Anda di halaman 1dari 17

PROPOSAL KERJA PRAKTEK

JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN


FAKULTAS ILMU DAN TEKNOLOGI KEBUMIAN
UNIVERSITAS HALU OLEO

A. Latar Belakang

Dunia Pertambangan adalah suatu rangkaian proses yang kompleks.


Didalamnya terdapat beberapa hal yang terkait satu dengan lainnya.
Perencanaan,kegiatan Operasi & Produksi, serta masalah lingkungan adalah
beberapa hal utama yang terdapat di dalamnya. Dilain sisi, kompleksitas dalam
dunia Pertambangan tersebut dari hari ke hari semakin diimbangi dengan
kemajuan banyak hal di dalamnya khususnya untuk masalah teknis. Semenjak
beberapa dekade belakangan telah nampak adanya progres dalam pelaksanaan
teknis Pertambangan. Baik dari segi metode pengolahan bahan galian maupun
peralatan yang digunakan.

Sejalan dengan hal tersebut di atas, maka dunia pendidikan dituntut untuk
menghasilkan tenaga-tenaga terampil yang dapat bersaing di masa depan
menghadapi pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi khususnya
dalam dunia pertambangan.

Berbagai teori aplikatif yang diajarkan di bangku perkuliahan di pandang


belum sempurna menjadi bekal bagi mahasiswa ( calon enginer ) tambang untuk
menghadapi persaingan di dunia kerja nantinya, maka dianggap perlu untuk
dilakukan sebuah kegiatan langsung di lapangan yang bertujuan untuk semakin
menambah pengalaman dan kepercayaan diri dari mahasiswa terhadap keilmuan
yang dimilikinya.

Salah satu metode mengaplikasikan ilmu yang di dapat di bangku Kuliah


adalah dengan melakukan Kerja Praktek pada perusahaan yang bergerak/
berkaitan dengan bidang tersebut. Kerja Praktek diharapkan dapat menjadi sarana
menimba pengalaman kerja serta dapat terjun langsung ke lapangan melihat
bagaimana mekanisme kerja dari suatu perusahaan pertambangan yang
profesional. Di sisi lain Kerja Praktek ini merupakan mata kuliah pilihan pada
Jurusan Teknik Pertambangan, Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian,

Proposal Kerja Praktek


PROPOSAL KERJA PRAKTEK
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS ILMU DAN TEKNOLOGI KEBUMIAN
UNIVERSITAS HALU OLEO

Universitas Halu Oleo

C. Maksud dan Tujuan

Maksud dari Kerja Praktek ini adalah merupakan bentuk partisipasi


mahasiswa dalam pendidikan nonformal dalam penyelesaian program Strata
Satu (S1) Pada Jurusan Teknik Pertambangan FITK UHO, adapaun tujuan dari
kegiatan Kerja Praktek ini adalah:
1. Dengan melakukan Kerja Praktek ini, diharapkan mahasiswa dapat
mengaplikasikan dari berbagai teori yang telah di dapatkan di bangku
kuliah.
2. Mengetahui secara langsung bentuk, fungsi maupun cara kerja dari peralatan
dan teknik pengolahan dan interprestasi data yang di gunakan
3. Menambah wawasan dan pengalaman mahasiswa yang diharapkan dapat
menjadi bekal untuk dapat bersaing di dunia kerja pada masa mendatang.

D. Nama Kegiatan

“ Kerja Praktek ( KP ) “ yang dilaksanakan pada PT. Hoffmen Energi


Perkasa, dimana bidang Kerja Praktek yang diharapkan adalah pada bidang yang
berhubungan dengan disiplin ilmu pertambangan dan berharap pada lowongan KP
yang diberikan dan tersedia pada PT. Hoffmen Energi Perkasa.

E. Batasan Masalah

Batasan masalah yang dikerjakan sesuai dengan persetujuan dan


kesepakatan pihak Perusahaan, dengan topik utama terdiri atas tiga yaitu:

Proposal Kerja Praktek


PROPOSAL KERJA PRAKTEK
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS ILMU DAN TEKNOLOGI KEBUMIAN
UNIVERSITAS HALU OLEO

a. Kajian Teknis Alat Bor Dalam Pembuatan Lubang Ledak pada


Aktifitas Peledakan
b. Kajian Teknis Peremukan Batuan pada Unit Pengolahan Batugamping

F. Landasan Teori

1. Definisi Pemboran
Pemboran adalah suatu kegiatan pemboran yang dilakukan dengan
pembuatan pola untuk tujuan peledakan yg menunjukkan jumlah lubang bor,
kedalaman, dan arah lubang (menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia). Secara
istilah, pemboran peledakan merupakan suatu rangkaian preparasi (persiapan)
sebelum melakukan kegiatan peledakan berupa kegiatan pemboran atau
melubangi suatu material (yang ingin diledakkan) dengan memperhatikan
geometri lubang pemboran guna sebagai wadah dalam pengisian bahan peledak
untuk diledakkan.

a. Sistem Pemboran
Sistem pemboran merupakan suatu sistem atau sumber energi penggerak
dari alat bor saat melakukan kerjanya. Sistem pemboran terbagi menjadi dua
sistem yakni pemboran sistem mekanik dan pemboran sistem manual.
1. Sistem Pemboran Mekanik
Pemboran sistem mekanik merupakan sistem pemboran yang sumber
energinya berasal dari energi mekanik, dimana memiliki konsep dasar mesin bor
sebagai mesin yang menggerakkan komponen alat bor melalui energi mekanik
yang diberikan, dilanjutkan oleh batang bor sebagai penerus (transmitter) dari
energi mekanik, kemudian mata bor sebagai aplikator energi terhadap batuan dan
diakhiri peniupan udara (flushing) sebagai pembersih dari sisa serbuk pemboran
(cuttings) dan memindahkannya keluar lubang bor. Berdasarkan sumber energi
mekaniknya, sistem pemboran mekanik terbagi menjadi 3 ( tiga ), yaitu rotari,
perkusif, dan rotari-perkusif.
1. Bor Sistem Tumbuk ( Percussion Drill )
Pemboran sistem tumbukan merupakan pemboran dimana energi dari mesin

Proposal Kerja Praktek


PROPOSAL KERJA PRAKTEK
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS ILMU DAN TEKNOLOGI KEBUMIAN
UNIVERSITAS HALU OLEO

bor diteruskan oleh batang bor dan mata bor untuk meremukkan 3 batuan dengan
kerja menumbuk (impact). Komponen utama dari mesin bor tumbukan adalah :
1) Mesin bor yang menyalurkan energi mekanik untuk menggerakkan
komponen mesin alat bor
2) Piston yang mendorong dan menarik tungkai (shank) batang bor.
3) Peremukan (crushing) permukaan batuan oleh mata bor dengan kerja sistem
menumbuk.
2. Bor Putar danTumbuk (Rotary and Percussion Drill)
Pemboran sistem rotary-perkusif adalah pemboran yang aksi penumbukan
dilakukannya oleh mata bor dikombinasikan dengan aksi putaran, sehingga terjadi
proses peremukan dan penggerusan permukaan batuan dalam waktu bersamaan.
Metode ini dapat digunakan pada bermacam-macam jenis batuan. Metode putar-
tumbuk terbagi menjadi dua, yaitu :
1) Top Hammer
Metode pemboran top hammer adalah metode pemboran yang terdiri dari 2
kegiatan dasar yaitu putaran dan tumbukan. Kegiatan ini diperoleh dari gerakan
gigi dan piston, yang kemudian ditransformasikan melalui shank adaptor dan
batang bor menuju mata bor. Berdasarkan jenis penggerak putaran dan
tumbukannya, metode ini dibagi menjadi dua jeis yaitu : Hydrolic Top Hammer
dan Pneumatic Top Hammer. contoh alat bor top hammer adalah jack hammer.
2) Down the Hole Hammer
Metode pemboran down the hole adalah metode pemboran tumbuk putar
yang sumber dasarnya menggunakan udara bertekanan tinggi. DTH Hammer
dipasang dibelakang mata bor, di dalam lubang sehingga hanya sedikit energi
tumbukan yang hilang akibat melewati batang bor dan sambungan-
sambungannya. Contoh dari alat bor dengan menggunakan temper tumbuk putar
adalah jack leg.
3) Bor Putar (Rotary Drill)
Sistem bor putar berdasarkan sistem penetrasinya dibagi menjadi dua
sistem yakni :

Proposal Kerja Praktek


PROPOSAL KERJA PRAKTEK
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS ILMU DAN TEKNOLOGI KEBUMIAN
UNIVERSITAS HALU OLEO

 Sistem tricone, jika penetrasinya berupa gerusan (crushing). Sistem tricone


digunakan untuk batuan sedang hingga lunak.
 Drag bit, jika hasil penetrasinya berupa potongan. sistem drag bit digunakan
untuk batuan lunak.

b. Sistem Pemboran Manual


Sistem pemboran manual merupakan sistem permboran yang
merngguanakan prinsip yang sangat sederhana dimana prinsip tersebut yakni
hanya menggunakan tenaga manusia sebagai tenaga penggerak. (Gokhale, 2011)

2. Geometri Pemboran
Berdasarkan (Hustrulid, 1999) berikut merupakan beberapa parameter
dalam geometri pemboran antara lain :
a. Diameter Lubang ledak, diameter lubang tembak yang terlalu kecil
menyebabkan faktor energi yang dihasilkan akan berkurang sehingga tidak
cukup besar untuk membongkar batuan yang akan diledakkan, sedang jika
diameter lubang tembak terlalu besar maka lubang tembak tidak cukup
untuk menghasilkan fragmentasi yang baik, terutama pada batuan yang
banyak terdapat kekar dengan jarak kerapatan yang tinggi.
b. Arah Lubang ledak, terdapat dua macam arah lubang ledak yaitu arah tegak
dan arah miring. Pada tinggi jenjang yang sama, kedalaman lubang ledak
miring > dari pemboran tegak selain itu pemboran miring penempatan posisi
awal lebih sulit karena harus menyesuaikan dengan kemiringan lubang
ledak yang direncanakan.
c. Kedalaman Lubang ledak, penentuan kedalaman lubang ledak disesuaikan
dengan tinggi jenjang, dimana kedalaman lubang ledak>tinggi jenjang.
Kelebihan kedalaman lubang bor (subdrilling) dimaksudkan untuk
memperoleh jenjang yang rata.

3. Perhitungan Produktifitas Alat Bor


a. Cycle time pemboran
Cycle time pemboran merupakan pola atau urutan waktu pemboran saat

Proposal Kerja Praktek


PROPOSAL KERJA PRAKTEK
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS ILMU DAN TEKNOLOGI KEBUMIAN
UNIVERSITAS HALU OLEO

pemboran berlangsung. Perhitungan cycle time pemboran dapat dilihat pada


persamaan (1) berikut (Jimeno, 1995).
Cycle Time = Wb + Wm + We + Wp (1)

Keterangan :
Wb = Waktu Membor (detik)
Wm = Waktu Menyambung rod (detik)
We = Waktu Mengangkat rod (detik)

Wp = Waktu Pindah Posisi (detik)

b. Effisiensi kerja pemboran


Effisiensi kerja pemboran merupakan persentase untuk mengetahui tingkat
keadaan alat bor dalam penggunaannya. Berikut adalah persamaan yang
digunakan secara umum untuk effisiensi alat bor.
We
Eff = × 100 % (2)
T

Keterangan :
Eff = Effisiensi Kerja (%)
We = Waktu kerja efektif (jam)
T = Waktu yang tersedia (jam)

Berikut adalah parameter kesediaan alat bor. Berdasarkan (Hustrulid, W.


dkk,. 2013) dimana tingkat ketersediaan alat memeiliki 4 faktor yaitu Mechanical
Availability (MA), Physical Availability (PA), Use of Availability (UA), dan
Effective Utilization (EU). Penilian ketersediaan alat dilakukan guna mengetahui
kemampuan alat dalam menunjang proses produksi. Berikut adalah penjelasannya
(Safitri, dkk., 2019).
1) Kesediaan Mekanis (Mechanical Availability)
Kesediaan mekanis alat bor adalah suatu faktor yang menunjukkan kesiapan
suatu alat dari waktu yang hilang dikarenakan terjadi kerusakan maupun adanya
servis dan ketersediaan alat secara nyata karena adanya waktu akibat masalah
mekanik. Berikut adalah persamaannya.

Proposal Kerja Praktek


PROPOSAL KERJA PRAKTEK
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS ILMU DAN TEKNOLOGI KEBUMIAN
UNIVERSITAS HALU OLEO

W+S
PA = × 100 % (3)
T

2) Kesediaan Fisik (Physical Availability)


Kesediaan fisik merupakan catatan mengenai keadaan fisik dari alat yang
digunakan saat beroperasi dan kesiapan alat untuk beroperasi didalam seluruh
waktu kerja yang tersedia. Berikut adalah persamaannya.

W
MA = W+ R × 100 % (4)

3) Penggunaan Kesediaan (Use of Availability)


Pengguna kesediaan menunjukkan berapa persen waktu yang digunakan
oleh suatu alat untuk beroperasi pada saat alat tersebut dapat dipergunakan.
Persamaan dari persen penggunaan kesediaan secara nyata dari mesin bor. Berikut
adalah persamaannya.
W
UA = W+ S × 100 % (5)

4) Penggunaan Efektif (Effective Utilization)


Pengguna efektif menunjukkan berapa persen dari seluruh waktu kerja yang
tersedia dapat dimanfaatkan untuk kerja produktif. Pengguna efektif merupakan
cara paling tepat untuk menyatakan tingkat efisiensi kerja dari suatu kegiatan.
Berikut adalah persamaannya.

W
EU = T × 100 % (6)

Keterangan :
W = Waktu kerja efektif (menit)
T = Waktu kerja tersedia (menit)
R = Waktu repair (menit)
S = Waktu stand by (menit)

c. Kecepatan Pemboran
Perhitungan kecepatan pemboran bertujuan mengetahui kemampuan
kecepatan alat bor. Dimana kecepatan pemboran merupakan pembagian antara

Proposal Kerja Praktek


PROPOSAL KERJA PRAKTEK
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS ILMU DAN TEKNOLOGI KEBUMIAN
UNIVERSITAS HALU OLEO

kedalaman lubang bor rata-rata dengan waktu cycle time pemboran. Berikut
adalah persamaannya dapat dilihat pada persamaan (7) (Safitri, dkk., 2019).

H
Vt = (7)
CT

Keterangan :
Vt = Kecepatan pemboran rata-rata (meter/menit)
H = Kedalaman lubang bor rata-rata (meter)
CT = Waktu siklus pemboran rata-rata (menit)

d. Kemampuan alat bor (produktifitas alat)


Produktivitas pemboran dipengaruhi oleh banyaknya waktu hambatan yang
ada pada kegiatan pemboran sehingga akan mempengaruhi efisiensi pemboran.
Efisiensi dan kecepatan pemboran merupakan faktor terpenting yang dapat
mempengaruhi nilai produktivitas. Berikut adalah persamaannya (Jimeno, 1995).

Eff × 60 (menit / jam)


P= (8)
CT (menit)

Keterangan :
P = Kemampuan pemboran (lubang/jam)
Eff = Efesiensi kerja (%)
CT = Cycle time (menit)

2. Alat Peremuk Batuan (Crusher)


Peremukan material dimaksud untuk memperkecil ukuran material agar
dapat digunakan pada proses berikutnya. Kegiatan peremukan memerlukan
beberapa peralatan, yaitu hopper, grizzly, mesin peremuk, ayakan, ban berjalan
dan peralatan tambahan lain yang saling berkaitan (Telsmith, 2012).

a. Kegiatan Unit Peremuk


Untuk memperkecil material hasil penambangan yang umumnya masih
berukuran bongkah digunakan alat peremuk. Mula-mula material hasil

Proposal Kerja Praktek


PROPOSAL KERJA PRAKTEK
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS ILMU DAN TEKNOLOGI KEBUMIAN
UNIVERSITAS HALU OLEO

penambangan masuk melalui hopper yang kemudian diterima vibrating grizzly


sebelum masuk ke dalam mesin peremuk. Hasil dari peremukan kemudian
dilakukan pengayakan yang akan menghasilkan dua macam produk yaitu produk
yang lolos ayakan yang disebut undersize yang merupakan produk yang akan
diolah lebih lanjut dan material yang tidak lolos ayakan yang disebut oversize
yang merupakan produk yang akan dikembalikan lagi ke dalam mesin peremuk
melalui ban berjalan.

Gambar 1. Kegiatan pada unit peremuk

b. Peralatan Pada Unit Peremuk


Peralatan-peralatan yang biasanya digunakan pada unit peremuk adalah
sebagai berikut :
1) Hopper
Hopper adalah alat pelengkap pada rangkaian unit peremuk yang berfungsi
sebagai tempat penerima material umpan yang berasal dari lokasi penambangan
sebelum material tersebut masuk ke dalam alat peremuk.
2) Vibrating Grizzly
Merupakan susunan batang-batang baja yang membentuk ukuran lubang
bukaan tertentu. Vibrating Grizzly berfungsi sebagai pengumpan mesin peremuk,

Proposal Kerja Praktek


PROPOSAL KERJA PRAKTEK
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS ILMU DAN TEKNOLOGI KEBUMIAN
UNIVERSITAS HALU OLEO

juga untuk memisahkan material umpan yang sudah memenuhi ukuran yang
diharapkan. Dengan adanya alat ini maka material umpan yang telah memenuhi
ukuran produk tidak perlu dilakukan pengecilan ukuran lagi. Produksi teoritis
vibrating grizzly didasarkan pada rumus :

K = T x L x V x Bi (9)

Keterangan :
K = Produksi nyata vibrating grizzly (ton/jam)
T = Tebal material pada vibrating grizzly (m)
L = Lebar grizzly (m)
V = Kecepatan vibrating grizzly (m/jam)
Bi= Bobot isi material (ton/m3)
3) Alat Peremuk Jaw Crusher
Jaw crusher terdiri dari dua tipe yaitu blake dan dodge. Alat peremuk jaw
crusher dalam prinsip kerjanya adalah alat ini memiliki 2 buah rahang dimana
salah satu rahang diam dan yang satu dapat digerakan, sehingga dengan adanya
gerakan rahang tadi menyebabkan material yang masuk ke dalam kedua sisi
rahang akan mengalami proses penghancuran. Material yang masuk diantara dua
rahang akan mendapat jepitan atau kompresi. Ukuran material hasil peremukan
tergantung pada pengaturan mulut pengeluaran (setting), yaitu bukaan maksimum
dari mulut alat peremuk. Produk peremukan akan berukuran 85 % minus ukuran
bukaan maksimum, sedangkan ukuran umpan masuk adalah 85 % x gape.
Kapasitas mesin peremuk jaw crusher dibedakan menjadi kapasitas desain
dan kapasitas nyata. Kapasitas desain merupakan kemampuan produksi yang
seharusnya dicapai oleh mesin peremuk tersebut, sedang kapasitas nyata
merupakan kemampuan produksi mesin peremuk sesungguhnya yang didasarkan
pada sistem produksi yang diterapkan. Kapasitas desain diketahui dari spesifikasi
yang dibuat oleh pabrik pembuat mesin peremuk dan kapasitas nyata didapatkan
dengan cara pengambilan conto produk yang dihasilkan. Zaima020814
4) Ayakan Getar
Adalah alat yang digunakan untuk memisahkan ukuran material hasil proses

Proposal Kerja Praktek


PROPOSAL KERJA PRAKTEK
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS ILMU DAN TEKNOLOGI KEBUMIAN
UNIVERSITAS HALU OLEO

peremukan berdasarkan besarnya bukaan pada ayakan tersebut yang dinyatakan


dengan mesh. Pengertian mesh adalah jumlah lubang bukaan yang terdapat dalam
1 inchi panjang. Kapasitas dari ayakan dihitung dengan menggunakan rumus
seperti pada vibrating grizzly. Proses pengayakan dipengaruhi oleh faktor-faktor :
- lamanya waktu pengayakan
- banyaknya material halus dalam umpan
- kandungan air dalam material
- bentuk dari lubang ayakan
Untuk menghitung efisiensi dari ayakan diperoleh dari perbandingan
antara berat material yang benar-benar lolos ayakan dengan berat material yang
seharusnya lolos ayakan. Efisiensi dinyatakan dalam persen.
5) Ban Berjalan
Ban berjalan merupakan alat angkut pada unit peremukan yang berfungsi
untuk mengembalikan material hasil peremukan yang tidak lolos ayakan untuk
dilakukan proses peremukan lagi. Ban berjalan digerakkan oleh motor penggerak
yang dipasang pada head pulley. Ban berjalan akan kembali ke tempat semula
karena di belokkan oleh pulley awal dan pulley akhir. Material yang
didistribusikan melalui pengumpan akan dibawa oleh ban berjalan dan berakhir
pada head pulley. Pada saat proses kerja di unit peremuk dimulai, ban berjalan
harus bergerak lebih dulu sebelum alat peremuk bekerja. Hal ini bertujuan untuk
mencegah terjadinya kelebihan muatan (over load) pada ban berjalan.
Faktor-faktor yang berpengaruh pada pemakaian ban berjalan adalah :
- Sifat fisik dan keadaan material
- Keadaan topografi
- Jarak pengangkutan
- Produksi

Dalam menghitung kapasitas teoritis harus ditentukan luas penampang


melintang muatan di atas ban berjalan, yaitu :

Proposal Kerja Praktek


PROPOSAL KERJA PRAKTEK
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS ILMU DAN TEKNOLOGI KEBUMIAN
UNIVERSITAS HALU OLEO

A = K ( 0,9 B – 0,05 )2 (10)

Keterangan :
A = luas penampang melintang muatan di atas ban berjalan ( m2 )
K = koefisien dari luas penampang melintang di atas ban berjalan dan
harganya tergantung harga trough angle dan surcharge angle
B = lebar ban berjalan ( m )

Sedangkan kapasitas teoritis ban berjalan dihitung dengan :


Qt = 60 x A x V x Bi x S (11)
Keterangan :
Qt = kapasitas teoritis ban berjalan (ton / jam)
A = luas penampang melintang muatan di atas ban berjalan ( m2 )
V = kecepatan ban berjalan (m / menit)
Bi = bobot isi material yang diangkut (ton / jam)
S = koefisien harga yang dipengaruhi kemiringan ban berjalan

3. Neraca Bahan
Neraca bahan berguna untuk memperkirakan berapa konsentrat dan tailing
akan diperoleh dari sejumlah umpan yang dimasukkan ke dalam alat peremuk.
Untuk mencari neraca bahan dirumuskan dengan :
F = C + T (12)
Keterangan :
F = umpan (ton)
C = konsentrat (ton)
T = tailing (ton)

4. Recovery
Recovery adalah perbandingan antara berat konsentrat dibandingkan dengan
berat umpan. Recovery berguna untuk mengetahui perolehan atau hasil dari suatu

Proposal Kerja Praktek


PROPOSAL KERJA PRAKTEK
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS ILMU DAN TEKNOLOGI KEBUMIAN
UNIVERSITAS HALU OLEO

proses peremukan yang dinyatakan dalam persen.

C
R= ×100% (13)
F

Keterangan :
R = recovery (%)
C = konsentrat (ton)
F = umpan (ton)

5. Reduction Ratio
Reduction ratio sangat menentukan keberhasilan suatu peremukan, karena
besar kecilnya nilai reduction ratio ditentukan oleh kemampuan alat peremuk
untuk mengecilkan ukuran material yang akan diremuk. Untuk itu harus dilakukan
pengamatan terhadap tebal material umpan maupun tebal material produk.
Reduction ratio adalah perbandingan ukuran terbesar umpan dengan ukuran
terbesar produk. Pada primary crushing besarnya reduction ratio adalah 4 – 7 dan
pada secondary crushing besarnya reduction ratio adalah 7 – 20. Besarnya
reduction ratio merupakan batasan agar kerja alat efektif.
tF wF
RL = = (14)
tP wP

Keterangan :
RL = limiting reduction ratio
tF = tebal umpan (cm)
tP = tebal produk (cm)
wF = lebar umpan (cm)
wP = lebar produk (cm)

6. Kesediaan Alat Peremuk


Adalah pengertian yang dapat menunjukkan keadaan alat mekanis tersebut,
misalnya kesediaan fisik dan efektivitas penggunaannya yang menyatakan apakah
jam kerja alat tercapai sesuai dengan yang diharapkan atau tidak.
a. Mechanical Availability
Adalah cara untuk mengetahui kondisi alat yang sesungguhnya dari alat
yang sedang digunakan.

Proposal Kerja Praktek


PROPOSAL KERJA PRAKTEK
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS ILMU DAN TEKNOLOGI KEBUMIAN
UNIVERSITAS HALU OLEO

W
PA = W + R × 100 % (15)

Keterangan :
W = jumlah jam kerja alat tanpa mengalami kerusakan
R = jumlah jam perbaikan

b. Physical Availability
Adalah berguna untuk menunjukkan ketersediaan keadaan fisik alat yang
sedang digunakan.
W+S
MA = W+ R + S × 100 % (16)

Keterangan :
S = jumlah jam alat tidak dapat digunakan tapi tidak mengalami
kerusakan
W+R+S = seluruh jam kerja dimana alat dijadwalkan untuk dioperasikan

c. Use of Availability
Menunjukkan persen waktu yang digunakan alat untuk beroperasi pada saat
alat dapat digunakan.
W
UA = W+ S × 100 % (17)

Keterangan :
UA = Memperlihatkan efektivitas alat yang tidak sedang rusak dapat
dimanfaatkan.

d. Effective Utilization (EU)


Cara menunjukkan berapa persen seluruh waktu kerja yang dapat dimanfaatkan
untuk kerja produktif.
W
EU = W+R+S × 100 % (18)

e. Effektifitas Penggunaan
Untuk mengetahui tingkat penggunaan alat peremuk dan kemampuan yang

Proposal Kerja Praktek


PROPOSAL KERJA PRAKTEK
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS ILMU DAN TEKNOLOGI KEBUMIAN
UNIVERSITAS HALU OLEO

bisa dicapai.

Kapasitas Nyata
EP = Kapasitas Desain × 100 % (19)

G. Mata Kuliah Penunjang

Materi Kerja ini di tunjang oleh beberapa mata kuliah yang telah diambil
sebelumnya oleh mahasiswa yang bersangkutan yaitu Geologi Struktur, Mekanika
Tanah, dan Mekanika Batuan, Geoteknik Tambang, dan Teknik Peledakan.

H. Waktu Pelaksanaan

Adapun waktu Kerja Praktek ( KP ) ini, baik mengenai lamanya ataupun


waktu di mulainya bergantung kepada kewenangan pihak perusahaan (pihak PT.
Hoffmen Energi Perkasa) berdasarkan lowongan KP yang tersedia. Namun
setelah di sesuaikan dengan jadwal akademik, kami mengharapkan waktu
pelaksanaan kegiatan Kerja Praktek ini pada awal September hingga awal Oktober
2019.

Tabel 1. Jadwal Kegiatan Kerja Praktek


Minggu Ke
No Kegiatan
1 2 3 4 5
Pengurusan perlengkapan
1 administrasi pada PT. Hoffmen
Energy Perkasa
2 Bimbingan Lapangan
3 Kerja Praktek
4 Pengumpulan Data
5 Evaluasi Data Lapangan
6 Penyusunan Laporan

Proposal Kerja Praktek


PROPOSAL KERJA PRAKTEK
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS ILMU DAN TEKNOLOGI KEBUMIAN
UNIVERSITAS HALU OLEO

7 Pengumpulan Laporan

I. Lokasi Kerja Praktek

Lokasi Kerja Praktek direncanakan pada PT. Hoffmen Energi Perkasa


penempatannya diserahkan sepenuhnya kepada pihak perusahaan.

J. Peserta Kerja Praktek

Peserta Kerja Praktek ini terdiri dari 2 ( Dua ) orang mahasiswa


dengan Curiculum Vitae terlampir, yaitu:
1. Alfian Hendra Saputra dengan topik Kajian Teknis Alat Bor Dalam
Pembuatan Lubang Ledak pada Aktifitas Peledakan
2. Apriatnur Randawula dengan topik Kajian Teknis Peremukan Batuan
pada Unit Pengolahan Batugamp

K. Penutup

Dengan adanya kesempatan yang diberikan oleh pihak perusahaan kepada


mahasiswa untuk melaksanakan kerja Praktek akan lebih mengenalkan dan
mendekatkan mahasiswa pada lingkungan kerja yang nyata, sehingga keterkaitan
antara lembaga pendidikan tinggi dan Dunia kerja dalam hal ini perusahaan
Pertambangan dapat di tingkatkan.
Demikian Proposal Kerja Praktek ini, kiranya dapat menjadi pertimbangan
bagi pihak Human Resources Development ( HRD ) PT. Hoffmen Energi
Perkasa. Besar harapan kami agar kiranya Proposal ini di sambut dengan senang
hati, kesempatan yang diberikan tentunya akan di manfaatkan semaksimal
mungkin.

Proposal Kerja Praktek


PROPOSAL KERJA PRAKTEK
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS ILMU DAN TEKNOLOGI KEBUMIAN
UNIVERSITAS HALU OLEO

Proposal Kerja Praktek

Anda mungkin juga menyukai