Anda di halaman 1dari 14

TUGAS KE-2 TEKNIK TENAGA LISTRIK TB-C

Rafika Chatherina

(073001500112)

Rifqi Sukmoutomo

(073001400114)

Rully Naufal Falih

(073001400115)

Xena Nurraeni Anun C

(073001400116)

UNIVERSITAS TRISAKTI

FAKULTAS TEKNOLOGI KEBUMIAN DAN ENERGI


TEKNIK PERTAMBANGAN
2016

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat
dan karunia-Nya sehingga tersusunnya Tugas Kuliah TEKNIK TENAGA LISTRIK ini.
Tujuan dari penyusunan makalah kuliah ini yaitu untuk mendapatkan nilai di Semester 3 yang
diberikan

oleh

dosen

mata

kuliah TEKNIK

TENAGA LISTRIK

tahun

ajaran

2016/2017.Sekaligus agar dosen dapat mengetahui sejauh mana pengetahuan mahasiswa


mengenai materi perkuliahan.Tugas kuliah ini disusun berdasarkan materi yang telah
diperoleh selama mengikuti perkuliahan TEKNIK TENAGA LISTRIK.
Pada kesempatan ini penyusun juga menyampaikan ucapan terimakasih kepada:
1. Bapak Ir. Ishak Kasim, MT selaku dosen mata kuliah TEKNIK TENAGA LISTRIK
yang telah memberi banyak ilmu yang berarti.
2. Rekan mahasiswa dan semua pihak yang telah membantu selama penyusunan Tugas
TEKNIK TENAGA LISTRIK ini.
Dalam pembuatan makalah kuliah ini masih banyak kekurangannya untuk itu saya selaku
penulis mengharapkan kritik dan sarannya demi kebaikan kedepannya.
Akhirnya penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
penulis untuk menyusun catatan kuliah ini hingga selesai.

Jakarta, September 2016

Tim Penyusun

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

RANGKAIAN MAGNETAN
A. PRINSIP KEMAGNETAN

B. HUKUM MAXWELL I

C. HUKUM HOPIKNSON

11

D. ANALOGI ANTARA RANGKAIAN LISTRIK DAN RANGKAIAN MAGNET

11

DAFTAR PUSTAKA

13

BAB II
RANGKAIAN KEMAGNETAN

Dalam mempelajari rangkaian listrik perlu diketahui juga rangkaian magnet karena di
dalam kenyataannya banyak kita jumpai mesin-mesin listrik yang mengandung
rangkaian magnet, antara lain:

Generator listrik

Transformator

Sehingga di samping sifat-sifat kelistrikannya, perlu pula dipelajari sifat-sifat


kemagnetannya

A. PRINSIP KEMAGNETAN
Magnet yang kita lihat sehari-hari jika didekatkan dengan besi, maka besi akan menempel.
Magnet memiliki dua kutub, kutub utara dan kutub selatan. Magnet memiliki sifat pada
kutub berbeda saat didekatkan akan saling tarik menarik (utara selatan). Tapi jika kutub
berbeda didekatkan akan saling tolak-menolak (utara-utara atau selatan-selatan)

Sifat magnet saling tarik menarik, tolak -menolak

Batang magnet dibagian tengah antara kutub utara-kutub selatan, disebut bagian netral
gambar dibawah Bagian netral magnet artinya tidak memiliki kekuatan magnet. Magnet bisa
dalam ujud yang besar, sampai dalam ukuran terkecil sekalipun. Batang magnet panjang, jika
dipotong menjadi dua atau dipotong menjadi empat bagian akan membentuk kutub utaraselatan yang baru.

Untuk membuktikan bahwa daerah netral tidak memiliki kekuatan magnet. Ambil beberapa
sekrup besi, amatilah tampak sekrup besi akan menempel baik diujung kutub utara maupun
ujung kutub selatan Daerah netral dibagian tengah sekrup tidak akan menempel sama sekali,
dan sekrup akan terjatuh.

1. Magnet Permanent
Logam ini pada awalnya sukar untuk dijadikan magnet. Namun, jika logam ini telah menjadi
magnet maka kemagnetannya akan bertahan lama. Jenis magnet seperti ini disebut magnet
keras atau magnet permanen, misalnya magnet baja.

Magnet permanen adalah magnet yang sifat kemagnetannya sukar hilang. contohnya : baja
sulit untuk dibuat magnet, tetapi setelah menjadi magnet, sifat kemagnetannya juga sulit
untuk dihilangkan.

Magnet permanen banyak digunakan dalam loudspeaker (pengeras suara), alat ukur listrik,
pita kaset, dan disket.

Gambar: Contoh Pemakaian Magnet Tetap

2. Magnet Reumanent
Terdapat jenis bahan yang jika telah dijadikan magnet, sifat kemagnetannya tidak bertahan
lama. Magnet seperti ini disebut magnet lunak atau magnet sementara.
Magnet sementara adalah magnet yang sifatnya tidak tetap atau sementara.
Bahan seperti ini mudah dijadikan magnet, namun mudah pula hilang sifat
kemagnetannya, contoh bahannya adalah besi.

Perbedaan Antara Magnet Permanen dan Magnet Sementara

Magnet permanen dapat menjadi magnet dengan menempatkan mereka dalam medan
magnet. Mereka tidak kehilangan magnetisasinya tanpa medan magnet eksternal, atau
ketika medan magnet eksternal dimatikan. sedangkanmagnet sementara juga dapat
magnet dengan menempatkan material di dalam medan magnet. Ketika medan magnet
eksternal dimatikan, materi kehilangan magnetisasi nya.

Bahan magnet permanen disebut bahan feromagnetik keras. Sedangkan bahan


magnetik sementara adalah bahan feromagnetik atau paramagnetik lembut.

B. HUKUM MAXWELL I
Dalam memahami prinsip gelombang elektromagnet tidak bisa dilepaskan
keterkaitannya dengan persamaan Maxwell. Ada empat buah persamaan Maxwell yang harus
kita ketahui dalam memahami prinsip gelombang elektromagnet ini. Mari kita bahas satu
persatu

1. Persamaan Satu (Hukum Faraday)

Faraday melakukan percobaan terhadap suatu kawat yang dialiri oleh arus listrik, ternyata
kawat tersebut menghasilkan suatu induksi magnetik yang ditangkap oleh surface lingkaran
kawat di sebelahnya. Hal ini ditunjukan dengan adanya perbedaan tegangan yang tertangkap
pada Voltmeter di kawat dua. Arah induksi magnet ini berlawanan arah dengan aturan tangan
kanan sehingga dalam perumusannya ditambah tanda minus (-). Adapun secara matematis
dapat ditulis bahwa Integral tertutup dari suatu Kuat Medan Listrik (E) terhadap suatu
panjang kawat sama dengan minus dari Integral surface dari turunan parsial Induksi Magnet
(B) terhadap waktu (t) yaitu :
E.dl = (B/t).ds
Berdasar teorema Stokes : Integral tertutup dari suatu fungsi terhadap panjang sama dengan
Integral surface curl dari Fungsi tersebut terhadap waktu dengan suatu luasan tertentu yaitu :
F.dl = x F.ds
Maka dengan mengubah Hukum Faraday menggunakan Teorema Stokes didapatkan bahwa :
E.dl = x E.ds sehingga hukum faraday menjadi :

x E.ds = (B/t).ds, dengan menghilangkan integral dan ds menjadi :


x E = (B/t) > Hukum Maxwell Pertama

2. Persamaan Dua (Hukum Ampere)

Menurut Ampere bahwa disekitar medan magnet akan menimbulkan suatu arus listrik dimana
arah arus listriknya tersebut sesuai dengan aturan arah tangan kanan. Secara matematis dapat
dikatakan bahwa Integral tertutup dari suatu medan magnet (H) terhadap suatu panjang
sama dengan jumlah dari Rapat Arus (J) dengan turunan parsial Perpindahan Listrik (D)
terhadap waktu (t) yaitu :
H.dl = (J + D/t).ds
Berdasar teorema Stokes : Integral tertutup dari suatu fungsi terhadap panjang sama dengan
Integral surface curl dari Fungsi tersebut terhadap waktu dengan suatu luasan tertentu yaitu :
F.dl = x F.ds
Maka dengan menghubungkan Hukum Ampere dengan Teorema Stokes didapatkan hubungan
:
H.dl = x H.ds, sehingga persamaan Ampere menjadi :
x H.ds = (J + D/t).ds, dengan menghilangkan integral dan ds maka didapatlah
penurunannya menjadi :
H = (J +D/t) > Hukum Maxwell dua

3. Persamaan Tiga (Hukum Gauss Satu)

Hukum Gauss satu menyatakan bahwa jumlah perpindahan arus yang melewati suatu surface
itu sama dengan jumlah muatan yang ada. Secara matematis dapat dikatakan bahwa integral
tertutup dari perpindahan arus listrik terhadap luasan sama dengan jumlah muatan yang ada.
D.ds = Q
Dimana Q = q dV
Berdasar teorema Divergensi :
F.ds = . F.dV
Maka rumus Gauss satu diatas dapat diturunkan menjadi :
D.ds = . D.dV, sehimgga bentuk persamaan barunya menjadi :
. D.dV = q dV, dengan menghilangkan integral dan dV maka penurunannya menjadi :
D =q > Persamaan Maxwell Tiga

10

4. Persamaan Empat (Hukum Gauss Dua)

Berdasarkan hukum Gauss Dua menyatakan bahwa Fluks magnet yang melewati suatu
surface itu tidak memiliki muatan atau secara matematis dapat dikatakan bahwa Integral
tertutup dari suatu induksi magnet terhadap suatu luasan itu sama dengan 0 atau tidak
memiliki muatan yaitu :
B.ds = 0
Dengan menggunakan Teorema Divergensi :
F.ds = . F.dV
Maka dengan menggabungkan hukum Gauss Dua denga teorema Divergensi menjadi
B.ds = . B.dV, sehimgga bentuk persamaan barunya menjadi :
. B.dV = 0, dengan menghilangkan integral dan dV maka penurunannya menjadi :
B =0 > Persamaan Maxwell Empat
dimana keterangan dari simbol-simbol tersebut yaitu :
E = Kuat medan listrik (V/m)
H = Kuat medan magnet (A/m)
B = Induksi magnet (Vs/m2)
D = Perpindahan listrik (As/m2)
J = Rapat arus (A/m2)
11

q = Rapat muatan (As/m3)

C. HUKUM HOPIKNSON
Sebuah rangkaian magnetik terdiri dari satu atau lebih tertutup jalur lingkaran
yang berisi fluks magnetik. Fluks biasanya dihasilkan oleh magnet permanen
atau elektromagnet dan dibatasi dengan inti magnetik yang terdiri dari bahan
feromagnetik seperti besi, walaupun mungkin ada celah udara atau bahan lain
pada jalur.
Hopkinson's Law for magnetic circuits defines the magnetic reluctance as:
R=
, where:
R = Magnetic Reluctance (A/Wb)
F = Magnetomotive Force (A)
= Electric Flux (Wb
= Electric Flux (Wb)

D. ANALOGI ANTARA RANGKAIAN LISTRIK DAN RANGKAIAN


MAGNET
Persamaan memiliki analogi dengan hukum Ohm dalam kelistrikan : V = I R V Dari
analogi antara persamaan dan persamaan V = I R V , kita juga memperoleh analogi antara
potensial magnetik skalar Vm dengan potensial listrik V, dan grad V = E memiliki analogi
dengan grad Vm = H = vektor intensitas medan magnetik. Arus listrik I (A) memiliki
analogi dengan fluks magnet (Wb) dan ini dapat dikembangkan dimana, sesuai definisi arus
I = analogi dengan fluks = , dan dengan demikian vektor rapat arus J juga analog dengan
vektor rapat fluks magnetik B. Tetapi J bila dikaitkan dengan hukum Gauss, fluks listrik E =
= muatan listrik total dan fluks magnetik m = = maka vektor rapat fluks magnetik B juga
memiliki analogi dengan vektor rapat fluks listrik D atau weber per meter kuadrat itu analogi
listriknya adalah Coulomb per meter kuadrat. Jika reluktansi itu pada persamaan : analog
dengan resistansi listrik , maka permeabilitas u akan analog dengan , tetapi bila dikaitkan
12

definisi: Vektor rapat fluks listrik D = E dan vektor rapat fluks magnetik B = H, karena B
memiliki analogi dengan D dan H memiliki analogi dengan E maka permeabilitas magnetik
analoginya dengan permeabilitas listrik , atau Henry per meter itu analogi listriknya adalah
Farad per meter. Jadi analogi suatu besaran magnetik dengan besaran elektrik dapat
didasarkan dari model matematiknya tetapi juga dapat didasarkan dari keseragaman fisiknya.
Contoh keseragaman fisik: vektor intensitas medan listrik analoginya adalah vektor intensitas
medan magnetik.

13

DAFTAR PUSTAKA
Diktat Kuliah Teknik Tenaga listrik

https://ngraho.wordpress.com/tag/magnet/

http://www.academia.edu/5770704/KEMAGNETAN_DAN_ELEKTROMAGNETIS

https://id.scribd.com/doc/.../kelompok-6-kemagnetan

14

Anda mungkin juga menyukai