Anda di halaman 1dari 11

Low Rank Coal Formasi Sajau daerah Teluk Semanting dan Tanjung Batu,

Kecamatan Pulau Derawan, Kabupaten Berau, Kalimantan Timur (Geni Dipatunggoro)

LOW RANK COAL FORMASI SAJAU


DAERAH TELUK SEMANTING DAN TANJUNG BATU
KECAMATAN PULAU DERAWAN,
KABUPATEN BERAU – KALIMANTAN TIMUR

Geni Dipatunggoro

ABSTRACT
The studied area belong to Teluk Semanting vilage and Tanjung Batu vilage, Pulau Derawan District,
Berau Regency, East Kalimantan Province.
Coal Bearing Formation is Sajau Formation with the younger from Latih Formation at PT. Berau Coal
mine, description is black, vitreous luster, subconcoidal fracture, very hard to soft, brown streak, is
general resin and piryt and sometimes wood structure. Phisycal is based on Sub Bituminus B Coal.
Outcrop is followed the folded wich North West – South East, the range of strike N300ºE – N00ºE and
N120ºE – N170ºE. The dip of coal is 8ºNE - 28ºNE and 5ºSW - 13ºSW.
Indicated reserve of coal at study area is based on resources calculating with make use of the regional
geologic explanation has reached 136 million ton, This reserve belong to the middle of the big mining.
Quality of coal at study area with the measured parameter is “inherent Moisture” =10,20%-14,58,8%,
Ash = 1,10%-7,61%, “Volatile Matter” = 36,58%-45,49%, “Fixed Carbon” = 37,50-45,72%, “Total
Sulphur” = 0,12%-2,86%, Calorivic value the range = 5.666 – 6.427 Kkal/kg.
Keywords:Coal, quality of coal

ABSTRAK
Daerah studi termasuk ke dalam Desa Teluk Semanting dan Desa Tanjung Batu, Kecamatan Pulau
Derawan, Kabupaten Berau, Propinsi Kalimantan Timur.
Formasi pembawa batubaranya yaitu : Formasi Sajau yang umurnya lebih muda dari Formasi Latih yang
ditambang oleh PT. Berau Coal, batubaranya berwarna hitam, kilap kaca, pecahan subconcoidal, sangat
keras – lunak, warna gores coklat dan umumnya banyak mengandung resin dan pirit kadang-kadang
masih memperlihatkan struktur kayu. Berdasarkan sifat fisik tersebut termasuk jenis Sub Bituminus B
Coal. Singkapan – sinkapan mengikuti arah umum lipatan yang relative berarah baratlaut – tenggara,
berkisar antara N300ºE – N00ºE dan N120ºE – N170ºE. Untuk kemiringan lapisan batubara berkisar
antara 8ºNE – 28ºNE dan 5ºSW - 13ºSW.
Cadangan tereka batubara di Daerah Studi berdasarkan perhitungan sumber daya dengan
memanfaatkan penafsiran geologi regional, mencapai sekitar 136 juta ton. Cadangan ini termasuk
sedang untuk skala tambang besar.
Kualitas batubara di Daerah Studi dengan parameter yang menjadi ukuran adalah “inherent Moisture”
yang berkisar dari 10,20%-14,58,8%, kandungan debu 1,10%-7,61%, “Volatile Matter” 36,58%-
45,49%, “Fixed Carbon” 37,50-45,72%, “Total Sulphur” 0,12%-2,86%, nilai kalori batubara berkisar
antara 5.666 – 6.427 Kkal/kg.
Kata kunci: Batubara, kualitas batubara

PENDAHULUAN batubara dari Formasi Latih yang


umurnya lebih tua (Awal Miosen).
Batubara yang akan dieksploitasi
Lokasi daerah studi di Desa Teluk
perlu diketahui macam kualitas dari
Semanting dan Tanjung Batu, Keca-
mulai yang paling bagus sampai yang
matan Pulau Derawan, Kabupaten
paling jelek atau rendah kalori (Law
Berau, Propinsi Kalimantan Timur,
Rank Coal). Di Indonesia batubara
dengan luas areal 100 000 Ha. Secara
yang rendah kalori banyak tersebar
umum daerah studi mempunyai
dimana-mana yang salah satunya
ketinggian berkisar 50-80 meter di
yaitu di Kabupaten Berau di Formasi
atas permukaan laut. Beberapa bukit
Sajau yang umurnya Plio – Plistosen,
landai tampak disekitar wilayah studi
yang bersebelahan dengan tambang-
dan daerahnya termasuk Desa Teluk
nya PT. Berau Coal yang mengambil
Semanting dan Desa Tanjung Batu.

83
Bulletin of Scientific Contribution. Vol. 5, No.2, April 2007: 83-93

Sungai utama yang mengalir di wila- 2. Sub Cekungan Tarakan, berkem-


yah KP adalah Sungai Berau sesuai bang terutama pada daerah lepas
dengan nama kabupatennya, yang pantai dan terisi oleh sekuen tebal
memiliki cabang sungai-sungai kecil. sediment darat Akhir Miosen yang
Secara fisiografis Cekungan Tara- tidak selaras dengan lapisan dan
kan (Gambar 1) di bagian barat di- struktur sebelumnya.
batasi oleh lapisan sediment Pra Ter- 3. Sub Cekungan Muara, terletak di
sier Tinggian Kuching dan dipisahkan lepas pantai Tinggian Mangkalihat.
dari Cekungan Kutai oleh kelurusan Terutama mengandung terumbu
timur – barat Tinggian Mangkalihat. dan sediment karbonat.
Cekungan Tarakan berupa depresi 4. Sub Cekungan Berau, terletak di
berbentuk busur yang terbuka ke bagian paling selatan Cekungan
arah timur, ke arah Selatan Makasar Tarakan yang berkembang dari
/ Laut Sulawesi yang meluas ke utara Eosen sampai Miosen dan mem-
Sabah dan berhenti pada zona sub- punyai sejarah pengendapan yang
duksi di Tinggian Samporna dan me- sama dengan Sub Cekungan
rupakan cekungan paling utara di Tidung.
Kalimantan, sedangkan batas selatan-
nya adalah Pegunungan Suikerbrood Stratigrafi
dan Tinggian Mangkalihat. Berdasarkan Peta Geologi keluaran
Lingkungan pengendapan Cekung- P3G Bandung pada lembar Tanjung
an Tarakan dimulai dari proses peng- Redeb (1995). Secara regional daerah
angkatan (transgresi) yang diper- anak cekungan terdiri dari batuan
kirakan terjadi pada kala Eosen sam- sedimen, batuan gunung api dan
pai dengan Miosen Awal bersamaan batuan beku dengan kisaran umur
dengan terjadinya proses pengang- dari Pra Tersier (Kapur) hingga
katan gradual pada Tinggian Kuching Kuarter. Anak Cekungan Berau dari
dari barat ke timur. Pada kala Miosen yang tua ke muda terdiri dari formasi
Tengah terjadi penurunan (regresi) sebagai berikut :
pada Cekungan Tarakan, yang dilan- Formasi Banggara (Kbs), terdiri
jutkan dengan terjadi pengendapan atas perselingan batulempung malih,
progradasi ke arah timur dan mem- batulempung terkerisikan, batu-
bentuk endapan delta, yang menutupi lempung hitam bersisipan dan
endapan prodelta dan bathial. Ce- laminasi tuff, mengandung radio-
kungan Tarakan mengalami proses larian, satuan batuan merupakan
penurunan secara lebih aktip lagi endapan flysh. Umurya Kapur.
pada kala Miosen sampai Pliosen. Pro- Formasi Sebakung (Tes), terdiri
ses sedimentasi delta yang tebal atas batulempung, batulanau, dan ba-
dengan pusat cekungan (deposentres) tupasir di bagian bawah ; Batu-pasir
dan relative bergerak kearah timur kuarsa, batugamping pasir-an, rijang
berlanjut searah selaras dengqan dan tuf di bagian atas; mengandung
waktu (Mobil Oil Exploration, Lati fosil nummulites sp, Discocyclina sp,
Feasibility Study, 1989). Operculina sp, GGlobigerina sp,
Ditinjau dari fasies dan lingkungan Reusela sp, Nodosaria sp, Planulina
pengendapan, Cekungan Tarakan sp, Amphistegina sp, dan Borelis sp;
terbagi menjadi empat Sub Cekungan Tebal satuan batuan lebih dari
yaitu : 1000m, diendapkan dalam lingkungan
1. Sub Cekungan Tidung, sub Ce- laut, berumur Eosen.
kungan ini terletak paling utara, Formasi Tabalar (Toet), terdiri
meluas ke Sabah dan berkembang atas napal abu–abu, batupasir,
pada kala Eosen Akhir sampai Mio- serpih, sisipan batugamping dan
sen Tengah. Dipisahkan dari anak konglomerat alas di bagian bawah,
Cekungan Berau disebelah selat- batugamping dolomite, kalkerinet dan
annya oleh Punggung Latong. sisipan napal di bagian atas; diendap-

84
Low Rank Coal Formasi Sajau daerah Teluk Semanting dan Tanjung Batu,
Kecamatan Pulau Derawan, Kabupaten Berau, Kalimantan Timur (Geni Dipatunggoro)

kan dalam llingkungan fluviatil – laut lingkungan rawa litoral. Tebalnya


dangkal ; tebal satuan mencapai mencapai 1000 m, berumur Miosen
1000m. Umurnya Eosen – Oligosen. Akhir- Pliosen.
Formasi Birang (Tomb), terdiri Formasi Sinjin (Tps), terdiri atas
atas perselingan napal, batugamping perselingan tuff, aglomerat, lapili,
dan tuff di bagian atas, dan per- lava andesit piroksen, tuff ter-
selingan rijang, napal, konglomerat, kersikan, batulempung tufaan dan
batupasir kuarsa dan ba-tugamping di kaolin, mengandung lignit, kuarsa,
bagian bawah; Tebal satuan batuan feldsfar dan mineral hitam. Tebal
lebih dari 1100 m ; mengandung fosil batuan lebih dari 500 m.
antara lain : Lepidocylina ephicides, Formasi Sajau (TQps), terdiri atas
Spiroclypeus sp, Miogypsina sp, perselingan batulempung, batu-
Margionopora vertebralis, Operculina lanau, batupasir, konglomerat, disisipi
sp, Globigerina tripartite, Globoqua- batubara, mengandung moluska,
drina altispira, Globorotalia mayeri, kuarsit dan mika ; menunjukkan
Globorotalia peripheronda, Globi- struktur silang siur dan laminasi.
gerinoides immaturus, Globiger- Lapisan batubara (0,2 – 1 m)
inoides sacculifer, Orbulina transito- berwarna hitam, coklat. Tebal satuan
ria, Uvigerina sp, Cassidulina sp. batuan lebih kuran 775 m.
Kisaran Umur Oligosen – Miosen. Diendapkan dalam lingkungan fluviatil
Formasi Lati (Tml), terdiri atas dan delta.
batupasir kuarsa, batulempung, Endapan Aluvial (Qa) , terdiri atas
batulanau, dan batubara di bagian lumpur, lanau, pasir, kerikil, kerakal
atas ; bersisipan serpihan pasiran dan dan gambut berwarna kelabu sampai
batugamping di bagian bawah. kehitaman, tebalnya lebih kurang 40
Lapisan batubara (0,2–5,5 m), ber- meter.
warna hitam, coklat; tebal satuan
batuan kurang lebih 800 m, diendap- Struktur Geologi
kan dalam lingkungan delta, estuarin Struktur geologi regional yang ada
dan laut dangkal; mengandung fosil di sekitar daerah studi berupa lipatan
anatara lain : Pra Orbulina glomerosa, sesar normal, sesar geser, dan
Pra Orbulina transitioria; berumur kelurusan menunjukan arah utama
Miosen Awal – Miosen Tengah. baratlaut – tenggara dan baratdaya –
Formasi Tabul (Tmt), terdiri atas timur laut. Struktur lipatan seperti
batupasir, batulempung konglomerat antiklin dan sinklin berarah baratlaut
dan sisipan batubara ; mengandung – tenggara dan baratdaya – timurlaut.
Operculina sp, tebal saruan kurang Di daerah ini di duga telah terjadi
lebih 1050 m. Satuan batuan empat kali peristiwa tektonik.
merupakan endapan regresif delta. Tektonik awal terjadi pada Akhir
Umurnya Miosen Akhir. Kapur atau lebih tua. Gejala ini
Formasi Labanan (Tmpl), terdiri mengakibatkan perlipatan, pen-
atas perselingan konglomerat aneka sesaran dan pemalihan regional dera-
bahan, batupasir, batulanau, batu- jat rendah pada Formasi Bangara. Pa-
lempung, disisipi batugamping dan da Awal Eosen di bagian tengah dan
batubara. Lapisan batubara (0,2 – 1,5 barat (Peta Geologi Regional Lembar
m ) berwarna hitam, coklat. Tebal Tanjung Redeb, PPPG, 1995) terben-
satuan kurang lebih 450 m, tuk Formasi Sembakung dalam ling-
diendapkan dalam lingkungan kungan laut dangkal, diikuti peng-
fluviatil. Umurnya Miosen Akhir – endapan Formasi Tabalar di bagian
Pliosen. tenggara, pada kala Eosen – Oligosen
Formasi Domaring (Tmpd), terdiri dan diikuti tektonik kedua. Sesudah
atas batugamping terumbu, batugam- kegiatan tektonik ke dua tersebut
ping kapuran, napal dan sisipan terjadi pengendapan Formasi Birang
batubara muda ; diendapkan dalam di bagian timur, tengah dan selatan

85
Bulletin of Scientific Contribution. Vol. 5, No.2, April 2007: 83-93

maupun di bagian Barat pada kala melakukan penyelidikan di daerah


Oligosen – Miosen. Setempat diikuti Berau Coal, Kalimantan, Indonesia.
terobosan andesit yang mengalami al- 3. Hasil penyelidikan Direktorat
terasi dan meneralisasi. Di samping Sumber Daya Mineral pada bulan
itu juga terjadi kegiatan gunungapi April tahun 1978, The
sehingga terbentuk Satuan Gu- Reconnaissance Survey Report on
nungapi Jelai di bagian Barat. Berau Coalfield in East Kalimantan,
Pengendapan Formasi Birang diikuti Republik of Indonesia, bersama-
pengendapan. sama Nissho Iwai Co, Ltd dan Aso
Formasi Latih di bagian selatan Cement Co,Ltd.
yaitu di daerah Teluk Bayur dan seki- 4. Hasil penyelidikan PT. Berau Coal
tarnya. Pengendapan itu berlangsung yang sejak tahun 1982 pada za-
pada akhir Miosen Awal hingga Miosen man mobil oil company melakukan
Tengah diikuti kegiatan tektonik ke- penyelidikan hingga kini, di daerah
tiga. Setelah kegiatan tektonik terse- Penambangan dan Pengembangan
but pada akhir Miosen Akhir hingga Pertambangan Batubara PT. Berau
Pliosen terendapkan Formasi Labanan Coal, Kabupaten Berau, Propinsi
di baratdaya dan Formasi Domaring di Kalimantan Timur.
bagian timur, sedangkan di bagian 5. Hasil penyelidikan Robertson
utara terjadi Pengendapan Formasi Research ( Australia ) tahun 1984,
Tabul, pada akhir Miosen Akhir diikuti Recent Coal Developments in East
kegiatan gunungapi sehingga ter- Kalimantan, Indonesia and
bentuk Formasi Sinjin didaerah barat- Potential Markets in the West
daya dan utara pada kala Pliosen dan Pasific.
selanjutnya diikuti pengendapan 6. Hasil penyelidikan para mahasiswa
Formasi Sajau pada Plio – Plistosen. dari Universitas Padjadjaran Ban-
Pada Kala Pliosen - Plistosen atau dung S-1 reguler dan Pasca
sesudah pengendapan Formasi Sajau Sarjana S-2, yang banyak
dan Formasi yang lebih tua dibawah menyelidiki wilayah KP PT. Berau
terlipat, tersesarkan dan meng- Coal dari berbagai macam pe-
hasilkan bentuk morfologi yang lebih nyelidikan dari mulai Lingkungan
tua dibawahnya terlipat, tersesarkan Pengendapan Batubara, Studi Ka-
dan menghasilkan bentuk morfologi rakteristik Lapisan Batubara, Se-
atau fisiografi yang terlihat sekarang. baran Kualitas Batubara sampai
kepada Model Geometri Batubara.
BAHAN DAN METODE PENELITIAN
Cadangan
Penelitian ini dilakukan dengan Cadangan adalah bagian dari sum-
cara menghimpun data yang berkait- berdaya teridentifikasi dari suatu ko-
an dengan batubara kalori rendah di moditas mineral yang dapat diperoleh
Formasi Sajau daerah Berau, Kali- secara ekonomis dan tidak berten-
mantan Timur. tangan dengan ketentuan hukum
Adapun data yang dihimpun yaitu yang berlaku dan kebijaksanaan pada
dari berbagai pihak dan instansi baik saat itu. Cadangan dibagi tiga kelas,
swasta maupun pemerintah, sebagai yaitu ;
berikut :
1. Hasil penyelidikan Pusat Penelitian a. Cadangan terukur, yaitu ca-
dan Pengembangan Geologi pada dangan yang kuantitasnya dihi-
tahun 1941, Report on Detailed tung dari hasil pengukuran nyata,
geological Surveys in the Mandoel, seperti singkapan, paritan, tero-
Bulungan and Beraoe, North East wongan, pemboran, sedangkan
Borneo, by Th. Klompe. kadar bijih didapat dari pengam-
2. Hasil penyelidikan Direktorat bilan sampel secara sistematis.
Sumber Daya Mineral tahun 1974, Jarak titik pengambilan sampel

86
Low Rank Coal Formasi Sajau daerah Teluk Semanting dan Tanjung Batu,
Kecamatan Pulau Derawan, Kabupaten Berau, Kalimantan Timur (Geni Dipatunggoro)

sangat dekat dan terperinci se- HASIL PENELITIAN


hingga model geologi endapan
Aspek Geologi
mineral dapat dinyatakan dengan
Formasi batuan yang tersebar di
jelas. Struktur, jenis, komposisi,
Daerah Studi yang lokasinya terma-
kadar, ketebalan, kedudukan dari
suk ke dalam Desa Teluk Semanting
minereal lain serta sebarannya
dan Desa Tanjung Batu, Kecamatan
sangat jelas. Batas kesalahan
Pulau Derawan, Kabupaten Berau,
perhitungan, baik untuk kualitas
Propinsi Kalimantan Timur ini adalah
maupun kuantitas tidak lebih dari
Formasi Sajau.
20%.
Daerah studi tersusun atas Forma-
b. Cadangan terindikasi, yaitu
si Sajau (TQps), yaitu : Perselingan
jumlah cadangan yang jumlah to-
batulempung, batulanau, batupasir,
nase dan kadarnya didapat dari
konglomerat, disisipi batubara,
sebagian hasil perhitungan dan
mengandung moluska, kuarsit dan
sebagian lagi dihitung sebagai
mika ; menunjukan struktur silang
proyeksi untuk jarak-jarak ter-
siur dan laminasi. Lapisan batubara (
tentu, berdasarkan geologi setem-
0,2 – 1 m ) berwarna hitam, coklat.
pat. Titik-titik pengukuran jaran,
Tebal satuan batuan lebih kurang 775
sehingga struktur dan penye-
m. Diendapkan dalam lingkungan
barannya belum jelas.
fluviatil dan delta.
c. Cadangan tereka, yaitu ca-
Di luar wilayah studi yaitu sebelah
dangan yang diperhitungkan
barat yaitu di dalam KP PT. Berau
kuantitasnya berdasarkan penge-
Coal terdapat banyak singkapan batu-
tahuan geologi, kelanjutan mine-
bara yang memiliki ketebalan mulai
ral serta batas sebarannya. Besar-
53 Cm sampai 3.03 meter. Sing-
nya perhitungan hanya didasarkan
kapan-singkapan tersebut berinduk
atas ciri-ciri endapan yang sama
pada Formasi Latih.
pada sub zona geologi.
Potensi batubara di Daerah Studi
terdapat pada satu formasi yaitu
Klasifikasi Sumberdaya dan Ca-
Formasi Sajau yang umurnya lebih
dangan Menurut Standarisasi Na-
muda (Pliosen – Plistosen) dari For-
sional Indonesia (SNI) didasarkan
masi Latih (Miosen Awal). Peluang
pada tingkat keyakinan geologi dan
untuk memperoleh potensi batubara
kajian kelayakan. Pengelompokan ini
yang cukup besar pada Formasi Sajau
mengandung dua aspek yang penting,
ini hanya dapat dilakukan melalui
yaitu aspek geologi dan aspek eko-
survey geologi permukaan dan pem-
nomi (BSN, klasifikasi Sumberdaya
boran yang dalam. Dengan pemikiran
dan Cadangan Batubara, 1988).
bahwa dengan ketebalan formasi
Berdasarkan tingkat keyakinan
sekitar 775 meter, diharapkan adanya
geologi, sumberdaya terukur harus
perulangan lapisan batubara pada
memiliki tingkat keyakinan yang lebih
kedalaman yang lebih besar. Apabila
besar dibandingkan sumberdaya ter-
terjadi perulangan lapisan maka
unjuk. Sumberdaya terunjuk pun
cadangan batubara di Daerah Studi
harus memiliki tingkat keyakinan
akan lebih besar dari yang sudah
yang lebih besar dibandingkan sum-
diperkirakan.
berdaya tereka. Sumberdaya terukur
Jika mengacu kepada jumlah seam
dan sumberdaya terunjuk dapat di-
batubara pada formasi lain namun
tingkatkan menjadi cadangan terkira
pada sub basin yang sama yaitu pada
dan cadangan terbukti apabila telah
Formasi Latih dengan jumlah seam
memenuhi kriteria layak (Tabel 1).
ada 17 seam, setidaknya ditunjukkan
Tingkat keyakinan geologi ini secara
bahwa secara umum lapisan batubara
kuantitatif dicerminkan oleh jarak
di Formasi Sajau diperkirakan ada 6
titik informasi (singkapan, lubang
seam.
bor).

87
Bulletin of Scientific Contribution. Vol. 5, No.2, April 2007: 83-93

perlapisan (strike line) batubara,


Aspek Batubara yaitu + 11,7 km.
Di dekat Daerah Studi data yang  Kemiringan lapisan batubara di
menunjukan adanya batubara, yaitu Daerah Studi diambil dari data
di areal PT. Berau Coal, tetapi dari regional yaitu, umumnya < 100,
peta geologi regional Lembar Tanjung sehingga lebar penyebaran
Redeb yang dikeluarkan oleh Pusat batubara ditafsirkan + 1 km.
Survey Geologi, Departemen Geologi  Berat jenis batubara dianggap 1,3.
dan Sumberdaya Mineral terdapat Dengan parameter di atas
banyak sekali informasi batubara perhitungan cadangan dilakukan
pada Formasi Latih yang merupakan dengan menggunakan formula
formasi pembawa batubara (Coal sebagai berikut :
Bearing Formation). Sedangkan di
Daerah Studi sendiri formasi pem- Sumberdaya =
bawa batubara yaitu pada Formasi panjang x lebar x tebal x BJ
Sajau (Gambar 2), tidak disebutkan
ketebalan batubara yang jelas, dari Jadi perhitungan cadangan yaitu
peta regional dikatakan ketebalan diambil berdasarkan parameter
batubara mencapai 1 meter. seperti di atas yaitu = 11.700 meter x
Pada umumnya batubara yang di- 1000 meter x 6 meter x 1.3 =
temukan berwarna hitam, kilap kaca, 136.890.000 ton. Jumlah cadangan
pecahan subconcoidal, sangat keras – batubara di Daerah Studi dengan
lunak, warna gores coklat dan umum- kategori tereka mencapai sekitar
nya banyak mengandung resin dan 136.890.000 ton. Cadangan sebesar
pirit kadang-kadang masih memper- ini cukup untuk membuka tambang
lihatkan struktur kayu. Berdasarkan skala menengah - besar. Bila secara
sifat fisik tersebut di atas secara umum tambang-tambang skala se-
megaskopik batubara di Daerah Studi dang-besar memiliki produksi setidak-
termasuk jenis Sub Bituminus B Coal. nya 2 juta ton pertahun maka dengan
Singkapan – sinkapan tersebut koreksi hitungan cadangan misalnya
tersebar mengikuti arah umum lipatan 40% dan “loses” penambangan 10%
yang relative berarah baratlaut – maka cadangan yang dapat di-
tenggara, berkisar antara N300ºE – tambang (“mineable reserve”) di-
N0ºE dan N120ºE – N170ºE. Untuk tafsirkan hanya sebesar 68 juta ton
kemiringan lapisan batubara berkisar dan umur tambang hanya sekitar 34
antara 8ºNE – 28ºNE dan 5ºSW - tahun. Dengan memperluas wilayah
13ºSW. Konsesi Penambangan kearah
penyebaran formasi pembawa batu-
Aspek Cadangan bara (Formasi Sajau) misalnya kearah
Dari literatur yang ada, belum utara dan baratlaut (Gambar 2).
diketahui potensi batubara di Daerah
Studi, dicoba dilakukan perhitungan Aspek Kualitas
dengan memanfaatkan data di Berau Pada cekungan atau basin yang
Coal dengan 17 seam, jika dinilai 30% sama dapat dirifer kualitas dari
berarti di Formasi Sajau ada 6 seam formasi lain walaupun umurnya lebih
batubara. Parameter yang diperlukan tua, karena pada Formasi Sajau ini
untuk perhitungan sumberdaya sama sekali belum ada data atau
batubara yaitu : penelitian yang detil sehingga data di
 Tebal lapisan batubara untuk Bandung baik di Pusat Survey Geologi
Formasi Sajau 1,00 meter, ada 6 maupun di Pusan Inventarisasi
lapisan. Mineral juga belum ada. Kemungkinan
 Panjang lapisan batubara secara terdapat di perusahaan –perusahaan
keseluruhan, diambil dari jurus Cecil yang beredar di daerah. Mutu

88
Low Rank Coal Formasi Sajau daerah Teluk Semanting dan Tanjung Batu,
Kecamatan Pulau Derawan, Kabupaten Berau, Kalimantan Timur (Geni Dipatunggoro)

batubara di Daerah Studi dapat adalah inherent Moisture yang


ditafsirkan berdasarkan hasil analisis berkisar dari 10,20%-14,58,8%,
terhadap conto inti batubara yang kandungan debu 1,10%-7,61%,
diambil dari blok KP dekat Daerah Volatile Matter 36,58%-45,49%, Fixed
Studi. Parameter kualitas batubara Carbon 37,50-45,72%, Total Sulphur
yang ditentukan adalah : 0,12%-2,86%, nilai kalori batubara
1. Analisa Proximate (Inherent berkisar antara 5.666–6.427 Kkal/kg.
Moisture, Ash Content, Votalite Jika melihat besaran parameter ini,
Matter, Fixed Carbon) kualitas batubara di Daerah Studi dari
2. Total Sulphur segi kalori cukup bagus karena dapat
3. Calorific Value digunakan sebagai sumber energi
4. Berat Jenis (B.J) & faktor ke- untuk semua industri.
kerasan (HGI) Cadangan tereka batubara di
Daerah Studi berdasarkan perhitung-
KESIMPULAN an sumber daya dengan memanfaat-
kan penafsiran geologi regional,
Berdasarkan hasil kajian terhadap
mencapai sekitar 136 juta ton.
semua data yang ada dengan pen-
Cadangan ini termasuk sedang untuk
dekatan geologi regional, beberapa
skala tambang besar.
kesimpulan penting yang disampaikan
Dari beberapa aspek, batubara
adalah:
di Daerah Studi dapat diusahakan
Daerah studi memiliki data faktual
secara skala menengah dengan
keterdapatan batubara diperkira-kan
sasaran pemasaran domestik atau
enam lapisan yang masing-masing
lokal. Namun masih perlu mengkaji
tebalnya 1 meter. Lapisan batubara
lebih rinci termasuk aspek ekonomi.
ini berindukkan Formasi Sajau yang
lebih muda dari Formasi Latih yang
DAFTAR PUSTAKA
ada disebelah baratnya yaitu di
penambangan PT. Berau Coal, Annonim, 1983. Berau Coal Area,
Formasi Sajau ini penyebarannya Kalimantan, Indonesia. Internal
hampir meliputi seluruh Daerah Studi. Report Prepared for PT. Berau Coal
Pada umumnya batubara yang di- Indonesia.
temukan berwarna hitam, kilap kaca, Annonim, 1988. Coal Exploration
pecahan subconcoidal, sangat keras – result of Lati Area – DU424/Kaltim
lunak, warna gores coklat dan PT. Berau Coal. Indonesia. Internal
umumnya banyak mengandung resin Report Prepared for PT. Berau Coal
dan pirit kadang-kadang masih mem- Indonesia.
perlihatkan struktur kayu. Berdasar-
kan sifat fisik tersebut di atas secara Bhattacharya, J.P. and Walker, R.G.,
megaskopik batubara di Daerah Studi 1992. Deltas, in Walker, R.G. and
termasuk jenis Sub Bituminus B Coal. James, N.P. (eds), Facies Models,
Singkapan tersebar mengikuti arah Response to Sea Level Change.
umum lipatan yang relative berarah Geological Association of Canada,
baratlaut – tenggara, berkisar antara pp. 157-177.
N300ºE – N00ºE dan N120ºE – Dalrymple, R.W., 1992. Tidal
N170ºE. Untuk kemiringan lapisan Depositional System, in Walker,
batubara berkisar antara 8ºNE – R.G. and James, N.P. (eds), Facies
28ºNE dan 5ºSW - 13ºSW. Models, Response to Sea Level
Kualitas batubara di Daerah Studi Change. Geological Association of
dapat ditafsirkan berdasarkan hasil Canada, pp. 195-218.
analisis terhadap sejumlah contoh
yang diambil dari daerah lain yang Hower, J.C., Stanton, R.W.,
Gammidge, L.C., and Hutton, A.C.,
berdekatan dengan Daerah Studi,
parameter yang menjadi ukuran 1998. Coal Petrology, in Papp,
A.R., Hower, J.C., and Hutton, A.C.

89
Bulletin of Scientific Contribution. Vol. 5, No.2, April 2007: 83-93

(eds): Atlas of Coal Geology,


Volume II, Energy Minerals
Division, American Association of
Petroleum Geologist.
Marks, E., Sujatmiko, Samuel, L.,
Dhanutirto, H., Ismoyowati, T., and
Sidik, B.B., 1982. Cenozoic
Stratigraphic Nomenclature in East
Kutai Basin, Kalimantan, 11th
Annual Convention of Indonesian
Petroleum Association, Jakarta,
June 8-9, 31 p.
Maryanto, S., Rachmansyah,
Sihombing, T., dan Wiryosujono,
S., 2005. Sedimentologi Formasi
Pembawa Batubara Neogen di
Daerah Lati, Berau, Kalimantan
Timur. (dalam proses terbit).
Papp, A.R., Ayers, W.B., and
Shattuck, P.J., 1998. Coal Geology,
in Papp, A.R., Hower, J.C., and
Hutton, A.C. (eds): Atlas of Coal
Geology, Volume I, Energy
Minerals Division, American
Association of Petroleum Geologist.
Rachmansyah, Wiryosujono, S.,
Sihombing, T., dan Maryanto, S.,
2003. Stratigrafi dan Sedimen-
tologi Cekungan Batubara Tarakan,
Kalimantan Timur. Laporan Teknis
Intern, Pusat Penelitian dan
Pengembangan Geologi, Bandung.
Situmorang, R.L. dan Burhan, G.,
1995. Peta Geologi Lembar Tan-
jung Redeb, Kalimantan. Pusat Pe-
nelitian dan Pengembangan Geolo-
gi, Bandung.
Tossin, S. dan Kadir, R., 1996. Tipe
Reservoir Sedimen Miosen Tengah
di Sub-Cekungan Tarakan, Ce-
kungan Tarakan, Kalimantan Ti-
mur. Proceeding of the 25th Annual
Convention of The Indonesian
Association of Geologist, pp. 495-
512.

90
90
Low Rank Coal Formasi Sajau daerah Teluk Semanting dan Tanjung Batu,
Kecamatan Pulau Derawan, Kabupaten Berau, Kalimantan Timur (Geni Dipatunggoro)

Gambar 1. Peta wilayah Cekungan Tarakan (Tossin & Kadir, 1996)

83
91
Bulletin of Scientific Contribution. Vol. 5, No.2, April 2007: 83-93

Tabel 1. Klasifikasi Sumberdaya Batubara menurut SNI

Gambar 2. Penampang Geologi Formasi Latih dan Sajau

92
84
Low Rank Coal Formasi Sajau daerah Teluk Semanting dan Tanjung Batu,
Kecamatan Pulau Derawan, Kabupaten Berau, Kalimantan Timur (Geni Dipatunggoro)

Gambar 3. Peta Geologi Regional Berau dan Areal Konsesi Penambangan

85
93

Anda mungkin juga menyukai