SUMATERA UTARA
I. LATAR BELAKANG
material. Terlebih lagi pada bahan galian berupa mineral yang memiliki
berbahaya apabila terhirup langsung oleh makhluk hidup , oleh karena itu
sampai gas tersebut hilang dalam jangka waktu tertentu . Oleh karena itu ,
kondisi Zero Oxygen Balance , yang artinya gas hasil peledakkan tidak
pertambangan emas yang sudah cukup lama beroperasi , bila tanah yang
mengandung mineral pirit terkena udara dan air , maka dapat berpotensi
1
menimbulkan kebakaran , selain itu dapat menyebabkan terbentuknya
sulfat. Hal ini memiliki konsekuensi serius bagi bahan peledak tertentu
Resources Martabe ?
2
IV. MANFAAT PENELITIAN
1. Bagi Mahasiswa
3. Bagi Perusahaan
V. METODOLOGI PENELITIAN
1. Studi Literatur
3
2. Pengambilan Data
Data yang diperoleh dari penelitian ini yaitu data primer dan data
sekunder. Data primer adalah data yang diambil secara langsung melalui
3. Pengolahan Data
4
Studi Literatur
Pengumpulan Data
Data Primer
Data Sekunder
- Hasil pengukuran gas
(menggunakan Gas Detector - Peta topografi
dan Drone)
- Geometri peledakan rencana
- Geometri peledakan aktual
- Komposisi bahan peledak
- Kondisi lingkungan dan cuaca
sebelum dan setelah
Gambar 5.1.
5
VI. LOKASI PENELITIAN
6
VII. WAKTU PELAKSANAAN
1 Studi literatur
2 Orientasi lapangan
3 Pengambilan data
4 Pengolahan data
5 Analisis data
Kesimpulan dan
6
rekomendasi
pada suatu massa batuan untuk selanjutnya diisi oleh bahan peledak yang
7
untuk memecah batuan yang sudah tidak mampu digali secara langsung oleh
yang tidak dapat dikendalikan (uncontrollable variable) dan faktor rancangan yang
Gambar 8.1
8
8.2.1 Faktor – Faktor Yang Tidak Dapat Dikendalikan
dikendalikan oleh kemampuan manusia. Yang termasuk faktor – faktor ini adalah
karakteristik massa batuan, struktur geologi, pengaruh air tanah dan kondisi cuaca.
serta kuat tekan dan kuat tarik batuan yang akan diledakkan.
B. Kekerasan Batuan
lapisan yang akan digores oleh bagian lain yang lebih keras. Kekerasan dipakai
untuk mengukur sifat-sifat teknis dari material batuan dan dapat juga dipakai
untuk menyatakan kerusakan pada batuan. Prinsip utama pada kekerasan batuan
adalah ketahanan yang harus diatasi selama pengeboran, karena sekali bit bisa
9
Tabel 8.1
C.Kekuatan Batuan
kerusakan terhadap gaya luar, baik itu kekuatan statik maupun dinamik.
kuat tekan batuan menjadi kriteria penting didalam memilih jenis dan
energi yang rendah pada batuan yang memiliki nilai kuat tekan yang tinggi
batuan. Semakin tinggi nilai dari kuat tekan dan kuat tarik dari batuan,
maka batuan tersebut akan semakin susah untuk dihancurkan (Brady &
10
D. Elastisitas Batuan
bentuk atau keadaan semula setelah gaya yang diberikan kepada batuan tersebut
regangan aksial pada kurva tegangan-regangan secara umum batuan memiliki sifat
Elastis Fragile yaitu batuan dapat dihancurkan apabila mengalami regangan yang
melewati batas elastisitasnya. Akan sulit bagi gas hasil peledakan menekan dan
meregangkan batuan apabila Modulus Young dari batuan tersebut tinggi, sehingga
tekanan gas minimal harus 5% lebih kecil dari Modulus Young untuk peledakan
E. Abrasivitas Batuan
mempengaruhi keausan (umur) dari mata bor dan batang bor yang digunakan
kepada mineral penyusun batuannya, kandungan kuarsa (SiO2) dari suatu batuan
dianggap dapat menjadi petunjuk untuk mengetahui tingkat abrasivitas dari suatu
batuan.
Distribusi dari tegangan yang dibebankan pada batuan akibat dari detonasi
11
normal, batuan yang bersifat keras mempunyai kecepatan rambat gelombang yang
fragmentasi yang baik dapat digunakan bahan peledak dengan kecepatan detonasi
G. Struktur Geologi
struktur rekahan (kekar) dan struktur perlapisan batuan. Adanya bidang diskontinu
ini dapat mempengaruhi distribusi energi ledakan (Gambar 8.2), radius pengaruh
Gambar 8.2
(Hustrulid, 1999)
12
Struktur perlapisan batuan juga mempengaruhi hasil peledakan, apabila
arah peledakan yang dibuat berlawanan dengan arah perlapisan, maka akan
menghasilkan fragmentasi yang lebih seragam dan kestabilan lereng yang lebih
baik bila dibandingkan dengan lubang ledak yang dibuat searah dengan bidang
backbreak akan sedikit, lantai jenjang tidak rata, tetapi fragmentasi hasil
peledakan akan seragam dan arah lemparan batuan tidak terlalu jauh.
perlapisan, maka kemungkinan yang terjadi adalah timbul backbreak lebih besar,
lantai jenjang rata, fragmentasi batuan tidak seragam dan batu akan terlempar jauh
massa batuan yang mempunyai bidang lemah paralel dengan muka jenjang
umumnya mempunyai hasil peledakan yang paling baik dari pada massa batuan
dengan orientasi lain (Gambar 8.3). Hal ini dikarenakan bidang bebas peledakan
yang sejajar dengan muka jenjang memberikan pantulan gelombang kejut yang
optimal sehingga energi yang terpakai untuk memecah batuan menjadi lebih
efisien. Dengan demikian dapat dihasilkan muka jenjang yang relatif rata
13
Gambar 8.3
(Hustrulid, 1999)
H. Cuaca
Apabila sistem inisiasi peledakan menggunakan metode listrik, adanya arus liar
I.Pengaruh Air
stabilitas kimia bahan peledak yang sudah diisikan kedalam lubang ledak terutama
bahan peledak ANFO (Gambar 8.4). Kerusakan sebagian isian bahan peledak
energi peledakan, atau bahkan isian akan gagal meledak (missfire). Untuk
terhadap air contohnya emulsion dan penggunaan linner atau plastik untuk bahan
14
Gambar 8.4
A. Geometri Pemboran
inisiasi akan tinggi dan pengisian bahan peledak, stemming akan lebih
15
sulit. Ketika diameter lubang ledak besar, pola pengeboran secara
Gambar 8.5
lubang ledak antara 100 – 200 dari bidang vertikal yang biasanya
16
Tabel 8.2
Keuntungan Kerugian
Tabel 8.3
Keuntungan Kerugian
lebih panjang
17
3. Pola Pengeboran
menjadi dua macam, yaitu pola pengeboran sejajar (paralel pattern) dan
pengeboran dengan lubang ledak sejajar terhadap baris lubang ledak yang
i. Square pattern, pola ini besarnya jarak burden dan spasi sama
ii. Rectangular pattern, pola ini besarnya jarak spasi dalam satu baris
antar satu baris dengan baris yang lainnya tidak saling sejajar (Gambar
8.6).
Gambar 8.6
18
dengan S/B = 1,15 mempunyai cakupan energi yang paling optimal
Gambar 8.7
B. Geometri Peledakan
yang sesuai dengan ukuran alat peremuk, tanpa terdapat adanya bongkah,
kondisi jenjang yang lebih stabil, serta keamanan alat – alat mekanis dan
19
diterapkan untuk menentukan geometri peledakan adalah dengan metode
1. Burden (B)
Burden merupakan jarak tegak lurus terpendek antara lubang ledak yang
diisi bahan peledak dengan bidang bebas atau kearah mana batuan hasil
berikut :
2. Spasi (S)
S = 2 B ….....................................................................(8.2)
S = 1,4 B .......................................................................(8.3)
20
Dimana: S = Stemming
B = Burden
3. Stemming (T)
letaknya di atas kolom isian bahan peledak. Fungsi stemming adalah agar
gas hasil ledakan sehingga dapat menekan batuan dengan energi yang
(flying rock) dan pecahnya batuan akan menjadi kecil. Untuk penentuan
T = B ..........................................................................(8.4)
T = 0,7B .....................................................................(8.5)
lebih rendah dari lantai jenjang. Subdrilling diperlukan agar batuan dapat
meledak secara keseluruhan dan terbongkar tepat pada batas lantai jenjang,
21
sehingga tonjolan – tonjolan pada lantai jenjang dapat dihindari. Rumusan
J = Kj x B ...........................................................(8.6)
J = subdrilling (meter)
B = burden (meter)
diinginkan dan tinggi jenjang yang ada. Kedalaman lubang ledak tidak
(𝐿+𝐽)
H= ...................................................................(8.7)
𝑆𝑖𝑛 𝛼
J = Subdrill (m)
22
6. Panjang Kolom Isian (PC)
ledak yang akan diisi bahan peledak. Panjang kolom isisan dapat
PC = H – T .................................................................(8.8)
T = Stemming (m)
density adalah berat bahan peledak (lb) yang diisikan kedalam lubang
23
8. Powder Factor (PF)
E PC x de x n
PF = V = ..........................................(8.10)
V
9. Delay Time
menyediakan bidang bebas untuk baris berikutnya. Bila waktu tunda antar
baris terlalu pendek maka beban muatan pada baris depan menghalangi
terlalu lama, maka produk hasil bongkaran akan terlempar jauh ke depan
24
serta kemungkinan besar akan mengakibatkan flyrock. Hal ini dikarenakan
tidak ada dinding batuan yang berfungsi sebagai penahan lemparan batuan
antar baris dan hasil yang diberikan dapat dilihat dari Tabel 8.4.
tr = Tr x B ................................................................(8.11)
B = Burden (m)
Tabel 8.4
C. Pola Peledakan
ledak dalam satu baris dengan lubang ledak pada baris berikutnya ataupun
antara lubang ledak yang satu dengan lubang ledak lainnya. Pola
25
peledakan secara umum dibagi menjadi dua, yaitu berdasarkan urutan
1. V-Cut
pola peledakan yang arah runtuhan batuannya menuju ke salah satu titik
2. Box Cut
3. Corner Cut
pola peledakan yang arah runtuhan batuannya ke salah satu sudut dari
bidang bebasnya.
menjadi:
dengan waktu tunda antara lubang ledak yang satu dengan lubang ledak
yang lainnya.
dengan adanya waktu tunda antara lubang ledak dapat memberikan fragmentasi
yang baik dan kontrol terhadap flyrock, ground vibration, dan juga memberikan
26
waktu yang cukup bagi lubang sebelumnya untuk bergerak maju, untuk
Gambar 8.8
D. Bahan Peledak
27
bobot isi semakin besar energi peledakannya. Batuan masif sebaiknya
menggunakan bahan peledak dengan bobot isi dan kecepatan detonasi
tinggi, sedangkan untuk batuan yang banyak kekarnya berlaku
sebaliknya. Selain itu penentuan bobot isi bahan peledak juga sangat
penting terutama jika digunakan pada lubang ledak dengan kondisi
basah atau berair. Jika lubang berair maka diisi dengan bahan peledak
dengan bobot isi lebih dari bobot isi air agar bahan peledak tidak
mengapung.
b) Sensitivitas
Sensitivitas adalah ukuran kemudahan bahan peledak untuk
diinisiasi atau energi minimum yang dibutuhkan untuk meledakkan
suatu bahan peledak dan sering dinyatakan dalam Cap Sensitivity.
Sensitifitas suatu bahan peledak tergantung dari komposisi bahan
peledak, diameter bahan peledak, dan temperatur. Ada beberapa macam
kepekaan, diantaranya :
1) Sensitivity to shock, yaitu kepekaan bahan peledak terhadap
benturan.
2) Sensitivity to friction, yaitu kepekaan bahan peledak terhadap
gesekan.
3) Sensitivity to heat, yaitu kepekaan bahan peledak terhadap panas
(suhu).
4) Sensitivity to initiation, yaitu kepekaan bahan peledak terhadap
ledakan awal (initiator).
5) Sensitivity to cap, yaitu kepekaan suatu bahan peledak terhadap
adanya gelombang ledakan dari bahan peledak lain yang letaknya
berjauhan dari bahan peledak tersebut.
c) Ketahanan Terhadap Air
Ketahanan terhadap air merupakan parameter kemampuan suatu
bahan peledak berada dalam air dengan tidak merusak atau mengubah dan
mengurangi kepekaannya. Bahan peledak jenis Water Gell dan Emulsion
mempunyai ketahanan air yang sangat baik.
28
d) Stabilitas Kimia
Secara kimia bahan peledak tidak berubah bila dijaga pada
penyimpanan tertentu, namun demikian dapat dikatakan bahwa stabilitas
kimia akan berubah akibat beberapa hal. Beberapa faktor yang
mempengaruhi stabilitas kimia bahan peledak antara lain formula bahan
peledak, kelembaban dan temperatur ekstrim, kualitas bahan mentah,
kontaminasi, dan fasilitas gudang penyimpanan.
e) Karakteristik Gas Hasil Peledakan
Detonasi suatu bahan peledak komersial diharapkan
menghasilkan uap air (H2O), Karbon Dioksida (CO2), dan Nitrogen (N2).
Namun kadang-kadang muncul gas tambahan yang tidak diharapkan, yaitu
gas-gas beracun seperti Karbon Monoksida (CO) akibat neraca oksigen
negatif, dan Nitrogen Monoksida (NO) akibat neraca Oksigen positif.
Faktor-faktor yang dapat meningkatkan resiko terbentuknya
gas-gas beracun tersebut antara lain Priming, komposisi bahan peledak,
dan waktu penyalaan yang tidak tepat, munculnya air, kurangnya tekanan
pengurungan, dan adanya reaksi dengan batuan (bijih sulfida atau
karbonat).
8.3.1 Flyrock
Flyrock adalah lemparan batuan ke segala arah secara tidak terduga dari
kegiatan peledakan, hal tersebut dapat terjadi jika bahan peledak yang terdapat
didalam lubang ledak dalam keadaan berlebihan atau tidak terkurung dengan baik,
sehingga energi yang terbentuk dari gas yang bertekanan tinggi akan
melemparkan batuan yang telah hancur ke udara atau segala arah, dengan disertai
adanya airblast yang berlebihan.
29
peralatan yang terdapat di tambang atau lokasi pembangunan, oleh sebab itu
terdapat 2 zona untuk flyrock, yaitu zona normal dan zona yang melampaui batas.
Zona yang melampui batas adalah daerah di luar zona yang dilindungi,
dimana flyrock yang terjadi sudah tidak normal. Flyrock di area ini adalah hasil
dari pelaksanaan peledakan yang buruk atau terdapat kondisi geologi yang belum
diketahui , sehingga mendukung terjadinya pelemparan pecahan batuan pada jarak
yang besar.
8.3.2 Airblast
Airblast adalah gangguan dinamis terhadap udara karena gerakan fisik dari
permukaan batuan atau tanah. Hilangnya gas berkecepatan tinggi melalui rekahan,
zona lemah pada burden, perpindahan material stemming. Hasil tekanan merambat
melalui udara sebagai gelombang suara. Perambatan dipengaruhi oleh kondisi
atmosfir, permukaan tanah, dan vegetasi antara sumber dan penerimanya. Airblast
bisa dipantulkan dari bidang bebas, diuraikan pada sekeliling bidang bebas, dan
diuraikan ketika keadaan massa udara berubah. Oleh karena itu perambatan yang
terjadi sangat kompleks dan sulit untuk diprediksi.
30
dihasilkan dari peledakan akan bertebar dan menyebar ke semua arah sebagai
gelombang seismik dengan frekuensi yang berbeda-beda.
Getaran tanah terjadi pada daerah elastis (Elastis Zone). Di daerah ini
tegangan yang diterima material lebih kecil dari kekuatan material sehingga hanya
menyebabkan perubahan bentuk dan volume. Sesuai dengan sifat elastis material
maka bentuk dan volumenya akan kembali ke keadaan semula setelah tidak ada
tegangan yang bekerja.
31
harus diakui bahwa beberapa karbon monoksida dan beberapa nitrogen oksida
adalah hasil setiap peledakan dari bahan peledak atau blasting agents dan pada
kondisi itu penggunaan secara drastis akan mengubah tipe dari produksi gas.
AN FO
AN FO
AN FO
32
8.4.2 Kalkulasi Zero Oxygen Balance
Tabel 8.5
33
8.5 Pengukuran Gas Hasil Peledakan
Ditekankan bahwa beberapa gas beracun tidak berbau dan tidak berwarna. Tidak
adanya pengecekan asap setelah peledakan terjadi tidak ada jaminan bahawa tidak
terdapat tingkat berbahaya dari gas beracun. Jangan kembali pada daerah tanpa
memastikan tingkat berbahahaya dari fumes.
Tabel 8.6
Jenis-jens Warna Fumes
Level 0
No fume
34
Level 1
Fume
Level 2
Level 3
Level 4
Level 5
1. Lokasi
Lokasi internal untuk pemantauan pribadi
35
Tempat kerja eksternal termasuk tambang lainnya
Reseptor sensitif eksternal
2. Meteorologi
Kecepatan angin, mengukur kecepatan dan arah angin pada tiang
10m dengan waktu tunggu rata-rata 5 menit, dan sampel setiap 10
detik atau lebih pendek
Arah angin dan variabilitas
Curah hujan
Kondisi awan dan sinar matahari
Lapisan inversi
8.6. Angin
Angin merupakan aliran udara dalam jumlah yang besar yang timbul
akibat adanya rotasi bumi, perbedaan suhu dan perbedaan tekanan udara antara
dua tempat dengan kecepatan yang dinamis dan fluktatif. Atau bisa juga disebut
sebagai perpindahan massa udara dari satu tempat ke tempat lakinnya secara
horizontal atau hampir horizontal. Pengaruh perputaran bumi terhadap angin
disebut dengan pengaruh carioles (carioles effect). Efek ini menyebabkan angin
bergerak searah jarum jam mengitari daerah bertekanan rendah di belahan bumi
selatan sebaliknya bergerak berlawanan arah jarum jam mengitari daerah
bertekanan rendah di bumi utara. Angin memiliki arah dan kecepatan. Angin
mengikuti pola umum sirkulasi udara atau prevailing wind. Prevailing wind pada
daerah tropis disebut trade wind, pada daerah beriklim sedang westerlies wind dan
pada daerah kutub disebut polar wind.
36
8.6.1 Karakteristik angin
2. Posisinya
37
rah kutub. Sehingga kecepatan angin di dekat khatulistiwa lebih
cepat dari yang jauh dari garis khatulistiwa.
3. Tinggi tempat
4. Waktu
2. Pemanasan daratan
38
8.6.4 Alat Pengukur Kecepatan Angin
Alat pengukur kecepatan angin ada 3 macam , yaitu :
1.Anemometer
alat yang mengukur kecepatan angin. Alat-alat seperti ini biasanya ada
di bagian BMKG(Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika) untuk
menentukan cuaca maupun iklim. Atau juga bisa digunakan di daerah yang
direncanakan (mungkin tidaknya) untuk pemasangan pembangkit listrik
tenaga angin.
Sumber : www.ivytools.com
Gambar 8.9.
Anemometer
2.Wind vane
39
Sumber : www.sciencestruck.com
Gambar 8.10.
Windvane
3.Windsock
Sumber : www.windsocks.direct.com
Gambar 8.11.
Windsock
40
8.7. Drone DJI Phantom 4 Pro
Sekarang ini teknologi sudah semakin canggih , bahkan sekarang ada
pesawat nir pilot yang dinamakan drone yang membantu semua kebutuhan
manusia , mulai dari mengirim makanan,berfoto,pemetaan,pemadam
kebakaran,hingga mengintai musuh. Sebelumnya harus diketahui dahulu
langkah-langkah dalam mengoperasikan drone.
Sumber : www.dji.com
Gambar 8.12
Drone DJI Phantom 4 Pro
41
2. Menaikkan dan menurunkan Drone
Sumber : www.dji.com
Gambar 8.13.
42
3. Memutar Posisi Drone
sumber : www.dji.com
Gambar 8.14.
43
4. Menggerakan Drone kekiri dan kekanan
Sumber : www.dji.com
Gambar 8.15.
44
IX. PENUTUP
Demikian proposal Tugas Akhir ini saya ajukan. Besar harapan saya agar
penelitian Tugas Akhir ini dapat terlaksana dengan baik dan sebagaimana
mestinya sehingga dapat mencapai tujuan serta manfaat yang diharapkan. Atas
073001400019
bobysurya21@gmail.com
+6285780256168
45
X. DAFTAR PUSTAKA
Andrew, Scott. 1996. Open Pit Blast Design Analaysis and Optimation,
Julius Kruttschnitt Miineral Research Centre University of Queensland,
Queensland.
Ash, R.L. Design of Blasting Round, “Surface Mining”. B.A. Kennedy,
Editor.(1990). Society for Mining, Metallurgy, and Exploration, Inc. pp.
565-584.
Konya J.C and Walter J.E, 1990, Surface Blast Design, Seismological
Observatory John Carroll University, New Jersey.
Orica Pictorial Fume Scale, Internal document, Orica Mining Services Pty
Ltd, 8th March 2010.
46
47
48
49
50
51