Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN PEMETAAN SURFACE KAMPUS UNISBA

AKTIVITAS PENGEBORAN COAL BED METHANE (CBM)


DI PUSAT SUMBER DAYA MINERAL BATUBARA DAN
PANAS BUMI WILAYAH KERJA SEKAYU
KECAMATAN SEKAYU KABUPATEN MUSI BANYUASIN
PROVINSI SUMATERA SELATAN

PROPOSAL
KERJA PRAKTIK
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Syarat Kerja Praktik (TTA-300)
Pada Semester VI Program Studi Teknik Pertambangan Fakultas Teknik
Universitas Islam Bandung Tahun Ajaran 2016/2017

Diajukan oleh :
1. Dikri Akbar (100.701.14.047)
2. Fahmi M Kusumah (100.701.14.102)

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG
2017 M / 1438 H
PROPOSAL KERJA PRAKTIK
AKTIVITAS PENGEBORAN COAL BED METHANE (CBM)
DI PUSAT SUMBER DAYA MINERAL BATUBARA DAN
PANAS BUMI WILAYAH KERJA SEKAYU
KECAMATAN SEKAYU KABUPATEN MUSI BANYUASIN
PROVINSI SUMATERA SELATAN

I. JUDUL
Dalam rencana kerja Praktik ini, penulis berencana mengambil judul AKTIVITAS
PENGEBORAN COAL BED METHANE (CBM) DI PUSAT SUMBERDAYA
MINERAL BATUBARA DAN PANAS BUMI WILAYAH KERJA SEKAYU
KECAMATAN SEKAYU KABUPATEN MUSI BANYUASIN PROVINSI
SUMATERA SELATAN. Adapun judul yang penulis ajukan diatas pada saat
pelaksanaan kerja praktik nantinya dapat disesuaikan dengan situasi dan kondisi
yang ada di lapangan.

II. LATAR BELAKANG


Kegiatan pertambangan adalah kegitan yang vital dalam perekonomian
bangsa indonesia. Selain sebagai sumber energi, hasil dari pertambangan juga
bisa dijual dan meningkatkan pendapatan masyarakat dan negara. Secara umum,
dalam kegiatan pertambangan, harus melalui tahapan tahapan pertambangan
yang meliputi penyelidikan umum, eksplorasi, studi kelayakan, konstruksi,
penambangan, pengolahan dan pemurnian, pengangkutan dan penjualan, serta
kegiatan pascatambang. Sebelum melakukan kegiatan penambangan sangatlah
penting untuk melakukan kegiatan eksplorasi, mengacu dari UU Nomor 4 Tahun
2009 eksplorasi merupakan tahapan kegiatan usaha pertambangan untuk
memperoleh informasi secara terperinci dan teliti tentang lokasi, bentuk, dimensi,
sebaran, kualitas dan sumber daya terukur dari bahan galian, serta informasi
mengenai lingkungan sosial dan lingkungan hidup. Dalam kegiatan eksplorasi
terdapat beberapa tahapan yang meliputi studi kelayakan, prospeksi umum,
eksplorasi awal, dan eksplorasi rinci.
Salah satu metode yang dilakukan dalam kegiatan eksplorasi adalah
metode eksplorasi langsung, dimana pada kegiatan tersebut dilakukan kegiatan
pengeboran. Dalam kegiatan pengeboran akan terjadi beberapa macam kendala
yang sangat mempengaruhi kegiatan pengeboran seperti masalah dalam kegiatan
coring, caving shale problem, hilangnya lumpur pengeboran (Lost Circulation),
stang bor terjepit, dan terjadinya semburan liar (Blow Out) yang dapat
menyebabkan kerugian yang cukup besar, sehingga sangatlah penting untuk
memahami dan mempelajari pengeboran agar dapat meminimalisir masalah-
masalah yang dapat berpotensi terjadi pada kegiatan pengeboran. Kegiatan
pengeboran dapat dilakukan baik untuk mineral, batubara, batuan, minyak bumi,
maupun gas. Salah satu komoditas tambang yang menggunakan pengeboran
adalah coal bed methane (CBM). Kegiatan pengeboran CBM tersebut salah
satunya sedang dilakukan oleh Pusat Sumber daya Mineral Batubara dan Panas
bumi Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral di wilayah kerja sekayu,
Kecamatan Sekayu Kabupaten Musi banyuasin Provinsi Sumatera Selatan.

III. MAKSUD DAN TUJUAN


Maksud dari kegiatan kerja praktik ini yaitu untuk memenuhi persyaratan
mata kuliah kerja praktik pada Program Studi Teknik Pertambangan Fakultas
Teknik Universitas Islam Bandung, dari kegiatan ini diharapkan mahasiswa dapat
mengenal dan berinteraksi dengan dunia kerja secara langsung.
Tujuan dari kegiatan Kerja Praktik ini yaitu :
1. Mempelajari kegiatan dan proses pengeboran CBM di daerah penelitian;
2. Mengetahui kecepatan dari pengeboran (RPM), kecepatan perputaran bit;
(ROP), material lumpur (viskositas) yang digunakan dalam pengeboran
3. Mengetahui penanganan sampel dari hasil pengeboran;
4. Mempelajari tindakan tindakan yang diambil ketika terjadi masalah pada
saat proses pengeboran berlangsung.

IV. RUANG LINGKUP MASALAH


Berdasarkan latar belakang dan tujuan yang telah dibahas, maka ruang
lingkup masalah yang dibahas adalah
1. Aktivitas pengeboran CBM;
2. Faktor - faktor kinerja pengeboran;
3. Penanganan sampel pengeboran;
4. Pengamatan kendala dalam kegiatan pengeboran.

V. LANDASAN TEORI
5.1 Pengertian Pengeboran
Pengeboran adalah salah satu kegiatan penting dalam sebuah industri
pertambangan, dimana kegiatan tersebut dilakukan secara teknis untuk membuat
lubang yang aman hingga menembus lapisan formasi. Pengeboran dilakukan
sesuai dengan data atau fungsi lubang yang diinginkan, berdasarkan
kepentingannya pengeboran dibagi menjadi 3, yaitu pengeboran eksplorasi,
pengeboran produksi, dan juga pengeboran geoteknik.
Pengeboran eksplorasi yaitu suatu kegiatan membuat lubang bor dengan
tujuan mengetahui berbagai informasi geologi (kedudukan bahan galian, sebaran
bahan galian, litologi, stratigrafi), memverifikasi data, dan memvalidasi data dari
hasil penyelidikan sebelumnya. Pengeboran produksi adalah kegiatan
pengeboran untuk membuat lubang yang akan digunakan sebagai lubang
produksi, dengan data dari hasil eksplorasi yaitu pemetaan geologi, pengeboran,
penyelidikan geofisika sumur, penyelidikan geofisika permukaan, sehingga dapat
ditetapkan kedalaman pengeboran untuk produksi dan desain konstruksi
sumurnya.
Terdapat 4 komponen pengeboran yang ada dalam setiap sistem
pengeboran, diantaranya adalah :
1. Feed , gaya aksial yang diberikan untuk memberikan gaya vertikal;
2. Rotation, gerakan memutar pada batang bor dan mata bor;
3. Percussion, tumbukan berulang yang diberikan pada titik pengeboran;
4. Flushing, memberikan material berupa fluida bertekanan untuk
mengeluarkan material hasil pengeboran.
Dari komponen komponen utama dalam sistem pengeboran tersebut,
terdapat 4 komponen fungsional dalam sistem pengeboran, diantaranya adalah :
1. Alat bor
Alat bor adalah penggerak utama dalam sistem pengeboran, alat bor
tersebut akan mengkonversikan gaya awal baik itu berupa listrik maupun
motor bakar menjadi energi mekanik.
2. Batang bor
Batang bor berperan untuk meneruskan energi mekanik dari penggerak
utama ke mata bor
3. Mata bor
Mata bor berperan menerima energi makanik dari batang bor yang
kemudian akan menghancurkan lapisan batuan dengan penetrasi.
4. Sirkulasi fluida
Fluida tersebut berperan untuk mengeluarkan material hasil penghancuran
mata bor, mendinginkan mata bor, dan juga membersihkan lubang bor.

5.2 Peralatan Pengeboran


Beberapa peralatan pengeboran yang diperlukan untuk kegiatan
pengeboran diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Mesin Bor;
2. Pompa atau Kompresor;
3. Stang Bor;
4. Pipa Casing;
5. Mata Bor;
6. Dan Perlengkapan lainya.
5.2.1 Mesin Bor
Dalam memilih mesin bor yang tepat untuk suatu kegiatan pengeboran
harus memperhatikan beberapa parameter agar tepat guna dan tepat sasaran,
diantaranya meliputi:
Tipe/ model mesin bor Kemampuan rotasi/ tumbuk
Diameter lubang per satuan waktu
Sliding stroke Hoisting capacity (kapasitas)
Berat mesin bor Dimensi
Power unit
Didalam pengeboran ada beberapa jenis mesin bor diantaranya adalah
sebagai berikut :
1. Mesin Bor Tumbuk
Mesin bor tumbuk diopersikan dengan cara mengangkat kemudian
menjatuhkan alat bor tersebut secara berulang - berulang ke dalam lubang bor.
Sehingga mata bor akan memecahkan batuan didasar lubang. Jika didalam lubang
terdapat air tanah maka hancuran batuan yang telah tertumbuk tersebut
bercampur dan membentuk slurry. Namun bila tidak terdapat air maka harus
dimasukan fluida kedalam lubang agar material hancurkan dapat terangkat.
Bila kecepatan laju pengeboran sudah lambat, maka slurry harus diangkat
ke permukaan dengan menggunakan timba (bailer) atau sand pump. Beberapa
faktor yang mempengaruhi kecepatan laju pengeboran dalam pengeboran tumbuk
diantaranya adalah kekerasan lapisan batuan, diameter kedalam lubang bor, jenis
mata bor, kecepatan dan jarak tumbuk, dan beban pada alat bor.

Sumber : dunia-atas.blogspot.com
Gambar 5.1
Mesin Bor Tumbuk

Kelebihannya mesin bor tumbuk :


Harga lebih murah sehingga depresiasi lebih kecil;
Biaya transportasi lebih murah;
Biaya operasi dan pemeliharaannya lebih rendah;
Penyiapan rig untuk pengeboran lebih cepat;
Menghasilkan contoh pemboraan yang lebih baik;
Tanpa sistem sirkulasi;
Lebih mempermudah pengenalan lokasi akuifer;
Kemungkinan kontaminasi karena pengeboran relative lebih kecil.
Kekurangannya mesin bor tumbuk:
Kecepatan laju pengeboran rendah;
Sering terjadi sling putus;
Tidak bisa mendapatkan core;
Tidak memiliki saran pengontrol kestabilan lubang bor;
Terbatasnya personil yang berpengalaman;
Pada formasi yang mengalami swelling clay akan menghadapi banyak
hambatan.
2. Mesin Bor Putar
Pada mesin bor putar, mata bor hanya mengandalkan putaran mesin dan
beban dari rangkaian stang bor.Ketika formasi batuan yang harus diterobos oleh
mata bor merupakan batuan yang keras maka akan ditambah rangkaian stang bor
pemberat agar batuan tersebut dapat hancur dan tergerus. Batuan yang hancur
menjadi kepingan tersebut harus diangkat kepermukaan dengan menggunakan
dorongan dari fluida. Komponen komponen utama dari mesin bor putar adalah:
Swivel;
Kelly bar;
Stabilizer;
Mata bor;
Stang bor;
Stang pemberat.

Sumber : dunia-atas.blogspot.com
Gambar 5.2
Mesin Bor Putar
3. Mesin bor hidrolik
Dalam menggerus atau menerobos batuan, mesin bor hidrolik
mengabungkan antara tekanan hidrolik, stang bor dan putaran mata bor. Beban
pada mata bor diatur oleh sistem hidrolik yang terdapat pada mesin bor. Formasi
batuan yang tergerus akan terbawa oleh fluida bor ke permukaan melalui rongga
anulus atau melalui rongga stang bor yang bergantung pada sistem sirkulasi fluida
bor yang digunakan.

Sumber : dunia-atas.blogspot.com
Foto 5.1
Mesin Bor Hidrolik

5.2.2 Pompa Atau Kompressor


Pada tahap pengeboran, lumpur dan kompresor berfungsi sebagai sumber
tenaga untuk mensirkulasikan fluida bor. Jika fluida bor yang digunakan adalah
lumpur, maka sebagai sumber tenaga adalah pompa lumpur, dan jika fluida bor
yang digunakan adalah udara maka sumber tenaganya adalah kompresor.
Beberapa hal penting yang perlu diperhatikan pada pompa diantaranya adalah:
Tipe acting piston;
Diameter piston;
Power;
Dimensi;
Berat;
Volume/ pressure;
Working pressure.
Adapun hal hal yang penting diperhatikan pada kompresor yaitu adalah
sebagai berikut :
1. Tekanan udara yang dihasilkan;
2. Volume udara yang dihasilkan per satuan waktu.
5.3.3 Stang Bor
Dalam kegiatan pengeboran, stang bor berfungsi sebagai:
1. Menstranmisikan putaran, tekanan, dan tumbukan yang dihasilkan oleh
mesin bor menuju mata bor.
2. Jalan keluar masuknya fluida bor
Stang bor yang dipakai pada pengeboran mempuyai banyak ukuran, hal ini
berkaitan dengan diameter luar, diameter dalam , jenis ulir dan sebagainya. Setiap
pabrik biasanya memiliki klasifikasi yang berbeda.

Sumber : rock-drillingtools.com
Foto 5.2
Stang Bor

5.3.4 Pipa Casing


Pemasangan pipa casing bertujuan untuk menjaga agar lubang tidak
terganggu terutama oleh dinding lubang yang mungkin roboh, dan juga menjaga
agar alat bor terlindungi.
Ada dua tipe untuk menghubungkan pipa casing, yaitu:
1. Tipe Flash Joint, penghubungan antara pipa satu dengan yang lainnya
dilakukan secara langsung.
2. Tipe Flash Coupled, penghubungan antara pipa satu dengan yang lain
menggunakan coupling.
5.3.5 Mata Bor (Bit)
Mata bor merupakan komponen pada sistem pengeboran yang langsung
menyentuh formasi dan di pasang pada stang bor. Mata bor menerima gaya
dorong dan gaya putar yang diberikan oleh stang bor dari mesin bor sehingga
mampu menghancurkan dan menerobos lapisan batuan. Keefektifan penetrasi
yang dilakukan pada pengeboran tergantung pada kedua gaya tersebut. Gaya
dorong dapat dihasilkan melalui tumbukan yang dilakukan pada pengeboran
tumbuk,pemuatan bit, tekanan di bawah permukaan. Gaya putar dapat dihasilkan
pada mekanisme pengeboran putar dengan bantuan mesin putar mekanik yang
dapat memutar bit yang ditransmisikan oleh stang bor dan dengan bantuan gaya
dorong statik menghancurkan batuan yang ditembus. Faktor- faktor yang sangat
penting dan harus diperhatikan dalam pemilihan bit yaitu:
1. Ukuran dan bentuk mata bor;
2. Ukuran gigi mata bor;
3. Berat mata bor;
4. Kekerasan matriks.

Sumber : willynarestahanum29.blogspot.co.id
Gambar 5.3
Beberapa contoh mata bor putar
5.4 Sistem Perangkat Pengeboran
5.4.1 Sistem Sirkulasi
Sistem sirkulasi adalah salah satu sistem yang berperan penting didalam
operasi pengeboran putar (rotary drilling), sistem sirkulasi tersebut untuk
membantu sistem pemutar didalam membuat lubang bor dengan menyediakan
perlengkapan yang dibutuhkan seperti bahan lumpur, dan penggantian fluida.
Sistem sirkulasi tersusun atas 4 komponen utama, diantaranya adalah :
1. Lumpur pengeboran;
2. Tempat persiapan;
3. Peralatan sirkulasi;
4. Tempat pengkondisian lumpur.
Secara umum urutan sirkulasi lumpur yang terjadi pada sistem sirkulasi
pengeboran dimulai dari lumpur yang berada di steel mud pit dihisap oleh pompa
lalu dialirkan ke pipa tekanan kemudian lumpur akan melewati stand pipe, rotary
hose, swivel head, kelly, drill pipe, drill colar, anullus drill colar, anullus drill pipe,
kemudian lumpur akan keluar melalui nozzle yang berada pada mata bor, setelah
lumpur keluar kemudian lumpur akan naik ke permukaan melalui mud line
kemudian lumpur akan di saring pada shale shaker sebelum masuk ke mud pit,
lumpur hasil penyaringan akan dialirkan oleh suction line menuju mud pump.

Sumber : http://petroleum-learning.blogspot.co.id
Gambar 5.4
Perangkat sistem sirkulasi
5.4.2 Sistem Pengangkatan (Housting Sistem)
Selama proses pengeboran berlangsung dibutuhkan ruang kerja untuk
melakukan pengangkatan dan penurunan drill sting dan casing kedalam lubang
bor, maka dibuat system pengangkatan dalam perangkat pengeboran. Dalam
system pengangkatan terdapat komponen utama yaitu struktur penyangga dan
peralatan pengangkatan.
Struktur penyangga berada di di atas titik bor yang berfungsi untuk
menyangga peralatan pengeboran, menahan beban dari peralatan bor dan juga
beban dari luar. Struktur penyangga meliputi :
1. Drilling tower, memberi ruang untuk mengangkat dan menurunkan drill
collar dan casing string.
2. Ring floor, untuk menampung peralatan pemboran yang berukuran kecil,
tempat berdirinya menara, dan tempat kerja bagi para roughneck.
3. Substructur, untuk menahan beban tekan yang berasal dari peralatan
pengeboran.
Kemudian peralatan pengangkatan yang berada pada system
pengangkatan diantaranya adalah :
1. Draw work;
2. Overhead tools;
3. Drilling line.

Sumber : http://petroleum-learning.blogspot.co.id
Gambar 5.5
Perangkat sistem pengangkatan
5.4.3 Sistem Pemutar
Dalam kegiatan pengeboran fungsi dari system pemutar adalah untuk
memberikan gaya putar atau putaran pada rangkaian pipa bor, dan juga
memberikan gaya berat atau pembebanan pada mata bor, sehingga mata bor
dapat menghancurkan dan menerobos lapisan batuan. Komponen utama dalam
system pemutar ini diantaranya adalah :
1. Swivel, berfungsi untuk menghubungkan antara bagian alat yang statis
dengan batang bor yang berputar bebas.
2. Rotary assembly, berfungsi memutar batang bor selama operasi
pemboran.
3. Drilling stem
4. Bit, berfungsi sebagai penerima gaya yang ditransmisikan oleh batang bor
yang kemudian akan menghancurkan lapisan batuan.

Sumber : yourarticlelibrary.com
Gambar 5.6
Perangkat sistem pemutar

5.4.4 Sistem Daya/Tenaga


Sistem ini terdiri dari power supply yang dihasilkan oleh prime mover dan
distribution element yang berfungsi untuk meneruskan tenaga untuk kegiatan
pengeboran. Prime Mover biasanya menghasilkan daya sebesar 500-5000 HP.
Pada umumnya kegiatan pengeboran membutuhkan 2 hingga 3 mesin tenaga.
Sistem ini harus memenuhi dan mendukung keperluan dari sistem angkat, sistem
putar, sistem sirkulasi dan sistem keamanan.
a b

Sumber : yourarticlelibrary.com
Foto 5.3
(a). Perangkat sistem daya (b). Prime mover

5.4.5 Sistem Keamanan (BOP)


Sistem ini berfungsi untuk mencegah terjadinya semburan liar (blow out).
Semburan liar ini merupakan hambatan dalam operasi pengeboran dimana fluida
mengalir yang berasal dari formasi batuan tidak terkendali
Untuk keperluan penutupan sumur diperlukan perlengkapan khusus yang
disebut peralatan pencegah semburan liar. Kriteria dari peralatan tersebut adalah
sebagai berikut :
1. Dapat melakukan penutupan lubang sumur dalam kondisi kosong ataupun
dalam kondisi ada pipa bor di dalamnya;
2. Dapat menahan tekanan yang berasal dari dalam sumur;
3. Dapat mengendalikan tekanan sumur;
4. Dapat dipakai untuk pekerjaan sirkulasi mematikan kick;
5. Memiliki sistem cadangan apabila ada salah satu yang rusak.

5.3 Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja Pengeboran


Kemampuan suatu alat bor dalam membuat lubang sangat bergantung
pada kecepatan pengeboran itu sendiri, kecepatan pengeboran dipengaruhi oleh
2 faktor utama yaitu faktor yang tidak dapat dikendalikan dan faktor yang dapat
dikendalikan.
Faktor yang dapat dikendalikan adalah efisiensi personal, efisiensi ring,
lumpur bor yang digunakan, mata bor yang digunakan, faktor mekanik, dan faktor
hidrolik. Sedangkan faktor yang tidak dapat dikendalikan adalah karakter formasi
batuan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 5.6.
Sumber : handout Mata Kuliah Teknik Pengeboran
Gambar 5.6
Faktor kemampu-bor-an

5.3.1 Drilabilitas batuan (Drillability of Rock)


Drilabilitas batuan adalah kecepatan penetrasi rata-rata mata bor terhadap
batuan. Nilai drilabilitas ini diperoleh dari hasil pengujian terhadap toughness
berbagai tipe batuan oleh Sievers dan Furby. Hasil pengujian mereka
memperlihatkan kesamaan nilai penetration speed dan net penetration rate untuk
tipe batuan yang sejenis.
5.3.2 Parameter geologi
Parameter geologi merupakan parameter yang tidak dapat dikendalikan,
artinya setiap alat pengeboran yang digunakan harus disesuaikan dengan
parameter geologi. Parameter geologi diantaranya adalah :
1. Kekerasan batuan
Kekerasan adalah daya tahan permukaan batuan terhadap goresan.
Batuan yang keras akan memerlukan energy yang besar untuk menghancurkanya.
Pada umumnya batuan yang keras mempunyai kekuatan yang besar pula.
Kekerasan batuan diklasifikasikan dengan skala Fredrich Van Mohs (1882).
2. Kekuatan (strength) batuan
Kekuatan mekanik suatu batuan merupakan daya tahan batuan terhadap
gaya dari luar, baik bersifat statis maupun dinamik. Kekuatan batuan dipengaruhi
oleh komposisi mineralnya, terutama kandungan kuarsa. Batuan yang kuat
memerlukan energi yang besar untuk menghancurkanya.
3. Bobot isi / Berat jenis batuan
Bobot isi (density) batuan merupakan berat batuan per satuan volume.
Batuan dengan bobot isi yang besar untuk membongkarnya memerlukan energi
yang besar pula.
4. Kecepatan Rambat Gelombang Seismik
Batuan yang masif mempunyai kecepatan rambat gelombang yang besar.
Pada umumnya batuan yang mempunyai kecepatan rambat gelombang yang
besar akan mempunyai bobot isi dan kekuatan yang besar pula sehingga sangat
mempengaruhi pengeboran.
5 Abrasivitas
Abrasivitas adalah sifat batuan yang dapat digores oleh batuan lain yang
lebih keras. Sifat ini dipengaruhi oleh kekerasan butiran batuan, bentuk butir,
ukuran butir, porositas batuan, dan sifat heterogenitas batuan.
6. Tekstur batuan
Tekstur batuan dipengaruhi oleh struktur butiran mineral yang menyusun
batuan tersebut. Ukuran butir mempunyai pengaruh yang sama dengan bentuk
batuan, porositas batuan, dan sifat-sifat batuan lainya. Semua aspek ini
berpengaruh dalam keberhasilan operasi pengeboran.
7. Elastisitas batuan
Sifat elastisitas batuan dinyatakan dengan modulus elastisitas atau
modulus young (E). Modulus elastisitas batuan bergantung pada komposisi
mineral dan porositasnya. Umumnya batuan dengan elastisitas yang tinggi
memerlukan energi yang besar untuk menghancurkanya.
8. Plastisitas batuan
Plastisitas batuan merupakan perilaku batuan yang menyebabkan
deformasi permanen setelah tegangan dikembalikan ke kondisi awal, dimana
batuan tersebut belum hancur. Sifat ini sangat dipengaruhi oleh komposisi mineral
penyusunya, terutama kuarsa. Batuan yang plastisitasnya tinggi memerlukan
energi yang besar untuk menghancurkannya.
9. Struktur geologi
Keterdapatan struktur geologi akan berpengaruh terhadap kecepatan dan
penetrasi pengeboran, baik itu sesar,kekar maupun lipatan. Jika tidak
diperhitungkan maka akan terjadi collaps ataupun stuck bit.
5.3.3 Umur dan Kondisi Mesin Bor
Alat yang sudah lama digunakan biasanya dalam kegiatan pengeboran,
kemampuan mesin bor akan menurun sehingga sangat berpengaruh pada
kecepatan pengeboran. Umur mata bor dan batang bor ditentukan oleh meter
kedalaman yang dicapai dalam melakukan pengeboran. Untuk menilai kondisi
suatu alat dapat dilakukan dengan mengetahui empat tingkat ketersediaan alat,
yaitu:
a. Ketersediaan Mekanik (Mechanical Availability, MA)
Ketersediaan mekanik adalah suatu cara untuk mengetahui kondisi
mekanik yang sesungguhnya dari alat yang digunakan. Kesediaan mekanik (MA)
menunjukkan ketersediaan alat secara nyata karena adanya waktu akibat masalah
mekanik. Persamaan dari ketersediaan mekanik adalah
MA = R x 100%
Dimana :
W = Jumlah jam kerja alat, yaitu waktu yang dipergunakan oleh operator
untuk melakukan kegiatan pengeboran.
R = Jumlah jam perbaikan, yaitu waktu yang dipergunakan untuk perbaikan
dan waktu yang hilang akibat menunggu saat perbaikan termasuk juga waktu
penyediaan suku cadang serta waktu perawatan.
b. Ketersediaan Fisik (Physical Availability, PA)
Ketersediaan fisik menunjukkan kesiapan alat untuk beroperasi didalam
seluruh waktu kerja yang tersedia. Persamaan dari ketersediaan fisik adalah :
PA = S x 100%
Dimana :
S = Jumlah jam siap yaitu jumlah jam alat yang tidak dipergunakan padahal
alat tersebut siap beroperasi
(W+R+S) = jumlah jam tersedia, yaitu jumlah seluruh jam jalanmatau
jumlah jam kerja yang tersedia dimana alat dijadwalkan untuk beroperasi.
c. Penggunaan Efektif
Penggunaan efektif menunjukkan berapa persen waktu yang dipergunakan
oleh alat untuk beroperasi pada saat alat tersebut dapat digunakan. Penggunaan
efektif sebenarnya sama dengan pengertian efisiensi kerja. Persamaan dari
kesediaan penggunaan efektif adalah:
EU = Waktu Efektif x 100%
Waktu Alat Operasi
d. Pemakaian Ketersediaan (Use of Availability, UA)
Ketersediaan Penggunaan menunjukkan berapa persen waktu yang
dipergunakan oleh alat untuk beroperasi pada saat alat tersebut dapat digunakan.
Penggunaan efektif EUsebenarnya sama dengan pengertian efisiensi kerja.
Persamaan dari ketersediaan penggunaan adalah:
UA = Waktu Alat Operasi x 100%
Waktu Alat Dapat Digunakan
Penilaian Ketersediaan alat bor dilakukan untuk mengetahui kondisi dan
kemampuan alat bor untuk menyediakan lubang ledak. Kesediaan alat dikatakan
sangat baik jika persen 90%, dikatakan sedang jika berkisar antara 70%-80%,
dikatakan buruk (kecil) jika persen kesediaan alat 70%.

5.5 Estimasi Produksi Mesin Bor


5.5.1 Waktu Edar (Cycle Time)
Cycle Time yaitu adalah Waktu edar yang dibutuhkan untuk membuat satu
lubang.
Ct = Bt + St + At + Pt + Dt
Keterangan :
Ct = Waktu edar (menit)
Bt = Waktu pengeboran (menit)
St = Waktu menyambung batang bor (menit)
At = Waktu melepas batang bor (menit)
Dt = Waktu untuk mengatasi hambatan (menit)
Pt = Waktu pindah ke lubang yang lain, dan mempersiapkan alat bor hingga
siap untuk melakukan pengeboran (menit)
5.5.2 Kecepatan Pengeboran Rata-rata ( Drilling Speeds)
Kecepatan pengeboran terdiri dari beberapa definisi :
Drilling Rate, merupakan perbandingan kedalaman lubang bor yang
dicapai terhadap waktu yang diperlukan untuk membuat 1 atau lebih lubang
bor, tanpa memperhitungkan waktu untuk mengatasi hambatan (delay
time).
Dr1 = H/Ct-Dt
Keterangan :
Dr1 : Kecepatan pengeboran bersih (meter/menit)
H : Kedalaman lubang tembak (meter)
Ct Dt : Waktu edar pengeboran tanpa hambatan (menit)
Gross Driling Rate, merupakan perbandingan kedalaman lubang bor yang
dicapai terhadap waktu yang tersedia.
GDR = H / Ct
Keterangan:
GDR = Kecepatan pengeboran (m/menit)
H = Kedalaman Lubang Tembak (meter)
Ct = waktu edar pengeboran (menit)
5.5.3 Efisiensi Kerja Pengeboran
Efisiensi kerja pengeboran adalah perbandingan antara waktu kerja
produktif dengan waktu kerja yang terjadwal dan dinyatakan dalam persen. Waktu
produktif adalah waktu yang digunakan untuk kerja pengeboran. Jadi efisiensi
kerja dapat dinyatakan:
EK = (WP/WT) X 100%
Keterangan:
EK = Efisiensi kerja pengeboran (%)
WP = waktu kerja produktif (jam)
WT = waktu kerja yang tersedia (jam)

5.6 Lumpur Pengeboran


Lumpur pengeboran adalah fluida yang digunakan untuk membantu
kelancaran pengeboran batuan. Komponen lumpur pengeboran diantaranya
adalah :
1. Fasa cair, 75% lumpur pengeboran menggunakan menggunakan air
2. Fasa kimia, mengontrol sifat sifat dispersi, flaktulasi, menurunkan
viskositas, dan mengurangi water lost.
3. Reactive solid, padatan yang bereaksi dengan air contohnya adalah
bentonite, dan lempung.
4. Inert solid, padatan yang tidak bereaksi dengan air, contohnya adalah
barite, dan galena, inert solid berperan untuk menaikan densitas lumpur.
Lumpur pengeboran memiliki peranan penting dalam kegiatan
pengeboran, karena kemungkinan terjadi masalah yang ditimbulkan bila tidak ada
lumpur pengeboran sangat besar, fungsi dari lumpur pengeboran diantaranya
adalah :
Mengangkat cutting ke permukaan, hal tersebut dipengaruhi oleh
kecepatan fluida dianulus (umumnya 100-120 fpm), kapasitas untuk
menahan fluida yang merupakan fungsi dari densitas, aliran dan
viskositas.
Mendinginkan dan melumasi mata bor dan drill sting, panas dapat timbul
karena gesekan bit dan drill sting dengan formasi batuan, karena
konduktivitas formasi batuan kecil maka panas ini tidak dapat hilang
sehingga perlu didinginkan oleh lumpur.

5.7 Coal Bed Methane (CBM)


Coal Bed Methane adalah gas metana yang terbentuk bersamaan dengan
terbentuknya batubara. Gas Methane berbeda dengan gas gas lain yang
konvensional, perbedaan tersebut dilihat dari keterbentukannya, jika Coal Bed
Methane terbentuk dari proses pembatubaraan sedangkan gas konvensional
terbentuknya bersamaan dengan minyak bumi. Coal Bed Methane merupakan
energi terbarukan yang sedang dikembangkan di Indonesia, karena CBM itu
sendiri mampu menjadi sumber energi.

5.8 Keterbentukan Coal Bed Methane (CBM)


Batubara adalah batuan sedimen yang terbuat dari sisa sisa tumbuhan
yang melalui proses konsolidasi, litifikasi, dan diagenesa. Didalam batubara itu
sendiri terdapat gas gas yang terperangkap, gas tersebut disimpan dalam
batubara karena batubara memiliki pori pori yang berukuran lebih kecil dari skala
micron sehingga batubara mampu mengadsorpsi gas gas tersebut, salah
satunya adalah gas methane, sehingga gas tersebut disebut coal bed methane
(CBM). Keterbentukan CBM tersebut secara proses dapat dikelompokan menjadi
3, diantaranya adalah :
1. Biogenic gas
Terbentuk ketika material organik mengalami dekomposisi oleh
mikroorganisme, menghasilkan gas methane dan CO2. Gas ini terbentuk pada
tahap awal pada proses pembatubaraan
2. Thermogenic gas
Biasanya terbentuk pada saat batubara mencapai kualitas sub-bituminous
atau lebih. Proses coalification akan memproduksi batubara yang kaya akan
karbon dengan menghasilkan kandungan utama volatile matter seperti methane
dan CO2.
3. Biogenic gas secondary
Biogenic gas secondary yaitu gas yang terbentuk secara anomali dalam
runtunan pembentukan coal bed methane dalam batubara. Salah satu contohnya
terjadi pada batubara peringkat rendah yang tersingkap di permukaan tanah.
Dengan proses sebagai berikut :
a. Air hujan masuk melalui cleat pada batubara dan mengisi rongga-rongga
pada batubara.
b. Munculnya oksigen dalam air tanah yang masuk ke dalam rongga pada
cleat, akan mendukung bakteri aerob melakukan metabolisme, dengan
mengkonsumsi oksigen, nitrogen, oksida, dan sulfida dalam air tanah.
c. Seiring berjalannya waktu maka oksigen dalam air tanah akan habis
sehingga memungkinkan munculnya bakteri anaerob pada batubara.
d. Munculnya bakteri anaerob tersebut merupakan awal mula terjadinya
proses pembentukan coal bed methane dalam batubara.

Sumber : smiagiundip.wordpress.com
Gambar 5.7
Genesa cbm
VI. METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang digunakan dalam kegiatan Kerja Praktik ini
dijelaskan dalam diagram alir berikut,

Gambar 1
Diagram Alir Metode Penelitian

VII. JADWAL PELAKSANAAN


Berdasarkan kalender akademik Program Studi Teknik Pertambangan
Fakultas Teknik Universitas Islam Bandung kegiatan Kerja Praktik dilaksanakan
pada tahun ajaran 2016/2017. Maka kami dari penulis mengusulkan kegiatan Kerja
Praktik ini dilaksanakan pada tanggal 10 Agustus 2017 10 September 2017.
Adapun susunan kegiatan selama kegiatan Kerja Praktik dapat dilihat pada tabel
berikut :
Tabel 1
Rincian Rencana Kegiatan Kerja Praktik
Waktu (Minggu ke-)
No. Jenis Kegiatan I II III IV
Orientasi lapangan
1
dan bimbingan
Kegiatan lapangan
2 dan pengambilan
data
Pembuatan
3
laporan
4 Lain-lain

Keterangan :
: Waktu yang digunakan

: Waktu yang tidak digunakan

VIII. PESERTA KERJA PRAKTIK


Adapun data peserta yang akan melakukan kegiatan Kerja Praktik di
Badan Energi dan Sumberdaya Mineral (ESDM) diantaranya adalah :
1. Nama : Dikri Akbar
Nomor Pokok Mahasiswa : 100.701.14.047
Program Studi : Teknik Pertambangan
Fakultas : Teknik
Universitas : Universitas Islam Bandung
Tempat, Tanggal Lahir : Tasikmalaya, 25 Juni 1994
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat Kampus : Jl. Tamansari No. 1, Bandung Wetan
Kota Bandung, Jawa Barat
Alamat Rumah : Kp. Cisangkir RT/RW 01/05
Desa Kotabaru Kecamatan Cibeureum
Kota Tasikmalaya, 46196
Telepon : +6285323009953
E-Mail : dikribesar@gmail.com
2. Nama : Fahmi M Kusumah
Nomor Pokok Mahasiswa : 100.701.14.102
Program Studi : Teknik Pertambangan
Fakultas : Teknik
Universitas : Universitas Islam Bandung
Tempat, Tanggal Lahir : Bandung, 24 Juli 1996
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat Kampus : Jl. Tamansari No. 1, Bandung Wetan
Kota Bandung, Jawa Barat
Alamat Rumah : Jl. Taruna Raya No 78 Ujung Berung
Kota Bandung, Jawa Barat
Telepon : +62822012186
E-Mail : fahmimuhammadkus@gmail.com

IX. PERMOHONAN PENYEDIAAN FASILITAS


Untuk menunjang terlaksananya kegiatan Kerja Praktik ini, kami
mengharapkan sekiranya dari pihak Badan Energi dan Sumberdaya Mineral
(ESDM) dapat menyediakan fasilitas berupa :
1. Pembimbing lapangan selama kegiatan berlangsungnya kegiatan kerja
Praktik.
2. Tempat tinggal selama kegiatan kerja praktik berlangsung.
3. Peralatan dan perlengkapan untuk peserta selama kegiata kerja praktik
berlangsung.
4. Alat Perlindungan Diri (APD) untuk peserta selama pelaksanaan kegiatan
kerja praktik berlangsung (bila diperlukan).

X. PENUTUP
Demikian proposal kegiatan Kerja Praktik ini penulis ajukan, besar harapan
kami sebagai penulis akan bantuan dan kerjasama dari semua pihak di Badan
Energi dan Sumberdaya Mineral (ESDM) demi kelancaran dan kesuksesannya
kegiatan Kerja Praktik yang akan penulis laksanakan. Atas segala bantuan serta
kerjasamanya kami ucapkan terima kasih.
XI. DAFTAR PUSTAKA
1. Badan Energi dan Sumberdaya Mineral (ESDM). Profil ESDM. https://
https://www.esdm.go.id/. Diakses pada 1 April 2017

2. Danny Z Herman. 2007. Pengeboran CBM di Bayung Lencir Sumate-


ra Selatan. Psdg.bgl.esdm.go.id. Diakses pada tanggal 6 April
2017.

3. Dr. Ir. Komang Anggayana,MS, dkk. 2005. Pengeboran Eksplorasi dan


Penampang Lubang Bor . Departemen Teknik Pertambangan
Fakultas Ilmu Kebumian dan Teknologi Mineral ITB. Diakses pada
tanggal 10 April 2017.

4. Robert L Tobing, dkk. 2008. Pengeboran Dalam Untuk Evaluasi


Potensi CBM dan Batubara Bawah Permukaan di Daerah Upaw
Kabupaten Tabalong dan Kabupaten Balangan Provinsi
Kalimantan Selatan . Psdg.bgl.esdm.go.id. Diakses pada tanggal
24 Juli 2017.

5. Dr.Ir. Yunus Ashari, M.T 2016. Handout Mata Kuliah Teknik Pengebor-
an Program Studi Teknik Pertambangan, Fakultas Teknik
Universitas Islam Bandung.
LEMBAR PENGESAHAN

Judul : AKTIVITAS PENGEBORAN COALBED METHANE (CBM) DI


PUSAT SUMBER DAYA MINERAL BATUBARA DAN PANAS
BUMI WILAYAH KERJA SEKAYU KECAMATAN SEKAYU
KABUPATEN MUSI BANYUASIN PROVINSI SUMATERA
SELATAN

Peserta : 1. Dikri Akbar (10070114047)


2. Fahmi M Kusumah (10070114102)

Peserta 1, Peserta 2,

Dikri Akbar Fahmi M Kusumah


100.701.14.047 100.701.14.102

Menyetujui,
Pembimbing Proposal Kerja Praktik

Dr. Ir. Yunus Ashari, M.T


NIK.D.92.0.158

Mengetahui,
Koordinator Kerja Praktik

Elfida Moralista, S.si., M.T


NIK.D.95.0.219

Anda mungkin juga menyukai