Anda di halaman 1dari 63

Lingkungan Tambang

Pengelolaan Lingkungan Pada Kegiatan Pertambangan


Riam Marlina A MT
Teknik Pertambangan
Sekolah Tinggi Teknologi Industri (STTIND) Padang
Surface runoff
from 18 Winze

2
Outlet of Krugersdorp Game Reserve (Aviary Dam) before
entering COH WHS and Tweelopies Spruit

3
Pembersihan Lahan: Pemberaian, penggalian, pemuatan, pengangkutan &
• hilangnya flora & fauna penimbunan:
• peningkatan erosi debu, getaran, erosi lahan terbuka, bentang alam,
perubahan aliran limpasan, air asam tambang,
kualitas air, kualitas tanah

Reklamasi lahan bekas tambang: Penimbunan bijih/batubara, pengolahan,


kembalinya flora & fauna, perbaikan kondisi pemuatan untuk pengapalan:
lingkungan debu, kualitas air, kualitas tanah
Kegiatan Pertambangan vs Dampak Lingkungan Penting

Penambangan:
• Debu (dari kegiatan peledakan, penggalian, pengangkutan, penimbunan baik
untuk overburden maupun bijih atau batubara)
• Getaran (peledakan, gerakan truck/alat berat)
• Kebisingan (penggunaan alat berat, peralatan statis)
• Kualitas air akibat erosi dan pelindian /leaching (air asam tambang), air
limpasan
• Kuantitas air (air permukaan maupun air tanah)
Kegiatan Pertambangan vs Dampak Lingkungan Penting

Pengolahan bijih atau pencucian batubara:


Debu (kegiatan crushing, stockpiling)
Getaran (operasi peralatan di pabrik pengolahan)
Kebisingan (operasi peralatan di pabrik pengolahan)
Kualitas air limbah dari proses pengolahan
Penanganan konsentrat:
Debu (drying, stockpiling)
Getaran (operasi peralatan di pabrik pengeringan)
Kebisingan (operasi peralatan di pabrik pengeringan)
Kualitas air limbah dari proses dewatering dan pengeringan
Penanganan tailing:
Di laut - kualitas air laut
Di darat - timbunan tailing
Penanganan & timbunan batubara tercuci
Debu (penumpahan dari belt conveyor)
Getaran dan kebisingan (operasi peralatan di timbunan)
Kualitas air (air lindian bersifat asam)
Kegiatan Pertambangan vs Dampak Lingkungan Penting

Pengolahan bijih atau pencucian batubara:


Debu (kegiatan crushing, stockpiling)
Getaran (operasi peralatan di pabrik pengolahan)
Kebisingan (operasi peralatan di pabrik pengolahan)
Kualitas air limbah dari proses pengolahan
Penanganan konsentrat:
Debu (drying, stockpiling)
Getaran (operasi peralatan di pabrik pengeringan)
Kebisingan (operasi peralatan di pabrik pengeringan)
Kualitas air limbah dari proses dewatering dan pengeringan
Penanganan tailing:
Di laut - kualitas air laut
Di darat - timbunan tailing
Penanganan & timbunan batubara tercuci
Debu (penumpahan dari belt conveyor)
Getaran dan kebisingan (operasi peralatan di timbunan)
Kualitas air (air lindian bersifat asam)
Kepmen LH No. 113/2003 tentang Baku Mutu Air
Limbah dari kegiatan pertambangan Batubara
01
Kepmen LH No. 202/2004 tentang Baku Mutu Air
Limbah bagi Usaha dan atau kegiatan
02 pertambangan emas dan atau tembaga
Baku Mutu Air
Limbah Permen LH No. 04 tahun 2006 tentang Baku Mutu
Air Limbah bagi usaha dan atau kegiatan
Pertambangan 03 pertambangan timah

Permen LH No. 09 tahun 2006 tentang Baku Mutu Air


Limbah bagi usaha dan atau kegiatan pertambangan bijih
04 nikel

Permen LH No. 21 tahun 2009 tentang Baku Mutu Air


Limbah bagi usaha dan atau kegiatan pertambangan bijih
besi
05
BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI KEGIATAN
PENAMBANGAN BIJIH TIMAH

Kadar
Parameter Satuan
maksimum
pH 6-9
TSS mg/l 200
Cu mg/l 2
Zn mg/l 5
Pb mg/l 0.1
As mg/l 0.2
S 2+ mg/l 0.05
Fe mg/l 5
Mn mg/l 2
Sn mg/l 2
Cr total mg/l 0.5

Apabila pada keadaan alamiah pH air pada badan air berada


di bawah atau di atas baku mutu air, maka dengan rekomendasi
Menteri, Pemerintah Daerah Provinsi dapat menetapkan
kadar maksimum untuk parameter pH sesuai dengan kondisi
alamiah lingkungan
BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI KEGIATAN
PENGOLAHAN BIJIH TIMAH

Kadar
Parameter Satuan
maksimum
pH 6-9
TSS mg/l 200
Cu mg/l 2
Zn mg/l 5
Pb mg/l 0.1
As mg/l 0.2
S 2+ mg/l 0.05
Fe mg/l 5
Mn mg/l 2
Sn mg/l 2
Cr total mg/l 0.5

Apabila pada keadaan alamiah pH air pada badan air berada


di bawah atau di atas baku mutu air, maka dengan rekomendasi
Menteri, Pemerintah Daerah Provinsi dapat menetapkan
kadar maksimum untuk parameter pH sesuai dengan kondisi
alamiah lingkungan
BAKU MUTU LIMBAH BAGI USAHA DAN KEGIATAN
PERTAMBANGAN BIJIH NIKEL

Kadar Maksimum
Parameter Satuan
Penambangan Pengolahan

pH 6-9 6-9
TSS mg/l 200 100
Cu mg/l 2 2
Cd mg/l 0,05 0,05
Zn mg/l 5 5
Pb mg/l 0,1 0,1
Ni mg/l 0,5 0,5
Cr 6+ mg/l 0,1 0,1
Cr total mg/l 0,5 0,5
Fe mg/l 5 5
Co mg/l 0,4 0,4
Baku mutu air limbah kegiatan pertambangan bijih besi

No Parameter Satuan Kadar Maksimum


Penambangan Pengolahan bijih besi Pengolahan pasir besi
1 pH - 6–9 6–9 6–9
2 TSS mg/L 200 50 50
3 Fe mg/L 5 5 5
4 Mn mg/L 1 1 1
5 Zn mg/L 5 5 5
6 Cu mg/L 1 1 1
7 Pb mg/L 0,1 0,1 0,1
8 Ni mg/L 0,5 0,5 0,5
9 Cr (VI) mg/L 0,1 0,1 0,1
Stream standard
• PP No. 82/2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan
Pengendalian Pencemaran Air
• Klasifikasi:
1. Kelas 1 – air baku air minum
2. Kelas 2 – prasarana/sarana rekreasi air, pembudidayaan ikan air tawar,
peternakan, mengairi pertanaman
3. Kelas 3 – pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, mengairi
pertanaman
4. Kelas 4 – idem
Beberapa parameter kualitas air untuk berbagai klasifikasi

Parameter Satuan Kelas 1 Kelas 2 Kelas 3 Kelas 4

Residu terlarut mg/l 1000 1000 1000 1000


Residu tersuspensi mg/l 50 50 400 400
pH 6-9 6-9 6-9 6-9
BOD mg/l 2 3 6 12
COD mg/l 10 25 50 100
DO mg/l 6 4 3 0

Arsen mg/l 0.05 1 1 1


Kadmium mg/l 0.01 0.01 0.01 0.01
Air raksa/merkuri mg/l 0.001 0.002 0.002 0.005
Krom (VI) mg/l 0.05 0.05 0.05 1
Tembaga mg/l 0.02 0.02 0.02 0.2
Timbal mg/l 0.03 0.03 0.03 1
Kegiatan penambangan
Dampak
terhadap
lingkungan 
terutama
terhadap
LAHAN dan AIR
(air permukaan
maupun air
tanah)

AIR ASAM
TAMBANG
Air Asam Tambang
TERBENTUKNYA AAT
TERBENTUKNYA AAT
TERBENTUKNYA AAT
Pembentukan AAT

Genangan di pit

(Sumber: GARD Guide, 2009)

Sungai yang tercemar AAT Pit lake yang terisi AAT


Lapisan Pirit
Acid Mine Drainage
“Yellow boy”
Sources of
Acid
Mine Drainage
(AMD)

• Mine Effluent

Burbank Mine, San Juan Co.


• Mine Dump

• Mill Tailings

Lewis Mine and Mill, San Miguel Co.


Acid Mine Drainage
Water - from rain and snowmelt
+
Oxygen - from the air
+
Pyrite - from the mine
Reaction =
Sulfuric Acid
Air Asam Tambang (AAT)

Your Text Here

(acid mine drainage – AMD) atau air asam batuan – acid rock drainage - ARD)

Adalah air limpasan atau air rembesan yang dihasilkan pada daerah tambang akibat proses
kegiatan penambangan yang mengekspos batuan dan dicirikan denngan tingkat keasaman yang
tinggi atau nilai PH yang rendah.

adalah air yang bersifat asam (tingkat keasaman yang tinggi dan ditandai dengan nilai pH yang
rendah di bawah 5) sebagai hasil dari oksidasi mineral sulfida yang terpapar atau terdedah
(exposed) di udara dengan kehadiran air.
Pembentukan AAT
• Pembentukan AAT dimungkinkan karena tersedianya:
• Mineral sulfida – sumber sulfur/asam
• Oksigen (dalam udara) - pengoksidasi
• Air – pencuci hasil oksidasi
• Kehadiran bakteri Acidithiobacillus ferrooxidans
• Oleh karena itu perlu diketahui jenis sulfur yang terdapat di dalam batuan –
yang mudah teroksidasi adalah sulfur yang terdapat dalam bentuk mineral
sulfida:
• FeS2 - pirit MoS2 - molybdenite
• FeS2 - marcasite CuFeS2 – chalcopirit
• FexSx - pyrrhotite PbS - galena
• Cu2S - chalcocite ZnS - sphalerite
• CuS - covellite FeAsS - arsenopirit
Pembentukan AAT
• Pembentukan AAT dimungkinkan karena tersedianya:
• Mineral sulfida – sumber sulfur/asam
• Oksigen (dalam udara) - pengoksidasi
• Air – pencuci hasil oksidasi
• Kehadiran bakteri Acidithiobacillus ferrooxidans
• Oleh karena itu perlu diketahui jenis sulfur yang terdapat di dalam batuan –
yang mudah teroksidasi adalah sulfur yang terdapat dalam bentuk mineral
sulfida:
• FeS2 - pirit MoS2 - molybdenite
• FeS2 - marcasite CuFeS2 – chalcopirit
• FexSx - pyrrhotite PbS - galena
• Cu2S - chalcocite ZnS - sphalerite
• CuS - covellite FeAsS - arsenopirit
2 FeS2 + 7 O2 + 2 H2O  2 Fe2+ + 4 SO42- + 4 H+

Pyrite + Oxygen + Water  Ferrous Iron + Sulfate + Acidity


4 Fe2+ + O2 + 4 H+  4 Fe3+ + 2 H2O
Mineral Sulfida
(terutama
Ferrous Iron + Oxygen + Acidity  Ferric Iron +pirit,
WaterFeS2)

FeS2 + 14 Fe3+ + 8 H2O  15 Fe2+ + 2 SO42- + 16 H+


Acidithiobacillus ferrooxidans
Pyrite + Ferric Iron + Water  Ferrous Iron + Sulfate + Acidity

Fe2+ + ¼ O2 + 5/2 H2  4 Fe(OH)3  + 2 H+


Air

7/2 H2O  Fe(OH)3  + 2SO4= + 4H+


FeS2 + 15/4 O2 + Oksigen
Pyrite + Oxygen + Water  "Yellowboy" + Sulfuric Acid
AMD Chemistry
• Pyrite weathering
pyrite
water
+ air

low pH
+ metals
TERBENTUKNYA AAT

Your Text Here

Kegiatan penambangan, yang kegiatan utamanya adalah penggalian dan


penimbunan, dapat memicu proses pembentukan AAT karena mengakibatkan mineral
sulfida yang terkandung dalam batuan terpapar ke udara, air dan mikroorganisme.

Dampak yang dapat ditimbulkan dari AAT adalah terhadap biota perairan, baik secara
langsung karena tingkat keasaman yang tinggi maupun karena peningkatan
kandungan logam di dalam air (air yang bersifat asam mudah melarutkan logam-
logam).
Stream Effects

• Colored waters:
• “Yellow boy”
• Iron oxides, basically rusting the
stream floor
• White
• Aluminum
• Black
• Manganese
• Determined by shifts in pH
Air Asam Tambang (AAT)

Your Text Here

1. Air limpasan hujan yang mengalir dan kontak dengan dinding pit penambangan
2. Air hujan yang jatuh dan terinfiltrasi pada timbunan batuan penutup
3. Air hujan yang jatuh dan terinfiltrasi pada timbunan batubara atau bijih hasil penambangan (run
of mine, ROM), tumpukan bijih pada ekstraksi mineral berharga dengan metode, timbunan tailing
dan timbunan limbah sisa pencucian batubara.
4. Air tanah yang mengalir ke dalam bukaan tambang bawah tanah dan kontak dengan batuan
dinding bukaan.
5. Air tanah dan limpasan hujan yang mengalir ke zona ambrukan pada tambang bawah tanah dg
metode ambrukan.
SULFAT PADA AAT
1. Logam Berat (Fe, Cu, Pb, Zn, Cd, Co, Cr, Ni, Hg)
2. Metalloid (As, Sb)
3. Unsur Linnya (Al, Mn, Si, Ca, Na, Mg, Ba, dan F)
Your Text Here

CIRI AAT
1. Kandungan Sulfat yang tinggi (>1000 mg/l)
2. Kandungan besi dan aluminium yang tinggi (>100 mg/l)
3. Konsentrasi tembaga, kromium, nikel, timbal dan zinc (>10 mg/l)
4. Kandungan Fe dan Al terlarut umumnya lebih tinggi dibandingkan unsur lainnya
Air Asam Tambang

Your Text Here

AAT menjadi salah satu dampak penting dari kegiatan pertambangan


yang harus dikelola tidak saja karena dampaknya terhadap lingkungan
perairan permukaan atau air tanah, tetapi juga karena:
Sekali telah terbentuk akan sulit untuk menghentikannya (kecuali salah satu
komponennya habis)
Bisa berdampak sangat lama, melampaui umur tambang; pengalaman
menunjukkan bisa berlangsung sampai ratusan tahun

Eropa dan Amerika Serikat menghadapi masalah dengan AAT yang


terbangkitkan dari bekas-bekas tambang atau tambang yang sudah
ditutup puluhan tahun bahkan ratusan tahun yang lalu, karena
pengelolaannya menjadi tanggung jawab pemerintah dan biaya yang
dikeluarkan mencapai milyaran dollar Amerika
Air Asam Tambang

Your Text Here

Memang tidak semua tambang dapat menghasilkan AAT – misalnya pada tambang
bijih yang batuannya didominasi oleh batuan oksida (bauksit, nikel) – AAT terutama
dapat terjadi di tambang batubara dan bijih yang mengandung mineral sulfida.

Risiko yang dihadapi oleh pertambangan terhadap AAT tidak saja pada masa operasi
tetapi yang lebih penting adalah pada masa pascatambang.

Bila (masih) terjadi kasus AAT pada pascatambang, bisa membuat pelaku usaha
pertambangan bertanggungjawab selamanya atau harus mengeluarkan biaya yang
sangat besar untuk melakukan penggalian & penimbunan kembali batuan penutup
(re-mining)
Dampak Negatif AAT:
– Polusi perairan: pH rendah & logam-logam larut
– Meracuni ikan & org. akuatik lain
– Korosi pipa & struktur bangunan air
Prinsip pengelolaan AAT
• Pencegahan terbentuknya AAT lebih baik dari pada mengolahnya (prevention
is always better than treatment) karena:
• Lebih andal untuk jangka panjang
• Meminimalkan risiko
• Langkah pertama dari pencegahan – identifikasi batuan yang berpotensi
membentuk asam dan yang tidak berpotensi membentuk asam –
“karakterisasi geokimia batuan”
• Dengan mengetahui sebaran jenis-jenis batuan berdasarkan karakteristiknya
dalam pembentukan AAT – dapat disusun perencanaan pencegahan yang
baik
• Hal ini perlu dilakukan sejak tahap eksplorasi, perencanaan & perancangan,
konstruksi, penambangan, dan pascatambang
Konsep karakterisasi batuan
Batuan dapat terdiri atas:
• Mineral sulfida
• Mineral penetral asam
Karakterisasi batuan bertujuan untuk
mengidentifikasi apakah:
• Potensi pembentukan asam lebih besar dari
pada potensi penetralan asam  batuan
berpotensi membentuk asam (potentially acid
forming = PAF)
• Potensi penetralan asam lebih besar dari
potensi pembentukan asam  batuan tidak
berpotensi membentuk asam (non-acid forming
= NAF)
Uji potensi pembentukan asam
• Ada dua jenis uji untuk menentukan potensi pembentukan asam, yaitu:
• Potensi pembentukan asam melalui penentuan secara independen komponen yang
dapat membangkitkan dan menetralkan asam → dikenal sebagai ABA (Acid-Base Accounting)
• Potensi pembentukan asam dinyatakan dalam satu nilai yang digunakan untuk menggambarkan
kemungkinan asam yang dibangkitkan atau pelepasan asam yang terkandung dalam sampel →
NAG test dan paste pH
• Uji-uji di atas relatif tidak mahal sehingga dapat dilakukan untuk jumlah sampel yang
banyak – hasilnya seringkali dipakai untuk kriteria penapisan dalam klasifikasi batuan
• ABA awalnya dikembangkan untuk batubara tetapi selanjutnya juga digunakan pada
tambang bijih
Uji potensi pembentukan asam
• Uji yang umum dilakukan untuk mengkarakterisasi batuan adalah:
• Penentuan total sulfur
• Kapasitas penetralan asam atau acid neutralizing capacity (ANC)
• Pembentukan asam neto atau net acid generating (NAG)
• pH pasta atau paste pH
• Uji-uji tersebut seringkali dikelompokkan sebagai uji statik (static test)
karena tidak dapat menentukan laju reaksi pembentukan AAT
Neraca asam-basa (acid-base accounting, ABA)

• Untuk mengklasifikasi batuan menjadi:


• Batuan yang berpotensi membentuk asam (PAF)
• Batuan bukan pembentuk asam (NAF)
• Cara perhitungan:
• Hitung potensi keasaman maksimum (maximum potential of acidity MPA) = total sulfur x
30,62 dalam satuan [kg H2SO4/ton batuan]
• Hitung potensi pembentukan asam neto (net acid producing potential NAPP) = MPA –
ANC dalam satuan [kg H2SO4/ton batuan]
• Hitung nisbah potensi neto (net potential ratio NPR) = ANC/MPA
• Kriteria batuan PAF
• NAPP > 0
• NPR < 1
• pH NAG < 4,5 (diperoleh dari NAG test)
Uji kinetik (kinetic test)
• Uji kinetik (kinetic test) dilakukan untuk
• memvalidasi hasil uji statik,
• Memperkirakan laju pelapukan (reaksi pembentukan AAT) jangka panjang
• Memperkirakan potensi batuan untuk menghasilkan penyaliran yang dapat berdampak
terhadap lingkungan
• Uji kinetik adalah simulasi proses oksidasi (pelapukan) yang prosedurnya
disesuaikan untuk mendapatkan informasi yang diperlukan dalam jangka
waktu yang tidak terlalu lama (reasonable)
• ada dua jenis uji kinetik yang dikenal secara umum:
• Humidity cell test (HCT) – suatu uji standar pada kondisi beroksigen dengan pencucian
(flushing) secara periodik
• Column leach test
Uji kinetik

humidity cell

column leach

Field column leach test


Pendekatan dalam pengelolaan AAT
Pengelolaan AAT
Harus dilakukan karakterisasi geokimia batuan overburden yang dilanjutkan dengan
pembangunan model geokimia overburden  gambaran tentang sebaran batuan PAF dan NAF
baik secara lateral maupun vertikal, disertai dengan jumlahnya
Pengelolaan AAT
• Karena sekali AAT sudah terbangkitkan akan sangat sulit untuk
menghentikannya, maka prinsip utama pengelolaan AAT → sedapat mungkin
mencegah terbentuknya AAT = upaya preventif
• Tetapi pada kenyataannya pada kegiatan penambangan terbuka hal tersebut tidak
dapat mencegah secara total terjadinya AAT → AAT yang terbentuk di dalam pit (baik
di dinding atau pit wall maupun di dasar atau pit floor) tidak akan mungkin dicegah –
sehingga perlu ditangani (mitigasi)
• Upaya yang dapat dilakukan adalah mencegah terbentuknya AAT di daerah
penimbunan batuan penutup – rencana pengelolaan overburden (overburden
management plan)
Penanganan overburden
• Melalui upaya segregasi dapat dipisahkan antara material PAF dan NAF
• Metode yang umum diterapkan dalam penimbunan overburden adalah
encapsulation dan layering → menempatkan material PAF dan NAF sedemikian
untuk menghindari terjadinya pembentukan AAT (mencegah oksidasi mineral sulfida
dan/atau aliran air)

Minimize seepage of H2O Minimize O2 Diffusion


Top Soil

Uncompacted Layer (NAF)

NAF Compacted Layer (NAF)

NAF PAF
NAF

NAF
Contoh metode encapsulation

Sumber: PT Kaltim Prima Coal


Mengapa perlu pengolahan AAT
• Pengolahan AAT diperlukan agar effluent memenuhi baku mutu lingkungan
sebelum dilepaskan ke badan perairan alami
• Walaupun metode pencegahan telah dilakukan dengan baik, tetap saja ada
AAT yang terbangkitkan dan perlu diolah, misalnya:
• Dari mine pit
• Pengotor hasil dari pencucian batubara atau tailing
• Stockpile batubara atau bijih
• Pengolahan AAT dapat digolongkan menjadi:
• Pengolahan aktif (active treatment)
• Pengolahan pasif (passive treatment)
• Pengolahan ditempat (in situ treatment)
Pengendalian AMD:
Aktif:
• Penambahan khemikalia alkalin untuk meningkatkan pH dan menurunkan
kelarutan logam
• Penggunaan kemikalia dan alat yang mahal, dan banyak tenaga kerja
Biaya Tinggi

Pasif:
– Reaksi kimia dan/biologis terjadi secara alami
– Tidak perlu perawatan intensif  Biaya Lebih Murah
Pengolahan aktif - berbagai jenis material alkali

Material/senyawa alkali Kebutuhan Alkali Efisiensi Netralisasi Biaya relatif


(ton/ton of keasaman) (% yang terpakai) ($ / ton)

Batu kapur, CaCO3 1.00 30 - 50 10 – 15


Hydrated lime, Ca(OH)2 0.74 90 60 – 100

Kapur tohor, CaO 0.56 90 80 – 240


Soda abu, Na2CO3 1.06 60 - 80 200 – 350
Caustic soda, NaOH 0.80 100 650 – 900
Magna lime, MgO 0.4 90 Project specific
Fly ash Material specific - Project specific

Kiln dust Material specific - Project specific

Slag Material specific - Project specific


Contoh instalasi penambah kapur
Active Treatment
Typical treatment processes (“ODAS”)
-oxidation
-dosing with alkali
-sedimentation
Active Treatment

Iron Mountain, California


Pengolahan pasif (passive treatment)
• Merupakan proses pengolahan secara alami yang tidak memerlukan
intervensi, operasi atau perawatansecara reguler oleh manusia – namun
sistem pengolahannya umumnya buatan manusia
• Suatu sistem pengolahan AAT yang memanfaatkan sumber energi yang
tersedia secara alami (seperti gradien topografi, energi metabolisme mikroba,
fotosintesis dan energi kimia); namun membutuhkan perawatan secara
reguler (walaupun jarang) untuk dapat beroperasi sepanjang umur
rancangannya (Pulles et al, 2004, dalam GARD Guide, 2009)
Sistem pengolahan pasif (passive treatment)

Aplikasi pada penyaliran


Teknologi pengolahan pasif
tambang

Lahan basah aerobik (aerobic


Net alkaline drainage
wetlands)
Anoxic limestone drains Net acidic, low Al3+, low Fe3+, low
(ALD) dissolved oxygen drainage
Lahan basah anaerobik Net acidic water with high metal
(Anaerobic wetlands) content
Reducing and alkalinity Net acidic water with high metal
producing systems (RAPS) content
Net acidic water with high metal
Open limestone drains (OLD)
content, low to moderate SO4.
Passive Treatment
Lahan basah buatan (constructed wetlands)
PERCOBAAN SAPS

OPEN LIMESTONE
CHANNEL

Anda mungkin juga menyukai