Anda di halaman 1dari 11

ANALISIS STAND-UP TIME MENGGUNAKAN METODE ROCK MASS

RATING PADA LUBANG TAMBANG PT. ALLIED INDO COAL JAYA


KEC. TALAWI, KOTA SAWAHLUNTO,
PROVINSI SUMATERA BARAT

Dewi Puspita1, Rusnoviandi2 dan Riam Marlina3

Jurusan Teknik Pertambangan, Sekolah Tinggi Teknologi Industri Padang


Jurusan Teknik Pertambangan, Universitas Negeri Padang
Email. Dewipuspita497@gmail.com

Abstrak
PT. AICJ terletak di kecamatan talawi, kota sawahlunto, provinsi sumatera barat. Masalah
yang sering terjadi pada tambang bawah tanah adalah terjadi amrukan pada lubang tambang salah
satu faktor terdapatnya rekahan dan adanya jatuhan batuan dari atap terowongan. Teknik
pengumpulan data menggunakan observasi lapangan dan uji laboratorium dengan tujuan
menganalisis stand-up time dan faktor keamanan lubang tambang. Metode yang dipakai dalam
pengolahan data yaitu klasifikasi massa batuan dari Bieniawski 1989 yaitu Rock Mass Rating
(RMR) yang terdiri dari 5 parameter utama dan 1 parameter pengontrol. Finite elemen diketahui
dengan menggunakan perangkat lunak phase 2 yang terdiri dari Displacement horizontal,
displacement vertical, total displacement, dan strength factor. Dari Hasil analisis stand-up time
didapatkan jarak antara penyangga, dan lamanya batuan bertahan. Batubara dengan RMR 61,
setelah di plot pada grafik stand-up time didapatkan waktu bertahan terowongan selama 1500 jam
atau 3 bulan dengan span 8 m. Batupasir memiliki RMR 64, setelah di plot pada grafik stand-up
time didapatkan waktu bertahan terowongan selama 2400 jam atau 7 bulan dengan span 8,4 m.
Setelah di olah menggunakan sotware phase 2 maka dapat disimpulkan bahwa stand-up time
selama 2400 jam atau 7 bulan dengan span 8,4 m, serta nilai faktor keamanan sebesar 1,04 dapat
dikategorikan aman.
Abstract
PT. AICJ is located in Talawi sub-district, Sawahlunto city, West Sumatra province. The problem
that often occurs in underground mines is that there is a collision in the mine pit one of the factors
is the presence of fractures and the falling rocks from the roof of the tunnel. Data collection
techniques using field observations and laboratory tests with the aim of analyzing stand-up time
and mine hole safety factors. The method used in data processing is rock mass classification from
Bieniawski 1989 which is Rock Mass Rating (RMR) which consists of 5 main parameters and 1
controller parameter. Finite elements are known by using phase 2 software consisting of
horizontal displacement, vertical displacement, total displacement, and strength factor. The
results of the stand-up time analysis showed the distance between the buffer, and the length of
rock last. Coal with RMR 61, after plotting on the stand-up time graph, the tunnel survival time is
1500 hours or 3 months with an span of 8 m. Sandstones have RMR 64, after being plotted on a
stand-up time graph, the tunnel survival time is 2400 hours or 7 months with an span of 8.4 m.
After processing using Phase 2 software, it can be concluded that the stand-up time is 2400 hours
or 7 months with a span of 8.4 m, and a safety factor of 1.04 can be categorized as safe.
Keywords: Stand-Up Time, Rock Mass Rating, Safety Factors, Displacement, And Strength
Factors.

1. PENDAHULUAN instalasi untuk penyangga, jarak antara


PT. Allied Indo Coal Jaya merupakan penyangga dan lamanya batuan untuk
salah satu perusahaan yang bergerak di bertahan. Lamanya batuan untuk bertahan
bidang pertambangan batubara, dengan dapat diketahui dalam hari, minggu, bulan,
menggunakan 2 metode penambangan yaitu atau tahun (Adinata & Murad, 2017).
tambang terbuka dan tambang bawah tanah. PT. Allied Indo Coal Jaya
Pada tambang terbuka kegiatan mengalami kendala dalam menentukan
penambangannya menggunakan metode waktu yang tepat dalam penggantian
Open Cut-backfiling dan metode penyangga pada tambang bawah tanah,
penambangan bawah tanahnya karena belum pernah dilakukan penelitian
menggunakan Long Wall dan Room And pada lubang tambang PT.AICJ tunnel O4
Pillar. Peneliti akan melakukan penelitian dengan empiris menggunakan metode Rock
pada tambang bawah tanah. Mass Rating (RMR) untuk mengetahui
Pada dasarnya struktur geologi Stand-up Time dan faktor keamanan pada
merupakan salah satu faktor yang sangat lubang tambang, terdapatnya kekar berupa
mempengaruhi ambrukan di dalam lubang rekahan-rekahan pada dinding terowongan
bukaan tambang (Sutanti dan Pawitra, 2016). yang menjadi pemicu terjadinya ambrukan
Salah satu resiko yang harus di hadapi pada dan adanya jatuhan batuan dari atap
tambang bawah tanah adalah resiko terowongan. Untuk faktor keamanan
subsidensi yang disebabkan kurangnya daya menggunakan bantuan perangkat lunak
dukung tanah yang diakibatkan oleh adanya phase 2 dan ditentukan dengan parameter-
penggalian di dalam massa batuan, untuk itu parameter dari massa batuan.
perlunya rancangan yang sangat matang Untuk itu penelitian ini sangat lah
untuk melakukan kegiatan penambangan penting untuk dilakukan untuk mengetahui
yang aman, mulai dari rencana pembuatan Stand-Up Time dan faktor keamanan pada
lubang bukaan hingga metode yang lubang tambang sebagai acuan dalam
digunakan dalam penggalian nantinya. Salah penggantian penyangga nantinya.
satu yang harus di perhatikan pada tambang
bawah tanah adalah faktor keamanan pada
lubang bukaan tambang.
Klasifikasi Rock Mass Rating telah
dikembangkan Bieniawski (pada tahun 1973,
1976, dan 1989). RMR Yang terdiri dari 5 2. METODOLOGI PENELITIAN
parameter utama dan 1 parameter pengontrol Jenis metode penelitian yang peneliti
diantaranya: kuat tekan batuan (UCS), Rock lakukan adalah penelitian terapan yaitu
Quality Designation (RQD), Jarak penyelidikan yang hati-hati, sistematik, dan
diskontinu/kekar, kondisi diskontinu/kekar, terus menerus terhadap suatu masalah
kondisi air tanah, dan koreksi bidang dengan tujuan untuk digunakan dengan
diskontinuitas. Metode RMR ini di gunakan segera untuk keperluan tertentu (M.Nasir,
dalam menentukan Stand-Up Time. 1988). Metode penelitian ini di pilih untuk
Sedangkan Stand-Up Time itu sendiri adalah mengetahui Stand-Up Time berdasarkan
kurva yang dapat menentukan kapan
RMR dan permodelan sistem penyangga 6. Koreksi dapat dilakukan bila diperlukan
dengan menggunakan software phase2. untuk orientasi diskontinuitas/kekar
2.1 Data dan Sumber Data Untuk menentukan bobot parameter
2.1.1 Data pengontrol pengaruh arah kemiringan atau
Data yang digunakan dalam penelitian ini jurus dan kemiringan kekar untuk
adalah data kuantitatif, yaitu jenis data yang penerowongan dan penggalian diperlukan
dapat diukur (measurable) atau dihitung beberapa ilustrasi.
secara langsung sebagai variabel angka atau Klasifikasi bidang kekar yang terdiri
bilangan. dari lima parameter yang terpenting dalam
1. Data primer menentukan nilai RMR sebagai berikut:
Data primer merupakan data yang 1. Panjang kekar (persistensi)
secara langsung didapatkan di lapangan 2. Pemisahan bukaan (Aperture)
dengan melalui pengamatan langsung 3. Kekasaran (Roughness)
dan pengujian laboratorium. 4. Isian (Gouge)
2. Data sekunder 5. Pelapukan (Weather)
Data sekunder merupakan data yang 3. HASIL DAN PEMBAHASAN
diperoleh dari data yang sudah ada 3.1 Pengumpulan Data Primer
sebelumnya di perusahaan 3.1.1 Data Kekar
2.1.2 Sumber Data Data yang dikumpulkan dilapangan
Sumber data dalam penelitian adalah subyek berupa pengukuran data kekar yang di ukur
dari mana data dapat diperoleh. Dalam pada scanline sepanjang 10 meter dengan
penelitian ini peneliti mendapatkan data dari menggunakan meteran. Yang terdiri dari:
pengamatan langsung di lapangan, serta 1. Panjang kekar
melakukan pengujian laboratorium untuk 2. Jarak antara kekar
pengujian kuat tekan dan kuat geser, dimana 3. Bukaan kekar
contoh batuan itu nantinya dijadikan sebagai 4. Strike dan dip
data primer dalam penyelesaian penelitian. 5. Dimensi terowongan
Kondisi kekar batubara
2.2 Teknik Pengolahan Data
2.2.1 Rock mass rating (RMR)
Sistem Rock Mass Rating (RMR),
atau sering juga dikenal sebagai
Geomechanics Classification telah
dimodifikasi berulang kali begitu informasi
baru dari studi-studi kasus diperoleh dan Kondisi kekar batu pasir
menjadikannya sesuai dengan International
Standard dan prosedur. RMR terdiri dari 5
parameter utama (butir I s/d 5) dan I
parameter pengontrol (butir 6) untuk
membagi massa batuan.
1. Kuat Tekan Batuan utuh (UCS)
2. Rock Quality Designation (RQD)
3. Jarak diskontinu/kekar 3.1.2 Data Uji Kuat Tekan
4. Kondisi diskontinu/kekar Data yang didapatkan dari pengujian
5. Kondisi air tanah laboratorium adalah data uji kuat tekan
batuan menggunakan alat pengujian Point masing sampel sebanyak 3 (tiga) sampel
Load Index (PLI). Sampel yang digunakan untuk setiap jenis batuan, untuk daftar
berupa sampel batuan yang terdiri dari 2 sampel beserta ukurannya dapat dilihat di
(dua) jenis batuan yaitu batubara dan tabel 4.3.
batupasir. Dari setiap batuan terdiri dari 3 Tabel 4.5 Sampel Batuan Beserta
(tiga) sampel batuan. Sampel batubara Ukurannya
diambil di dalam lubang tambang bawah No Sampe d W1 W2 W D/ D
. l (cm (cm (cm (cm W (cm
tanah PT AICJ 04 tepatnya di front kerja, ) ) ) ) (cm )
sedangkan batupasir diambil di sekitar )
lereng lubang tambang bawah tanah PT 1 B1 4,05 2,8 2,8 2,8 1,39 3,90
2 B2 4,25 3,2 3,2 3,2 1,28 4,10
AICJ O4 sehingga jumlah sampel yang
3 B3 4,05 2,9 2,9 2,9 1,31 3,80
digunakan secara keseluruhan sebanyak 6 4 P1 4,10 3,1 3,1 3,1 1,30 4,05
sampel dari 2 (dua) jenis batuan kemudian 5 P2 4,00 3,0 3,0 3,0 1,32 3,98
masing-masing sampel dipotong dan 6 P3 3,85 3,1 3,1 3,1 1,20 3,75
dirapikan secara manual menggunakan
gerinda listrik. Dengan ketentuan pada Dari data di atas dapat diketahui bahwa
gambar dan menghasilkan sampel batuan B merupakan sampel batubara, P
dengan ukuran yang tidak teratur (irregular). merupakan sampel batupasir, d merupakan
Berikut adalah proses pengujian kuat tekan diameter sampel batuan, W1 merupakan
menggunakan alat uji Point Load Index lebar sampel bagian bawah, W2 merupakan
(PLI). lebar sampel atas, W merupakan rata-rata
Sampel Batubara lebar sampel, D/W merupakan luas sampel
sedangkan d merupakan jarak antara konus
atas dan konus bawah pada alat PLI.
Untuk menentukan faktor koreksi (F)
Sampel Batu Pasir digunakan persamaan Greminger (1982)
yang dapat dilihat pada rumus 2.6, setelah
faktor koreksi didapatkan, lalu dimasukan ke
persamaan Point Load Index menggunakan
3.2 Pengolahan Data rumus yang terdapat pada 2.2. Setelah nilai
Pengolahaan data dalam penelitian ini Point Load Index didapat kan, selanjutnya
menggunakan klasifikasi massa batuan dari dicari nilai kuat tekan batuan berdasarkan
Bieniawski yang dikenal dengan metode nilai Unconfined Compressive Strength
Rock Mass Rating (RMR) dan metode Finite (UCS), dengan menggunakan persamaan 2.4
Elemen atau metode elemen hngga dengan (Lampiran 2). Berdasarkan pengolahan data
bantuan software phase 2. yang telah dilakukan nilai UCS rata-rata dari
ke 3 jenis sampel batuan sebagai berikut:
3.2.1 Rock Mass Rating (RMR) Tabel 4.6 Nilai UCS Sampel Batuan
1. Uji Kuat Tekan Batuan Point Load N Samp Fakto Poi UCS Rata – UCS Rata
o. el r n (Kg/c Rata (Mp -rata
Index (PLI) Korek Loa m²) (Kg/c a) (Mp
Uji kuat tekan batuan dilakukan si d m²) a)
(F) Inde
menggunakan alat Point Load Index, x
pengujian ini dibutuhkan untuk menentukan (Is)
1 B1 0,322 0,21 4,869 0,47
kualitas dari massa batuan tersebut. Dalam 1 4,982 7 0,48
pengujian ini disiapkan 2 (Dua) sampel 2 B2 0,329 0,21 4,951 0,48 8
5 5
diantaranya batubara, dan batupasir, masing- 3 B3 0,322 0,22 5,128 0,50
2 2 persistensi, aperture, jarak antara kekar pada
4 P1 0,324 0,49 11,358 1,11
3 12,615 3 1,23 singkapan batuan dengan membuat garis
5 P2 0,320 0,56 13,009 1,27 6 lurus yang dibentang (scanline) pada daerah
5 4
6 P3 0,317 0,58 13,480 1,32 penelitian. Dalam menentukan nilai RQD
6 2 1 berdasarkan data kekar sepanjang scanline
yang telah ditentukan dapat digunakan
Dari nilai rata-rata UCS yang sudah persamaan Priest & Hudson (1976) seperti
didapatkan, nilai UCS dari batubara sebesar terlihat pada rumus 2.1.
4,982 kg/cm² atau sebesar 0,488 Mpa dan Panjang scanline yang dibentang
batupasir sebesar 12,615 kg/cm² atau sebesar pada penelitian ini sepanjang 10 meter untuk
1,236 Mpa. Berdasarkan tabel pembobotan tiap jenis batuan pada lubang tambang
batubara mempunyai bobot 0 (nol) dengan bawah tanah di PT. AICJ 04 dan sekitar
deskripsi batuan sangat lemah sekali lubang tambang bawah tanah PT. AICJ 04 .
(extremelyweak), sedangkan batupasir Berikut adalah tabel hasil perhitungan nilai
mempunyai bobot 1 (satu) dengan deskripsi RQD pada lubang tambang bawah tanah PT.
batuan sangat lemah (very weak). AICJ 04
(Lampiran II).
Tabel 4.7 Kekuatan Material Batuan Utuh
Deskripsi UCS PLI (Mpa) Bobot Tabel 4.8 Kualitas dan bobot batuan berdasarkan
kuanlitatif (Mpa) nilai RQD
Sangat kuat >250 >10 15 Meteran Jenis Jumlah RQD Rata-
sekali batuan kekar (%) rata
(exceptionally ( %)
strong)
1. 3 96,30
Sangat kuat 100- 4-10 12
2. 2 98,25
(very strong) 250
3. 1 99,53
Kuat (strong) 50-100 2-4 7
4. 1 99,53
Sedang 25-50 1-2 4 BatuBara 1
5. 99,53 98,964
(everage)
6. 2 98,25
Lemah (weak) 5-25 Penggunaan 2
7. 2 98,25
Sangat lemah 1-5 UCS lebih 1
dilanjutkan 8. 0 100
(very weak)
9. 0 100
Sangat lemah <1 0
sekali 10. 0 100
(extremely 1 0 100
weak) 2 2 98,25
3 1 99,53
4 0 100
5 BatuPasir 0 100
2. Rock Quality Designation (RQD) 6 0 100 99,778
Rock Quality Designation (RQD) 7 0 100
merupakan parameter yang dikembangkan 8 0 100
oleh Deree yang dapat menunjukkan kualitas 9 0 100
massa batuan sebelum dilakukan penggalian. 10 0 100
Data yang diperoleh dari pengoboran
a. Rock Quality Designation (RQD) untuk
eksplorasi dalam bentuk inti bor yang
Batubara
merupakan wakil massa batuan berbentuk
Untuk bobot RQD batubara dapat dilihat
silinder. Apabila inti bor tidak tersedia RQD
pada tabel berikut ini:
dapat dihitung secara tidak langsung dengan
melakukan pengukuran data kekar baik
Tabel 4.9 Kualitas Dan Bobot Batubara 1 1-2 5 cm
Berdasarkan Nilai RQD 2 2-3 7 cm
RQD (%) Kualitas Bobot 3 3-4 15 cm 9,
Batubara 67 cm
4 4-5 20 cm
<25 Sangat jelek 3
25 – 50 Jelek 8 5 5-6 6 cm
50 – 75 Sedang 13 6 6-7 3 cm
75 – 90 Baik 17 7 7-8 5 cm
90 – 100 Sangat baik 20 8 8-9 8 cm
9 9-10 10 cm
b. Rock Quality Designation (RQD) untuk 10 10-11 25 cm
Batu Pasir
11 11-12 12 cm
Untuk bobot RQD batulanau dapat Tabel 4.12 Bobot
dilihat pada tabel berikut ini: Jarak Antar Kekar
Tabel 4.10 Kualitas Dan Bobot Batupasir Deskripsi Spasi Bobot
Berdasarkan Nilai RQD Kekar
RQD (%) Kualitas Bobot (m)
Batubara Sangat lebar >2 20
<25 Sangat jelek 3 (very wide)
25 – 50 Jelek 8
Lebar 0,6-2 15
50 – 75 Sedang 13
75 – 90 Baik 17 (wide)
90 – 100 Sangat baik 20 Sedang 0,2-0,6 10
(moderate)
Dari nilai RQD dapat menentukan Rapat 0,06-0,2 8
kualitas dari massa batuan, yang dapat (close)
dilihat dari banyaknya diskontiunitas pada Sangat rapat <0,06 5
tiap satu meter dari scanline. Semakin tinggi (very close)
kualitas massa batuan maka semakin baik
kualitas massa batuan tersebut. 2. Jarak kekar Untuk batuPasir

3. Jarak Antara Kekar (Spacing Of Tabel 4.13 Jarak


Discontinuitas) Kekar Untuk Batupasir
Jarak antara kekar didefinisikan No Kekar Jarak Rata-
sebagai jarak tegak lurus antara dua kekar (cm) rata
berurutan sepanjang garis pengukuran yang (cm)
dibuat dan dapat dihitung secara langsung di 1 1-2 20 cm 40 cm
lapangan. Berdasarkan pengukuran 2 2-3 100 cm
dilapangan menggunakan alat ukur berupa
meteran, maka didapatkan data jarak antara Tabel 4.14 Bobot Jarak Antar
kekar seperti tabel berikut ini: Kekar
1. Jarak Kekar Untuk Batubara Deskripsi Spasi Bobot
Tabel 4.11 Jarak Kekar
Kekar Untuk Batubara (m)
No Kekar Jarak Rata- Sangat lebar >2 20
(cm) rata (very wide)
(cm)
Lebar (wide) 0,6-2 15
Sedang 0,2-0,6 10
(moderate)
Rapat (close) 0,06-0,2 8
Sangat rapat <0,06 5
(very close)

4. Kondisi Kekar (Condition of


discontinuities)
Ada lima karakteristik kekar
yang masuk dalam pengertian kondisi 5. Kondisi Air Tanah
kekar, meliputi kemenerusan
(persistence), jarak antara permukaan Debit aliran air tanah atau
kekar atau celah (separation / gauge), tekanan air tanah akan mempengaruhi
dan tingkat kelapukan (weathering). kekuatan massa batuan. Berdasarkan
Berdasarkan pengukuran di lapangan pengamatan langsung di lapangan dapat
didapatkan pengukuran sebagai disimpulkan bahwa kondisi air tanah
berikut: termasuk kondisi kering. Maka dari itu dapat
1. Kondisi kekar Batubara dilihat dari tabel kondisi air tanah sebagai
Tabel 4.15 Kondisi kekar di lapangan berikut ini:
untuk batubara Tabel 4.19 Kondisi Air Tanah (Bieniawski
, 1989)
Kondisi Kering Lemb Bas Terdap Terda
umum (comple ab ah at pat
tely dry) tetesan aliran
air air
(drippi (flowi
ng) ng)
Debit air
tiap 10
m Tidak <10 10- 25-125 >125
panjang ada 25
terowon
gan
Berikut adalah tabel pembobotan untuk
(liter/me
kondisi kekar batubara di lapangan: nit)
Tekanan
air pada
kekar /
teganga 0 <0,1 0,1- 0,1-0,2 >0,5
n 0,2
Tabel 4.16 total bobot kekar batu pasir principal
mayor
Rating 15 10 7 4 0

6. Orientasi Kekar (Orientation of


discontinuities)
Orientasi kekar merupakan arah
dan kemiringan kekar yang didapat
berdasarkan hasil pengukuran di lapangan
dapat dilihat pada tabel berikut ini:
1. Orientasi kekar Batubara
Tabel 4.20 Nilai Strike dan Dip
batubara
N0 Strike (°) Dip (°)
1 234 75
2 265 70 Tabel 4.22 Peubah Bobot Orientasi Kekar
3 266 65
4 250 85
5 200 56
6 190 45
7 201 57
8 295 55
9 205 58 Tabel 4.23 Total Bobot 6 Parameter RMR
10 295 58 untuk batubara
11. 300 63
N Parameter Bobot Total
12 122 85
o Bobot
Dari hasil pengukuran orientasi kekar 1 UCS 0
di lapangan kemudian di analisa 2 RQD 20
menggunakan diagram Rosette pada 3 Jarak Antara 8 61
software Streonet, kemudian dapat Kekar
dilihat pengolahan seperti gambar 4 Kondisi kekar 20
dibawah ini: 5 Kondisi air tanah 15
6 Orientasi kekar -2

2. Orientasi kekar BatuPasir


Tabel 4.24 Nilai
Strike dan Dip Batupasir
No Strike (°) Dip (°)
1. 310 45
2. 300 34
3. 315 47

Dari hasil pengukuran


orientasi kekar di lapangan
Gambar 4.2 Hasil Diagram Rosette Untuk kemudian di analisa menggunakan
Batubara PT.AICJ 04 diagram Rosette pada software
Streonet, kemudian dapat dilihat
pengolahan seperti gambar
dibawah ini:
Tabel 4.21 Pengaruh Orientasi Kekar
Dalam Pembuatan Terowongan dan
Penggalian
Elemen hingga (finite element) dapat
diketahui dengan menggunkan perangkat
lunak phase 2 dengan memasukan
parameter-parameter antara lain, dimensi
lubang tambang PT. AICJ 04, nilai kohesi
dan sudut geser dalam.

Tabel 4.28 data dimensi terowongan


lubang tambang PT. AICJ O4
Lebar Lebar Tinggi
atas bawah
Gambar 4.3 Hasil Diagram Rosette Untuk 280 390 300
Batupasir PT.AICJ 04

3.2.2 Stand-Up Time Berdasarkan nilai RMR yang sudah


Penelitian ini dilakukan pada lubang didapatkan sebelumnya, maka dapat
tambang bawah tanah PT. AICJ 04 untuk ditentukan nilai kohesi dan sudut geser
mengetahui stand-up time dengan dalam dengan menggunakan Tabel kelas
memasukan bobot total RMR. Dari hasil massa batuan menurut bobot total.
RMR yang didapatkan 61 untuk sampel Tabel 4.29 Kelas Massa Batuan Menurut
batubara dan 64 untuk sampel sandstone dari Bobot Total
nilai tersebut akan di plotkan kedalam kurva Untuk Dua Jenis Batuan
stand up time dengan jarak terjauh Kelas 100 80- 60- 40- <20
penyangga pada lokasi PT. AICJ 04 adalah 2 -81 61 41 21
meter. No. I II III IV V
Kelas
Bat Bat Bat Bat Bat
Descri uan uan uan uan uan
ption san Bai sed Bur san
gat k ang uk gat
bai bur
k uk

Tabel 4.30 Arti Kelas Massa


Batuan Untuk Dua Jenis Batuan
Kelas I II III IV V
Stand 20 1 th- 1 10 30
Up th-15 10 m mg- jam- menit-
Time m span 5m 2,5 1m
span span m span
span
C >400 300- 200- 100- <100
(KPa) 400 300 200
θ >45° 35°- 25°- 15°- <15°
45° 35° 25°
3.2.3 Elemen Hingga (Finite Element)
Berikut ini merupakan hasil dari pengolahan
data menggunakan software phase 2:

gambar 4.10 Strength Factor

Gambar 4.6 Bentuk Lubang PT. AICJ O4


1. KESIMPULAN
1. Berdasarkan nilai RMR yang sudah
didapatkan kelas massa batuan
untuk batupasir dan batubara berada
pada kelas II (dua) dengan
deskrisipsi batuan baik
2. Dari analisis stand-up time,
Batubara memiliki RMR 61, setelah
Gambar 4.7 Horizontal displacement itu di plot pada grafik Stand-Up
Time, didapatkan waktu bertahan
terowongan selama 1500 jam atau 3
bulan dengan span 8 m. Batupasir
memiliki RMR 64, setelah itu di
plot pada grafik Stand-Up Time
maka didapatkan waktu bertahan
terowongan selama 2400 jam atau 7
bulan dengan span 8,4 m. Setelah
diolah menggunakan software phase
Gambar 4.8 Vertical displacement 2 maka dapat disimpulkan bahwa
dengan stand-up time selama, serta
nilai faktor keamanan sebesar 1,04
dapat dikategorikan aman.

DAFTAR PUSTAKA

Adinata, Refky dan Murad.2017. Stand-Up


Time In Tunnel Base On Rock Mass
Gambar 4.9 Total displacement Rating Bieniawski 1989. Padang:
American Institute of physics (AIP).
Alfathoni Rizky, dkk, 2017. Evaluasi Teknis
Sistem Penyanggaan Menggunakan
Metode Rock Mass Rating (RMR)
System pada Development Area
(CKN_DC) Tambang Emas Bawah
Tanah PT. Cibaliung Sumberdaya.
Arif, irwandi, Geoteknik Tambang, PT.
Gramedia Pustaka Utama, Jakarta,
2016.
Fernando L. Tobing, Recky, dkk, Analisi
Kestabilan Lubang Bukaan Dan
Pillar dalam rencana pembuatan
tambang bawah tanah batu gamping
dengan metode room and Pillar di
desa sidorejo kecamatan lendahKAB.
Kulonprogo Daerah Istimewa
Yogyakarta.
Firaz, Muh. Fathin, dkk, 2015, Analisis
Kestabilan Lubang Bukaan Tambang
Bawah Tanah Menggunakan Metode
Elemen Hingga. Yogyakarta: UPN
Made Astawa Ray. Dkk, 2011,Mekanika
Batuan, Institut Teknologi Bandung,
Bandung, 2011.
Riko Ervil, dkk, Buku Panduan Penulisan
dan Ujian Skripsi, Sekolah Tinggi
Teknologi Industri (STTIND)
Padang, 2016

Anda mungkin juga menyukai