Anda di halaman 1dari 15

BAB II

TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN

2.1 Sejarah PT Jorong Barutama Greston

PT Jorong Barutama Greston (PT JBG) adalah salah satu perusahaan


tambang batubara yang merupakan subsidiary (site company) dari PT Indo
Tambangraya Megah,Tbk (PT ITM) yang dulunya bernama Banpu Group
Company. Perusahaan ini terletak di Desa Swarangan, Kecamatan Jorong,
Kabupaten Tanah Laut, Provinsi Kalimantan Selatan. PT JBG dimiliki 99,99% oleh
PT Indo Tambangraya Megah,Tbk dan didirikan pada tanggal 10 Mei 1991. PT
JBG memulai operasi produksi pertama kali pada tahun 1999 dengan jenis usaha
di bidang pertambangan, transportasi, dan perdagangan batubara.
Pada awalnya Izin Usaha Pertambangan (IUP) eksplorasi perusahaan ini
memiliki luas wilayah mencapai 98.000 ha, kemudian setelah IUP eksplorasi
selesai menyusut seiring dengan kebijakan pemerintah Indonesia menjadi 11.478
ha. Pada tahun 2014 sesuai dengan Undang - Undang Pertambangan No. 4
Tahun 2009, PT JBG telah melakukan kontrak berlisensi Perjanjian Karya
Pertambangan dan Pengusahaan Batubara (PKP2B) generasi II sampai tahun
2035 dengan total wilayah konsesi seluas 9.556 ha, kemudian kembali mengalami
penyusutan sehingga sekarang menjadi 4.800 ha.
Status kepemilikan lahan pada PT. JBG yaitu pinjam pakai kawasan hutan
(Hutan Produksi/ HTI) yang diberikan oleh Departemen Kehutanan melalui Dinas
Kehutanan dan Perkebunan Provinsi Kalimantan Selatan Nomor: 1256/Kwl-
6/1999, tentang Persetujuan Pinjam Pakai Kawasan Hutan seluas 2000 Ha
tanggal 1 Juni 1999 yang kemudian diperpanjang melalui SK No. 406/Menhut-
II/2010 seluas 1850 Ha pada tanggal 8 Jul 2010 serta Persetujuan Penggunaan
Kawasan Budidaya Non Kehutanan (KMBK) oleh bupati Tanah Laut melalui SK
No. 500/1338/Dishut seluas 328 Ha pada tanggal 22 November 2010.
Areal pinjam pakai kawasan hutan seluas 1850 Ha seluruhnya merupakan
lahan milik PT. Hutan Rindang Banua (sebelumnya bernama PT. Menara Hutan
Buana yang merupakan pengelola Hutan Produksi sebagai Hutan tanaman
Industri berupa tanaman akasia. Untuk Areal Penggunaan Lain (APL) seluas 328
Ha adalah milik perorangan yang masih berupa ilalang. Pada sebelah utara

2-1
berbatasan dengan wilayah perkebunan kelapa sawit milik PT. Gawi Manunggal
Kalimantan (GMK) dan hutan tanaman industri PT. Hutan Rindang banua (HRB),
sebelah selatan berbatasan dengan wilayah Hak Guna Usaha (HGU) PT. Meranti
dan PT. Sarana Subur Agro Indotama (SSA) untuk perkebunan kelapa sawit,
sebelah barat berbatasan dengan perusahaan kelapa sawit PT. INDORAYA dan
wilayah Desa Batalang serta sebelah timur berbatasan dengan PKP2B PT.
Arutmin Indonesia.
Daerah pelabuhan, stockpile, unit pengolahan dan jalan angkut (hauling
road) merupakan kawasan Area Penggunaan Lain (APL) dan Hak Guna Usaha
(HGU). Daerah pelabuhan, stockpile, pabrik pengolahan, dan mess merupakan
daerah izin HGU yang diapit oleh dua desa yaitu di sebelah barat berbatasan
dengan Desa Tungkaran Naik dan di sebelah timur berbatasan denga Desa
Sungai Danau. Untuk hauling road sepanjang 10 Km merupakan area pinjam
pakai dari PT. Emida.
2.1.1 Data Umum Perusahaan
Nama : PT Jorong Barutama Greston (an ITM Subsidiary)
Alamat : Jl. A. Yani Km 104, Ds. Swarangan RT 07 No.286
Kec. Jorong, Kab. Tanah Laut, Kalimantan Selatan
Indonesia 70882
Telepon : +62 21 2932 8100 ext. 1900
Fax : +62 21 2932 8100 ext. 2000
E-mail : www.itmg.co.id
Permodalan : Penanaman Modal Asing
SK AMDAL : SK DPE No. 4673/0115/sj.r/1997/ dan Revisi SK
Bapedalda Kal-Sel No. 0321 Tahun 2001, Kep.
Bupati Tanah Laut No. 302 Tahun 2006
2.1.2 Visi dan Misi Perusahaan
a. Visi
Menjadi perusahaan energi batubara terkemuka di Indonesia dengan
pertumbuhan berkesinambungan yang dicapai melalui profesionalisme dan
kepedulian terhadap karyawan, masyarakat, dan lingkungan.
b. Misi
1) Mengembangkan keunggulan pada lini operasi untuk melayani pelanggan
dengan kualitas dan kuantitas produk dan jasa yang konsisten.

2-2
2) Mengembangkan karyawan yang piawai, sistem dan infrastruktur yang
efisien berdasarkan budaya yang berinovasi, berintegritas, berkepedulian,
dan bersinergi.
3) Berinvestasi dalam bisnis energi berbasis batubara yang secara
berkesinambungan memperkuat posisi ITM.
4) Untuk mendorong dan berkontribusi bagi perkembangan masyarakat
dengan bertindak sebagai warga yang baik dan berkontribusi terhadap
ekonomi dan masyarakat.

2.2 Lokasi dan Kesampaian Daerah

Secara administrasi PT Jorong Barutama Greston (PT JBG) terletak di


Desa Swarangan, Kecamatan Jorong, Kabupaten Tanah Laut, Provinsi
Kalimantan Selatan. Lokasi penambangan terletak di Kecamatan Jorong,
Kabupaten Tanah Laut. Secara geografis lokasi penambangan PT JBGterletak
pada (304507 400015) Lintang Selatan dan (11404523 11500553) Bujur
Timur.Area pelabuhan terletak di Kecamatan Jorong, Desa Swarangan,
Kabupaten Tanah Laut.
PT JBG melakukan kegiatan penambangan batubara di desa Swarangan
yang memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut :
1. Utara : Kec. Jilatan
2. Timur : Kec. Asam-asam
3. Selatan : Laut Jawa dan Desa Swarangan
4. Barat : Kec. Penyipalan
Secara keseluruhan areal kontrak kerja PT. JBG seluas 65.920 km2 yang
terletak diantara 3o4507-4o015 Lintang Selatan dan 114o4648,57-115o553
Bujur Timur. Endapan Batubara Jorong terletak pada cekungan Asam-Asam
yang berlokasi di Kecamatan Jorong, Kabupaten Tanah Laut, Provinsi
Kalimantan Selatan, 10 Km di sebelah tenggara Banjarmasin. Secara fisiografi
lokasi tersebut berada di Tenggara kaki bukit Pegunungan Meratus.

2-3
Gambar 2.1.
Peta Konsesi PKP2B PT Jorong Barutama Greston

Untuk menuju lokasi penambangan PT JBG dari Banjarbaru dapat


ditempuh dengan menggunakan transportasi darat dengan menyusuri jalan
sepanjang 117 Km ke arah tenggara menuju Pelaihari dan Jorong. Area

2-4
penambangan dapat dicapai melalui dua lokasi yaitu pertama dengan menyusuri
sungai Asam-Asam ke Timur Laut, sedangkan rute kedua yaitu rute darat
Banjarbaru-Kotabaru.
Adapun untuk mencapai wilayah penambangan batubara PT JBG dapat
ditempuh dengan kendaraan bermotor (Gambar 2.1) :
1. Dari kota Banjarmasin kearah tenggara menuju Pelaihari dengan jarak 60
km dengan waktu 1,5 jam dengan kendaraan bermotor.
2. Dari Pelaihari kearah tenggara menuju lokasi wilayah PKP2B PT JBG yang
terletak di Kecamatan Jorong dengan jarak 39 km dengan waktu 1 jam.
3. Dari Pos I PT JBG menuju kantor induk sejauh 6 km dengan kondisi jalan
angkut yang tidak beraspal dan dapat ditempuh dengan waktu 15 menit.

2.3 Keadaan Geologi

2.3.1 Morfologi Daerah Penelitian


Morfologi daerah perjanjian PT. Jorong Barutama Greston berdasarkan
kenampakan bentang alam yang terdapat pada daerah ini terdiri dari tiga satuan
geomorfologi, yaitu satuan morfologi alluvial, satuan morfologi perbukitan
bergelombang sedang dan satuan geomorfologi perbukitan bergelombang kuat.
Ada 3 satuan geomorfologi yang terdapat di daerah penelitian yaitu :
a. Satuan morfologi dataran alluvial menempati areal sekitar 10% dari wilayah
perjanjian yang umunya terdapat di sekitar dataran aliran sungai di bagian
Timur, Barat dan Tengah dengan kemiringan lereng dari 8% dan ketinggian
topografi 10 30 m (dpl).
b. Satuan morfologi perbukitan bergelombang sedang menempati areal sekitar
70% wilayah perjanjian. Satuan morfologi ini terdapat di daerah bagian Timur,
Tengah, Barat dan Selatan wilayah perjanjian dengan kemiringan lereng sekitar
8% 16% dan ketinggian topografi 20 30 m (dpl).
c. Satuan morfologi perbukitan bergelombang kuat menempati areal sekitar 20%
wilayah perjanjian yang terdapat di sekitar bagian utara wilayah perjanjian
dengan kemiringan lereng lebih besar dari 16% dan ketinggian topografi 50
150 m (dpl).
2.3.2 Iklim dan Curah hujan
Iklim merupakan rata-rata cuaca dalam jangka waktu tertentu, sehingga
unsur iklim sama dengan unsur cuaca yaitu temperatur udara, kelembaban udara,
curah hujan, angin, durasi sinar matahari dan kondisi iklim lainnya.

2-5
Berdasarkan data hasil pengamatan dari badan Meteorologi dan Geofisika
stasiun kelas 1 Banjarbaru Kalimantan Selatan, keadaan iklim daerah milik PT
Jorong Barutama Grseton merupakan iklim tropis, terdiri dari 2 musim yaitu musim
hujan, biasanya pada bulan November-April dan musim kemarau biasanya pada
bulan Mei-Oktober.

Tabel 2.1.
Data Rain Fall Tahun 2004 sampai 2015

Data actual rainfall 2004 - 2015


unit : mm.
Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Total

2004 292 109 333 196 325 82 79 30 36 83 56 149 1,770

2005 199 507 377 311 279 176 90 86 11 317 349 313 3,014

2006 304 272 367 331 121 567 109 20 38 120 166 190 2,604

2007 281 243 293 409 274 488 956 157 91 136 58 25 3,411

2008 117 79 173 192 640 191 325 401 286 166 478 446 3,495

2009 340 163 103 118 344 81 162 75 5 111 151 79 1,731
Actual
2010 177 202 268 290 295 271 327 431 203 299 164 70 2,998

2011 125 172 202 219 111 151 81 15 83 229 245 267 1,899

2012 187 136 188 127 114 158 421 307 46 92 147 236 2,159

2013 191 251 204 238 161 171 465 258 172 35 152 473 2,772

2014 188 174 372 190 292 315 175 196 6 111 129 474 2,623

2015 239 228 127 294 327 288 4 1 - 57 135 301 2,000
Average
220 211 251 243 274 245 266 165 81 146 186 252 2,540
Max 340 507 377 409 640 567 956 431 286 317 478 474 5,782

117 79 103 118 111 81 4 1 - 35 56 25 730


Min

Sumber : PT Jorong Barutana Greston

2.3.3 Keadaan Flora dan Fauna


Jenisvegetasi yang ada di daerah PT Jorong Barutama Greston hampir
seluruhnya merupakan tanaman perkebunan dan produksi lain berupa pohon
sawit, buah-buahan, dan pohon pinus disepanjang tepi pantai area perusahaan.
Jenis tanaman lain selaintan aman diatas adalah berupaalang-alang, semak-
semak belukar dan sejenisnya yang menempati daerah kolam-kolam kecil dan
tanaman perkebunan yang sudah tidak produktif lagi.
Jenis fauna yang sering dijumpai pada daerah tersebut berupa babi hutan,
monyet, ular, biawak, dan beberapa jenis burung-burungan. Sedangkan hewan

2-6
ternak yang sering dijumpai seperti sapi, kambing, dan unggas yang dipelihara
oleh penduduk setempat sebagai mata pencaharian tambahan.
Jenis tumbuhan di wilayah perjanjian PT. Jorong Barutama Greston
sebagian besar (50%) terdiri dari tanaman hutan sekunder yang tidak lagi di
tumbuhi oleh jenis kayu-kayuan dan hanya berupa belukar, semak, rerumputan
dan ilalang. Namun demikian, masih tersisa sebagian hutan primer yaitu pada
areal lereng pegunungan yang agak terjal di bagian Utara dari wilayah perjanjian
PT. Jorong Barutama Greston.
2.3.4 Keadaan Geologi Regional
Struktur Geologi pada tambang milik PT. Jorong Barutama Greston
termasuk dalam cekungan Asam-Asam yang merupakan bagian dari Cekungan
Barito. Batubara pada area penambangan PT. Jorong Barutama Greston sendiri
merupakan formasi Warukin pada periode Miosen Akhir. Pada cekungan barito
terdapat empat formasi yaitu Formasi Tanjung, Formasi Berai, Formasi Warukin,
dan Formasi Dahor.
a. Formasi Tanjung merupakan formasi batuan sedimen tertua pada cekungan ini.
Formasi Tanjung terbentuk pada periode Eosen. Formasi Tanjung (Tet) terdiri
dari batu pasir kuarsa berbutir halus sampai kasar (50-150 cm), berstruktur
sedimen perairan halus dan perlapisan silang-siur, sisipan batulempung
berwarna kelabu setempat menyerpih (30-150 cm), dijumpai pada bagian atas
formasi. Sisipan batubara berwarna hitam, mengkilat, pejal, dijumpai pada
bagian bawah formasi dengan tebal lapisan 50-150 cm. pada formasi ini
dijumpai lensa batugamping warna kelabu kecoklatan, mengandung kepingan
moluska, echinoid, dan foraminifera diantaranya Nummulites javanus (Verbeek)
dan Heterostegina sp., juga foraminifera kecil bentos dari keluarga Milliolidae
yang menunjukkan umur Eosen, terendapkan di lingkungan paralasneritik.
Ketebalan formasi kurang lebih 750 m.
b. Formasi Berai (Tomb) berada di atas formasi Tanjung. Pada formasi ini tidak
terdapat lapisan batubara. Formasi Berai terbentuk pada periode Oligosen
hingga Miosen awal. Formasi ini tersusun atas batu gamping berwarna putih
kelabu, berlapis baik dengan ketebalan 20 sampai 200 meter. Pada formasi ini
kaya akan koral, foraminifera dan ganggang, terdapat sisipan napal berwarna
kelabu muda padat (10-15 cm), mengandung foraminifera plankton dan batu
lempung berwarna kelabu dengan ketebalan 25 sampai 75 cm. Kumpulan
foraminifera besar yang terdapat dalam batu gamping pada formasi ini antar

2-7
lain Nummulites fichteli (Michelotti), Heterostegina sp., Quinquiloculina sp.,
Lepidocyclina (Eulepidina) sp., Cycloclypeus sp., Gypsina sp., Echinoid dan
Rotalia sp., yang menunjukkan umur Oligosen Awal Miosen Awal. Kumpulan
foraminifera plankton yang terdapat dalam napal dan batu lempung yaitu antara
lain Globorotalia opima (Bolli), Globigerina ouchitaensis (Bolli), Globigerinita
unicava (Bolli, Loeblich dan Tappan), lobigerinoides quadrilobatus (Banner dan
Blow), serta Cassigerinella chipolensis (Crushman dan Ponton) yang
menunjukkan umur nisbi Oligosen. Lingkungan pengedapan formasi ini
diperkirakan adalah lingkungan neritik dan ketebalan formasi ini kurang lebih
1000 meter.
c. Formasi Warukin (Tmw) berada di atas Formasi Berai. Formasi ini diendapkan
secara selaras dan terdiri dari selingan batu pasir kuarsa halus dengan batu
konglomerat kasar dengan ketebalan 5-30 cm dan batu lempung dengan
ketebalan 3-100 cm, serta batu bara dengan ketebalan 20-50 cm yang
terendapkan pada lingkungan paralik dengan ketebalan total diperkirakan 1250
meter. Fosil foraminifera yang terkandung dalam batu lempung pasiran antara
lain Ammonia indica (Le Roy), Cellanthus sp., Amphistegnia sp., Florius sp.,
Lepidocyclina sp., Austrotrillina howchini (Schlumberger).
d. Formasi Dahor (TQd) berada Pada bagian atas Formasi Warukin. Formasi
ini tersusun atas batupasir kuarsa kurang padu, konglomerat dan Batu
lempung lunak, dengan sisipan lignit (5-10 cm), kaolin (30-100cm), dan limonit.
Formasi ini terendapkan dalam lingkungan paralas dengan tebal formasi
diperkirakan 250 meter. Formasi ini diperkirakan terbentuk pada periode
Pliosen hingga Plistosen.

2-8
Sumber : PT Jorong Barutana Greston

Gambar 2.2
Korelasi Satuan Batuan

2.3.5 Stratigrafi Regional


Di daerah perjanjian PT. Jorong barutama Greston batuan tertua yang
tersingkap termasuk di dalam Formasi Pudak (batuan tersier) yang terdiri dari
batuan lava perselang-selingan konglomerat/vulkanik klastik, batu pasir dan batu
gamping, basal, batuan malihan dan ultrabasa. Batuan ini tersebar di daerah
bagian utara berbatasan dengan Pegunungan Meratus dan diperkirakan berumur
Kapur Akhir. Sedangkan batuan termuda adalah endapan alluvial yang umumnya
ditemukan sekitar daerah aliran sungai Asam-asam, Nahiya dan Katal-Katal

2-9
sedangkan batuan yang terdapat pada daerah ini adalah batuan Pra-Tersier dan
batuan sedimen.
a. Batuan Pra-Tersier
Batuan Pra-Tersier yang terdapat didaerah cekungan Kutai, Pasir Asam-
asam membentuk batuan alas cekungan. Batuannya terdiri dari batuan lava
vulkanik, ultrabasa, gabro, andesit, rhyolit, malihan, metasedimen dan dikenal
dengan Formasi Pudak.
b. Batuan Sedimen Tersier
Pengendapan batuan sedimen di daerah cekungan tersier Asam-asam
dimulai dengan pembentukan batuan sedimen Formasi Tanjung (Tet) yang
diendapkan pada kala Eosen secara tidak selaras diatas batuan dasar pra-Tersier.
Formasi Tanjung ini merupakan Formasi pembawa batubara Eosen pada
Cekungan Tersier Kalimantan pada bagian Selatan-Timur. Diatas Formasi
Tanjung ini, pada kala Oligosen-Miosen awal terjadi genang laut (trangresi) dan
diendapakan secara selaras Formasi Berai (Tomb) dengan ciri khas batuan
utamanya disusun oleh batu gamping kaya fosil foraminifera dan koral.
Selanjutnya pada kala Miosen Tengah-Akhir berlangsung penurunan muka laut
(regresi) secara berangsur-angsur bersamaan dengan ini maka diendapkan
batuan sedimen Formasi Warukin (Tmw) yang merupakan Formasi pembawa
batubara Miosen. Pada kala Miosen akhir terjadi kegiatan tektonik terakhir yang
menyebabkan terkoyak-koyaknya batuan sedimen yang telah diendapkan,
kemudian pada kala Pliosen diendapkan batuan sedimen dari Formasi Dahor
(Tqd) secara tidak selaras diatas Formasi Warukin.
c. Batuan Sedimen Kuarter
Pengendapan batuan sedimen Formasi Dahor masih berlanjut sampai kala
Pleistosen. Formasi ini terdiri dari batupasir kuarsa kurang kompak, konglomerat
dan batulempung lunak dengan sisipan lignit. Sedimen Alluvium (Qa) yang terdiri
dari kerikil, pasir, lanau, lempung dan lumpurmerupakan endapan sedimen
termuda yang menutupi sedimen batuan berumur lebih tua secara tidak selaras di
daerah cekungan.
2.3.6 Stratigrafi Daerah Penelitian
Formasi pembawa batubara diwilayah perjanjian terdapat pada Formasi
Tanjung berumur Eosen dan Formasi Warukin berumur Miosen. Batubara Eosen
Formasi Tanjung terdapat dalam satuan litologi/strata pembawa batubara (coal-
bearing strata) berupa batupasir dengan perselang-selingan batu pasirlanauan

2-10
dan batu lempung. Batubara Eosen ini tersingkap dan tersebar di daerah bagian
Utara wilayah perjanjian yaitu disekitar Blok Logkota dan terdiri dari lebih 7 (tujuh)
lapisan dengan ketebalan sangat bervariasi antara 0,20 3,50 m. Ciri khas dari
batubara ini adalah cukup keras, hitam mengkilap dengan kilap terang sampai
agak kusam (bright to dull bands).
Starata pembawa batubara Miosen di wilayah perjanjian adalah satuan
batu lempung dan batupasir dengan selang-seling perlapisan tipis sampai sedang
batulanau dan batulempung. Satuan batu ini merupakan anggota dari Formasi
Warukin. Batubara Miosen ini tersingkap di daerah bagian tengah wilayah
perjanjian terutama di daerah Blok Timur dan Barat tersebar luas memanjang dari
batas bagian Timur sampai batas bagian Barat wilayah perjanjian.

2-11
Sumber : PT. Jorong Barutama Greston
Gambar 2.3.
Stratigrafi Batubara PT Jorong Barutama Greston

Batubara Miosen dikelompokkan menjadi dua yaitu batubara Miosen


Bawah dan batubara Miosen Atas. Batubara Miosen Bawah terdiri dari 7 (tujuh)
lapisan dengan ketebalan berkisar 1,0 2,1 m dengan ciri khas batubara

2-12
berwarna hitam, kilap sedang dengan kilap kusam, keras sampai agak getas,
mengandung sedikit pirit yang mengisi retakan.
Batubara Miosen Atas terdiri dari 10 (sepuluh) lapisan batubara utama
dengan ketebalan 1 34 m dan beberapa lapisan batubara minor ketebalan 0,1
2 m. Batubara ini memiliki ciri khas warna hitam keabu-abuan sampai kecoklatan,
kusam sampai agak mengkilap, keras-getas dan mengandung sedikit pirit dan
resin. Batubara Miosen Atas ini dibagi menjadi batubara M-Zone dan U-Zone.
Batubara M-Zone terdiri dari 5 (lima) lapisan batubara utama mulai dari lapisan
paling bawah (tua) sampai teratas (muda); M1 (splitting : M1 dan M1U), M2, M3
(M3 dan M3U), M4 (splitting : M4L1, M4L2 dan M4U) dan M5 (splitting : M5L, M5
dan M5U) dengan ketebalan 0,66 34 m dan lapisan pengotor (clayband) pada
lapisan batubara utama lebih kecil dari 0,30 m.
Batubara U-Zone terdiri dari 5 (lima) lapisan batubara utama mulai dari
lapisan paling bawah (tua) sampai teratas (muda); U1, U2, U3 (splitting ; U3L dan
U3-3, U3-2, U3-1, U4 dan U5 dengan ketebalan 1 25 m.

2.4 Kegiatan Penambangan

Kegiatan penambangan yang digunakan di daerah operasi PT. Jorong


Barutama Greston adalah strip mine. Di dalam melakukan tahapan penambangan
ada dua tahapan yang dilakukan PT. Jorong Barutama Greston yaitu tahapan
persiapan dan tahapan penambangan batubara. Tahapan persiapan meliputi
kegiatan pembersihan lahan (Land Clering) dan pengupasan lapisan tanah
penutup. Sedangkan tahapan penambangan batubara meliputi pembongkaran
batubara, pemuatan batubara, dan pengangkutan batubara ke stock pile dan ke
crushing plat.
2.4.1 Tahapan Persiapan
Tahapan persiapan merupakan urutan kegiatan pertama kali dilakukan
sebelum melakukan penambangan batubara. Tahapan ini meliputi beberapa
kegiatan, yaitu :
a. Pembersihan Lahan (Land Clering)
Kegiatan pembersihan lahan merupakan kegiatan merupakan kegiatan
awal dari penambanga, area yang masih berupa hutan harus dibersihkan terlebih
dahulu agar dapat dilakukan kegiatan selanjutnya. Kegiatan pembersihan lahan ini
dilakukan dengan menggunakan alat berat berupa Caterpillar D 7 G dan Komatsu
Ripping D375.

2-13
b. Pengupasan Lapisan Tanah Penutup (stripping overburden)
Kegiatan pengupasan lapisan tanah penutup dilakukan sebelum kegiatan
penambangan batubara dimulai. Pada kegiatan ini batubara akan dibebaskan dari
lapisan tanah penutup yang menuntupinya. Pada kegiatan pengupasan lapisan
tanah penutup ini menggunakan alat berat Backhoe karena material tanah
penutupnya merupakan material lunak.
1. Tahapan Penambangan
Pembongkaran Urutan tahapan kegiatan penambangan adalah sebagai
berikut :
a. Pembongkaran (Loosering)
Kegiatan pembongkaran ini dapat dilakukan dengan menggunakan alat
berat seperti Backhoe.
b. Pemuatan (Loading)
Pemuatan merupakan salah satu kegiatan dalam proses penambangan,
dimana material yang sudah dibongkar di muat kedalam alat angkut, dalam hal ini
Dump Truck. Alat muat yang digunakan adalah Backhoe yang berupa Komatsu
PC 1250, CAT 385, CAT 345 dan Daewoo 500.
c. Pengangkutan (Hauling)
Kegiatan ini dilakukan untuk mengangkut material overburden ke area
disposal yang ditentukan. Untuk material overburden diangkut dengan
menggunakan Dump Truck Hino FM320 sedangkan untuk batubara diangkut
dengan menggunakan Dump Truck Hino FM320. Batubara ini di angkut dari
Loading point ke Stockpile, atau langsung ke crusher di areal pelabuhan yang
berjarak 25 km, untuk selanjutnya diangkut dengan belt conveyor menuju
tongkang yang sudah stanby di dermaga untuk kemudian dimuat ke kapal dan
diangkut ke konsumen. Untuk gambar keseluruhan tahapan penambangan dapat
dilihat pada gambar 2.4.

2-14
Sumber : PT. Jorong Barutama Greston
Gambar 2.4
Alur Produksi Batubara

2.5 Proses Pengolahan

Batubara yang berasal dari hasil kegiatan pertambangan (raw material)


dikumpulkan pada ROM stockpile. ROM stockpile (Run of Minestockpile)
digunakan sebagai tempat penampungan sementara batubara hasil operasi
pertambangan dari lokasi penambangan sebelum batubara tersebut digunakan
sebagai umpan dalam proses pengolahan. Selanjutnya batubara ini diangkut
dengan menggunakan dump truck yang mempunyai kapasitas 30 ton menuju ke
crushing plant. Batubara dari dumptruck dimasukkan ke feeder hopper dan
selanjutnya dimasukkan ke feeder breaker untuk dipilah berdasarkan ukurannya.
Batubara yang berukuran >200 mm akan dihancurkan sampai dengan berukuran <
200 mm. Sedangkan batubara yang telah berukuran < 200 mm akan diperkecil
ukurannya hingga berukuran 50 mm. Pada PT Jorong Barutama Greston
terdapat 1 jetty dimana proses loading menggunakan conveyor loading yang
langsung menuju ke barge. Pertamadiawali dari batubara yang telah ditambang
kemudian diletakkan pada ROM (Run Of Mine) area crushing plant. Setelah
proses crushing material batubara akan langsung menuju ke stockpile hasil
crushing (Finish Coal) menggunkan triper.

2-15

Anda mungkin juga menyukai