Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN KIMIA ANALITIK KI 2221

Percobaan ke-7
Titrasi Konduktometri

Nama : Syariful Anam Rifai


NIM : 10511088
Kelompok :8
Tanggal Percobaan : 23 April 2013
Tanggal Pengumpulan : 30 April 2013
Asisten : Novita M L (10509060)

LABORATORIUM KIMIA ANALITIK


PROGRAM STUDI KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
ALAM
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
2013
Titrasi Konduktometri

I. Tujuan
Menentukan konsentrasi dari NaOH, HCl, dan CH3COOH
Menentukan Ka CH3COOH

II. Teori Dasar


Suatu hantaran larutan didefinisikan sebagai kemampuan suatu larutan untuk
menghantarkan arus listrik. Hantaran larutan tersebut bergantung pada jumlah,
ukuran, dan muatan dari ion-ion yang ada di dalam suatu larutan. Jika ion-ion di dalam
suatu larutan digantikan oleh ion-ion lainnya, maka nilai hantaran dari larutan tersebut
juga akan ikut berubah. Sifat inilah yang dimanfaatkan dalam titrasi konduktometri
untuk menentukan titik ekivalen. Untuk menentukan titik ekivalen titrasi
konduktometri, dilakukan pengaluran nilai hantaran terhadap volum titran. Nilai
hantaran yang dialurkan bukanlah nilai hantaran yang terbaca saat pengukuran (L)
melainkan nilai hantaran yang sebelumnya telah dikoreksi (L).

Selain untuk menentukan titik ekivalen, titrasi konduktometri juga dapat


digunakan untuk menentukan nilai Ka suatu asam lemah. Misalnya saja untuk
menentukan Ka HOAc (asam asetat), diperlukan data titrasi HOAc dengan NaOH dan
data titrasi HCl dan NaOH. Sebelumnya, dilakukan penentuan atas tetapan disosiasi ()
HOAc terlebih dahulu.

( )
( )
( )
( )

Nilai LHOAc (100%) merupakan nilai hantaran yang dihasilkan jika HOAc terlarut
sempurna di dalam air. Nilai LHOAc (100%) itu bisa dihitung dengan persamaan berikut.

( ) ( )
III. Cara Kerja
25 mL sampel diencerkan menjadi 100 mL. Dipipet 25 mL

Dimasukkan ke erlenmeyer. Ditambahkan 150 mL air

Diaduk di atas pengaduk magnetik

Pengadukan dihentikan. Dilakukan pengukuran hantaran dan pencatatan

Ditambahkan 1 mL titran. Diaduk di pengaduk magnetic
(Sampel HCl & HOAc dititrasi dengan NaOH dan sampel NaOH dititrasi dengan HCl)

Pengadukan dihentikan. Dilakukan pengukuran hantaran dan pencatatan

Diulangi hingga penambahan titran 10 mL

Dibuat kurva titrasinya. Ditentukan konsentrasi sampel

IV. Data dan Pengamatan


Pada percobaan dilakukan titrasi eluat dengan data volume titrasi sebagai berikut
[NaOH]titran = 0,1996 M
[HOAc]titran = 0,2216 M

(mS)
V titran (mL)
HCl - NaOH CH3OH - NaOH NaOH CH3OH
0 4,940 0,247 2,280
1 4,380 0,242 1,934
2 3,820 0,361 1,616
3 3,200 0,524 1,287
4 2,670 0,665 1,054
5 2,100 0,804 0,988
6 1,605 0,954 0,981
7 1,479 1,100 0,976
8 1,651 1,254 0,974
9 1,915 1,467 0,973
10 2,240 1,786 0,972
V. Pengolahan Data
1. Hantaran Terkoreksi
Untuk data hantaran sampel HOAc sebelum penambahan titran

Dengan cara yang sama, dilakukan penentuan L sampel untuk volum


titran yang berbeda

VTitran L HOAc L HCl L NaOH


(mL) (mS) (mS) (mS)
0 0,247 4,94 2,28
1 0,25168 4,5552 2,01136
2 0,38988 4,1256 1,74528
3 0,58688 3,584 1,44144
4 0,7714 3,0972 1,22264
5 0,9648 2,52 1,1856
6 1,18296 1,9902 1,21644
7 1,408 1,89312 1,24928
8 1,65528 2,17932 1,28568
9 1,99512 2,6044 1,32328
10 2,5004 3,136 1,3608

2. Kurva Titrasi
Titrasi HOAc dengan NaOH 0,1996 M

Asam Asetat
3

2,5 y = 0,3617x - 1,1848

2
L' (mS)

1,5

0,5
y = 0,1749x + 0,1131
0
0 2 4 6 8 10
Volume NaOH (mL)
Titrasi HCl dengan NaOH 0,1996 M

HCl
6

5
y = -0,4697x + 4,9822
4
L' (mS)

2
y = 0,4154x - 1,0775
1

0
0 2 4 6 8 10
Volume NaOH (mL)

Titrasi NaOH dengan HOAc 0,2216 M

NaOH
2,5

y = 0,0271x + 1,0736
1,5
L' (mS)

y = -0,2685x + 2,2771
1

0,5

0
0 2 4 6 8 10
Volume HOAc (mL)

3. Volum Ekivalen
Titrasi HOAc dengan NaOH 0,1996 M

Titrasi HCl dengan NaOH 0,1996 M

Titrasi NaOH dengan HOAc 0,2216 M


4. Penentuan [Sampel]
[HOAc]
[ ]

[ ]

[HCl]
[ ]

[ ]

[NaOH]
[ ]

[ ]

5. Penentuan Ka HOAc
a. Ka HOAc 1
LNaOAc dari Titrasi NaOH oleh HOAc
( ) ( )

LNaCl dari Titrasi HCl oleh NaOH


( ) ( )

LHCl

LHOAc(100%)
( ) ( )

( )
Ka

( ) ( )

b. Ka HOAc 2
LNaOAc dari Titrasi HOAc oleh NaOH
( ) ( )

LNaCl dari Titrasi HCl oleh NaOH


( ) ( )
LHCl

LHOAc(100%)
( ) ( )

( )
Ka

( ) ( )

VI. Pembahasan
Pada titrasi konduktometri, dianalisis data hantaran larutan. Jika suatu larutan
bersifat elektrolit, berarti pada larutan tersebut akan terdapat ion-ion yang terlarut di
dalamnya. Akibat adanya ion-ion tersebut, suatu larutan elektrolit dapat
menghantarkan arus listrik. Arus listrik yang mengalir di dalam suatu larutan
diakibatkan oleh adanya pergerakan ion-ion dengan muatan tertentu di dalam larutan
tersebut. Kemampuan larutan untuk menghantarkan arus listrik tersebut dinamakan
hantaran larutan (L).

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi nilai suatu hantaran antara lain yaitu
jumlah, muatan, dan ukuran dari ion-ion yang ada di dalam larutan itu sendiri.
Semakin banyak ion-ion di dalam suatu larutan, tentunya hantaran yang diberikan
oleh larutan tersebut akan semakin besar pula. Begitu pula dengan muatan. Jika ion-
ion di dalam suatu larutan memiliki muatan yang semakin besar, maka larutan
tersebut juga akan memiliki daya hantar yang semakin besar. Terakhir adalah ukuran
ion-ion di dalam larutan. Ukuran ion di dalam suatu larutan berbanding terbalik
dengan kekuatan hantaran dari larutan tersebut. Semakin kecil ukuran suatu ion di
dalam larutan, semakin besar nilai hantaran larutan tersebut. Karena apabila ukuran
suatu ion kecil, maka ion tersebut dapat bergerak lebih cepat sehingga hantaran
semakin besar.

Prinsip dari titrasi konduktometri ini adalah penggantian ion-ion analit yang
sebelumnya ada di dalam larutan menjadi ion-ion titran yang ditambahkan ke
dalamnya. Penggantian ion-ion ini tentu akan mengubah nilai hantaran dari larutan
tersebut sesuai dengan nilai muatan, jumlah, dan ukuran dari ion-ion analit dan ion-
ion titran di dalam larutan. Perubahan nilai hantaran inilah yang diamati untuk
menentukan titik ekivalen dari suatu titrasi.

Ada beberapa perbedaan sekaligus keuntungan dari penggunaan titrasi


konduktometri dengan titrasi biasa. Pertama, dengan titrasi konduktometri ini kita
dapat menentukan titik ekivalen titrasi, bukan titik akhir titrasi. Tentunya dengan titik
ekivalen kita akan mendapatkan hasil yang lebih teiliti dibandingkan hasil pengolahan
data dengan data titik akhir titrasi. Kedua, dengan menggunakan titrasi
konduktometri, kita tidak memerlukan penggunaan reagen berupa indikator titik akhir
titrasi. Dengan begitu, kita dapat menekan penggunaan reagen juga biaya selama
proses analisis berlangsung. Selain itu, dengan titrasi konduktometri kita juga dapat
menentukan tetapan keasaman suatu asam lemah. Akan tetapi, titrasi konduktometri
ini tidak dapat diterapkan di semua larutan. Titrasi kondukmetri ini hanya terbatas
untuk larutan elektrolit. Larutan yang dimaksud adalah larutan yang mengandung ion-
ion analit yang ingin dianalisis.

Pada kurva titrasi HOAc oleh NaOH diamati kurva yang terus-menerus naik. Hal
ini bisa terjadi karena pada kondisi sebelum titrasi, ion-ion yang terdapat di dalam
larutan sampel hanyalah ion H+ dan ion OAc-. Ion H+ dan ion OAc- yang ada dalam
larutan ini berasal dari penguraian sebagian kecil HOAc di dalam sampel atau dengan
kata lain di dalam sampel kita sendiri masih terdapat molekul HOAc yang belum
terurai menjadi ion-ionnya. Oleh karenanya, teramati nilai hantaran yang cukup kecil
dari larutan sampel awal. Kemudian, setelah dilakukan penambahan NaOH ke dalam
analit, nilai hantaran yang terbaca bertambah. Hal ini diakibatkan oleh adanya ion Na+
dari titran NaOH yang masuk ke dalam larutan sampel disertai dengan berkurangnya
ion H+ dari HOAc akibat reaksi dengan ion OH- dari NaOH membentuk molekul H2O
(air). Oleh karena itu, setiap dilakukan penambahan titran NaOH ke dalam analit,
diperoleh nilai hantaran yang semakin besar. Pada pertengahan kurva, terlihat adanya
perbedaan gradien yang signifikan dari sebelumnya. Titik dimana gradien kurva
berubah secara drastis inilah yang menunjukkan titik ekivalen titrasi. Secara fisis, pada
titik ekivalen seluruh analit (HOAc) telah terurai habis menjadi ion-ionnya (salah
satunya H+) yang kemudian bereaksi dengan OH- dari NaOH menghasilkan H2O. Oleh
karenanya, setelah titik ekivalen terlewati, kenaikan nilai hantaran larutan menjadi
sangat signifikan akibat sumbangsih dari ion-ion yang ada di dalam larutan, yaitu ion
Na+, OH-, dan OAc-.

Berbeda dengan kurva titrasi HOAc oleh NaOH, kurva titrasi HCl oleh NaOH
berbentuk huruf V. Hantaran awal dari analit sangatlah besar nilainya, kontras sekali
dengan saat titrasi HOAc. Hal ini dikarenakan oleh sifat HCl yang merupakan asam
kuat yang akan terurai seutuhnya di dalam larutan. Oleh karenanya, nilai hantaran
saat titrasi belum dimulai sangatlah besar. Selanjutnya, saat penambahan NaOH
dilakukan, di dalam larutan terjadi reaksi yang sama seperti reaksi yang terjadi pada
titrasi HOAc oleh NaOH. Oleh karena adanya penggantian ion H+ oleh ion Na+, maka
nilai hantaran larutan pun berkurang. Hal ini mengindikasikan bahwa konduktansi dari
ion H+ lebih besar dibanding konduktansi ion Na+. Hal ini sesuai dengan teori yang
mengatakan bahwa jika muatan suatu ion sama, ukuran dari ion tersebut menentukan
besarnya konduktansi (daya hantar) ion tersebut. Oleh karena ion H+ dan ion Na+
sama-sama bermuatan +1, dan ukuran ion H+ lebih kecil dibanding ion Na+, maka
konduktansi ion H+ akan bernilai lebih besar dibanding konduktansi Na+. Titik ekivalen
dari kurva titrasi ini ditentukan dari perubahan gradien yang paling signifikan, sama
seperti kasus sebelumnya pada titrasi HOAc.

Pada titrasi NaOH oleh HOAc, sebelum penambahan titran dilakukan, nilai
hantaran larutan cukup tinggi. Hal ini dapat dijelaskan berdasarkan sifat NaOH yang
merupakan basa kuat. Basa kuat, sama halnya dengan asam kuat, akan terurai
seutuhnya saat dilarutkan dalam air. Oleh karenanya, diperoleh nilai hantaran yang
tinggi sebelum penambahan titran dilakukan. Setelah dilakukan penambahan HOAc,
nilai hantaran yang terbaca berkurang. Hal ini diakibatkan oleh berkurangnya ion OH -
di dalam larutan akibat bereaksi dengan ion H+ dari HOAc. Oleh karenanya, semakin
banyak HOAc ditambahkan ke dalam analit, selama masih ada ion OH- di dalam larutan
analit, nilai hantaran larutan akan terus berkurang. Setelah ion OH- habis bereaksi
semuanya, penambahan HOAc ke dalam larutan akan menyebabkan kenaikan nilai
hantaran akibat sumbangsih dari HOAc yang terurai sebagian menjadi ion H+ dan OAC-.
Dari hasil pengolahan data, diperoleh nilai Ka HOAc yang jauh melenceng dari
nilai Ka HOAc referensi (1,754x10-5). Salah satu faktor kesalahan yang mungkin
menjadi penyebab melencengnya nilai Ka percobaan ini dari nilai Ka referensi adalah
tidak dilakukannya kaibrasi terlebih dahulu oleh praktikan atas konduktometer yang
digunakan. Akibatnya, jika nilai hantaran yang terbaca berbeda dari yang semestinya,
maka kurva titrasi yang di dapat juga akan berbeda. Hal ini berdampak langsung ke
persamaan regresi yang diperoleh. Dengan berbedanya persamaan regresi, tentu saja
hasil penentuan konsentrasi larutan, derajat disosiasi, dan tetapan keasaman akan
berbeda dari yang diperoleh.

VII. Kesimpulan
Dari percobaan diperoleh konsentrasi Asam Asetat yaitu 0,1832 M konsentrasi
HCl yaitu 0,2186 M dan konsentrasi NaOH yaitu 0,1443 M
Tetapan Asam Asetat
1. Ka 1 = 6,224 x 10-4
2. Ka 2 = 6,4439 x 10-4

VIII. Pustaka
ca.mt.com/ca/en/home/applications/Aplication_Browse_Laboratory_Analytics/Applic
ation_fam_browse_main/Ti_conduct.html (diakses 27 April 2013 19:00 WIB)
www.tau.ac.il/~advanal/ConductometricTitrations,htm (diakses pada 27 April 2013
19:05 WIB)
www.britannica.com/EBchecked/topic/131695/conductometric-titration (diakses
pada 27 April2013 19:07 WIB)

Anda mungkin juga menyukai