Anda di halaman 1dari 15

LOGBOOK

PRAKTIKUM
SPEKTROMETRI Semester Ganjil
TA 2022/2023

Identitas
Judul Praktikum Penentuan Tembaga Secara Spektrofotometri Serapan
Atom (SSA)

Nama Fauziah Ulfah Ajri

NIM 22991025

Kelas A

Kelompok VA

Dosen Pengampu Kuntari, M.Sc

Asisten Eka

Hari/Tanggal Praktikum Selasa, 18 Oktober 2022

Hari/Tanggal Selasa, 29 Oktober 2022


Pengumpulan Logbook

PROGRAM STUDI DIII ANALISIS KIMIA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
2022
PENENTUAN TEMBAGA SECARA SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN
ATOM (SSA)

A. Tujuan
1. Mahasiswa dapat mempelajari penggunaan SSA dalam analisis 2.
Mahasiswa dapat menyiapkan contoh sesuai dengan syarat pengujian 3.
Mahasiswa dapat membuat larutan volumetri
4. Mahasiswa dapat menentukan kadar tembaga (Cu) total dengan metode kurva
kalibrasi dalam contoh air dan air limbah menggunakan spektrofotometer
serapan atom
5. Mahasiswa dapat melaporkan dan mengkomunikasikan hasil uji

B. Alat dan Bahan


1. Alat
Alat-alat yang digunakan diantaranya; gelas beker 100 mL dan 500 mL Merk
Iwaki; labu ukur 10 mL dan 50 mL Merk Iwaki dan Pyrex; pipet ukur 1 mL, 5
mL, 10 mL Merk Iwaki, kaca arloji, batang pengaduk, spatula, pipet tetes, pro
pipet, timbangan analitik.
2. Bahan
Bahan-bahan yang digunakan diantaranya; asam nitrat (HNO3) pekat,
Cu(SO4).5H2O, gas etilen C2H2

C. Prosedur kerja
1. Pembuatan larutsn induk logam tembaga 100 mg Cu/L
Sebanyak 0,019 gram Cu(SO4).5H2O dimasukkan ke dalam labu ukur 50 mL,
kemudian ditambahkan dengan 0,6 mL HNO3 pekat, dilarutkan dengan
aquadest sampai tanda tera.
2. Pembuatan larutan baku logam tembaga 10 mg Cu/L
10 mL larutan induk tembaga 100 mg Cu/L dipipet ke dalam labu ukur 100
mL. depatkan hingga tanda tera dengan akuades.
3. Pembuatan kurva kalibrasi
Deret larutan kerja dibuat dengan satu blangko dan empat kadar yang berbeda
secara proporsional yang berada pada rentang pengukuran yaitu 2,5; 5,0; 7,5;
10 mg (Cr-VI)/L. Larutan dimasukkan ke dalam labu ukur 25 mL dan
ditepatkan hingga tanda tera dengan akuades. Larutan kerja siap diukur
serapannya pada panjang gelombang maksimum dan dilakukan pembacaan
sebanyak 3 kali.
4. Pengukuran contoh uji
2 mL Contoh uji dipipet dan dimasukkan ke dalam labu ukur 10 mL.
Kemudian ditepatkan hingga tanda tera dengan akuades. Dilakukan
pengukuran sebanyak 2x dan dicatat hasil pengukurannya.
5. Kontrol mutu dengan spike matrix
2 mL Contoh uji dipipet dan dimasukkan ke dalam labu ukur 10 mL.
Ditambahkan sebanyak 0,25 mL larutan baku logam tembaga 100 mg Cu/L,
kemudian ditepatkan hingga tanda tera dengan akuades. Larutan contoh uji ini
diukur serapannya pada panjang gelombang maksimum dengan 3x pembacaan.
Dilakukan pengukuran secara duplo dan dicatat hasil pengukurannya.

D. Hasil Pengamatan
1. Larutan standar
No C Standar Absorbansi Rata-rata

A1 A2 A3

1 0.0 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000

2 2.5 0.0724 0.0775 0.0725 0.0741

3 5.0 0.1514 0.1574 0.1578 0.1555

4 7.5 0.1920 0.1954 0.1917 0.1930

5 10.0 0.2723 0.2504 0.2398 0.2542

2. Larutan sampel
No Sampel Absorbansi Rata-rata

A1 A2 A3

1 Sampel 1 0.0447 0.0447 0.0430 0.0441

2 Sampel 2 0.0424 0.0432 0.0440 0.0432


3. Larutan Spike
No Spike Absorbansi Rata-rata

A1 A2 A3

1 Spike 1 0.1778 0.1652 0.1680 0.1703

2 Spike 2 0.1556 0.1605 0.1650 0.1604

E. Analisis Data
1. Linearitas
Menentukan linearitas dapat dilakukan dengan membuat kurva kalibrasi
dengan membuat rangkaian solusi kerja yang berbeda kadaranya dengan
memepertimbangakan deret ukur dan balanko sebagai kontrol kontaminasi.
Semakin banyak deret kadar solusi yang digunakan untuk membuat kurva
kalibrasi maka secara statistik meningkatkan baik persamaan regresi yang
terbentuk. Pembuatan kurva kalibrasi dilakukan dengan membuat larutan
satndar krom heksavalen pada konsentrasi 0; 2,5 ppm; 5,0 ppm; 7,5 ppm; 10
ppm dari larutan induk tembaga.

No C Standar Absorbansi Rata-rata

A1 A2 A3

1 0.0 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000

2 2.5 0.0724 0.0775 0.0725 0.0741

3 5.0 0.1514 0.1574 0.1578 0.1555

4 7.5 0.1920 0.1954 0.1917 0.1930

5 10.0 0.2723 0.2504 0.2398 0.2542

Kurva Kalibrasi Standar


0.3000

br

y = 0.0251x + 0.0099
o

i bA

R² = 0.9855
s

n
0.2500 0.2000 0.1500 0.1000 0.0500 0.0000
a
0.0 2.0 4.0 6.0 8.0 10.0 12.0 Konsentarsi Standar

Persamaan regresi linearitas Slope Intersep R R²

y = 0.0251x + 0.0099 0.0251 0.0099 0.9927 0.9855

Persamaan garis linear adalah y = 0.0251x + 0.0099 dengan nilai R 2 = 0.9855


dan r = 0,9927. Parameter terdapatnya kaitan linier yang digunakan koefesien
(r) pada pengujian regrasi linier y=a+bx. Persyaratan yang memenuhi kriteria
untuk koefesien korelasi yaitu sebesar r> 0,995. Nilai r = 0,9927 menyatakan
bahwa hasil data linearitas dinyatakan tidak sah dan tidak terbentuk kolerasi
antara konsentrasi dan absorbansi atau nilai linearitas tidak memenuhi standar.

2. LOD dan LOQ


Untuk uji limit deteksi (LOD) dan limit kuantisasi (LOQ) dilakukan secara
statistik menggunakan kurva standar krom heksavalen yang diperoleh pada uji
linearitas sebelumnya. Penentuan LOD dan LOQ dapat ditentukan dengan
kurva kalibrasi. Adapun hasil pengukuran dapat dilihat pada Tabel.1

Konsentrasi Absorbansi (Y) YI Y-YI (Y-YI)²


Standar (mg/L)
1 2 3 Rata-rata

0.0 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0099 -0.0099 0.0001

2.5 0.0724 0.0775 0.0725 0.0741 0.0727 0.0015 0.0000

5.0 0.1514 0.1574 0.1578 0.1555 0.1354 0.0201 0.0004

7.5 0.1920 0.1954 0.1917 0.1930 0.1982 -0.0051 0.0000

10.0 0.2723 0.2504 0.2398 0.2542 0.2609 -0.0067 0.0000

∑ (Y-YI)² 0.0006

Sy/x 0.0139

LOD 1.6577

LOQ 5.5257

Menghitung LOD dan LOQ dari kurva kalibrasi dengan rumus:


������ =3����/�� ���������������� =10����/��
��������������/�� =
��−2
∑(��−��̅ 2
√ )

Nilai LOD & LOQ memenuhi standar karena nilai LOQ berada dibawah
konsentrasi sampel
3. Presisi
Presisi definisi derajat antara hasil uji individu yang diukur penyebaran hasil
individu berdasarkan rata-rata bila prosuder dilakukan secara berulang
terhadap sampel yang diperoleh dari campuran yang telah homogen presisi
berukuran sebagai simpangan baku atau simpangan baku relatif (koefisien
variansi). Presisi dapat dinyatakan sebagai pengulangan (keterulangan) atau
reproduktifitas (kebolehulangan). Untuk uji presisi pada penelitian ini
dilakukan membaca sampel sebanyak 6 kali.
Hasil yang dinyatakan presisi yang baik apabila nilai % RSD lebih besar dari
CV Horwitz. Hasil uji presisi menunjukkan bahwa % RSD 3,08 % dengan CV
Horwitz 15, 9826, sehingga dapat dikatakan bahwa data yang diperoleh
memilki nilai presisi yang baik dana data dapat dinyatakan sah.

No Sampel Absorbansi Xi FP X (mg/L) X bar %RPD


(mg/L) (mg/L)
A1 A2 A3 Rata-rata

1 Sampel 1 0.0447 0.0447 0.0430 0.0441 1.3639 5 6.8194 6.7264 2.76

2 Sampel 2 0.0424 0.0432 0.0440 0.0432 1.3267 6.6335

Rumus perhitungan presisi:


%��P�� =��1−��2
(��1+��2/2) Fp = 10/2 mL
Presisi memenuhi syarat karena nilai %RPD dibawah 10 %

4. Akurasi
Akurasi adalah nilai yang menunjukkan derajat sebuah hasil analisis
dibandingkan dengan keadaan yang sebenarnya dari analit. Akurasi juga
dijelaskan sebagai % recovery (persen perolehan kembali) dari analit yang
dilakukan penambahan didalamnya. Dalam penelitian ini uji akurasi dilakukan
dengan mengukur sampel yang kemudian ditambahkan dengan standar,
diperoleh % pemulihan sebesar -1,8224%. Hasil akurasi dinyatakan baik jika
diperoleh dengan rentang 85-115%. Maka pada penelitian ini hasil uji akurasi
tidak bisa masuk dalam rentang yang ditetapkan, sehingga data dapat
dinyatakan tidak valid

No Spike Absorbansi C spike C C %Recovery Rata-rata


(mg/L) target sample %Recovery
A1 A2 A3 Rata-rata (mg/L (mg/L)
)

1 Spike 1 0.1778 0.1652 0.1680 0.1703 31.9588 2.5 6.7264 1009.30 969.59

2 Spike 2 0.1556 0.1605 0.1650 0.1604 29.9734 929.88

V standar 0.25 mL

C standar 100 mg/L

V total 10 mL

Nilai %R memenuhi standar, karena syarat akurasi yang baik diperoleh dengan
rentang 85-115 % sedangkan dari data % recovery didapatkan sebesar 969,59
yang dimana memenuhi syarat akurasi yang baik.

5. Estimasi ketidakpastian
Menurut Pramono (2014), ketidakpastian pengukuran (µ) merupakan
parameter yang menetapkan mengenai rentang nilai yang diperkirakan
terdapat nilai benar (true value). Tujuan dari penentuan ketidakpastian
pengukuran untuk meningkatkan kualitas dan tingkat kepercayaan hasil
analisis serta menetapkan nilai tertelusur hasil analisis terhadap satuan
internasional. Hal yang perlu dilakukan untuk menentukan ketidakpastian
pengukuran dari suatu metode uji dilihat dari sumber yang dapat berkontribusi
terhadap ketidakpastian setiap tahapan kegiatan, mengkuantifikasi sumber
ketidakpastian setiap komponen, membuat diagram cause-effect (fish bone)
menghitung ketidakpastian gabungan dari ketidakpastian baku setiap
komponen dan menghitung ketidakpastian diperluas
Estimasi ketidakpastian merupakan suatu parameter non-negatif yang
menggambarkan sebaran nilai kuantitatif suatu hasil pengujian (ukur)
berdasarkan informasi yang digunakan. Penyimpangan dari pengujian didapat
dari hasil kurva ditambah presisi. Nilai dari ketidakpastian harus lebih kecil
dari konsentrasi sampel.
Rumus:
Konsentrasi Contoh = C × FP
Diagram tulang ikan:

a. Ketidakpastian baku
• Ketidakpastian asal kurva kalibrasi
No Cj standar (mg/L) Absorbansi (Aj) (B0+B1.Cj) [Aj-(B0+B1.Cj)]² (Cj-C bar) (Cj-C bar)²

1 0.0 0.0000 0.0099 0.0001 -5.0000 25.0000

2 2.5 0.0741 0.0727 0.0000 -2.5000 6.2500

3 5.0 0.1555 0.1354 0.0004 0.0000 0.0000

4 7.5 0.1930 0.1982 0.0000 2.5000 6.2500

5 10.0 0.2542 0.2609 0.0000 5.0000 25.0000

C bar 5 ∑[Aj-(B0+B1.Cj)]² 0.0006 SXX 62.50

2 B1 (Slope)
No Deskripsi
3 P (Jumlah Sample)
1 S (Standar Deviasi)
4 n (Jumlah Standar)
5 • Ketidakpastian asal labu ukur 10 mL
C0 (C sample)
Kalibrasi alat ukur
6 Cbar (C standar rata-rata)

7 Sxx

8 μ (C0)

No Deskripsi Nilai

1 a (volume kalibrasi)(mL) 0.0250

2 √6 2.4495

3 μ (Va) 0.0102

Temperatur
No Deskripsi Nilai

1 Volume alat ukur 10

2 ΔT 5

3 α 0.00021

4 √3 1.7321

5 μ (FM) 0.0061

6 μ (V labu) 0.0119

• Ketidakpastian contoh asal pipet ukur 5 mL


Kalibrasi alat ukur
No Deskripsi Nilai

1 a (volume kalibrasi)(mL) 0.0300

2 √6 2.4495

3 μ (Va) 0.0122
Temperatur
No Deskripsi Nilai

1 Volume alat ukur 5

2 ΔT 5

3 α 0.00021

4 √3 1.7321

5 μ (FM) 0.0030

6 μ (V pipet) 0.0126

• Ketidakpastian faktor pengencer


No Deskripsi Nilai

1 μ (V labu) 0.0119

2 μ (V pipet) 0.0126

3 μ (FP) 0.0173

• Ketidakpastian asal akurasi


No Deskripsi Nilai

1 %Recovery 969.59

2 100 100.00

3 μ (R) 9.6959

• Ketidakpastian asal presisi


No Deskripsi Nilai

1 %RPD 2.76

2 100 100.00

3 μ (RPD) 0.0276
b. Ketidakpastian gabungan dan diperluas
No lambang Deskripsi Nilai (x) Satuan Ketidakpastian baku (μ (x)) ketidakpastian
relatif ((μ (x))/x)

1 Co Konsentrasi Cu 6.7264 mg/L 0.4778 0.07103

2 FP Faktor 5 0.0173 0.00346


Pengenceran

3 P Presisi (%RPD) 2.76 % 0.0276 0.01000

4 R % Recovery 969.59 % 9.6959 0.01000

Ketidakpastian gabungan 0.07251

Ketidakpastian diperluas 0.14502

Rumus ketidakpastian diperluas:


Nilai konsentrasi Cu ± ketidakpastian diperluas

6.7264 0.14502

Rentang ketidakpastian dengan kadar yang diperoleh baik dengan kadar yang
diperoleh memilki kepercayaan yang baik dengan nilai ketidakpastiann yang
didapatkan yaitu kecil dari konsentarasi sampel yang syarat seharusnya ketidakpastian
lebih kecil dari konsentrasi contoh atau mendekati 0.

F. Pembahasan
Pada praktikum ini, dilakukan penentuan analisis tembaga pada contoh, cara
penggunaan SSA dalam analisis, dan membuat larutan volumetri. Berbagai
metode analisis dapat dilakukan untuk menentukan kadar logam berat dalam
sedimen,
namun metode yang sering dipakai adalah metode Spektrofotometer Serapan
Atom (SSA). Metode pengukuran logam berat menggunakan atom Penyerapan
Spektrofotometer (AAS) yaitu pengukuran berdasarkan penguapan solusi sampel
kemudian logam yang termasuk didalamnya diubah menjadi atom bebas.
Kelebihan zat tembaga (Cu) bisa menyebabkan keracunan dimana terjadi muntah,
kerusakan usus, penuaan dini hingga kematian, mudah marah, bangsa cacat lahir,
gusi berdarah, kanker, kardiomiopati, sirosis ginjal, bunga, diabetes, diare, pusing,
mudah lelah, kulit kehitaman - hitaman, sakit kepala, gagal hati, hepatitis,mudah
emosi, dan lain sebagainya (Rahayu dkk., 2013).
Larutan sampel yang diukur dengan menggunakan Spektrofotometri SerapanAtom
pada panjang gelombang 324,7 nm dengan cara dimasukkan kedalamnya sebagai
suatu aerosol yakni suatu kabut yang terdiri dari tetesan yang sangat halus. Ketika
larutan maju melewati nyala, pelarutnya akan menguap dan bintik-bintik halus
yang dihasilkan berupa partikel. Zat ini kemudian berdisosiasi untuk menghasilkan
atom logam. Spektrofotometri Serapan Atom (SSA) merupakan atom-atom suatu
logam yang diuapkan dalam suatu nyala dan serapannya pada suatu pita radiasi
sempit yang dihasilkan oleh suatu lampu katode rongga, dilapisi dengan logam
tertentu yang ditentukan, diukur (Indrayani, 2016).
Analisis kuantitafif yang digunakan untuk mengetahui kadar tembaga (Cu) pada
sampel adalah dengan metode Spektrofotometri Serapan Atom (SSA).
Spektrofotometri Serapan Atom menggunakan prinsip absorbansi cahaya oleh
atom (atom netral). Atom-atom menyerap cahaya tersebut pada panjang
gelombang
tertentu, tergantung pada sifat-sifatnya. Untuk mendapatkan atom netral,
dilakukan proses yang disebut atomisasi. Atomisasi terjadi dalam nyala dengan
proses dimulai dari analisis sampel (cair) menjadi kabut halus, kabut halus
menjadi partikel halus, kemudian menjadi gas dan terakhir menjadi atom netral.
Atom netral ini mampu menyerap cahaya dengan panjang gelombang spesifik
yang dipancarkan oleh lampu Kosong Katoda. Lampu ini hanya memancarkan
cahaya dalam bentuk spektra garis yang hanya sesuai dengan unsur tertentu.
Atom-atom dari sampel akan menyerap sebagian sinar yang dipancarkan oleh
sumber cahaya. Penyerapan
energi oleh atom terjadi pada panjang gelombang tertentu sesuai dengan energi
yang dibutuhkan oleh atom tersebut. Dengan menyerap energi, atom dalam
keadaan dasar dapat mengalami eksitasi ke tingkat yang lebih tinggi. Keadaan ini
bersifat labil, sehingga atom akan kembali ketingkat energi dasar sambil
mengeluarkan energi yang berbentuk radiasi. Selisih antara sinar yang dipancarkan
dengan sinar yang tertangkap pada detektor mengidentifikasikan bahwa selisih
tersebut merupakan cahaya yang diserap oleh atom tersebut.
Tahapan pertama yang dilakukan pada percorbaan adalah pembuatan larutan induk
logam 100 mg Cu/. Larutan induk dibuat dengan melarutkan sebanyak 0,019 gram
Cu(SO4).5H2O dalam labu ukur 50 mL, lalu ditambahkan 0,6 HNO 3 pekat
kemudian ditepatkan hingga tanda batas dengan aquades. Langkah selanjutnya
membuat larutan baku logam tembaga 10 mg Cu/L. Larutan baku dibuat dari
larutan induk 100 mg Cu/L yang dipipet 10 mL kedalam labu ukur 100 mL,
kemudian ditanda bataskan dengan aquades. Selanjutnya dibuat deret standar
logam tembaga dengan 0 (untuk blangko); 2,5 ppm; 5,0 ppm; 7,5 ppm; 10 ppm
dengan menggunakan larutan baku logam tembaga 10 mg Cu/L sebanyak 0; 2,5
mL; 5,0 mL; 7,5 mL; 10 mL, kemudian ditepatkan hingga tanda batas dengan
akuades.
Selanjutnya yaitu pembuatan larutan contoh uji yaitu dengan cara dipipet
sebanyak 2,0 mL larutan sampel kedalam labu uku 10 mL, kemudian ditepatkan
hingga tanda batas dengan akuades.
Kemudian untuk pembuatan spike, preparasinya hampir sama dengan pembuatan
larutan sampel. Dengan cara dipipet sebanyak 2,0 mL larutan contoh uji,
kemudian ditambahakn 0,25 mL larutan baku logam tembaga 10 mg Cu/L,
kemudian ditepatkan hingga tanda batas dengan akuades.
Setelah melakukan preparasi sampel dan larutan standar, kemudian larutan
tersebut diukur absorbasnisnya dengan menggunakan spektrofotometri serapan
atom dengan panjang gelombang 324,7 nm. Sebelum larutan mulai diukur
absorbansinya, terlebih dahulu digunakan larutan blanko agar absorbansi mulai
dari
nilai 0. Larutan balnko ini harus memiliki nilai absorbansi 0, hal ini berarti larutan
blanko tidak menyerap radiasi dari sinar tampak atau memilki transmitansi 100 %.
Dari pengukuran yang telah dilakukan,didapatkan panjang gelombangnya sebesar
324,8 nm dengan absorbansinya sebesar 0,70.
Dari analisis data didapatkan hasil Persamaan garis linear adalah y = 0.0251x +
0.0099 dengan nilai R2 = 0.9855 dan r = 0,9927. Parameter terdapatnya kaitan
linier yang digunakan koefesien (r) pada pengujian regrasi linier y=a+bx.
Persyaratan yang memenuhi kriteria untuk koefesien korelasi yaitu sebesar r>
0,995. Nilai r = 0,9927 menyatakan bahwa hasil data linearitas dinyatakan tidak
sah dan tidak terbentuk kolerasi antara konsentrasi dan absorbansi. Untuk nilai
LOD didapatkan 1,6577 dan LOQ sebesar 5,5257 dengan syarat nilai LOQ dan
LOD barada dibawah konsentrasi sampel yaitu sebesar 6,7264. Presisi pada
sampel memenuhi syarat karena nilai %RPD sebesar 2,76% dengan syarat
keberterimaan presisi yaitu apabila %RPD nya itu dibawah 10%. Nilai persen
recovery didapatkan 969,59 %, dengaan syarat keberterimaan nialai persen
recovery itu harus memenuhi 85-115%. Ketidakpastian gabungan diperoleh
sebesar 0,0725 dan ketidakpastian diperluas 0,1450 Rentang ketidakpastian
dengan kadar yang diperoleh baik dengan kadar yang diperoleh memilki
kepercayaan yang baik dengan nilai ketidakpastiann yang didapatkan yaitu kecil
dari konsentarasi sampel yang syarat seharusnya ketidakpastian lebih kecil dari
konsentrasi contoh atau mendekati 0.

G. Kesimpulan
Penentuan kadar logam tembaga dapat dilakukan dengan instrumen
spektrofotometer serapan atom (SSA). Panjang gelombang maksimal yang
digunakan adalah 324,7 nm. Verifikasi metode percobaan ini meliputi parameter
linieritas, LOD, LOQ, presisi, akurasi, dan perkiraan ketidakpastian. Nilai masing
masing parameter pengungkit tersebut adalah: untuk linieritas, koefisien korelasi
(r) yang diperoleh sebesar 0,9927; untuk LOD sebesar 1,6577 mg/L; untuk LOQ
sebesar 5,5257mg/L; untuk presisi, persentase RPD sebesar 2,76 %; untuk akurasi,
persentase pemulihan sebesar 969,59 %; dan untuk ketidakpastian, ketidakpastian
awal kurva kalibrasi sebesar 0,4778, ketidakpastian asal labu ukur 10 mL untuk
kalibrasi alat ukur sebesar 0,0102, untuk temperatur 0,0119, ketidakpastian asal
pipet 5 mL untuk kalibrasi alat ukur sebesar 0,0122, untuk temperatur sebesar
0,0126, ketidakpastian faktor pengenceran didaptkan sebesar 0,0173,
ketidakpastian akurasi sebesar 9,6959, ketidakpastian presisi sebesar 0,0276
ketidakpastian gabungan sebesar 0.0725, dan ketidakpastian diperluas sebesar
0.1450. Parameter pengungkit pada aspek liniearitas tidak memenuhi kriteria,
sedangkan LOQ dan LOD, presisi, dan syarat keberterimaan memenuhi kriteri
standar.

H. Daftar Pustaka
AIndrayani, F., 2016, Analisis Kandungan Logam Kalsium Air Tahu
denganMenggunakan Metode Spektrofotometri Serapan Atom, Journal of
Pharmaceutical Science and Herbal Technology , Vol. 1(1) .
Khaira, K., 2014, Analisis Kadar Tembaga (Cu) dan Seng (Zn) dalam Air
MinumIsi Ulang Kemasan Galon di Kecamatan Lima Kaum Kabupaten
TanahDatar, Jurnal Sainstek , Vol. 4(2) .
Murtini, Rum, H. dan Gunawan, 2017, Efek Destruksi Terhadap Penentuan
KadarCu (II) dalam Air Sumur, Air Laut dan Air Limbah Pelapisan
KromMenggunakan AAS, Research Gate , Vol. 2(4) .
Nuraini, Iqbal dan Sabhan, 2015, Analisis Logam Berat dalam Air Minum
IsiUlang (AMIU) dengan Menggunakan Spektrofotometri Serapan
Atom(SSA), Gravitasi , Vol. 14(1) .
Rahayu, B., Mery, N. dan Tahril, 2013, Analisis Logam Zink (Zn) dan Besi
(Fe)Air Sumur di Kelurahan Pantolongan Kecamatan Palu Utara, J. Akad.
Kim . Vol. 2(1) : 1-4.
Sasongko, E.B., Endang, W. dan Rawuh, E.P., 2014, Kajian Kualitas Air
danPenggunaan Sumur Gali Oleh Masyarakat di Sekitar Sungai
KaliyasaKabupaten Cilacap, Jurnal Ilmu Lingkungan , Vol 12(2) : 72-82
I. Validasi
Dosen Pengampu Asisten Yogyakarta, 29 Oktober
2022 Praktikan

(Kuntari, M.Sc) (Pipit)


(Fauziah Ulfah Ajri)

Anda mungkin juga menyukai