Air Permukaan
Air permukaan terdiri dari air genangan yang terdapat di permukaan lahan dan air
larian yang bergerak di permukaan tanah (surface run – off) serta air dalam tanah yang
mengalir ke sungai. Di lokasi pertambangan sebagian besar air permukaan berada dalam
bentuk air larian bawah tanah yang mengalir ke sungai melalui mata air. Mata-mata air yang
berupa sumur bor digunakan oleh penduduk sebagai sumber air tawar. Saat ini di wilayah
tambang terdapat sebuah waduk buatan yang pada prinsipnya digunakan sebagai tempat
penampungan air dalam mencukupi kebutuhan air khususnya pada musim kemarau baik itu
untuk kegiatan PT. Galuh Cempaka maupun untuk penduduk setempat. Adapun kualitas air
permukaan di wilayah studi dari beberapa lokasi handil, dimana beberapa parameter berada
diluar baku mutu misalnya pH air ada pada antara 2,89 – 4,22 dan musim hujan .
Pengelolaan air permukaan hanya difokuskan pada musim hujan, karena pada
musim kemarau daerah studi akan kering, pada musim hujan perbedaan ketingggian air
permukaan rawa bisa melebihi kondisi normal (0,90–1,30meter). Yaitu hanya mempunyai
fluktuasi perbedaan 0,40 M. Tetapi berdasarkan pengalaman yang terjadi pada saat curah
hujan yang tinggi seperti yang terjadi pada tgl 6-7 Maret 2008, maka terjadi lonjakan
ketinggian air sampai lebih dari 1,0 meter , maka terjadi genangan pada penambangan di
DS – 13. Untuk itu maka tanggul bund wall tambang dinaikan menjadi 1,5 meter ( Level 9,0
– 10,50 m ).
Kualitas air permukaan dapat dilihat dari hasil uji laboratorium seperti pada tabel berikut ini :
Tabel 2.5 : Kualitas Air Permukaan
Lokasi Pengambilan Contoh Baku
Parameter Satuan
KA-01 KA-02 KA-03 KA-04 KA-05 KA-06 Mutu*)
TSS mg/l 340 302 212 214 145 102 50
pH - 2,89 4,22 3,08 4,43 6,86 7,03 6-9
DO mg/l 4,96 4,85 4,82 4,93 5,24 4,98 6
BOD5 mg/l 11,455 8,140 10,329 8,140 7,036 7,367 2
COD mg/l 28,637 20,361 26,323 20,351 17,589 18,417 10
Amoniak mg/l 2,04 0,94 1,06 0,72 0,27 0,11 0,5
Nitrat mg/l 1,8 0,7 1,4 1,9 1,6 1,4 10
Nitrit mg/l 0,015 0,008 0,010 0,008 0,004 0,003 0,06
Sulfat mg/l 300 200 300 42 14 12 400
Lokasi Pengambilan Contoh Baku
Parameter Satuan
KA-01 KA-02 KA-03 KA-04 KA-05 KA-06 Mutu*)
Sulfida mg/l 0,005 0,005 0,009 0,008 0,003 0,006 0,002
Mangan mg/l 0,092 0,087 0,057 0,011 0,001 0,003 0,1
Besi mg/l 8,7 4,7 7,56 3,95 2,32 1,48 0,3
Phospat mg/l 0,14 0,15 0,14 0,09 0,13 0,15 0,2
Fenol mg/l 0,0277 0,0012 0,0249 <0,002 <0,002 0,0105 1
Sumber: Studi Awal Tambang Cempaka, 2006
KETERANGAN: KA-1 : HANDIL HULU; KA-2 : HANDIL GANTUNG HULU; KA-3 : HANDIL BAMBAN HULU;
KA-4 : HANDIL ALI HILIR; KA-05 : SUNGAI SAMBANGAN; KA-06 : SUNGAI BANYU HIRANG
Pada Tabel 2.7 di atas terlihat bahwa nilai indeks pencemaran berkisar antara 2,1986 (KA-
5) sampai 6,1650 (KA-4), dengan demikian status mutu air di wilayah studi berada pada
kondisi tercemar ringan sampai tercemar sedang jika didasarkan atas baku mutu air kelas I
menurut Peraturan Gubernur Kalimantan Selatan Nomor 05 Tahun 2007. Berdasar daya
tampung dan daya dukung dengan menggunakan metode Neraca massa maka sungai atau
handil Bamban dan handil Gantung masing masing mempunyai kadar BOD melebihi 2 mg/l
dan COD melebihi 10 mg/l bila aliran tergabung mempunyai kadar BOD 12,0 mg/l dan COD
27,9 mg/l. Melihat kadar BOD maupun kadar COD maka kondisi Handilpada lokasi tidak
mempunyai daya tampung.
2. Air Tanah
Pengamatan air tanah berkaitan dengan kegiatan yang akan dilakukann PT. Galuh
Cempaka difokuskan pada kualitas dan kuantitas dari sumur penduduk. Secara kualitas air
sumur penduduk selalu dipantau dan dilakukan upaya perbaikan seandainya terjadi
penyimpangan kualitas.
Pengamatan dan pengambilan sample dilakukan pada 6 lokasi pengamatan di dua desa (3
titik di desa Tambak Jariah, dan 3 lokasi berikutnya di Desa Tanggul Palam).
Air tanah disini terjebak didalam gravel yang mempunyai porositas yang tinggi, tetapi
mengingat daerah penambangan merupakan daerah rawa yang selalu berair dan kering di
musim kemarau, maka meskipun gravel yang ditambang tidak dikembalikan kedalam lubang
tidak akan memberikan dampak terhadap kualitas dan kuantitas air tanahnya.
Kualitas air sumur penduduk dapat dilihat pada tabel sebagai berikut;
Tabel 2.8 : Kualitas Air Tanah.
Sandi Lokasi Pengambilan Contoh Baku Mutu
Paramet Satua
Metode AS-01 AS-02 AS-03 AS-04 AS- AS- 1) 2)
er n
05 06
FISIKA
o
Suhu C Elektrometrik 27,7 26,6 27,2 27,1 27,9 28,3 ±3 ±3
Turbiditymetri
Turbidity NTU 56 14 24 26 49 40 25 5
k
Potensiometri
TDS mg/l 28,3 20,1 23,4 23,4 26,5 24,1 1000 1000
k
Spektofoto
TSS mg/l 45 6 13 14 38 31 50 -
metrik
Alkalinita mg/l - 16,2 16,2 47,52 45,36 21,6 9,72
Sandi Lokasi Pengambilan Contoh Baku Mutu
Paramet Satua
Metode AS-01 AS-02 AS-03 AS-04 AS- AS- 1) 2)
er n
05 06
s
12,8
Asiditas mg/l - 11,82 9,85 9,85 10,83 7,88 - 500
0
Tidak
Berba Berba Berba Tidak
Bau - Organoleptik Berbau Berbau Berbau Berba
u u u Berbau
u
Unit
Spektrofoto
Warna PtC 167 27 46 90 267 165 15 -
Metrik
o
Tida
Tidak
Beras Beras Beras Bera Bera k
Rasa - Orgnoleptik Berasa Beras
a a a sa sa Bera
a
sa
KIMIA
Potensiome 4,8 4,4 6,5-
pH - 5,10 4,86 4,53 5,19 6-9
trik 8 2 8,5
mg/ Potensiome 5,0 4,9
DO 5,21 5,11 5,03 5,25 2 -
l trik 9 9
mg/ 7,95 8,72 7,95 8,2 7,9
BOD5 Winkler 8,851 6 -
l 9 3 9 14 59
Spektrofoto
Amonia mg/ 0,1 0,1
metrik- 0,14 0,10 0,10 0,08 0,05 1,5
k l 3 7
Nesler
mg/ Spektrofoto
Nitrat 1,7 1,6 1,2 0,8 1,2 1,0 10 50
l metrik
mg/ Spektrofoto 0,00 0,01 0,01 0,0 0,0
Nitrit 0,008 0,06 3
l Metrik 1 5 0 13 10
mg/ Spektrofoto
Sulfat 8 1 <1 <1 32 1 400 250
l Metrik
mg/ Spektrofoto 0,00 <0,00 0,00 0,00 0,0 0,0 0,00
Sulfida 0,05
l Metrik 3 1 4 9 02 04 2
mg/ Spektrofoto <0,00 0,0 0,0
Besi 0,12 0,02 0,02 0,3 0,3
l Metrik 1 9 6
Sandi Lokasi Pengambilan Contoh Baku Mutu
Paramet Satua
Metode AS-01 AS-02 AS-03 AS-04 AS- AS- 1) 2)
er n
05 06
Phospa mg/ Spektrofoto
0,4 0,2 0,5 0,2 0,3 0,4 0,2 -
t l Metrik
mg/ <0,0 <0,0 <0,0 <0, <0,
Fenol POC-100 <0,02 1 -
l 2 2 2 02 02
Minyak
mg/ Spec-Biru <0,0 <0,0 <0,0 <0, <0, 100
& <0,01 -
l Met 1 1 1 01 01 0
Lemak
2000
0/100
E.Coli - MPN 1600 17 280 2400 49 2 / 100
ml
ml
Sumber: Studi Awal Tambang Cempaka, 2006
Keterangan:
AS-01 : Sumur Bp. Salman AS-04 : Sumur Bp. Purwanto
AS-02 : Sumur Bp. Masrani AS-05 : Sumur Bp. Bahrani
AS-03 : Sumur Bp. Abdul Hair AS-06 : Sumur Bp penduduk
Peraturan Pemerintah No.82 Th. 2001, baku mutu kelas 1
Peraturan MenKes RI Nomor : 907/Menkes/SK/VII/2002 tanggal 29 Juli 2002
Dari tabel diatas dapat dijelaskan kualitas air tanah disekitar tambang PT.GC, yang
dipantau melalui sumur penduduk sebagai berikut: seluruh air sumur yang dipantau berasa
dan berbau. Parameter pH seluruh air sumur penduduk yang disampling mempunyaikadar
asam dan tidak memenuhi baku mutu. Kandungan bakteri pada air sumur melebihi baku
mutu pada semua air sumur yang disampling.
Kondisi air tanah yang berbau dan berasa serta pH rendah menunjukkan adanya
kandungan bahan organic yang terlarut yang berlebihan. Tingginya bahan organic dalam air
mengakibatkan adanya pertumbuhan bakteri. Kondisi ini terbukti dengan adanya hasil
pengukuran kandunga bakteriologis melebihi baku mutu kualitas lingkungan. Kondidi ini
menyebabkan adanya peningktan kesakitan akibat mengkonsumsi ait tanah tersebut.
Kesakitan berupa angka diare dan penyakit Gastro intestinal lainnya meningkat.
Pengukuran kualitas air juga dilakukan terhadap air tanah/sumur bor. Hasil
pengukuran kualitas air sumur secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran L-2 sedangkan
perbandingan kualitas air sumur yang diukur dengan baku mutu air bersih menurut
Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 416/MENKES/PER/IX/1990 dapat dilihat pada tabel
berikut.
Tabel 2.9. Perbandingan Hasil Pengukuran Kualitas Air Sumur dengan Baku Mutu Menurut
Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 416/MENKES/PER/IX/1990
Parameter Satuan KAS-1 Baku Mutu
o
Suhu C 27,2 ±3
Warna Skala TCU 0,155 Maks. 50
Bau - Tidak berbau Tidak berbau
Rasa - Tidak berasa Tidak berasa
Kekeruhan Skala NTU 0,53 Maks. 25
pH - 7,82 6,5 – 8,5
TDS mg/L 74 Maks. 1000
Zat organic
mg/L 0,48 Maks. 10
(KMnO4)
Kesadahan mg/L 124,50 Maks. 500
Besi mg/L 0,068 Maks. 1
Mangan mg/L 0,028 Maks. 0,5
Fluorida mg/L 2,035 Maks. 1,5
Seng mg/L 0,008 Maks. 15
Sulfat mg/L 2,176 Maks. 400
Nitrat mg/L 0,129 Maks. 10
Nitrit mg/L 0,003 Maks. 1,0
Arsen mg/L 0,001 Maks. 0,05
Timbal mg/L <0,001 Maks. 0,05
Selenium µg/L <0,001 Maks. 10
Kromium mg/L <0,002 Maks. 0,05
Kadmium mg/L <0,001 Maks. 0,005
Air raksa µg/L <0,045 Maks. 1
Detergen mg/L 0,038 Maks. 0,05
E.Coli CFU/ 100 ml <1,0 x 103 0
Total coliform CFU/ 100 ml 4,3 x 103 50
Sumber : Data primer, 2018.
Keterangan:
KAS- = Air sumur bor dekat pabrik
1
BM = Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 32 tahun 2017
Pada Tabel 2.9 di atas terlihat semua parameter kualitas air sumur di wilayah studi
yang diukur masih berada dibawah ambang batas (memenuhi persyaratan) baku mutu air
keperluan higiene sanitasi menurut Peraturan Menteri Kesehatan No. 32 Tahun 2017,
kecuali parameter fluorida dan total coliform, hal ini diduga disebabkan oleh faktor kondisi
alam, yakni terkait dengan kondisi tanah di sekitarnya yang diduga banyak mengandung
fuorida dan total coliform.
b. Kuantitas Air Tanah
Pengelolaan hasil pengolahan berupa gravel dan pasir dalam menjaga kondisi air
tanah : Tidak akan mengganggu kondisi air tanah hal ini di karenakan lubang yang terbuka
sebagai akibat diambilnya gravel dan pasir posisinya berada dibawah permukaan air
permukaan ( Air Rawa ) dan juga apabila ditutup ( back filling ) atau dibiarkan terbuka akan
berisi air dan sebagai cadangan air permukaan. Jadi kondisi air tanah tidak akan terganggu
sehubungan pengambilan material pasir dan kerikil.
Pengamatan terhadap kuantitas air sumur penduduk sekitar wilayah studi didapatkan
water table atau permukaan air tanah antara 2-5 m daripermukaan tanah. Kuantitas air
tanah didasarkan pada jumlah debit air yang tersedia saat musim kemarau dan penghujan,
konstruksi dan kedalaman air sumur. Hasil perhitungan debit air, konstruksi dan kedalaman
masing – masing sumur pada masing – masing sumur di stasiun pengamatan dapat dilihat
pada tabel berikut Tabel 2.10;
Tabel 2.10 : Kuantitas Air Tanah
Nama Kemarau Penghuja Debit Air (Q)
Keterangan
Respond n (m3/hari)
No. Alamat
en r d r d Kemara Hujan
(m) (m) (m) (m) u
Tambak 4.517
1 (AS-01) 0.50 1.35 0.50 5.75 1.0607 Sumur gali
Jariah 9
Palam 1.860
2 (AS-02) 0.40 0.40 0.40 3.70 0.2011 Sumur gali
Tanggul 6
Tambak 2.514
3 (AS-03) 0.40 2.00 0.40 5.00 1.0057 Sumur gali
Jariah 3
Tambak 5.657
4 (AS-04) 0.50 1.40 0.50 7.20 1.1000 Sumur gali
jariah 1
Palam 6.173
5 (AS-05) 0.45 1.40 0.45 9.70 0.8910 Sumur gali
Tanggul 4
Nama Kemarau Penghuja Debit Air (Q)
Keterangan
Respond n (m3/hari)
No. Alamat
en r d r d Kemara Hujan
(m) (m) (m) (m) u
Palam 1.056
6 (AS-06) 0.40 0.30 0.40 2.10 0.1509 Sumur gali
Tanggul 0
Sumber: Studi Awal Tambang Cempaka.
Wilayah studi Amdal rencana kegiatan pertambangan intan PT. Galuh Cempaka di
Kelurahan Palam dan Bangkal Kecamatan Cempaka serta Kelurahan Guntung Manggis
Kecamatan Landasan Ulin sebagian besar merupakan kawasan lahan basah yaitu rawa dan
sisanya bertipe penutupan lahan kering akibat perubahan tinggi tanah oleh kegiatan urugan
seperti badan jalan, pematang/galangan/tukungan, pekarangan rumah, dan kebun
pekarangan/buah-buahan. Sebagian besar lahan basah di luar tapak proyek sudah
dikonversi menjadi areal budidaya tanaman padi sawah, dimana tanahnya hampir sudah
tidak terdapat gambut lagi di permukaannya.
Tipe penutupan vegetasi lahan tapak proyek didominasi oleh hutan galam dan kebun
campuran buah-buahan serta sisanya berupa danau akibat penambangan masa
sebelumnya. Jenis-jenis flora darat yang terdapat pada lahan rencana tapak proyek dan
sekitarnya berupa vegetasi liar rawa yaitu galam, akasia dau lebar, akasia daun kecil,
merapat, alaban, rumbia, panggang/beringin rawa, bungur, jambuan, gulinggang, bambu
dan lain-lain. Sedagkan pada areal sekitarnya juga terdapat tanaman budidaya seperti padi
sawah, katu, singkong, terong, dengan diselai tumbuhan rumputan yang dominan seperti
perupuk, bundung, banta, hering, beriwit, papisangan, kangkung, genjer, keladi, paku-
pakuan, bayam rawa, bilaran, gegambor, teki, paku andam, dll. Umumnya vegetasi rawa
yang terdapat di rencana tapak proyek dan sekitarnya memiliki kemampuan hidup pada
tanah yang terendam akibat pasang surut air rawa. Untuk vegetasi tingkat tinggi (pohon
berkayu) terdapat relatif sedikit dan umumnya berupa tanaman penghijauan maupun
tanaman budidaya buah-buahan seperti mangga, jambu bol, rambutan, randu, kelapa
dalam, nangka, sukun, papaya, pisang, dan jenis buah-buahan lainnya yang terdapat di
depan pekarangan maupun halaman belakang rumah sebagai kebun pekarangan. Terdapat
pula dari jenis tanaman penghijauan seperti angsana, akasia daun lebar, trambesi,
ketapang, pucuk merah, dll yang ditemukan menyebar mengikuti jalan dan fasilitas umum
kawasan permukiman. Selengkapnya jenis-jenis vegetasi yang terdapat di tapak proyek dan
sekitarnya dapat dilihat pada Tabel 2.14.
Tabel 2.14 Jenis-Jenis Vegetasi Yang Ada Di Lokasi Proyek
No. Nama Vegetasi Nama Ilmiah
1. Galam Melaleuca leucadendron
2. Akasia daun lebar Accacia mangium
3. Akasia daun kecil Accacia auricoliformis
4. Merapat Combretocarpus motleyi
5. Alaban Viteks pubescens
6. Rumbia Metroxylon sagu
7. Panggang/Beringin rawa Ficus benjamina
8. Bungur Lagerstroemia speciosa
9. Bambu kuning Bambusa vulgaris
10. Jambuan Eugenia Sp.
11. Buas-buas Viteks Sp.
12. Rukam Flacourtia inermis
13. Gulinggang Cassia alata
14. Karamunting Melastoma malabathricum
15. Angsana Pterocarpus indicus
16. Ketapang Terminalia catappa
17. Pucuk merah Syzygium oleana
18. Jambuan Samanea saman
19. Mangga Mengifera indica
20. Rambutan Nephelium lappaceum
21. Jambu bol Syzygium malaccense
22. Jambu biji Psidium guajava
23. Rambutan Nephelium lappaceum
24. Randu/Kapok Ceiba pentandra
25. Kelapa dalam Cocos nucifera
26. Pinang Areca catechu
27. Nangka Artocarpus heterophylla
28. Sukun Arthocarpus communis
No. Nama Vegetasi Nama Ilmiah
29. Pepaya Carica papaya
30. Pisang Musa Sp.
31. Beriwit Cynodon dactylon
32. Kirinyuh Wedelia biflora
33. Kait-kait Ficus Sp.
34. Paku-pakuan Stenochlaena Sp.
35. Paku andam Gleichenia linearis
36. Hering Sceleria pergracillis
37. Padi Oryza sativa
38. Singkong Manihot utilisima
39. Katuk Sauropus androgynus
40. Terong Cyphomandra betacea
41. Banta Leersia hexandra
42. Bayam-bayaman (rawa) Amaranthus spinosus
43. Genjer Limnocharis flava
44. Bundung Scripus grossus
45. Keladi Colocasia esculenta
46. Teki rawa Kyllinga monocephala
47. Papisangan Microcos saccifera
48. Enceng gondok Eichornia crassipes
49. Kiyapu Pistia stratiotes
Sumber : Data primer, 2018
Sebagian besar habitat alami vegetasi rawa di luar tapak proyek relatif sudah
berubah akibat konversi menjadi lahan budidaya pertanian, kebun, jalan dan lahan
perumahan/ permukiman.
b. Fauna Darat
Fauna darat terutama satwa liar yang terdapat di wilayah studi pada dasarnya
berhubungan dengan ragam tipe vegetasi sebagai habitat fauna tersebut. Umumnya
terdapat jenia aves, mamalia, reptil dan amphibi. Species-species fauna darat yang
terdapat di wilayah studi berdasarkan hasil observasi lapang dan informasi penduduk
setempat dapat dilihat dalam Tabel 2.15.
Tabel 2.15 Species Fauna Darat yang Terdapat di Wilayah Studi
No. Nama Indonesia Nama Ilmiah
A. Jenis Aves
1. Bondol Kalimantan Lonchura Malacca
2. Layang-layang batu Hirundo tahitia
3. Kutilang Pycnonotus aurigaster
4. Kekep babi Artamus leucorhynchus
5. Burung Gereja Passer montanus
6. Karuang Pycnonotus brunneus
7. Cinenen belukar Orthotomus atrogularis
8. Tapaian Ixobrychus cinnamomeus
9. Bubut besar Centropus sinensis
10. Curiak Orthotomus sericeus
11. Bentet kelabu Lanius schach
12. Cuit Prionochilus percussus
13. Bondol rawa Lonchura Malacca
14. Bubut alang-alang Centropus bengalensis
15. Darakuku Streptopelia bitorquata
16. Cekakak sungai Todirhamphus chloris
17. Kucica kampong Copsychus saularis
18. Cabak Caprimulgus affinis
19. Elang bondol *) Haliastur Indus
20. Cuit kuning *) Nectarinia jugularis
21. Buak/burung hantu kecil Glaucimulgus
22. Elang hitam Icnaetus malayensis
23. Burung hantu besar *) Strix leptograminica
24. Pelatuk kecil Dinopium sp.
25. Serindit Lericulus exillis
26. Tikusan Phalacrocorax sp
27. Burung kipas/sasikatan*) Rhypidura javanica
28. Cucak rowo Pycnonotus zeylanicus
29. Punai Treron vernan
30. Sriti Cellocalia esculenta
31. Burak-burak Amaurornis phoenicurus
32. Belibis Dendrocygna
B. Jenis Mamalia
No. Nama Indonesia Nama Ilmiah
1. Tupai pohon Callosciurus sp.
2. Kucing Felis catus
3. Anjing Canis familiaris
4. Tikus Rattus exulans
5. Tikus kecil Sundamys muelleri
6. Musang Paradoxorus hermaphrodites
7. Tringgiling *) Tragulus javanicus
8. Segung/Gobang/sado *) Mydaus javanensis
9. Berang-berang *) Cynogale bennetti
C. Jenis Reptilia
1. Kadal tanah/Bingkarungan Calotus jubatus
2. Cecak pohon -
3. Ular daun / ular hijau Trimeresurus albolabris
4. Ular tanah Dendrephus pictus
5. Ular sawa Bungarus fasciatus
6. Ular tadung Ophiophagus hannak
7. Ular cobra Biodae sp.
8. Biawak Veranus salvator
9. Bonglon/Angui Mabuia multifasciata
D. Jenis Amphibia
1. Katak hijau kecil Rana limnocharis
2. Katak coklat kecil Rana erythraea
3. Katak hujan/hitam besar Bufu melanoticus.
4. Bidawang Tryonik cartilageunus
5. Kura-kura *) Orlitia borneensis
Sumber : Data Primer, 2018.
Keterangan:
*) = dilindungi berdasraakan Peraturan Perundangan RI.
Dari hasil wawancara dengan penduduk teridentifikasi adanya species dari jenis
aves yang dilindungi yaitu elang bondol (Haliastur indus) (Dilindungi berdasarkan
Kepmentan N0. 421/Kpts/Um/7/1972), cuit kuning (Nectarinia jugularis), burung hantu besar
(Strix leptograminica) dan burung kipas/sikatan (Rhypidura javanica) (dilindungi menurut
Kepmentan No.66/Kpts/Um/2/1973). Keempat species jenis aves yang dilindungi tersebut
masih sering ditemukan penduduk dalam keadaan terbang maupun hinggap di pohon dan
umumnya mereka tidak mengetahui bahwa burung tersebut termasuk dalam species yang
dilindungi.
Dari jenis burung yang dapat dikatakan sebagai hama atau pengganggu tanaman
budidaya penduduk antara lain: burung yang suka memakan buah dan biji-bijian seperti:
karuang, bondol rawa (pipit habang), bondol kalimantan (pipit hirang), cuit, curiak, dll. Paling
banyak ditemukan adalah pipit, terutama hama pada tanaman padi di sawah.
Sedangkan species yang benilai ekonomis bagi masyarakat hampir seluruh species
yang dapat dijual baik untuk dimakan/konsumsi maupun untuk dipelihara sebagai hobi.
Species-species yang benilai ekonomis fauna dari jenis aves antara lain: punai, tapaian,
karuang, pipit, dan darakuku (untuk dikonsumsi dagingnya), juga bentet, elang bondol,
karuang, pipit, burung hantu dan lain-lain (untuk dipelihara).
Untuk jenis mamalia yang teramati secara langsung, hanya sedikit yang ditemukan
speciesnya seperti kucing, anjing dan tupai. Dari 3 species fauna darat dari jenis mamalia
yang ditemukan langsung tidak terdapat species yang dilindungi, namun hasil wawancara
dengan penduduk sekitar terdapat 3 (tiga) species yang dilindungi. species-species dari
jenis mamalia yang terdapat di areal studi merupakan fauna yang pernah dijumpai penduduk
selama 5 tahun terakhir. Fauna jenis mamalia yang dilindungi antara lain: tringgiling (Manis
javanica) (dilindungi berdasarkan Ordonansi dan Peraturan Perlindungan Binatang Liar
1931 No.134 dan 266); berang-berang/musang air (Paradoxorus hermaphroditus) (dilindungi
berdasarkan Kepmentan No.327/Kpt/Um/7/1972); Sigung/Sado/Toledo (Mydaus javanensis)
(dilindungi berdasarkan Kepmentan No.247/Kpts/ Um/4/ 1978). Berdasarkan informasi
penduduk species yang dilindungi tersebut sudah jarang ditemui dan hanya keluar pada
waktu malam (nocturnal) seperti segung/sado.
Satwa liar jenis lainnya seperti reftil hanya dari species kadal (bingkarungan) dan
cecak yang ditemukan langsung maupun dari informasi penduduk yang dilindungi peraturan
perundangan. Sedangkan jenis amphibi tidak ada yang ditemukan langsung, Namun
berdasarkan informasi penduduk sekitar terdapat 1 (satu) species yang dilindungi yaitu kura-
kura (Orlitia borneensis) (dilindungi berdassrkan Kepmentan No.327/ Kpts/Um/5/1978).
4. Biota Perairan
Keterangan:
PL-1 = Ray 4 dekat lokasi pabrik
PL-2 = Handil Bamban
PL-3 = Danau Cempaka
PL-4 = Handil Gantung
PL-5 = Danau Seran
PL-6 = Danau Cermin
PL-7 = Handil Karukan
Kelimpahan plankton yang diperoleh pada wilayah studi seperti pada Tabel 2.16
berkisar antara 225 sel/liter sampai 900 sel/liter mengindikasikan bahwa perairan di wilayah
studi tergolong perairan dengan tingkat kesuburan rendah, hal ini sesuai dengan pendapat
Magguran (1987) bahwa perairan dengan kelimpahan fitoplankton <1.000 sel/liter tergolong
perairan dengan tingkat kesuburan rendah. Tingkat kesuburan berhubungan dengan
kandungan unsur hara di perairan terutama nitrat dan fosfat, serta arus air dan kekeruhan
yang akan mempengaruhi proses fotosintesis fitoplankton.
Indeks keanekaragaman dapat menggambarkan keadaan struktur komunitas pada
ekosistem perairan. Menurut Magguran (1987), hubungan antara indeks keanekaragaman
dengan struktur komunitas dapat dilihat pada Tabel L-2 berikut ini.
Tabel 2.17. Hubungan nilai indeks keanekaragaman dengan keadaan struktur komunitas
biota perairan
Indeks keanekaragaman Keadaan struktur komunitas
< 1,00 Tidak stabil
1,00 - 1,66 Cukup stabil
1,67 - 2,33 Stabil
2,34 - 3,00 Lebih stabil
> 3,00 Sangat stabil
Tabel .2.18 Hubungan nilai indeks kemerataan dengan penyebaran jenis dalam komunitas
biota perairan
Indeks kemerataan Keadaan penyebaran jenis dalam Katagori
komunitas
< 0,20 Tidak merata Sangat buruk
0,21 – 0,40 Cukup merata Buruk
0,41 – 0,60 Merata Sedang
0,61 – 0,80 Lebih Merata Baik
> 0,80 Sangat merata Sangat baik
b. Ekonomi.
Berdasarkan survey dengan metode cluster sampling pada tiga kelurahan. Secara
umum mata pencaharian penduduk di wilayah studi sebagian besar adalah petani (padi dan
sayur). Matapencaharian lainnya adalah sebagai tukang bangunan, pedagang, karyawan
perusahaan, pendulang pasir, pendulang emas, dan lainnya. Secara lengkap gambaran
matapencaharian responden di wilayah ini dapat dilihat pada Tabel 2.21 berikut.
Tabel 2.21. Jenis mata pencaharian responden di wilayah studi
No Mata pencaharian Jumlah (orang) Persentase (%)
1 Petani padi 52 34,67
2 Petani sayur 15 10,00
3 Tukang bangunan 13 8,67
4 Pedagang 13 8,67
5 Karyawan perusahaan 11 7,33
6 Buruh 7 4,67
7 Pendulang pasir 4 2,67
8 Security 4 2,67
No Mata pencaharian Jumlah (orang) Persentase (%)
9 Pendulang emas 3 2,00
10 Pencari ikan 3 2,00
11 Sopir 3 2,00
12 PNS 3 2,00
13 TNI/POLRI 2 1,33
14 Guru honorer 2 1,33
15 Operator alat berat 2 1,33
16 Pensiunan 2 1,33
17 Penjaga lokasi wisata 2 1,33
18 Jasa cuci kendaraan 1 0,67
19 Jasa Bengkel 1 0,67
20 Jasa pembuat Taman 1 0,67
21 Mekanik 1 0,67
22 Pembuat arang 1 0,67
23 Pengrajin kosen 1 0,67
24 Peternak ayam 1 0,67
25 Penarik becak 1 0,67
26 Tukang Las 1 0,67
Total 150 100,00
Sumber : Pengolahan data primer hasil wawancara, Tahun 2018
Nilai dan norma budaya sebagai bagian dari adat istiadat merupakan pedoman hidup
bagi masyarakat pada suatu wilayah. Adat istiadat, terutama nilai dan norma budaya suatu
masyarakat sangat dipengaruhi oleh struktur masyarakat yang bersangkutan, toleransi dan
sikap terbuka terhadap nilai dan norma budaya lain.
Pada wilayah studi, ditinjau dari aspek etnis umumnya didominasi oleh suku Banjar.
Suku. Lainnya seperti Jawa, Sunda Bugis, Batak dan lainnya. Umunya mereka datang ke
wilayah ini karena pekerjaan.
Dalam kehidupan masyarakat, antara pendatang dengan penduduk asli setempat
terjalin hubungan yang cukup akrab sehingga dalam kehidupan sehari-hari mereka
membaur dalam kehidupan sosial yang relatif harmonis. Sebanyak 44,00% responden
menyatakan bahwa hubungan antara penduduk asli dengan pendatang terjalin dengan
sangat akrab, sebanyak 37,33% menyatrakan akrab, 18,00% menyatakan biasa saja dan
0,67% menyatakan kurang akrab.
2) Proses Sosial
Jika dilihat dari asal-usulnya sebagian besar dari mereka merupakan penduduk asli
(68,00%), sedangkan sisanya adalah penduduk pendatang (32,00%). Ukuran keluarga
(family size) rata-rata 3,59 jiwa dengan jumlah anggota keluarga yang bekerja rata-rata 1,45
dan yang tidak bekerja atau masih sekolah rata-rata 2,24.
Dilihat dari tingkat pendidikan responden, umumnya tergolong sedang, dimana
terdapat 96 orang (64,0%) yang berpendidikan SLTP atau lebih, sedangkan yang tidak
tamat SD sebanyak 3 orang (2,00%). Secara lengkap gambaran tingkat pendidikan formal
responden ini dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 2.25. Tingkat Pendidikan Formal Responden Penelitian
No Tingkat Pendidikan Formal Jumlah (Orang) Persentase (%)
1 Tidak tamat SD 3 2,00
2 SD / sederajat 51 34,00
3 SLTP / sederajat 69 46,00
4 SLTA / sederajat 22 14,67
5 Akademi / PT 5 3,33
Total 150 100,00
Sumber : Pengolahan data primer hasil wawancara, Tahun 2018
Terhadap rencana kegiatan PT Galuh Cempaka ini, berdasarkan hasil wawancara
dengan 150 responden diketahui bahwa hanya sebanyak 37,33% responden yang sudah
mengetahui adanya rencana kegiatan ini, sedangkan 62,67% responden justeru belum
mengetahuinya. Informasi adanya rencana proyek ini mereka ketahui dari tetangga/teman,
aparat Kelurahan, dan dari pihak perusahaan.
Sikap dan persepsi mereka terhadap rencana pertambangan intan Aluvial PT Galuh
Cempaka didominasi oleh mereka yang setuju. Dari sebanyak 150 responden, terdapat
129 orang (86,00%) yang menyatakan setuju terhadap rencana tersebut, sedangkan 21
orang (14,00%) menyatakan tidak setuju. Khusus responden yang setuju, sebagian besar
(56,0%) menyetujui karena dengan adanya pertambangan intan PT Galuh Cempaka ini
akan membuka peluang kesempatan kerja bagi masyarakat lokal. Selain itu juga terdapat
26,67% responden yang setuju dengan syarat tertentu. Responden yang tidak setuju
karena alasan bahwa kegiatan ini akan menimbulkan pencemaran, limbah, gangguan
perairan umum, merusak lahan pertanian, serta menganggu kenyamanan masyarakat
sekitar.
Secara lengkap gambaran pendapat atau alasan responden terhadap kegiatan
pertambangan intan PT Galuh Cempaka ini dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 2.26 Alasan responden yang setuju dan tidak setuju terhadap rencana kegiatan
pertambangan intan PT Galuh Cempaka
Jumlah
No. Alasan Setuju
orang %
1 Terbukanya kesempatan kerja bagi penduduk lokal 84 56,00
2 Pembangunan semakin pesat 2 1,33
3 Lokasi jauh dari pemukiman 2 1,33
4. Terbuka peluang usaha bagi masyarakat 1 0,67
Asal tidak mengganggu dan merugikan masyarakat
5. 23 15,33
sekitar
6. Asalkan memberikan manfaat bagi masyarakat sekitar 13 8,67
Asalkan tidak merusak ayau mencemari lingkungan
7. 4 2,67
sekitar
Jumlah responden yang setuju 129 86,0
Alasan Tidak Setuju
1. Mencemari dan merusak areal pertanian 11 7.33
2. Menyebabkan adanya limbah dan banjir lumpur 3 2.00
3. Berdampak buruk bagi lingkungan sekitar 3 2.00
4. Perairan menjadi asam dan ikan berkurang 2 1.33
5. Lokasi wisata terganggu 1 0.67
6. Gangguan lalu lintas dan kebisingan 1 0.67
Jumlah responden yang tidak setuju 21 14,00
Jumlah seluruh responden 150 100,00
Sumber : Pengolahan data primer hasil wawancara, Tahun 2018
Sehubungan dengan rencana kegiatan pertambangan intan PT Galuh Cempaka
tersebut masyarakat memberikan persepsinya berkaitan dengan kesempatan kerja,
kesempatan berusaha, peningkatan pendapatan, dan perubahan norma budaya masyarakat
serta gangguan ketertiban masyarakat. Secara lengkap gambaran persepsi masyarakat ini
dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 2.27. Sikap dan persepsi masyarakat terhadap rencana kegiatan pertambangan intan
PT Galuh Cempaka
Jumlah
No. Sikap dan Persepsi Masyarakat
orang %
Kesempatan Kerja bagi Masyarakat Sekitar
1 Terbuka kesempatan bekerja 23 15,33
2 Kesempatan kerja sedikit/terbatas 123 82,00
3 Tidak ada kesempatan kerja yang tersedia 4 2,67
Kesempatan Berusaha bagi masyarakat sekitar
1 Terbuka kesempatan berusaha 16 10,67
2 Kesempatan berusaha yang ada terbatas 128 85,33
Tidak ada kesempatan berusaha bagi warga
3 6 4,00
sekitar
Peningkatan pendapatan masyarakat sekitar
1 Ada peningkatan pendapatan masyarakat 16 10,67
Hanya sedikit masyarakat yg pendapatannya
2 130 86,67
meningkat
Tidak ada peningkatan pendapatan
3 4 2,67
masyarakat
Gangguan debu
1 Sangat terganggu 8 5,33
2 Hanya sedikit terganggu 72 48,00
3 Tidak terganggu 70 46,67
Gangguan kebisingan
1 Sangat terganggu 5 3,33
2 Hanya sedikit terganggu 53 35,33
3 Tidak terganggu 92 61,33
Pencemaran air terhadap sawah
1 Menyebabkan kegagalan panen atau rusak 25 16,67
Hanya sebagian sawah atau tanaman padi yg
2 45 30,00
rusak
3 Tidak menyebabkan kerusakan 80 53,33
Pencemaran terhadap sumber mata air
1 Menyebabkan Pencemaran 8 5,33
2 Hanya Sedikit pencemaran 24 16,00
3 Tidak menyebabkan pencemaran 118 78,67
Penyebab banjir di wilayah ini
Merupakan Penyebab Utama Bajir di wilayah
1 7 4,67
ini
2 Penyebab banjir disamping faktor lainnya 4 2,67
3 Tidak hubungannya dengan kejadian banjir 139 92,66
Perubahan Norma Budaya masyarakat
Terjadi perubahan akibat pengaruh
1 9 6,00
pendatang
2 Hanya sedikit terjadi perubahan 27 18,00
Tidak terjadi perubahan nilai dan norma
3 114 76,00
masyarakat
Terjadinya gangguan kamtibmas
1 Terjadi gangguan kamtibmas 6 4,00
2 Hanya sedikit terjadi gangguan kamtibmas 6 4,00
3 Tidak terjadi gangguan kamtibmas 138 92,00
Sumber : Pengolahan data primer hasil wawancara, Tahun 2018
Pengelolaan dan Reklamasi lahan bekas tambang jika berhasil akan menurunkan
nilai koefisien air larian dan selanjutnya akan menurunkan debit aliran permukaan,
memperbesar infiltrasi sehingga meningkatkan cadangan air tanah, memperbaiki kondisi
tanah melalui system perakaran tanaman dan terakumulasinya bahan organic dalam tanah,
menurunkan laju erosi dan sedimentasi.
Perbaikan system hidrologis yang ditimbulkan oleh kegiatan reklamasi akan berlanjut
pada perbaikan kualitas air. Parameter kualitas yang diperkirakan mengalami perbaikan
adalah padatan tersuspensi (TSS), kekeruhan, kandungan bahan organic, oksigen terlarut
dan beberapa senyawa lain hasil proses dekomposisi bahan organik.
Perbaikan kualitas air yang disebabkan oleh kegiatan reklamasi ini tidak akan dapat
mengembalikan kondisi lingkungan seperti rona awal, mengingat luas lahan yang
direklamasi relative kecil dibanding luas yang dibuka, disamping itu secara ekologis jenis
tanaman yang ditanam mempunyai indeks keragaman yang rendah.
Parameter yang diprakirakan dampaknya adalah indeks nilai penting flora darat yang
merupakan dampak langsung akibat kegiatan reklamasi dan revegetasi. Dampak tersebut
merupakan dampak positif. Kegiatan pengelolaan lahan dan revegetasi tanaman dengan
menggunakan tanaman penghijauan dan tanaman penutup tanah (cover crop) akan
dilakukan pada areal bekas bukaan tambang dan areal timbunan (WDA). Kegiatan
revegetasi ini berdampak positifterhadap flora darat yang merupakan upaya untuk
memperbaiki kondisi lahan yangrusak saat penambangan, berupa adanya penambahan
populasi dan keaneka-ragaman jenis tanaman pada lahan tersebut bila dibandingkan
dengan kondisi sebelum dilakukan revegetasi.Luasnya lahan yang direvegetasi pada lahan
bekas bukaan tambang adalah 300 Ha, maka kegiatan tersebut adalah upaya pemulihan
lingkungan lahan bekas tambang yaitu bertambahnya luasan lahan floradarat/vegetasi dan
bertambahnya keanekaragaman flora darat. Seiring dengan pertumbuhan tanaman
revegetasi tersebut, akan berdampak lanjutan terhadap terciptanya habitat baru bagi fauna,
berkurangnya erosi tanah karena permukaan tanah relatif lebih tertutup, perbaikan iklim
mikro serta meningkatnya kualitas air permukaan(sungai).
Berdasarkan data hasil analisis vegetasi diatas menunjukkan bahwa jenis-jenis yang
mendominasi untuk tingkat semai dan tumbuhan bawah adalah rumbia (Metroxylon sagu), ,
paku (Nerphrolepis exaltata) dengan INP = 53,03%, rumput beriwit (Oxonopus compressus)
INP = 17,76% dan alang-alang (Imperata cylindrica) INP = 16,53%, kemudian diselai semai
dan rumput lainnya yang terdapat dalam jumlah yang relatif sedikit seperti kirinyuh (Wedelia
biflora), sikejut (Mimosa pudica), dll. Untuk tingkat pertumbuhan pancang berdasarkan hasil
analisis vegetasi didominasi oleh jenis Galam (Melaleuca leucadendron) INP = 35,38%;
akasia (Accacia mangium) INP = 30,94%; karamunting (Melastoma malabathricum) INP =
27,09%; angsanan (Pterocarpus indicus) INP = 22,65%; serta pelawan (Tristania obovata)
INP = 20,43%. Berdasarkan kriteria indeks keanekaragaman jenis (H’) menurut Indeks
Shannon, maka untuk tingkat pertumbuhan semai dan tumbuhan bawah (H’=2,6770) dan
tingkat pancang (H’=1,2639) tergolong dalam kriteria cukup(1,26 – 2,00).
Parameter yang diprakirakan dampaknya adalah jenis satwa liar yang dilindungi
yang merupakan dampak lanjutan (sekunder) terhadap perbaikan flora darat sebagai habitat
baru bagi satwa liar, akibat kegiatan reklamasi dan revegetasi. dampak tersebutmerupakan
dampak positif.
Sebelum ada reklamasi dan revegetasi lahan bekas lubang tambang (Pit) maupun
areal timbunan (WDA) diperkirakan hampir tidak ada fauna darat/satwa liar yang hadir
ataubermukim pada areal tersebut (areal yang terganggu) sehingga kualitas
lingkungannyatergolong sangat buruk bagi kehidupan satwa liar. Adanya reklamasi dan
revegetasipada areal dimaksud, yaitu seiring dengan pertumbuhan dan keberhasilan
tanamanrevegetasi diharapkan akan terbentuk habitat baru bagi satwa liar yang secara
perlahandiperkirakan akan hadir satwa liar pada lokasi areal tambang yang sudah
direklamasiyaitu pada lahan bekas bukaan tambang adalah 100 Ha. maka kegiatan tersebut
adalah upaya pemulihan lingkungan lahan bekas tambang yaitu bertambahnya luasan lahan
floradarat/vegetasi dan bertambahnya keanekaragaman flora darat akan menyebabkan
meningkatnya fauna darat.
Dari 23 species burung yang ditemukan langsung terdapat species burung yang
dilindungi antara lain Elang bondol (Haliastus indus) (dilindungi menurut Kepmentan No.
421/Kpts/Um/7/1972); cekakak cina (dilindungi menurut SK Mentan No.45/Kpts/Um/1/1975).
Dari jenis burung yang dapat dikatakan sebagai hama atau pengganggu tanaman budidaya
penduduk antara lain: burung yang suka memakan buah yaitu: karuang, pipit habang/bondol
rawa , pipit hirang/bondol kalimantan, cuit, curiak, dll. Paling banyak ditemukan adalah pipit,
terutama pada tanaman padi di ladang maupun sawah serta pisang.
Untuk jenis mamalia yang teramati secara langsung, hanya sedikit yang ditemukan
speciesnya seperti kucing kampung (Felis catus), sapi ternak (Bos taurus), tupai
(Callosciurus sp.), anjing (Canis familiaris) dan monyet/hirangan (Presbytis cristata). Pada
jenis mamalia ini tidak dilakukan analisis perhitungan, berhubung jenis dan jumlah yang
ditemukan sangat sedikit. Dari 5 species dari jenis mamalia yang ditemukan langsung, tidak
terdapat species yang dilindungi, namun hasil wawancara dengan penduduk sekitar
terdapat 7 (tujuh) species yang dilindungi. Species-species dari jenis mamalia yang terdapat
di areal studi merupakan fauna yang pernah dijumpai renponden selama 5 tahun terakhir.
Sedangkan fauna jenis amphibi yang datanya diperoleh dari informasi penduduk sekitar,
dimana terdapat 1 species yang dilindungi yaitu kura-kura (Orlitia borneensis) (dilindungi
menurut Kepmentan No. 327/Kpts/Um/5/1978). Berdasarkan informasi penduduk species
yang dilindungi tersebut sudah jarang ditemui dan beberapa jenis diantaranya hanya dapat
dijumpai di daerah-daerah yang bervegetasi lebat seperti di dalam hutan sekunder. Dengan
adanya kegiatan reklamasi lahan akan menciptakan , habitat flora sehingga akan
berkembangbiaknya fauna yang ada di area tersebut sampai pada tingkatan sedang.