Anda di halaman 1dari 17

SINTESIS PEWARNA DAN INDIKATOR SENYAWA AZO (METIL JINGGA DAN

FLUORESENS) DAN KARAKTERISASINYA BERDASARKAN SPEKTROSKOPI


UV/VIS, FTIR, MASSA, DAN 1H-NMR

PROGRAM STUDI S1 KIMIA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2023/2024
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Tujuan percobaan
1. Menyintesis metil jingga sebagai pewarna azo dari asam sulfanilat, natrium nitrit, N,N-
dimetilanilin dan natrium karbonat melalui reaksi diazotasi dan reaksi kopling
2. Menyintesis fluoresens dari ftalat anhidrat dan resorsinol dengan reaksi Friedel craft
3. Menghitung rendemen produk (metil jingga dan fluoresens)
4. Mengidentifikasi produk berdasarkan spectra Uv/Vis, IR, MS, 1H- dan 13C-NMR
1.2 Prinsip percobaan
1. Reaksi diazotasi
Reaksi pembentukan garam diazonium melalui reaksi substitusi elektrofilik antara
asam sulfonilat, natrium nitrit, dan asam klorida pekat
2. Reaksi kopling
Reaksi substitusi nukelofilik senyawa aromatic dengan ion diazonium terhadap cincin
aktif benzene menghasilkan pewarna azo.
3. Reaksi Friedel-craft
Reaksi substitusi gugus asil ke dalam cincin aromatic melalui halide asam
4. Spektroskopi Uv-Vis
5. Spektroskopi IR
Transisi elektronik dari keadaan dasar ke keadaan vibrasi tereksitasi
6. Spektroskopi NMR
Garis spektrum inti atom berbeda yang tereksitasi karena dikenai suatu medan magnet
yang kuat dari suatu gelombang radio hingga inti atom mengalami efek spin lattice.
7. Pergeseran kimia suatu inti
Perbedaan frekuensi resonansi suatu inti dan standar relative terhadap standar dengan
satuan ppm.
8. Spektrokopi massa
Proses ionisasi suatu molekul netral di dalam suatu medan magnet sehingga terjadi
pembelokkan atau pemisahan fragmen ion positif berdasarkan rasio massa terhadap
muatan (m/z).
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1.Mekanisme reaksi
1. Mekanisme reaksi diazotasi

2. Mekanisme reaksi kopling

3. Mekanisme reaksi fluoresens


2.2.Teori dasar
BAB III ALAT, BAHAN, DAN PROSEDUR
3.1 Alat dan Bahan
3.1.1 Alat
1. Batang pengaduk 8. Kertas saring
2. Corong buchner 9. Penangas es
3. Corong saring 10. Penangas minyak
4. Gelas kimia 11. Pipet tetes
5. Gelas ukur 12. Spatula
6. Hotplate 13. Termometer
7. Kaca arloji
3.1.2 Bahan
1. Akuades 7. N,N-Dimetilanilin
2. Asam asetat glasial 8. Natrium hidroksida
3. Asam klorida 9. Natrium karbonat
4. Asam sulfanilat 10. Natrium klorida
5. Etanol 11. Natrium nitrit
6. Ftalat anhidrat 12. Resorsinol
13. Seng klorida

3.2 Gambar Rangkaian Alat


3.3 Prosedur

1. Reaksi diazotasi - Tambah 1-2 ml Na2CO3 5%


5mL Na2CO3 5% jika masih belum larut
- Tambah akuades hingga 12 ml - Saring
ke gelas kimia Larutan natrium sulfanilat
- Tambah 1,3 gram asam - Tambahkan 0,45 g NaNO3 ke
sulfanilat dalam 3 ml akuades pada gelas
- Panaskan di penangas air kimia
sambil diaduk - Dinginkan 3-5℃ lalu aduk
- Tambah 4 tetes HCl pekat, - Timbang padatannya
tetes demi tetes Kristal metil jingga
Garam diazonium 3. Fluoresens
2. Reaksi kopling 15 g ftalat anhidrida
0,8 ml N,N dimetilanilin - Tambah 22 g resorsinol
- Tambah 0,4 mL asam asetat - Gerus dg mortar hingga halus
glasial dalam gelas kimia - Pindahkan ke gelas kimia
- Homogenkan dan aduk - Panaskan dipenangas minyak
Larutan dimetilanilin asetat T=180℃
- Masukkan ke larutan - Angkat ketika sudah meleleh
diazonium dengan cepat - Tambah 0,7 g ZnCl2, 10ml
- Aduk 5-10 menit akuades, dan 1ml HCl pekat
- Diamkan - Panaskan kembali sampai
Larutan jingga kuning suhu 110℃
- Tambah 0,9 g NaOH dalam 3 Larutan merah kuning
ml akuades - Dinginkan pada suhu ruang
- Tambah 2-3gram NaCl, lalu Endapan merah bata
aduk - Saring dg corong buchner
- Saring dengan corong buchner - Cuci dg etanol
- Cuci endapan dengan air panas - Cuci dg NaOH:HCl (1:1)
dan etanol - Keringkan dan timbang
- Keringkan pada suhu ruang Endapan merah kuning
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Tabel Sifat Fisika dan Kimia Bahan
4.2 Tabel Data Pengamatan
4.3 Perhitungan
1. Pembuatan larutan
a. Larutan Na2CO3 5%
b. Larutan NaOH
c. Larutan HCl
2. Sintesis metil jingga
a. Asam sulfanilat
b. Natrium nitrit
c. N,N-Dimetilanilin
d. Asam asetat glasial
e. Mol natrium sulfanilat
f. Mol garam diazonium
g. Mol metil jingga
h. Rendemen metil jingga
3. Sintesis fluoresens
a. Ftalat anhidrat
b. Resorsinol
c. Mol fluoresens
d. Rendemen fluoresens
4.4 Pembahasan
Pada hari Jumat, 6 oktober 2023 telah dilaksanakan praktikum percobaan “sintesis pewarna
dan indicator senyawa azo (metil jingga dan fluoresens) dan karakterisasinya berdasarkan
spektroskopi UV/VIS, FTIR, MASSA, 1H-NMR, dan C-NMR”. Adapun tujuan dari percobaan ini
adalah Menyintesis metil jingga sebagai pewarna azo dari asam sulfanilat, natrium nitrit, N,N-
dimetilanilin dan natrium karbonat melalui reaksi diazotasi dan reaksi kopling, Menyintesis
fluoresens dari ftalat anhidrat dan resorsinol dengan reaksi Friedel craft, Menghitung rendemen
produk (metil jingga dan fluoresens), serta Mengidentifikasi produk berdasarkan spectra Uv/Vis,
IR, MS, 1H- dan 13C-NMR.
Prosedur pertama adalah sintesis metil jingga yang diawali dengan reaksi diazotasi. Reaksi
ini merupakan reaksi pembentukan garam diazonium dengan mereaksikan nitrit dengan senyawa
yang memiliki amin aromatic primer dalam suasana asam. Garam ini merupakan senyawa
intermediet dalam pembentukan senyawa azo. Pertama, larutan Na2CO3 5% diambil sebanyak 5
ml ke dalam gelas kimia. Kemudian ditambahkan akuades 12ml dan 1,3 gram asam sulfanilat.
Larutan tersebut dipanaskan diatas penangas air sambil diaduk. Larutan Na2CO3 5% berfungsi
untuk melarutkan asam sulfanilat sekaligus bereaksi membentuk garam natrium sulfanilat. Larutan
NaNO3 5% ditambahkan kembali jika asam sulfanilat belum larut. Pengadukan dan pemanasan
bertujuan untuk mempercepat proses kelarutan natrium sulfanilat. Proses ini dikontrol secara
kinetik dan temodinamik karena melibatkan pergerakan molekul dan suhu. Setelah larut sempurna,
larutan natrium sulfanilat disaring untuk menghilangkan pengotor dan ditampung filtratnya.
Reaksi pembentukan natrium sulfanilat dapat dilihat pada Gambar 4.4.1

Berdasarkan reaksi tersebut, natrium karbonat anhidrat mendeprotonasi gugus amino dari
asam sulfanilat, dimana proton yang didapat berasal dari disosiasi natrium karbonat (CO3-).
Larutan yang dihasilkan berwarna kuning bening. Selanjutnya, filtrat larutan natrium sulfanilat
ditambahkan 0,45gram NaNO3 yang sudah dilarutkan dalam 3ml akuades. NaNO3 berfungsi
sebagai sumber ion nitrosonium (NO+) sedangkan akuades berfungsi agar NaNO2 dapat terurai
menjadi NO2+ dengan deprotonasi H+ pada H2O oleh O pada NaNO2. Reaksi pembentukan ison
nitrosonium dapat dilihat pada Gambar 4.4.2.

Gelas kimia ditutup dengan alumunium foil karena reaksi ini sangat sensitive terhadap cahaya dan
diletakkan dalam penangas es hingga suhu mencapai 3-5℃ untuk menjaga suhu reaksi. Suhu reaksi
diazotasi dilakukan pada suhu rendah untuk menjaga kestabilan garam diazonium yang mudah
terurai menjadi fenol dan gas N2. Larutan tersebut diaduk sehingga reaksi ini dikontrol secara
kinetik (tidak melibatkan suhu tinggi). Pada suhu tinggi, asam nitrit yang terbentuk dari reaksi
natrium nitrit dengan asam menjadi tidak stabil dan mudah terurai. HCl pekat 1 ml ditambahkan
tetes demi tetes sebagai katalis yang memberikan suasana asam kuat dan mempercepat reaksi.
HNO2 yang telah terbentuk akan dihidrolisis oleh H+ dari HCl sehingga ion nitrosonium cepat
terbentuk. Ion NO+ yang terbentuk bereaksi dengan natrium sulfanilat membentuk garam
diazonium yang berwarna kuning. Larutan garam diazonium disimpan dalam lemari yang minim
cahaya. Pada tahap ini diterapkan prinsip reaksi diazotasi. Mekanisme reaksi diazotasi dapat dilihat
pada Gambar 4.4.3

Tahap selanjutnya yaitu reaksi kopling yang bertujuan untuk membentuk senyawa azo.
Reaksi kopling merupakan reaksi nukelofilik senyawa aromatic dengan ion diazonium terhadap
cincin aktif benzene yang menghasilkan pewarna azo. Pertama, dilakukan pembuatan larutan
dimetilanilin asetat dengan cara mencampurkan 0,8ml N,N-dimetilanilin dan 0,4ml asam asetat
glasial lalu diaduk hingga homogen. Senyawa N,N-dimetilanilin berfungsi sebagai katalis atau
sumber cincin teraktivasi yang membantu reaksi garam diazonium berlangsung, sedangkan asam
asetat glasial digunakan sebagai pelarut yang melarutkan senyawa-senyawa nonpolar serta
menjaga pH larutan agar tetap pada pH netral. Jika pH larutan terlalu asam, gugus amina bebas
pada N,N-dimetilanilin akan terkonversi menjadi amina yang tidak reaktif, sedangkan jika pH
larutan basa ion diazonium akan terkonversi menjadi anion diazol yang sifatnya tidak reaktif
seperti yang terlihat pada Gambar 4.4.4. Hal ini akan berpengaruh terhadap keberlangsungan
reaksi kopling.

Selanjutnya, larutan dimetilanilin asetat dimasukan secara cepat ke larutan diazonium


dalam ruangan minim cahaya. Jika pencampuran dilakukan secara lambat, akan ada kemungkinan
senyawa diazonium bereaksi dengan kontaminan karena ion diazonium tidak stabil sehingga
menyebabkan terbentuknya produk samping. Campuran tersebut diaduk selama 10 menit untuk
mempercepat reaksi kopling. Pangadukan berfungsi untuk meningkatkan laju tumbukan antar
partikel karena reaksi kopling membutuhkan energi yang tinggi dan reaksi ini dikontrol secara
kinetik. Setelah diaduk, larutan didiamkan selama beberapa menit untuk memisahkan pengotor.
Larutan NaOH 7,5N dibuat dengan cara melarutan 30gram NaOH dalam 100ml akuades panas.
Pelarutan NaOH dalam akuades panas bertujuan agar tidak terbentuk endapan natrium karbonat.
NaOH sebanyak 3ml ditambahkan ke dalam larutan untuk mengikat atom H pada N,N-
dimetilanilin sehingga atom N nya memiliki pasangan electron bebas yang dapat mengaktivasi
cincin aromatic untuk reaksi kopling. Selain itu, NaOH juga berfungsi sebagai pemberi suasana
basa untuk intermediet reaksi dan menetralkan suasana reaksi. Selanjutnya, 3gram NaCl
ditambahkan untuk mengendapkan metil jingga melalui proses salting out. Pada tahap ini
diterapkan prinsip reaksi kopling. Mekanisme reaksi metil jingga dapat dilihat pada Gambar 4.4.5
Senyawa metil jingga memiliki gugus rangkap terkonjugasi yang dapat menyerap cahaya sehingga
dapat menghasilkan warna. Metil jingga merupakan senyawa azo karena memiliki gugus kromofor
(N=N+) dan auxochrome (gugus yang meningkatkan intensitas warna yaitu gugus amina.
Selanjutnya, metil jingga disaring dengan corong buchner dalam keadaan vakum dan dikeringkan.
Rendemen metil jingga yang didapatkan yakni sebesar 69,92%. Pembuatan metil jingga sangat
penting karena metil jingga sering digunakan sebagai indicator pH titrasi asam basa dan memiliki
trayek pH 3,1-4,4.
Hasil karakterisasi menggunakan H-NMR terlihat pada Gambar 4.4.6 yang menunjukkan
bahwa senyawa memberikan sinyak triplet pada rentang pergeseran kimia= 6,8-7,9ppm yang
merupakan ciri khas proton aromatic. Sinyal yang terlihat pada pergeseran kimia= 2-3ppm
menunjukkan sinyal dari proton fenol dan amina. Sedangkan untuk spektrum C-NMR pada
Gambar 4.4.7 terlihat adanya puncak pada pergeseran= 30-40 yang merupakan ciri khas proton C
alkil. Puncak pergeseran kimia=112-127ppm merupakan puncak khas dari C yang mengikat gugu
N (C=N). berdasarkan kedua spektrum H-NMR dan C-NMR dari metil jingga, dapat didapatkan
struktur metil jingga seperti pada Gambar 4.4.8. Pada tahap ini diterapkan prinsip pergseran kimia
suatu inti dan spektroskopi NMR.

Hasil pengukuran menggunakan spektroskopi massa dapat dilihat pada Gambar 4.4.9 memberi
petunjuk terhadap fragmen-fragmen yang terjadi dari ion molekulnya sehingga dapat ditentukan
struktur dan berat molekul dari senyawa hasil sintesis. Hasil fragmentasi spektrum massa
memberikan ion molekul M+ pada m/z 355, dengan puncak dasar pada m/z 333 yang
mengindikasikan berat molekul hasil sintesis sedikit berbeda dengan berat molekul senyawa metil
jingga (327,33g/mol). Pada tahap ini diterapkan prinsip spektroskopi massa.

Selanjutnya adalah sintesis fluoresens dari ftalat anhidrat dan resorsinol menggunakan
katalis ZnCl2 melalui reaksi Friedel craft. padatan ftalat anhidrat 1,5 gram dimasukkan ke lumpang
dan ditambahkan 2,2 gram resorsinol lalu ditumbuk hingga halus. Proses penggerusan dilakukan
di ruang minim cahaya karena resorsinol mudah terdegradasi/teroksidasi oleh cahaya. Penggerusan
betujuan untuk meningkatkan luas permukaan agar reaksi cepat berlangsung. Ftalat anhidrat
berfungsi sebagai sumber anion aromatic dan resorsinol sebagai gugus yang akan disubstitusi
melalui reaksi Friedel craft. reaksi ini merupakan reaksi subtitusi gugus alkil/asil ke dalam cincin
aromatic melalui halide asam.
BAB V KESIMPULAN
5.1 Metil jingga (senyawa azo) dapat disintesis dari asam sulfanilat, NaNO2, N,N-
dimetilanilin dan natrium karbonat melalui reaksi diazotasi dan reaksi kopling.
5.2 Senyawa fluoresens dapat disintesis dari ftalat anhidrat dan resorsinol menggunakan reaksi
Friedel craft
5.3 Rendemen produk metil jingga dan fluoresens dapat dihitung secara berturut-turut yakni
69,92% dan 20,4%.
5.4 Produk hasil sintesis dapat diidentifikasi berdasarkan spectra MS, H-NMR, dan C-NMR

Questions
1) Write the formula for resonance contributors the structure of methyl orange that show that
positive charge may be delocalized to the aromatic ring, the “central” carbon, and both
nitrogen’s!
2) Write the equations that show how congo red might be synthesized from Benzedrine!
3) What is the structural difference between methyl violet and malachite green? What is such
a group called?
4) With the help of an equation, explain why the reduced form of indigo is soluble in base
5) Write an equation for the synthesis of phenolphthalein. What general type of reaction is
this?
6) Congo red and para red belong to a family of dyes called azo dyes. Explain!
7) 7 Malachitegreen, crystalviolet, and phenolphthalein all belong to a class of dyes called
thiphenylmethane dyes. Explain!

Anda mungkin juga menyukai