Artikel Ilmiah
Disusun oleh :
ABSTRAK
PT. Aneka Tambang Tbk. Persero merupakan salah satu indusrti
pertambangan mineral yang dimiliki BUMN Indonesia, khususnya bergerak
di bidang Unit Bisnis Pertambangan Emas yang terletak di Gunung Pongkor,
Bogor, Jawa Barat. PT Aneka Tambang Tbk. UBPE Pongkor melakukan
kegiatan penambangan bijih emas menggunakan sistem tambang bawah
tanah yang menerapkan metode overhand cut and fill dan shrinkage
stoping dengan target produksi sebesar 6.500 ton perbulan. Produksi alat
mekanis aktual yang didapat untuk alat bor Jumbo drill sebesar 6.093,9
ton/bulan pada tambang Ciguha dan 6.787,8 ton/bulan pada tambang
Kubang Cicau, serta alat muat angkut LHD (Load,Haul,Dump) sebesar
6.012 ton/bulan pada tambang Ciguha dan 6.535,8 ton/bulan pada
tambang Kubang Cicau. Hasil produktivitas aktual yang dihasilkan oleh
peralatan mekanis tersebut pada tambang Ciguha belum mencapai target
produksi yang ditetapkan, tetapi pada tambang Kubang Kicau telah
mencapai target tersebut. Sesuai rencana peningkatan produksi sebesar
10.000 ton/bulan di masa yang akan datang pada masing-masing lokasi
tambang tersebut, maka perlu dilakukan evaluasi produktivitas peralatan
mekanis yang berlangsung saat ini. Tidak tercapainya target produksi
disebabkan oleh adanya hambatan-hambatan, baik hambatan yang dapat
dihindari maupun hambatan yang tidak dapat dihindari. Hambatan-
hambatan tersebut menyebabkan rendahnya efisiensi kerja peralatan
mekanis. Efisiensi kerja aktual peralatan mekanis pada kegiatan
penambangan dikategorikan buruk karena nilai efisiensi kerja kurang dari
65% (Drevdahl,1970). Efisiensi kerja dari kegiatan pengeboran yaitu
54,33% pada tambang Ciguha dan 58,63% pada tambang Kubang Cicau,
serta efisiensi kerja dari kegiatan pemuatan pengangkutan sebesar 51,77%
pada tambang Ciguha dan 53,2% pada tambang Kubang Cicau. Upaya yang
dilakukan untuk meningkatkan produktivitas peralatan mekanis adalah
perbaikan efisiensi kerja dengan cara menghilangkan hambatan-hambatan
kerja yang dapat dihindari. Adanya peningkatan efisiensi kerja, maka
produktivitas dari peralatan mekanis juga mengalami peningkatan menjadi
13.076,1 ton/bulan ditambang Ciguha dan 12.958,2 ton/bulan pada
tambang Kubang Cicau untuk alat bor Jumbo drill, serta 13.453,2 ton/bulan
pada tambang Ciguha dan 14.556,6 ton/bulan pada tambang Kubang Cicau
untuk alat muat angkut LHD (Load,Haul,Dump). Hasil ini sangat baik
karena dapat melampaui target produksi yang diharapkan saat ini sebesar
6.500 ton/bulan, sehingga peningkatan target produksi sebesar 10.000
ton/bulan dapat dilaksanakan.
Kata Kunci : Peralatan Mekanis, Target Produksi, Efisiensi Kerja
A. Latar Belakang
PT. Aneka Tambang (Persero) Tbk. merupakan salah satu indusrti
pertambangan mineral yang dimiliki BUMN Indonesia, khususnya bergerak di
bidang Unit Bisnis Pertambangan Emas yang terletak di Gunung Pongkor,
Bogor, Jawa Barat. PT Aneka Tambang Tbk. UBPE Pongkor melakukan
kegiatan penambangan bijih emas menggunakan sistem tambang bawah tanah
yang menerapkan metode overhand cut and fill dan shrinkage stoping.
Dalam kegiatan pengeborannya, PT Antam (Persero) Tbk UBPE
Pongkor menggunakan alat bor Jumbo Drill dalam kegiatan produksinya, serta
menggunakan peralatan mekanis LHD dalam kegiatan pemuatan dan
pengangkutan material bijih dari front kerja menuju Lori/Grandby sebagai alat
angkut menuju permukaan. Akan tetapi, target produksi yang telah ditetapkan
oleh PT Antam (Persero) Tbk UBPE Pongkor sebesar 6.500 ton/perbulan
belum tercapai, sehingga perlu dilakukan evaluasi terhadap kinerja peralatan
mekanis dalam hal ini faktor-faktor yang menghambat target produksi Jumbo
Drill dan LHD agar produktivitas peralatan mekanis dapat ditingkatkan
sehingga target produksi dapat tercapai.
1. Pengeboran
Kegiatan pengeboran adalah suatu aktivitas vital dalam proses
penambangan baik dalam pembuatan tunnel yang berfungsi sebagai akses
menuju ore maupun pembuatan tunnel yang berfungsi sebagai sarana
pendukung kegiatan produksi, pengeboran produksi berupa penyiapan lubang
ledak untuk mengambil ore yang bernilai ekonomis dan pemasangan
supporting (penyangga) disetiap tunnel meurut rekomendasi geoteknik.
Kegiatan pengeboran di lokasi PT. Antam (Persero) Tbk UBPE Pongkor
menggunakan Jumbo Drill jenis TAMROCK dengan tipe monomatic dengan
panjang batang bor 2,4 m dalam kegiatan produksi
Gambar Jumbo Drill Tipe TAMROCK Monomatic
Dalam industri pertambangan alat bor Jumbo Drill adalah sebuah unit
pengeboran dengan satu atau lebih alat bor dan dilekatkan pada alat mekanik.
Jumbo Drill dapat tersusun oleh beberapa alat bor yang dilekatkan pada lengan
baja dimana beberapa dilengkapi oleh kontrol otomatis maupun kabin peredam
suara.
Karena terbatasnya bidang yang tersedia, maka hal pertama yang perlu
diantisipasi dalam pembuatan terowongan adalah dengan menyediakan bidang
bebas dengan menggunakan lubang bor kosong (empty holes) satu buah atau
lebih yang tidak diisi bahan peledak, serta memanfaatkan detonator untuk
menyediakan waktu jeda (delay time) dalam proses peledakannya. Secara garis
besar pola pemboran yang III-8 umum diterapkan pada pembuatan terowongan
dibagi menjadi 4 kelompok besar formasi lubang bor, yaitu :
3. Batang Bor
Batang bor berguna untuk meneruskan energi putaran dan energi
pukulan dari shank adaptor ke mata bor. Pada pengeboran dengan
top hammer batang bor merupakan komponen setelah drill chuck
dan dapat berbentuk hexagonal maupun round cross – section.
Gambar Tipe Batang bor (Jimeno,.CL. 1995)
4. Couplings
Coupling berguna untuk menyambungkan batang bor yang
satu dengan batang bor lainnya. Tujuan penggunaan coupling
untuk memperoleh kedalaman yang diinginkan. (Gambar 3.9)
5. Mata bor
Mata bor berguna untuk meneruskan energi putaran dan
tumbukan dari batang bor ke batuan. Alat bor rotary-
percussive drill terdiri dari 2 jenis mata bor, yaitu:
• Button Bit
Button bit berbentuk silinder. Pada bagian permukaan
button bit terbesar tungstan carbide dalam berbagai bentuk
dengan diameter antara 50 mm – 251 mm. Button bit ini
lebih cocok digunakan pada rotary-percusive drilling,
mempunyai kecepatan yang lebih tinggi daripada insert bit,
lebih resisten terhadap pengerutan dan cold-pressing, dan
mampu meneruskan energy dari batang bor secara lebih
efektif. (Gambar 3.10)
• Insert Bit
Insert bit ini terdiri dari dua bentuk yaitu cross bits dan X-
bits. Cross bits terdiri dari empat buah tungsten carbide
yang saling membentuk sudut 90̊ sedangkan X-bits terdiri
dari empat buah tungsten carbide yang saling membentuk
sudut 75̊ dan 105̊. Insert bits memiliki ukuran diameter
mulai dari 35 mm sampai 57 mm untuk cross bits dan 64
mm untuk X-bits.(Gambar 3.10)
D. Kegiatan Dasar pada Pengeboran Rotary-Percussive
a) Percussion
Energi pukulan dihasilkan dari shock wave yang menggerakkan
piston secara berulang-ulang kemudian ditransmisikan dari
hammer ke mata bor melalui batang bor.
Button Bit
Lunak 2-3 10 - 30
• Elastisitas
Sifat elastisitas batuan dinyatakan dengan Modulus Young
(E), dan nisbah Poisson (υ). Modulus elastisitas merupakan
faktor kesebandingan antara tegangan normal dengan
regangan relatifnya, sedangkan nisbah Poisson merupakan
kesebandingan antara regangan lateral dengan regangan
aksial. Modulus elastisitas sangat tergantung pada komposisi
mineralnya, porositas, jenis perpindahan, dan besarnya beban
yang diterapkan.
• Plastisitas
Plastisitas batuan merupakan perilaku batuan yang
menyebabkan deformasi tetap setelah tegangan dikembalikan
ke kondisi awal, dimana batuan tersebut belum hancur. Sifat
plastis tergantung pada komposisi mineral penyusun batuan.
3. Geometri Pengeboran
a. Diameter Lubang ledak
Faktor-faktor yang mempengaruhi penentuan diameter lubang
ledak adalah :
• Volume batuan yang dibongkar
• Tinggi jenjang dan konfigurasi isian
• Tingkat Fragmentasi yang diinginkan
• Mesin bor yang tersedia
• Kapasitas alat muat yang akan menangani material hasil
peledakan.
b. Arah Lubang ledak
Pada kegiatan pengeboran ada dua macam arah lubang ledak
yaitu arah tegak dan arah miring. Pada tinggi jenjang yang sama,
kedalaman lubang ledak miring > dari pengeboran tegak selain
itu pengeboran miring penempatan posisi awal lebih sulit karena
harus menyesuaikan dengan kemiringan lubang ledak yang
direncanakan.
c. Kedalaman Lubang ledak
Penentuan kedalaman lubang ledak disesuaikan dengan tinggi
jenjang, dimana kedalaman lubang ledak>tinggi jenjang.
Kelebihan kedalaman lubang bor (subdrilling) dimaksudkan
untuk memperoleh jenjang yang rata.
4. Umur dan Kondisi Mesin Bor
Alat yang sudah lama digunakan biasanya dalam kegiatan
pengeboran, kemampuan mesin bor akan menurun sehingga sangat
berpengaruh pada kecepatan pengeboran. Umur mata bor dan batang
bor ditentukan oleh meter kedalaman yang dicapai dalam melakukan
pengeboran.
Untuk menilai kondisi suatu alat dapat dilakukan dengan mengetahui
empat tingkat ketersediaan alat, yaitu:
a. Ketersediaan Mekanik (Mechanical Availability, MA)
Ketersediaan mekanik adalah suatu cara untuk mengetahui
kondisi mekanik yang sesungguhnya dari alat yang digunakan.
Ketersediaan mekanik (MA) menunjukkan ketersediaan alat
dengan kondisi baik dan normal, tanpa adanya permasalan.
Persamaan dari ketersediaan mekanik adalah
𝑊
MA = (𝑊+𝑅) 100% …………………………………..…. (3.1)
Keterangan:
W = Jumlah jam kerja alat, yaitu waktu yang dipergunakan oleh
operator untuk melakukan kegiatan pengeboran.
R = Jumlah jam perbaikan, yaitu waktu yang dipergunakan
untuk perbaikan dan waktu yang hilang akibat menunggu saat
perbaikan termasuk juga waktu penyediaan suku cadang serta
waktu perawatan.
b. Ketersediaan Fisik (Physical Availability, PA)
Ketersediaan fisik menunjukkan kesiapan alat untuk beroperasi
didalam seluruh waktu kerja yang tersedia. Persamaan dari
ketersediaan fisik adalah :
𝑊+𝑆
PA = (𝑊+𝑅+𝑆) x 100% ……………………………… (3.2)
Keterangan:
S = Jumlah jam siap yaitu jumlah jam alat yang tidak
dipergunakan padahal alat tersebut siap beroperasi
(W+R+S) = Jumlah jam tersedia, yaitu jumlah seluruh jam atau
jumlah jam kerja yang tersedia dimana alat dijadwalkan untuk
beroperasi.
c. Penggunaan Efektif
Penggunaan efektif menunjukkan berapa persen waktu yang
dipergunakan oleh alat untuk beroperasi pada saat alat tersebut
dapat digunakan. Penggunaan efektif sebenarnya sama dengan
pengertian efisiensi kerja.
Persamaan dari kesediaan penggunaan efektif adalah:
𝑊
EU = (𝑊+𝑅+𝑆)x 100………………………………….(3.3)
Keterangan :
Dr1 : Kecepatan pengeboran bersih (meter/menit)
H : Kedalaman lubang tembak (meter)
Ct – Dt : Waktu edar pengeboran tanpa hambatan (menit)
b. Gross Driling Rate
Gross Drilling Rate merupakan perbandingan kedalaman
lubang bor yang dicapai terhadap waktu yang tersedia.
𝐻
GDR = ………………………………………………(3.7)
𝐶𝑡
Keterangan:
GDR = Kecepatan pengeboran (m/menit)
H = Kedalaman Lubang Tembak (meter)
Ct = waktu edar pengeboran (menit)
3. Efisiensi Kerja Pengeboran
Efisiensi kerja pengeboran adalah perbandingan antara waktu
kerja produktif dengan waktu kerja yang terjadwal dan
dinyatakan dalam persen. Waktu produktif adalah waktu yang
digunakan untuk kerja pengeboran. Jadi efisiensi kerja dapat
dinyatakan:
𝑊𝑃
EK = 100%.................................................................. (3.8)
𝑊𝑇
Keterangan :
Veq = volume setara (m3/m)
V = volume batuan yang diledakkan (m3)
n = jumlah lubang tembak
H = kedalaman lubang tembak (m)
5. Produksi Pengeboran
Produksi pengeboran tergantung kecepatan pengeboran mesin
bor, volume setara dan penggunaan efektif mesin bor. Produksi
tersebut dinyatakan dalam m3/jam.
Maka persamaan produksi pengeboran adalah:
P = Veq x GDR x EK x 60…………………………………(3.10)
Keterangan :
P = produksi alat bor (m3/jam/alat)
60 = konversi dari menit ke jam
2. Pemuatan Material di Tambang Bawah Tanah
Material atau batuan hasil kegiatan peledakan pada tambang bawah tanah
dimuat menggunakan alat berupa LHD (Load Haul Dump), LHD yang
digunakan oleh PT Antam (Persero) Tbk UBPE Pongkor terdapat 2 model,
yakni model TORO301D dan WAGNER100. LHD bertugas untuk memuat
material dari front menuju tempat penampungan material (Stockpile) ataupun
menuju Lori/Grandby yang selanjutnya diangkut menuju permukaan.
LHD adalah mesin yang bergerak dengan kecepatan sederhana dan
terdiri dari komponen internal dan eksternal. Bagian internal dari LHD terdiri
dari ember, mesin kecil, emisi knalpot, profiler panjang dan sempit, diesel
knalpot perangkat perawatan, ban dan aksesoris ban, dan sistem ventilasi. LHD
dimodelkan sesuai di bawah ketinggian dibatasi dan daerah sempit di dalam
tambang. Ini terdiri dari profiler panjang, rendah dan sempit, yang membuatnya
mudah beradaptasi dengan tambang dari semua ukuran. Karena ukurannya,
manuver LHD adalah canggung tetapi bermanfaat karena merata
mendistribusikan berat as roda kendaraan untuk memungkinkan untuk ukuran
ember yang lebih besar.
LHD Internal. Standar untuk LHD adalah mesin diesel dengan tenaga
kuda berkisar antara 78-145, tetapi LHDs lebih kecil yang dilengkapi dengan
motor listrik. Mesin dari LHD yang didinginkan baik oleh air atau udara dan
terletak di chassis bersama dengan rem darurat dan parkir, dan cairan hidrolik
tahan terhadap api.
Gambar LHD Tipe TORO301D
Internal lain dari LHD termasuk diesel knalpot perangkat perawatan yang
menggunakan air, pengencer fume catalyctic, atau zat mirip dengan semprotan
atau mandi knalpot perangkat dengan air. LHD juga umumnya dilengkapi
dengan perangkat yang secara otomatis menutup suplai bahan bakar ke mesin
dalam situasi darurat seperti melebihi suhu gas buang. Sebuah sistem ventilasi
diperlukan untuk LHD untuk melawan asap knalpot yang berlebihan itu
menciptakan di dalam ruang tertutup. Sistem Ventilasi juga dimasukkan ke
dalam undang-undang keselamatan dan peraturan yang ditetapkan oleh banyak
negara. Untuk mencapai lingkungan kerja yang sehat, dianjurkan bahwa
kecepatan udara harus lebih dari 98,4 kaki (30 m) per menit.
Bucket dan Ban. Para externals dari LHD termasuk ember, loading dan
dumping mekanisme dan ban. Ukuran bucket sendiri dalam berbagai ukuran,
1,04-13,1 meter kubik (0,8-10 m3) dengan muatan 1,5 sampai 17 ton. Tipe
standar berkisar dari dua sampai lima meter kubik (1,53-3,83 m3). Ban bisa
treaded atau halus dan dapat dilengkapi dengan rantai.
Awal
Moving
Akhir
Awal
Persiapan Front
Akhir
Scalling
Drilling
Coupling/Uncoupling
Pengamanan Front
Persiapan Rockbolt
Rockbolting
Re-Rockbolting
Pemboran Positioning
Produksi Drilling
Scalling
Retracting
1. Moving
Perjalanan dari lokasi awal alat menuju front atau area kerja, dan perjalanan
antar front atau area kerja begitu juga sebaliknya.
2. Persiapan front
Persiapan sebelum kegiatan pengamanan dan/atau pemboran produksi.
Persiapan front untuk Jumbo Drill berdasarkan pengamatan di lapangan
yaitu mempersiapkan supply air, ventilasi, listrik, dan mempersiapkan
material untuk pengamanan front.
3. Pengamanan front
• Scaling
Salah satu proses pengamanan berupa menjatuhkan batuan yang masih
menggantung akibat dari proses peledakan.
• Drilling
Proses pemboran untuk membuat lubang yang digunakan sebagai
tempat memasukkan rockbolt.
• Coupling / uncoupling
Kegiatan mengganti bit atau batang bor dengan dolly sebelum
memasukkan rockbolt, atau mengganti dolly dengan batang bor
sebelum melakukan pengeboran.
• Persiapan rockbolt
Proses pemasangan rockbolt pada dolly serta positioning sebelum
memasukkan kedalam lubang hasil pemboran.
• Rockbolting
Proses memasukkan rockbolt kedalam lubang hasil pemboran untuk
pengamanan.
• Rerockbolt
Proses pengulangan rockbolting dengan tujuan memperkuat atau
memperdalam rockbolt yang telah terpasang.
4. Pemboran produksi
• Positioning
Mengarahkan mata bor ke front kerja untuk dilakukan pemboran lubang
yang akan dilakukan kegiatan peledakan
• Drilling
Kegiatan pemboran batuan dengan tujuan untuk peledakan.
• Scaling
Salah satu proses pengamanan berupa menjatuhkan batuan yang masih
menggantung akibat dari proses peledakan.
• Retracting
Proses pengulangan proses pemboran kedalam lubang yang telah dibuat
sebelumnya dengan tujuan untuk memastikan lubang tersebut bersih
dari material sehingga dapat dilakukan charging untuk peledakan.
Loading/Mucking
Hauling
Dumping
• Loading
Proses pemuatan material pada LHD.
• Hauling
Proses pengangkutan material dari lokasi loading menuju lokasi
dumping.
• Dumping
Proses penurunan muatan atau material yang dibawa LHD dari
lokasi loading.
Dari data Time motion yang telah didapat dari pengamatan lapangan,
maka data akan disusun kedalam suatu siklus kerja, kemudian dihitung
nilai waktu rata-rata setiap kegiatan dari siklus tersebut untuk menentukan
nilai produktivitas setiap alat. Hasil dari pengolahan data berupa waktu
total yang diperlukan atau dibutuhkan untuk melakukan satu kali siklus.
Penentuan produktivitas Jumbo Drill berdasarkan geometri dari
lubang bukaan front atau area kerja (ton/jam). Sedangkan untuk LHD,
tonnase dihitung berdasarkan berapa banyak material yang dipindahkan
oleh bucket LHD (ton/jam).
3. Efisiensi Operator
Merupakan faktor yang berasal dari manusia yang menggerakan alat
– alat. Efisiensinya sulit ditentukan secara tepat karena akan selalu berubah
– ubah dari setiap waktunya bahkan tergantung dari keadaan cuaca,
keadaan alat, suasana kerja, serta kondisi kesehatan si pekerja. Terkadang
pemicu semangat kerja (perangsang) dalam bentuk upah tambahan
(insentive) dapat meningkatkan efisiensi Operator.
Efisiensi dari operator tidak hanya disebabkan oleh faktor kemalasan
terhadap melakukan pekerjaan itu, tetapi juga dikarenakan adanya
hambatan yang tak dapat mungkin dihindari seperti membersihkan bagian
bagian penting sesudah sekian jam pakai, memindahkan alat dari satu
tempat ke tempat yang lain, tidak adanya keseimbangan antara alat muat
dan alat angkut, keterlambatan datangnya mekanik dalam memperbaiki
alat yang digunakan oleh operator, menunggu peledakan disuatu daerah
yang akan dilalui, perbaikan jalan, dan faktor lain sebagainya.
Referensi :
Dwinagara, B. 2010. Panduan Praktikum Teknik Peledakan Laboratorium
Pemboran dan Peledakan Jurusan Teknik Pertambangan UPN “VETERAN”
Yogyakarta. Yogyakarta: Jurusan Teknik Pertambangan UPN “VETERAN”
Yogyakarta.
Jimeno, CL. 1995. Drilling And Blasting Of Rock. Roterdam: AA Bakema.
Sari, Laura Puspita. 2011. Kajian Kineja Pengeboran Pada Pembuatan Lubang
Bukaan Di Tambang Bijih Emas Bawah Tanah Level 600 Ciurug UBPE
Pongkor. Skripsi. Fakultas Teknologi Mineral Universitas Pembangunan
Nasional “Veteran” Yogyakarta.
Yudha Saputro, Richard. 2015. Evaluasi produktivitas peralatan mekanis pada
kegiatan penambangan bijih emas dalam upaya peningkatan target produksi
di PT. Antam (Persero) Tbk. UBPE Pongkor, Bogor, Jawa Barat. Other
thesis, UPN"Veteran" Yogyakarta.
https://www.bmcdowell.com/mcdowell-mining-division-jumbo-drills/265-
sandvik-tamrock-2-boom-electric-hydraulic-jumbo-drill-hs205l-b20-631
http://nvp-pgf.org/Content/Attachments/Equipment/TORO_301_High_lift.pdf