Anda di halaman 1dari 38

1.

Air Permukaan

a). Pemanfaatan Air Permukaan

Air permukaan terdiri dari air genangan yang terdapat di permukaan lahan dan air
larian yang bergerak di permukaan tanah (surface run – off) serta air dalam tanah yang
mengalir ke sungai. Di lokasi pertambangan sebagian besar air permukaan berada dalam
bentuk air larian bawah tanah yang mengalir ke sungai melalui mata air. Mata-mata air yang
berupa sumur bor digunakan oleh penduduk sebagai sumber air tawar. Saat ini di wilayah
tambang terdapat sebuah waduk buatan yang pada prinsipnya digunakan sebagai tempat
penampungan air dalam mencukupi kebutuhan air khususnya pada musim kemarau baik itu
untuk kegiatan PT. Galuh Cempaka maupun untuk penduduk setempat. Adapun kualitas air
permukaan di wilayah studi dari beberapa lokasi handil, dimana beberapa parameter berada
diluar baku mutu misalnya pH air ada pada antara 2,89 – 4,22 dan musim hujan .
Pengelolaan air permukaan hanya difokuskan pada musim hujan, karena pada
musim kemarau daerah studi akan kering, pada musim hujan perbedaan ketingggian air
permukaan rawa bisa melebihi kondisi normal (0,90–1,30meter). Yaitu hanya mempunyai
fluktuasi perbedaan 0,40 M. Tetapi berdasarkan pengalaman yang terjadi pada saat curah
hujan yang tinggi seperti yang terjadi pada tgl 6-7 Maret 2008, maka terjadi lonjakan
ketinggian air sampai lebih dari 1,0 meter , maka terjadi genangan pada penambangan di
DS – 13. Untuk itu maka tanggul bund wall tambang dinaikan menjadi 1,5 meter ( Level 9,0
– 10,50 m ).

b). Kualitas Air Permukaan

Kualitas air permukaan dapat dilihat dari hasil uji laboratorium seperti pada tabel berikut ini :
Tabel 2.5 : Kualitas Air Permukaan
Lokasi Pengambilan Contoh Baku
Parameter Satuan
KA-01 KA-02 KA-03 KA-04 KA-05 KA-06 Mutu*)
TSS mg/l 340 302 212 214 145 102 50
pH - 2,89 4,22 3,08 4,43 6,86 7,03 6-9
DO mg/l 4,96 4,85 4,82 4,93 5,24 4,98 6
BOD5 mg/l 11,455 8,140 10,329 8,140 7,036 7,367 2
COD mg/l 28,637 20,361 26,323 20,351 17,589 18,417 10
Amoniak mg/l 2,04 0,94 1,06 0,72 0,27 0,11 0,5
Nitrat mg/l 1,8 0,7 1,4 1,9 1,6 1,4 10
Nitrit mg/l 0,015 0,008 0,010 0,008 0,004 0,003 0,06
Sulfat mg/l 300 200 300 42 14 12 400
Lokasi Pengambilan Contoh Baku
Parameter Satuan
KA-01 KA-02 KA-03 KA-04 KA-05 KA-06 Mutu*)
Sulfida mg/l 0,005 0,005 0,009 0,008 0,003 0,006 0,002
Mangan mg/l 0,092 0,087 0,057 0,011 0,001 0,003 0,1
Besi mg/l 8,7 4,7 7,56 3,95 2,32 1,48 0,3
Phospat mg/l 0,14 0,15 0,14 0,09 0,13 0,15 0,2
Fenol mg/l 0,0277 0,0012 0,0249 <0,002 <0,002 0,0105 1
Sumber: Studi Awal Tambang Cempaka, 2006

KETERANGAN: KA-1 : HANDIL HULU; KA-2 : HANDIL GANTUNG HULU; KA-3 : HANDIL BAMBAN HULU;
KA-4 : HANDIL ALI HILIR; KA-05 : SUNGAI SAMBANGAN; KA-06 : SUNGAI BANYU HIRANG

*) KRITERIA AIR KELAS I PERGUB KAL-SEL NO. 05 TAHUN 2007


DARI TABEL DIATAS DAPAT DIJELASKAN parameter TSS pada seluruh titik sampling
melebihi baku mutu lingkungan. Parameter pH tidak memenuhi baku muti pada titik KA01,
KA 02, KA 03, dan KA 04. Parameter BOD, COD, Nitrit, Ammoniak dan sulfida juga
melebihi baku mutu pada seluruh titik pengamatan.
Kegiatan penambangan intan yang dilakukan PT. Galuh Cempaka diperkirakan akan
berdampak negatif terhadap kualitas badan air yang ada di dalam dan disekitarnya.
Berdasarkan deskripsi kegiatan yang akan dilakukan dan rona lingkungan, maka penentuan
lokasi pengambilan sampel air dilakukan secara purposive dengan lokasi untuk badan air,
yaitu: perairan Ray 4 yang berada disekitar pabrik (KA-1), perairan Handil Bamban (KA-2),
perairan Danau Galuh Cempaka (KA-3), perairan Handil Gantung (KA-4), perairan Danau
Seran (KA-5), perairan Danau Cermin (KA-6) dan perairan Danau Cermin (KA-7), serta satu
lokasi untuk air tanah (air bersih) yaitu air sumur bor dekat lokasi pabrik (KAS-1 ).
Selengkapnya hasil pengukuran kualitas air dapat dilihat pada Lampiran L-2 Sedangkan
perbandingan hasil pengukuran kualitas air permukaan dengan baku mutu air kelas I dari
Peraturan Gubernur Kalimantan Selatan No. 05 tahun 2007 dapat dilihat pada Tabel 2.6
berikut
Tabel 2.6 Perbandingan hasil pengukuran kualitas air badan air dengan baku mutu air
kelas I menurut Peraturan Gubernur Kalimantan Selatan No. 05 tahun 2007
Satua Lokasi pengambilan sampel
Parameter BM1)
n KA-1 KA-2 KA-3 KA-4 KA-5 KA-6 KA-7
o
Suhu C 28,7 28,8 28,8 28,8 28,8 28,5 28,6 ±3
TDS mg/L 22 42 40 48 33 372 52 1000
TSS mg/L 17 65 10 86 7 6 5 50
pH - 4,76 6,18 7,18 6,80 4,60 3,30 4,40 6-9
Satua Lokasi pengambilan sampel
Parameter BM1)
n KA-1 KA-2 KA-3 KA-4 KA-5 KA-6 KA-7
BOD mg/L 5,25 10,5 9,30 14,4 4,20 4,53 5,10 2
COD 12,33 23,97 21,30 33,90 10,71 11,40 11,92 10
mg/L
2 0 8 0 1 6 7
DO mg/L 7,85 7,10 7,67 6,41 7,80 7,58 6,83 6
Total Fosfat <0,00 0,002 0,001 <0,00 <0,00 0,001 <0,00 0,2
mg/L
1 1 1 1
Nitrat (NO3) mg/L 0,011 0,045 0,042 0,056 0,004 0,037 0,056 10
Ammoniak 0,250 <0,00 0,057 0,011 0,231 1,105 0,306 0,5
mg/L
8
Arsen <0,00 <0,00 <0,00 <0,00 <0,00 <0,00 <0,00 0,005
µg/L
1 1 1 1 1 1 1
Kobalt <0,00 <0,00 <0,00 <0,00 <0,00 <0,00 <0,00 0,2
mg/L
1 1 1 1 1 1 1
Barium <0,00 <0,00 <0,00 <0,00 <0,00 <0,00 <0,00 1
mg/L
1 1 1 1 1 1 1
Selenium <0,00 <0,00 <0,00 <0,00 <0,00 <0,00 <0,00 0,01
mg/L
1 1 1 1 1 1 1
Kadmium <0,00 <0,00 <0,00 <0,00 <0,00 <0,00 <0,00 0,1
mg/L
3 3 3 3 3 3 3
Tembaga <0,00 <0,00 <0,00 <0,00 <0,00 0,007 <0,00 0,02
mg/L
4 4 4 4 4 4
Besi (Fe) <0,04 1,331 1,736 0,267 <0,04 4,196 <0,04 0,3
mg/L
7 7 7
Timbal (Pb) <0,00 <0,00 <0,00 <0,00 <0,00 <0,00 <0,00 0,3
mg/L
1 1 1 1 1 1 1
Mangan 0,062 <0,00 <0,00 <0,00 0,082 0,927 0,090 0,1
mg/L
5 3 3
Air raksa 0,036 <0,00 <0,00 <0,00 <0,00 <0,00 <0,00 1
µg/L
1 1 1 1 1 1
Seng <0,00 0,011 <0,00 <0,00 <0,00 0,113 <0,00 0,05
mg/L
8 8 8 8 8
Boron <0,00 <0,00 <0,00 <0,00 <0,00 <0,00 <0,00 1
mg/L
1 1 1 1 1 1 1
Klorida mg/L 16,59 8,30 7,47 6,64 9,12 124,4 12,44 600
Satua Lokasi pengambilan sampel
Parameter BM1)
n KA-1 KA-2 KA-3 KA-4 KA-5 KA-6 KA-7
3
Fluorida <0,00 <0,00 <0,00 <0,00 <0,00 <0,00 <0,00 0,5
mg/L
1 1 1 1 1 1 1
Nitrit <0,00 0,004 0,003 <0,00 <0,00 0,004 <0,00 0,06
mg/L
1 1 1 1
Sulfat (SO4) 11,58 7,140 10,10 1,596 16,80 204,3 21,86 400
mg/L
7 0 1 8 3
Khlorin 0,004 0,005 0,004 0,007 0,004 0,005 0,005 0,03
mg/L
bebas
Sulfida (S-2) <0,00 <0,00 <0,00 <0,00 <0,00 <0,00 <0,00 0,002
mg/L
1 1 1 1 1 1 1
Fecal CFU/ 740 <100 500 690 260 110 430 100
coliform 100
ml
Total coliform CFU/ 770 <100 900 940 260 110 <100 1000
100
ml
Minyak & 3 <1 <1 3 <1 <1 <1 1
mg/L
lemak
Detergen mg/L 0,028 0,024 0,034 0,031 0,023 0,034 0,044 0,2
Fenol <0,00 <0,00 <0,00 0,034 <0,00 0,022 <0,00 0,001
mg/L
1 1 1 1 1
Sumber: data primer 2018.
Keterangan:
KA-1 = Perairan Ray 4 dekat lokasi pabrik
KA-2 = Perairan Handil Bamban
KA-3 = Perairan Danau Galuh Cempaka
KA-4 = Perairan Handil Gantung
KA-5 = Perairan Danau Seran
KA-6 = Perairan Danau Cermin
KA-7 = Perairan Handil Karukan
1)
BM = Per. Gub. Kalimantan Selatan No. 05 tahun 2001. Baku mutu air kelas satu
Pada Tabel 2.6. di atas terlihat sebagian besar parameter kualitas air di wilayah
studi yang diukur masih berada dibawah ambang batas (memenuhi persyaratan) baku mutu
air kelas I menurut Peraturan Gubernur Kalimantan Selatan No. 05 tahun 2007 .
Parameter yang tidak memenuhi persyaratan untuk seluruh lokasi pengamatan adalah COD
dan BOD, Fecal coliform untuk seluruh lokasi pengamatan kecuali KA-2, pH untuk lokasi
pengamatan KA-1, KA-5, KA-6 dan KA-7, besi untuk lokasi pengamatan KA-2, KA-3 dan
KA-6, TSS untuk lokasi pengamatan KA-2 dan KA-4, minyak dan lemak untuk lokasi
pengamatan KA-1 dan KA-4, fenol untuk lokasi pengamatan KA-4 dan 6, sedangkan
amoniak, mangan dan seng untuk lokasi pengamatan KA-6.
Tingginya nilai COD dan BOD pada seluruh perairan lokasi pengamatan diduga
berhubungan dengan tingginya kandungan bahan organic, baik berasal dari tumbuhan
maupun hewan yang mati dan masuk ke badan air. Pada proses dekomposisi bahan
organik diperlukan oksigen terlarut baik secara kimia maupun biologis sehingga oksigen di
perairan akan berkurang dan akan dihasilkan berbagai macam senyawa kimia diantaranya
adalah amoniak, nitrit dan nitrat (terutama bagi bahan organik mengandung N), sulfat dan
sulfida untuk bahan organic yang mengandung senyawa sulfur. Pada keadaan kurang
oksigen maka senyawa yang terbentuk adalah amoniak dan sulfide. Jumlah oksigen yang
diperlukan untuk merombak bahan organik secara biologi diukur dengan nilai BOD,
sedangkan jumlah oksigen yang diperlukan untuk merombak bahan organik secara kimia
diukur dengan nilai COD . Sehingga semakin banyak bahan organik yang dirombak, maka
akan semakin besar nilai BOD dan COD perairan tersebut dan semakin banyak oksigen
yang diperlukan hingga tidak memenuhi persyaratan bakumutu air kelas I.
Kandungan fecal coliform yang melebihi pada beberapa lokasi pengamatan,
mengindikasikan adanya kotoran manusia yang masuk ke perairan tersebut, dan ini diduga
berhubungan dengan kebiasaan sebagian masyarakat yang masih membuang kotoran di
perairan.
pH air yang rendah, diduga berhubungan dengan kualitas tanah (pH tanah) dan
proses pembusukan bahan organik, dimana pada proses pembusukan akan menghasilkan
CO2 yang berperan dalam meningkatkan derajat keasaman perairan (pH air menjadi
menurun), Penurunan pH air ini akan meningkatkan kelarutan logam seperti besi, sehingga
kandungan besi pada beberapa lokasi pengamatan tidak memenuhi baku mutu yang
dipersyaratkan.
Parameter oksigen terlarut, BOD, COD, besi sangat mempengaruhi organisme air.
Kandungan oksigen terlarut, BOD dan COD perairan sangat berhubungan erat, dimana
perairan dengan nilai BOD dan COD yang tinggi akan diikuti dengan penurunan kandungan
oksigen terlarut, karena oksigen banyak digunakan untuk proses penguraian dan juga
respirasi organisme air. Sebagian besar biota air sensitif terhadap oksigen terlarut yang
rendah dan menyukai air dengan kandungan oksigen terlarut > 5,0 mg/L, kandungan
oksigen terlarut < 4,0 mg/L berpengaruh negatif terhadap organisme air dan < 2,0 mg/L
dapat menyebabkan kematian. Secara umum ikan pada konsentrasi DO < 50% konsentrasi
jenuh, tekanan parsial oksigen dalam air cukup tinggi yang memungkinkan penetrasi
oksigen ke dalam lamela/lembaran insang sangat lambat, akibatnya ikan akan mati lemas,
sedangkan pada konsentrasi >150% konsentrasi jenuh, penetrasi oksigen ke dalam
lamela/lembaran insang sangat cepat, sehingga dapat mengakibatkan gas bubble disease.
Mason (1990) mengklasifikasikan perairan berdasarkan nilai BOD, yaitu sangat baik (BOD =
1 mg/L), baik (BOD = 2 mg/L), cukup baik (BOD = 3 mg/L), agak jelek (BOD = 5 mg/L) dan
jelek (BOD = 10 mg/L).
pH air akan mempengaruhi organisme air, dimana pH air yang disenangi organisme
air berkisar antara 7-8,5. pH air sangat mempengaruhi proses biokimia perairan, seperti
nitrifikasi akan berakhir pada pH yang rendah. pH air juga akan mempengaruhi struktur
komunitas biota perairan, semakin rendah pH air maka keanekaragaman spesies plankton,
benthos dan produktivitas perairan semakin menurun.
Kadar besi di perairan alami berkisar antara 0,05-0,2 mg/L. Kadar besi > 1,0 mg/L
dapat membahayakan bagi kehidupan organisme air, meskipun demikian besi diperlukan
oleh organisme air dalam kadar tertentu, yakni sebagai penyusun sitokrom dan klorofil pada
tumbuhan, serta berperan dalam sistem enzim dan transfer elektron pada proses
fotosintesis.
Mangan merupakan nutrien renik yang esensiel bagi tumbuhan dan hewan air,
logam ini berperan dalam pertumbuhan dan merupakan salah satu komponen penting pada
sistem enzim,saraf dan reproduksi serta metabolisme. Kadar mangan di perairan tawar
bervariasi cukup lebar, yakni dari 0,002 mg/L hingga lebih dari 4 mg/L, dan pada air minum
kadar mangan maksimum 0,05 mg/L (Moore, 1991).
Seng dalam jumlah tertentu diperlukan oleh biota air, dan merupakan logam berat
esensiel dalam berbagai sistem biologis. Ion seng berperan penting pada aktivitas enzimatis
sebagai kofaktor maupun sebagai gugus aktif (aktivator) berbagai enzim (Lehninger, 1982),
defisiensi seng menyebabkan gangguan dan kerusakan aktivitas hingga kerusakan struktur
enzim (Palar, 2008).
Keberadaan minyak di perairan yang melebihi baku mutu dapat menyebabkan
kematian organisme air akibat kerusakan membran sel oleh molekul-molekul hidrokarbon
yang menyebabkan keluarnya cairan sel dan masuknya molekul-molekul hidrokarbon
tersebut ke dalam sel, selain itu keberadaan minyak ini juga akan menghambat proses
pengambilan oksigen untuk keperluan respirasi biota air.
Keberadaan fecal coliform dan total coliform diperairan yang digunakan sebagai
sumber air bersih bagi masyarakat, akan berpengaruh negatif terhadap kesehatan
masyarakat yang mengkonsumsinya, sehingga untuk dapat digunakan sebagai air minum
harus melalui pengolahan terlebih dahulu’
Hasil perhitungan indeks pencemaran perairan di dalam dan sekitar lokasi pertambangan
intan PT. Galuh Cempaka menurut Kep. Men LH No. 115 tahun 2003 tentang Pedoman
Penentuan Status Mutu Air dapat dilihat pada Tabel 2.7
Tabel 2.7. Status mutu air perairan sungai di dalam dan sekitar lokasi pertambangan intan
PT. Galuh Cempaka
Kode (Ci/Lij) (Ci/Lij) Indeks Status mutu air
lokasi rerata maksimum pencemaran
KA-1 0,6027 5,3462 3,8043 Perairan tercemar ringan, bahan
pencemar yang berkontribusi paling
besar adalah fecal coliform dan
minyak
KA-2 0,6153 4,6008 3,2822 Perairan tercemar ringan, bahan
pencemar yang berkontribusi paling
besar adalah BOD dan besi
KA-3 0,6731 4,8122 3,4359 Perairan tercemar ringan, bahan
pencemar yang berkontribusi paling
besar adalah besi dan fecal coliform
KA-4 1,0317 8,6574 6,1650 Perairan tercemar sedang, bahan
pencemar yang berkontribusi paling
besar adalah fenol, BOD dan fecal
coliform
KA-5 0,4611 3,0749 2,1986 Perairan tercemar ringan, bahan
pencemar yang berkontribusi paling
besar adalah fecal coliform dan BOD
KA-6 1,2311 7,7121 5,5223 Perairan tercemar sedang, bahan
pencemar yang berkontribusi paling
besar adalah fenol, besi dan mangan
KA-7 0,5403 4,1673 2,9714 Perairan tercemar ringan, bahan
pencemar yang berkontribusi paling
besar adalah fecal coliform dan BOD

Pada Tabel 2.7 di atas terlihat bahwa nilai indeks pencemaran berkisar antara 2,1986 (KA-
5) sampai 6,1650 (KA-4), dengan demikian status mutu air di wilayah studi berada pada
kondisi tercemar ringan sampai tercemar sedang jika didasarkan atas baku mutu air kelas I
menurut Peraturan Gubernur Kalimantan Selatan Nomor 05 Tahun 2007. Berdasar daya
tampung dan daya dukung dengan menggunakan metode Neraca massa maka sungai atau
handil Bamban dan handil Gantung masing masing mempunyai kadar BOD melebihi 2 mg/l
dan COD melebihi 10 mg/l bila aliran tergabung mempunyai kadar BOD 12,0 mg/l dan COD
27,9 mg/l. Melihat kadar BOD maupun kadar COD maka kondisi Handilpada lokasi tidak
mempunyai daya tampung.

2. Air Tanah

Potensi Air Tanah

Pengamatan air tanah berkaitan dengan kegiatan yang akan dilakukann PT. Galuh
Cempaka difokuskan pada kualitas dan kuantitas dari sumur penduduk. Secara kualitas air
sumur penduduk selalu dipantau dan dilakukan upaya perbaikan seandainya terjadi
penyimpangan kualitas.
Pengamatan dan pengambilan sample dilakukan pada 6 lokasi pengamatan di dua desa (3
titik di desa Tambak Jariah, dan 3 lokasi berikutnya di Desa Tanggul Palam).
Air tanah disini terjebak didalam gravel yang mempunyai porositas yang tinggi, tetapi
mengingat daerah penambangan merupakan daerah rawa yang selalu berair dan kering di
musim kemarau, maka meskipun gravel yang ditambang tidak dikembalikan kedalam lubang
tidak akan memberikan dampak terhadap kualitas dan kuantitas air tanahnya.

a. Kualitas Air Tanah

Kualitas air sumur penduduk dapat dilihat pada tabel sebagai berikut;
Tabel 2.8 : Kualitas Air Tanah.
Sandi Lokasi Pengambilan Contoh Baku Mutu
Paramet Satua
Metode AS-01 AS-02 AS-03 AS-04 AS- AS- 1) 2)
er n
05 06
FISIKA
o
Suhu C Elektrometrik 27,7 26,6 27,2 27,1 27,9 28,3 ±3 ±3
Turbiditymetri
Turbidity NTU 56 14 24 26 49 40 25 5
k
Potensiometri
TDS mg/l 28,3 20,1 23,4 23,4 26,5 24,1 1000 1000
k
Spektofoto
TSS mg/l 45 6 13 14 38 31 50 -
metrik
Alkalinita mg/l - 16,2 16,2 47,52 45,36 21,6 9,72
Sandi Lokasi Pengambilan Contoh Baku Mutu
Paramet Satua
Metode AS-01 AS-02 AS-03 AS-04 AS- AS- 1) 2)
er n
05 06
s
12,8
Asiditas mg/l - 11,82 9,85 9,85 10,83 7,88 - 500
0
Tidak
Berba Berba Berba Tidak
Bau - Organoleptik Berbau Berbau Berbau Berba
u u u Berbau
u
Unit
Spektrofoto
Warna PtC 167 27 46 90 267 165 15 -
Metrik
o
Tida
Tidak
Beras Beras Beras Bera Bera k
Rasa - Orgnoleptik Berasa Beras
a a a sa sa Bera
a
sa
KIMIA
Potensiome 4,8 4,4 6,5-
pH - 5,10 4,86 4,53 5,19 6-9
trik 8 2 8,5
mg/ Potensiome 5,0 4,9
DO 5,21 5,11 5,03 5,25 2 -
l trik 9 9
mg/ 7,95 8,72 7,95 8,2 7,9
BOD5 Winkler 8,851 6 -
l 9 3 9 14 59
Spektrofoto
Amonia mg/ 0,1 0,1
metrik- 0,14 0,10 0,10 0,08 0,05 1,5
k l 3 7
Nesler
mg/ Spektrofoto
Nitrat 1,7 1,6 1,2 0,8 1,2 1,0 10 50
l metrik
mg/ Spektrofoto 0,00 0,01 0,01 0,0 0,0
Nitrit 0,008 0,06 3
l Metrik 1 5 0 13 10
mg/ Spektrofoto
Sulfat 8 1 <1 <1 32 1 400 250
l Metrik
mg/ Spektrofoto 0,00 <0,00 0,00 0,00 0,0 0,0 0,00
Sulfida 0,05
l Metrik 3 1 4 9 02 04 2
mg/ Spektrofoto <0,00 0,0 0,0
Besi 0,12 0,02 0,02 0,3 0,3
l Metrik 1 9 6
Sandi Lokasi Pengambilan Contoh Baku Mutu
Paramet Satua
Metode AS-01 AS-02 AS-03 AS-04 AS- AS- 1) 2)
er n
05 06
Phospa mg/ Spektrofoto
0,4 0,2 0,5 0,2 0,3 0,4 0,2 -
t l Metrik
mg/ <0,0 <0,0 <0,0 <0, <0,
Fenol POC-100 <0,02 1 -
l 2 2 2 02 02
Minyak
mg/ Spec-Biru <0,0 <0,0 <0,0 <0, <0, 100
& <0,01 -
l Met 1 1 1 01 01 0
Lemak
2000
0/100
E.Coli - MPN 1600 17 280 2400 49 2 / 100
ml
ml
Sumber: Studi Awal Tambang Cempaka, 2006

Keterangan:
AS-01 : Sumur Bp. Salman AS-04 : Sumur Bp. Purwanto
AS-02 : Sumur Bp. Masrani AS-05 : Sumur Bp. Bahrani
AS-03 : Sumur Bp. Abdul Hair AS-06 : Sumur Bp penduduk
Peraturan Pemerintah No.82 Th. 2001, baku mutu kelas 1
Peraturan MenKes RI Nomor : 907/Menkes/SK/VII/2002 tanggal 29 Juli 2002

Dari tabel diatas dapat dijelaskan kualitas air tanah disekitar tambang PT.GC, yang
dipantau melalui sumur penduduk sebagai berikut: seluruh air sumur yang dipantau berasa
dan berbau. Parameter pH seluruh air sumur penduduk yang disampling mempunyaikadar
asam dan tidak memenuhi baku mutu. Kandungan bakteri pada air sumur melebihi baku
mutu pada semua air sumur yang disampling.
Kondisi air tanah yang berbau dan berasa serta pH rendah menunjukkan adanya
kandungan bahan organic yang terlarut yang berlebihan. Tingginya bahan organic dalam air
mengakibatkan adanya pertumbuhan bakteri. Kondisi ini terbukti dengan adanya hasil
pengukuran kandunga bakteriologis melebihi baku mutu kualitas lingkungan. Kondidi ini
menyebabkan adanya peningktan kesakitan akibat mengkonsumsi ait tanah tersebut.
Kesakitan berupa angka diare dan penyakit Gastro intestinal lainnya meningkat.
Pengukuran kualitas air juga dilakukan terhadap air tanah/sumur bor. Hasil
pengukuran kualitas air sumur secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran L-2 sedangkan
perbandingan kualitas air sumur yang diukur dengan baku mutu air bersih menurut
Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 416/MENKES/PER/IX/1990 dapat dilihat pada tabel
berikut.
Tabel 2.9. Perbandingan Hasil Pengukuran Kualitas Air Sumur dengan Baku Mutu Menurut
Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 416/MENKES/PER/IX/1990
Parameter Satuan KAS-1 Baku Mutu
o
Suhu C 27,2 ±3
Warna Skala TCU 0,155 Maks. 50
Bau - Tidak berbau Tidak berbau
Rasa - Tidak berasa Tidak berasa
Kekeruhan Skala NTU 0,53 Maks. 25
pH - 7,82 6,5 – 8,5
TDS mg/L 74 Maks. 1000
Zat organic
mg/L 0,48 Maks. 10
(KMnO4)
Kesadahan mg/L 124,50 Maks. 500
Besi mg/L 0,068 Maks. 1
Mangan mg/L 0,028 Maks. 0,5
Fluorida mg/L 2,035 Maks. 1,5
Seng mg/L 0,008 Maks. 15
Sulfat mg/L 2,176 Maks. 400
Nitrat mg/L 0,129 Maks. 10
Nitrit mg/L 0,003 Maks. 1,0
Arsen mg/L 0,001 Maks. 0,05
Timbal mg/L <0,001 Maks. 0,05
Selenium µg/L <0,001 Maks. 10
Kromium mg/L <0,002 Maks. 0,05
Kadmium mg/L <0,001 Maks. 0,005
Air raksa µg/L <0,045 Maks. 1
Detergen mg/L 0,038 Maks. 0,05
E.Coli CFU/ 100 ml <1,0 x 103 0
Total coliform CFU/ 100 ml 4,3 x 103 50
Sumber : Data primer, 2018.

Keterangan:
KAS- = Air sumur bor dekat pabrik
1
BM = Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 32 tahun 2017

Pada Tabel 2.9 di atas terlihat semua parameter kualitas air sumur di wilayah studi
yang diukur masih berada dibawah ambang batas (memenuhi persyaratan) baku mutu air
keperluan higiene sanitasi menurut Peraturan Menteri Kesehatan No. 32 Tahun 2017,
kecuali parameter fluorida dan total coliform, hal ini diduga disebabkan oleh faktor kondisi
alam, yakni terkait dengan kondisi tanah di sekitarnya yang diduga banyak mengandung
fuorida dan total coliform.
b. Kuantitas Air Tanah

Pengelolaan hasil pengolahan berupa gravel dan pasir dalam menjaga kondisi air
tanah : Tidak akan mengganggu kondisi air tanah hal ini di karenakan lubang yang terbuka
sebagai akibat diambilnya gravel dan pasir posisinya berada dibawah permukaan air
permukaan ( Air Rawa ) dan juga apabila ditutup ( back filling ) atau dibiarkan terbuka akan
berisi air dan sebagai cadangan air permukaan. Jadi kondisi air tanah tidak akan terganggu
sehubungan pengambilan material pasir dan kerikil.
Pengamatan terhadap kuantitas air sumur penduduk sekitar wilayah studi didapatkan
water table atau permukaan air tanah antara 2-5 m daripermukaan tanah. Kuantitas air
tanah didasarkan pada jumlah debit air yang tersedia saat musim kemarau dan penghujan,
konstruksi dan kedalaman air sumur. Hasil perhitungan debit air, konstruksi dan kedalaman
masing – masing sumur pada masing – masing sumur di stasiun pengamatan dapat dilihat
pada tabel berikut Tabel 2.10;
Tabel 2.10 : Kuantitas Air Tanah
Nama Kemarau Penghuja Debit Air (Q)
Keterangan
Respond n (m3/hari)
No. Alamat
en r d r d Kemara Hujan
(m) (m) (m) (m) u
Tambak 4.517
1 (AS-01) 0.50 1.35 0.50 5.75 1.0607 Sumur gali
Jariah 9
Palam 1.860
2 (AS-02) 0.40 0.40 0.40 3.70 0.2011 Sumur gali
Tanggul 6
Tambak 2.514
3 (AS-03) 0.40 2.00 0.40 5.00 1.0057 Sumur gali
Jariah 3
Tambak 5.657
4 (AS-04) 0.50 1.40 0.50 7.20 1.1000 Sumur gali
jariah 1
Palam 6.173
5 (AS-05) 0.45 1.40 0.45 9.70 0.8910 Sumur gali
Tanggul 4
Nama Kemarau Penghuja Debit Air (Q)
Keterangan
Respond n (m3/hari)
No. Alamat
en r d r d Kemara Hujan
(m) (m) (m) (m) u
Palam 1.056
6 (AS-06) 0.40 0.30 0.40 2.10 0.1509 Sumur gali
Tanggul 0
Sumber: Studi Awal Tambang Cempaka.

Adanya penambangan akan mengambil lapisan gravel dalam tanah. Pengambilan


gravel tersebut akan mengganggu lapisan akuifer tanah sehingga akan mempengaruhi
kuantitas dan kualitas air tanah. Adanya penurunan kualitas air tanah akan menyebabkan
peningkatan penyakit akibat air (water borne dease).
3. Komponen Lingkungan Biologi.
a. Flora Darat

Wilayah studi Amdal rencana kegiatan pertambangan intan PT. Galuh Cempaka di
Kelurahan Palam dan Bangkal Kecamatan Cempaka serta Kelurahan Guntung Manggis
Kecamatan Landasan Ulin sebagian besar merupakan kawasan lahan basah yaitu rawa dan
sisanya bertipe penutupan lahan kering akibat perubahan tinggi tanah oleh kegiatan urugan
seperti badan jalan, pematang/galangan/tukungan, pekarangan rumah, dan kebun
pekarangan/buah-buahan. Sebagian besar lahan basah di luar tapak proyek sudah
dikonversi menjadi areal budidaya tanaman padi sawah, dimana tanahnya hampir sudah
tidak terdapat gambut lagi di permukaannya.
Tipe penutupan vegetasi lahan tapak proyek didominasi oleh hutan galam dan kebun
campuran buah-buahan serta sisanya berupa danau akibat penambangan masa
sebelumnya. Jenis-jenis flora darat yang terdapat pada lahan rencana tapak proyek dan
sekitarnya berupa vegetasi liar rawa yaitu galam, akasia dau lebar, akasia daun kecil,
merapat, alaban, rumbia, panggang/beringin rawa, bungur, jambuan, gulinggang, bambu
dan lain-lain. Sedagkan pada areal sekitarnya juga terdapat tanaman budidaya seperti padi
sawah, katu, singkong, terong, dengan diselai tumbuhan rumputan yang dominan seperti
perupuk, bundung, banta, hering, beriwit, papisangan, kangkung, genjer, keladi, paku-
pakuan, bayam rawa, bilaran, gegambor, teki, paku andam, dll. Umumnya vegetasi rawa
yang terdapat di rencana tapak proyek dan sekitarnya memiliki kemampuan hidup pada
tanah yang terendam akibat pasang surut air rawa. Untuk vegetasi tingkat tinggi (pohon
berkayu) terdapat relatif sedikit dan umumnya berupa tanaman penghijauan maupun
tanaman budidaya buah-buahan seperti mangga, jambu bol, rambutan, randu, kelapa
dalam, nangka, sukun, papaya, pisang, dan jenis buah-buahan lainnya yang terdapat di
depan pekarangan maupun halaman belakang rumah sebagai kebun pekarangan. Terdapat
pula dari jenis tanaman penghijauan seperti angsana, akasia daun lebar, trambesi,
ketapang, pucuk merah, dll yang ditemukan menyebar mengikuti jalan dan fasilitas umum
kawasan permukiman. Selengkapnya jenis-jenis vegetasi yang terdapat di tapak proyek dan
sekitarnya dapat dilihat pada Tabel 2.14.
Tabel 2.14 Jenis-Jenis Vegetasi Yang Ada Di Lokasi Proyek
No. Nama Vegetasi Nama Ilmiah
1. Galam Melaleuca leucadendron
2. Akasia daun lebar Accacia mangium
3. Akasia daun kecil Accacia auricoliformis
4. Merapat Combretocarpus motleyi
5. Alaban Viteks pubescens
6. Rumbia Metroxylon sagu
7. Panggang/Beringin rawa Ficus benjamina
8. Bungur Lagerstroemia speciosa
9. Bambu kuning Bambusa vulgaris
10. Jambuan Eugenia Sp.
11. Buas-buas Viteks Sp.
12. Rukam Flacourtia inermis
13. Gulinggang Cassia alata
14. Karamunting Melastoma malabathricum
15. Angsana Pterocarpus indicus
16. Ketapang Terminalia catappa
17. Pucuk merah Syzygium oleana
18. Jambuan Samanea saman
19. Mangga Mengifera indica
20. Rambutan Nephelium lappaceum
21. Jambu bol Syzygium malaccense
22. Jambu biji Psidium guajava
23. Rambutan Nephelium lappaceum
24. Randu/Kapok Ceiba pentandra
25. Kelapa dalam Cocos nucifera
26. Pinang Areca catechu
27. Nangka Artocarpus heterophylla
28. Sukun Arthocarpus communis
No. Nama Vegetasi Nama Ilmiah
29. Pepaya Carica papaya
30. Pisang Musa Sp.
31. Beriwit Cynodon dactylon
32. Kirinyuh Wedelia biflora
33. Kait-kait Ficus Sp.
34. Paku-pakuan Stenochlaena Sp.
35. Paku andam Gleichenia linearis
36. Hering Sceleria pergracillis
37. Padi Oryza sativa
38. Singkong Manihot utilisima
39. Katuk Sauropus androgynus
40. Terong Cyphomandra betacea
41. Banta Leersia hexandra
42. Bayam-bayaman (rawa) Amaranthus spinosus
43. Genjer Limnocharis flava
44. Bundung Scripus grossus
45. Keladi Colocasia esculenta
46. Teki rawa Kyllinga monocephala
47. Papisangan Microcos saccifera
48. Enceng gondok Eichornia crassipes
49. Kiyapu Pistia stratiotes
Sumber : Data primer, 2018

Sebagian besar habitat alami vegetasi rawa di luar tapak proyek relatif sudah
berubah akibat konversi menjadi lahan budidaya pertanian, kebun, jalan dan lahan
perumahan/ permukiman.

b. Fauna Darat

Fauna darat terutama satwa liar yang terdapat di wilayah studi pada dasarnya
berhubungan dengan ragam tipe vegetasi sebagai habitat fauna tersebut. Umumnya
terdapat jenia aves, mamalia, reptil dan amphibi. Species-species fauna darat yang
terdapat di wilayah studi berdasarkan hasil observasi lapang dan informasi penduduk
setempat dapat dilihat dalam Tabel 2.15.
Tabel 2.15 Species Fauna Darat yang Terdapat di Wilayah Studi
No. Nama Indonesia Nama Ilmiah
A. Jenis Aves
1. Bondol Kalimantan Lonchura Malacca
2. Layang-layang batu Hirundo tahitia
3. Kutilang Pycnonotus aurigaster
4. Kekep babi Artamus leucorhynchus
5. Burung Gereja Passer montanus
6. Karuang Pycnonotus brunneus
7. Cinenen belukar Orthotomus atrogularis
8. Tapaian Ixobrychus cinnamomeus
9. Bubut besar Centropus sinensis
10. Curiak Orthotomus sericeus
11. Bentet kelabu Lanius schach
12. Cuit Prionochilus percussus
13. Bondol rawa Lonchura Malacca
14. Bubut alang-alang Centropus bengalensis
15. Darakuku Streptopelia bitorquata
16. Cekakak sungai Todirhamphus chloris
17. Kucica kampong Copsychus saularis
18. Cabak Caprimulgus affinis
19. Elang bondol *) Haliastur Indus
20. Cuit kuning *) Nectarinia jugularis
21. Buak/burung hantu kecil Glaucimulgus
22. Elang hitam Icnaetus malayensis
23. Burung hantu besar *) Strix leptograminica
24. Pelatuk kecil Dinopium sp.
25. Serindit Lericulus exillis
26. Tikusan Phalacrocorax sp
27. Burung kipas/sasikatan*) Rhypidura javanica
28. Cucak rowo Pycnonotus zeylanicus
29. Punai Treron vernan
30. Sriti Cellocalia esculenta
31. Burak-burak Amaurornis phoenicurus
32. Belibis Dendrocygna
B. Jenis Mamalia
No. Nama Indonesia Nama Ilmiah
1. Tupai pohon Callosciurus sp.
2. Kucing Felis catus
3. Anjing Canis familiaris
4. Tikus Rattus exulans
5. Tikus kecil Sundamys muelleri
6. Musang Paradoxorus hermaphrodites
7. Tringgiling *) Tragulus javanicus
8. Segung/Gobang/sado *) Mydaus javanensis
9. Berang-berang *) Cynogale bennetti
C. Jenis Reptilia
1. Kadal tanah/Bingkarungan Calotus jubatus
2. Cecak pohon -
3. Ular daun / ular hijau Trimeresurus albolabris
4. Ular tanah Dendrephus pictus
5. Ular sawa Bungarus fasciatus
6. Ular tadung Ophiophagus hannak
7. Ular cobra Biodae sp.
8. Biawak Veranus salvator
9. Bonglon/Angui Mabuia multifasciata
D. Jenis Amphibia
1. Katak hijau kecil Rana limnocharis
2. Katak coklat kecil Rana erythraea
3. Katak hujan/hitam besar Bufu melanoticus.
4. Bidawang Tryonik cartilageunus
5. Kura-kura *) Orlitia borneensis
Sumber : Data Primer, 2018.
Keterangan:
*) = dilindungi berdasraakan Peraturan Perundangan RI.

Dari hasil wawancara dengan penduduk teridentifikasi adanya species dari jenis
aves yang dilindungi yaitu elang bondol (Haliastur indus) (Dilindungi berdasarkan
Kepmentan N0. 421/Kpts/Um/7/1972), cuit kuning (Nectarinia jugularis), burung hantu besar
(Strix leptograminica) dan burung kipas/sikatan (Rhypidura javanica) (dilindungi menurut
Kepmentan No.66/Kpts/Um/2/1973). Keempat species jenis aves yang dilindungi tersebut
masih sering ditemukan penduduk dalam keadaan terbang maupun hinggap di pohon dan
umumnya mereka tidak mengetahui bahwa burung tersebut termasuk dalam species yang
dilindungi.
Dari jenis burung yang dapat dikatakan sebagai hama atau pengganggu tanaman
budidaya penduduk antara lain: burung yang suka memakan buah dan biji-bijian seperti:
karuang, bondol rawa (pipit habang), bondol kalimantan (pipit hirang), cuit, curiak, dll. Paling
banyak ditemukan adalah pipit, terutama hama pada tanaman padi di sawah.
Sedangkan species yang benilai ekonomis bagi masyarakat hampir seluruh species
yang dapat dijual baik untuk dimakan/konsumsi maupun untuk dipelihara sebagai hobi.
Species-species yang benilai ekonomis fauna dari jenis aves antara lain: punai, tapaian,
karuang, pipit, dan darakuku (untuk dikonsumsi dagingnya), juga bentet, elang bondol,
karuang, pipit, burung hantu dan lain-lain (untuk dipelihara).
Untuk jenis mamalia yang teramati secara langsung, hanya sedikit yang ditemukan
speciesnya seperti kucing, anjing dan tupai. Dari 3 species fauna darat dari jenis mamalia
yang ditemukan langsung tidak terdapat species yang dilindungi, namun hasil wawancara
dengan penduduk sekitar terdapat 3 (tiga) species yang dilindungi. species-species dari
jenis mamalia yang terdapat di areal studi merupakan fauna yang pernah dijumpai penduduk
selama 5 tahun terakhir. Fauna jenis mamalia yang dilindungi antara lain: tringgiling (Manis
javanica) (dilindungi berdasarkan Ordonansi dan Peraturan Perlindungan Binatang Liar
1931 No.134 dan 266); berang-berang/musang air (Paradoxorus hermaphroditus) (dilindungi
berdasarkan Kepmentan No.327/Kpt/Um/7/1972); Sigung/Sado/Toledo (Mydaus javanensis)
(dilindungi berdasarkan Kepmentan No.247/Kpts/ Um/4/ 1978). Berdasarkan informasi
penduduk species yang dilindungi tersebut sudah jarang ditemui dan hanya keluar pada
waktu malam (nocturnal) seperti segung/sado.
Satwa liar jenis lainnya seperti reftil hanya dari species kadal (bingkarungan) dan
cecak yang ditemukan langsung maupun dari informasi penduduk yang dilindungi peraturan
perundangan. Sedangkan jenis amphibi tidak ada yang ditemukan langsung, Namun
berdasarkan informasi penduduk sekitar terdapat 1 (satu) species yang dilindungi yaitu kura-
kura (Orlitia borneensis) (dilindungi berdassrkan Kepmentan No.327/ Kpts/Um/5/1978).

4. Biota Perairan

a. Plankton dan Benthos

Berdasarkan data sekunder dari hasil penelitian beberapa dokumen lingkungan


sekitar kegiatan menunjukkan pada perairan umum sekitar rencana kegiatan masih banyak
ditemukan jenis dan species fitoplankton. Begitu pula dengan benthos juga masih
ditemukan di perairan umum dari beberapa jenis dan phyllum.
b. Nekton

Jenis nekton yang terdapat di wilayah studi berdasarkan wawancara dengan


masyarakat sekitar ada 2 kelompok yakni ikan dan non ikan (udang renik). Hasil wawancara
dengan penduduk setempat dan observasi pendahuluan di lapangan menunjukkan bahwa
jenis yang ditemukan adalah kelompok ikan penghuni perairan rawa, seperti gabus (Channa
striata), betok (Anabas testudineus), seluang (Rasbora sp), sepat rawa (Trichogaster
trichopterus), sepat siam (Trichogaster pectoralis), tambakan (Helostoma temminckii),
kepala timah (Penchax penchax), lele/pentet (Clarias batrachus) dan julung-julung. Untuk
jenis bentok, gabus dan sepat merupakan ikan target hasil tangkapan para pencari ikan di
sekitar lokasi yang hasilnya baik digunakan untuk makan keluarga sendiri maupun dijual
kepada pedagang makanan yang ada di sekitar lokasi rencana kegiatan. Alat tangkap ikan
target tersebut menggunakan rengge, lukah/kabam maupun pancing.
Identifikasi terhadap sampel plankton yang diambil pada 7 lokasi yaitu: Ray 4 dekat
pabrik/pengolahan (PL-1), Handil Bamban (PL-2), Danau Galuh Cempaka (PL-3), Handil
Galuh (PL-4), Danau Seran (PL-5), Danau Cermin (PL-6) dan Handil Karukan (PL-7),
Jumlah jenis fitoplankton yang ditemukan pada setiap lokasi pengamatan berkisar antara 3-
6 jenis, jumlah jenis tertinggi terdapat pada PL-5, sedang yang terendah pada PL-6 dan
PL-7. Spesies dari Kelas Cyanophyta dan Bacillariophyta (fitoplankton) terdapat pada
semua lokasi pengamatan. Dalam jaring makanan, fitoplankton merupakan produser primer
pada ekosistem perairan, sehingga keberadaannya sangat menentukan produktivitas suatu
perairan, sedangkan zooplankton merupakan konsumer tingkat pertama yang
keberadaannya sangat ditentukan oleh keberadaan fitolankton. Selengkapnya hasil analisa
plankton dapat dilihat pada Lampiran, sedangkan hasil perhitungan kelimpahan, indeks
keanekaragaman, indeks dominasi, dan indeks Evennes plankton dapat dilihat pada Tabel
L-2 berikut.
Tabel.2.16 Hasil perhitungan kelimpahan, indeks keanekaragaman, indeks keseragaman
dan indeks dominasi plankton
Lokasi pengambilan sampel
No Parameter PL-1 PL-2 PL-3 PL-4 PL-5 PL-6 PL-7
.
1. Jumlah jenis 5 4 4 4 6 3 3
2. Kelimpahan (Sel/lt) 900 325 700 225 550 250 225
Indeks 1,4837 1,072 1,279 1,310 1,680 0,801 0,936
3.
Keanekaragaman 0 1 8 5 8 9
Indeks 0,9219 0,773 0,922 0,944 0,937 0,729 0,852
4.
keseragaman 3 7 5 9 8 8
0,2469 0,432 0,303 0,284 0,206 0,540 0,432
5. Indeks Dominasi
0 6 0 6 0 1
Sumber:data primer.

Keterangan:
PL-1 = Ray 4 dekat lokasi pabrik
PL-2 = Handil Bamban
PL-3 = Danau Cempaka
PL-4 = Handil Gantung
PL-5 = Danau Seran
PL-6 = Danau Cermin
PL-7 = Handil Karukan

Kelimpahan plankton yang diperoleh pada wilayah studi seperti pada Tabel 2.16
berkisar antara 225 sel/liter sampai 900 sel/liter mengindikasikan bahwa perairan di wilayah
studi tergolong perairan dengan tingkat kesuburan rendah, hal ini sesuai dengan pendapat
Magguran (1987) bahwa perairan dengan kelimpahan fitoplankton <1.000 sel/liter tergolong
perairan dengan tingkat kesuburan rendah. Tingkat kesuburan berhubungan dengan
kandungan unsur hara di perairan terutama nitrat dan fosfat, serta arus air dan kekeruhan
yang akan mempengaruhi proses fotosintesis fitoplankton.
Indeks keanekaragaman dapat menggambarkan keadaan struktur komunitas pada
ekosistem perairan. Menurut Magguran (1987), hubungan antara indeks keanekaragaman
dengan struktur komunitas dapat dilihat pada Tabel L-2 berikut ini.
Tabel 2.17. Hubungan nilai indeks keanekaragaman dengan keadaan struktur komunitas
biota perairan
Indeks keanekaragaman Keadaan struktur komunitas
< 1,00 Tidak stabil
1,00 - 1,66 Cukup stabil
1,67 - 2,33 Stabil
2,34 - 3,00 Lebih stabil
> 3,00 Sangat stabil

Indeks keanekaragaman fitoplankton pada perairan di wilayah studi berkisar antara


0,8018-1,6806, dengan membandingkan nilai indeks keanekaragaman yang diperoleh
dengan pendapat Magurran tersebut diatas, maka keadaan struktur komunitas plankton di
wilayah studi tergolong sebagai komunitas yang tidak stabil sampai stabil.
Indeks kemerataan dapat menggambarkan penyebaran individu antar spesies, indeks
kemerataan mendekati 1 berarti penyebaran antar jenis relatif sama, sebaliknya semakin
mendekati nol, penyebaran antar jenis relatif tidak sama dan ada sekelompok individu
sejenis yang melimpah (Krebs, 1989). Lee dkk menghubungkan nilai indeks keseragaman
dengan penyebaran jenis dalam suatu komunitas seperti pada Tabel 2.18. berikut.

Tabel .2.18 Hubungan nilai indeks kemerataan dengan penyebaran jenis dalam komunitas
biota perairan
Indeks kemerataan Keadaan penyebaran jenis dalam Katagori
komunitas
< 0,20 Tidak merata Sangat buruk
0,21 – 0,40 Cukup merata Buruk
0,41 – 0,60 Merata Sedang
0,61 – 0,80 Lebih Merata Baik
> 0,80 Sangat merata Sangat baik

Nilai indeks keseragaman (evennes) fitoplankton di wilayah studi berkisar antara


0,7296 - 0,9445, sehingga kalau dihubungkan dengan pendapat Lee et al (1978), maka
penyebaran komunitas plankton termasuk dengan penyebaran jenis lebih merata sampai
sangat merata dengan katagori baik sampai sangat baik.
Nilai indeks dominasi di wilayah studi berkisar antara 0,2469–0,5400, berdasarkan pendapat
Magurran (1987), maka tingkat pendominasian suatu spesies tergolong rendah sampai
sedang.
Dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa keadaan ekosistem perairan di wilayah
studi mempunyai tingkat kesuburan rendah, tidak stabil sampai stabil, penyebaran jenis
lebih merata sampai sangat merata dengan katagori baik sampai sangat baik serta tingkat
pendominasian suatu spesies tergolong rendah sampai sedang.
Hasil pengamatan benthos di perairan wilayah studi tidak ditemukan hewan benthos.
Keadaan ini mengindikasikan bahwa dasar perairan sebagai media hidup dan habitat hewan
benthos kurang mendukung untuk hidup dan berkembang biaknya hewan benthos tersebut,
sehingga hanya spesies yang mempunyai adaptasi yang tinggi saja yang dapat berkembang
biak dengan baik dan melimpah, sedangkan spesies yang sensitive akan menghilang.

5. Komponen Lingkungan Sosial


a. Demografi

1) Jumlah dan Pertumbuhan Penduduk

Penduduk dalam wilayah studi yaitu Kelurahan Palam, Bangkal (Kecamatan


Cempaka), dan Kelurahan Guntung Manggis (Kelurahan Landasan Ulin) pada tahun 2017
berjumlah 32.896 jiwa. Kepadatan penduduk rata-rata sekitar 390 jiwa per km2.
Berdasarkan perbandingan antara jumlah laki-laki dengan perempuan (rasio seks) rata-rata
sebesar 108. Secara lengkap gambaran kependudukan dalam wilayah studi dapat dilihat
pada tabel berikut.
Tabel 2.19 Kondisi kependudukan Kelurahan-Kelurahan dalam wilayah studi, 2017
Penduduk (jiwa) Jumlah
Luas Rasio Kepadatan
No Kelurahan Perempua rumah
(km2) Laki-Laki Jumlah seks (jiwa/km2)
n tangga
1 Palam 14,75 1.876 1.837 3.713 102 1.018 252
2 Bangkal 29,80 2.564 2.487 5.051 103 1.340 169
Guntung
3 39,74 12.534 11.598 24.132 108 7.041 607
Manggis
Wilayah Studi 84,29 16.974 15.922 32.896 107 8.059 390
Sumber: BPS, Kecamatan Cempaka dan Kecamatan Landasan Ulin Dalam Angka Tahun
2017

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa kepadatan penduduk di Kelurahan


Guntung Manggis sebanyak 607 jiwa/km2 termasuk kategori wilayah cuklup padat (>500
jiwa/km2 ). Untuk nilai rasio seks Kelurahan Guntung Manggus juga tergolong tinggi (lebih
dari 105) dan menunjukkan bahwa pada wilayah ini proporsi penduduk laki-laki lebih banyak
daripada penduduk perempuan. Wilayah-wilayah dengan nilai seks rasio yang tinggi ini
biasanya adalah wilayah-wilayah yang menjadi tujuan migran (pendatang). Wilayah ini
biasanya memiliki daya tarik perkembangan ekonomi yang cepat dan peluang kesempatan
kerja yang cukup banyak sehingga para pendatang tertarik untuk berusaha di wilayah ini.
Jika dilihat dari perkembangan penduduk selama dua tahun terakhir (periode 2016 –
2017), diketahui bahwa tingkat pertumbuhan penduduknya rata-rata 2,88% pertahun.
Khusus untuk Kelurahan Guntung Manggis menunjukkan pertumbuhan yang cukup tinggi,
yakni mencapai 2,90%/tahun. Sebagai perbandingan, pertumbuhan penduduk pada periode
yang sama untuk Kecamatan Cempaka sebesar 2,82%/tahun dan Kecamatan Landasan
Ulin sebesar 2,91%/tahun, serta Kota Banjarbaru sebesar 2,99%/tahun. Secara lengkap
perkembangan penduduk dalam wilayah studi selama sepuluh tahun terakhir dapat dilihat
pada Tabel 2.20 berikut
Tabel 2.20 Perkembangan penduduk dan tingkat pertumbuhannya periode 2016 –
2017
Tingkat Pertumbuhan
No. Kelurahan 2016 2017
(%/th)
1 Palam 3.612 3.713 2,80
2 Bangkal 4.912 5.051 2,83
Guntung
3 23.451 24.132 2,90
Manggis
Wilayah studi 31.975 32.896 2,88
Sumber : Diolah dari Kecamatan Cempaka dan Kecamatan Landasan Ulin dalam Angka
2016 dan 2017

b. Ekonomi.

1) Mata Pencaharian dan Pendapatan

Berdasarkan survey dengan metode cluster sampling pada tiga kelurahan. Secara
umum mata pencaharian penduduk di wilayah studi sebagian besar adalah petani (padi dan
sayur). Matapencaharian lainnya adalah sebagai tukang bangunan, pedagang, karyawan
perusahaan, pendulang pasir, pendulang emas, dan lainnya. Secara lengkap gambaran
matapencaharian responden di wilayah ini dapat dilihat pada Tabel 2.21 berikut.
Tabel 2.21. Jenis mata pencaharian responden di wilayah studi
No Mata pencaharian Jumlah (orang) Persentase (%)
1 Petani padi 52 34,67
2 Petani sayur 15 10,00
3 Tukang bangunan 13 8,67
4 Pedagang 13 8,67
5 Karyawan perusahaan 11 7,33
6 Buruh 7 4,67
7 Pendulang pasir 4 2,67
8 Security 4 2,67
No Mata pencaharian Jumlah (orang) Persentase (%)
9 Pendulang emas 3 2,00
10 Pencari ikan 3 2,00
11 Sopir 3 2,00
12 PNS 3 2,00
13 TNI/POLRI 2 1,33
14 Guru honorer 2 1,33
15 Operator alat berat 2 1,33
16 Pensiunan 2 1,33
17 Penjaga lokasi wisata 2 1,33
18 Jasa cuci kendaraan 1 0,67
19 Jasa Bengkel 1 0,67
20 Jasa pembuat Taman 1 0,67
21 Mekanik 1 0,67
22 Pembuat arang 1 0,67
23 Pengrajin kosen 1 0,67
24 Peternak ayam 1 0,67
25 Penarik becak 1 0,67
26 Tukang Las 1 0,67
Total 150 100,00
Sumber : Pengolahan data primer hasil wawancara, Tahun 2018

Pendapatan rumah tangga responden di wilayah studi, rata-rata sekitar Rp


24.605.333,- pertahun (atau sekitar Rp 2.050.444,- per bulan) dengan kisaran antara Rp
12.000.000,- sampai Rp 84.000.000,- per tahun, Secara lengkap kisaran pendapatan
rumah tangga di wilayah ini dapat dilihat pada Tabel 2.22 berikut,
Tabel 2.22. Kisaran pendapatan rumah tangga di wilayah studi
No Pendapatan (Rp per tahun) Jumlah (orang) Persentase (%)
1 12.000.000 - <18.000.000 33 22,00
2 18.000.000 - < 24.000.000 45 30,00
3 24.000.000 - < 30.000.000 22 14,67
4 30.000.000 - < 36.000.000 22 14,67
5 36.000.000 - < 42.000.000 19 12,67
6 42.000.000 - < 48.000.000 1 0,67
7 48.000.000 8 5,33
Total 150 100,00
Sumber : Pengolahan data primer hasil wawancara, Tahun 2018

Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa tingkat pendapatan responden di wilayah


studi termasuk kategori sedang, dimana responden penghasilannya di bawah Rp
24.000.000,- per tahun sebanyak 52,0% dan yang di atas Rp 42.000.000,- per tahun hanya
sebanyak 6,0%, serta yang diantara Rp 24.000.000,- sampai dengan Rp 42.000.000,- per
tahun sebanyak 42,0% . Selanjutnya dilihat dari pendapatan perkapita rata-rata sebesar Rp
6.848.131,- perkapita/tahun (Rp 570.678,-/kapita/bulan) atau sekitar US $ 1,34
perkapita/hari (US $ 1 = Rp 14.000,-) Nilai ini ternyata masih lebih rendah dari standar Bank
Dunia sebagai batas tingkat kemiskinan, yakni US $ 2,00 perkapita/hari. Selanjutnya jika
dilihat dari kriteria BPS untuk batas kemiskinan adalah Rp 434.791 perkapita/bulan (untuk
wilayah perkotaan per September 2017), maka rata-rata masyarakat di wilayah ini tidak
tergolong miskin. Walaupun demikian masih terdapat 47 rumah tangga (31,33%) yang
pendapatan rumah tangganya masih termasuk kategori miskin (kurang dari Rp 434.791
perkapita/bulan).

2) Pola Nafkah Ganda

Umumnya responden juga memiliki pekerjaan sampingan sebagai pekerjaan utama,


sehingga pendapatan rumah tangga tidak hanya diperoleh dari matapencaharian utama
saja. Terdapat sebanyak 73 responden (48,67%) yang memiliki matapencaharian
sampingan. Seperti tukang bangunan, pendulang pasir, petani padi atau sayur, pedagang,
pencari ikan, buruh tani, dan pengrajin purun. Di sisi lain, terdapat 54 responden (36,0%)
yang anggota keluarganya ikut bekerja (dua orang bekerja atau lebih) sehingga dapat
meningkatkan pendapatan rumah tangga. Hal ini menunjukkan bahwa kegiatan ekonomi
rumah tangga bukan hanya menjadi tanggung jawab kepala rumah tangga saja, tetapi oleh
anggota keluarga lainnya seperti isteri dan anak-anaknya. Secara lengkap gambaran
anggota keluarga dalam wilayah studi yang ikut bekerja dapat dilihat pada Tabel 2.23.
Tabel 2.23. Anggota Keluarga yang ikuit bekerja membantu ekonomi rumah tangga
Anggota keluarga yg bekerja
No. Jumlah Persentase (%)
(orang)
1. 1 96 64,00
2. 2 41 27,33
3. 3 12 8,00
4. 4 1 0,67
Total 150 100,00
Sumber : Pengolahan data primer hasil wawancara, Tahun 2018
c. Sosial Budaya

1) Adat-Istiadat, Nilai Dan Norma Budaya

Nilai dan norma budaya sebagai bagian dari adat istiadat merupakan pedoman hidup
bagi masyarakat pada suatu wilayah. Adat istiadat, terutama nilai dan norma budaya suatu
masyarakat sangat dipengaruhi oleh struktur masyarakat yang bersangkutan, toleransi dan
sikap terbuka terhadap nilai dan norma budaya lain.
Pada wilayah studi, ditinjau dari aspek etnis umumnya didominasi oleh suku Banjar.
Suku. Lainnya seperti Jawa, Sunda Bugis, Batak dan lainnya. Umunya mereka datang ke
wilayah ini karena pekerjaan.
Dalam kehidupan masyarakat, antara pendatang dengan penduduk asli setempat
terjalin hubungan yang cukup akrab sehingga dalam kehidupan sehari-hari mereka
membaur dalam kehidupan sosial yang relatif harmonis. Sebanyak 44,00% responden
menyatakan bahwa hubungan antara penduduk asli dengan pendatang terjalin dengan
sangat akrab, sebanyak 37,33% menyatrakan akrab, 18,00% menyatakan biasa saja dan
0,67% menyatakan kurang akrab.

2) Proses Sosial

Proses sosial yang terjadi dalam masyarakat menggambarkan kedinamisan suatu


masyarakat. Proses sosial yang terjadi dapat bersifat asosiatif (kerjasama dan akomodasi)
dan proses sosial yang bersifat disosiatif (persaingan dan konflik).
Dalam kehidupan masyarakat di wilayah ini proses sosial yang bersifat asosiatif tergambar
dari berbagai bentuk kerjasama masyarakat dalam berbagai aktivitas kehidupan sehari-hari
(gotong royong, tenggang rasa dan toleransi terhadap nilai dan norma budaya lain). Pada
wilayah studi dimana terdiri dari penduduk asli dengan pendatang, hubungan sosial yang
terjadi berjalan dengan intensitas yang sangat baik. Bahkan dalam wujud interaksi
pergaulan sehari-hari antara etnik pendatang dengan etnik lokal (Banjar) digunakan bahasa
Indonesia, dan kadang-kadang juga Bahasa Banjar. Bahkan pada tingkat yang lebih lanjut
terjadi pula proses asimilasi, akulturasi serta integrasi budaya, seperti banyaknya terjadi
perkawinan antar etnik di wilayah ini (terutama antara pendatang dengan penduduk lokal).
Proses sosial yang bersifat disosiatif jarang terjadi dan beberapa yang pernah ada adalah
menyangkut masalah kepemilikan lahan (agraria) yang dipicu maraknya pembangunan di
wilayah ini dan pengaruh perpindahan kantor Gubernur ke wilayah ini. Proses-proses
sosial yang bersifat disosiatif seperti perkelahian dan pertikaian sangat jarang terjadi.
Konflik-konflik yang muncul umumnya diselesaikan secara musyawarah dengan mediasi
oleh Tokoh masyarakat dan Ketua RT.
3) Pranata Sosial

Pranata sosial atau lembaga masyarakat pada dasarnya merupakan kumpulan


norma-norma sosial sebagai upaya manusia untuk memenuhi berbagai kebutuhan hidupnya
dan menjaga keutuhan masyarakat yang bersangkutan. Beberapa lembaga sosial yang
berkembang di wilayah ini berupa lembaga keluarga, terutama menyangkut pola hubungan
dalam keluarga inti (batih), lembaga ekonomi (sistem upah, jual beli, kerjasama kelompok
tani, sewa, gadai, koperasi, dan lain-lain). Kelembagaan lainnya seperti lembaga
pemerintahan, lembaga pendidikan, dan lembaga keagamaan
Perkembangan lembaga sosial ini umumnya sangat dipengaruhi oleh nilai-nilai
budaya yang dianut oleh masyarakat, serta persepsi dan sikap masyarakat terhadap
lembaga tersebut.
Lembaga pendidikan sebagai upaya pembangunan sumberdaya manusia juga
berkembang, baik secara formal maupun nonformal. Sarana pendidikan formal yang ada di
wilayah ini antara lain berupa sekolah dasar, sekolah lanjutan pertama hingga SLTA.
Sarana-sarana pendidikan formal ini selain melalui pembiayaan pemerintah, juga ada yang
dilakukan secara swadaya oleh masyarakat. Pendidikan nonformal yang berkembang
seperti kegiatan penyuluhan, pengajian agama, kursus, dan lain-lainnya.
Pada masyarakat di wilayah ini umumnya kepemimpinan informal lebih menonjol,
dimana tokoh masyarakat sangat berpengaruh dalam kehidupan masyarakat. Di wilayah ini
seseorang dianggap sebagai tokoh masyarakat jika memiliki salah satu atau lebih kelebihan
dari segi faktor pendidikan agama (ulama), pendidikan formal, dan faktor ekonomi (kaya).
Berdasarkan pandangan responden tokoh masyarakat yang berperan dalam kehidupan
sosial mereka berturut-turut adalah Ketua RT, Lurah, Ulama dan Tokoh Masyarakat lainnya.
Para tokoh masyarakat ini memiliki peranan yang cukup strategis dalam setiap pengambilan
keputusan dan pemecahan berbagai masalah dalam kehidupan masyarakat. Dalam
kehidupan normal masyarakat memiliki sikap segan terhadap tokoh masyarakat tersebut,
kecuali ada faktor luar yang mendorong mereka untuk membangkang atau mungkin
melawan.

4) Sikap dan Persepsi Masyarakat

Sikap dan persepsi masyarakat terhadap kegiatan rencana kegiatan PT Galuh


Cempaka sangat dipengaruhi oleh pengalaman masyarakat akan keberadaan
pertambangan intan ini sebelumnya dan kegiatan-kegiatan CD atau CSR yang pernah
mereka terima. Begitu juga halnya dengan dampak-dampak negatif yang selama ini pernah
mereka rasakan atas keberadaan pertambangan intan di wilayah ini. Selain itu, latar
belakang budaya dan kondisi lingkungan (baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial)
masyarakat juga turut menentukan sikap dan persepsi mereka terhadap PT Galuh
Cempaka.
Responden yang diteliti sebagai sumber data primer adalah mereka yang
berdasarkan rencana kegiatan proyek bertempat tinggal di sekitar lokasi kegiatan atau yang
diperkirakan terkena dampak dari kegiatan ini. Jumlah responden yang diteliti sebanyak
150 orang, yang terdiri atas 130 laki-laki dan 20 perempuan. Umur responden berkisar
antara 20 sampai 70 tahun, dengan usia rata-rata 41 tahun. Secara lengkap gambaran
umur responden ini dapat dilihat pada tabel berikut
Tabel 2.24. Sebaran Umur Responden
No Interval Umur (tahun) Jumlah (orang) Persentase (%)
1 20 - 29 21 14,00
2 30 - 39 46 30,66
3 40 -49 43 28,67
4 50 – 59 30 20,00
5 60 - 69 9 6,00
6  70 1 0,67
Total 150 100,0
Sumber : Pengolahan data primer hasil wawancara, Tahun 2018

Jika dilihat dari asal-usulnya sebagian besar dari mereka merupakan penduduk asli
(68,00%), sedangkan sisanya adalah penduduk pendatang (32,00%). Ukuran keluarga
(family size) rata-rata 3,59 jiwa dengan jumlah anggota keluarga yang bekerja rata-rata 1,45
dan yang tidak bekerja atau masih sekolah rata-rata 2,24.
Dilihat dari tingkat pendidikan responden, umumnya tergolong sedang, dimana
terdapat 96 orang (64,0%) yang berpendidikan SLTP atau lebih, sedangkan yang tidak
tamat SD sebanyak 3 orang (2,00%). Secara lengkap gambaran tingkat pendidikan formal
responden ini dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 2.25. Tingkat Pendidikan Formal Responden Penelitian
No Tingkat Pendidikan Formal Jumlah (Orang) Persentase (%)
1 Tidak tamat SD 3 2,00
2 SD / sederajat 51 34,00
3 SLTP / sederajat 69 46,00
4 SLTA / sederajat 22 14,67
5 Akademi / PT 5 3,33
Total 150 100,00
Sumber : Pengolahan data primer hasil wawancara, Tahun 2018
Terhadap rencana kegiatan PT Galuh Cempaka ini, berdasarkan hasil wawancara
dengan 150 responden diketahui bahwa hanya sebanyak 37,33% responden yang sudah
mengetahui adanya rencana kegiatan ini, sedangkan 62,67% responden justeru belum
mengetahuinya. Informasi adanya rencana proyek ini mereka ketahui dari tetangga/teman,
aparat Kelurahan, dan dari pihak perusahaan.
Sikap dan persepsi mereka terhadap rencana pertambangan intan Aluvial PT Galuh
Cempaka didominasi oleh mereka yang setuju. Dari sebanyak 150 responden, terdapat
129 orang (86,00%) yang menyatakan setuju terhadap rencana tersebut, sedangkan 21
orang (14,00%) menyatakan tidak setuju. Khusus responden yang setuju, sebagian besar
(56,0%) menyetujui karena dengan adanya pertambangan intan PT Galuh Cempaka ini
akan membuka peluang kesempatan kerja bagi masyarakat lokal. Selain itu juga terdapat
26,67% responden yang setuju dengan syarat tertentu. Responden yang tidak setuju
karena alasan bahwa kegiatan ini akan menimbulkan pencemaran, limbah, gangguan
perairan umum, merusak lahan pertanian, serta menganggu kenyamanan masyarakat
sekitar.
Secara lengkap gambaran pendapat atau alasan responden terhadap kegiatan
pertambangan intan PT Galuh Cempaka ini dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 2.26 Alasan responden yang setuju dan tidak setuju terhadap rencana kegiatan
pertambangan intan PT Galuh Cempaka
Jumlah
No. Alasan Setuju
orang %
1 Terbukanya kesempatan kerja bagi penduduk lokal 84 56,00
2 Pembangunan semakin pesat 2 1,33
3 Lokasi jauh dari pemukiman 2 1,33
4. Terbuka peluang usaha bagi masyarakat 1 0,67
Asal tidak mengganggu dan merugikan masyarakat
5. 23 15,33
sekitar
6. Asalkan memberikan manfaat bagi masyarakat sekitar 13 8,67
Asalkan tidak merusak ayau mencemari lingkungan
7. 4 2,67
sekitar
Jumlah responden yang setuju 129 86,0
Alasan Tidak Setuju
1. Mencemari dan merusak areal pertanian 11 7.33
2. Menyebabkan adanya limbah dan banjir lumpur 3 2.00
3. Berdampak buruk bagi lingkungan sekitar 3 2.00
4. Perairan menjadi asam dan ikan berkurang 2 1.33
5. Lokasi wisata terganggu 1 0.67
6. Gangguan lalu lintas dan kebisingan 1 0.67
Jumlah responden yang tidak setuju 21 14,00
Jumlah seluruh responden 150 100,00
Sumber : Pengolahan data primer hasil wawancara, Tahun 2018
Sehubungan dengan rencana kegiatan pertambangan intan PT Galuh Cempaka
tersebut masyarakat memberikan persepsinya berkaitan dengan kesempatan kerja,
kesempatan berusaha, peningkatan pendapatan, dan perubahan norma budaya masyarakat
serta gangguan ketertiban masyarakat. Secara lengkap gambaran persepsi masyarakat ini
dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 2.27. Sikap dan persepsi masyarakat terhadap rencana kegiatan pertambangan intan
PT Galuh Cempaka
Jumlah
No. Sikap dan Persepsi Masyarakat
orang %
Kesempatan Kerja bagi Masyarakat Sekitar
1 Terbuka kesempatan bekerja 23 15,33
2 Kesempatan kerja sedikit/terbatas 123 82,00
3 Tidak ada kesempatan kerja yang tersedia 4 2,67
Kesempatan Berusaha bagi masyarakat sekitar
1 Terbuka kesempatan berusaha 16 10,67
2 Kesempatan berusaha yang ada terbatas 128 85,33
Tidak ada kesempatan berusaha bagi warga
3 6 4,00
sekitar
Peningkatan pendapatan masyarakat sekitar
1 Ada peningkatan pendapatan masyarakat 16 10,67
Hanya sedikit masyarakat yg pendapatannya
2 130 86,67
meningkat
Tidak ada peningkatan pendapatan
3 4 2,67
masyarakat
Gangguan debu
1 Sangat terganggu 8 5,33
2 Hanya sedikit terganggu 72 48,00
3 Tidak terganggu 70 46,67
Gangguan kebisingan
1 Sangat terganggu 5 3,33
2 Hanya sedikit terganggu 53 35,33
3 Tidak terganggu 92 61,33
Pencemaran air terhadap sawah
1 Menyebabkan kegagalan panen atau rusak 25 16,67
Hanya sebagian sawah atau tanaman padi yg
2 45 30,00
rusak
3 Tidak menyebabkan kerusakan 80 53,33
Pencemaran terhadap sumber mata air
1 Menyebabkan Pencemaran 8 5,33
2 Hanya Sedikit pencemaran 24 16,00
3 Tidak menyebabkan pencemaran 118 78,67
Penyebab banjir di wilayah ini
Merupakan Penyebab Utama Bajir di wilayah
1 7 4,67
ini
2 Penyebab banjir disamping faktor lainnya 4 2,67
3 Tidak hubungannya dengan kejadian banjir 139 92,66
Perubahan Norma Budaya masyarakat
Terjadi perubahan akibat pengaruh
1 9 6,00
pendatang
2 Hanya sedikit terjadi perubahan 27 18,00
Tidak terjadi perubahan nilai dan norma
3 114 76,00
masyarakat
Terjadinya gangguan kamtibmas
1 Terjadi gangguan kamtibmas 6 4,00
2 Hanya sedikit terjadi gangguan kamtibmas 6 4,00
3 Tidak terjadi gangguan kamtibmas 138 92,00
Sumber : Pengolahan data primer hasil wawancara, Tahun 2018

Beberapa harapan yang dikemukakan warga masyarakat jika kegiatan


pertambangan intan PT Galuh Cempaka ini dilaksanakan terutama berkaitan dengan
adanya dampak positif dan dampak negatif yang akan ditimbulkannya. Saran dan pendapat
ini pada intinya adalah harapan agar kelak perusahaan lebih memperhatikan kondisi
masyarakat sekitar, terutama yang berada dalam wilayah kegiatan pertambangan intan PT
Galuh Cempaka . Saran dan pendapat tersebut antara lain :
 Memprioritaskan masyarakat lokal dalam penerimaan tenaga kerja
 Memperbaiki sistem pembuangan air limbah agar tidak mengganggu atau mencemari
lingkungan sekitar
 Bantuan program CD bagi masyarakat sekitar
 Ikut membina dan mengembangkan lokasi wisata di sekitar
 Pengerukan sungai atau drainase agar tidak menimbulkan banjir atau tergenangnya
sawah

6. Tapak bekas tambang

a. Pengelolaan lahan bekas tambang

1) Peningkatan kualitas udara

Pengelolaan lahan bekas tambang berupa pengelolaan danau bekas tambang


meliputi danau Cempaka, danau Seran dan Danau Cermin. Pengelolaan berupa penataan
danau secara fisik, infra struktur serta penataan manajemen pengelolaan. Pengelolaan
dilakukan sebagai lahan pengembangan ekowisata, budidaya perikanan, perumahan.
Kegiatan reklamasi meliputi penataan kembali area bekas tambang dengan cara penataan
daerah terganggu dan membentuk kontur seperti kondisi permukaan aslinya. Setelah itu
bentuk permukaannya dilapisi dengan lapisan tanah pucuk yang subur dengan ketebalan
antara 50 sampai 75 cm.
Kegiatan pengelolaani lahan bekas tambang diperkirakan memberikan dampak
peningkatan konsentrasi gas yang lebih besar. Peningkatan konsentrasi debu tertinggi
terjadi pada saat proses pengurukan. Hal ini akan berpengaruh terhadap luas sebaran
dampak yaitu yang terjadi di sekitar danau. Data konsentrasi gas pada rona awal di danau,
Sulfur dioksida (SO2) 4,44 µg/m3, Karbon monoksida (CO) 135 µg/m3 , Nitrogen dioksida
(NO2) 0,48 µg/m3. Berdasarka persamaan RauI.G. dan D.C. Wooten (1980), dengan
menggunakan peralatan berat serta penggunaan bahan bakar 1000 liter per hari, pada
area 10 Ha akan terjadi peningkatan konsentrasi gas menjadi Sulfur dioksida (SO2) 6,34
µg/m3, Karbon monoksida (CO) 138,45 µg/m3 , Nitrogen dioksida (NO2) 1,58 µg/m3.
Kegiatan pengelolaan lahan bekas tambang juga berdampak pada penurunan
kadar debu. Perubahan terhadap kadar debu diprediksi dapat menurun atau sama. Disversi
debu tersebut akibat dari disversi material/Intan Aluvial oleh angin setempat yang ditahan
oleh vegetasi. Disversi debu tidak mencapai pemukiman karena jarak dengan pemukiman 7
km. Berdasarkan data rona awal kadar debu di lingkungan sekitar proyek menunjukkan nilai
antara 36,11 µg/m3 Dengan adanya kegiatan reklamasi lahan bekas tambang kadar debu
diudara akan mengalami peningkatan. Berdasarkan Berdasarkan persamaan Midwest
Research Institute USA (eu = 20,77 (S/12) (V/48) (W/3)0,7 (n/4)0,5 (d/365) kadar debu akan
meningkat sebesar 103 µg/m3 sehingga kadar debu diudara pada saat reklamasi lahan bekas
tambang mencapai 36,11 + 103 = 139,11 µg/m3. Hasil ini tidak melebihi baku mutu kadar
debu udara berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 41 tahun 1999, tentang
Pengendalian Pencemaran Udara (230 µg/m3).

2) Perubahan Fisiografi dan geomorfologi.

Pengelolaan lahan bekas tambang berupa pengelolaan danau bekas tambang


meliputi danau Cempaka, danau Seran dan Danau Cermin. Pengelolaan berupa penataan
danau secara fisik, infra struktur serta penataan manajemen pengelolaan. Pengelolaan
dilakukan sebagai lahan pengembangan ekowisata, budidaya perikanan, perumahan.
Kegiatan reklamasi meliputi penataan kembali area bekas tambang dengan cara
penataan daerah terganggu dan membentuk kontur seperti kondisi permukaan aslinya.
Setelah itu bentuk permukaannya dilapisi dengan lapisan tanah pucuk yang subur dengan
ketebalan antara 50 sampai 75 cm.
Lubang bekas tambang ditutup kembali dengan material tanah penutup sedikitnya
sampai ketinggian permukaan sungai setempat. Bentuk rupa bumi setelah reklamasi
dibentuk serata mungkin dengan kemiringan maksimal 15% untuk meminimalkan terjadinya
erosi permukaan. Sedangkan pola aliran air permukaan dibentuk selandai mungkin dengan
kemiringan kurang dari 5%. Bahaya erosi/longsor akan terjadi seiring dengan penambahan
tinggi lereng bila keterjalan sudut lereng tidak diperhatikan. Adanya aktifitas reklamasi
lahan bekas tambang akan mengurangi kemiringan dan cenderung upaya perataan sesuai
kontur.
Data rona awal kedalaman danau berkisat antara 2-20 m Kondisi tersebut telah
mengakibatkan terjadinya perubahan relief topografi dari topografi dataran menjadi topografi
positif. Data kondisi awal wilayah studi terdiri atas kelas lereng dibagi menjadi 2 kelas yaitu
pada kelas lereng 0-2% seluas 1.100 Ha, 3-5% seluas 758 Ha. Setelah adanya kegiatan
pengelolaan maka akan merubah fisiografi dan morfologi permukaan tanah sebesar 1 %.
Setelah adanya kegiatan pengelolaan lahan bekas tambang maka akan mengembalikan
fisiografi dan morfologi permukaan tanah. Pengelolaan dilakukan dengan jalan menata
kembali danau Seran, Cermin dan Galuh Cempaka menjadi tempat yang eko wisata dengan
pemanfaatan sumber daya air, potensi masyarakat dan keindahan wisata air serta
pengembangan olah raga air.

3) Peningkatan Kualitas Tanah.


Pengelolaandan reklamasi lahan bekas tambang jika berhasil akan menurunkan
nilai koefisien air larian dan selanjutnya akan menurunkan debit aliran permukaan,
memperbesar infiltrasi sehingga meningkatkan cadangan air tanah, memperbaiki kondisi
tanah melalui system perakaran tanaman dan terakumulasinya bahan organic dalam tanah,
menurunkan laju erosi dan sedimentasi.
Perbaikan system hidrologis yang ditimbulkan oleh kegiatan reklamasi akan berlanjut
pada perbaikan kualitas tanah. Parameter kualitas yang diperkirakan mengalami perbaikan
adalah padatan tersuspensi (TSS), kekeruhan, kandungan bahan organic, oksigen terlarut
dan beberapa senyawa lain hasil proses dekomposisi bahan organik. Degradasi pencemar
yang berada di lingkungan secara pelahan terproses secara alami dan bantuan manusia
sehingga sifat ekstrim tanah perlahan lahan dapat dikembalikan seperti semula.
Perbaikan kualitas tanah yang disebabkan oleh kegiatan reklamasi ini tidak akan
dapat mengembalikan kondisi lingkungan seperti rona awal, mengingat luas lahan yang
direklamasi relative kecil dibanding luas yang dibuka, disamping itu secara ekologis jenis
tanaman yang ditanam mempunyai indeks keragaman yang rendah.

4) Perubahan Tata Ruang dan Tata Guna Lahan.

Pengelolaan lahan bekas tambang berupa pengelolaan danau bekas tambang


meliputi danau Cempaka, danau Seran dan Danau Cermin. Pengelolaan berupa penataan
danau secara fisik, infra struktur serta penataan manajemen pengelolaan. Pengelolaan
dilakukan sebagai lahan pengembangan ekowisata, budidaya perikanan, perumahan.
Wilayah studi yang diperkirakan akan terkena dampaknya adalah batas areal yang
terganggu atau dilakukan pembukaan. Kegiatan pembersihan lahan menyebabkan
hilangnya vegetasi asli. Berdasarkan Peraturan Daerah No. 13 Tahun 2014 tentang RTRW
Kota Banjarbaru, Overlay Peta Rencana Tata Ruang Wilayah Kota (RTRWK) Banjarbaru,
maka sebagian besar rencana lokasi berada pada kawasan permukiman dan kawasan
pertanian (Gambar 1.2).
Dampak terhadap lahan terutama bentang alam berupa perubahan peruntukan lahan
dan tata guna lahan disebabkan oleh kegiatan-kegiatan reklamasi lahan yang luasnya
dengan tahapan 50 ha, selama kurang lebih 10 tahun. Kegiatan ini menyesuaikan tata
ruang Kota Banjarbaru sebagai peruntukan Permukiman dan Wisata.

5) Penurunan Kualitas Air Permukaan.

Pengelolaan dan Reklamasi lahan bekas tambang jika berhasil akan menurunkan
nilai koefisien air larian dan selanjutnya akan menurunkan debit aliran permukaan,
memperbesar infiltrasi sehingga meningkatkan cadangan air tanah, memperbaiki kondisi
tanah melalui system perakaran tanaman dan terakumulasinya bahan organic dalam tanah,
menurunkan laju erosi dan sedimentasi.
Perbaikan system hidrologis yang ditimbulkan oleh kegiatan reklamasi akan berlanjut
pada perbaikan kualitas air. Parameter kualitas yang diperkirakan mengalami perbaikan
adalah padatan tersuspensi (TSS), kekeruhan, kandungan bahan organic, oksigen terlarut
dan beberapa senyawa lain hasil proses dekomposisi bahan organik.
Perbaikan kualitas air yang disebabkan oleh kegiatan reklamasi ini tidak akan dapat
mengembalikan kondisi lingkungan seperti rona awal, mengingat luas lahan yang
direklamasi relative kecil dibanding luas yang dibuka, disamping itu secara ekologis jenis
tanaman yang ditanam mempunyai indeks keragaman yang rendah.

6) Peningkatan Flora Darat.

Parameter yang diprakirakan dampaknya adalah indeks nilai penting flora darat yang
merupakan dampak langsung akibat kegiatan reklamasi dan revegetasi. Dampak tersebut
merupakan dampak positif. Kegiatan pengelolaan lahan dan revegetasi tanaman dengan
menggunakan tanaman penghijauan dan tanaman penutup tanah (cover crop) akan
dilakukan pada areal bekas bukaan tambang dan areal timbunan (WDA). Kegiatan
revegetasi ini berdampak positifterhadap flora darat yang merupakan upaya untuk
memperbaiki kondisi lahan yangrusak saat penambangan, berupa adanya penambahan
populasi dan keaneka-ragaman jenis tanaman pada lahan tersebut bila dibandingkan
dengan kondisi sebelum dilakukan revegetasi.Luasnya lahan yang direvegetasi pada lahan
bekas bukaan tambang adalah 300 Ha, maka kegiatan tersebut adalah upaya pemulihan
lingkungan lahan bekas tambang yaitu bertambahnya luasan lahan floradarat/vegetasi dan
bertambahnya keanekaragaman flora darat. Seiring dengan pertumbuhan tanaman
revegetasi tersebut, akan berdampak lanjutan terhadap terciptanya habitat baru bagi fauna,
berkurangnya erosi tanah karena permukaan tanah relatif lebih tertutup, perbaikan iklim
mikro serta meningkatnya kualitas air permukaan(sungai).
Berdasarkan data hasil analisis vegetasi diatas menunjukkan bahwa jenis-jenis yang
mendominasi untuk tingkat semai dan tumbuhan bawah adalah rumbia (Metroxylon sagu), ,
paku (Nerphrolepis exaltata) dengan INP = 53,03%, rumput beriwit (Oxonopus compressus)
INP = 17,76% dan alang-alang (Imperata cylindrica) INP = 16,53%, kemudian diselai semai
dan rumput lainnya yang terdapat dalam jumlah yang relatif sedikit seperti kirinyuh (Wedelia
biflora), sikejut (Mimosa pudica), dll. Untuk tingkat pertumbuhan pancang berdasarkan hasil
analisis vegetasi didominasi oleh jenis Galam (Melaleuca leucadendron) INP = 35,38%;
akasia (Accacia mangium) INP = 30,94%; karamunting (Melastoma malabathricum) INP =
27,09%; angsanan (Pterocarpus indicus) INP = 22,65%; serta pelawan (Tristania obovata)
INP = 20,43%. Berdasarkan kriteria indeks keanekaragaman jenis (H’) menurut Indeks
Shannon, maka untuk tingkat pertumbuhan semai dan tumbuhan bawah (H’=2,6770) dan
tingkat pancang (H’=1,2639) tergolong dalam kriteria cukup(1,26 – 2,00).

7) Penurunan Fauna Darat.

Parameter yang diprakirakan dampaknya adalah jenis satwa liar yang dilindungi
yang merupakan dampak lanjutan (sekunder) terhadap perbaikan flora darat sebagai habitat
baru bagi satwa liar, akibat kegiatan reklamasi dan revegetasi. dampak tersebutmerupakan
dampak positif.
Sebelum ada reklamasi dan revegetasi lahan bekas lubang tambang (Pit) maupun
areal timbunan (WDA) diperkirakan hampir tidak ada fauna darat/satwa liar yang hadir
ataubermukim pada areal tersebut (areal yang terganggu) sehingga kualitas
lingkungannyatergolong sangat buruk bagi kehidupan satwa liar. Adanya reklamasi dan
revegetasipada areal dimaksud, yaitu seiring dengan pertumbuhan dan keberhasilan
tanamanrevegetasi diharapkan akan terbentuk habitat baru bagi satwa liar yang secara
perlahandiperkirakan akan hadir satwa liar pada lokasi areal tambang yang sudah
direklamasiyaitu pada lahan bekas bukaan tambang adalah 100 Ha. maka kegiatan tersebut
adalah upaya pemulihan lingkungan lahan bekas tambang yaitu bertambahnya luasan lahan
floradarat/vegetasi dan bertambahnya keanekaragaman flora darat akan menyebabkan
meningkatnya fauna darat.
Dari 23 species burung yang ditemukan langsung terdapat species burung yang
dilindungi antara lain Elang bondol (Haliastus indus) (dilindungi menurut Kepmentan No.
421/Kpts/Um/7/1972); cekakak cina (dilindungi menurut SK Mentan No.45/Kpts/Um/1/1975).
Dari jenis burung yang dapat dikatakan sebagai hama atau pengganggu tanaman budidaya
penduduk antara lain: burung yang suka memakan buah yaitu: karuang, pipit habang/bondol
rawa , pipit hirang/bondol kalimantan, cuit, curiak, dll. Paling banyak ditemukan adalah pipit,
terutama pada tanaman padi di ladang maupun sawah serta pisang.
Untuk jenis mamalia yang teramati secara langsung, hanya sedikit yang ditemukan
speciesnya seperti kucing kampung (Felis catus), sapi ternak (Bos taurus), tupai
(Callosciurus sp.), anjing (Canis familiaris) dan monyet/hirangan (Presbytis cristata). Pada
jenis mamalia ini tidak dilakukan analisis perhitungan, berhubung jenis dan jumlah yang
ditemukan sangat sedikit. Dari 5 species dari jenis mamalia yang ditemukan langsung, tidak
terdapat species yang dilindungi, namun hasil wawancara dengan penduduk sekitar
terdapat 7 (tujuh) species yang dilindungi. Species-species dari jenis mamalia yang terdapat
di areal studi merupakan fauna yang pernah dijumpai renponden selama 5 tahun terakhir.
Sedangkan fauna jenis amphibi yang datanya diperoleh dari informasi penduduk sekitar,
dimana terdapat 1 species yang dilindungi yaitu kura-kura (Orlitia borneensis) (dilindungi
menurut Kepmentan No. 327/Kpts/Um/5/1978). Berdasarkan informasi penduduk species
yang dilindungi tersebut sudah jarang ditemui dan beberapa jenis diantaranya hanya dapat
dijumpai di daerah-daerah yang bervegetasi lebat seperti di dalam hutan sekunder. Dengan
adanya kegiatan reklamasi lahan akan menciptakan , habitat flora sehingga akan
berkembangbiaknya fauna yang ada di area tersebut sampai pada tingkatan sedang.

8) Peningkatan Pendapatan Masyarakat.

Pengelolaan lahan bekas tambang berupa pengelolaan danau bekas tambang


meliputi danau Cempaka, danau Seran dan Danau Cermin. Pengelolaan berupa penataan
danau secara fisik, infra struktur serta penataan manajemen pengelolaan. Pengelolaan
dilakukan sebagai lahan pengembangan ekowisata, budidaya perikanan, perumahan.
Kegiatan reklamasi meliputi penataan kembali area bekas tambang dengan cara
penataan daerah terganggu dan membentuk kontur seperti kondisi permukaan aslinya.
Setelah itu bentuk permukaannya dilapisi dengan lapisan tanah pucuk yang subur dengan
ketebalan antara 50 sampai 75 cm.
Selanjutnya lokasi yang sudah tertutup oleh tanah pucuk akan ditanami dengan bibit-
bibit tanaman, baik yang bersifat sebagai tanaman penutup (cover crop) seperti Centrocema
manguides maupun tanaman berkayu komersial seperti galam, kayu putih, akasia, dan
jenis-jenis tanaman lokal yang sesuai dengan lahan setempat dan/atau tanaman
penghijauan atau buah-buahan lainnya.
Berdasarkan hasil survey terhadap lahan lahan bekas tambang yang ada yaitu
berupa danau Seran danau Cermin dan danau Galuh Marindu sudah dimanfaatkan oleh
masyarakat sekitar untuk wisata. Danau danau tersebut dikelola oleh masyarkat sekitar,
dikembangkan dan di tata dan dijadikan tujuan wisata bagi masyarakat. Masyarakat sekitar
mengelola dengan biaya dari retribusi masuk dan biaya parker. Dari hasil survey didapatkan
jumlah petugas pengelola tempat wisata danau Cermin sebanyak 80 orang yang aktif pada
hari libur 20 orang. Danau Seran jumlah pengelola satu orang dan tenaga yang dilibatkan
sebanyak 15 orang. Sedngkan danau Galuh Cempaka petugas pengelola sejumlah 10
orang. Ketiga danau tersebut yang berpotensi untuk dijadikan eko wisata adalah danau
seran dan danau Cermin. Adanya kegiatan tersebut dapat meningkatkan pendapatan
masyarakat sekitar berupa retribusi karcis, parker dan penjualan makanan dan minuman.

9) Perubahan Persepsi dan Sikap Masyarakat

Pengelolaan lahan bekas tambang berupa pengelolaan danau bekas tambang


meliputi danau Cempaka, danau Seran dan Danau Cermin. Pengelolaan berupa penataan
danau secara fisik, infra struktur serta penataan manajemen pengelolaan. Pengelolaan
dilakukan sebagai lahan pengembangan ekowisata, budidaya perikanan, perumahan.
Kegiatan ini dapat memperbaiki persepsi negatif masyarakat terhadap kegiatan
penambangan yang dianggap sebagai kegiatan merusak lingkungan. Hal ini seperti
tercermin dalam persepsi masyarakat tentang kegiatan tambang yang dianggap pada akhir
kegiatan tambang akan meninggalkan lubang-lubang yang tidak berguna. Upaya reklamasi
dan penamanan kembali pada lahan reklamasi bekas tambang akan meningkatkan segi
estetika dan kualitas visual daerah sehubungan dengan tumbuhnya kembali vegetasi.
Kualitas visual yang meningkat dan penyerapan tenaga kerja lokal yang dilibatkan dalam
kegiatan ini dapat menimbulkan persepsi positif masyarakat terhadap proyek. Membaiknya
kondisi lingkungan yang ditandai oleh pemandangan dan fungsi ekosistem yang meningkat,
sebagai akibat kegiatan revegetasi akan memperbaiki pandangan masyarakat terhadap
proyek penambangan. Dengan demikian, melalui kegiatan reklamasi dan rehabilitasi bekas
tambang akan memunculkan sikap dan persepsi positif masyarakat. Luas persebaran
dampak mencakup semua wilayah dalam studi. Dampak yang terjadi akan berlangsung
selama kegiatan reklamasi dan rehabilitasi lahan bekas tambang berlangsung. Intensitas
dampak yang ditimbulkannya dapat menimbulkan pandangan positif terhadap proyek. Sifat
dampak kumulatif dan berbalik

Anda mungkin juga menyukai