Anda di halaman 1dari 11

BAHAN AJAR

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN


SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI INDUSTRI PADANG

Nama Mata Kuliah : Penelitian Operasional Tambang


Kode MK. : TPI5218
Dosen Pembimbing : Riam Marlina A, MT

A. CAPAIAN PEMBELAJARAN (LEARNING OUTCOME)


Mahasiswa mampu memahami konsep dan ruang lingkup geologi Modern dan Jenis-jenis
Batuan.

B. POKOK BAHASAN
1. Konsep Geologi Modern
2. Susunan Kerak Bumi
3. Mineral

C. BAHAN KAJIAN
1. Konsep Geologi Moderen
1.1 Defenisi dan Pengertian Geologi
Geologi, berasal dari kata geo dan logo bahasa Yunani, didefinisikan sebagai studi
tentang Bumi, tetapi sekarang juga mencakup studi tentang planet dan bulan di tata
surya kita. (Monroe et al., 2007).
Lebih jauh Earle, S., 2015 menyebutkan bahwa dalam arti luasnya, geologi adalah
studi tentang Bumi, baik di bagian dalamnya dan permukaan luarnya, batuan dan
bahan lain yang ada di sekitar kita, proses yang menghasilkan atau pembentukan
bahan-bahan itu, aliran air di atas dan di bawah permukaan tanah,
perubahanperubahan yang telah terjadi selama sepanjang waktu geologis, dan
perubahan yang dapat kita antisipasi akan terjadi dalam waktu dekat.
Geologi adalah ilmu, artinya untuk memahami masalah geologis tersebut,
menggunakan penalaran deduktif dan metode ilmiah.

1.2 Cabang – Cabang Ilmu Geologi


Terdapat beberapa cabang ilmu geologi yang saat ini banyak digunakan dalam
penyelidikan atau Eksplorasi batubara dan mineral antara lain:
a) Mineralogi
Studi tentang mineral, proses pembentukan dan perubahan, cara mendeskripsi
suatu mineral secara umum maupun mineral pembentuk batuan dengan cara
megaskopis, yaitu melalui sifat fisiknya, seperti belahan, goresan, kilap, dan sifat
lainnya, kemudian menentukan nama mineral dari hasil deskripsi tersebut dan
kegunaan mineral.
Haldar, 2014 menjelaskan secara sederhana, bahwa mineralogi adalah studi
sistematis yang berkaitan dengan karakteristik mineral.
b) Petrologi
Studi tentang batuan (batuan beku, batuan sedimen, dan batuan metamorf), asal
mula pembentukannya, klasifikasinya, tempat pembentukan dan pengendapannya,
serta penyebarannya baik di dalam maupun di permukaan bumi.
c) Sedimentologi
Studi yang mempelajari batuan sedimen, meliputi pembentukan batuan sedimen
dan proses sedimentasinya. Mempelajari, mengenali dan menafsirkan struktur
sedimen, macam model fasies, dan lingkungan pengendapan dan klasifikasinya.
d) Geomorfologi
Studi tentang bentang-alam (morfologi alam), mempelajari prinsip-prinsip
geomorfologi dalam kaitannya dengan geologi serta mengidentifikasi ragam
bentang-alam serta proses terjadinya, juga mempelajari deskripsi bentangalam dan
aplikasi geomorfolog untuk penelitian dan pemetaan.
e) Geologi struktur
Studi mengenai perubahan bentuk-bentuk kerak bumi yang diakibatkan oleh
adanya proses gerak pada bumi itu sendiri sehingga menghasilkan struktur
geologi berupa lipatan, patahan, kekar dan lain-lain.
f) Stratigrafi
Studi tentang urut-urutan perlapisan batuan, pemeriannya, dan proses-proses
sepanjang sejarah pembentukan perlapisan batuan tersebut.

1.3 Susunan Kerak Bumi


Berdasarkan perbedaan komposisinya (massa jenis), bumi terbagi menjadi tiga
lapisan besar, yaitu kerak, mantel, dan inti bumi. Setiap lapisan tersebut memiliki
sifat fisik yang berlainan. Perbedaan sifat fisik tersebut digunakan untuk menentukan
zona-zona tertentu pada setiap lapisan bumi. Sifat fisik yang digunakan untuk
pembagian zona antara lain apakah padat atau cair dan sebarapa lemah atau kuat
lapisan tersebut. Susunan interior bumi diketahui berdasarkan informasi seismologi.
Berdasarkan penyelidikan H. Jeffreys dan K. E. Bullen (1932-1942) yang mengacu
pada penyelidikan E. Wiechert (1890-an) dengan menggunakan cepat rambat
gelombang P dan S, dapat ditentukan pembagian lapisan-lapisan atau interior bumi.
Struktur dalam bumi dibedakan secara komposisi dan rheologi. Struktur dalam bumi
berdasarkan komposisinya:
a. Inti Bumi (Core)
Terletak mulai dari kedalaman 2.883 km sampai ke pusat bumi. Densitasnya
berkisar dari 9,5 gr/cc di dekat mantel dan membesar ke arah pusat hingga 14,5
gr/cc. Berdasarkan besarnya densitas ini, inti bumi diperkirakan memiliki
campuran dari unsur-unsur yang memiliki densitas besar, yaitu Nikel (Ni) dan
besi (Fe). Oleh karena itu, inti bumi juga sering disebut sebagai lapisan Nife.
Inti dalam (inner core). Kedalaman 5.140-6.371 km. Berfasa padat, berat, dan
sangat panas.
Inti luar (outer core). Kedalaman 2.883-5.140 km. Berfasa cair dan sangat panas.
b. Mantel (Mantle)
Merupakan lapisan yang menyelubungi inti bumi. Merupakan bagian terbesar dari
bumi, 82.3 % dari volume bumi dan 67.8 % dari massa bumi. Ketebalannya 2.883
km. Densitasnya berkisar dari 5.7 gr/cc di dekat inti dan 3.3 gr/cc di dekat kerak
bumi.
c. Kerak Bumi (Crust)
Merupakan lapisan terluar yang tipis, terdiri batuan yang lebih ringan
dibandingkan dengan batuan mantel di bawahnya. Densitas rata-rata 2.7 gr/cc.
Ketebalannya tidak merata, perbedaan ketebalan ini menimbulkan perbedaan
elevasi antara benua dan samudera. Pada daerah pegunungan ketebalannya > 50
km dan pada beberapa samudera < 5 km. berdasarkan data kegempaan dan
komposisi material pembentuknya, para ahli membagi menjadi kerak benua dan
kerak samudera.
1) Kerak Benua
terdiri dari batuan granitik, ketebalan rata-rata 45 km, berkisar antara 30–50
km. Kaya akan unsur Si dan Al, maka disebut juga sebagai lapisan SiAl.
2) Kerak samudera, terdiri dari batuan basaltik, tebalnya sekitar 7 km. Kaya akan
unsur Si dan Mg, maka disebut juga sebagai lapisan SiMa.
Bumi berdasarkan kajian reologi:
1. Mesosfer
Lapisan padat dalam mantel yang memiliki kekuatan relatif tinggi dinamakan
mesosfer (lapisan menengah, intermediate atau middle sphere). Lapisan ini
terletak antara batas inti dan mantel (kedalaman 2.883 km) hingga kedalaman
sekitar 350 km.
2. Astenosfer
Lapisan mantel bagian atas, pada kedalaman antara 350 km – 100 km di bawah
permukaan bumi, adalah lapisan yang dinamakan astenosfer (lapisan lemah,
weak sphere). Keseimbangan suhu dan tekanan di sini sedemikian rupa sehingga
menjadikan materialnya dalam keadaan mendekati titik leburnya. Para ahli
geologi menyatakan bahwa batuan di mesosfer dan astenosfer mempunyai
komposisi yang sama. Perbedaan satu-satunya hanyalah pada sifat fisiknya,
kekuatan.
3. Litosfer
Terletak di atas astenosfer, lapisan setebal 100 km dari permukaan bumi ini
merupakan lapisan yang batuannya lebih dingin, lebih kuat, dan lebih kaku (rigid)
dibandingkan astenosfer yang plastis. Lapisan terluar yang keras ini meliputi
mantel bagian atas dan seluruh kerak bumi. Komposisi kerak dan mantel memang
berbeda, namun yang membedakan litosfir dan astenosfer adalah kuat batuan
(rock strength), bukanlah komposisinya.

Gambar Interior Bumi (Skinner et. al., 2004)


1.4 Mineral
Bumi terdiri dari berbagai proporsi dari 90 unsur yang terjadi secara alami,
diantaranya hidrogen, karbon, oksigen, magnesium, silikon, besi, dan sebagainya.
Unsur-unsur tersebut sebagian bergabung dengan berbagai cara dan proporsi
membentuk mineral. Definisi mineral dari waktu ke waktu berdasarkan para ahli
selalu mengalami perkembangan, beberapa definisi diuraikan dibawah ini.
Mineral adalah padatan homogen yang terbentuk secara alami yang mempunyai
struktur atom teratur dan komposisi kimia yang khas. (Demange, 2012). Asosiasi
Mineralogi Internasional memberikan definisi sebagai berikut: "mineral adalah
elemen atau senyawa kimia yang biasanya berbentuk kristal dan terbentuk sebagai
hasil dari proses geologi" (Nickel, 1995). Definisi ini tidak termasuk mineral sintetis.
Di alam, mineral ditemukan dalam batuan, dan sebagian besar batuan terdiri dari
setidaknya beberapa mineral yang berbeda. (Earle, S., 2015).
Mineral adalah padatan senyawa kimia homogen, non-organik, yang memiliki bentuk
teratur (sistem kristal) dan terbentuk secara alami. Istilah mineral termasuk tidak
hanya bahan komposisi kimia, tetapi juga struktur mineral. (Wikipedia Bahasa
Indonesia, https://id.wikipedia.org/wiki/Mineral).

Lebih lanjut Hefferan dan O’Brien, (2010) menyebutkan bahwa mineral didefinisikan
oleh lima sifat berikut :
1. Mineral adalah padat, karena semua atom di dalamnya disatukan dalam posisi
tetap oleh kekuatan yang disebut ikatan kimia. sehingga tidak termasuk cairan
dan gas.
2. Mineral terjadi secara alami. Definisi ini tidak termasuk padatan sintetis yang
dihasilkan melalui teknologi.
3. Beberapa bahan padat Bumi terbentuk melalui proses anorganik dan organik.
Mineral biasanya terbentuk oleh proses anorganik.
4. Setiap spesies mineral memiliki komposisi kimia tertentu yang dapat
diekspresikan dengan formula kimia.
5. Susunan atom dalam mineral tidak secara acak. Sebaliknya mineral mengkristal
dengan pola geometris sehingga pola yang sama akan diulangi di seluruh
mineral.
Haldar. S. K., (2014) menyatakan : Mineral adalah benda yang homogen dengan susunan
atom yang teratur dan struktur atom hasil kristalisasi. Mineral adalah bagian integral dari
kerak bumi, dan memiliki komposisi kimia yang konstan yang dapat diekspresikan
dengan rumus kimia. Dalam kondisi spesifik suhu dan tekanan, mineral memiliki sifat
fisik yang stabil.
Sifat Mineral
Identifikasi mineral dan penamaan suatu mineral kuncinya terletak dalam deskripsi sifat
sifat mineral, identifikasi sifat mineral dapat dilakukan baik secara megaskopis maupun
mikroskopis atau melalui berbagai analisa. Identifikasi megaskopis yaitu melakukan
pengamatan dengan mata telanjang, tanpa menggunakan alat bantu, sedangkan
identifikasi secara mikroskopis dilakukan dengan menggunakan bantuan alat mikroskop,
pengamatan dengan cara lain misalnya dengan scaning mikroskop elektron dan lain-
lainya.
Sifat Fisik Mineral
Mineral memiliki struktur kristal dan komposisi kimia tertentu sehingga mempunyai sifat
fisik dan kimia semua spesimen mineral, terlepas dari kapan atau di mana mereka
terbentuk. Sebagai contoh, dua sampel mineral kuarsa akan sama keras dan sama-sama
padat, tetapi akan pecah dengan cara yang sama. Namun, sifat fisik tiap sampel individu
dapat bervariasi dalam batas-batas tertentu karena adanya substitusi ionik, inklusi elemen
asing, atau karena cacatnya struktur kristal.
Beberapa mineral (tidak semua) , ada yang mempunyai sifat sangat khas artinya tidak
semua mineral memiliki sifat ini, sifat demikian disebut sebagai sifat diagnostik, sangat
berguna dalam mengidentifikasi mineral yang tidak dikenal. Mineral halit, misalnya,
memiliki rasa asin, karena sangat sedikit mineral yang mempunyai sifat asin ini, sehingga
rasa asin dianggap sebagai sifat atau properti diagnostik dari halit. Sifat atau properti lain
dari mineral tertentu dapat bervariasi di antara sample yang berbeda walaupun dari
mineral yang sama, sifat atau properti ini disebut sebagai properti ambigu. Sifat mineral
untuk identifikasi atau mengenal mineral:
a) Bentuk kristal (crystall form)
Apabila suatu mineral mendapat kesempatan untuk berkembang tanpa mendapat
hambatan, maka ia akan mempunyai bentuk kristalnya yang khas. Tetapi apabila
dalam perkembangannya ia mendapat hambatan, maka bentuk kristalnya juga akan
terganggu. Secara umum bentuk kristal dibagi menjadi 2, yaitu kristal isometrik dan
non isometric. Kristal mineral intan, dapat dikenali dari bentuknya yang segi-delapan
atau oktahedron dan mineral grafit dengan segi-enamnya yang pipih, meskipun
keduanya mempunyai susunan kimiawi yang sama, yaitu keduanya terdiri dari unsur
Karbon (C). Perbedaan bentuk kristal tersebut terjadi karena susunan atom yang
berbeda.
b) Berat jenis (specific gravity)
Setiap mineral mempunyai berat jenis tertentu. Besarnya ditentukan oleh unsurunsur
pembentuknya serta kepadatan dari ikatan unsur-unsur tersebut dalam susunan
kristalnya.
c) Warna (color)
Warna mineral memang bukan merupakan penciri utama untuk dapat membedakan
antara mineral yang satu dengan lainnya. Sebagai contoh warna gelap yang dipunyai
mineral, mengindikasikan terdapatnya unsur besi. Disisi lain mineral dengan warna
terang, diindikasikan banyak mengandung aluminium.
d) Kekerasan (hardness)
Salah satu kegunaan dalam mendiagnosa sifat mineral adalah dengan mengetahui
kekerasan mineral. Kekerasan adalah sifat resistensi dari suatu mineral terhadap
kemudahan mengalami abrasi (abrasive) atau mudah tergores (scratching). Skala
kekerasan mineral mulai dari yang terlunak (skala 1) hingga yang terkeras (skala 10)
diajukan oleh Mohs dan dikenal sebagai Skala Kekerasan Mohs.
e) Kilap (luster)
Kilap adalah kenampakan atau kualitas pantulan cahaya dari permukaan suatu mineral.
Kilap pada mineral ada 2 (dua) jenis, yaitu kilap logam dan kilap non Logam. Kilap
non-logam antara lain : kilap mutiara, kilap gelas, kilap sutera, kelap resin, dan kilap
tanah. Galena, pirit dan magnetit adalah contoh mineral yang sangat baik dengan kilap
logam atau metalik, kromit, magnetit, dan bornit, memiliki kilap submetalik. Kuarsa,
kalsit, dan fluorit adalah mineral umum yang memiliki kilau vitreous atau kilap kaca.
Banyak sampel mineral permata, seperti berlian, zamrud, ruby, dan safir, memiliki
kilau adamantin yang membantu memberi mereka daya tarik visual. Silky lustre atau
kilap sutera adalah karakteristik mineral yang biasanya berserat yang terdiri dari
agregat berserat paralel. Serat paralel memantulkan cahaya dengan cara yang
mengingatkan pada sutra.
Gambar Jenis Pecahan Mineral: A. Irregular Fracture; B. Splintery
Fracture; C. Conchoidal Fracture; D. Hackly Fracture

f) Goresan pada bidang (streak)


Warna mineral dalam bentuk bubuk disebut goresan atau cerat, sering berguna untuk
menentukan identifikasi. Cerat mineral diperoleh dengan menggosokkannya pada
pelat gores (sepotong porselen tanpa glasir) dan mengamati warna yang
ditinggalkannya. Warna mineral dapat bervariasi dari berbagai sampel, tetapi
ceratnya biasanya berwarna konsisten. Tidak semua mineral menghasilkan cerat ketika
digosokkan pada pelat goresan. Kuarsa, misalnya, lebih sulit daripada lempeng
goresan porselen, sehingga tidak meninggalkan cerat. Streak atau cerat juga dapat
membantu membedakan antara mineral dengan kilap logam dan mineral dengan kilap
non logam. Mineral logam umumnya memiliki cerat gelap, sedangkan mineral dengan
kilau bukan logam biasanya memiliki cerat berwarna terang.

Tabel Skala Relatif Mineral (Noor, 2012)


Sifat Kimia Mineral
Berdasarkan senyawa kimiawinya, mineral dapat dikelompokkan menjadi mineral Silikat
dan mineral Non-silikat. Beberapa jenis mineral yang terlibat dalam pembentukan batuan.
Mineral-mineral tersebut dinamakan “Mineral pembentuk batuan”, atau “Rock-forming
minerals”, yang merupakan penyusun utama batuan dari kerak dan mantel Bumi.
a) Mineral Silikat
Hampir 90 % mineral pembentuk batuan adalah dari kelompok ini, yang
merupakan persenyawaan antara silikon dan oksigen dengan beberapa unsur
metal. Silikat merupakan bagian utama yang membentuk batuan baik itu sedimen,
batuan beku maupun batuan metamorf. Silikat pembentuk batuan yang umum
dibagi menjadi dua kelompok, yaitu kelompok ferromagnesium dan non-
ferromagnesium. Mineral ferromagnesium, umumnya mempunyai warna gelap
atau hitam dan berat jenis yang besar. Mineral tersebut terdiri dari: Olivin, Augit,
Hornblende, Biotit.
Mineral non-ferromagnesium, umumnya mempunyai warna terang atau putih dan
berat jenis yang kecil. Mineral tersebut terdiri dari: Muskovit, Felspar, Orthoklas,
Kuarsa
b) Mineral oksida
Terbentuk sebagai akibat perseyawaan langsung antara oksigen dan unsur
tertentu. Susunannya lebih sederhana dibanding silikat. Unsur yang paling utama
dalam oksida adalah besi, krom, mangan, timah dan aluminium. Beberapa mineral
oksida yang paling umum adalah “es”.
c) Mineral Sulfida
Merupakan mineral hasil persenyawaan langsung antara unsur tertentu dengan
sulfur (belerang), seperti besi, perak, tembaga, timbal, seng dan merkuri.
Beberapa dari mineral sulfida ini terdapat sebagai bahan yang mempunyai nilai
ekonomis, atau bijih, seperti pyrit (FeS3), chalcocite (Cu2S), galena (PbS), dan
sphalerit (ZnS).
d) Mineral-mineral Karbonat dan Sulfat.
Merupakan persenyawaan dengan ion (CO3)2, dan disebut karbonat, umpamanya
persenyawaan dengan Ca dinamakan kalsium karbonat, CaCO2 dikenal sebagai
mineral kalsit. Mineral ini merupakan susunan utama yang membentuk batuan
sedimen.
Gambar Kelompok Mineral silikat (Noor, 2012)

Anda mungkin juga menyukai