PENDAHULUAN
1
Sumatra Pacifik sebesar 25.000 ton/bulan. Penyebab tidak tercapainya target
produksi pemboran salah satunya yaitu tidak efisiennya kerja alat pemboran
tersebut yang dikarenakan pengaruh cuaca yang kurang stabil aering terjadinya
hujan maka sebab itu sering terjadinya waktu standby dan selain itu juga terjadi
kerusakan pada alat bor (breakdown).
Pada saat ini target Efisiensi pemboran pada PT. Bintang Sumatra Pacifik
belum mencapai target dimana target efisiensi PT. Bintang Sumatra Pacifik
sebesar 90% sementara pada kenyataannya yang tercapai hanya sebesar 75%. Hal
ini disebabkan karena kurang efektivnya jam kerja pada alat tersebut. Pada PT.
Bintang Sumatra Pacifik jam kerja yang diberikan perusahaan untuk satu shift
kerja yaitu sebesar 9 jam, sementara waktu efektiv yang digunakan untuk kegiatan
pemboran hanya sebesar 6 jam, dengan waktu repair sebesar 30 menit, dan jam
standby alat tersebut sebesar 1 jam 30 menit.
Berdasarkan uraian diatas maka peneliti ingin mengkaji lebih dalam tentang
efisiensi dan produksi dari pemboran tersebut maka dari itu peneliti mengangkat
judul penelitian tentang “Produktvitas Kinerja Mesin Bor Dalam Pembuatan
Lubang Ledak Quarry Batu Andesit Jorong Lubuk Jantan Nagari
Manggilang Kecamatan Pangkalan Koto Baru Kabupaten Lima Puluh Kota
PT.Bintang Sumatra Pacifik”
2
cycle time alat bor, effisiensi kerja alat bor serta mengetahui
kemampuan alat bor dalam membuat lubang ledak untuk peledakan
agar dapat memenuhi target produksi di PT. Bintang Sumatra Pacifik.
3
Penulis dapat menerapkan ilmu yang di dapatkan di bangku
perkuliahan sehingga dapat di aplikasikan dilapangan.
3. Bagi Institusi STTIND Padang
Dapat dijadikan sebagai salah satu masukan untuk pembuatan
praktek kerja lapangan dan dapat di jadikan sebagai refrensi dan
pedoman bagi mahasiswa yang akan melakukan praktek kerja.
BAB I PENDAHULUAN
Bagian ini merupakan pengenalan dari tugas metodologi penelitian ini, yang
berisikan latar belakang, identifikasi masalah, batasan masalah, perumusan
masalah, tujuan penelitian dan manfaat penelitian.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini menjelaskan tentang landasan teori dan kerangka konseptual yang
berhubungan dengan judul dan masalah yang diangkat oleh penulis.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Bab ini memaparkan mengenai jenis penelitian, sumber data, lokasi,
pengumpulan data, pengolahan data, serta kerangka metodologi.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Landasan Teori
Landasan teori berisikan referensi dan teori-teori yang mendukung serta
menguatkan penyusunan laporan ini.
2.1.1. Pemboran.
Pemboran adalah salah satu kegiatan penting dalam sebuah industri
pertambangan.Pemboran merupakan kegiatan yang pertama kali dilakukan dalam
suatu operasi peledakan batuan. Kegiatan ini bertujuan untuk membuat sejumlah
lubang ledak yang nantinya akan diisi dengan sejumlah bahan peledak untuk
diledakkan. Bukan hanya untuk pembuatan lubang ledak tetapi pemboran
memiliki fungsi lain seperti pengumpulan data sebaran cadangan.Banyak faktor
yang mempengaruhi kinerja pemboran antara lain geometri peledakan,
keterampilan operator serta kondisi alat bor yang digunakan dalam proses
pemboran. Hal tersebut wajib diketahui jika diinginkan hasil pemboran yang
maksimal sehingga dapat meningkatkan hasil produksi.
Langkah-langkah kegiatan pemboran lubang ledak:
1. Perencanaan lokasi pemboran.
2. Persiapan lokasi pemboran.
5
3. Pemboran lubang ledak.
4. Pemeriksaan kembali lubang ledak setelah pemboran.
6
yang diperlukan untuk menyebabkan kerusakan pada batuan.
Kekerasan merupakan hal utama yang harus diketahui, karena setelah
mata bor menetrasi batuan akan menentukan tingkat kemudahan
pemboran.
7
Sandstone 0,49 – 8,43 0,066 – 0,125 1,62 – 26,40
Shale 0,8 – 3,0 0,11 – 0,54 20,00 – 50,00
Sumber:Made Astwa Rai, dkk (hal 94,2011)
4) Plastisitas
Plastisitas batuan merupakan perilaku batuan yang menyebabkan
deformasi tetap setelah tegangan dikembalikan keposisi awal, dimana
batuan tersebut belum hancur. Sifat plastisitas tergantung pada
komposisi mineral penyusun batuan dan diperbarui oleh adanya
penambahan kwarsa dan mineral lain.
5) Abrasitas
Abrasitas adalah sifat batuan yang menggores permukaan material
lain, ini merupakan suatu parameter yang mempengaruhi kehausan
(umur) mata bor dan batang bor.
Tabel 2.3. Kandungan Kuarsa Dari Batuan
Tipe Kand.Kuar Kand.Kuar
Tipe Batuan
Batuan sa (%) sa (%)
Amphibo 0- 5 Mica Gneiss 0 – 30
lite 0 Mica Schist 15 – 35
Anorthos 0–5 Norite 0
ite 10 – 20 Pegmatite 15 – 30
Diabase 0 Phylite 10 – 25
Diorite 15 – 50 Quartzite 60 – 100
Gabro 20 – 35 Sandstone 25 – 90
Gneiss 10 – 25 Slate 10 – 35
Granite 0–5 Shale 0 – 20
Greywac 0 Taconite 1– 10
ke
Limeston
e
Marble
Sumber: Made Astwa Rai, dkk (hal 71,2011)
8
6) Tekstur
Tekstur suatu batuan menunjukkan hubungan antara mineral-
mineral penyusutan batuan, sehingga diklasifikasikan bedasarkan sifat-
sifat, ikatan antar butir, bobot isi, dan ukuran butir. Tekstur juga
mempengaruhi pemboran, jika butiran berbentuk lembaran, pemboran
akan lebih sulit dibangdingkan dengan permukaan bulat seperti batu
pasir, batuan mempunyai bobot isi rendah sehingga lebih mudah jika
di bor.
7) Karakteristik Pecahan
Karakteristik pecahan dapat seperti tingkah laku apabila batu
dikenai palu.Masing-masing tipe batuan mempunyai karakteristik
pembongkaran yang beraneka ragam dan drajat pembongkaran
berhubugan dengan tekstur, komposisi mineral tekstur.
Tabel 2.4. Prilaku Batuan Ketika Dipukul
(Koefisien Los Angeles)
B. Rock Drillability.
Drillabilitas batuan adalah temperatur mudah tidaknya mata bor
melakukan penetrasi ke dalam batuan.Drillabilitas batuan merupakan fungsi
dan sifat batuan seperti komposisi mineral, tekstur, dan ukuran butir dan
tingkat pelapukan.
9
Umur dan kondisi alat bor berpengaruh, karena semakin lama umur alat
bor maka kemampuan alat semakin menurun.
D. Keterampilan Operator
Keterampilan operator tergantung pada induvidu masing-masing yang
dapat diperoleh dari latihan dan pengelaman kerja.
E. Geometri Pemboran
Geometri pemboran meliputi diameter lubang ledak, kedalam lubang
ledak, dan kemiringan lubang ledak dan pola pemboran.
1) Diameter lubang ledak
Secara tepat pada suatu rancangan peledakan memerlukan dua bagian
penilaian. Bagian pertama yaitu mempertimbangkan dari efek lubang ledak
terhadap fragmentasi, suara ledakan, batu terbang dan getaran tanah,
sedangkan yang kedua adalah mempertimbangkan faktor
ekonominya.Diameter lubang ledak juga berpengaruh pada penutupan
stemming dan jumlah bahan peledak yang dipakai.
2) Kemiringan lubang ledak
Secara teoritis ada dua yaitu lubang ledak tegak dan lubang ledak
miring. Rancangan peledakan yang merupakan lubang ledak tegak, maka
gelombang tekan yang dipantulkan oleh bidang, sehingga kehilangan
gelombang tekan akan cukup besar pada lantai jenjang bagian bawah, hal ini
akan menimbulkan tonjolan pada lantai jenjang. Sedangkan lubang ledak
miring akan membentuk lubang bebas luas sehingga mempermudah proses
pecahnya batuan dan kehilangan gelombang tekan pada lantai jenjang
menjadi lebih kecil.
a) Keuntungan dari lubang ledak miring adalah :
(1) Fragmentasi dari hasil tumpukan peledakan yang dihasilkan lebih baik
karena ukuran burden sepanjang lubang yang dihasilkan relatif
seragam.
(2) Dinding jenjang dan lantai jenjang yang dihasilkan relatif rata
b) Kerugian dari lubang ledak miring adalah :
10
(1) Pada pemboran lubang ledak dalam, sudut deviasi yang dibentuk
semakin besar.
(2) Mengalami kesulitan dalam pengisian bahan peledak.
(3) Kesulitan dalam penempatan sudut kemiringan yang sama antara
lubang ledak, serta dibutuhkan banyak ketelitian dalam pembuatan
lubang ledak, sehingga membutuhkan pengawasan yang ketat.
c) Keuntungan lubang ledak tegak adalah :
(1) Pemboran yang lebih mudah dan akurat.
(2) Untuk tinggi jenjang sama lubang ledak akan lebih pendek jika
dibanding dengan lubang ledak miring.
d) Kerugian lubang ledak tegak adalah :
(1) Kemungkinan akan timbul tojolan pada lantai jenjang.
(2) Kemungkinan timbulnya retakan kebelakang jenjang (back
break) dan getaran tanah lebih besar.
(3) Lebih banyak menghasilkan bongkahan pada daerah steamming.
F. Pola Pemboran
Dalam penambangan suatu bahan galian yang keras dan kompak,
pemberaiannya dilakukan dengan cara pemboran dan peledakan.
Keberhasilan salah satunya terletak pada ketersediaan bidang bebas (free
face) yang mencukupi.Minimal dua bidang bebas (free face) yang harus ada
pada peledakan. Peledakan dengan hanya ada satu bidang bebas (free face),
disebut crater blasting, akan menghasilkan kawah dengan lemparan
fragmentasi ke atas dan tidak terkontrol. Dengan mempertimbangkan hal
tersebut, dibuat 2 bidang bebas, yaitu:
1) Dinding bidang bebas.
2) Puncak jenjang (top bench).
Pola pemboran merupakan suatu pola pada kegiatan pemboran dengan
mendapatkan lubang-lubang tembak secara sistematis. Pola pemboran yang bisa
diterapkan pada tambang terbuka bisaanya ada tiga macam pola pemboran yaitu:
1) Pola Bujur Sangkar (square pattern)
11
Yaitu dimana jarak burden dan spasinya sama panjang yang membentuk
bujur sangkar. Keuntungan pola ini dalam penerapannya dilapangan adalah
lebih mudah melakukan pemboran dan untuk pengaturan lebih lanjut.Akan
tetapikerugiannya adalah volume batuan yang tidak terkena didaerah
pengaruh peledakan cukup besar sehingga fragmentasi batuan hasil
peledakan kurang seragam, biasanya pola ini dikombinasikan dengan pola
peledakan “V Delay Pattern”.
a) keuntungan pola pemboran bujur sangkar:
(1) lebih mudah dalam penempatan titik yang akan di bor, karena
jarak spasi dan burdennya yang sama antar lobang.
(2) mudah dalam pengerjaan dilapangan.
b) kerugian pola bujur sangkar:
(1) energi peledakan tidak terdistribusikan secara optimal dan
pada hasil peledakan masih ditemukan bongkahan batuan.
(2)secara teoritis, semakin banyak bahan peledak semakin banyak
pula bahan peledak dan detonator delaynya.
Sumber:RichardA.Dick,dkk(1983)
Gambar 2.1 Pola Bujur Sangkar (square pattern)
2) Pola Persegi Panjang (rectangular pattern)
Pola pemboran ini dimana ukuran spasi dalam satu barislebih besar dari
jarak burden yang membentuk pola persegi panjang.untuk mendapatkan
fragmentasi yang baik, pola ini kurang tepat karena daerah yang tidak
terkena pengaruh peledakan cukup besar. (lihat gambar 2.2)
12
Sumber:Richard A.Dick, dkk (1983)
Gambar 2.2 Pola Persegi Panjang (rectangular drill pattern).
13
Sumber: Richard A.Dick, dkk(1983)
Gambar 2.3 Pola Zig-zag Bujur Sangkar.
14
Tujuan pemboran adalah untuk meletakkan bahan peledak pada posisi
yang sudah direncanakan. Untuk itu, lubang-lubang bor dirancang
dengan pola yang teratur, sehingga bahan peledak dapat terdistribusi
secara merata dan dengan demikian setiap kolom bahan peledak akan
mempunyai beban yang sama.
15
Sumber: Richard A.Dick, dkk (1983)
Gambar 2.7 Penyimpangan Arah dan Sudut Pemboran
3) Kedalaman dan Kebersihan Lubang Bor
Lantai (permukaan) bor biasanya tidak rata dan datar sehingga
kedalaman lubang bor juga tidak akan seluruhnya sama. Untuk itu area
yang akan di bor sebaiknya akan disurvey dulu agar kedalaman masing-
masing lubang bor dapat ditentukan. Setelah dilakukan pemboran
material bisa masuk kedalam lubang yang mengakibatkan kedangkalan
lubang bor.
16
operator, maka akan semakin tinggi produktivitasnya dalam pengoperasian
mesin bor, begitu juga sebaliknya.
5. Efisiensi Kerja Pemboran (Eff)
Efisiensi kerja adalah perbandingan antara waktu kerja produktif
dengan waktu kerja yang terjadwal dan dinyatakan dalam persen.(Eff)
dikatakan baik jika ≥ 75% .(Kepmen ESDM RI No. 1827 K 30 MEM 2018).
17
Perhitungan untuk mengetahui keadaan alat bor merupakan tingkat
prestasi kerja alat yang digunakan untuk melakukan produksi dari waktu yang
tersedia.Untuk menilai kondisi suatu alat dapat dilakukan dengan mengetahui
empat tingkat ketersediaan alat dibawah ini, yaitu
A. Ketersediaan Fisik (Physical Availability, PA)
Ketersediaan fisik menunjukan kesiapan alat untuk beroperasi didalam
seluruh waktu kerja yang tersedia, PA dikatakan baik sekurang ≥ 90%
(Kepmen ESDM RI No. 1827 K 30 MEM 2018).
Persamaan dari ketersediaan fisik adalah:
W +S
PA = ×100 % ............................................................pers (2.4)
T
Dengan:
PA= Ketersediaan Fisik
W= Waktu kerja efektif (menit)
S= Waktu stand by alat (menit)
T= Waktu kerja yang tersedia (menit)
B. Ketersediaan Mekanik (Mechanical Availability, MA)
Ketersediaan mekanik adalah suatu cara untuk mengetahui kondisi
mekanik yang sesungguhnya dari alat yang digunakan. Kesediaan mekanik
(MA) menunjukan ketersediaan alat secara nyata karena adanya waktu akibat
masalah mekanik MA dikatakan baik sekurang ≥ 90%.(Kepmen ESDM RI
No. 1827 K 30 MEM 2018).
Persamaan dari ketersediaan mekanik adalah:
W
MA= ×100 % ..............................................................pers (2.5)
W +R
Dengan:
MA= Ketersediaan Mekanik
W= Waktu kerja efektif (menit)
R= Waktu repair (menit)
C. Pemakaian Ketersediaan (use of availability, UA)
Ketersediaan penggunaan menunjukan berapa persen waktu yang
dipergunakan oleh alat untuk beroperasi pada saat alat tersebut dapat
18
digunakan.Penilaian ketersediaan alat bor dilakukan untuk mengetahui
kondisi dan kemampuan alat bor untuk menyediakan lubang ledak. UA
dikatakan baik jika ≥ 75% .(Kepmen ESDM RI No. 1827 K 30 MEM 2018).
Persamaan dari ketersediaan penggunaan adalah:
W
UA¿ ×100% ..............................................................pers (2.6)
W +S
Dengan:
UA= Pemakaian Ketersediaan
W= Waktu kerja efektif (menit)
S= Waktu stand by (menit)
D. Penggunaan Efektif (EU)
Penggunaan efektif menunjukan berapa persen waktu yang dipergunakan
oleh alat untuk beroperasi pada saat alat tersebut dapat digunakan EU
dikatakan baik jika ≥ 75%.(Kepmen ESDM RI No. 1827 K 30 MEM 2018).
Persamaan dari kesediaan penggunaan efektif adalah:
W
EU = ×100% ..............................................................pers (2.7)
T
Dengan:
EU= Pengunaan Efektif
W=Waktu kerja efektif (menit).
T= Waktu kerja yang tersedia (menit).
19
Kedalaman lubang bor merupakan kemampuan dari alat
bor untuk menembus atau melubangi suatu batuan .
Persamaan kedalaman lubang bor (H) yaitu:
£n
H= ..............................................................pers
n
(2.8)
£n= Jumlah rata-rata kedalaman lubang (meter)
n= Jumlah lubang.
2) Waktu edar pemboran (Cycle Time).
Waktu edar adalah waktu yang diperlukan oleh mesin bor
untuk menyelesaikan satu lubang bor dengan kedalaman, termasuk
adanya hambatan-hambatan yang terjadi selama kegiatan pemboran
berlangsung.
Persamaan waktu edar pemboran untuk satu lubang bor yaitu:
Pt +Bt +St + Dt
Ct= ........................................................pers
n
(2.9)
Dengan:
Ct= Waktu edar pemboran (detik)
Bt= Waktu pemboran (detik)
St= Waktu mengangkat, melepas, dan menyambung batang bor
(detik)
Pt= Waktu untuk pindah posisi mesin bor ketitik pemboran (detik)
Dt= Waktu untuk mengatasi hambatan (detik)
N= Jumlah lubang bor.
Jadi persamaan kecepatan pemboran (Gdr) yaitu:
H
Gdr= ............................................................................pers
Ct
(2.10)
Dengan:
Gdr= Kecepatan pemboran rata-rata (meter/menit)
H= Kedalaman lubang rata- rata(meter)
20
Ct= Waktu edar pemboran rata-rata (menit/lubang)
3) Volume Setara.
Volume setara (Equivalent Volume,Veq) menyatakan volume
batuan yang diharapkan terbongkar untuk setiap meter kedalaman
lubang ledak yang dinyatakan dalam m3/m.
Persamaan dengan pola pemboran tersebut di atas, maka volume
setara dapat dihitung sebagai berikut:
VxdxH
Veq= .............................................pers
nxH
(2.11)
Dengan:
Veq= Volume setara
V= Space lubang
d= Diameter lubang
n= jumlah lubang
H= Kedalaman lubang
Jadi persamaan untuk mencari produksi yang dapat dihasil mesin
bor yaitu:
a) Persamaan perhitungan produksi mesin bor dalam hitungan
(P)/jam.
P= Eff×Vdr×Veq×n .................................................pers (2.12)
b) Persamaan produksi mesin bor (P)/Hari.
P=P(jam) ×We ........................................................pers (2.13)
c) Persamaan tonase batuan yang dihasikan mesin bor/hari
P= P(hari) ×Density ................................................pers (2.14)
Dengan:
P= Produksi alat bor (m³/jam)
Veq= Volume setara (m³/m)
Vdr= Kecepatan pemboran rata-rata (m/jam)
We= Waktu kerja efektif
Ek= Efisiensi kerja pemboran (%)
21
60= Konversi dari menit ke jam
Density= Kekerasan batuan
4) Produktivitas alat bor
Produktivitas mesin bor untuk penyediaan lubang ledak menyatakan
berapa volume atau berat batuan yang dapat dicakup oleh lubang ledak
dalam waktu tertentu,sehingga produktivitas mesin bor dinyatakan
dalam volume atau berat per satuan waktu (m³/jam, ton/jam). Ini
anggapan bahwa seluruh volume cakupan lubang ledak itu akan
terbongkar ketika diledakkan. Produktivitas mesin dipengaruhi oleh
geometrid an pola pemboran,kecepatan pemboran,efisiensi kerja dan
volume setara.
P = Veq x Gdr x Eff x 60 ……………………………….…pers (2.15)
Keterangan : P = Produktivitas alat bor (m³/jam)
Veq = volume setara (m³/m)
Gdr = kecepatan pemboran (meter/menit)
60 = konversi dari menit ke jam.
2.2. Deskripsi Perusahaan
PT. Bintang Sumatra Pacific adalah sebuah perusahaan yang bergerak dibidang
usaha pertambangan dan pengolahan batu andesit yang berlokasi di Jorong lubuk
Jantan Nagari Manggilang Kecamatan Pangkalan Koto Baru Kabupaten Lima
Puluh Kota. PT. Bintang Sumatra Pacific berdiri sejak bulan November 2013.
22
Pertambangan (IUP) operasi produksi penambangan site PT. Bintang Sumatra
Pacific terletak pada koordinat-koordinat.
Tabel 2.8. Koordinat IUP PT.Bintang Sumatra Pacific.
Garis
Garis Bujur Lintang
(BT) (LS)
N ‘ LU/L
o ͦ ‘’ ‘ ͦ ’ ‘ S
10 4 52.
1 0 4 4 0 1 7.4 LU
10 4 56.
2 0 4 1 0 1 7.4 LU
10 4 56.
3 0 4 1 0 1 8.6 LU
10 4 59.
4 0 4 1 0 1 8.6 LU
10 4 59.
5 0 4 1 0 1 6.2 LU
10 4
6 0 4 1.2 0 1 6.2 LU
10 4
7 0 4 1.2 0 1 4.2 LU
10 4
8 0 4 2.7 0 1 4.2 LU
10 4
9 0 4 2.7 0 1 2.6 LU
1 10 4 59.
0 0 4 9 0 1 2.6 LU
1 10 4 59.
1 0 4 9 0 1 1.1 LU
1 10 4 58.
2 0 4 1 0 1 1.1 LU
1 10 4 58.
3 0 4 1 0 1 59.9 LU
1 10 4 52. 0 1 59.9 LU
23
4 0 4 4
Sumber: PT.BSP
Untuk mencapai wilayah izin usaha pertambangan operasi produksi PT.
Bintang Sumatra Pacific dari ibu Kota Provinsi dapat ditempuh dengan
mengunakan jalur transportasi darat sebagai berikut;
a. Padang-Payakumbuh dengan jalur transportasi darat ditempuh dengan
kendaraan roda empat sejauh 135 km dapat ditempuh dalam waktu ± 3 jam
b. Payakumbuh-Pangkalan dengan kendaraan roda empat melalui jalan
sejauh ± 55 km yang ditempuh dalam waktu ± 1 jam.
24
8. CPP dan Shipping Dept Head
25
dimensi batuan non logam (Barton, 1968). PT. Bintang Sumatra Pacific dalam
proses penambangan mengunakan excavator, bulldozer, breaker, compactor,
motor grader, dan wheel loader.
Operasi Penambangan batu andesit yang dilakukan meliput tahap
pembersihan lahan, penggalian tanah penutup, pemindahan tanah penutup
(overburden), penambangan andesit, pengangkutan dan, proses peremukan
(crushing), dan reklamasi.
4.Pemboran (Drilling)
26
Kegiatan ini merupakan kegiatan yang pertama kali dilakukan dalam
proses pembongkaran batuan. Kegiatan ini dilaksanakan setelah lapisan
tanah penutup (overburden) dikupas. Kegiatan ini bertujuan untuk
membuat lubang ledak dengan pola tertentu.
6. Pemuatan (loading)
Pekerjaan ini dilakukan dengan alat muat mekanis, excavator komatsu pc 200
untuk memuat hasil kegiatan pembongkaran kedalam dump truck.
27
Gambar 2.17. Excavator Komatsu PC 200
a. Pengangkutan (transporting)
Bongkahan andesit diangkut ke lokasi peremukan (crusher) dengan dump
truck hino lohan
7. Peremukan (crusher)
Pengolahan andesit adalah dengan memperkecil ukurannya sesuai dengan
kebutuhan, untuk kegiatan ini dilaksanakan melalui unit peremukan (crushing
plant) tahapan pengolaan meliputi:
a. Peremukan dengan primary crusher seperti jaw crusher, cone crusher atau
gyratory crusher yang dilanjutkan dengan secondary crusher.
b. Pengangkutan mengunakan ban berjalan (belt conveyor)
c. Pemisahan mengunakan ayak (screen)
28
Gambar 2.19. Crusher
29
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. JenisPenelitian
penelitian yang penulis lakukan adalah penelitian terapan (applied
research). Menurut Sugiyono (2009: hal 9-11), penelitian terapan adalah
menerapkan, menguji, menganalisa kemampuan suatu teori yang diterapkan
dalam memecahkan masalah-masalah praktis.
Penelitian terapan ini digolongkan menurut tujuan, penelitian yang
bertujuan untuk menemukan pengetahuan yang secara praktis dapat diaplikasikan.
Walaupun ada kalanya penelitian terapan juga untuk mengembangkan produk
penelitian dan pengembangan bertujuan untuk menemukan, mengembangkan dan
memvalidasi suatu produk.
30
Waktu penelitian dilakukan setelah seminar proposal.
3.4 Jenis Data dan Sumber Data
3.4.1 Jenis Data
1. Data Primer.
Data primer yang dikumpul kan dari lapangan antara lain:
a) Geometri pemboran yang diterapkan.
b) Pola pemboran yang diterapkan.
c) Data waktu edar alat bor (cycle time).
2. Data Sekunder.
Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari data-data yang sudah
ada di Quarry di Jorong lubuk Jantan Nagari Manggilang Kecamatan
Pangkalan Koto Baru Kabupaten Lima Puluh Kota, Provinsi Sumatra Barat.
31
serta arsip perusahaan sehingga dapat digunakan sebagai landasan dalam
pemecahan masalah.
We
Eff × 100 %
T
32
Dimana : 1. Eff : Effisiensi kerja (%)
2. We : Waktu kerja efektif (jam)
3. T : Waktu yang tersedia (jam)
Setelah effisiensi kerja diketahui maka selanjutnya dilakukan
perhitungan untuk mengetahui keadaan alat bor dalam
penggunaannya.
W
MA × 100 %
W +R
3. Use of Availability( UA)
W
UA= 100 %
W +S
4. Effective Utilization( EU)
W
EU¿ 100 %
T
Dimana : 1. W : Waktu kerja efektif (menit)
2. T : Waktu kerja tersedia (menit)
3. R : Waktu repair (menit)
4. S : Waktu standby (menit)
c. Tahap ketiga, pada tahap ini menghitung kemampuan alat
bor,sebelummenghitung maka terlebih dahulu harus mengetahui
kecepatan pemboran agar kita mengetahui kemampuan dari alat bor
tersebut, adapun rumus yang digunakan yaitu :
H (meter )
Vt =
Dt (meter )
Dimana : 1. Vt = Kecepatan pemboran (meter/menit)
33
2. H = Kedalam lubang bor (meter)
3. Dt = Waktu member (menit)
Jadi untuk mengetahui kemampuan alat bor dapat mengguanakan
rumus,yaitu :
meter
Eff x 60( )
P= menit
CT
Dimana : 1. P = Kemampuan pemboran (lubang/jam)
2 Eff = Effisiensi kerja
3 CT = Cycle time (menit)
4.4. Kerangka Metodologi
Langkah-langkah yang dilakukan penulis dalam melakukan penelitian.
Identifikasi Masalah :
1. Tidak tercapainya target produksi pemboran.
2. Tidak tercapainya target efisiensi sebesar 90%.
Tujuan:
1. Menentukan produktivitas alat bor aktual pada PT. Bintang Sumatra
Pacific.
2. Menentukan produktivitas alat bor ideal pada PT. Bintang Sumatra
Pacific.
Pengumpulan Data:
Data primer : data marking, acuan titik lubang bor, desain peledakan,
kedalaman lubang tembak, diameter lubang, geometri peledakan
34
Data sekunder : spesifikasi alat bor,data dari alat bor,waktu kerja alat dan
operator.
Pengolahan Data
1. Perhitungan efisiensi kerja pemboran (persamaan 1 sampai persamaan 3)
2. Perhitungan produksi batuan yang dapat dibongkar dari hasil pemboran
(Persamaan 8 sampai persamaan 14)
35