Anda di halaman 1dari 12

LOGBOOK

PRAKTIKUM SPEKTROMETRI
Semester Ganjil TA 2022/2023

Identitas

Judul Praktikum VERIFIKASI METODE PENENTUAN KROM HEKSAVALEN


SECARA SPEKTROFOTMETRI UV-Vis DOUBLE BEAM
Nama 1. Augie Davin Siagian
2. Ziyadatul Mustaghfiroh
3. Auriela Samara
NIM 1. 22991019
2. 21231014
3. 22991020
Kelas A
Kelompok II B
Dosen Pengampu Kuntari, M.Sc
Asisten Annisa Fajar
Hari/Tanggal Praktikum Selasa, 17 Oktober 2022
Hari/Tanggal Jumat, 28 Oktober 2022
Pengumpulan Logbook

PROGRAM STUDI DIII ANALISIS KIMIA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
2022
VERIFIKASI METODE PENENTUAN KROM HEKSAVALEN SECARA
SPEKTROFOTOMETRI UV-Vis DOUBLE BEAM
A. Tujuan
1. Mahahsiswa dapat melakukan analisis krom heksavalen pada contoh
2. Mahasiswa dapat melakukan validasi metode
3. Mahahsiswa dapat mengoperasikan spektrofotometer UV-Vis double beam

B. Alat dan Bahan


Alat yang digunakan dalam percobaan ini yaitu Spektrofotometer UV-Vis double
beam UH5300, neraca analitis Kern, labu ukur 25 mL dan 100 mL Iwaki, pipet ukur 1;
5; dan 10 mL Iwaki, kaca arloji, gelas beaker 500 mL Iwaki, dan pipet tetes.

Bahan yang digunakan dalam percobaan ini yaitu Kalium dikromat (K2Cr2O7)
Merck, Larutan asam sulfat 0,2 N, Asam orto fosfat (H3PO4) pekat p.a Merck, Larutan
difenilkarbazida (C13H14N4O), akuades, dan contoh uji.

C. Prosedur kerja
1. Pembuatan larutan induk krom heksavalen 500 mg (Cr-VI)/L
Sebanyak ± 141,4 mg K2Cr2O7 kering oven dilarutkan, dalam labu ukur 100
mL. Kemudian, kadar krom heksavalen dihitung berdasarkan hasil penimbangan.
2. Pembuatan larutan baku logam krom heksavalen 50 mg (Cr-VI)/L
10 mL larutan induk krom heksavalen 500 mg (Cr-VI)/L dipipet dan
dimasukkan ke dalam labu ukur 100 mL serta ditepatkan hingga tanda tera dengan air
bebas mineral.

3. Pembuatan kurva kalibrasi


Deret larutan kerja dibuat dengan 1 blangko dan 5 kadar yang berbeda secara
proporsional yang berada pada rentang pengukuran yaitu ; 0; 0,2; 0,4; 0,6; 0,8; dan 1
mg (Cr-VI)/L dan dimasukkan ke dalam labu ukur 25 mL. Kemudian, ditambahkan
0,0625 mL H3PO4 ke dalam masing-masing larutan kerja. pH larutan kerja diatur
hingga 2,0 ± 0,5 dengan penambahan asam sulfat 3 mL 0,2 N. Lalu, larutan ditepatkan
hingga tanda tera denagn air bebas mineral. 0,5 mL larutan difenilkarbazida
ditambahkan dan larutan dihomogenkan. Kemudian, larutan kerja diukur serapannya
pada panjang gelombang maksimum (500-600 nm) dengan pembacaan sebanyak 2x.

4. Optimasi instrument spektrofometri UV-Vis


Alat dioperasikan sesuai dengan petunjuk penggunaan alat. Kemudian, panjang
gelombang maksimum ditentukan dengan menghitung absorbansi larutan kerja 0,6 mg
(Cr-VI)/L pada panjang gelombang 500-600 nm.

5. Pengukuran contoh uji


12,5 mL contoh uji dipipet dan dimasukkan ke dalam labu ukur 25 mL dan
ditambahkan 0,0625 mL asam orto fosfat serta pH diatur dengan penambahan 3 mL
asam sulfat 0,2 N. Larutan diencerkan hingga tanda tera dan ditambahkan 0,5 mL
larutan difenilkarbazida. Serapannya ukur pada panjang gelombang maksimum dengan
2x pembacaan. Pengukuran dilakukan sebanyak 6x serta data hasil pengukuran dicatat.

6. Kontrol mutu dengan spike matrix


12,5 mL contoh uji dipipet ke dalam labu ukur 25 mL. 0,25 mL larutan baku
logam krom heksavalen 50 mg (Cr-VI)/L ditambahkan dan ditambahkan 0,0625 mL
asam orto fosfat, serta pH diatur dengan penambahan 3 mL asam sulfat 0,2 N.
Pengukuran dilakukan secara duplo dan data hasil pengukuran dicatat.

D. Hasil Pengamatan
1. Data kurva kalibrasi
C Absorbansi
No
(mg/L) A1 A2 A3 Arerata
1 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000
2 0.2000 0.1256 0.1254 0.1255 0.1255
3 0.4000 0.3721 0.3716 0.3717 0.3718
4 0.6000 0.6095 0.6096 0.6096 0.6096
5 0.8000 0.5713 0.5713 0.5713 0.5713
6 1.0000 0.8867 0.8869 0.8869 0.8868

2. Data pengamatan sampel


Absorbansi
No Sampel
A1 A2 A3 Arerata
Sampel
1 1 0.1903 0.1902 0.1902 0.1902
Sampel
2 2 0.1813 0.1815 0.1815 0.1814
Sampel
3 3 0.1374 0.1379 0.1375 0.1376
Sampel
4 4 0.1767 0.1767 0.1765 0.1766
Sampel
5
5 0.1795 0.1794 0.1794 0.1794
Sampel
6
6 0.1771 0.1772 0.1773 0.1772

3. Data Spike
Absorbansi (A)
No Spike
A1 A2 A3 Arerata
1 Spike 1 0.3800 0.3795 0.3795 0.3797
2 Spike 2 0.3540 0.3541 0.3540 0.3540
E. Analisis Data
• Regresi Linear
Persamaan Slope Intersep R R2
y = 0.8585x - 0.0017 0.8585 -0.0017 0.9757 0.9520

➢ Grafik :

Kurva Kalibrasi Krom Heksavalen


1.0000
0.9000
0.8000
0.7000
0.6000
Arerata (A)

0.5000
0.4000
0.3000 y = 0.8585x - 0.0017
R² = 0.952
0.2000
0.1000
0.0000
0.0000
-0.1000 0.2000 0.4000 0.6000 0.8000 1.0000 1.2000
C (mg/L)

• LOD & LOQ


C Absorbansi (A)
No Yi Y-Yi (Y-Yi)2
(mg/L) A1 A2 A3 Arerata
1 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 -0.0017 0.0017 0.000003
2 0.2000 0.1256 0.1254 0.1255 0.1255 0.1700 -0.0445 0.0020
3 0.4000 0.3721 0.3716 0.3717 0.3718 0.3417 0.0301 0.0009
4 0.6000 0.6095 0.6096 0.6096 0.6096 0.5133 0.0962 0.0093
5 0.8000 0.5713 0.5713 0.5713 0.5713 0.6850 -0.1137 0.0129
6 1.0000 0.8867 0.8869 0.8869 0.8868 0.8567 0.0301 0.0009
∑ (Y-Yi)2 0.0260
Sy/x 0.0806
LOD
(mg/L) 0.2817
LOQ
(mg/L) 0.9389

• Presisi
Absorbansi Xi
No Sampel FP X Xbar (X-Xbar)2
A1 A2 A3 Arerata (mg/L)
Sampel
1.0000 0.2236
1 1 0.1903 0.1902 0.1902 0.1902 0.2236 0.0004
Sampel
1.0000 0.2133
2 2 0.1813 0.1815 0.1815 0.1814 0.2133 0.0001
Sampel
1.0000 0.1623
3 3 0.1374 0.1379 0.1375 0.1376 0.1623 0.0018
0.2044
Sampel
1.0000 0.2077
4 4 0.1767 0.1767 0.1765 0.1766 0.2077 0.00001
Sampel
5 1.0000 0.2110
5 0.1795 0.1794 0.1794 0.1794 0.2110 0.00004
Sampel
6 1.0000 0.2084
6 0.1771 0.1772 0.1773 0.1772 0.2084 0.00002
2
∑ (X-Xbar) 0.0023
SD 0.0214
%RSD 10.48
C 2.04375E-07
log C -6.6896
0.5 log C -3.3448
1-0.5 log C 4.3448
CV Horwitz 20.3194
2/3 CV
Horwitz 13.5463

• Akurasi
Vstandar (mL) 0.25
C standar (mg/L) 50
Vakhir (mL) 25

Absorbansi (A) Cspike Ctarget Csampel %R


Keterangan %R
A1 A2 A3 Arerata (mg/L) (mg/L) (mg/L) rerata
Spike 1 0.3800 0.3795 0.3795 0.3797 0.4442 0.5000 0.2044 27.9382 26.1993
Spike 2 0.3540 0.3541 0.3540 0.3540 0.4144 24.4603

• Ketidakpastian Pengukuran
➢ Rumus penentuan konsentrasi
a = C x FP
➢ Diagram tulang ikan

C standar Volume Sampel

Pipet volume 10 mL
Kurva Kalibrasi Labu ukur 25 mL

➢ Ketidakpastian baku C Cr-VI (mg/L)


▪ Ketidakpastian asal kurva kalibrasi
Akurasi Presisi

▪ Ketidakpastian asal kurva kalibrasi


(Cj-
No Cj Aj (B0 + B1 . Cj) [Aj-(B0+B1.Cj)]2 Cj-Cbar Cbar)2
-
1 0.0000 0.0000 -0.0017 0.000003 0.5000 0.25
-
2 0.2000 0.1255 0.17 0.0020 0.3000 0.09
-
3 0.4000 0.3718 0.3417 0.0009 0.1000 0.01
4 0.6000 0.6096 0.5134 0.0092 0.1000 0.01
5 0.8000 0.5713 0.6851 0.0130 0.3000 0.09
6 1.0000 0.8868 0.8568 0.0009 0.5000 0.25
Sigma [Aj-
Cbar 0.5000 (B0+B1.Cj)]2 0.0260 Sxx 0.70

No Deskripsi Nilai
1 S (Standar Deviasi) 0.0806
2 B1 (slope) 0.8585
3 p (jumlah sampel) 6
4 n (jumlah standar) 5
5 C0 (C sampel) 0.2044
6 Cbar (C standar rata-rata) 0.5000
7 S/B1 0.0939
8 1/P 0.1667
9 1/n 0.2000
10 (C0-Cbar)2 0.0874
11 (C0-Cbar)2/Sxx 0.1248
12 μ(C0) 0.0658

▪ Ketidakpastian asal labu ukur 25 mL


No Deskripsi Nilai
1 a (Volume kalibrasi) (mL) 0.0400
2 sqrt(6) 2.4495
3 μ(Va) 0.0163

▪ Ketidakpastian asal pipet 10 mL


No Deskripsi Nilai
1 a (Volume kalibrasi) (mL) 0.0500
2 sqrt(6) 2.4495
3 μ(Vb) 0.0204

▪ Ketidakpastian asal presisi


No Deskripsi Nilai
1 SD 0.0214
2 X Bar 0.2044
3 μ(P) 0.1048

▪ Ketidakpastian asal akurasi


No Deskripsi Nilai
1 %R 26.1993
2 μ(R) 0.2620

▪ Ketidakpastian gabungan dan diperluas


Lambang Deskripsi Nilai (x) Satuan μ(X) μ(X)/x
C0 Konsentrasi Cr-VI dari kurva kalibrasi 0.2044 mg/L 0.0658 0.3221
Va Volume akhir 25 mL 0.0163 0.0007
P Presisi 1 tidak ada 0.1048 0.1048
R Akurasi 1 tidak ada 0.2620 0.2620
Vb Volume Akhir sampel 12.5 mL 0.0204 0.0016
Ketidakpastian gabungan 0.0875
Ketidakpastian diperluas 0.1750
Konsentrasi contoh ± ketidakpastian diperluas = 0.2044 ± 0.1750 mg/L
F. Pembahasan
Prinsip penentuan krom heksavalen secara spektrofotometri UV-Vis double
beam adalah absorbansi cahaya pada panjang gelombang maksimum oleh
pembentukan senyawa berwarna merah jingga yang merupakan kompleks krom(VI)-
difenilkarbazida yang akan dideteksi detektor sebagai transmitasi (jumlah cahaya yang
melewati larutan). Semakin pekat warna yang terdapat dalam larutan, maka semakin
banyak kandungan krom dalam larutan tersebut yang akan memyebabkan nilai
absorbansi semakin besar.
Cara mengoperasikan alat spektrometer UV-Vis double beam adalah memilih
opsi “Measurement” lalu “Concentration” pada software terlebih dahulu. Kemudian,
dapat diberikan nama pada larutan yang ingin diuji pada menu sampel. Lalu, pilih
bagian “Measurement” untuk memasukkan rentang panjang gelombang pengukuran.
Kemudian, pada mode “6 Cell” pilih “Manual” agar dapat memasukkan jumlah sampel
yang diukur serta mengatur posisi kuvet larutan standar ketiga untuk menentukan
panjang gelombang maksimum. Selanjutnya, klik “start” untuk memulai penentuan
panjang gelombang maksimum. Lalu, klik “Data” untuk menyimpan hasil pengukuran.
Selanjutnya, kembali ke menu utama lalu pilih “Measurement” lalu “Concentration”.
Kemudian, pilih “Sample” untuk mengubah nama standar dan mengatur banyaknya
standar. Lalu, pilih “Measurement” dan atur WL pada panjang gelombang maksimum
yang telah didapat sebelumnya. Selanjutnya, pilih “Calibration Curve” untuk mengatur
satuan dan besarnya konsentrasi. Lalu, klik “Start” untuk memulai pengukuran dan klik
“Curve Check” setelah pengukuran selesai untuk melihat kurva kalibrasi. Kemudian,
dilakukan dengan cara yang sama untuk pengukuran contoh uji. Kemudian, pilih opsi
“Sample Measurement”, lalu jalankan pengukuran. Lalu, klik “Data” untuk
menyimpan hasil pengukuran. Lalu, dilakukan pengukuran spike dengan cara yang
sama seperti sebelumnya.
Bahan yang digunakan, yaitu kalium dikromat sebagai dan difenilkarbazida
sebagai pembentuk senyawa kompleks krom(VI)-difenilkarbazida. Kemudian, terdapat
asam orto fosfat dan asam sulfat sebagai pengatur suasana asam sehingga pembentukan
senyawa kompleks Krom(VI)-difenilkarbazida dapat tercapai dengan baik. Lalu,
terdapat akuades sebagai pelarut larutan serta blangko dan contoh uji untuk
menentukan kandungan krom.
Hasil analisis data terdiri atas linearitas kurva kalibrasi, LOD & LOQ, presisi,
akurasi, dan ketidakpastian pengukuran. Kurva kalibrasi didapatkan dari hasil plotting
nilai absorbansi pada masing-masing konsentrasi deret standar yang telah ditentukan.
Sebelumnya, telah dilakukan pengaturan panjang gelombang maksimum dengan
mengukur absorbansi pada larutan pada deret standar ke-3 (0,6 mg Cr(VI)/L) yang
menghasilkan panjang gelombang maksimum sebesar 542,5 nm. Kurva kalibrasi yang
dihasilkan tidak linier dengan nilai R dan R2 secara berurutan sebesar 0.9757 dan
0,9520 karena syarat sebuah grafik dikatakan linear adalah grafik yang memiliki nilai
R dan R2 ≥ 0.995.
Hal ini dapat terjadi karena nilai absorbansi pada konsentrasi 0,8 mg Cr(VI)/L
lebih rendah dibandingkan pada konsentrasi sebelumnya (0,6 mg Cr(VI)/L) dimana
bertentangan dengan hukum Lambert-Beer yang menyatakan bahwa absorbansi suatu
larutan berbanding lurus dengan konsentrasinya. Hal tersebut dapat dipengaruhi karena
pembuatan konsentrasi larutan yang tidak tepat. Oleh karena itu, seharusnya dilakukan
pengujian ulang deret standar yang dimulai dari tahap pembuatan larutan sehingga
grafik yang terbentuk menjadi linier.
Selanjutnya, terdapat data LOD dan LOQ secara berturu-turut bernilai 0,2817
mg/L dan 0,9389 mg/L. Nilai LOD dan LOQ akan dibandingkan dengan nilai
konsentrasi sampel yang dimana apabila konsentrasi sampel < LOQ maka salah satu
syarat pengujian tidak terpenuhi. Nilai konsentrasi sampel dapat dicari pada
pengukuran kepresisian yang diinterpretasikan sebagai variabel xbar (𝑥̅ ).
Kemudian, perhitungan kepresisian dengan FP 1 menghasilkan nilai xbar
sebesar 0,2044 mg/L. Dapat terlihat bahwa nilai xbar kurang dari nilai LOD. Hal
tersebut tidak mungkin terjadi, dimana suatu konsentrasi sampel berada di bawah batas
nilai limit deteksi sehingga menyebabkan tidak terpenuhinya salah satu syarat
pengujian yang telah dijelaskan pada paragraf sebelumnya, yaitu nilai xbar > nilai
LOQ. Hal ini dapat terjadi karena basis penentuan LOD & LOQ berasal dari kurva
kalibrasi sehingga apabila syarat pada kurva kalibrasi tidak terpenuhi, maka nilai LOD
& LOQ pun kemungkinan besar menjadi salah dan tidak memenuhi syarat.
Yang dapat dilakukan adalah melakukan pengujian ulang untuk melinierkan
kurva kalibrasi. Selain itu, praktikkan dapat memodifikasi deret standar sehingga akan
mengubah nilai LOQ&LOQ sehingga nilai xbar dapat lebih besar daripada LOQ dan
memenuhi syarat pengujian. Kemudian, data yang dihasilkan berikutnya adalah %RSD
yang bernilai 10,48%. Karena batas keberterimaan %RSD adalah 2%, maka perlu
dibandingkan lagi dengan nilai 2/3 CV Horwitz. Hasil yang didapatkan adalah %RSD
< 2/3 CV Horwitz sehingga syarat kepresisian pengujian terpenuhi.
Lalu, penentuan akurasi dapat dilihat dari %R yang dibandingkan dengan syarat
keberterimaan 85%-115%. Nilai yang dihasilkan adalah 26,1993% sehingga nilai %R
kurang dari rentang syarat keberterimaan akurasi dan dapat dikatakan bahwa dalam
pengujian kali ini data yang didapatkan tidak akurat. Hal ini disebabkan karena
perhitungan akurasi juga berbasis pada nilai slope dari kurva kalibrasi sehingga apabila
data dari kurva kalibrasi tidak memenuhi standar linearitas kemungkinan besar
menyebabkan nilai %R yang tidak masuk dalam rentang keberterimaan. Oleh karena
itu hal yang dapat dilakukan adalah melakukan pembuatan larutan ulang dan pengujian
absorbansi deret standar.
Ketidakpastian pengukuran terdiri atas ketidakpastian asal kurva kalibrasi,
ketidakpastian asal pipet 10 mL, ketidakpastian asal labu ukur 25 mL, ketidakpastian
asal presisi, ketidakpastian asal akurasi, serta ketidakpastian gabungan dan diperluas.
Ketidakpastian asal kurva kalibrasi [μ(C0)] diperoleh sebesar 0.0658 dengan
memasukkan beberapa variable seperti standar deviasi, slope, jumlah sampel,
konsentrasi sampel, konsentrasi rata-rata sampel, dan Sxx. Ketidakpastian asal labu
ukur 25 mL dimasukkan karena terdapat faktor kalibrasi alat. Faktor kalibrasi alat
[μ(Va)] mempunyai nilai sebesar 0.0163 dengan volume kalibrasi 0,4 mL. Lalu,
ketidakpastian asal pipet 10 mL [μ(Vb)] bernilai 0,0204 dengan volume kalibrasi 0,05
mL.
Ketidakpastian asal presisi [μ(P)] yang bernilai 0,1048 didapat dari pembagian
antara SD dan xbar pada perhitungan presisi atau membagi nilai %RSD dengan 100.
Ketidakpastian asal akurasi [μ(R)] yang bernilai 0,2620 didapat dari pembagian antara
nilai %R dengan 100. Dari data ketidakpastian yang diperoleh, dapat dicari nilai
ketidakpastian gabungan yang menghasilkan nilai sebesar 0,0875 mg/L setelah dikali
dengan konsentrasi sampel untuk mendapatkan satuan kembali sehingga dapat
digunakan untuk menentukan konsentrasi akhir sampel. Dari data ketidakpastian
gabungan, diperoleh nilai ketidakpastian diperluas (tingkat kepercayaan 95%) sebesar
0,1750 mg/L. Nilai konsentrasi sampel akhir pada uji coba ini adalah 0,2044 ± 0,1750
mg/L. Nilai ketidakpastian diperluas lebih besar dari 30% konsentrasi sampel sehingga
dapat dikatakan hasil akhir konsentrasi sampel memiliki tingkat kepercayaan yang
rendah.
Karena diperoleh beberapa syarat pengujian yang tidak sesuai dengan standar,
seperti linearitas, LOD&LOQ, Akurasi, serta ketidakpastian diperluas. maka
berdasarkan uji coba yang dilakukan metode ini terverifikasi tidak valid.
G. Kesimpulan
1. Kandungan krom heksavalen dalam contoh uji adalah 0,2044 ± 0,1750 mg/L
2. Validitas metode dapat ditentukan dengan membandingkan data-data linearitas,
LOD&LOQ, presisi, akurasi, serta ketidakpastian diperluas dengan syarat yang
telah ditentukan. Uji coba kali ini menghasilkan beberapa data-data yang tidak
sesuai dengan standar atau syarat yang telah ditetapkan, seperti linearitas,
LOD&LOQ, akurasi, dan ketidakapstian diperluas sehingga metode ini
dikatakan tidak valid.
3. Cara mengoperasikan alat spektrometer UV-Vis double beam adalah memilih
opsi “Measurement” lalu “Concentration” pada software terlebih dahulu.
Kemudian, dapat diberikan nama pada larutan yang ingin diuji pada menu
sampel. Lalu, pilih bagian “Measurement” untuk memasukkan rentang panjang
gelombang pengukuran. Kemudian, pada mode “6 Cell” pilih “Manual” agar
dapat memasukkan jumlah sampel yang diukur serta mengatur posisi kuvet
larutan standar ketiga untuk menentukan panjang gelombang maksimum.
Selanjutnya, klik “start” untuk memulai penentuan panjang gelombang
maksimum. Lalu, klik “Data” untuk menyimpan hasil pengukuran. Selanjutnya,
kembali ke menu utama lalu pilih “Measurement” lalu “Concentration”.
Kemudian, pilih “Sample” untuk mengubah nama standar dan mengatur
banyaknya standar. Lalu, pilih “Measurement” dan atur WL pada panjang
gelombang maksimum yang telah didapat sebelumnya. Selanjutnya, pilih
“Calibration Curve” untuk mengatur satuan dan besarnya konsentrasi. Lalu, klik
“Start” untuk memulai pengukuran dan klik “Curve Check” setelah pengukuran
selesai untuk melihat kurva kalibrasi. Kemudian, dilakukan dengan cara yang
sama untuk pengukuran contoh uji. Kemudian, pilih opsi “Sample
Measurement”, lalu jalankan pengukuran. Lalu, klik “Data” untuk menyimpan
hasil pengukuran. Lalu, dilakukan pengukuran spike dengan cara yang sama
seperti sebelumnya.

H. Daftar Pustaka
1. Badan Standarisasi Nasional (BSN). (2009). SNI 6989.71:2009 Air dan Air
Limbah di Bagian 71: Cara Uji Krom heksavalen (Cr-VI) dalam contoh uji
secara spektrofotmetri. Jakarta: BSN.
2. Khanifah, Nurul, Sulistyarti, Hermin, Sabarudin, Akhmad. 2015. Pembuatan
Tes Kit Kromium Berdasarkan Pembentukan Kompleks Cr(VI)-
Difenilkarbazida. Malang: Universitas Brawijaya.
3. Riyani, Maya Rizma Elva. 2020. Verifikasi Metode Uji Kromium Heksavalen
pada Cat Tembok Secara Spektrofotometri UV-Visibel di Laboratorium Balai
Besar Kimia dan Kemasan. Yogyakarta: Universitas Islam Indonesia.
4. Pusparani, Dinda Permata. 2018. Verifikasi Metode Uji Krom Heksavalen (Cr-
VI) dalam Air Laut Secara Spektrofotometri UV-Visible di Laboratorium
Sucofindo Kota Cirebon. Yogyakarta: Universitas Islam Indonesia.

I. Validasi

Yogyakarta, 28/10/2022
Dosen Pengampu Asisten Praktikan
(Kuntari, M.Si) (Annisa Fajar) (Augie Davin Siagian)

Anda mungkin juga menyukai