Anda di halaman 1dari 10

BAB II TINJAUAN UMUM

2.1. Sejarah Singkat Perusahaan


PT. Tebo Prima merupakan salah satu perusahaan yang bergerak di bidang
pertambangan batubara. Berdiri pada tahun 2012 dengan Izin Usaha
Pertambangan No.IUP 398 tahun 2012 dan mendapatkan IUP Operasi pada
tanggal 4 Desember 2012. PT. Tebo Prima ini melakukan kerja sama dengan
kontraktor yakni Karunia Muamalah Energy Group (KME) atau dengan kata lain
melakukan Join Operation dengan melakukan penambangan pada Blok B1 yang
terletak pada 1020 40’30” BT dan 10 27’ 30” LS. Secara admininstrasi lokasi
penelitian berada di Kecamatan Tebo Ilir, Kabupaten Tebo, Provinsi Jambi,
dengan batas wilayah sebagai berikut:
Utara : Berbatasan dengan Desa Kunangan
Timur : Berbatasan dengan Desa Air Panas
Barat : Berbatasan dengan Desa Tepos
Selatan: Berbatasan dengan Desa Kemantan

Perusahaan ini mulai melakukan operasi produksi pada bulan Februari 2017. PT.
Tebo Prima merupakan perusahaan pertambangan yang melakukan aktivitas
penambangan di wilayah izin usaha pertambangan yang terletak di daerah Sungai
Bengkal. Luas area PT.Tebo Prima pada Blok B1 yakni 244 Hektar dari luas area
keseluruhan 1858 Hektar. Kualitas batubara di PT.Tebo Prima yakni termasuk
jenis batubara dalam rank Bituminous dengan kalori 5000 kkal/kg – 6000
kkal/kg.PT. Tebo Prima bekerja sama dengan PT. semen padang, PT. Tebo Prima
dekat dengan jalan raya sehingga memudahkan ketika membawa batubara yang
akan dijual dari stockpile ke PT. Semen Padang. JarakPT. Tebo Prima dengan PT.
Semen Padang sejauh (135.1 km) dengan menempuh perjalanan selama 3 jam 19
menit melalui jalan muara bungo, dengan harga penjualan batubara PT.Tebo
Prima ke Semen Padang sebesar Rp.400.000 per ton dikarenakan kalori batubara
yang dimiliki PT.Tebo Prima masih rendah.

II-1
2.2. Lokasi dan Kesampaian Daerah
Sungai Bengkal bisa dijangkau dari dua arah, yakni dari kota Jambi dan dari
Muara Bungo. Khusus yang dari luar daerah Jambi bisa menggunakan jalur udara
menuju bandara Sultan Thaha Syaifuddin kota Jambi dengan maskapai Garuda
Indonesia, Lion Air, Citilink, Dan Sriwijaya Air, atau bisa langsung menuju
Bandara Udara Muara Bungo di Jl.Lingkar Km 9 Sungai Buluh Rimbo Tengah
Kabupaten Bungo dengan maskapai Lion Air dan Citilink. Selanjutnya, dari
Muara Bungo bisa memilih jalur darat dengan menggunakan travel menuju
Sungai Bengkal dengan jarak sekitar 151 KM dengan waktu perjalanan 2-3 jam
dan langsung diantar sampai kantor PT. Tebo Prima dengan alamat Jl.Kemantan,
Gang Gatra, RT 09 RW 4, Kel. Sungai Bengkal, Kec. Tebo Ilir, Kab.Tebo, Prov
Jambi. Untuk menggunakan travel sebaiknya harus memesan tiket terlebih dahulu
via telepon dengan jasa antar jemput. Adapun peta jalan raya dari Muara Bungo
ke Sungai Bengkal dapat dilihat di gambar 2.1.

Gambar 2.1. Peta jalan raya dari Muara Bungo menuju Sungai Bengkal.

II-2
Namun, jika berangkat dari kota jambi menuju sungai bengkal, anda bisa memilih
jalur darat dengan menggunakan travel dengan jarak sekitar 178 KM dengan
waktu perjalanan sekitar 5-6 Jam. Adapun Peta jalan raya dari Bandara sultan
Thaha sayifuddin menuju Sungai Bengkal dapat dilihat pada gambar 2.2.

Gambar 2.2. Peta jalan raya dari Bandara sultan Thaha sayifuddin menuju Sungai Bengkal.

2.3. Struktur Organisasi PT Tebo Prima


Struktur Organisasi adalah suatu susunan dan hubungan antara tiap bagian serta
posisi yang ada pada suatu organisasi atau perusahaan dalam menjalankan
kegiatan operasional untuk mencapai tujuan yang di harapakan dan di inginkan.
Struktur Organisasi menggambarkan dengan jelas pemisahan kegiatan pekerjaan
antara yang satu dengan yang lain dan bagaimana hubungan aktivitas dan fungsi
dibatasi. Dalam struktur organisasi yang baik harus menjelaskan hubungan
wewenang siapa melapor kepada siapa, jadi ada satu pertanggung jawaban apa
yang akan di kerjakan Struktur organisai PT.Tebo Prima perusahaan tempat
penulis melakukan kerja praktek dapat dilihat pada Gambar 2.3.

II-3
STRUKTUR ORGANISASI PT TEBO PRIMA

GENERAL MANAGER
GENERAL MANAGER

PROJECT MANAGER

PPC Dhead PRODUCTION Dhead RM D-Head HRGA Dhead MARKETING Dhead

SURVEYOR OB/COAL REPAIR ACCOUNTING TRUCKING

QQ CONTROL ADMIN MAINTENANCE PERSONALIA TIMBANGAN

DATA CENTER OPR/DRIVER ADMIN GEN. ADMIN STOCKPILE USER

DRILLING CHECKER ELECTRICIAN PURCHASING ADMIN

FUELMAN TIREMAN CHASIER

PUMPMAN

COOKER/LAUNDRY

SECURITY

Gambar 2.3 Struktur Organisasi PT Tebo Prima

2.4. Kondisi Geologi


2.4.1. Kondisi Geologi Regional
Letak dan Luas Provinsi Jambi secara geografis terletak antara 0,45° Lintang
Utara, 2,45° Lintang Selatan dan antara 101,10°-104,55° Bujur Timur. Di sebelah
Utara berbatasan dengan Provinsi Riau, sebelah Timur dengan Selat Berhala,
sebelah Selatan berbatasan dengan Provinsi Sumatera Selatan dan sebelah Barat

II-4
dengan Provinsi Sumatera Barat. Kondisi geografis yang cukup strategis diantara
kota-kota lain di provinsi sekitarnya membuat peran provinsi ini cukup penting
terlebih lagi dengan dukungan sumber daya alam yang melimpah. Luas Wilayah
Provinsi Jambi 53.435 km², dengan luas daratan 51.000 km², luas lautan 425,5
km², dan panjang pantai 185 km.

Secara administratif Provinsi Jambi terbagi ke dalam 11 Kabupaten/Kota, yaitu


Batanghari, Bungo, Kerinci, Merangin, Muaro Jambi, Sarolangun, Tanjung
Jabung Barat, Tajung Jabung Timur, Tebo, Kota Jambi, dan Kota Sungai Penuh.
Topografi bagian Timur Provinsi Jambi umumnya merupakan rawa-rawa
sedangkan wilayah Barat pada umumnya adalah tanah daratan (lahan kering)
dengan topografi bervariasi dari datar, bergelombang sampai berbukit. Iklim
Sebagian besar wilayah Provinsi Jambi beriklim tipe B berdasarkan klasifikasi
iklim Schmidt dan Ferguson dengan bulan basah antara 8-10 bulan dan bulan
kering 2-4 bulan. Rata-rata curah hujan bulanan Jambi adalah 179-279 mm pada
bulan basah dan 68-106 mm pada bulan kering. Musim hujan di Propinsi Jambi
dari bulan November sampai Maret dan musim kemarau dari bulan Mei sampai
Oktober. Rata-rata curah hujan 116-154 hari pertahun dan Suhu maksimum
sebesar 31° C. Jenis Tanah di wilayah Provinsi Jambi yang potensial secara umum
didominasi oleh Podsolik Merah Kuning (PMK) yaitu sebesar 44,56%. Jenis tanah
lainnya adalah Latosol termasuk Regosol 18,67% dan Gley Humus 10,74%.

Seperti yang telah diketahui bahwa Provinsi Jambi terletak di Pulau Sumatra,
maka perlu diketahui Sejarah tektonik Pulau Sumatera berhubungan erat dengan
pertumbukan antara lempeng India-Australia dan Asia Tenggara, sekitar 45,6 Juta
tahun lalu yang mengakibatkan perubahan sistematis dari perubahan arah dan
kecepatan relatif antar lempengnya. Penunjaman Sunda berawal dari sebelah barat
Sumba, ke Bali, Jawa, dan Sumatera sepanjang 3.700 km, serta berlanjut ke
Andaman-Nicobar dan Burma. Arah penunjaman menunjukkan beberapa variasi,
yaitu relatif menunjam tegak lurus di Sumba dan Jawa serta menunjam miring di
sepanjang Sumatera, kepulauan Andaman dan Burma. Berdasarkan karakteristik
morfologi, ketebalan endapan palung busur dan arah penunjaman, busur Sunda
dibagi menjadi beberapa propinsi. Dari timur ke barat terdiri dari propinsi Jawa,

II-5
Sumatera Selatan dan Tengah, Sumatera Utara-Nicobar, Andaman dan Burma.
Diantara Propinsi Jawa dan Sumatera Tengah-Selatan terdapat Selat Sunda yang
merupakan batas tenggara lempeng Burma.

Stratigrafi Regional Sub Cekungan Jambi pada dasarnya terdiri dari satu siklus
besar sedimentasi dimulai dari fase transgresi pada awal siklus dan fase regresi
pada akhir silkusnya. Secara detail siklus ini dimulai oleh siklus non marin yaitu
dengan diendapkannya Formasi Lahat pada Oligosen Awal dan kemudian diikuti
oleh Formasi Talang Akar yang diendapkan secara tidak selaras di atasnya.
Menurut Adiwidjaja dan De Coster (1973), Formasi Talang Akar merupakan
suatu endapan kipas alluvial dan endapan sungai teranyam (braided stream
deposit) yang mengisi suatu cekungan. Fase transgresi terus berlangsung hingga
Miosen Awal dimana pada kala ini berkembang Batuan karbonat yang diendapkan
pada lingkungan back reef, fore reef, dan intertidal (Formasi Batu Raja) pada
bagian atas Formasi Talang Akar. Fase Transgresi maksimum ditunjukkan dengan
diendapkannya Formasi Gumai bagian bawah secara selaras di atas Formasi
Baturaja yang terdiri dari Batu serpih laut dalam. Fase regresi dimulai dengan
diendapkannya Formasi Gumai bagian atas dan diikuti oleh pengendapkan
Formasi Air Benakat yang didominasi oleh litologi Batu pasir pada lingkungan
pantai dan delta. Formasi Air Benakat diendapkan secara selaras di atas Formasi
Gumai. Pada Pliosen Awal, laut menjadi semakin dangkal dimana lingkungan
pengendapan berubah menjadi laut dangkal, paludal, dataran delta dan non marin
yang dicirikan oleh perselingan antara batupasir dan batulempung dengan sisipan
berupa batubara (Formasi Muara Enim). Tipe pengendapan ini berlangsung
hingga Pliosen Akhir dimana diendapkannya lapisan batupasir tufaan, pumice dan
konglemerat.

2.4.2. Geologi Lokal


Kabupaten Tebo berada pada posisi bagian barat Provinsi Jambi tepatnya terletak
diantara titik koordinat 0º 52’ 32” - 01º 54’ 50” LS dan 101º 48’ 57” - 102º 49’
17” BT, Kabupaten Tebo dipengaruhi oleh iklim tropis dan wilayah dan berada
pada ketinggian antara 50 - 1.000 mdpl. Struktur Geologi dan Tektonik Struktur

II-6
geologi wilayah Kabupaten Tebo relatif kompleks, meliputi peristiwa tektonik
dari Karbon sampai resen, unsur struktur utama batuan adalah lipatan termasuk
belahan dan sesar. Batuan Pra-Tersier memperlihatkan pelipatan dan belahan
berulang-ulang. Penempatan belahan dalam batuan Pra-Tersier menunjukkan pola
komplek dimana beberapa corak umum sejarah tektonik daerah ini dapat
disimpulkan, yaitu belahan utama mempunyai arah timur-barat dengan
kemiringan ke Utara dan Selatan menunjukkan belahan tersebut telah terlipat
sekitar lipatan tegak yang berarah Timur – Barat.Susunan Formasi batuan secara
stratigrafi dari yang berumur tua ke muda adalah sebagai berikut: Granit, Formasi
Gangsal, Formasi Lahat, Formasi Talangakar, Formasi Gumai, Formasi air
Benakat, Formasi Muara Enim, Formasi Kasai, Undak Sungai dan Alluvium.

2.5. Geomorfologi Jambi


Geomorfologi Sumatera Bagian Tengah ( Sumatera Barat, Riau dan Jambi ) Pulau
Sumatera terletak di bagian barat gugusan Kepulauan Nusantara. Di sebelah utara
berbatasan dengan Teluk Benggala, di timur dengan Selat Malaka, di sebelah
selatan dengan Selat Sunda, dan di sebelah barat dengan Samudera Hindia. Di
sebelah timur pulau, banyak dijumpai rawa yang dialiri oleh sungai-sungai besar,
antara lain; Asahan (Sumatera Utara), Kampar, Siak dan Sungai Indragiri (Riau),
Batang Hari (Sumatera Barat, Jambi), Ketahun (Bengkulu), Musi, Ogan,
Lematang, Komering (Sumatera Selatan), dan Way Sekampung (Lampung). Di
bagian barat pulau, terbentang Pegunungan Barisan yang membujur dari utara
hingga selatan. Hanya sedikit wilayah dari pulau ini yang cocok digunakan untuk
pertanian padi. Sepanjang bukit barisan terdapat gunung-gunung berapi yang
hingga saat ini masih aktif, seperti Merapi (Sumatera Barat), Bukit Kaba
(Bengkulu), dan Kerinci (Jambi). Pulau Sumatera juga banyak memiliki danau
besar, di antaranya Laut Tawar (Aceh), Danau Toba (Sumatera Utara), Danau
Singkarak, Danau Maninjau, Danau Diatas, dan Danau Dibawah (Sumatera
Barat), dan Danau Ranau (Lampung dan Sumatera Selatan). Luas Pulau Sumatra
± 435.000 km² memanjang dari Barat - Laut ke tenggara dengan panjang 1.650
Km dari UleLhee sampai Tanjung Cina (Djodjo dkk, 1985, 41) lebar pulau di
bagian Utara berkisar 100-200 Km di bagian Selatan mencapai 350 Km. Pulau

II-7
Sumatra, berdasarkan luas merupakan pulau terbesar keenam di dunia.
Pegunungan Bukit Barisan dengan beberapa puncaknya yang melebihi 3.000 m di
atas permukaan laut, merupakan barisan gunung berapi aktif, berjalan sepanjang
sisi barat pulau dari ujung utara ke arah selatan; sehingga membuat dataran di sisi
barat pulau relatif sempit dengan pantai yang terjal dan dalam ke arah Samudra
Hindia dan dataran di sisi timur pulau yang luas dan landai dengan pantai yang
landai dan dangkal ke arah Selat Malaka, Selat Bangka dan Laut China Selatan.
Gambaran secara umum keadaan fisiografi pulau Sumatera agak sederhana.
Fisiografinya dibentuk oleh rangkaian Pegunungan Barisan di sepanjang sisi
baratnya, yang memisahkan pantai barat dan pantai timur. Lerengnya mengarah
ke Samudera Indonesia dan pada umumnya curam. Hal ini mengakibatkan jalur
pantai barat kebanyakan bergunung-gunung kecuali dua ambang dataran rendah di
Sumatera Utara (Melaboh dan Singkel/Singkil) yanglebarnya ±20 km. Sisi timur
dari pantai Sumatra ini terdiri dari lapisan tersier yang sangat luas serta berbukit-
bukit dan berupa tanah rendah aluvial.

2.6. Stratigarafi Jambi


Stratigrafi umum yang termasuk dalam cekungan jambi merupakan endapan back
deep basins. Koesoemadinata (1978), menyatakan sedimentasi dalam cekungan
jambi ini terjadi pada zaman Tersier dan mengalami perlipatan pada Tersier akhir.
Ketebalan batuan sedimen yang terdapat pada cekungan ini di perkirakan sekitar
6000 meter, umumnya lebih tipis dan di endapakan secara tidak selaras di atas
batuan Pra-Tersier.Jackson (1961) dan M.Irlan (1994), menyatakan siklus
pengendapan terbagi dalam dua fase. Fase pertama yaitu Fase Transgresi, yang
terdiri dari:
1. Formasi Lahat, merupakan formasi tertua yang tersingkap di CekunganSumatra
Selatan terdiri dari sedimen klastik yang berasal dari material vulkanik,
tersusun atas tuffa, agglomerate, batupasir kasar dan piedmont.Dibagian
cekungan yang dalam, ukuran butir batuannya sangat halus danterdiri dari
lempung dan serpih dengan interkalasi batupasir tufaanberasosiasi dengan
batubara dan glaukonit yang menunjukkan lingkunganantara air tawar sampai
payau yang disebut anggota Benakat (De Coster,1974, dalam M. Irlan, 1994).
Formasi ini menipis dan menghilang padasayap-sayap AntiklinPendopo.

II-8
Ketebalan formasi ini di daerah Pendopokurang lebih 700 meter dan di daerah
Limau kurang lebih 200 meter selama Eosen – Oligosen.
2. Formasi Talang Akar, formasi ini terdiri dari anggota Gritsand (Grm)
dananggota Transisi (Trm). Anggota Gritsand batuannya terdiri dari batupasir
kasar hingga sangat kasar dengan interkalasi serpih dan lanau yangdiendapkan
di lingkungan fluviatil – delta. Anggota ini diendapkan tidakselaras di Formasi
Lahat selama Oligosen dengan ketebalan mencapai550 meter. Anggota transisi
litologinya terdiri dari serpih interkalasidengan batupasir - batubara kadang-
kadang menjadi serpih marineinterkalasi dengan batupasir gampingan.
Diendapkan secara selarasdiatas anggota Gritsand selama Miosen bawah.
3. Formasi Baturaja, formasi ini terdiri dari batugamping terumbu
danbatugamping detritus, kearah cekungan berubah fasies menjadi serpih,napal
dengan sisipan tipis batugamping dari Formasi Gumai. Formasi initerletak
selaras diatas batuan Pra – Tersier. Ketebalan Formasi Baturajapada daerah
paparan adalah 60 – 75 meter, tetapi apabila terletak diatasbatuan dasarnya
variasi akan lebih besar antara 60 – 120 meter bahkanpada singkapan Bukit
Gerbah mencapai 520 meter. Formasi ini berumur Miosen Awal.
4. Formasi Gumai, puncak transgresi pada Cekungan Sumatera Selatandicapai
pada waktu pengendapan Formasi Gumai, sehingga formasi inimempunyai
penyebaran yang sangat luas pada Cekungan SumateraSelatan. Batuan terdiri
dari serpih gampingan yang kaya akan foraminifera dengan sisipan batupasir
gampingan pada bagianbawah dan sisipan batugamping pada bagian tengah
dan bagian atasnya.Ketebalan formasi ini mencapai 200 – 500 meter kecuali
pada depresiLematang mempunyai ketebalan 1500 meter. Formasi Gumai
diendapkanpada lingkungan laut dangkal hingga laut dalam, berdasarkan
foraminiferaplanktonnya formasi ini berumur Miosen Bawah – Miosen
Tengah.

Fase ke dua yaitu Fase Regresi, menghasilkan endapan yang terdiri dari:
1. Formasi Air Benakat, batuan satuan ini adalah serpih gampingan yangkaya
akan foraminifera di bagian bawahnya, makin ke atas dijumpaibatupasir yang
mengalami glaukonitisasi. Pada puncak satuan inikandungan pasirnya
meningkat, kadang-kadang dijumpai sisipan tipisbatubara atau sisa-sisa

II-9
tumbuhan. Formasi ini diendapkan padalingkungan neritik dan berangsur-
angsur menjadi laut dangkal dan pro-delta. Diendapkan selaras diatas Formasi
Gumai pada Miosen Tengah –Miosen Akhir, dengan ketebalan kurang lebih
600 meter.

2. Formasi Muara Enim, terletak selaras di atas Formasi Air Benakat,litologinya


terdiri dari batupasir, batulanau, batulempung, dan batubara.Lingkungan
pengendapan formasi ini adalah paparan delta – lagoon.Ketebalannya
bervariasi antara 200 – 800 meter, berumur Miosen Akhir –Pliosen.

3. Formasi Kasai, Litologi formasi ini terdiri dari interbeded tuffa, batupasir
tuffaan, batulanau tuffaan, batulempung tuffaan, diendapkan padalingkungan
Fluviatil, selaras di atas Formasi Muara Enim. KetebalanFormasi ini antara 500
– 1000 meter dan berumur Miosen Atas – Pliosen. Adapun stratigrafi Jambi,
Sumatera selatan dapat dilihat pada gambar 2.4.

Gambar 2.4. Stratigrafi Jambi Sumatera Selata

II-10

Anda mungkin juga menyukai