Anda di halaman 1dari 6

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 Data Pengamatan Analisa Logam Besi (Fe)

Tabel 4.1.1 Data Standar Kalibrasi Konsentrasi Logam Besi (Fe) Terhadap Absorbansi

Sampel ID Konsentrasi (mg/L) Absorbansi


Standar 0 0 0,0025
Standar 0,3 0,3 0,0323
Standar 0,5 0,5 0,0441
Standar 1 1 0,0818
Standar 2 2 0,1504
Standar 3 3 0,2132
Standar 4 4 0,2733
Standar 5 5 0,3418
Standar 6 6 0,4079

Kurva Kalibrasi Logam Besi (Fe)


0.45
0.4
f(x) = 0.0663188974107606 x + 0.011283115160602
0.35 R² = 0.999054842897716
ABSORBANSI

0.3
0.25
0.2
0.15
0.1
0.05
0
0 1 2 3 4 5 6 7

KONSENTRASI (mg/L)

Gambar 4.1 Kurva Kalbibrasi Standard Logam Besi (Fe)


Tabel 4.1.2 Data Hasil Analisa Logam Besi (Fe) pada Sampel Air Sungai dan Air Limbah

Hasil Konsentrasi
No Sampel Absorbansi Konsentrasi (ppm) fp %RPD
(ppm)
1 1A 0,0965 1,2850 1 - 1,2850
2 2A 0,0466 0,5325 1 - 0,5325
3 3A 0,0304 0,2883 1 - 0,2883
4 1B 0,0124 0,0168 1 - 0,0168
5 2B 0,0394 0,424 1 - 0,0394
6 3B 0,3314 4,8269 6 - 28,9616

4.2 Pembahasan

4.2.1 Hasil Analisa Logam Besi (Fe)

Pada analisa ini, dilakukan analisa kadar logam besi (Fe) pada sampel air,
yang terdiri dari air sungai dan air limbah, menggunakan spektrofotometer
serapan atom (SSA) dengan panjang gelombang 248,3 nm sesuai SNI 6989-
84:2019. Analisa ini bertujuan untuk mengetahui kadar logam besi (Fe) pada air
sungai dan air limbah, apakah sudah sesuai dengan baku mutu, atau belum. Yang
mana menurut Peraturan Daerah Provinsi Kalimantan Timur Nomor 02 tahun
2011, kadar maksimum logam besi (Fe) dalam air limbah golongan II adalah 10
mg/L. Adapun menurut Peraturan Pemerintah Nomor 22 tahun 2021,
kadar maksimum logam besi (Fe) dalam air sungai adalah 0,3 mg/L.

Prinsip kerja analisa ini adalah berdasarkan spektrofotometri serapan


atom (SSA), larutan berisi sampel dan standar akan dikabutkan dan diubah
menjadi atom-atom dengan atomizer tipe flame, kemudian diukur absorbansinya.
Prinsip dasarnya adalah penyerapan energi radiasi yang dipancarkan lampu
katoda berongga elemen Besi (Fe) oleh atom-atom yang berada pada keadaan
dasar (ground state), untuk berpindah ke tingkat energi yang lebih tinggi
(tereksitasi). Pengurangan intensitas radiasi yang dipancarkan sebanding dengan
jumlah energi yang diserap oleh atom pada tingkat dasar. Dengan mengukur
intensitas radiasi mula-mula (I0), yang merupakan data intensitas radiasi yang
diteruskan oleh blanko, kemudian dapat dihitung absorbansi (banyaknya radiasi
cahaya yang diserap), dan hasil logaritma perbandingan hal tersebut akan
menunjukkan konsentrasi logam besi pada sampel.

Analisa logam besi (Fe) yang dilakukan pada analisa ini adalah besi
terlarut. Sebelum pengujian, sampel perlu disaring dan ditambahkan dengan
asam nitrat (HNO3) pekat. Asam nitrat ditambahkan pada contoh secara
teoritis dilakukan karena dua alasan. Pertama, untuk menurunkan pH < 2
sehingga pengendapan, adsorpsi ke dinding wadah, dan degradasi oleh mikrobia
dapat diminimalisasi. Meskipun hampir semua jenis asam dapat digunakan,
HNO3 lebih dipilih karena sifatnya yang mudah melarutkan logam dan
mengubah ion logam menjadi garam nitrat yang sangat mudah larut
dibandingkan garam lainnya. Alasan kedua adalah sifat oksidator asam nitrat
yang cukup kuat sehingga digunakan untuk proses destruksi sampel sebagai
langkah proses preparasi yang dibutuhkan sebelum dilakukan pengukuran dengan
SSA.(Zakaria et al., n.d.)

Langkah selanjutnya adalah membuat larutan standar pada berbagai


konsentrasi. Larutan standar digunakan untuk membuat kurva kalibrasi, untuk
memplotkan absorbansi pada sampel sehingga didapat konsentrasi sampel.
Sebelum analisa dengan alat SSA-nyala, dilakukan optimasi lampu dan signal
flame, sehingga didapatkan kondisi operasi yang maksimal.

Analisa diawali dengan pembacaan blanko. Pembacaaan blanko berfungsi


agar pada konsentrasi nol tidak terjadi penyerapan cahaya, sehingga pembacaan
standar atau sampel lebih akurat. Setelah pembacaan blanko, dilanjutkan dengan
pembacaan standar, sehingga diperoleh kurva kalibrasi dengan persamaan regresi
linear y = 0,066319x + 0,011283 dan koefisien korelasi (r) sebesar 0,9995. Nilai
ini sudah mencukupi dimana koefisien korelasi (r) harus ≥ 0,995. Hal tersebut
mengindikasikan bahwa respons dari instrumen adalah linear.
Setelah pembacaan standar, dilanjutkan dengan pembacaan sampel.
Pembacaan sampel diawali dengan pembacaan tiga sampel air sungai yang
memiliki kode A, kemudian tiga sampel air limbah dengan kode B. Sebelum
pengukuran sampel air limbah, dilakukan analisis blanko sebagai kontrol
kontaminasi. Hasil pembacaan sampel menunjukan pada sampel air sungai hanya
terdapat satu sampel yang hampir menekati baku mutu namun masih
dikategorikan aman keberadaannya dalam air sungai yang ditetapkan pada
Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2021 (konsentrasi ≤ 0,3 mg/L) yaitu
sampel 3A dengan konsentrasi 0,2883 mg/L, sedangkan dua sampel air sungai
lainnya melebihi baku mutu, dengan konsentrasi untuk sampel 1A sebesar 1,2850
mg/L dan untuk sampel 2A sebesar 0,5325 mg/L, sehingga air sungai tersebut
dikategorikan tercemar logam besi (Fe) dan tidak layak digunakan untuk
aktivitas manusia seperti minum, mandi, cuci pakaian dll . Adapun pada sampel
air limbah, terdapat satu sampel yang melebihi baku mutu yang ditetapkan pada
Peraturan Daerah Provinsi Kalimantan Timur Nomor 02 Tahun 2011 golongan II
(konsentrasi ≤ 10 mg/L) yaitu sampel 3B dengan konsentrasi 28,9616 mg/L,
sehingga air limbah tersebut tidak layak untuk dibuang langsung ke lingkungan
perairan, seperti sungai sebelum ditreatment penurunan kadar besi nya.
Sedangkan dua sampel air limbah kode 1B dan 2B dengan konsentrasi masing-
masing 0,0168 dan 0,0394 mg/L, sudah sesuai dengan baku mutu yang
ditetapkan.
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Dari pelaksanaan tugas khusus pada magang industri di


Laboratorium BSPJI Samarinda, dapat disimpulkan;

1. Hasil analisa pada sampel air sungai untuk parameter logam Besi (Fe)
menunjukkan bahwa hanya 1 sampel yang memenuhi namun hampir
mendekati baku mutu dengan konsentrasi di bawah 0,3 mg/L yaitu pada
sampel 1A sebesar 0,2883 mg/L . Sementara terdapat dua sampel kode 2A dan
3A dengan konsentrasi 1,2850 dan 0,5325 mg/L yang melebihi baku mutu.
Sedangkan hasil analisa pada sampel air limbah menunjukkan bahwa dua dari
tiga sampel dengan kode 1B dan 2B dengan konsentrasi besi (Fe) sebesar
0,0168 dan 0,424 mg/L berada di bawah baku mutu dengan konsentrasi
dibawah 510mg/L. Sementara terdapat satu sampel air limbah kode 3B
memiliki konsentrasi 28.9616 mg/L, yang mana konsentrasi tersebut
melampaui baku mutu yang ditetapkan yaitu maksimal 10 mg/L.
2. Hasil analisa pada sampel air sungai utuk parameter surfaktan
anionik (Deterjen) menunjukkan bahwa dua sampel kode 2A
dan 3A dengan konsentrasi 0,1353 dan 0,1514 mg/L
memenuhi baku mutu yaitu memiliki konsentrasi surfaktan
anionik (Deterjen) di bawah 0,2 mg/L. Sementara terdapat satu
sampel kode 1A dengan konsentrasi 1,14 mg/L melebihi baku
mutu yang ditetapkan. Sedangkan hasil analisa pada sampel
air limbah untuk parameter surfaktan anionik (Deterjen)
menunjukkan bahwa tiga sampel kode 1A, 2A dan 3A dengan
konsentrasi masing -masing yang di analisa sesuai dengan
baku mutu yang ditetapkan yaitu maksimal 5 mg/L.

5.2 Saran

Sebaiknya penulis lebih teliti dalam pembuatan larutan standar


agar didapatkan hasil pembacaan yang akurat. Dan saat
melakukan analisa, penulis berhati-hati dengan selalu
menggunakan alat pelindung diri seperti sarung tangan dan
masker untuk menjaga diri dari bahan-bahan kimia yang
berbahaya. Penulis juga supaya teliti dalam pembuatan larutan
standar agar didapatkan hasil pembacaan yang akurat.

Anda mungkin juga menyukai