Anda di halaman 1dari 60

17/09/2019

AIR ASAM TAMBANG


KURSUS DALAM RANGKAIAN
SEMINAR AIR ASAM TAMBANG KE‐6 DAN PENGELOLAAN AIR TAMBANG DI INDONESIA
AULA TIMUR – INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
17 SEPTEMBER 2019

Pendahuluan

Kursus Air Asam Tambang & Sistem Penyaliran Tambang 2

1
17/09/2019

Definisi Air Asam Tambang


• Air asam tambang (AAT) atau acid mine drainage (AMD) adalah air pada
kegiatan penambangan atau pengolahan yang bersifat asam atau memiliki
keasaman tinggi dan terbentuk sebagai akibat teroksidasinya mineral sulfida, 
yang terdedah karena penggalian dan penimbunan,  disertai keberadaan air
• AAT dapat juga terjadi secara alami, misalnya lereng alami mengalami
kelongsoran sehingga batuan yang mengandung mineral sulfida menjadi
berada di permukaan, atau akibat kegiatan penggalian lain, seperti penggalian
untuk konstruksi jalan raya ‐ dikenal istilah yang lebih umum, yaitu air asam
batuan (AAB) atau acid rock drainage (ARD). 
• Di dunia pertambangan global, kedua istilah AMD & ARD digunakan secara
meluas. Hanya saja AMD banyak digunakan untuk tambang batubara
sementara ARD banyak digunakan pada tambang bijih.
Kursus Air Asam Tambang & Sistem Penyaliran Tambang 3

Air Alkalin Tambang


Air Netral Tambang
Air Asam Tambang

pH

Air Asam Tambang Air Netral Tambang Air Alkalin Tambang


• Bersifat asam • Netral sampai agak alkalin • pH alkalin
• Kandungan logam sedang • Kandungan logam rendah • Logam rendah, tapi dapat
sampai tinggi sampai sedang mengandung besi sedang
• Sulfat tinggi • Sulfat rendah sampai sedang • Sulfat, Mg dan Ca sedang
• Pengolahan untuk netralisasi • Pengolahan untuk • Pengolahan untuk
asam dan mengurangi logam mengurangi logam atau mengurangi sulfat atau
dan sulfat sulfat logam

Kursus Air Asam Tambang & Sistem Penyaliran Tambang 4

2
17/09/2019

Indikasi AAT di lapangan

Kursus Air Asam Tambang & Sistem Penyaliran Tambang 5

• Keterdapatan air yang bersifat asam secara alamiah bisa terjadi di 


daerah yang dicirikan oleh derajat mineralisasi yang tinggi. Aliran
air alami (atau karena antropogenik purba) tersebut umumnya
memiliki tingkat keasaman dan kandungan logam tinggi. 
• Hal ini tampak dari nama‐nama daerah yang sedikit banyak
mengindikasikan adanya aliran air alami yang bersifat asam seperti
Rio Tinto (di Spanyol: berarti sungai merah), Rio Agrio (di Spanyol: 
berarti sungai asam), Rötbach (di Austria: berarti anak sungai
kemerah‐merahan), Sulphur Creek (di Kanada), atau Asam‐asam di 
Kalimantan Selatan.

Kursus Air Asam Tambang & Sistem Penyaliran Tambang 6

3
17/09/2019

• AAT merupakan salah satu dampak lingkungan penting dari


kegiatan pertambangan karena jika tidak ditangani dengan baik
akan berlangsung sampai jauh pada masa pascatambang

• Contoh – Rio Tinto di Spanyol dengan pH 


sekitar 2 dan kandungan logam yang 
tinggi – di areal Iberian Pyrite Belt yang  
mengandung bijih sulfida – penambangan
bijih tembaga, besi, emas dan perak
dimulai pada 5000 tahun yang lalu
• Foto menunjukkan penampakan Rio Tinto 
saat ini

Kursus Air Asam Tambang & Sistem Penyaliran Tambang 7

Pembentukan AAT sangat sulit untuk dihentikan jika telah terjadi karena
reaksi akan berlangsung sampai satu atau lebih reaktan habis atau tidak
lagi dapat bereaksi – reaksi dapat berlangsung selama berpuluh bahkan
beratus tahun setelah tambang berhenti

Confluence of the polluted Matsu River
(Red River downstream) and the Kitakami
River (at closure of the Matsuo Mine)
http://www.jogmec.go.jp/english/mp_co
https://en.wikipedia.org/wiki/Rio_Tinto_(river) ntrol/mp_control_005.html

Kegiatan pertambangan di  Di Jepang terdapat 80 instalasi pengolahan AAT untuk


daerah Rio Tinto dimulai mengolah air dari bekas tambang. Di tambang Matsuo 
sejak 3000 SM – sampai saat kualitas air tambang: pH 2.3, Fe 225 mg/L and sulfat
ini AAT masih mengalir dari (GARD Guide, 2009)
1,200 mg/L; Laju pengolahan rata‐rata sebesar
bekas tambang bawah tanah 19m3/min (Nagai et al, 2009)

Kursus Air Asam Tambang & Sistem Penyaliran Tambang 8

4
17/09/2019

Dampak dari AAT


• Air asam dapat mencemari air permukaan alami dan air tanah, menurunkan pH 
dan meningkatkan unsur terlarut yang berbahaya bagi lingkungan hidup  
(terutama logam)
• Logam yang terlarut dapat merupakan hasil langsung dari proses oksidasi 
mineral sulfida (misalnya Fe2+, Cu2+ dan Zn+) dan atau sebagai hasil dari 
interaksi (pelindian) air asam yang terbentuk dengan mineral‐mineral di 
sekeliling sehingga melepaskan ion logam
• Dampak dari AAT:
• Dampak akut dan kronik pada ekosistem akuatik
• Risiko kesehatan masyarakat
• Kontaminasi pada horison tumbuh pada area reklamasi , yang 
menimbulkan kegagalan revegetasi, peningkatan erosi dan isu kestabilan  
timbunan
Kursus Air Asam Tambang & Sistem Penyaliran Tambang 9

GARD Guide (2009)

Kursus Air Asam Tambang & Sistem Penyaliran Tambang 10

10

5
17/09/2019

Pada suatu areal kegiatan pertambangan AAT dapat terbentuk melalui


berbagai proses, antara lain:
• Air limpasan hujan yang mengalir dan kontak dengan dinding pit 
penambangan.
• Air hujan yang jatuh dan terinfiltrasi pada timbunan batuan penutup.
• Air hujan yang jatuh dan terinfiltrasi pada timbunan batubara atau bijih
hasil penambangan (run of mine, ROM), tumpukan bijih pada ekstraksi
mineral berharga dengan metode heap leach, timbunan tailing dan
timbunan limbah sisa pencucian batubara. 
• Air tanah yang mengalir ke dalam bukaan tambang bawah tanah dan
kontak dengan batuan dinding bukaan.
• Air tanah dan limpasan hujan yang mengalir ke zona ambrukan pada
tambang bawah tanah dengan metode ambrukan.
Kursus Air Asam Tambang & Sistem Penyaliran Tambang 11

11

Pembentukan

Kursus Air Asam Tambang & Sistem Penyaliran Tambang 12

12

6
17/09/2019

13

Pembentukan AAT
• Pembentukan AAT dimungkinkan karena tersedianya:
• Mineral sulfida – sumber sulfur/asam
• Oksigen (dalam udara) ‐ pengoksidasi
• Air – pencuci hasil oksidasi dan reaktan
• Oleh karena itu perlu diketahui jenis sulfur yang terdapat di dalam 
batuan – yang mudah teroksidasi adalah sulfur yang terdapat 
dalam bentuk mineral sulfida: 
• FeS2 ‐ pyrite  MoS2 ‐ molybdenite
• FeS2 ‐ marcasite  CuFeS2 – chalcopyrite
• PbS – galena Cu2S ‐ chalcocite  ZnS ‐ sphalerite
• CuS ‐ covellite  FeAsS ‐ arsenopyrite
Kursus Air Asam Tambang & Sistem Penyaliran Tambang 14

14

7
17/09/2019

Kursus Air Asam Tambang & Sistem Penyaliran Tambang 15

15

Pembentukan AAT
• Lag time dalam 
pembentukan AAT 
merupakan 
pertimbangan penting 
dalam pencegahan AAT
• Pengendalian 
pembentukan AAT 
selama stage 1 akan jauh 
lebih efektif (dan lebih 
ekonomis dalam jangka 
panjang) dibandingkan 
pada tahap‐tahap lanjut

Tahapan dalam pembentukan AAT (Broughton & Robertson, 1992 
dalam GARD Guide, 2009)
Kursus Air Asam Tambang & Sistem Penyaliran Tambang 16

16

8
17/09/2019

Faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi


mineral sulfida
• Faktor kimiawi dan fisika:
• Mineral sulfida (jenis, luas permukaan, morfologi, bentuk Kristal, dll)
• Lingkungan sekitar (pH, sumber air, suhu, dll)
• Oksidan (jenis: O2 atau Fe3+, ketersediaan oksidan)
• Faktor biologi :
• Bakteri Acidithiobacillus ferrooxidans 
• Aktivitas bakteri ditentukan oleh densitas populasi bakteri dan laju pertumbuhan populasi, yang 
merupakan fungsi dari:
• Ketersediaan karbon (dalam bentuk karbon dioksida)
• Donor elektron (besi ferro atau sulfur)
• Ketersediaan nutrien (seperti nitrogen, fosfor – untuk produksi biomassa)
• Oksigen (meningkatkan pertumbuhan bakteri aerobik yang merupakan akseptor elektron yang dapat 
membunuh bakteri anaerobik)
• Temperatur (kebanyakan bakteri menunjukkan pertumbuhan yang optimal pada suhu dibawah 70⁰ C
• A. ferrooxidans adalah bakteri aerobic autotrophic (membutuhkan oksigen dan harus mereduksi CO2
menjadi karbon organik untuk menghasilkan biomassa), suhu optimum 35⁰ C, kondisi acidic (pH antara 
1,0 – 3,5)

Kursus Air Asam Tambang & Sistem Penyaliran Tambang 17

17

Bentuk dari sulfur


• Sulfur piritik dapat ditemukan dalam bentuk:
1. Primary massive
2. Plant replacement
3. Primary euhedral
4. Secondary cleat (joint) coats
5. Mossy pitted 
6. Framboidal
• Menurut Caruccio et al (1988), setiap bentuk sulfur memiliki kereaktifan yang 
berbeda. Misalnya pirit framboidal memiliki luas permukaan yang besar dan 
sangat reaktif. Dibandingkan dengan lapisan pirit (pyrite coating) di 
permukaan cleat pada batubara

Kursus Air Asam Tambang & Sistem Penyaliran Tambang 18

18

9
17/09/2019

Karakterisasi Batuan

Kursus Air Asam Tambang & Sistem Penyaliran Tambang 19

19

Karakterisasi batuan
• Merupakan langkah pertama yang harus dilakukan untuk pengelolaan
AAT ‐ mengetahui apakah batuan yang akan tergali pada saat
penambangan maupun terpapar di udara tergolong berpotensi
membentuk asam (potentially acid forming, PAF) atau tidak berpotensi
membentuk asam (non‐acid forming, NAF)
• Secara ideal karakterisasi harus dilakukan untuk semua tipe batuan yang 
akan terdedah akibat kegiatan penggalian, baik batuan penutup
(overburden atau waste rock) maupun batuan bijih atau batubara karena
AAT dapat terbentuk di permuka kerja penggalian, timbunan batuan
penutup, tempat timbunan bijh atau batubara, dan timbunan tailing

Kursus Air Asam Tambang & Sistem Penyaliran Tambang 20

20

10
17/09/2019

Karakterisasi
• Program karakterisasi dirancang  untuk mengumpulkan data yang cukup 
untuk menjawab pertanyaan berikut:
• Apakah AAT dapat terbentuk?
• Apa yang menjadi sumber pembentuk AAT, berapa banyak jumlahnya dan kapan 
pembentukan AAT dapat terjadi?
• Apa pathway yang signifikan dari AAT yang terbentuk  (transpor kontaminan) menuju ke 
sungai penerima?
• Apa dampak lingkungan yang dapat terjadi jika AAT mengalir ke lingkungan?
• Apa yang dapat dilakukan untuk mencegah dan/atau mengolah atau mengelola AAT?
• Program karakterisasi hendaknya dapat diintegrasikan dalam kegiatan 
eksplorasi supaya efisien terutama ditinjau dari segi biaya

Kursus Air Asam Tambang & Sistem Penyaliran Tambang 21

21

Sampling (pemercontohan)
• Salah satu langkah terpenting untuk program prediksi AAT adalah pemilihan, 
penyimpanan dan persiapan sampel (percontoh) untuk analisis ataupun pengujian. 
• Tujuan dari pemilihan, penanganan dan preparasi sampel adalah untuk dapat
dilakukannya analisis dan pengujian dalam rangka menentukan variabilitas dari
besaran (magnitude) dan kepentingan (significant) dalam material target. 
• Kegiatan pengambilan sampel akan berlangsung pada setiap tahapan, sejak eksplorasi
sampai pascatambang
• Pertanyaan
• Material mana yang akan disampling?
• Di mana, kapan, dan seberapa sering sampling dilakukan?
• Apa jenis, dimensi, dan berat dari sampel yang akan diambil?
• Bagaimana cara penyimpanan dan preparasi sampel yang diperlukan? 
• Jawabannya : site specific

Kursus Air Asam Tambang & Sistem Penyaliran Tambang 22

22

11
17/09/2019

Sampling (Pemercontohan) 2
• Penentuan dan pengambilan sampel batuan yang benar akan menentukan
kualitas dari program karakterisasi. Informasi dasar mencakup pemahaman
tentang kondisi geologi, genesa cebakan mineral atau batubara, stratigrafi dan
litologi, dan juga rancangan tambang.
• Penentuan target batuan yang akan disampling, jumlah sampel dengan
mempertimbangkan sebaran batuan, serta teknik sampling yang akan diterapkan.
• Strategi sampling memiliki dimensi spasial, vertikal, horizontal, dan temporal. 
Pemahaman tentang kondisi geologi lokal termasuk litologi dan sebaran batuan
serta potensi rencana tapak tambang merupakan pertimbangan untuk
menentukan lokasi atau titik sampling, kedalaman sampel dan jarak antara titik
sampling. Status tahapan pertambangan (tahap eksplorasi atau tahap operasi) 
merupakan pertimbangan dimensi temporal dari perencanaan kegiatan sampling.

Kursus Air Asam Tambang & Sistem Penyaliran Tambang 23

23

Sampling (Pemercontohan) 3
• Keterwakilan ruang (spasial) dapat dicapai melalui sampling dengan jarak atau
interval yang teratur baik secara horizontal maupun vertical pada wilayah
eksplorasi atau pada rencana tapak tambang. 
• Keterwakilan geologi dan geokimia membutuhkan sampling tambahan terarah
dalam unit geologi yang dibatasi oleh sifat fisik yang berbeda (misalnya batuan
terkekarkan), oleh mineralogi (misalnya alterasi), pelapukan (zona oksidasi).
• Untuk batubara sampel harus diambil pada setiap strata (overburden, 
interburden, sisipan, maupun atap dan lantai lapisan batubara). Karena
sifatnya perlapisan penentuan sampel yang representatif relatif tidak begitu
sulit. 
• Sebaliknya untuk tambang bijih primer, pemahaman akan bentuk, penyebaran
dan geometri badan bijih dan batuan sampingnya perlu difahami terlebih
dahulu untuk dapat melakukan perencanaan sampling yang representatif. 
Kursus Air Asam Tambang & Sistem Penyaliran Tambang 24

24

12
17/09/2019

Pedoman Dalam Sampling Batuan untuk


Karakterisasi AAT
• Metode sampling harus disesuaikan dengan kondisi geologi lokal dan
mineralogi, kesalahan dalam pemilihan metode akan mengakibatkan
kesalahan sampling.
• Sampel harus diambil dalam keadaan segar tanpa ada tanda‐tanda telah
teroksidasi.
• Sampel yang diambil harus representatif mewakili semua unit litologi
yang terkait dengan rencana pengembangan tambang serta mewakili
semua daerah di dalam areal tambang  tidak saja untuk
mengidentifikasi material geologi yang berpotensi membentuk AAT 
tetapi juga mengidentifikasi areal untuk penempatan atau penimbunan
batuan penutup.

Kursus Air Asam Tambang & Sistem Penyaliran Tambang 25

25

• Jumlah dan jenis sampel yang akan diambil bersifat site specific, pada akhirnya


anggaran biaya yang biasanya akan membatasi jumlah sampel.
• Pada dasarnya setiap sampel yang berbeda secara mineralogi harus
diperlakukan sebagai sampel individu artinya tidak boleh dibuat menjadi
komposit.
• Walaupun biasanya telah disiapkan sampel duplikat dapat terjadi perbedaan
hasil analisis dari sampel yang sama, variansi ini dapat dikurangi dengan cara
memperbesar jumlah sampel.
• Laboratorium uji harus mengikuti prosedur standar dalam preparasi dan
pembagian sampel menjadi subsampel.
• Metode sampling yang disarankan adalah pengeboran inti (core drilling) –
diselaraskan dengan program eksplorasi

Kursus Air Asam Tambang & Sistem Penyaliran Tambang 26

26

13
17/09/2019

Core drilling untuk sampling batuan

Kursus Air Asam Tambang & Sistem Penyaliran Tambang 27

27

Contoh hasil
karakterisasi batuan
pada tambang batubara

Kursus Air Asam Tambang & Sistem Penyaliran Tambang 28

28

14
17/09/2019

Besaran sampel
• Jumlah minimum per sampel sangat tergantung pada persyaratan untuk
analisis dan pengujian serta apakah sampel akan dianalisis sebagai
keseluruhan atau fraksi ukuran butir yang berbeda
• Jika analisis dan pengujian akan dilakukan pada beberapa fraksi ukuran butir
yang berbeda jumlah sampel yang diperlukan haruslah cukup besar.
• Misalnya untuk mendapatkan sampel fraksi < 2 mm sebanyak 2 kg diperlukan
kira‐kira 10 kg sampel batuan.
• Untuk uji statik biasanya diperlukan sampel sebanyak 500 gram, tetapi lebih
baik disiapkan sebanyak 1 kg. Berat minimum sampel untuk uji kinetik di 
laboratorium adalah 2–3 kg ditambah dengan minimum 500 g untuk uji statik
pra uji kinetik

Kursus Air Asam Tambang & Sistem Penyaliran Tambang 29

29

Sampling pada tahapan kegiatan


pertambangan
• Pra‐pengembangan (pre‐development)
• Batuan atau zona pelapukan dan lapisan tanah.
• Tailing yang dapat dihasilkan dari percobaan pengolahan.
• Batuan dinding/samping yang diperoleh dari lubang bukaan eksplorasi.
• Penambangan
• Material hasil peledakan yang tersisa.
• Material timbun balik (backfill).
• Dinding pit akhir.
• Area penting lainnya seperti timbunan batuan penutup.
• Sampling tailing dan limbah proses pengolahan lainnya

Kursus Air Asam Tambang & Sistem Penyaliran Tambang 30

30

15
17/09/2019

Penanganan Sampel
• Tujuan dari penanganan sampel adalah untuk menjaga sifat yang penting dalam
pembentukan AAT dan menyiapkan jumlah material yang cukup untuk analisis dan uji
yang telah direncanakan  protokol harus dibuat yang menggambarkan persyaratan
yang diperlukan untuk setiap jenis sampel, analisis dan uji
• Penyimpanan sampel harus menjamin bahwa proses oksidasi sedapat mungkin tidak
terjadi. Salah satu langkah yang umum adalah dengan cara pengeringan sampel. 
Pengeringan pada suhu dibawah 40°C tidak akan mengubah hampir semua mineral. 
• Preparasi sampel yang umum dilakukan adalah pemecahan dan penggerusan serta
pengayakan. Untuk keperluan beberapa uji seperti analisis unsur, spesies sulfur, 
potensi penetralan dan potensi pembentukan asam, sampel perlu digerus menjadi < 
74 µm (200 mesh) atau < 125 µm (120 mesh). Sementara sampel batuan untuk
keperluan uji kinetik seringkali digerus menjadi < 9,5 mm (3/8 inci) atau 6,4 mm (1/4 
inci).

Kursus Air Asam Tambang & Sistem Penyaliran Tambang 31

31

Pengujian sampel untuk prediksi AAT


• Evaluasi potensi AAT dan prediksi kualitas air yang dapat dihasilkannya 
membutuhkan pemahaman terhadap:
• Karakteristik fisik (ukuran partikel/butir → luas permukaan, porositas, 
permeabilitas)
• Karakteristik kimia (penentuan komposisi kimia dan unsur‐unsur dalam 
sampel, termasuk spesiasi sulfur)
• Karakteristik mineralogi (identifikasi mineral sulfida yang dapat 
membentuk asam dan mineral yang dapat mengkonsumsi asam  → analisis 
petrografi, XRD, SEM)
• Potensi pembentukan asam & potensi penetralan asam (laboratory static 
methods)
• Potensi pelindian (laboratory/field kinetic methods)

Kursus Air Asam Tambang & Sistem Penyaliran Tambang 32

32

16
17/09/2019

Basic screening tools: Leach test to 
a) Paste pH & EC Sometimes
simulate the AMD 
b) Total sulfur the results are  generation process 
c) Acid neutralizing  not consistent ⇨ column leach 
capacity test:
d) Net acid producing  • Kinetics of the 
potential (calculated  process
from S & ANC) • Confirmation of 
e) Net Acid Generation  geochemical 
characteristics
11
NAF STATIC  KINETIC  MINERA
Identification of 
10
9 UC TEST TEST LOGY mineral 
8
7 composition – the 
NAG pH

6
5 CHARACTERIZATION occurrence of 
4
PAF NAF sulfide minerals
3 UC PAF
2
1
‐60 ‐40 ‐20 0 20 40 60 80 100 120 140 160 180 200
Net Acid Producing  Potential (NAPP), Kg H2 SO4/ton rocks
PAF = potentially acid forming; NAF = non-acid forming

Kursus Air Asam Tambang & Sistem Penyaliran Tambang 33

33

Kursus Air Asam Tambang & Sistem Penyaliran Tambang 34

34

17
17/09/2019

Prinsip pengujian sampel yang


dikelompokkan sebagai uji statik
• sumber pembentuk asam adalah mineral sulfida;
• jumlah asam yang dapat terbentuk didekati dari kandungan sulfur 
total dalam batuan;
• dalam batuan dapat saja terdapat mineral yang berpotensi
menetralkan asam;
• pengujian dilakukan untuk menghitung total asam yang dapat
terbentuk dari berbagai komponen di dalam batuan serta
menghitung total penetral asam yang terdapat di dalam batuan.

Kursus Air Asam Tambang & Sistem Penyaliran Tambang 35

35

Potensi pembentukan asam


• Ada dua jenis uji untuk menentukan potensi pembentukan asam, yaitu:
• Potensi pembentukan asam melalui penentuan secara independen 
komponen yang dapat membangkitkan dan menetralkan asam → dikenal 
sebagai ABA (Acid‐Base Accounting)
• Potensi pembentukan asam dinyatakan dalam satu nilai yang digunakan untuk 
menggambarkan kemungkinan asam yang dibangkitkan atau pelepasan asam 
yang terkandung dalam sampel → NAG test dan paste pH
• Uji‐uji di atas relatif tidak mahal sehingga dapat dilakukan untuk jumlah sampel 
yang banyak – hasilnya seringkali dipakai untuk kriteria penapisan dalam 
klasifikasi batuan
• ABA awalnya dikembangkan untuk batubara tetapi selanjutnya juga digunakan 
pada tambang bijih

Kursus Air Asam Tambang & Sistem Penyaliran Tambang 36

36

18
17/09/2019

Uji Potensi Pembentukan Asam


• Potensi pembentukan asam melalui penentuan secara independen komponen
yang dapat membangkitkan asam dan komponen yang dapat menetralkan
asam. Uji komponen yang dapat membangkitkan asam adalah penentuan
sulfur total (TS) dan sulfur sulfida. Sementara uji komponen yang dapat
menetralkan asam dilakukan melalui uji kapasitas penetralan asam (KPA) atau
acid neutralizing capacity (ANC). Prosedur uji ini disebut sebagai neraca asam‐
basa atau acid base accounting.
• Potensi pembentukan asam dinyatakan dalam satu nilai yang digunakan untuk
menggambarkan kemungkinan asam yang dibangkitkan atau pelepasan asam
yang terkandung dalam sampel. Yang termasuk ke dalam kelompok ini adalah
pH pasta (paste pH) dan uji pembentukan asam neto/bersih (PAN) atau net 
acid generating (NAG) test.

Kursus Air Asam Tambang & Sistem Penyaliran Tambang 37

37

Karakterisasi geokimia
• Penentuan karakteristik geokimia batuan hendaknya dilakukan tidak hanya 
dengan satu kriteria, misalnya ABA atau NAG test tetapi dengan multi‐kriteria:
• Kriteria hasil ABA
• Kriteria hasil NAG test
• Hasil karakterisasi mineralogi
• Hasil paste pH
• Untuk memastikan hasil dari static test – disarankan untuk melakukan uji 
pelindian  atau kinetic testing yang juga dapat memberikan gambaran tentang 
laju reaksi dan kualitas air lindian yang terjadi

Kursus Air Asam Tambang & Sistem Penyaliran Tambang 38

38

19
17/09/2019

Acid base accounting


Perhitungan ABA dilakukan dengan melakukan perhitungan jumlah asam 
maksimum yang dapat dibangkitkan dan jumlah kapasitas penetralan 
• Dari total sulfur – hitung potensi pembentukan asam:
• MPA (maximum potential of acidity) = total sulfur (%) x 30,62 [kg H2SO4/ton 
batuan]
• Tentukan potensi pembentukan asam dan rasio potensi neto:
• NAPP (net acid producing potential) = MPA – ANC [kg H2SO4/ton batuan]
• NPR (net potential ratio) = ANC/MPA
• Kriteria teoritis:
• NAPP > 0 dan NPR < 1 – sampel digolongkan sebagai potentially acid forming 
(PAF)

Kursus Air Asam Tambang & Sistem Penyaliran Tambang 39

39

11
10 NAF
9 UC
8
7
NAG pH

6
5
4
3 UC PAF
2
1
‐60 ‐40 ‐20 0 20 40 60 80 100 120 140 160 180 200
Net Acid Producing  Potential (NAPP), Kg H2SO4/ton rocks

Kursus Air Asam Tambang & Sistem Penyaliran Tambang 40

40

20
17/09/2019

• Jika menghadapi kondisi “tidak tentu” perlu digunakan hasil uji lain, yaitu pH 
pasta untuk membantu interpretasi. Nilai pH pasta pada dasarnya
menunjukkan kondisi sampel pada saat uji dilakukan. Jika pH pasta 
menunjukkan asam maka dapat diartikan bahwa sudah terjadi proses oksidasi
pada sampel. Penambahan air destilat akan mencuci atau melarutkan hasil
oksidasi sehingga sangat mungkin sampel tersebut dapat digolongkan sebagai
PAF
• Hal lain yang dapat digunakan untuk membantu interpretasi sampel yang 
tergolong “tidak tentu” adalah dari hasil analisis mineralogi. Jika memang
terindikasi keberadaan mineral sulfida, khususnya pirit, maka sangat mungkin
sampel tersebut dapat digolongkan sebagai PAF.

Kursus Air Asam Tambang & Sistem Penyaliran Tambang 41

41

Kinetic test
• Kinetic test dilakukan untuk 
• memvalidasi hasil static test,
• Memperkirakan laju pelapukan jangka panjang
• Memperkirakan potensi geologic material untuk menghasilkan penyaliran yang dapat 
berdampak terhadap lingkungan
• Uji kinetik adalah simulasi proses oksidasi (pelapukan)  yang prosedurnya 
disesuaikan untuk mendapatkan informasi yang diperlukan dalam jangka 
waktu yang reasonable
• ada dua jenis uji kinetik yang dikenal secara umum:
• Humidity cell test (HCT) – suatu uji standar pada kondisi beroksigen dengan pencucian 
(flushing) secara periodik
• Column leach test  

Kursus Air Asam Tambang & Sistem Penyaliran Tambang 42

42

21
17/09/2019

Humidity cell
• Sampel (lebih kurang 1 kg) dengan distribusi ukuran diketahui 
dimasukkan ke dalam cell 
• Siklus udara jenuh selama 3 hari, dilanjutkan dengan siklus udara 
kering selama 3 hari
• Pada hari ke‐7 dilakukan flushing

Kursus Air Asam Tambang & Sistem Penyaliran Tambang 43

43

Column leach test


• Tidak ada standar ukuran dari kolom, untuk skala laboratorium
biasanya menggunakan buchner funnel dengan diameter 10 – 30 cm
• Jumlah sampel disesuaikan
• Lampu untuk menghasilkan efek panas – mempercepat pelapukan

Kursus Air Asam Tambang & Sistem Penyaliran Tambang 44

44

22
17/09/2019

Lama waktu uji kinetik


• Uji kinetik bertujuan untuk mendapatkan pemahaman tentang 
reaktivitas mineral sulfida, laju reaksi oksidasi, kelarutan logam dan 
karakteristik air lindi (leachate)
• Karena banyak faktor yang mempengaruhi proses pelapukan, tidak 
ada standar atau batasan tentang jangka waktu pelaksanaan uji 
kinetik 
• Untuk skala laboratorium jangka waktu berkisar antara 2 minggu 
sampai beberapa bulan, tetapi ada yang pernah melakukan sampai 
bertahun‐tahun

Kursus Air Asam Tambang & Sistem Penyaliran Tambang 45

45

Hasil uji kinetik sebagai penentu karakteristik geokimia


batuan
• Hasil uji kinetik dapat digunakan untuk mengkonfirmasi atau bahkan
menentukan penggolongan tipe sampel batuan, terutama jika terdapat
ketidakselarasan antara hasil metode ABA dan uji NAG
• Uji kinetik untuk sampel dari cebakan bijih, khususnya bijih primer perlu
dilaksanakan selama minimal 20 minggu untuk mendapatkan hasil yang dapat
dipercaya. 
• Untuk uji kinetik dengan kolom pelindian, variasi rentang waktu untuk
penyiraman atau dengan kata lain kesempatan untuk terjadinya oksidasi oleh
oksigen di atmosfer perlu dilakukan.

Kursus Air Asam Tambang & Sistem Penyaliran Tambang 46

46

23
17/09/2019

Potential for  Initial screening  Interpretation


AMD criteria

Likely NPR < 1 Likely acid generating, unless sulphide minerals are non 


reactive

Possible  1 < NPR < 2 Possibly acid generating if ANC is insufficiently reactive or is 


(uncertain) depleted at a rate faster than sulphides

Non acid  NPR > 2 Not potentially acid generating unless significant preferential 


generating exposure of sulphides along fractures planes, or extremely 
reactive sulphides in combination with insufficiently reactive 
ANC

Sumber: Price, 2009 dalam GARD Guide, 2009

Kursus Air Asam Tambang & Sistem Penyaliran Tambang 47

47

Contoh hasil free draining column leach test

Kursus Air Asam Tambang & Sistem Penyaliran Tambang 48

48

24
17/09/2019

Contoh hasil humidity cell

Kursus Air Asam Tambang & Sistem Penyaliran Tambang 49

49

Uji kinetik di lapangan

Perbedaan dengan uji kinetik


di laboratorium ⇨ penyiraman
dengan air hujan dengan
frekuensi hujan sebenarnya di 
lapangan

Kursus Air Asam Tambang & Sistem Penyaliran Tambang 50

50

25
17/09/2019

AIR ASAM TAMBANG


KURSUS DALAM RANGKAIAN
SEMINAR AIR ASAM TAMBANG KE‐6 DAN PENGELOLAAN AIR TAMBANG DI INDONESIA
AULA TIMUR – INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
17 SEPTEMBER 2019

Pengelolaan AAT
• Metode pencegahan
• Metode pengolahan
• Sistem manajemen AAT

17 September 2019 Kursus Air Asam Tambang & Sistem Penyaliran Tambang 2

1
17/09/2019

Metode pencegahan (preventive)

17 September 2019 Kursus Air Asam Tambang & Sistem Penyaliran Tambang 3

Pentingnya pencegahan AAT


• Berdasarkan pengalaman di berbagai tambang di dunia, sekali AAT sudah
terbentuk maka akan sulit untuk menghentikan proses pembentukan AAT 
tersebut. 
• Laju reaksi oksidasi mineral sulfida sangat dipengaruhi oleh banyak faktor
seperti tipe mineral sulfida dan kondisi yang mendukung terjadinya proses 
oksidasi. 
• Secara teoritis, proses akan berhenti jika salah satu dari reaktan yang terlibat
dalam proses reaksi pembentukan telah habis atau tidak tersedia lagi. Mineral 
sulfida yang merupakan sumber asam dapat saja habis bereaksi setelah waktu
tertentu. Atau komponen pembentuk AAT lainnya, yaitu oksigen dan air dapat
saja tidak lagi tersedia, baik untuk waktu tertentu maupun secara kontinyu, 
karena jalur aliran ke arah mineral sulfida terhambat. 
• Namun kapan dan bagaimana kondisi‐kondisi tersebut terjadi pada sumber
pembentukan AAT, seperti timbunan batuan penutup, sulit untuk
diidentifikasi.
17 September 2019 Kursus Air Asam Tambang & Sistem Penyaliran Tambang 4

2
17/09/2019

• Oleh karena itu metode pengelolaan AAT yang terbaik adalah mengupayakan


agar proses oksidasi mineral sulfida tidak terjadi dengan cara menghindarkan
kontak antara mineral sulfida dengan oksigen dan air. Ini adalah prinsip dari
metode pencegahan dalam pengelolaan AAT yang dinilai paling andal
terutama untuk jangka panjang

17 September 2019 Kursus Air Asam Tambang & Sistem Penyaliran Tambang 5

Pertimbangan untuk menentukan metode


pengendalian AAT
• Dalam pengelolaan AAT perlu ditetapkan terlebih dahulu tujuan strategis dari
pengelolaan AAT tersebut karena hal ini penting untuk menentukan metode
pengendalian AAT yang diperlukan. Untuk itu perlu dipertimbangkan hal‐hal
berikut:
• Risiko terhadap lingkungan hidup dan kesehatan manusia maupun
penerima (receptor) lainnya
• Kriteria baku mutu air limbah dari kegiatan pertambangan
• Biaya kapital, operasi dan perawatan dari berbagai alternatif metode
• Kemudahan dan keandalan logistik untuk operasional dan perawatan
jangka panjang
• Tahap atau waktu dimana sistem pengelolaan diperlukan untuk bekerja
secara optimal dan bentuk kegagalan yang mungkin terjadi

17 September 2019 Kursus Air Asam Tambang & Sistem Penyaliran Tambang 6

3
17/09/2019

Pembentukan dan jalur aliran AAT pada tambang terbuka

17 September 2019 Kursus Air Asam Tambang & Sistem Penyaliran Tambang 7

Konsep Pencegahan & Mitigasi


• Konsep pencegahan AAT diawali dengan pemahaman tentang material 
sumber pembentuk AAT, proses pembentukan AAT serta faktor‐faktor yang 
mempengaruhi kualitas air tambang
• Pemahaman tentang material sumber pembentuk AAT merupakan langkah
penting untuk melakukan upaya reduksi potensi pencemaran pada
sumbernya.
• Pendekatan utama dalam pencegahan pembentukan AAT adalah menerapkan
metode yang dapat meminimalkan ketersediaan dari reaktan yang terlibat
dalam reaksi oksidasi mineral sulfida dan/atau memaksimalkan ketersediaan
reaktan penetral asam

17 September 2019 Kursus Air Asam Tambang & Sistem Penyaliran Tambang 8

4
17/09/2019

Material sumber pembentuk AAT pada suatu


wilayah pertambangan
• Batuan penutup pada tambang terbuka atau batuan samping/limbah (waste 
rock) pada tambang bawah tanah.
• Tailing dan sisa pencucian batubara
• Sisa batuan pada proses heap leach
• Batuan sisa penambangan atau longsoran dan batuan dinding pada lubang
bekas tambang yang terbuka. 
• Batuan yang terdedah atau tersingkap pada bukaan tambang bawah tanah
(drift, cross cut, lombong/stope, dll).
• Hancuran batuan pada zona ambrukan di permukaan pada metode
penambangan bawah tanah dengan ambrukan (caving method).

17 September 2019 Kursus Air Asam Tambang & Sistem Penyaliran Tambang 9

Metode Pencegahan yang dapat dilakukan dengan


cara-cara:
• Meminimalkan pasokan oksigen yang berasal dari proses difusi
atau adveksi.
• Meminimalkan infiltrasi air dan lindian (air berfungsi sebagai
reaktan maupun media transpor).
• Meminimalkan, memindahkan atau mengisolasi mineral sulfida.
• Mengendalikan pH air pori.
• Memaksimalkan ketersediaan mineral penetral asam dan alkalinitas
air pori.
• Mengendalikan proses bakteri dan biogeokimia.

17 September 2019 Kursus Air Asam Tambang & Sistem Penyaliran Tambang 10

10

5
17/09/2019

Pertimbangan dalam pemilihan metode


pencegahan AAT
• Geokimia dari batuan sumber dan potensinya dalam pembentukan AAT.
• Jenis dan karakteristik fisik dari sumber AAT termasuk aliran air dan
oksigen.
• Tahapan pertambangan
• Tahap oksidasi
• Jangka waktu sampai upaya pengendalian harus sudah bekerja secara
efektif.
• Kondisi wilayah tambang
• Baku mutu limbah cair
• Risiko yang dapat ditenggang oleh pelaku pertambangan dan pemangku
kepentingan
17 September 2019 Kursus Air Asam Tambang & Sistem Penyaliran Tambang 11

11

17 September 2019 Kursus Air Asam Tambang & Sistem Penyaliran Tambang 12

12

6
17/09/2019

Sumber AAT
Pit Tambang  Bukaan Tambang 
Batuan Penutup Tailing
Terbuka Bawah Tanah

 Segregasi  De‐sulfurasi
Metode Pencegahan dan Mitigasi AAT pada

 Enkapsulasi  Kompaksi
Tahap Operasi dan Pascatambang

 Pencampuran  Penirisan
Metode untuk Tahap  Re‐mining, timbun balik (back filling)
Operasi‐produksi  Pasivasi
 Penambangan secara selektif
Co‐disposal, In‐pit disposal
Penudungan Kering Penyumbatan
(Dry Cover) (Sealing)
Metode untuk Tahap Pelapisan oleh air
Pasca‐ tambang (Water Cover)
Penenggelaman (Flooding)
17 September 2019 Kursus Air Asam Tambang & Sistem Penyaliran Tambang 13

13

Metode Pencegahan & Mitigasi


• Penghindaran (avoidance)
• Re‐mining (penambangan kembali)
• Perancangan tambang yang terintegrasi
• Segregasi/pemisahan
• Enkapsulasi dan Pelapisan
• Pencampuran
• Desulfurisasi tailing
• Co‐disposal

17 September 2019 Kursus Air Asam Tambang & Sistem Penyaliran Tambang 14

14

7
17/09/2019

Re-mining (penambangan kembali)


• Upaya untuk menggali atau menambang kembali bekas tambang atau timbunan yang telah
diketahui membangkitkan AAT yang tak dapat dikelola dengan efisien dan efektif melalui
metode pengolahan  karena pada masa aktif tidak dilakukan metode pengelolaan AAT sama
sekali sebab tidak adanya atau kurangnya pengetahuan. 
• Untuk tambang bijih dengan metode tambang terbuka, re‐mining dapat berarti menggali
kembali batuan penutup atau tailing untuk sekaligus bertujuan mengekstrak mineral berharga
yang masih tersisa. Kalaupun tidak menguntungkan, paling tidak hasil dari ekstraksi tersebut
dapat mengkompensasi sebagian biaya re‐mining.
• Beberapa metode re‐mining antara lain adalah:
• Penggalian dan pengolahan batuan penutup dan tailing
• Penutupan atau pelapisan timbunan batuan limbah dengan batuan yang bukan
pembentuk asam.
• Penggalian (push‐back) pada zona yang mengandung batuan yang reaktif di dalam pit dan
menyisakan batuan tidak reaktif yang terdedah.
• Penanganan kembali batuan limbah dan menempatkannya pada tempat timbunan yang 
telah dirancang dengan baik.
17 September 2019 Kursus Air Asam Tambang & Sistem Penyaliran Tambang 15

15

Perancangan tambang yang terintegrasi


Penanganan batuan limbah (batuan penutup atau tailing) hendaknya diintegrasikan
ke dalam perancangan tambang untuk memperkecil peluang terdedahnya batuan
yang berpotensi membentuk AAT dan meminimalkan volume atau jumlah material 
PAF yang terdedah di permukaan pada saat pascatambang. Beberapa praktek yang 
umum antara lain:
• Penggunaan tailing untuk mengisi kembali lubang bekas tambang bawah tanah, 
misalnya sebagai filling material pada metode cut & fill.
• Menimbun kembali batuan penutup atau tailing ke dalam lubang bekas tambang
terbuka (pit), baik dengan penimbunan kering (untuk batuan penutup) maupun
dengan metode penudungan air atau penenggelaman untuk tailing.
• Minimalisasi lahan terganggu akibat penambangan terutama pada zona yang 
didominasi oleh material PAF. 
• Tidak menempatkan fasilitas penempatan material PAF dekat dengan daerah yang 
sensitif dari aspek lingkungan, misalnya sungai atau akuifer yang potensial, atau
pada daerah rawan bencana.

17 September 2019 Kursus Air Asam Tambang & Sistem Penyaliran Tambang 16

16

8
17/09/2019

Segregasi/pemisahan

Segregasi atau penanganan selektif dari batuan penutup adalah upaya untuk
memisahkan penanganan batuan yang berpotensi membentuk asam (potentially 
acid forming atau PAF) dan batuan yang tidak berpotensi membentuk asam
(non‐acid forming atau NAF) dan selanjutnya batuan PAF ditempatkan
sedemikian rupa untuk mencegah terbentuknya AAT; melalui:
• Rencana penanganan batuan penutup didasarkan pada karakterisasi geokimia
rinci dari setiap jenis batuan di lokasi penambangan dan model geologi.
• Pengelolaan batuan penutup dan program pemantauan dikembangkan untuk
mengidentifikasi dan memisahkan batuan sebelum penggalian, pengangkutan, 
dan penimbunan.
• Prosedur khusus penanganan batuan dikembangkan, mencakup rancangan
penempatan batuan PAF, spesifikasi material pelapis, sekuen perlapisan, 
spesifikasi dan metode kompaksi.
17 September 2019 Kursus Air Asam Tambang & Sistem Penyaliran Tambang 17

17

Enkapsulasi dan Pelapisan

• Mencakup upaya untuk menempatkan batuan PAF dan NAF atau batuan


pengkonsumsi asam sedemikian sehingga dapat mengendalikan pembentukan AAT
• Efektivitas dari metode ini dipengaruhi oleh ketersediaan batuan, perbandingan
antara batuan PAF dan NAF, jenis dan reaktivitas dari batuan pengkonsumsi asam, 
geometri cebakan, keberadaan dan muatan kimiawi dari material alkalin.
• Pada tambang terbuka, metode enkapsulasi umumnya diintegrasikan dengan metode
segregasi untuk batuan penutup. Batuan penutup yang bersifat PAF diletakkan pada
bagian dalam timbunan dan selanjutnya diberi lapisan batuan yang bersifat NAF.
• Metode enkapsulasi dapat pula diterapkan untuk tailing dan limbah pengolahan
lainnya dengan prinsip yang sama dengan enkapsulasi batuan penutup.

17 September 2019 Kursus Air Asam Tambang & Sistem Penyaliran Tambang 18

18

9
17/09/2019

Konsep enkapsulasi batuan PAF

17 September 2019 Kursus Air Asam Tambang & Sistem Penyaliran Tambang 19

19

Pencampuran
• Pencampuran antara batuan yang bersifat PAF dengan batuan yang berpotensi
menetralkan asam  dapat dilakukan jika memang tersedia batuan yang bersifat
alkalin di areal penambangan, lebih baik lagi jika batuan seperti ini merupakan
salah satu jenis batuan penutup yang harus atau ikut digali pada kegiatan
penambangan
• Efektivitas dari metode pencampuran ini dipengaruhi oleh ketersediaan material 
alkalin, rancangan tambang, kesetimbangan stoikiometri antara material 
pembentuk dan penetral asam, sifat geokimia dan reaktivitas dari batuan, dan
metode pencampuran. 
• Contoh metode pencampuran adalah pencampuran antara batuan penutup
dengan batugamping di tambang terbuka Grasberg yang memiliki jumlah
batugamping yang cukup melimpah karena formasi batugamping merupakan
formasi batuan dasar (host rock) bagi badan bijih tembaga ‐ pencampuran dengan
menggunakan belt conveyor dan stacker system
17 September 2019 Kursus Air Asam Tambang & Sistem Penyaliran Tambang 20

20

10
17/09/2019

Belt conveyor

Stacker

17 September 2019 Kursus Air Asam Tambang & Sistem Penyaliran Tambang 21

21

Metode penudungan (cover)


• Metode pelapisan atau penudungan merupakan metode yang paling sering
diterapkan untuk mencegah atau mengendalikan pembentukan AAT. 
• Secara konseptual bertujuan untuk menghambat kontak antara reaktan‐
reaktan pembentuk AAT sehingga reaksi oksidasi tidak berlangsung. 
• Metode yang digunakan adalah menghalangi aliran oksigen dan/atau air ke
material PAF. 
• Material penudung utama yang sering digunakan adalah lapisan batuan atau
tanah, air dan material pelapis buatan.
• Dua cara: 
• penudungan kering (dry cover)
• penudungan basah (wet/water cover)

17 September 2019 Kursus Air Asam Tambang & Sistem Penyaliran Tambang 22

22

11
17/09/2019

Metode Penudungan Kering (Dry Cover)

• dilakukan dengan menggunakan batuan/tanah, bahan organik atau


bahan sintetik yang ditempatkan di atas material PAF (batuan
penutup atau tailing).
• Jika dirancang dan dikonstruksi dengan baik, penudungan kering
merupakan metode yang andal untuk jangka panjang.

17 September 2019 Kursus Air Asam Tambang & Sistem Penyaliran Tambang 23

23

Material yang Digunakan


• Batuan penutup yang tidak berpotensi
membentuk asam (NAF) –ketersediaannya
relatif banyak di areal penambangan, 
tidak perlu didatangkan dari luar.
• Batuan alkalin – umumnya didatangkan
dari luar areal penambangan, kecuali jika
batugamping merupakan batuan induk
pada kasus cebakan jenis intrusi.
• Bahan organik – ketersediaan terbatas.
• Bahan sintetik – mahal dan hanya cocok
untuk areal yang tidak luas.

17 September 2019 Kursus Air Asam Tambang & Sistem Penyaliran Tambang 24

24

12
17/09/2019

Pertimbangan dalam perancangan:


• Kondisi iklim wilayah pertambangan
• Reaktivitas dan tekstur dari batuan
limbah.
• Sifat geoteknik, hidrologi dan daya
tahan dari material penudung yang 
tersedia secara ekonomis.
• Kondisi hidrogeologi dari tempat
penimbunan batuan limbah.
• Erosi dan pelapukan dari sistem
penudung/pelapis dalam jangka
panjang.

17 September 2019 Kursus Air Asam Tambang & Sistem Penyaliran Tambang 25

25

Penudungan dengan air (wet/water cover)

• Contoh penudungan
dengan air adalah metode
penempatan tailing di 
bawah permukaan air atau
sering disebut sebagai
subaqueous/submerge 
disposal

17 September 2019 Kursus Air Asam Tambang & Sistem Penyaliran Tambang 26

26

13
17/09/2019

Metode pengolahan (treatment)

17 September 2019 Kursus Air Asam Tambang & Sistem Penyaliran Tambang 27

27

Pengolahan AAT
• Penentuan teknologi pengolahan AAT mencakup analisis terhadap berbagai faktor
seperti karakteristik AAT yang akan diolah, sistem pengolahan, aliran keluar dari
sistem pengolahan, pengelolaan produk samping dan kondisi lapangan  untuk
menilai risiko dari setiap faktor  dikenal sebagai pendekatan risiko dalam pemilihan
teknologi pengolahan AAT.
• Aspek karakteristik aliran AAT yang akan diolah  laju aliran atau debit, konsentrasi
kontaminan dan pH.
• Aspek sistem pengolahan  kegagalan dalam operasional baik dari aspek mekanikal, 
elektrikal, sistem kendali, dan bahan. 
• Aspek aliran keluar dari sistem pengolahan atau efluen  tidak terpenuhinya baku
mutu lingkungan. 
• Aspek pengelolaan sludge  kurangnya kapasitas penampungan dan stabilitas fisik
maupun kimiawi lumpur yang buruk. 
• Aspek kondisi lapangan  ancaman bencana alam terhadap sarana pengolahan
seperti banjir dan gempa bumi.

17 September 2019 Kursus Air Asam Tambang & Sistem Penyaliran Tambang 28

28

14
17/09/2019

Pengolahan AAT 2
• Tujuan pengolahan AAT = site specific, dapat berupa:
• Pemanfaatan kembali air tambang untuk keperluan pengolahan bijih atau
batubara, transpor material dan penggunaan operasional lainnya seperti
penyiraman debu, irigasi pada daerah reklamasi atau pendinginan tambang
bawah tanah – dalam hal ini pengolahan AAT bertujuan untuk memperbaiki
kualitas air tambang sehingga memenuhi persyaratan untuk
pemanfaatannya kembali.
• Perlindungan kesehatan manusia pada kondisi di mana terdapat
kemungkinan kontak antara manusia dengan AAT baik secara langsung
maupun tidak langsung.
• Perlindungan lingkungan khususnya dampak terhadap air permukaan dan
air tanah  AAT dapat menjadi media pembawa berbagai pencemar atau
kontaminan ke lingkungan.

17 September 2019 Kursus Air Asam Tambang & Sistem Penyaliran Tambang 29

29

• Mengekstrak unsur yang mempunyai nilai jual dari AAT, contohnya


pengolahan AAT di tambang tembaga‐emas untuk menghasilkan logam
tembaga.
• Memenuhi persyaratan yang ditetapkan oleh peraturan perundang‐
undangan yang mengatur tentang kualitas efluen (baku mutu) atau beban
pencemar.
• Air tambang sebagai bagian dari sumberdaya air yang penting bagi
manusia. Semakin banyak kasus di mana air tambang yang telah diolah
dialirkan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat sekitar akan air bersih.
• Pengolahan air tambang merupakan suatu komponen penting dari
pengelolaan air tambang untuk mendukung operasi sepanjang umur
tambang dan menjamin kondisi pascatambang yang berkelanjutan.

17 September 2019 Kursus Air Asam Tambang & Sistem Penyaliran Tambang 30

30

15
17/09/2019

Langkah-langkah Pengelolaan AAT


• Pencegahan pencemaran pada semua sumber potensial di areal 
pertambangan.
• Minimalisasi dampak potensial melalui upaya‐upaya mitigasi.
• Perolehan dan pemanfaatan kembali air tambang di areal 
pertambangan.
• Pengolahan air tambang untuk pemanfaatan kembali atau untuk
dialirkan ke badan perairan alami.

17 September 2019 Kursus Air Asam Tambang & Sistem Penyaliran Tambang 31

31

Pertimbangan dalam Pemilihan dan


Perancangan Teknik Pengolahan AAT
• Mendefinisikan secara jelas tujuan dari pengolahan AAT yang akan
dicapai. Sistem pengolahan AAT harus menjadi bagian dari sistem
pengelolaan air tambang pada suatu tambang, karena itu selalu
harus dievaluasi dan diimplementasikan dalam suatu sistem yang 
terintegrasi.
• Karakterisasi air tambang terutama terkait debit dan kualitasnya.
• Tahapan dari kegiatan pertambangan dan bagaimana neraca air 
akan berubah sepanjang umur tambang.

17 September 2019 Kursus Air Asam Tambang & Sistem Penyaliran Tambang 32

32

16
17/09/2019

Pertimbangan dalam Pemilihan dan


Perancangan Teknik Pengolahan AAT
• Kondisi lapangan yang akan mempengaruhi konstruksi, operasi dan
perawatan dari sistem pengolahan, antara lain mencakup:
• Tata letak tambang dan topografi
• Luas lahan
• Iklim
• Sumber air tambang yang akan diolah
• Lokasi pengguna air hasil pengolahan
• Penanganan dan penimbunan limbah dari pengolahan seperti
lumpur.

17 September 2019 Kursus Air Asam Tambang & Sistem Penyaliran Tambang 33

33

Kategori Teknologi Pengolahan AAT (GARD


Guide, 2009)
Netralisasi Logam Polutan tertentu
Batugamping, kapur Presipitasi hidroksida Sianida

Bahan alkali Natrium Presipitasi karbonat Nuklida radioaktif

Ammonia Presipitasi sulfida Arsen

Reduksi sulfat secara biologi Lahan basah, kolam oksidasi Molibdenum

Lahan basah, saluran anoksik Teknologi lain Teknologi lain

Teknologi lain

17 September 2019 Kursus Air Asam Tambang & Sistem Penyaliran Tambang 34

34

17
17/09/2019

Teknologi pengolahan AAT

17 September 2019 Kursus Air Asam Tambang & Sistem Penyaliran Tambang 35

35

Teknologi Pengolahan Aktif (active


treatment)
• Adalah teknologi yang memerlukan pengoperasian oleh manusia. 
• Teknologi ini cocok untuk diterapkan pada tahap eksplorasi dan operasi‐
produksi karena memerlukan pengendalian dan pengelolaan secara aktif
terhadap pengoperasian dan perawatan dari sistem pengolahan. 
• Dibutuhkan bahan penetral, yang umumnya bahan kimia, tenaga atau pekerja
pelaksana operasi dan perawatan, dan sumberdaya listrik dan mekanik. 
• Pada dasarnya dapat diterapkan untuk segala ukuran debit, tetapi lebih unggul
pada debit yang besar. 
• Akan menghasilkan limbah lumpur sehingga perlu dipertimbangkan metode
pembuangannya. 
• Dari sisi biaya, umumnya teknologi pengolahan aktif membutuhkan biaya
kapital yang besar serta biaya operasi dan perawatan yang tinggi.

17 September 2019 Kursus Air Asam Tambang & Sistem Penyaliran Tambang 36

36

18
17/09/2019

Teknologi Pengolahan Aktif (active


treatment) 2
• Sistem pengolahan AAT secara aktif mencakup pengolahan menggunakan
bahan kimia yang bersifat alkalin untuk meningkatkan pH, menetralkan
keasaman dan mengendapkan logam. 
• Metode ini cukup efektif namun mahal dari segi peralatan, bahan penetral dan
tenaga kerja.  
• Metode ini dapat merupakan beban jangka panjang sampai pascatambang
atau bahkan tak pernah berakhir  sebaiknya hanya diterapkan jika memang
AAT tidak dapat dicegah pembentukannya, umumnya pada masa operasi
penambangan

17 September 2019 Kursus Air Asam Tambang & Sistem Penyaliran Tambang 37

37

Pertimbangan dalam pemilihan teknologi pengolahan


aktif
• Debit aliran AAT
• pH
• padatan terlarut total (total suspended solids)
• keasaman dan alkalinitas
• konsentrasi Fe dan Mn
• debit badan air penerima dan penggunaannya
• ketersediaan listrik atau sumber energi
• jarak antara titik pemberian bahan kimia penetral dan aliran air masuk ke
kolam pengendap
• volume dan konfigurasi kolam pengendap
• keekonomian berbagai bahan penetral dan alternatif sistem pengolahan aktif

17 September 2019 Kursus Air Asam Tambang & Sistem Penyaliran Tambang 38

38

19
17/09/2019

Teknologi Pengolahan Aktif


• Aerasi/Oksidasi
• Bahan penetral kimiawi
• Bahan berbasis kalsium
• Bahan berbasis Na, K dan NH3
• Flokulan/koagulan
• Reverse osmosis
• Ion Exchange Resin
• Elektrodialisis
• Zeolit alami
• Perolehan logam dari lumpur AAT

17 September 2019 Kursus Air Asam Tambang & Sistem Penyaliran Tambang 39

39

Bahan penetral kimiawi


Parameter/sifat Berbasiskan Kalsium Berbasiskan Natrium, 
Kalium, Ammonia
Kelarutan Rendah Tinggi
Penggunaan Sulit Lebih mudah
Efek lempung Menggumpal Tersebar
Padatan tersuspensi Turun Dapat bertambah

Gipsum Akan mengendap Kurang mengendap


Biaya Lebih murah Lebih mahal

17 September 2019 Kursus Air Asam Tambang & Sistem Penyaliran Tambang 40

40

20
17/09/2019

Bahan berbasis kalsium

• Batugamping ‐ CaCO3
• Kelebihan batugamping:
• murah
• tidak akan terjadi pengolahan berlebih (overtreat)
• sifat lumpur yang baik
• tidak membahayakan pekerja
• Kekurangan batugamping:
• kurang dapat terlarut
• umumnya memerlukan pengadukan
• tidak dapat mengolah secara cepat AAT yang mengandung kandungan besi fero
yang tinggi
• tidak dapat mencapai pH yang cukup tinggi untuk pengendapan cepat dari Fe dan
Mn

17 September 2019 Kursus Air Asam Tambang & Sistem Penyaliran Tambang 41

41

• Kalsium oksida ‐ CaO dan kalsium hidroksida ‐ Ca(OH)2


• Kelebihan:
• dapat mencapai pH tinggi untuk menghilangkan Fe dan Mn
• relatif tidak mahal
• cukup tersedia, walaupun kualitasnya harus dikendalikan
• kemampuan netralisasi yang tinggi
• penggumpalan lempung
• Kekurangan:
• membutuhkan kontak yang baik agar efektif
• memerlukan sarana pengolahan
• volume lumpur dapat berlebihan
• dapat mencelakai pekerja
• kelarutan yang rendah

17 September 2019 Kursus Air Asam Tambang & Sistem Penyaliran Tambang 42

42

21
17/09/2019

17 September 2019 Kursus Air Asam Tambang & Sistem Penyaliran Tambang 43

43

Bahan berbasis Na, K & NH3

Kelebihan utama dari bahan berbasis Na, K dan NH3 adalah kelarutannya yang tinggi
sehingga mudah dalam penggunaannya. Ion monovalent ini dapat pula memecah
partikel lempung yang dapat menimbulkan masalah padatan tersuspensi. Namun harga
bahan ini juga tinggi
Kaustik soda (NaOH)
• umumnya digunakan jika konsentrasi Mn dalam AAT tinggi karena dapat
meningkatkan pH hingga 13
• baik digunakan sebagai bahan penetral AAT pada aliran yang rendah
• sangat reaktif karena memiliki kelarutan yang tinggi
• juga sangat efektif untuk mengurangi kandungan nikel, tembaga dan zinc
• tetapi kurang efektif untuk mengurangi anion seperti arsenate atau antimonite.

17 September 2019 Kursus Air Asam Tambang & Sistem Penyaliran Tambang 44

44

22
17/09/2019

• Kelebihan NaOH
• hanya memerlukan sistem pencampuran yang sederhana karena dapat dalam
bentuk cairan
• tidak menghasilkan lumpur kalsium sulfat
• dapat mencapai pH yang cukup tinggi untuk menghilangkan kandungan Fe2+ dan
Mn2+
• ekivalen netralisasi yang tinggi
• Kekurangan NaOH
• mahal
• dapat membahayakan pekerja
• pengolahan berlebih (over treat) mudah terjadi
• kapasitas buffer kecil
• volume lumpur yang tinggi – lumpur dengan densitas yang rendah bisa tidak stabil
untuk Mn2+ menjadi mudah terlarut kembali

17 September 2019 Kursus Air Asam Tambang & Sistem Penyaliran Tambang 45

45

• Kalium hidroksida (KOH)


Penggunaan, karakteristik netralisasi dan lumpur yang terbentuk mirip
dengan NaOH hanya harganya lebih mahal. Penggunaan KOH lebih baik
dibandingkan NaOH karena menghasilkan disperse lempung yang lebih
sedikit. Kelebihan lain adalah kurangnya potensi pencemaran air karena
kalium akan masuk ke siklus biologi sebagai nutrient.
• Soda abu (Na2CO3)
Soda abu jarang digunakan sebagai bahan penetral atau pengolah utama
dalam fasilitas pengolahan AAT dengan aliran yang besar. Hal ini disebabkan
oleh ketersediaannya yang terbatas serta harga yang mahal, sehingga hanya
digunakan pada aliran yang kecil. Pemilihan soda abu sebagai bahan penetral
lebih mempertimbangkan kemudahan penanganan dibandingkan efisiensi
biaya.

17 September 2019 Kursus Air Asam Tambang & Sistem Penyaliran Tambang 46

46

23
17/09/2019

17 September 2019 Kursus Air Asam Tambang & Sistem Penyaliran Tambang 47

47

• Anhydrous Ammonia (NH3)
• NH3 merupakan produk alami dari dekomposisi bahan organik dalam siklus nitrogen. 
Ammonia adalah gas yang stabil, berbau tajam dan tidak berwarna pada tekanan
atmosfer. Tetapi dapat dikompres dan didinginkan menjadi larutan tak berwarna yang 
sangat mudah larut di dalam air.
• Kelebihan NH3:
• sangat mudah larut sehingga penggunaan sangat mudah
• termurah jika ditinjau dari dasar kelarutan yang tinggi
• mengurangi biaya pekerja
• dapat mengendapkan Mn pada pH yang lebih rendah dibandingkan bahan penetral lain
• Kekurangan NH3:
• dapat berracun bagi biota perairan
• dapat menghasilkan asam di daerah hilir aliran lebih banyak dibandingkan air yang dinetralkan
• pemantauan tambahan diperlukan

17 September 2019 Kursus Air Asam Tambang & Sistem Penyaliran Tambang 48

48

24
17/09/2019

Teknologi Pengolahan Pasif (passive


treatment)
Proses alami pada prinsipnya dapat memperbaiki kualitas air penyaliran tambang. 
• Pada saat air penyaliran yang terkontaminasi mengalir ke badan perairan penerima
(sungai, danau) sifat toksiknya berkurang karena reaksi kimia dan biologi serta
sebagai akibat dari proses pengenceran dengan air yang belum terkontaminasi pada
badan perairan tersebut. 
• Nilai pH yang tadinya rendah akan meningkat jika air penyaliran bercampur dengan air 
yang netral atau alkalin atau akibat kontak langsung dengan batuan karbonat. 
• Kandungan logam dalam air penyaliran dapat terpresipitasi sebagai oksida dan
hidroksida pada kondisi aerobik yang ditemukan pada air permukaan pada umumnya. 
Besi terlarut akan mengalami presipitasi menjadi oksihidroksida, mengendap di bagian
dasar sungai yang berwarna kecoklatan dan jika endapan tersebut terakumulasi dapat
mengganggu organisme bentos. Presipitasi Mn menjadi oksida memberikan noda
hitam pada batuan. Sementara Al terlarut akan terpresipitasi sebagai hidroksida putih. 
17 September 2019 Kursus Air Asam Tambang & Sistem Penyaliran Tambang 49

49

Teknologi Pengolahan Pasif (passive


treatment) 2
• Pengolahan AAT secara pasif adalah proses pengolahan yang tidak
membutuhkan intervensi manusia secara regular dalam pengoperasian dan
perawatannya. Proses pengolahan ini umumnya memanfaatkan sumber energi
alami seperti gradien topografi, energi metabolism mikrobial, fotosintesa dan
energi kimiawi. 
• Teknologi ini memanfaatkan proses kimia dan biologi secara alami untuk
memperbaiki kualitas air penyaliran yang tercemar. Idealnya sistem
pengolahan pasif tidak membutuhkan input bahan kimia. 
• Pada dasarnya tidak diperlukan perawatan atau hanya memerlukan sedikit
perawatan saja.  Pada metode ini proses pengolahan air akan berlangsung
lambat dibandingkan dengan metode pengolahan konvensional (aktif), oleh
karena itu memerlukan waktu tinggal (retention time) yang lebih lama dan
area yang lebih luas.

17 September 2019 Kursus Air Asam Tambang & Sistem Penyaliran Tambang 50

50

25
17/09/2019

Teknologi Pengolahan Pasif (passive treatment) 3


Aerobic wetlands:
• lahan basah yang dangkal sehingga memungkinkan proses aerasi, 
tanaman yang umum adalah Typha
• keberhasilan pengurangan kandungan logam bergantung pada
konsentrasi logam terlarut, oksigen terlarut, pH, 
keasaman/alkalinitas dan waktu tinggal. 
• baik untuk diterapkan untuk air alkalin.
Anerobic wetlands:
• reaksi reduksi secara kimiawi dan microbial untuk mengendapkan
logam dan menetralkan keasaman
• Mekanisme: reaksi pertukaran logam, pembentukan dan
pengendapan sulfida logam, reaksi reduksi yang menghasilkan
alkalinitas atas peran mikroba, dan pembentukan karbonat karena
pelarutan batugamping pada kondisi anoxic
• cocok untuk AAT yang memiliki keasaman bersih, nilai pH yang 
rendah, kandungan Fe yang tinggi dan oksigen terlarut tinggi (> 2 
mg/l), serta telah berhasil untuk pengolahan AAT dengan debit 
rendah dan kualitas sedang.
17 September 2019 Kursus Air Asam Tambang & Sistem Penyaliran Tambang 51

51

Teknologi Pengolahan Pasif (passive treatment) 4


• ALD adalah sel atau saluran batugamping dengan penudungan
untuk meminimalkan kontak dengan oksigen di atmosfer dan
memaksimalkan akumulasi CO2. 
• Lapisan penudung yang umum adalah lempung setebal 1‐3 m. 
• Batugamping larut dalam AAT dan meningkatkan pH serta
menambahkan alkalinitas. 
• Pada kondisi anoxic tidak akan terjadi pelapisan batugamping
oleh ferihidroksida karena Fe2+ tidak akan mengalami
presipitasi pada kondisi pH dekat netral. 
• Batugamping dengan CaCO3 tinggi (>80%) lebih cepat melarut
daripada batugamping yang mengandung MgCO3 atau
CaMg(CO3)2 yang tinggi. 
• Batugamping yang baik untuk sistem ini adalah yang 
mengandung CaCO3 antara 80‐95% dan berukuran 5‐20 cm.

OLD dirancang untuk menambahkan alkalinitas melalui pelarutan batugamping di dasar dan dinding saluran. 
Jika sudah terjadi pelapisan oleh endapan Fe dan Al hidroksida efektivitas berkurang sekitar 10 sampai 50%. 
Direkomendasikan untuk dibuat dengan kemiringan yang curam (>20%)

17 September 2019 Kursus Air Asam Tambang & Sistem Penyaliran Tambang 52

52

26
17/09/2019

Teknologi Pengolahan Pasif (passive treatment) 5

• Fungsi RAPS adalah untuk mereduksi besi feri pada


lapisan organik yang tipis dan menetralkan keasaman
melalui lapisan batugamping di bawah lapisan organik
tersebut. 
• Sistem ini akan berfungsi lebih baik dibandingkan ALD 
untuk AAT yang mengandung oksigen terlarut atau besi
feri. Reduksi sulfat berlangsung dan akan
mengendapkan logam dalam bentuk senyawa sulfida. 
• Tebal batugamping di bagian dasar berkisar antara 0,6 
– 1,2 m dan di atasnya lapisan material organik, 
biasanya berbentuk kompos, setebal 0,15‐0,6 m. 
Material organik akan menyediakan nutrient untuk
bakteri pereduksi besi dan sulfat. Kedalaman air 
mencapai 1 – 3 m dan tekanan air akan membantu
aliran AAT pada lapisan organik.

17 September 2019 Kursus Air Asam Tambang & Sistem Penyaliran Tambang 53

53

Acid seepages in
rehabilitated
overburden dump

17 September 2019 Kursus Air Asam Tambang & Sistem Penyaliran Tambang 54

54

27
17/09/2019

Passive treatment

Wetland

Open limestone drain

17 September 2019 Kursus Air Asam Tambang & Sistem Penyaliran Tambang 55

55

17 September 2019 Kursus Air Asam Tambang & Sistem Penyaliran Tambang 56

56

28
17/09/2019

Teknologi Pengolahan in situ (in situ


treatment)
Penyebaran material alkalin pada lahan terganggu serta timbunan
batuan penutup
• Injeksi slurry kapur pada lahan bekas tambang, timbunan batuan
penutup dan limbah tambang telah menunjukkan potensi
keberhasilannya. Namun masih menghadapi tantangan untuk
penerapannya pada skala lapangan:
• Karakteristik aliran dan transport dalam material limbah tambang – dapat
diasumsikan sebagai akuifer mirip karst karena kehadiran lintasan aliran
yang terinterkoneksi
• Pemberian slurry kapur yang menjamin penyebaran yang merata dan
kontak yang efektif dengan zona pembentuk asam atau badan air
• Skala dari operasi dan persiapan untuk lapisan infiltrasi

17 September 2019 Kursus Air Asam Tambang & Sistem Penyaliran Tambang 57

57

Teknologi Pengolahan in situ (in situ


treatment) 2
Pengolahan air di dalam pit lake
• Pengolahan air di dalam pit lake dilakukan dengan cara menyebarkan bahan penetral
ke seluruh permukaan air. Tantangan yang dihadapi adalah mencari metode yang 
efektif untuk menyebarkan bahan penetral pada pit lake dengan volume yang sangat
besar. Beberapa pendekatan yang dapat dilakukan antara lain dengan cara:
• Menebarkan bahan penetral dalam bentuk bubuk atau slurry pada seluruh permukaan air
• Memompa air dari pit dan mengalirkannya melalui perangkat pencampur dengan bahan
penetral dan selanjutnya dialirkan kembali ke dalam pit lake sehingga terjadi
pencampuran dan reaksi penetralan
• Menambahkan bahan penetral pada tahap awal dari pengisian pit lake
• Tantangan yang dihadapi adalah kontak yang efektif antara bahan penetral dengan air 
pit, efisiensi penggunaan bahan penetral, pelarutan dari logam yang telah
terendapkan pada jangka panjang, kesulitan dalam mengendalikan kondisi pH dan
redoks di semua bagian dari pit lake 

17 September 2019 Kursus Air Asam Tambang & Sistem Penyaliran Tambang 58

58

29
17/09/2019

17 September 2019 Kursus Air Asam Tambang & Sistem Penyaliran Tambang 59

59

Sistem Pengelolaan AAT

17 September 2019 Kursus Air Asam Tambang & Sistem Penyaliran Tambang 60

60

30
17/09/2019

Sistem Pengelolaan AAT


Pengelolaan AAT 
harus dilakukan sejak 
tahapan awal dari 
kegiatan 
pertambangan, yaitu 
sejak tahap 
penyelidikan umum 
dan terus berlanjut 
sampai pada 
pascatambang

17 September 2019 Kursus Air Asam Tambang & Sistem Penyaliran Tambang 61

61

AMD ASSESSMENT & Preliminary AMD potential 


MANAGEMENT VS assessment, petrology & mineralogy, 
MINING CYCLE rock characterization
Rock/tailing characterization, 
rock geochemical model, 
water quality prediction, 
mitigation methods
Long term reliability  MINING
assessment,  Refining geochemical 
monitoring  CYCLE model & integration 
with mine plan, field 
testing

Waste dump & tailings  Implementation of mitigation 
dam assessment,  method, field confirmation, 
monitoring, treatment monitoring, treatment

Tailings management, mitigation 
& treatment 

17 September 2019 Kursus Air Asam Tambang & Sistem Penyaliran Tambang 62

62

31
17/09/2019

Model Geokimia Batuan


• Pengembangan Model
• merupakan kompilasi data geologi dan geokimia untuk memberi gambaran 
tentang proses pembentukan (genesa) cebakan, komposisi mineral dan 
tipe alterasi, geokimia batuan termasuk trace elements dan sebarannya 
secara spasial
• dapat diidentifikasi kondisi geokimia dan potensi permasalahan yang dapat 
ditimbulkannya pada saat cebakan tersebut dieksploitasi. 
• Model lingkungan geologi digunakan untuk mengarahkan program 
sampling yang sesuai dengan kondisi lapangan untuk analisis karakteristik 
geokimia dan prediksi kimia air tambang

17 September 2019 Kursus Air Asam Tambang & Sistem Penyaliran Tambang 63

63

Pembuatan model geokimia batuan

• Pembentukan model geokimia batuan dilakukan dalam beberapa 
tahapan, yaitu:
• Pemahaman tentang keberadaan mineral sulfida di dalam batuan, baik 
pada batuan bijih atau pada batuan penutup berdasarkan analisis geologi 
dan genesa cebakan mineral atau lingkungan pengendapan batubara.
• Perencanaan dan perancangan untuk sampling batuan yang representatif 
sejak pada tahap eksplorasi dan sedapat mungkin terintegrasi dengan 
pengeboran inti pada tahap eksplorasi rinci.
• Uji karakteristik geokimia batuan untuk identifikasi batuan PAF dan NAF.
• Model geokimia batuan dibangun berdasarkan model litologi dan model 
geologi serta hasil karakterisasi geokimia batuan.

17 September 2019 Kursus Air Asam Tambang & Sistem Penyaliran Tambang 64

64

32
17/09/2019

17 September 2019 Kursus Air Asam Tambang & Sistem Penyaliran Tambang 65

65

Integrasi
dengan Model
Penambangan

17 September 2019 Kursus Air Asam Tambang & Sistem Penyaliran Tambang 66

66

33
17/09/2019

Pengembangan
sistem
pengelolaan
AAT

17 September 2019 Kursus Air Asam Tambang & Sistem Penyaliran Tambang 67

67

17 September 2019 Kursus Air Asam Tambang & Sistem Penyaliran Tambang 68

68

34

Anda mungkin juga menyukai