Anda di halaman 1dari 35

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah


PT. Bintang Sumatra Pacific adalah sebuah perusahaan yang bergerak
dibidang usaha pertambangan dan pengolahan batu andesit yang berlokasi di
Jorong lubuk Jantan Nagari Manggilang Kecamatan Pangkalan Koto Baru
Kabupaten Lima Puluh Kota. PT. Bintang Sumatra Pacifik berdiri sejak bulan
November 2013.

Kegiatan pemboran dipengaruhi oleh kinerja alat bor,sifat-sifat batuan yang


dib or,serta kemampuan operator dalam melakukan pemboran. Sehingga perlu
dilakukan suatu kajian terhadap kemampuan produksi alat bor untuk memenuhi
kebutuhan yang direncanakan 20-30 lubang/hari dengan kedalaman rata-rata 3-5
meter dengan menggunakan alat bor CRD furukawa 200. Pada saat pelaksanaan
pemboran ada kendala yang sering dialami operator yaitu material batu andesit
yang masuk kedalam lubang bor dan tingkat kekerasan batuan andesit mencapai 6
Skala Mohs yang dapat mempengaruhi proses kinerja alat bor sehingga seringkli
terjadinya terjepit batang bor pada kegiatan pemboran. Semakin keras batuan
yang di bor maka akan semakin lambat proses pemboran hal ini juga
menyebabkan kedalaman dari tiap-tiap lubang bor tidak sama, terjadinya
kesalahan kesalahan pengukuran geometri pemboran,waktu yang digunakan tidak
optimal dan produktivitas mesin bor tidak maksimal,sehingga berdampak pada
kurangnya hasil produksi,untuk itu perlunya pemeliharaan peralatan pemboran
dan menghitung ulang geometri peledakan agar kegiatan pemboran dan peledakan
lebih optimal .
Target produksi pemboran yang diterapkan pada PT. Bintang Sumatra
Pacific sebesar 25.000 ton/bulan. Pada bulan juni 2020 target produksi pemboran
actual dilapangan belum tercapai dikarenakan kinerja alat bor tidak mencapai
target yang optimal dimana target produksi hanya mencapai sebesar 20.000
ton/bulan, sedangkan untuk mencapai produksi pemboran pada PT. Bintang

1
Sumatra Pacifik sebesar 25.000 ton/bulan. Penyebab tidak tercapainya target
produksi pemboran salah satunya yaitu tidak efisiennya kerja alat pemboran
tersebut yang dikarenakan pengaruh cuaca yang kurang stabil aering terjadinya
hujan maka sebab itu sering terjadinya waktu standby dan selain itu juga terjadi
kerusakan pada alat bor (breakdown).
Pada saat ini target Efisiensi pemboran pada PT. Bintang Sumatra Pacifik
belum mencapai target dimana target efisiensi PT. Bintang Sumatra Pacifik
sebesar 90% sementara pada kenyataannya yang tercapai hanya sebesar 75%. Hal
ini disebabkan karena kurang efektivnya jam kerja pada alat tersebut. Pada PT.
Bintang Sumatra Pacifik jam kerja yang diberikan perusahaan untuk satu shift
kerja yaitu sebesar 9 jam, sementara waktu efektiv yang digunakan untuk kegiatan
pemboran hanya sebesar 6 jam, dengan waktu repair sebesar 30 menit, dan jam
standby alat tersebut sebesar 1 jam 30 menit.
Berdasarkan uraian diatas maka peneliti ingin mengkaji lebih dalam tentang
efisiensi dan produksi dari pemboran tersebut maka dari itu peneliti mengangkat
judul penelitian tentang “Produktvitas Kinerja Mesin Bor Dalam Pembuatan
Lubang Ledak Quarry Batu Andesit Jorong Lubuk Jantan Nagari
Manggilang Kecamatan Pangkalan Koto Baru Kabupaten Lima Puluh Kota
PT.Bintang Sumatra Pacifik”

1.2. Identifikasi Masalah


1. Tidak tercapainya target produksi pemboran.
2. Tidak tercapainya target efisiensi sebesar 90%.

3. Sering terjadinya gangguan operasional pemboran dikarenakan


kerusakan alat bor furukawa CRD 200.

4. Seringkali terjepitnya batang bor dikarenakan material batuan masuk


kedalam lubang bor.

1.3. Batasan Masalah


Batasan masalah dalam penelitian ini yaitu :
Penelitian ini membahas produktivitas kinerja alat bor dalam
membuat lubang ledak di PT. Bintang Sumatra Pacifik. Mengetahui

2
cycle time alat bor, effisiensi kerja alat bor serta mengetahui
kemampuan alat bor dalam membuat lubang ledak untuk peledakan
agar dapat memenuhi target produksi di PT. Bintang Sumatra Pacifik.

1.4. Rumusan Masalah


Untuk mencapai peledakan yang optimal dengan perolehan hasill peledakan
yang baik maka diperlukan pemboran yang baik. Dengan adanya masalah
tersebut, maka ditemukan faktor-faktor apa saja yang dijadikan acuan dalam
melakukan penelitian, yaitu antara lain :
1. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi kinerja alat bor pada
pemboran andesit di PT. Bintang Sumatra Pacific ?
2. Bagaimana upaya peningkatan pencapaian produksi dalam kegiatan
pemboran pada PT. Bintang Sumatra Pacific ?
3. Berapakah waktu effisiensi kinerja alat bor yang ideal pada PT. Bintang
Sumatra Pacific ?
1.5. Tujuan Penelitian
Maksud dari penulisan penelitian ini adalah untuk mengkaji pembuatan
lubang ledak pada aktivitas pemboran peledakan. Sedangkan tujuan
penelitian ini :
1. Mengetahui tahapan kerja pemboran peledakan pada PT. Bintang Sumatra
Pacifik.
2. Menetahui produksi kinerja alat bor pada PT. Bintang Sumatra Pacifik.
3. Mengetahui tahapan kerja pemboran peledakan pada PT. Bintang Sumatra
Pacifik.

1.6. Manfaat Penelitian


1. Bagi perusahaan
Diharapkan dapat menjadi informasi yang bermanfaaat untuk
mengetahuiefisiensi kerja mesin bor CRD furukawa 200 sehingga
dapat menjadi pedoman bagi perusahaan dalam mengevaluasi
produktivitas mesin bor.
2. Bagai penulis

3
Penulis dapat menerapkan ilmu yang di dapatkan di bangku
perkuliahan sehingga dapat di aplikasikan dilapangan.
3. Bagi Institusi STTIND Padang
Dapat dijadikan sebagai salah satu masukan untuk pembuatan
praktek kerja lapangan dan dapat di jadikan sebagai refrensi dan
pedoman bagi mahasiswa yang akan melakukan praktek kerja.

1.7 Sistematika Penulisan


Untuk mendapatkan gambaran singkat tentang penulisannya, dimana
penulisan penelitian ini dibagi menjadi tiga (3) bab, yaitu :

BAB I PENDAHULUAN
Bagian ini merupakan pengenalan dari tugas metodologi penelitian ini, yang
berisikan latar belakang, identifikasi masalah, batasan masalah, perumusan
masalah, tujuan penelitian dan manfaat penelitian.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini menjelaskan tentang landasan teori dan kerangka konseptual yang
berhubungan dengan judul dan masalah yang diangkat oleh penulis.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Bab ini memaparkan mengenai jenis penelitian, sumber data, lokasi,
pengumpulan data, pengolahan data, serta kerangka metodologi.

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Landasan Teori
Landasan teori berisikan referensi dan teori-teori yang mendukung serta
menguatkan penyusunan laporan ini.

2.1.1. Pemboran.
Pemboran adalah salah satu kegiatan penting dalam sebuah industri
pertambangan.Pemboran merupakan kegiatan yang pertama kali dilakukan dalam
suatu operasi  peledakan batuan. Kegiatan ini bertujuan untuk membuat sejumlah
lubang ledak yang nantinya akan diisi dengan sejumlah bahan peledak untuk
diledakkan. Bukan hanya untuk pembuatan lubang ledak tetapi pemboran
memiliki fungsi lain seperti pengumpulan data sebaran cadangan.Banyak faktor
yang mempengaruhi kinerja pemboran antara lain geometri peledakan,
keterampilan operator serta kondisi alat bor yang digunakan dalam proses
pemboran. Hal tersebut wajib diketahui jika diinginkan hasil pemboran yang
maksimal sehingga dapat meningkatkan hasil produksi.
Langkah-langkah kegiatan pemboran lubang ledak:
1. Perencanaan lokasi pemboran.
2. Persiapan lokasi pemboran.

5
3. Pemboran lubang ledak.
4. Pemeriksaan kembali lubang ledak setelah pemboran.

1. Defenisi Pemboran Pada Kegiatan Penambangan.


Pekerjaan pemboran dilakukan untuk beberapa tujuan antara lain
pemboran untuk lubang ledak, pemboran air dan pemboran  inti (coring).
Pemboran untuk lubang ledak dan pemboran inti dapat dilaksanakan di tambang
terbuka dan tambang bawah tanah. Adapun jenis-jenis alat bor yang digunakan
banyak ragamnya, yaitu tumbuk (percussing), putar (rotary) dan kombinasi
tumbuk dan putar (rotary-percussing).Dalam suatu operasi peledakan batuan,
kegiatan pemboran merupakan pertama kali yang dilakukan dengan tujuan untuk
membuat sebuah lubang ledak dengan geometri dan pola yang sudah tertentu pada
masa batuan, yang selanjutnya akan diisi dengan bahan peledak yang akan
diledakan.Peledakan itu sendiri bertujuan untuk membongkar batuan atau material
yang keras dengan menggunakan campuran bahan–bahan kimia untuk memicu
terjadi peledakan.
Kegiatan peledakan pada penambangan batu kapur dilakukan dengan
tujuan menunjang operasi penggalian yang dilakukan Excavator, karna tujuan dari
peledakan itu sendiri membuat fragmentasi sehinga dapat menghasilkan rekahan
pada batuan, yang dapat memudahkan dalam proses penggalian batuan tersebut.

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja pemboran.


Kinerja suatu alat bor dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagai berikut : sifat
batuan, rock drillability, kondisi mesin bor, geometri pemboran, dan keterampilan
operator.
A. Sifat batuan.
Sifat batuan yang berpengaruh pada panetrasi dan sebagai
konsekensinya pada pemilihan metode pemboran.
1) Kekerasan
Kekerasan adalah tahanan dari bidang permukaan halus terhadap
abrasi.kekerasan dipakai untuk mengukur sifat-sifat teknis dari
material batuan dan juga dipakai untuk menyatakan besarnya tegangan

6
yang diperlukan untuk menyebabkan kerusakan pada batuan.
Kekerasan merupakan hal utama yang harus diketahui, karena setelah
mata bor menetrasi batuan akan menentukan tingkat kemudahan
pemboran.

Tabel 2.1. Skala Fredrich van Mohs (1882)


Klasifikasi Skala Mohs Kuat Tekan
Batuan (Mpa)
Sangat keras +7 +200
Keras 6-7 120-200
Kekerasan sedang 4,5-6 60-120
Cukup lunak 3-4,5 30-60
Sangat lunak 2-3 10-30
Normal 1-2 -10
Sumber:Made Astwa Rai,dkk (hal 93,2011).
2) Kekuatan (strength)
Pada prinsipnya kekuatan batuan tergantung pada komposisi
mineral. Diantara mineral-mineral yang terkandung di dalam batuan,
kwarsa yang terkompak atau kuat tekan mencapai lebih 5,00 Mpa,
sehingga semakin tinggi kandungan kwarsa akan memberikan
kekuatan yang meningkat.
3) Elastisitas
Sifat elastisitas dinyatakan dengan modulus elastisitas atau
modulus young, dan nisbah poisson. Modulus elastisitas merupakan
faktor kesebandingan antara tegangan normal dengan regangan relatif,
sedangkan nisbah poisson merupakan kesebandingan regangan lateral
dan regangan aksial.
Tabel 2.2. Beberapa Sifat Dan Mekanik Dari Batuan Sedimen
Modulus
Batuan Nisbah
Elastisitas Porositas
Sedimen Poisson
104 x (Mpa)
Dolomit 1,96 – 8,24 0,08 – 0,2 0,27 – 4,10
Limestone 0,98 – 7,85 0,1 – 0,2 0,27 – 4,10

7
Sandstone 0,49 – 8,43 0,066 – 0,125 1,62 – 26,40
Shale 0,8 – 3,0 0,11 – 0,54 20,00 – 50,00
Sumber:Made Astwa Rai, dkk (hal 94,2011)
4) Plastisitas
Plastisitas batuan merupakan perilaku batuan yang menyebabkan
deformasi tetap setelah tegangan dikembalikan keposisi awal, dimana
batuan tersebut belum hancur. Sifat plastisitas tergantung pada
komposisi mineral penyusun batuan dan diperbarui oleh adanya
penambahan kwarsa dan mineral lain.
5) Abrasitas
Abrasitas adalah sifat batuan yang menggores permukaan material
lain, ini merupakan suatu parameter yang mempengaruhi kehausan
(umur) mata bor dan batang bor.
Tabel 2.3. Kandungan Kuarsa Dari Batuan
Tipe Kand.Kuar Kand.Kuar
Tipe Batuan
Batuan sa (%) sa (%)
Amphibo 0- 5 Mica Gneiss 0 – 30
lite 0 Mica Schist 15 – 35
Anorthos 0–5 Norite 0
ite 10 – 20 Pegmatite 15 – 30
Diabase 0 Phylite 10 – 25
Diorite 15 – 50 Quartzite 60 – 100
Gabro 20 – 35 Sandstone 25 – 90
Gneiss 10 – 25 Slate 10 – 35
Granite 0–5 Shale 0 – 20
Greywac 0 Taconite 1– 10
ke
Limeston
e
Marble
Sumber: Made Astwa Rai, dkk (hal 71,2011)

8
6) Tekstur
Tekstur suatu batuan menunjukkan hubungan antara mineral-
mineral penyusutan batuan, sehingga diklasifikasikan bedasarkan sifat-
sifat, ikatan antar butir, bobot isi, dan ukuran butir. Tekstur juga
mempengaruhi pemboran, jika butiran berbentuk lembaran, pemboran
akan lebih sulit dibangdingkan dengan permukaan bulat seperti batu
pasir, batuan mempunyai bobot isi rendah sehingga lebih mudah jika
di bor.
7) Karakteristik Pecahan
Karakteristik pecahan dapat seperti tingkah laku apabila batu
dikenai palu.Masing-masing tipe batuan mempunyai karakteristik
pembongkaran yang beraneka ragam dan drajat pembongkaran
berhubugan dengan tekstur, komposisi mineral tekstur.
Tabel 2.4. Prilaku Batuan Ketika Dipukul
(Koefisien Los Angeles)

Tipe Batuan LA Value Tipe Batuan LA Value


Amphibolite 19 Limestone 66
Diorite 24 Mica gneiss 45
Phylite 17 Mica schist 48
Gabbro 51 Quartzite 36
Granite gneiss 52 Pegmatite 71
Grey granite 53 Granite 56
Sumber: Made Astawa Rai, dkk (hal 93,94 2011)

B. Rock Drillability.
Drillabilitas batuan adalah temperatur mudah tidaknya mata bor
melakukan penetrasi ke dalam batuan.Drillabilitas batuan merupakan fungsi
dan sifat batuan seperti komposisi mineral, tekstur, dan ukuran butir dan
tingkat pelapukan.

C. Umur dan Kondisi Alat Bor

9
Umur dan kondisi alat bor berpengaruh, karena semakin lama umur alat
bor maka kemampuan alat semakin menurun.

D. Keterampilan Operator
Keterampilan operator tergantung pada induvidu masing-masing yang
dapat diperoleh dari latihan dan pengelaman kerja.
E. Geometri Pemboran
Geometri pemboran meliputi diameter lubang ledak, kedalam lubang
ledak, dan kemiringan lubang ledak dan pola pemboran.
1) Diameter lubang ledak
Secara tepat pada suatu rancangan peledakan memerlukan dua bagian
penilaian. Bagian pertama yaitu mempertimbangkan dari efek lubang ledak
terhadap fragmentasi, suara ledakan, batu terbang dan getaran tanah,
sedangkan yang kedua adalah mempertimbangkan faktor
ekonominya.Diameter lubang ledak juga berpengaruh pada penutupan
stemming dan jumlah bahan peledak yang dipakai.
2) Kemiringan lubang ledak
Secara teoritis ada dua yaitu lubang ledak tegak dan lubang ledak
miring. Rancangan peledakan yang merupakan lubang ledak tegak, maka
gelombang tekan yang dipantulkan oleh bidang, sehingga kehilangan
gelombang tekan akan cukup besar pada lantai jenjang bagian bawah, hal ini
akan menimbulkan tonjolan pada lantai jenjang. Sedangkan lubang ledak
miring akan membentuk lubang bebas luas sehingga mempermudah proses
pecahnya batuan dan kehilangan gelombang tekan pada lantai jenjang
menjadi lebih kecil.
a) Keuntungan dari lubang ledak miring adalah :
(1) Fragmentasi dari hasil tumpukan peledakan yang dihasilkan lebih baik
karena ukuran burden sepanjang lubang yang dihasilkan relatif
seragam.
(2) Dinding jenjang dan lantai jenjang yang dihasilkan relatif rata
b) Kerugian dari lubang ledak miring adalah :

10
(1) Pada pemboran lubang ledak dalam, sudut deviasi yang dibentuk
semakin besar.
(2) Mengalami kesulitan dalam pengisian bahan peledak.
(3) Kesulitan dalam penempatan sudut kemiringan yang sama antara
lubang ledak, serta dibutuhkan banyak ketelitian dalam pembuatan
lubang ledak, sehingga membutuhkan pengawasan yang ketat.
c) Keuntungan lubang ledak tegak adalah :
(1) Pemboran yang lebih mudah dan akurat.
(2) Untuk tinggi jenjang sama lubang ledak akan lebih pendek jika
dibanding dengan lubang ledak miring.
d) Kerugian lubang ledak tegak adalah :
(1) Kemungkinan akan timbul tojolan pada lantai jenjang.
(2) Kemungkinan timbulnya retakan kebelakang jenjang (back
break) dan getaran tanah lebih besar.
(3) Lebih banyak menghasilkan bongkahan pada daerah steamming.

F. Pola Pemboran
Dalam penambangan suatu bahan galian yang keras dan kompak,
pemberaiannya dilakukan dengan cara pemboran dan peledakan.
Keberhasilan salah satunya terletak pada ketersediaan bidang bebas (free
face) yang mencukupi.Minimal dua bidang bebas (free face) yang harus ada
pada peledakan. Peledakan dengan hanya ada satu bidang bebas (free face),
disebut crater blasting, akan menghasilkan kawah dengan lemparan
fragmentasi ke atas dan tidak terkontrol. Dengan mempertimbangkan hal
tersebut, dibuat 2 bidang bebas, yaitu:
1) Dinding bidang bebas.
2) Puncak jenjang (top bench).
Pola pemboran merupakan suatu pola pada kegiatan pemboran dengan
mendapatkan lubang-lubang tembak secara sistematis. Pola pemboran yang bisa
diterapkan pada tambang terbuka bisaanya ada tiga macam pola pemboran yaitu:
1) Pola Bujur Sangkar (square pattern)

11
Yaitu dimana jarak burden dan spasinya sama panjang yang membentuk
bujur sangkar. Keuntungan pola ini dalam penerapannya dilapangan adalah
lebih mudah melakukan pemboran dan untuk pengaturan lebih lanjut.Akan
tetapikerugiannya adalah volume batuan yang tidak terkena didaerah
pengaruh peledakan cukup besar sehingga fragmentasi batuan hasil
peledakan kurang seragam, biasanya pola ini dikombinasikan dengan pola
peledakan “V Delay Pattern”.
a) keuntungan pola pemboran bujur sangkar:
(1) lebih mudah dalam penempatan titik yang akan di bor, karena
jarak spasi dan burdennya yang sama antar lobang.
(2) mudah dalam pengerjaan dilapangan.
b) kerugian pola bujur sangkar:
(1) energi peledakan tidak terdistribusikan secara optimal dan
pada hasil peledakan masih ditemukan bongkahan batuan.
(2)secara teoritis, semakin banyak bahan peledak semakin banyak
pula bahan peledak dan detonator delaynya.

Sumber:RichardA.Dick,dkk(1983)
Gambar 2.1 Pola Bujur Sangkar (square pattern)
2) Pola Persegi Panjang (rectangular pattern)
Pola pemboran ini dimana ukuran spasi dalam satu barislebih besar dari
jarak burden yang membentuk pola persegi panjang.untuk mendapatkan
fragmentasi yang baik, pola ini kurang tepat karena daerah yang tidak
terkena pengaruh peledakan cukup besar. (lihat gambar 2.2)

12
Sumber:Richard A.Dick, dkk (1983)
Gambar 2.2 Pola Persegi Panjang (rectangular drill pattern).

3) Pola Zig-zag Atau Selang-Seling (staggered pattern)


Yaitu antar lubang bor dibuat seperti zig-zag sehingga membentuk pola
segi tiga. Dimana jarak spasi sama besar atau lebih besar dari pada jarak
burden. Pada pola ini daerah yang tidak terkena pengaruh peledakan cukup
kecil dibandingkan dengan pola yang lain. Namun pada penerapan dilapangan
pola ini cukup sulit melakukan pemboran dan pengaturan lebih lanjut.Tetapi
untuk memperbaiki fragmentasi batuan hasil peledakan, maka pola ini lebih
cocok untuk digunakan.
a) Keuntungan pola selang-seling atau zig-zag adalah:
(1) Dapat memberikan keseimbangan yang baik sehingga volume
batuan yang tidak terkena pengaruh ledakan sangan kecil.
(2) Delay yang digunakan tidak terlalu banyak, karena dalam satu
baris lobang ledak diberi nomor delay yang sama.
(3) Jumlah lubang bor yang digunakan juga lebih sedikit
dibandingkan dengan pola yang lain.
(4) Energi yang dihasilkan terdistribusi lebih optimal dalam batuan.
b) Kerugian dari pola selang-seling adalah:
(1) Kesulitan dalam penempatan titik bor, karena titik bor yang dibuat
tidak sejajar dengan baris yang berdekatan.
(2) Lebih sulit dalam pengaturannya dilapangan.

13
Sumber: Richard A.Dick, dkk(1983)
Gambar 2.3 Pola Zig-zag Bujur Sangkar.

Sumber: Richard A.Dick, dkk (1983)


Gambar 2.4 Pola Zig-zag Persegi

Sumber:Richard A.Dick, dkk (1983)


Gambar 2.5 Pengaruh Energi Ledakan Pada Pola Pemboran
Pada gambar 2.5 menunjukan bahwa hasil produktivitas dan
fragmentasi peledakan dengan menggunakan pola pemboran selang-seling
lebih baik dari pada pola pemboran sejajar, hal ini disebabkan energi yang
dihasilkan pada pemboran selang-seling lebih optimal dalam
mendistribusikan energi peledakan yang bekerja dalam batuan. Baik
buruknya hasil peledakan akan sangat ditentukan oleh mutu lubang bor
1) Keteraturan Tata Letak Lubang Bor.

14
Tujuan pemboran adalah untuk meletakkan bahan peledak pada posisi
yang sudah direncanakan. Untuk itu, lubang-lubang bor dirancang
dengan pola yang teratur, sehingga bahan peledak dapat terdistribusi
secara merata dan dengan demikian setiap kolom bahan peledak akan
mempunyai beban yang sama.

Sumber:Richard A.Dick, dkk (1983)


Gambar 2.6 Ketidak Teraturan Tata Letak
2) Penyimpangan Arah dan Sudut Pemboran
Hal ini perlu dicermati terutama dalam pemboran miring, pada
pemboran miring maka posisi alat borakan sangat menentukan.
Walaupun tata letak lubang bor dipermukaan sudah sempurna, namun
bila posisi alat bor tidak benar-benar sejajar dengan posisi alat bor pada
lubang sebelumnya maka dasar lubang bor akan menjadi tidak teratur.
Hal yang sama akan dihasilkan bila sudut kemiringan batang bor juga
tidak sama.Penyimpangan arah dan sudut pemboran dipengaruhi oleh:
(1) Struktur batuan.
(2) Keteguhan batang bor.
(3) Kesalahan collaring(awal pemboran).
(4) Kesalahan posisi alat bor.

15
Sumber: Richard A.Dick, dkk (1983)
Gambar 2.7 Penyimpangan Arah dan Sudut Pemboran
3) Kedalaman dan Kebersihan Lubang Bor
Lantai (permukaan) bor biasanya tidak rata dan datar sehingga
kedalaman lubang bor juga tidak akan seluruhnya sama. Untuk itu area
yang akan di bor sebaiknya akan disurvey dulu agar kedalaman masing-
masing lubang bor dapat ditentukan. Setelah dilakukan pemboran
material bisa masuk kedalam lubang yang mengakibatkan kedangkalan
lubang bor.

Sumber:Richard A.Dick,dkk (1983)


Gambar 2.8 Kedalaman dan Kebersihan Lubang Bor
3. Umur Dan Kondisi Mesin Bor
Prestasi kerja suatu alat sangat ditentukan oleh manajemen peralatan,
kondisi kerja dan kondisi alat itu sendiri. Alat yang baru tidak akan produktif
apabila managemen dan skedulingnya tidak tepat, lebih-lebih untuk alat yang
umur pakainnya sudah cukup lama (5 tahun).
Alat yang sudah lama digunakan untuk pemboran, kemampuannyaakan
semakin menurun seiring berjalannya waktu. Sehingga penurunan
kemampuan alat bor akan berpengaruh terhadap kecepatan pemboran. Umur
mata bor danbatang bor ditentukan oleh meter kedalaman yang dicapai dalam
melakukan pemboran.
4. Keterampilan Operator
Keterampilan seorang operator dalam mengoperasikan mesin bor sangat
berpengaruh terhadap produktivitas mesin bor. Semakin terampil seorang

16
operator, maka akan semakin tinggi produktivitasnya dalam pengoperasian
mesin bor, begitu juga sebaliknya.
5. Efisiensi Kerja Pemboran (Eff)
Efisiensi kerja adalah perbandingan antara waktu kerja produktif
dengan waktu kerja yang terjadwal dan dinyatakan dalam persen.(Eff)
dikatakan baik jika ≥ 75% .(Kepmen ESDM RI No. 1827 K 30 MEM 2018).

1).Waktu kerja yang tersedia (Wt).


Wt = W1+ W2 + W3 + W4.................................... pers (2.1)
Dengan:
Wt= Waktu kerja yang tersedia (menit)
W1= Waktu kerja efektif 1
W2= Waktu kerja efektif 2
W3= Waktu kerja efektif 3
W4= Waktu kerja efektif 4
2).Waktu kerja efektif (We).
We= Ct×n.........................................................pers (2.2)
Dengan:
We= Waktu kerja efektif (menit)
Ct= Waktu edar pemboran (menit)
N= Jumlah lubang bor
Persamaan effisiensi kerja dinyatakan
We
Eff= ×100% ...........................................................pers
WT
(2.3)
Dengan:
Ek= Efisiensi kerja pemboran (%)
We= Waktu efektif yang digunakan untuk kerja pemboran (menit)
WT= Jumlah waktu terjadwal (menit).
6. Efisiensi Alat Bor

17
Perhitungan untuk mengetahui keadaan alat bor merupakan tingkat
prestasi kerja alat yang digunakan untuk melakukan produksi dari waktu yang
tersedia.Untuk menilai kondisi suatu alat dapat dilakukan dengan mengetahui
empat tingkat ketersediaan alat dibawah ini, yaitu
A. Ketersediaan Fisik (Physical Availability, PA)
Ketersediaan fisik menunjukan kesiapan alat untuk beroperasi didalam
seluruh waktu kerja yang tersedia, PA dikatakan baik sekurang ≥ 90%
(Kepmen ESDM RI No. 1827 K 30 MEM 2018).
Persamaan dari ketersediaan fisik adalah:
W +S
PA = ×100 % ............................................................pers (2.4)
T
Dengan:
PA= Ketersediaan Fisik
W= Waktu kerja efektif (menit)
S= Waktu stand by alat (menit)
T= Waktu kerja yang tersedia (menit)
B. Ketersediaan Mekanik (Mechanical Availability, MA)
Ketersediaan mekanik adalah suatu cara untuk mengetahui kondisi
mekanik yang sesungguhnya dari alat yang digunakan. Kesediaan mekanik
(MA) menunjukan ketersediaan alat secara nyata karena adanya waktu akibat
masalah mekanik MA dikatakan baik sekurang ≥ 90%.(Kepmen ESDM RI
No. 1827 K 30 MEM 2018).
Persamaan dari ketersediaan mekanik adalah:
W
MA= ×100 % ..............................................................pers (2.5)
W +R
Dengan:
MA= Ketersediaan Mekanik
W= Waktu kerja efektif (menit)
R= Waktu repair (menit)
C. Pemakaian Ketersediaan (use of availability, UA)
Ketersediaan penggunaan menunjukan berapa persen waktu yang
dipergunakan oleh alat untuk beroperasi pada saat alat tersebut dapat

18
digunakan.Penilaian ketersediaan alat bor dilakukan untuk mengetahui
kondisi dan kemampuan alat bor untuk menyediakan lubang ledak. UA
dikatakan baik jika ≥ 75% .(Kepmen ESDM RI No. 1827 K 30 MEM 2018).
Persamaan dari ketersediaan penggunaan adalah:
W
UA¿ ×100% ..............................................................pers (2.6)
W +S
Dengan:
UA= Pemakaian Ketersediaan
W= Waktu kerja efektif (menit)
S= Waktu stand by (menit)
D. Penggunaan Efektif (EU)
Penggunaan efektif menunjukan berapa persen waktu yang dipergunakan
oleh alat untuk beroperasi pada saat alat tersebut dapat digunakan EU
dikatakan baik jika ≥ 75%.(Kepmen ESDM RI No. 1827 K 30 MEM 2018).
Persamaan dari kesediaan penggunaan efektif adalah:
W
EU = ×100% ..............................................................pers (2.7)
T
Dengan:
EU= Pengunaan Efektif
W=Waktu kerja efektif (menit).
T= Waktu kerja yang tersedia (menit).

7. Produksi Mesin Bor.


Produksi pemboran adalah suatu nilai yang menyatakan volume
batuan yang dapat dibongkar oleh mesin bor. Produksi pemboran sangat
tergantung pada waktu kerja efisiensi, kecepatan pemboran, volume setara
dan jumlah lubang bor.
a. Kecepatan Pemboran (Drilling Rate).
Kecepatan pemboranmerupakan kemampuan dari alat bor untuk
membuatsatu lubang bor hal ini sangat tergantung pada kedalaman
lubang bor dan waktu pemboran pemboran.
1) Kedalaman lubang bor.

19
Kedalaman lubang bor merupakan kemampuan dari alat
bor untuk menembus atau melubangi suatu batuan .
Persamaan kedalaman lubang bor (H) yaitu:
£n
H= ..............................................................pers
n
(2.8)
£n= Jumlah rata-rata kedalaman lubang (meter)
n= Jumlah lubang.
2) Waktu edar pemboran (Cycle Time).
Waktu edar adalah waktu yang diperlukan oleh mesin bor
untuk menyelesaikan satu lubang bor dengan kedalaman, termasuk
adanya hambatan-hambatan yang terjadi selama kegiatan pemboran
berlangsung.
Persamaan waktu edar pemboran untuk satu lubang bor yaitu:
Pt +Bt +St + Dt
Ct= ........................................................pers
n
(2.9)
Dengan:
Ct= Waktu edar pemboran (detik)
Bt= Waktu pemboran (detik)
St= Waktu mengangkat, melepas, dan menyambung batang bor
(detik)
Pt= Waktu untuk pindah posisi mesin bor ketitik pemboran (detik)
Dt= Waktu untuk mengatasi hambatan (detik)
N= Jumlah lubang bor.
Jadi persamaan kecepatan pemboran (Gdr) yaitu:
H
Gdr= ............................................................................pers
Ct
(2.10)
Dengan:
Gdr= Kecepatan pemboran rata-rata (meter/menit)
H= Kedalaman lubang rata- rata(meter)

20
Ct= Waktu edar pemboran rata-rata (menit/lubang)
3) Volume Setara.
Volume setara (Equivalent Volume,Veq) menyatakan volume
batuan yang diharapkan terbongkar untuk setiap meter kedalaman
lubang ledak yang dinyatakan dalam m3/m.
Persamaan dengan pola pemboran tersebut di atas, maka volume
setara dapat dihitung sebagai berikut:
VxdxH
Veq= .............................................pers
nxH
(2.11)
Dengan:
Veq= Volume setara
V= Space lubang
d= Diameter lubang
n= jumlah lubang
H= Kedalaman lubang
Jadi persamaan untuk mencari produksi yang dapat dihasil mesin
bor yaitu:
a) Persamaan perhitungan produksi mesin bor dalam hitungan
(P)/jam.
P= Eff×Vdr×Veq×n .................................................pers (2.12)
b) Persamaan produksi mesin bor (P)/Hari.
P=P(jam) ×We ........................................................pers (2.13)
c) Persamaan tonase batuan yang dihasikan mesin bor/hari
P= P(hari) ×Density ................................................pers (2.14)
Dengan:
P= Produksi alat bor (m³/jam)
Veq= Volume setara (m³/m)
Vdr= Kecepatan pemboran rata-rata (m/jam)
We= Waktu kerja efektif
Ek= Efisiensi kerja pemboran (%)

21
60= Konversi dari menit ke jam
Density= Kekerasan batuan
4) Produktivitas alat bor
Produktivitas mesin bor untuk penyediaan lubang ledak menyatakan
berapa volume atau berat batuan yang dapat dicakup oleh lubang ledak
dalam waktu tertentu,sehingga produktivitas mesin bor dinyatakan
dalam volume atau berat per satuan waktu (m³/jam, ton/jam). Ini
anggapan bahwa seluruh volume cakupan lubang ledak itu akan
terbongkar ketika diledakkan. Produktivitas mesin dipengaruhi oleh
geometrid an pola pemboran,kecepatan pemboran,efisiensi kerja dan
volume setara.
P = Veq x Gdr x Eff x 60 ……………………………….…pers (2.15)
Keterangan : P = Produktivitas alat bor (m³/jam)
Veq = volume setara (m³/m)
Gdr = kecepatan pemboran (meter/menit)
60 = konversi dari menit ke jam.
2.2. Deskripsi Perusahaan
PT. Bintang Sumatra Pacific adalah sebuah perusahaan yang bergerak dibidang
usaha pertambangan dan pengolahan batu andesit yang berlokasi di Jorong lubuk
Jantan Nagari Manggilang Kecamatan Pangkalan Koto Baru Kabupaten Lima
Puluh Kota. PT. Bintang Sumatra Pacific berdiri sejak bulan November 2013.

2.2.1 Lokasi Perusahaan dan kesampaian daerah


PT. Bintang Sumatra Pacific yang merupakan salah satu perusahaan
tambang yang beroperasi di Kabupaten Lima Puluh Kota. Kabupaten ini terletak
dibagian timur wilayah Provinsi Sumatra Barat atau sekitar 124 km dari Kota
Padang, ibu Kota Provinsi Sumatra Barat. Kabupaten Lima Puluh Kota terletak
antara 0 ͦ25’28,71 LU dan 0 ͦ22’14,52 LS serta antara 100 ͦ15’44,10 – 100 ͦ50’47,80
BT.
Lokasi kegiatan penambangan terletak di wilayah Jorong lubuk Jantan,
Nagari Manggilang, Kecamatan Pangkalan Koto Baru, Kabupaten Lima Puluh
Kota, Provinsi Sumatra Barat. Berdasarkan letak geografis wilayah Izin Usaha

22
Pertambangan (IUP) operasi produksi penambangan site PT. Bintang Sumatra
Pacific terletak pada koordinat-koordinat.
Tabel 2.8. Koordinat IUP PT.Bintang Sumatra Pacific.
Garis
Garis Bujur Lintang
(BT) (LS)  
N ‘ LU/L
o ͦ ‘’ ‘ ͦ ’ ‘ S
10 4 52.
1 0 4 4 0 1 7.4 LU
10 4 56.
2 0 4 1 0 1 7.4 LU
10 4 56.
3 0 4 1 0 1 8.6 LU
10 4 59.
4 0 4 1 0 1 8.6 LU
10 4 59.
5 0 4 1 0 1 6.2 LU
10 4
6 0 4 1.2 0 1 6.2 LU
10 4
7 0 4 1.2 0 1 4.2 LU
10 4
8 0 4 2.7 0 1 4.2 LU
10 4
9 0 4 2.7 0 1 2.6 LU
1 10 4 59.
0 0 4 9 0 1 2.6 LU
1 10 4 59.
1 0 4 9 0 1 1.1 LU
1 10 4 58.
2 0 4 1 0 1 1.1 LU
1 10 4 58.
3 0 4 1 0 1 59.9 LU
1 10 4 52. 0 1 59.9 LU

23
4 0 4 4
Sumber: PT.BSP
Untuk mencapai wilayah izin usaha pertambangan operasi produksi PT.
Bintang Sumatra Pacific dari ibu Kota Provinsi dapat ditempuh dengan
mengunakan jalur transportasi darat sebagai berikut;
a. Padang-Payakumbuh dengan jalur transportasi darat ditempuh dengan
kendaraan roda empat sejauh 135 km dapat ditempuh dalam waktu ± 3 jam
b. Payakumbuh-Pangkalan dengan kendaraan roda empat melalui jalan
sejauh ± 55 km yang ditempuh dalam waktu ± 1 jam.

2.2.2 Struktur Organisasi PT. Bintang Sumatra Pacific


Struktur organisasi PT. Bintang Sumatra Pacific berbentuk garis dan staf
(line dan staf) dimana terdapat satu atau lebih tenaga staf. Bentuk dan model
struktur organisasi seperti ini sering digunakan oleh perusahaan-perusahaan besar
yang mempunyai daerah kerja yang luas dan tugas yang banyak. Struktur
organisasi merupakan salah satu kelengkapan penting bagi perusahaan dimana
didalamnya tergambar tingkat tanggung jawab, wewenang, dan tugas yang jelas.
Disamping itu struktur organisasi juga memberikan gambaran perusahaan secara
menyeluruh, juga dapat menunjukan dengan jelas kewajiban dan tugas dari tiap-
tiap jabatan yang diembannya. Struktur organisasi PT. Bintang Sumatra Pacific
jika dilihat dari garis pertanggung jawabannya adalah struktur organisasi
fungsional yang berbentuk garis dan staf, di dalam menjalankan perusahaan. PT.
Bintang Sumatra Pacific dipimpin oleh seorang direktur utama yang dibantu oleh
empat orang kepala divisi yaitu:
1. Kepala Teknik Tambang.
2. Wakil Kepala Teknik Tambang
3. Personal ASST
4. HSE Dept Head
5. PGA Dept Head
6. Prod Dept Head
7. Mine Plan Dept Head

24
8. CPP dan Shipping Dept Head

2.2.3 Iklim dan curah hujan


Iklim dan curah hujan merupakan salah satu faktor yang harus diperhatikan,
dalam membuat suatu rencana pembukaan tambang, karena seluruh aktivitas kerja
pada tambang terbuka berhubungan langsung dengan udara bebas. Hal ini akan
mempengaruhi produktivitas penambangan dan akan berdampak pada target
produksi perusahaan. Wilayah Kabupaten Lima Puluh Kota beriklim tropis yang
dipengaruhi oleh angin muson dengan curah hujan rata-rata berkisar antara 2.200
sampai dengan 3.750 mm/tahun, suhu rata-rata berkisar antara 20 ͦC sampai
dengan 25 ͦC. Daerah penambangan PT. Bintang Sumatra Pacific memiliki iklim
tropis dengan karakteristik curah hujan yang dibagi dalam dua musim. Musim
hujan terjadi pada bulan oktober sampai dengan bulan maret, sedangkan musim
kemarau terjadi pada bulan juni sampai dengan bulan september.
Tabel 2.9. Data Curah Hujan terakhir
Banyaknya curah hujan (mm)
Januari 58 Juli 125
Februar
i 20 Agustus 60
Maret 120
April 279
Mei 280
Juni 28
Sumber: PT.BSP

2.2.4 Tahapan Penambangan


Tahapan penambangan yang dilakukan oleh PT. Bintang Sumatera Pacific
menggunakan sistem tambang terbuka atau open pit. Dengan mengunakan metode
Quarry, metode ini adalah sistem tambang terbuka yang diterapkan untuk
menambangan endapan bahan galian industri atau mineral seperti batu gamping,
marmer, granit, andesit dan sebagainya.
Pada umunya metode ini digunakan untuk mencari bahan galian yang
berbentuk prismatik pendek atau balok-balok yang memiliki ukuran dan bentuk
yang kasar. Produk yang dihasilkan pada sistem quaary pada umunya merupakan

25
dimensi batuan non logam (Barton, 1968). PT. Bintang Sumatra Pacific dalam
proses penambangan mengunakan excavator, bulldozer, breaker, compactor,
motor grader, dan wheel loader.
Operasi Penambangan batu andesit yang dilakukan meliput tahap
pembersihan lahan, penggalian tanah penutup, pemindahan tanah penutup
(overburden), penambangan andesit, pengangkutan dan, proses peremukan
(crushing), dan reklamasi.

1. Pembersihan lahan (land clearing)


Merupakan tahap awal dari kegiatan penambangan. Kegiatan pembersihan
lahan ini mutlak dilakukan sebelum pembongkaran lapisan tanah penutup
(overburden) dilakukan. Pembersihan lahan ini dilakukan menggunakan alat berat
excavator dan bulldozer juga dilakukan penebangan menggunakan sinso.
2. Pengupasan tanah penutup (stripping overburden)
Mengupas tanah penutup dilakukan dengan bulldozer, Tanah penutup didorong
dan dibuang ke arah lembah (disposal area) yang terdekat.

Sumber: PT BSP (2019)

Gambar 2.16. Bulldozer D85E-55


3. Pembongkaran (lossening)
Pekerjaan ini dimaksudkan untuk membongkar andesit dari batuan induknya
sehingga dapat dimanfaatkan sesuai dengan kebutuhan yang diinginkan. Untuk
melaksanakan pekerjaan ini dilakukan dengan cara pemboran dan peledakan.

4.Pemboran (Drilling)

26
Kegiatan ini merupakan kegiatan yang pertama kali dilakukan dalam
proses pembongkaran batuan. Kegiatan ini dilaksanakan setelah lapisan
tanah penutup (overburden) dikupas. Kegiatan ini bertujuan untuk
membuat lubang ledak dengan pola tertentu.

Gambar 2.17 furukawa FDR 200


5. Peledakan (Blastting)
Operasi peledakan akan dilakukan pada saat menemui batuan keras sehingga
dinilai tidak ekonomis jika dilakukan pre-stripping. Sistem peledakan yang
digunakan adalah peledakan jenjang (bench blasting). Dalam rancangan
peledakan selain faktor –faktor yang tidak dapat dikendalikan terdapat pula
faktor-faktor yang dapat dikendalikan.

Gambar 2.18 Pengisian anfo ke dalam lubang ledak

6. Pemuatan (loading)
Pekerjaan ini dilakukan dengan alat muat mekanis, excavator komatsu pc 200
untuk memuat hasil kegiatan pembongkaran kedalam dump truck.

27
Gambar 2.17. Excavator Komatsu PC 200

a. Pengangkutan (transporting)
Bongkahan andesit diangkut ke lokasi peremukan (crusher) dengan dump
truck hino lohan

Gambar 2.18. Dump truck Hino lohan

7. Peremukan (crusher)
Pengolahan andesit adalah dengan memperkecil ukurannya sesuai dengan
kebutuhan, untuk kegiatan ini dilaksanakan melalui unit peremukan (crushing
plant) tahapan pengolaan meliputi:
a. Peremukan dengan primary crusher seperti jaw crusher, cone crusher atau
gyratory crusher yang dilanjutkan dengan secondary crusher.
b. Pengangkutan mengunakan ban berjalan (belt conveyor)
c. Pemisahan mengunakan ayak (screen)

28
Gambar 2.19. Crusher

2.3. Kerangka Konseptual


Kerangka konseptual dari penelitian dibawah ini :
Input Proses Output
1. Data primer 1. Produktivitas 1. Produktivitas
a) Data cycle time
mesin bor yang mesin bor yang
pemboran
b) data marking, actual dengan digunakan dalam
c) acuan titik menghitung cycle kegiatan pembora
lubang bor time pemboran. secara actual.
d) kedalaman
2. Meningkatkan 2. Peningkatan
lubang tembak
e) diameter lubang produktivitas produktivitas
f) geometri mesin bor yang mesin bor yang
pemboran
ideal,dengan rumus ideal.
2. Data sekunder
a) Data dari alat :
bor. P = Veq x Gdr x
b) spesifikasi mesin Eff x 60
bor.
c) waktu kerja
mesin bor dan
operator.

Gambar 2.20 Kerangka konseptual

29
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1. JenisPenelitian
penelitian yang penulis lakukan adalah penelitian terapan (applied
research). Menurut Sugiyono (2009: hal 9-11), penelitian terapan adalah
menerapkan, menguji, menganalisa kemampuan suatu teori yang diterapkan
dalam memecahkan masalah-masalah praktis.
Penelitian terapan ini digolongkan menurut tujuan, penelitian yang
bertujuan untuk menemukan pengetahuan yang secara praktis dapat diaplikasikan.
Walaupun ada kalanya penelitian terapan juga untuk mengembangkan produk
penelitian dan pengembangan bertujuan untuk menemukan, mengembangkan dan
memvalidasi suatu produk.

3.2. Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian dilakukan pada PT. Bintang Sumatra Pacifik, secara administratif
lokasi penelitian terletak di Jorong lubuk Jantan Nagari Manggilang
Kecamatan Pangkalan Koto Baru Kabupaten Lima Puluh Kota, Provinsi
Sumatra Barat.

3.3 Waktu Penelitian

30
Waktu penelitian dilakukan setelah seminar proposal.
3.4 Jenis Data dan Sumber Data
3.4.1 Jenis Data
1. Data Primer.
Data primer yang dikumpul kan dari lapangan antara lain:
a) Geometri pemboran yang diterapkan.
b) Pola pemboran yang diterapkan.
c) Data waktu edar alat bor (cycle time).
2. Data Sekunder.
Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari data-data yang sudah
ada di Quarry di Jorong lubuk Jantan Nagari Manggilang Kecamatan
Pangkalan Koto Baru Kabupaten Lima Puluh Kota, Provinsi Sumatra Barat.

PT. Bintang Sumatera Pacifik, studi kepustakaan dan beberapa literatur


yang mendukung penelitian ini. Data-data tersebut meliputi:
a) Data jadwal jam kerja operator.
b) Data efisiensi alat bor.
c) Data penelitian terdahulu.

3.4.2. Sumber Data


Sumber data yang penulis dapatkan berasal dari pangamatan langsung
ataupun studi kepustakaan serta dari arsip-arsip di Quarry di Jorong lubuk Jantan
Nagari Manggilang Kecamatan Pangkalan Koto Baru Kabupaten Lima Puluh
Kota, Provinsi Sumatra Barat PT. Bintang Sumatera Pacifik.

3.5 Teknik Pengumpulan Data


Dalam teknik pengumpulan data di lakukan dengan dua cara yaitu:
1. Studi Lapangan.
Cara mendapatkan data yang dibutuhkan dengan melakukan pengamatan
langsung di lapangan/tempat kerja, maupun dengan wawancara langsung.
2. Studi Pustaka
Mengumpulkan data yang dibutuhkan dengan membaca buku-buku
literatur yang berkaitan dengan masalah yang akan dibahas dan data-data

31
serta arsip perusahaan sehingga dapat digunakan sebagai landasan dalam
pemecahan masalah.

3.6 Teknik Pengolahan dan Analisa Data


3.6.1 Teknik Pengolahan Data
Setelah semua data terkumpul (data primer dan data sekunder) ,data
kemudian di cek kembali untuk selanjutnya dilakuk cycle time,effisiensi
kerja serta factor-faktor yang mempengaruhinya selama pengamatan secara
langsung dilapangan. Setelah didapatkan effisiensikerja alat bor,selanjutnya
dilakukan perhitungan agar diketahui berapa target yang harus dipenuhi
untuk satu hari agar effisiensi kerja alat bor meningkat. Dimana pengolahan
data dilakukan dengan menggunakan Microsoft word dan Microsoft excel.
3.6.2 Analisis Data
Dimana pada tahap analisis data yang dianalisis yaitu cycle time , effisiensi
kerja dan kecepatan pemboran. Setelah semua perhitungan dilakukan selanjutnya
menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi cycle time ,effisiensi
kerja,kecepatan pemboran dan kemampuan pemboran berdasarkan hasil
perhitungan dan membandingkan dengan hasil pengamatan langsung dilapangan.
Adapun tahapan analisis data sebagai berikut :
a. Tahap pertama,tahap analisis data pertama, data yang dianalisis
diantaranya cycle time. Pada perhitungan cycle time alat bor
digunakan rumus yaitu :
Cycle Time = Wb + Wm + We + Wp

Dimana , 1. Wb : Waktu membor


2. Wm : Waktu menyambung rod
3. We : Waktu mengangkat rod
4. Wp : Waktu pindah posisi
b. Tahap kedua, tahap selanjutnya yaitu perhitungan effisiensi kerja. Pada
perhitungan effisiensi kerja. Pada perhitungan effisiensi kerja alat, pada
perhitungan effisiensi kerja alat,digunakan rumus yaitu :

We
Eff × 100 %
T

32
Dimana : 1. Eff : Effisiensi kerja (%)
2. We : Waktu kerja efektif (jam)
3. T : Waktu yang tersedia (jam)
Setelah effisiensi kerja diketahui maka selanjutnya dilakukan
perhitungan untuk mengetahui keadaan alat bor dalam
penggunaannya.

1. Physical availability (PA)


W +S
PA= × 100 %
T
2. Mechanical Availability( MA)

W
MA × 100 %
W +R
3. Use of Availability( UA)
W
UA= 100 %
W +S
4. Effective Utilization( EU)
W
EU¿ 100 %
T
Dimana : 1. W : Waktu kerja efektif (menit)
2. T : Waktu kerja tersedia (menit)
3. R : Waktu repair (menit)
4. S : Waktu standby (menit)
c. Tahap ketiga, pada tahap ini menghitung kemampuan alat
bor,sebelummenghitung maka terlebih dahulu harus mengetahui
kecepatan pemboran agar kita mengetahui kemampuan dari alat bor
tersebut, adapun rumus yang digunakan yaitu :

H (meter )
Vt =
Dt (meter )
Dimana : 1. Vt = Kecepatan pemboran (meter/menit)

33
2. H = Kedalam lubang bor (meter)
3. Dt = Waktu member (menit)
Jadi untuk mengetahui kemampuan alat bor dapat mengguanakan
rumus,yaitu :

meter
Eff x 60( )
P= menit
CT
Dimana : 1. P = Kemampuan pemboran (lubang/jam)
2 Eff = Effisiensi kerja
3 CT = Cycle time (menit)
4.4. Kerangka Metodologi
Langkah-langkah yang dilakukan penulis dalam melakukan penelitian.

Evaluasi Produktvitas Alat Bor Dalam Pembuatan Lubang Ledak


Quarry Batu Andesit Jorong Lubuk Jantan Nagari Manggilang
Kecamatan Pangkalan Koto Baru Kabupaten Lima Puluh Kota
PT.Bintang Sumatra Pacifik

Identifikasi Masalah :
1. Tidak tercapainya target produksi pemboran.
2. Tidak tercapainya target efisiensi sebesar 90%.

3. Sering terjadinya gangguan operasional pemboran dikarenakan


kerusakan alat bor furukawa CRD 200.

4. Seringkali terjepitnya batang bor dikarenakan material batuan masuk


kedalam lubang bor.

Tujuan:
1. Menentukan produktivitas alat bor aktual pada PT. Bintang Sumatra
Pacific.
2. Menentukan produktivitas alat bor ideal pada PT. Bintang Sumatra
Pacific.

Pengumpulan Data:
Data primer : data marking, acuan titik lubang bor, desain peledakan,
kedalaman lubang tembak, diameter lubang, geometri peledakan
34
Data sekunder : spesifikasi alat bor,data dari alat bor,waktu kerja alat dan
operator.
Pengolahan Data
1. Perhitungan efisiensi kerja pemboran (persamaan 1 sampai persamaan 3)
2. Perhitungan produksi batuan yang dapat dibongkar dari hasil pemboran
(Persamaan 8 sampai persamaan 14)

Kesimpulan dan saran

Gambar 3.2 AlurPenelitian.

35

Anda mungkin juga menyukai