHnya netral.
Pembilasan pH netral ini ditujukan agar tidak merusak larutan atau zat yang ingin dijerap
nantinya dimana akan mempengaruhi sifat kimia dari zat maupun proses penjerapan. Lalu,
dilakukan beberapa uji untuk mengetahui karakteristik dari karbon aktif yang dibuat. Uji
yang dilakukan adalah uji adsorpsi terhadap asam asetat, uji gugus fungsi, dan uji kadar air.
Uji adsorpsi asam asetat digunakan untuk mengetahui jumlah asam asetat yang dapat dijerap
oleh karbon aktif pada variasi waktu aktivasi yang berbeda. Dilakukan penjerapan pada
asam asetat karena karbon aktif sendiri sudah banyak dipakai untuk mengurangi kadar asam
organik pada limbah industri.
Prinsip kerja dari uji adsorpsi adalah dengan mencampurkan adsorben (karbon
aktif) ke dalam adsorbat (asam asetat) dengan konsentrasi awal tertentu sehingga terjadi
kontak hingga waktu kesetimbangannya dan ditentukan konsentrasi adsorbat yang tersisa
menggunakan titrasi. Reaksi kesetimbangan asam asetat dengan karbon aktif dapat
dituliskan seperti pada reaksi di bawah ini.
𝐴𝐶 + 𝐴𝑆 ↔ 𝐴𝐶. 𝐴𝑆
Dimana AC adalah karbon aktif dan AS adalah asam asetat. Waktu yang diasumsikan saat
penjerap dan adosrbat mencapai kesetimbangan adalah 1 jam dengan massa penjerap
sebanyak 1 gram dan volume zat terjerap sebanyak 25 mL. Dihasilkan daya adsorpsi sebesar
135,9; 174,9; dan 187,5 mg asam asetat/gr karbon aktif pada waktu aktivasi 2, 4, dan 6 jam
secara berturut-turut. Terjadi peningkatan daya adsorpsi yang sebanding dengan lamanya
waktu aktivasi. Hal ini disebabkan karena semakin lama waktu aktivasi, kontak antara
aktivator dengan karbon akan semakin lama sehingga pori-pori yang dihasilkan dari proses
aktivasi akan semakin banyak dan meningkatkan daya adsorpsi dari karbon aktif. Dilakukan
pula uji T 1 sampel untuk mengetahui signifikansi dari nilai daya adsorpsi yang dihasilkan.
Dihasilkan nilai t calc < t crit sehingga dapat disimpulkan daya adsorpsi tidak berbeda secara
signifikan.
Untuk meningkatkan signifikansi dari daya adsorpsi yang dihasilkan dapat
dilakukan beberapa cara, seperti menambah nilai rasio KOH:karbon pada rentang massa
KOH sebanyak 3-8 kali massa karbon dan memperbesar interval waktu aktivasi. Apabila
dibandingkan dengan penelitian oleh Valdivia dkk., daya adsorpsi yang dihasilkan pada
praktikum kali ini masih lebih kecil daripada hasil penelitian dimana konsentrasi asam asetat
0,5074 M dengan daya adsorpsi sebesar 288 mg asam asetat/gr karbon aktif. Hal tersebut
dapat diakibatkan karena proses aktivasi kurang maksimal serta penentuan waktu
kesetimbangan yang salah dimana waktu kesetimbangan yang digunakan dalam penelitian
tersebut adalah 30 menit. Waktu kesetimbangan yang terlalu lama menyebabkan penurunan
konsentrasi asam asetat terjerap yang memungkinkan sebagai alasan daya adsorpsi yang
dihasilkan lebih kecil.
Selanjutnya, uji gugus fungsi dilakukan untuk mengetahui gugus fungsi karbon
aktif yang dihasilkan dan efek lama waktu aktivasi terhadap gugus fungsi karbon aktif.
Dihasilkan 4 gugus fungsi karakteristik dari karbon aktif, yaitu O-H stretching (3183,416
cm-1), C-H stretching (2958,067 cm-1), C=C stretching (1568,888 cm-1), dan O-H bending
(1377,77 cm-1). Gugus O-H yang terdeteksi dapat berasal dari gugus asam karbon aktif,
yaitu fenol dan karboksilat, serta gugus C-H dan C=C sebagai penyusun rantai aromatik.
Dihasilkan pula peak O-H bending dengan nilai %T meningkat seiring dengan lamanya
waktu aktivasi. Namun, pada peak lainnya %T karbon aktif pada waktu aktivasi 2 jam lebih
besar dari pada waktu aktivasi 4 jam. Secara teoritis, semakin lama waktu aktivasi,
permukaan karbon yang hancur akibat reaksinya dengan atom K akan semakin banyak
sehingga gugus fungsi yang terkandung dalam permukaan karbon akan semakin sedikit dan
meningkatkan nilai transmitansi.
Penyimpangan tersebut dapat terjadi karena ketidakrataan permukaan yang kontak
dengan KOH sehingga masih terdapat permukaan yang belum teraktivasi yang
menyebabkan gugus fungsi tidak berkurang dan nilai %T masih tinggi. Kemudian,
dilakukan uji kadar air pada masing-masing waktu aktivasi dan menghasilkan nilai 41,716;
27,6; dan 22,75% pada waktu aktivasi 2, 4, dan 6 jam. Apabila dibandingkan dengan SNI
06-3730-1995, nilai tersebut masih berada di atas standar (15%). Tingginya kadar air dapat
menyebabkan pori-pori karbon tertutup oleh molekul air yang menyebabkan luas
permukaannya berkurang dan mengurangi daya adsorpsi. Hal tersebut dapat diakibatkan
oleh pengeringan karbon aktif yang kurang maksimal serta penyimpanan karbon aktif yang
tidak benar karena karbon aktif dapat menyerap udara. Penurunan kadar air dengan
bertambahnya waktu aktivasi mungkin disebabkan oleh penyerapan air oleh KOH yang
semakin banyak seiring dengan bertambahnya waktu aktivasi. Kemudian, semakin lama
waktu aktivasi juga sebanding dengan banyak pori yang terbentuk sehingga ketika
dilakukan pemanasan karbon aktif yang memiliki banyak pori cenderung dapat menguapkan
air pada kuantitas yang lebih besar dibanding pada yang memiliki sedikit pori.

VIII. KESIMPULAN
a. Telah dihasilkan karbon aktif dengan waktu aktivasi 2, 4, dan 6 jam dari limbah
kulit pisang melalui beberapa proses, seperti dehidrasi, karbonisasi, dan aktivasi.
b. Terdapat beberapa analisis produk karbon aktif, seperti uji adsorpsi asam asetat
yang digunakan untuk mengetahui jumlah asam asetat yang dapat dijerap oleh
karbon aktif pada variasi waktu aktivasi yang berbeda dengan daya adsorpsi sebesar
135,9; 174,9; dan 187,5 mg asam asetat/gr karbon aktif pada waktu aktivasi 2, 4,
dan 6 jam secara berturut-turut. Kemudian, uji gugus fungsi dilakukan untuk
mengetahui gugus fungsi karbon aktif yang dihasilkan dan efek lama waktu aktivasi
terhadap gugus fungsi karbon aktif. Dihasilkan 4 gugus fungsi karakteristik dari
karbon aktif, yaitu O-H stretching (3183,416 cm-1), C-H stretching (2958,067 cm-
1
), C=C stretching (1568,888 cm-1), dan O-H bending (1377,77 cm-1). Kemudian,
dilakukan uji kadar air pada masing-masing waktu aktivasi dan menghasilkan nilai
41,716; 27,6; dan 22,75% pada waktu aktivasi 2, 4, dan 6 jam.

IX. DAFTAR PUSTAKA


1. A., Bhatnagar, dkk. 2013 An Overview of The Modifcation Methods of Activated
Carbon for Its Water Treatment Applications. Chem Eng J Vol. 219 h. 499–
511.
2. A., Samsuri, dkk. 2014. Characterization of Biochars Produced from Oil Palm and
Rice Husks and Their Adsorption Capacities for Heavy Metals. Int J
Environ Sci Technol Vol. 11 h. 967–976.
3. Badan Standardisasi Nasional. Arang Aktif Teknis: Standar Nasional
Indonesia 06-3730-1995. Jakarta: Dewan Standardisasi Nasional.
4. Gopinath A dan Kadirvelu K. 2018. Strategies To Design Modifed Activated
Carbon Fibers for The Decontamination of Water and Air. Environmental
Chemistry Letters Vol. 16 h.1137–1168.
5. H., Tounsadi, dkk. 2016. Experimental Design for The Optimization ff Preparation
Conditions ff Highly Efficient Activated Carbon from Glebionis Coronaria
L. and Heavy Metals Removal Ability. Process Saf Environ Prot Vol. 102
h. 710–723.
6. Heidarinejad, Zoha, dkk. 2019. Methods For Preparation and Activation
of Activated Carbon: A Review. Environmental Chemisty Letters.
7. K., Theydan S. dan J., Ahmed M. 2012. Adsorption pf Methylene Blue Onto
Biomass-Based Activated Carbon by Fecl3 Activation: Equilibrium,
Kinetics, and Thermodynamic Studies. J Anal Appl Pyrolysis Vol. 97 h.
116–122.
8. Li, Na, dkk. 2011. Maximizing The Number of Oxygen-Containing Functional
Groups on Activated Carbon by Using Ammonium Persulfate and
Improving The Temperature-Programmed Desorption Characterization of
Carbon Surface Chemistry. Carbon Vol. 49 h. 5002-5013.
9. M., Yousef, dkk. 2019 Modifcation of Pumice With HCl and NaOH Enhancing Its
Fluoride Adsorption Capacity: Kinetic and Isotherm Studies. Hum Ecol
Risk Assess Vol. 25 h. 1508– 1520.
10. Masriartini, Rully. 2017. Pembuatan Karbon Aktif dari Kulit Pisang. Jurnal Redoks
Vol. 2 (1) h. 53-57.
11. N., Morin-Crini, dkk. 2019. Hemp-Based Adsorbents for Sequestration of Metals:
A Review. Environmental Chemistry Letters Vol. 17 h. 393–408.
12. Negara, D.N.K.Putra, dkk. 2018. Textural Characteristics of Activated Carbons
Derived from Tabah Bamboo Manufactured by Using H3PO4 Chemical
Activation. Materials Today: Proceedings Vol. 22 h. 148-155.
13. S., Cha J., dkk. 2016. Production and Utilization of Biochar: A Review. J Ind Eng
Chem Vol. 40 h. 1–15.
14. Seidel, Arza. 2004. Kirk-Othmer Encyclopedia of Chemical Technology. New
Jersey: A. John Wiley & Sons.
15. Valdivia, A.E.O., dkk. 2020. Preparation of Activated Carbon from Coffee Waste
as an Adsorbent for the Removal of Chromium (III) from Water:
Optimization for an Experimental Box-Behnken Design. Chemistry Vol. 2
h. 1-10.
Yogyakarta, 12 Desember 2023
Pembimbing Praktikkan,

Harum Azizah Darojati, M.T. Augie Davin Siagian


LAMPIRAN

Gambar 3. Limbah kulit pisang

Gambar 4. Pengeringan karbon setelah aktivasi

Gambar 5. Karbon aktif teraktivasi selama 2 jam

Gambar 6. Uji adsorpsi asam asetat


Gambar 7. Hasil titrasi pada uji adsorpsi asam asetat

Gambar 8. Uji kadar air

Gambar 9. Uji gugus fungsi menggunakan FTIR

Anda mungkin juga menyukai