BAB I. PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN
I-1
PT KUTAI ENERGI I
BAB I. PENDAHULUAN
PY
Kutai Energi I terus melakukan kegiatan pemboran pada lima blok,
dengan jumlah titik bor mencapai 3.497 titik, dengan total kedalaman
253.701,78 meter. Berdasarkan hasil pemboran eksplorasi tersebut
tersebut ditemukan cadangan terbukti yang baru sebesar 51.684.776,20
MT dengan Overburden 509.506.047,70 BCM.
O
Dengan adanya penemuan cadangan terbukti yang baru sebesar
51.684.776,20 MT, dan rencana peningkatan produksi dari 600.000
MT/tahun menjadi 2.000.000 MT/tahun sampai dengan produksi maksimal
C
I-2
PT KUTAI ENERGI I
BAB I. PENDAHULUAN
PY
sosial ekonomi dan juga mencakup aspek teknis antara lain
geologi, pemboran, sumur uji/parit uji, topografi, perhitungan
cadangan dan stripping ratio.
2. Aspek studi rencana penambangan.
3. Aspek studi perencanaan pengolahan batubara termasuk juga
pengangkutan dan penimbunan yang meliputi jenis dan
O
kapasitas tempat penimbunan (stockpile).
4. Aspek studi lingkungan yang mencakup dampak positif dan
negatif dari penambangan, upaya pemantauan lingkungan serta
C
I-3
PT KUTAI ENERGI I
BAB I. PENDAHULUAN
PY
3. Metode studi yang ketiga adalah dengan merencanakan
pengolahan batubara mulai dari tambang sampai stockpile,
termasuk didalamnya aspek pengangkutan dan penimbunan,
merencanakan berapa luasan stockpile, bagaimana peralatan
pengolahannya dan konstruksi jetti.
O
4. Metode studi yang keempat adalah dengan memperkirakan
dampak lingkungan yang akan timbul dan bagaimana cara
menanggulangi dan mengatasi dampak lingkungan negatif
C
I-4
PT KUTAI ENERGI I
BAB I. PENDAHULUAN
PY
proyek dengan menggunakan dana sendiri dan atau pinjam
bank, perhitungan analisis ekonomi dengan menggunakan
konsep aliran kas diskonto (discounted cash flow analysis),
untuk alternatif pekerjaan penambangan dikerjakan sendiri
yang mencakup, perhitungan jenis, jadwal dan kebutuhan
O
investasi (capital cash) perhitungan biaya operasi
penambangan (operating cost), perhitungan biaya lain-lain
(other cost), perhitungan aliran kas diskonto sebelum dan
C
I-5
PT KUTAI ENERGI I
BAB I. PENDAHULUAN
Direktur
PY
Team penyusun Studi Kelayakan sebagai berikut :
Nama Perusahaan : CV. Mine Tech Consultant
: Sundek Hariyadi, ST, MT.
Ahli Tambang : Ir. Tri Budi Amperadi, MT. (Ketua TIM)
Ahli Ekonomi : Hasruliansyah, SE., ME
O
Ahli Tanah : Ir. Agus Sarjono, MP
Ahli Geologi Teknik : Ivan Bahder, SSi
Ahli Sosekbudkesmas : Mery Darviyani, SP.
C
I-6
PT KUTAI ENERGI I
BAB I. PENDAHULUAN
PY
3 Pemilihan Metode Penambangan
4 Evaluasi Umur Tambang
5 Evaluasi Perhitungan Stripping ratio
6 Evaluasi Pemakaian Alat Berat
Penentuan Lokasi Sarana dan Prasarana
7 Pelabuhan
8 Pemantauan Harga Batubara
9
10
11
12
Pemantauan Permintaan Batubara
Studi Investasi
Analisa Kelayakan
Pembuatan Cash Flow
O
C
13 Pembuatan Laporan
I-7
PT KUTAI ENERGI I
BAB II. KEADAAN UMUM
4 117 5 00 0 47 00
Sumber : SK Bupati No. No. 540/007/IUP-OP/MB-PBAT/IV/2009 tentang pemberian Ijin
Usaha Pertambangan Operasi Produksi
II-1
PT KUTAI ENERGI I
BAB II. KEADAAN UMUM
PY
O
C
II-2
PT KUTAI ENERGI I
BAB II. KEADAAN UMUM
Dalam PY
2.2.1. Komponen Sosial, Ekonomi, dan Budaya Masyarakat
kaitannya dengan dampak terhadap komponen
sosekbudkesmas yang akan terjadi, dalam studi ini akan dikaji rona awal
komponen sosial ekonomi, budaya serta kesehatan masyarakat dalam
rangka memudahkan dalam menganalisis perubahan sosial ekonomi,
budaya serta kesehatan masyarakat dimasa yang akan datang. Adapun
O
uraian mengenai kondisi tersebut dapat dilihat pada uraian berikut.
1. Demografi/Kependudukan
Berdasarkan data monografi desa tahun 2013 diketahui jumlah
C
penduduk di lokasi studi berkisar antara 936 - 8.338 jiwa dengan tingkat
kepadatan berkisar antara 2 – 171 jiwa/Km2. Desa Teluk Dalam
merupakan desa dengan tingkat kepadatan penduduk terendah yakni 2
jiwa/km2, sedangkan Desa Tani Harapan adalah desa dengan tingkat
kepadatan tertinggi yakni 171 jiwa/km2. Menurut kriteria tingkat kepadatan
penduduk yang ditetapkan oleh BPS pada tahun 1999, desa dan
kelurahan di lokasi studi termasuk dalam kategori tidak padat karena
dihuni < 200 jiwa/Km2.Gambaran keadaan penduduk dapat dilihat pada
tabel berikut ini.
II-3
PT KUTAI ENERGI I
BAB II. KEADAAN UMUM
PY
2. Sedang, jika jumlah penduduk 200-400 jiwa/Km2
3. Padat, jika jumlah penduduk > 400 jiwa/Km2
Sex ratio menggambarkan perbandingan jumlah penduduk laki-laki
dalam setiap 100 jiwa penduduk perempuan. Berdasarkan hasil analisis
data monongrafi tahun 2013, diketahui bahwa sex ratio di lokasi studi
berkisar antara 102 – 122, yang artinya dalam setiap 100 jiwa penduduk
O
perempuan terdapat 102 – 122 jiwa penduduk laki-laki.
a. Struktur Penduduk Berdasarkan Umur
Berdasarkan klasifikasi umur, penduduk dibedakan menjadi
C
II-4
PT KUTAI ENERGI I
BAB II. KEADAAN UMUM
II-5
PT KUTAI ENERGI I
BAB II. KEADAAN UMUM
Lokasi
Tingkat Pendidikan
Tani Harapan Teluk Dalam Batuah
Belum sekolah, tidak sekolah dan/atau
tidak tamat SD 430 *) 2.113
SD 808 120 3.487
SLTP 373 40 1.533
SMU 347 80 980
Perguruan Tinggi 30 10 225
Total 1.988 936 8.338
Sumber : Monografi Desa, 2013
*) : Tidak Ada Data
PY
adalah meningkatnya warga yang memiliki tingkat keterampilan
dasar seperti membaca dan menulis. Kurang/tidak berhasilnya
pembangunan bidang pendidikan pada suatu daerah selain berasal
dari masyarakatnya sendiri juga dapat berasal dari keterbatasan
sarana dan prasarana pendidikan yang tersedia, tenaga pengajar
O
dll. Berdasarkan data monografi tahun 2013, diketahui bahwa
prasarana pendidikan di lokasi studi yakni keberadaan bangunan
hingga jenjang SLTP telah tersedia meskipun dapat dikatakan
C
2. Perekonomian
a. Mata Pencaharian
Mata pencaharian penduduk di Desa Tani Harapan dan
Batuah sebagian besar merupakan petani termasuk buruh tani,
sedangkan mata pencaharian penduduk di Desa Teluk Dalam dan
Kelurahan Jawa didominasi oleh karyawan swasta. Adanya
perubahan terhadap orientasi pekerjaan yang diminati seperti
menjadi karyawan swasta dan berwiraswasta di bidang
perdagangan dan jasa terutama dipicu oleh semakin banyaknya
II-6
PT KUTAI ENERGI I
BAB II. KEADAAN UMUM
Dukun kampung 3
Bidan 2
O
Supir
Penjahit
Nelayan 22
Lain-lain 2
C
b. Sarana Perekonomian
Berdasarkan pengamatan di lapangan terlihat bahwa
kegiatan perekonomian masyarakat lokal masih berorientasi pada
pemenuhan kebutuhan pokok (basic need oriented). Transaksi
ekonomi sehari-hari umumnya terjadi warung/kios/toko karena
hanya jenis prasarana tersebut yang cukup mudah ditemui di
seluruh desa. Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari penduduk
juga memanfaatkan pasar serta jasa pedagang keliling. Hasil
kegiatan pertanian, peternakan dan perikanan selain dikonsumsi
II-7
PT KUTAI ENERGI I
BAB II. KEADAAN UMUM
3. Fasilitas Umum
Fasilitas umum merupakan sarana yang dapat digunakan oleh
O
setiap penduduk, baik untuk perseorangan maupun kelompok untuk
berolahraga, bermusyawarah, beribadah, menggelar acara kesenian dan
lain-lain. Dari jenis sarana yang tersedia dapat dikatakan bahwa saat ini
C
II-8
PT KUTAI ENERGI I
BAB II. KEADAAN UMUM
– PosyanduPY
– Puskesmas/Pusban
Bola 4 8
– Lapangan Bola Volly 2 10
– Lapangan Basket
O
– Lapangan Bulu
Tangkis 4 10
– Lapangan Tenis Meja 1
Sumber : Monografi Desa, 2013
C
4. Sosial Budaya
a. Adat Istiadat
Data dan informasi mengenai adat istiadat masyarakat
setempat perlu diketahui. Hal tersebut terkait dengan penyelesaian
konflik jika hal tersebut terjadi di masyarakat. Berdasarkan hasil
wawancara pada masyarakat disekitar lokasi studi diketahui bahwa
lokasi studi dihuni oleh para pendatang dari suku Bugis dan suku
Jawa.
II-9
PT KUTAI ENERGI I
BAB II. KEADAAN UMUM
b. Proses Sosial
1. Proses Asosiatif
Proses sosial dapat diartikan sebagai hubungan timbal
balik antara individu dengan individu, antara individu dengan
kelompok dan antara kelompok dengan kelompok, berdasarkan
potensi dan kekuasaan masing-masing. Proses sosial atau
hubungan timbal balik dapat terjadi dalam berbagai bentuk,
yaitu kerjasama (cooperation), persaingan (competition),
pertikaian atau pertentangan (conflict) dan akomodasi
(acomodation).
Sesuai dengan hasil analisis studi lapangan, sebagian
PY
besar penduduk (88,57%) menyatakan telah tinggal di lokasi
studi lebih dari 5 tahun dengan lingkungan tempat tinggal yang
menyenangkan karena selain dekat dengan tempat kerja,
hubungan antar tetangga juga terjalin dengan baik. Dengan
demikian dapat dikatakan bahwa proses sosial tersebut sudah
O
berlangsung cukup lama sehingga proses kerjasama dan
tolong menolong mewarnai hubungan sosial penduduk. Kondisi
tersebut didukung oleh seringnya mereka mengadakan
C
2. Permasalahan Sosial
Munculnya permasalahan sosiologis (sosiological
problem) akibat kurangnya komunikasi antara penduduk
setempat dengan pendatang atau adanya permasalahan yang
mendasar perlu diwaspadai karena dapat menimbulkan
dampak negatif dalam jangka panjang.
Berdasarkan hasil studi lapangan diketahui menurut
responden cara penyelesaian yang terbaik bila terjadi konflik
antara masyarakat dengan pemrakarsa, (74,28%) responden
II-10
PT KUTAI ENERGI I
BAB II. KEADAAN UMUM
PY
yang tumbuh mendukung kegiatan pemerintahan adalah BPD,
LPM, PKK, dalam dibidang sosial masyarakat terdapat
kelompok Karang Taruna. Dalam bidang keagamaan terdapat
kelompok Ikatan Remaja Masjid (IRMA).
Curah hujan adalah jumlah air hujan yang turun pada suatu daerah
dalam waktu tertentu atau tinggi air hujan (mm) yang diterima permukaan
sebelum mengalami aliran permukaan, penguapan dan peresapan.
Berdasarkan data curah hujan dari Stasiun Pengamatan dan
Pemantauan curah hujan di site PT Kutai Energi I, bahwa curah hujan
rata-rata pada setiap tahunnya adalah sebesar 190 mm, sedangkan curah
hujan bulanan tertinggi terjadi pada bulan maret Tahun 2011 yaitu adalah
347,5 mm, hal ini dikarenakan pada bulan tersebut merupakan puncak
terjadinya musim hujan. Sedangkan curah hujan bulanan terendah terjadi
bulan September pada Tahun 2009 yakni sebesar 1 mm. Untuk curah
hujan tahunan tertinggi terjadi pada tahun 2011 yaitu sebesar 2965 mm
II-11
PT KUTAI ENERGI I
BAB II. KEADAAN UMUM
dan curah hujan tahunan terendah terjadi pada tahun 2009 yaitu sebesar
1649 mm.
Tabel 2.8. Curah Hujan di sekitar IUP PT Kutai Energi I
Periode 2006 - 2014
YEAR/
JAN FEB MAR APR MAY JUN JUL AUG SEP OCT NOV DEC TOTAL
MONTH
2006 188.5 87.5 189 229 166 234 170 275 65 54 108.5 140 1906.5
2007 369 231 318 297 453 69 53 53 81 176 92 179 2371
2008 197 154 208 246 91 97 151 106 125 243 334 226 2177
2009 134 136 259 205 179 75 73 69,0 1 168 201 219 1649
2010 217 217 192 224 197 168 252 204 208 280 208 203 2570
2011 349.5 347.5 412.5 232.2 325.0 165.0 136.5 64.0 270.0 85.0 186.0 392.0 2965
2012 299.0 162.0 236.5 327.0 198.5 65.0 150.0 96.0 123.0 63.0 97.0 110.0 1927
2013 238.5 222.0 409.0 269.0 277.6 195.0 139.3 114.0 82.2 207.1 226.3 202.5 2583
2014
Total/mth
AVERAGE
Max
200.9
2193
244
369
Sumber
1557
195
347.5
:
PY
2224
278
412.5
2030
254
327
1887
236
453.2
1067
133
234
1125
141
252
912
130
275
956
119
270
1276
(2014)
Keterangan : BB = Bulan Basah (Curah Hujan > 100 mm
BL = Bulan Lembab (Curah Hujan 60 mm – 100 mm)
O
BK = Bulan Kering (Curah Hujan < 60 mm)
rata bulan basah dan bulan kerring. Bulan basah adalah bulan dengan
rata-rata curah hujan dalam satu bulan kurang dari 60 mm/bln. Sedangkan
bulan basah adalah bulan dengan rata-rata curah hujan dalam sebulan
lebih dari 100mm/bln. Curah hujan rata-rata perbulan 60-100mm/bln
diabaikan.
Rata rata bulan kering
Q 100 %
Rata - rata bulan basah
Tabel 2.9. Klasifikasi Iklim Schmidt dan Ferguson
Tipe Iklim Nilai Q (%) Keadaan Iklim dan Vegetasi
Daerah sangat basah, hutan hujan
A < 14,3
tropika
B 14,3 – 33,3 Daerah basah, hutan hujan tropika
Daerah agak basah, hutan rimba, daun
C 33,3 – 60,0
gugur pada musim kemarau
II-12
PT KUTAI ENERGI I
BAB II. KEADAAN UMUM
PY
Dengan asumsi bahwa karakteristik hujan di wilayah penambangan
batubara PT Kutai Energi I mirip dengan karakteristik hujan yang
ditunjukkan di Stasiun Samarinda, maka pengaruh hujan terhadap
kegiatan penambangan adalah sebagai berikut :
a. Pengaruh pada kinerja operasi penambangan
Tingginya curah hujan serta hari hujan jelas akan mempengaruhi
O
secara langsung kinerja operasi penambangan. Banyak waktu kerja
yang hilang akibat hujan, yang patut mendapat perhatian adalah
penentuan rencana produksi bulanan yang disesuaikan dengan
C
II-13
PT KUTAI ENERGI I
BAB II. KEADAAN UMUM
Jenis flora yang terdapat pada lokasi survey adalah berupa pohon
pisang, jengkol, karet, lada, durian, lai dan nangka, sedangkan Fauna
yang ada dibedakan menjadi 2 (dua) macam yaitu fauna liar seperti
PY
payau, babi hutan, burung kacer, jangkrik, kupu-kupu, nyamuk, capung,
ular, biawak, kancil, kura-kura, buaya, kera dan fauna piaraan seperti
kambing, sapi, kerbau, anjing, kucing, ayam, dll.
II-14
PT KUTAI ENERGI I
BAB II. KEADAAN UMUM
PY
O
C
II-15
PT KUTAI ENERGI I
BAB II. KEADAAN UMUM
Luas ( Ha )
No
A
PY
Peruntukan Lahan
II-16
PT KUTAI ENERGI I
BAB II. KEADAAN UMUM
PY
PT Kutai Energi I akan melakukan pengajuan kesepakatan
bersama untuk lahan yang berkaitan dengan kepemilikan lahan dalam
areal konsesi. Pelaksanaan kegiatan pembebasan lahan ini secara teknis
dilaksanakan secara langsung antara perusahaan dengan pihak yang
O
berkepentingan (pemilik lahan) dengan melibatkan aparat desa setempat.
Sistem pembebasan lahan dilakukan berdasarkan atas kesepakatan
kedua belah pihak tentang sistem pembebasan lahan apakah sistem ganti
rugi putus atau pinjam pakai lahan. Jika sistem ganti rugi lahan dilakukan
C
II-17
PT KUTAI ENERGI I
BAB II. KEADAAN UMUM
dilakukan
PY
Kegiatan pembebasan lahan ini dilakukan, terlebih dahulu akan
inventarisasi dan pengukuran mengenai
pemasangan patok batas, luas dan pemilik sah lahan/tanah yang
letak
II-18
PT KUTAI ENERGI I
BAB II. KEADAAN UMUM
PY
b. Morfologi Dataran
Morfologi Dataran menempati sebagian kecil Wilayah Izin Usaha
Pertambangan PT Kutai Energi I, terletak disebelah timur
berupa rawa bakau yang menyebar sepanjang Sungai Nangka,
Sungai Pulau Seribu dan Sungai Bangko dibagian Utara. Areal
O
Morfologi Dataran ini oleh masyarakat setempat difungsikan
sebagai tambak.
C
II-19
PT KUTAI ENERGI I
BAB II. KEADAAN UMUM
PY
Gambar 2.4. Pola Aliran di sekitar WIUP Produksi PT Kutai Energi I
O
C
II-20
PT KUTAI ENERGI I
BAB III. GEOLOGI DAN KEADAAN ENDAPAN
III-1
PT KUTAI ENERGI I
BAB III. GEOLOGI DAN KEADAAN ENDAPAN
PY
laut - Barat daya, sempit dan memanjang.
Cekungan Kutai mempunyai 7 formasi, 2
mengandung batubara yaitu Formasi Tanjung-Kuaro dan Formasi Tuju-
Telaki, sedangkan 5 formasi mengandung batubara, yaitu : Formasi
formasi tidak
yang lebih dari 1,5 meter dan menerus dengan pelamparan yang cukup
luas. Secara stratigrafi dari tua ke muda di Cekungan Kutai di sekitar
lokasi penelitian terdiri atas formasi-formasi sebagai berikut :
III-2
PT KUTAI ENERGI I
BAB III. GEOLOGI DAN KEADAAN ENDAPAN
PY
Di atas Formasi Pamaluan secara selaras diendapkan batugamping
Formasi Bebuluh. Formasi ini tersingkap sangat baik di Desa Bebuluh di
utara Kota Balikpapan, batugampingnya berwarna putih kekuningan,
berlapis mengandung foraminifera besar seperti Miogypsinoides dehaarti,
Lepidocyclina bornensis, Lepidocyclina sumatrensis, Lepidocyclina acuta,
Amphistegina lesonii. (Priyomarsono, dkk, 1994). Formasi ini diendapkan
O
pada lingkungan front delta, yang berumur Miosen Awal.
III-3
PT KUTAI ENERGI I
BAB III. GEOLOGI DAN KEADAAN ENDAPAN
PY
silang siur, ada burrow dengan sisipan serpih.
Struktur burrow pada batupasir ini menunjukkan endapan pantai
(delta front), kemudian diatasnya didominasi oleh batulempung dengan
sisipan batupasir. Bagian paling atas ditemukan litologi batupasir dan
batulanau yang berselingan dengan serpih dan terdapat sisipan batubara.
O
Umur formasi ini dapat diketahui dengan diamatinya batugamping
di bagian bawah yang mengandung fosil foraminifera besar
Myogypsinoides dehaarti, Lepidocyclina angulosa, Lepidocyclina
C
III-4
PT KUTAI ENERGI I
BAB III. GEOLOGI DAN KEADAAN ENDAPAN
PY
beberapa tempat dekat zona sesar ada yang terlipat kuat. Proses
pembentukan lipatan di Cekungan Kutai terdapat dalam dua versi, yaitu :
1. Menurut Ott, 1987 menyatakan bahwa pola struktur pada
Cekungan Kutai disebabkan oleh adanya proses gelinciran (gravity
sliding) pada batuan yang mempunyai kelenturan tinggi akibat
adanya pengangkatan Tinggian Kuching selama jaman Tersier.
O
2. Menurut Mc. Clay, 2000, menyatakan bahwa struktur di daerah
dataran Cekungan Kutai merupakan hasil dari tektonik delta, yaitu
gabungan dari sedimentasi yang cepat dan gaya tektonik. Akibat
C
III-5
PT KUTAI ENERGI I
BAB III. GEOLOGI DAN KEADAAN ENDAPAN
pada lipatan kompleks / jalur sesar naik dengan pengangkatan dan erosi
di bagian Barat.
PY
O
C
III-6
PT KUTAI ENERGI I
BAB III. GEOLOGI DAN KEADAAN ENDAPAN
T
E
R
S
MIOSEN
ATAS
PYBalikpapan
(Tmbp)
3.000
Batupasir kuarsa, batu lumpur,
lempung sisipan lanau, serpih
batugamping dan batubara
Delta
I
E
R
O
Greywake, batupasir kuarsa,
MIOSEN
2.750 batugamping, batulempung, Darat - Laut Dangkal
TENGAH Pulau Balang tufa dasitik, sisipan batubara
(Tmpb)
Bebuluh 2.000
C
Batugamping, sisipan
MIOSEN (Tmb) gamping, pasiran dan serpih.
Laut Dangkal
AWAL Pamaluan Batu pasir dengan sisipan
batulempung dan batu lanau
(Tmb) 3.000
Sumber : Kompilasi dari Peta Geologi oleh Supriatna S. dan E. Rustandi (1986), R. Huffington Inc., (1980) (Tanpa Skala)
3.1.1. Litologi
Litologi daerah penelitian Wiayah Izin Usaha Pertambangan PT
Kutai Energi I terdiri dari batupasir kuarsa dengan sisipan batulempung
dan batubara, batupasir, lempung, lignit dan batubara. Berdasarkan
analisa Litologi daerah penelitian mencirikan beberapa formasi antara lain,
sebagai berikut :
III-7
PT KUTAI ENERGI I
BAB III. GEOLOGI DAN KEADAAN ENDAPAN
PY
litologi lempung, litologi lignit, dan juga batubara.
3. Formasi Kampungbaru (Tpkb)
Sedangkan Formasi Kampungbaru di dareah
diperkirakan berumur Miosen Atas sampai dengan Pleistosen.
penelitian
III-8
PT KUTAI ENERGI I
BAB III. GEOLOGI DAN KEADAAN ENDAPAN
PY
O
C
III-9
PT KUTAI ENERGI I
BAB III. GEOLOGI DAN KEADAAN ENDAPAN
PY
O
C
III-10
PT KUTAI ENERGI I
BAB III. GEOLOGI DAN KEADAAN ENDAPAN
3.1.3. Geofisika
PT Kutai Energi I telah melakukan kegiatan logging pada 3.497
titik pemboran eksplorasi, yang bertujuan untuk memperoleh
ketebalan lapisan batubara yang akurat. Mengingat pada beberapa
lapisan batubara yang telah ditambang menunjukkan kemenerusan
lapisan batubara yang terputus. Adapun contoh hasil logging PT
Kutai Energi I adalah sebagai berikut :
PY
O
C
3.1.4. Geokimia
PT Kutai Energi I dalam melakukan kegiatan uji geokimia
bekerjasama dengan Laboratorium Pengujian Tekmira (Pusat Penelitian
dan Pengembangan Teknologi Mineral dan Batubara) yang berada di
III-11
PT KUTAI ENERGI I
BAB III. GEOLOGI DAN KEADAAN ENDAPAN
III-12
PT KUTAI ENERGI I
BAB III. GEOLOGI DAN KEADAAN ENDAPAN
III-13
PT KUTAI ENERGI I
BAB III. GEOLOGI DAN KEADAAN ENDAPAN
PY
Struktur bidang lemah berupa sesar, kekar maupun bidang
perlapisan sangat mempengaruhi kemantapan lereng bila mateiral
pembentuk lereng tersebut berupa batuan yang keras. Sebelum
menentukan material pembentuk lereng pada daerah Wilayah Izin Usaha
Pertambangan PT Kutai Energi I, termasuk dalam klasifikasi batuan atau
tanah, harus dilihat parameter kuat tekan uniaksial. Hasil pengujian kuat
O
tekan uniaksial (UCS) pada sampel yang diperoleh dari masing-masing
section yaitu Section I untuk hole H225A dan H063A, Section II untuk Hole
H003A dan H194A, Section IV untuk Hole H259A dan H125D, Sectin V
C
III-14
PT KUTAI ENERGI I
BAB III. GEOLOGI DAN KEADAAN ENDAPAN
3.1.5.3.
PY
Lereng Keseluruhan (Overall Slope)
Pendekatan untuk melakukan analisis lereng keseluruhan dengan
tujuan untuk menyederhanakan berbagai macam parameter namun
masih dapat diterima secara science adalah sebagai berikut :
a. Lereng keseluruhan yang akan dikaji berupa lereng penggalian
O
tanah penutup.
b. Pemodelan lereng keseluruhan dilakukan pada masing-masing
cross section yang terdapat pemboran geoteknik dengan simulasi
C
III-15
PT KUTAI ENERGI I
BAB III. GEOLOGI DAN KEADAAN ENDAPAN
setengah jenuh.
3.1.5.4.
PY
Sumber: Laporan Geoteknik PT Kutai Energi I
Lereng Lowwall
Lereng lowwal akan terbentuk di sisi sebelah Barat dari bukaan pit
dengan kemiringan lapisan batubar bervariasi, sehingga lereng yang
O
akan terbentuk juga mempunyai kemiringan sama dengan kemiringan
lapisan tersebut. Analisis kemantapan lereng lowwall dilakukan untuk
mengetahui besarnya faktor keamanan jika lereng terbentuk sesuai
C
III-16
PT KUTAI ENERGI I
BAB III. GEOLOGI DAN KEADAAN ENDAPAN
PY
dengan arah lereng memotong tegak lurus terhadap strike lapisan
batubara. Posisi sidewall ada di sisi selatan dengan permodelan yang
diwakili oleh section I dan section II. Rekomendasi pada sidewall
disamakan dengan rekomendasi lereng highwall, karena letaknya sama
maka didapat faktor keamanan lereng sidewall.
O
Berdasarkan pada hasil simulasi lereng sidewall, maka
rekomendasi lereng sidewall untuk section I dan section II dapat dilihat
pada tabel berikut :
C
III-17
PT KUTAI ENERGI I
BAB III. GEOLOGI DAN KEADAAN ENDAPAN
penggalian.
2. Dengan anggapan bahwa material telah terganggu selama proses
penambangan, maka karakteristik batuan yang digunakan untuk
analisis kemantapan lereng timbunan adalah 50% dari nilai kohesi
sisa (Csisa) dan sudut geser dalam sisa.
3. Lereng timbunan dianggap berada dalam keadaan setengah jenuh.
4. Nilai FK yang dijadikan dasar bahwa lereng dalam kondisi mantap
adalah FK ≥ 1,3.
III-18
PT KUTAI ENERGI I
BAB III. GEOLOGI DAN KEADAAN ENDAPAN
3.1.6. Geohidrologi
Penyelidikan hidrogeologi bertujuan untuk mendapatkan data
tentang karakteristik curah hujan, daerah aliran sungan (DAS), daerah
tangkapan air hujan (catchment area), permeabilitas akuifer, pola aliran
airtanah dan air permukaan di area pit potensial batubara dan area
PY
sekitarnya. Data tersebut nantinya dapat digunakan untuk membuat
sistem penanggulangan air tambang.
3.1.6.1. Air Limpasan
Air limpasan permukaan (surface run off) adalah air hujan yang
tidak dapat ditahan oleh tanah atau vegetasi dan akhirnya mengalir ke
O
area lubang bukaan mapun ke arah sungai. Hal tersebut dapat juga terjadi
dikarenakan air hujan yang mencapai permukaan tanah tidak terinfiltrasi
akibat intensitas hujan melampaui kapasitas infiltrasi atau faktor lain,
C
III-19
PT KUTAI ENERGI I
BAB III. GEOLOGI DAN KEADAAN ENDAPAN
dua musim. Musim penghujan terjadi pada bulan November – Juni dan
musim kemarau pada bulan Juli – Oktober.
Berdasarkan data curah hujan dar Stasiun Metereologi dan
Geofisika Bandara Temindung Samarinda (2008), curah hujan rata-rata
bulanan berkisar antara 102,1 – 216,1 mm/bulan. Sedangkan hari hujan di
daerah penyelidikan berkisar antara 15,4 – 25,5 hari/tahun.
Perhitungan curah hujan rencana didasarkan pada data curah
hujan dari Metereologi dan Geofisika Bandara Temindung dengan asumsi
umur tambang 10 tahun. Dari hasil perhitungan diketahui bahwa curah
hujan rencana sebgai berikut :
1. Periode ulang hujan 3 tahun = 29,19 mm/hari
PY
2. Periode ulang hujan 5 tahun = 45,56 mm/hari
3. Periode ulang hujan 10 tahun = 68,61 mm/hari
Nilai intensitas hujan sangant menentukan tingkatan curah hujan
(sangat lebat, lebat, sedang dan ringan)yang terjadi pada suatu wilayah.
Berdasarkan hasil analisis statistik terhadap data curah hujan yang ada,
O
dipilih curah hujan rencana pada periode ulang 3 tahun, yaitu 29,19
mm/hari. Nilai intensitas hujan yang dihitung dengan rumus Mononobe,
adalah 10,12 mm/jam.
C
III-20
PT KUTAI ENERGI I
BAB III. GEOLOGI DAN KEADAAN ENDAPAN
3.1.6.4.
PY
Uji Akuifer dan Asumsi Perhitungan Nilai Konduktivitas
Hidrolik
Uji akuifer dengan metode Slug Test merupakan salah satu cara
untuk mengetahui karakteristik akuifer sebagai lapisan yang dapat
O
menyimpan dan meloloskan air. Metode ini dilaukan apabila uji
pemompaan (pumping test) tidak dapat dilakukan karena ketersediaan air
di dalam sumur uji sangat sedikit atau kering. Tujuan dari uji akuifer ini
C
III-21
PT KUTAI ENERGI I
BAB III. GEOLOGI DAN KEADAAN ENDAPAN
tertentu.
PY
d. Pencatatan penurunan muka airtanah dilakukan pada selang waktu
III-22
PT KUTAI ENERGI I
BAB III. GEOLOGI DAN KEADAAN ENDAPAN
tebal lebih dari 500 m. Formasi ini menindih selaras dan setempat
tidak selaras terhadap Formasi Balikapapan.
c. Formasi Balikapapan, perselingan batupasir dan lempung dengan
sisipan lanau serpih batugamping, dan batubara. Batupasir kuarsa,
putih kekuningan, tebal lapisan 1 – 3 m disisipi lapisan batubara,
tebal 5 – 10 cm. Batupasir gampingan coklat, berstruktur sedimen
lapisan bersusun dan silang siur, tebal lapisan 20 – 40 cm,
mengandung foraminifera kecil disisipi lapisan tipis karbon.
Lempung, kelabu kehitaman, setempat menandung sisipan
tumbuhan, oksida besi yang mengisi rekahan-rekahan setempat
mengandung lensa-lensa batupasir gampingan. Lanau gampingan,
PY
berlapis-lapis, serpih kecoklatan, berlapis tipis. Batugamping
pasiran, mengandung foraminifera besar, moluska menunjukkan
umur Miosen Akhir bagian bawah Miosen Tangah bagian atas.
Lingkungan pengendapan Perengah ”apras delta-dataran delta”
tebal 1000 – 1500 m.
O
d. Formasi Puluabalang, perselingan antara grewake dan batupasir
kuarsa dengan sisipan batugamping, batulempung, batubara dan
tuf dasit. Batupasir grewake, kelabu kehijauan, pada, tebal lapisan
C
III-23
PT KUTAI ENERGI I
BAB III. GEOLOGI DAN KEADAAN ENDAPAN
Dari data pemboran pada lubang bor H225A, H063A, H259A, dan
H012 di wilayah Izin Usaha Pertambangan PT Kutai Energi I, diketahui
bahwa selain tanah penutup dan lapisan batubara, lapisan lainnya terdiri
dari batupasir (sandstone) dan batulempung (mudstone). Berdasarkan
hasil pengukuran ketinggian muka airtanah melalui masing-masing sumur
uji diketahui bahwa ketinggian muka airtanah pada H225A = 42,371 m dpl;
H063A = 24,36 m dpl; H259A = 47,954 m dpl dan H012 = 8,92 m dpl.
Pengukuran melalui bekas lubang bor eksplorasi tidak dapat dilakuakn
karena tersumbat oleh material runtuhan dari dinding lubang bor.
Secara umum di daerah penyelidikan terdiri dari akuifer bebas.
Akuifer bebas ditemukan pada sumur uji, yaitu H225A, H063A, H259A dan
PY
H012. Pada H225A akuifer bebas terletak di kedalaman (3-12,35) m dari
permukaan tanah, dengan ketebalan 9,35 m. Pada sumur uji H063A
akuifer bebas terdapat di kedalaman (2,10 – 3,08) m dari permukaan
tanah, dengan ketebalan 0,98 m. Pada sumur uji H259A akuifer bebas
terletak di kedalaman (3,85 – 14,19) m dari permukaan tanah, dengan
O
ektebalan 10,34 m. Pada sumur uji H012 akuifer bebas terletak di
kedalaman (4,43 – 37,08) m dari permukaan tanah, dengan ketebalan
32,65 m.
C
III-24
PT KUTAI ENERGI I
BAB III. GEOLOGI DAN KEADAAN ENDAPAN
Tabel 3.8. Kedalam Sumur Uji, Tebal Akuifer dan Ketinggian Muka
Airtanah Pada Masing-masing Sumur Uji
PY
O
C
Hasil uji akuifer dengan metode slug test melalui lubang bor H225A,
Ho63A, H259A dan H012 diketahui nilai permeabilitasnya masing-masing
2,5264 x 10-5 m/detik, 1,4544 x 10 -5 m/detik, 2,7747 x 10-5 m/detik dan
9,99455 x 10-6 m/detik.
Nilai k tersebut termasuk klasifikasi rendah – sedang. Sedangkan
nilai koefisien penyimpanan (S) masing-masing lubang bor 1,30293 x 10 -4
(H225A), 1,27565 x 10 -4 (H063A), 1,4403 x 10 -4 (H259A) dan 2,3877 x 10 -
4
(H012). Nilai permeabilitas dan Koefisien penyimpanan adalah sebagai
berikut :
III-25
PT KUTAI ENERGI I
BAB III. GEOLOGI DAN KEADAAN ENDAPAN
Tabel 3.9. Nilai Permeabilitas (k) dan koefisien penyimpanan (S) hasil
pengujian di lapangan dengan Metode Slugtest
PY
H225A, H063A, H259A dan H012, maka lapisan akuifer bebas dan akuifer
dan akuifer tertekan di wilayah konsesi Blok Barat termasuk jenis akuifer
dengan produktivitas rendah hingga sedang.
III-26
PT KUTAI ENERGI I
BAB III. GEOLOGI DAN KEADAAN ENDAPAN
III-27
PT KUTAI ENERGI I
BAB III. GEOLOGI DAN KEADAAN ENDAPAN
III-28
PT KUTAI ENERGI I
BAB III. GEOLOGI DAN KEADAAN ENDAPAN
III-29
PT KUTAI ENERGI I
BAB III. GEOLOGI DAN KEADAAN ENDAPAN
III-30
PT KUTAI ENERGI I
BAB III. GEOLOGI DAN KEADAAN ENDAPAN
III-31
PT KUTAI ENERGI I
BAB III. GEOLOGI DAN KEADAAN ENDAPAN
66
50
56
25
19
24
18
213 KE_JMY 4407 512911 9914092 35 21
214 KE_JMY 4507 513340 9914164 105 41
O
215 KE_JMY 4607 513359 9914183 35 45
216 KE_JMY 4707 513359 9914183 240 58
217 KE_JMY 4807 513393 9914036 260 38
218 KE_JMY 4907 513376 9914020 242 61
C
III-32
PT KUTAI ENERGI I
BAB III. GEOLOGI DAN KEADAAN ENDAPAN
dan memiliki ketebalan > 0,50 meter. Batubara yang diperoleh dari
pemboran dangkal (30 – 60 meter) diambil dari hasil coring pemboran
yang tentunya merupakan sample yang cukup segar. Dengan adanya
hasil analisa dari batubara dengan berbagai kedalaman maka dapat
diperoleh data penyebaran kualitas yang cukup akurat pada keseluruhan
cadangan batubara yang terhitung dalam pit sehingga total kualitas
batubara cukup akurat dan terkontrol selain itu bisa dipakai untuk
membuat peta iso kualitas yang cukup baik ataupun untuk strategi
penambangan serta pemasaran dan blending kualitas. Adapun analisa
kualitas batubara mengacu pada Standart ASTM(american society for
testing material) dan ISO yaitu uji proximate (meliputi analisa
PY
totalmoisture, ash content, volatile matter, dan fixed carbon), total sulphur,
calorific value selain itu untuk beberapa keperluan marketing/pemasaran
ada beberapa analisa tambahan – Full Analysis yang meliputi ultimate –
C,H,N,O, Ash analysis, Ash Fusion Temperature, Trace Element dan
HGI. Dari hasil sample yang sudah ada yang diperoleh dari daerah
O
penelitian sesuai dengan formasi dan conto kualitas dapat dilihat pada
tabel sebagai berikut:
Tabel 3.11. Kualitas batubara daerah telitian
C
III-33
PT KUTAI ENERGI I
BAB III. GEOLOGI DAN KEADAAN ENDAPAN
PY
kajian kelayakan sesuai dengan semua parameter/faktor teknis yang ada
berupa parameter geoteknik dan hidrogeologi dan sebagainya yang
sesuai modifikasi di PT Kutai Energi I.
Perhitungan sumber daya menggunakan bantuan simulasi software
di komputer dan bisa dijelaskan sebagai berikut:
O
1. Perhitungan sumber daya batubara dilakukan pada setiap seam.
2. Sumber daya yang dihitung ada 3 kategori, yaitu sumber daya
terukur, terunjuk dan tereka
C
III-34
PT KUTAI ENERGI I
BAB III. GEOLOGI DAN KEADAAN ENDAPAN
PY
O
Gambar 3.5. Ilustrasi Metode Perhitungan sumberdaya Batubara (SNI)
batubara adalah :
Q=SxMxDxR
Dimana:
Q = Sumberdaya batubara yang dihitung (ton)
S = Luas daerah pengaruh (m2)
M = Ketebalan semu rata-rata (m)
D = Densitas batubara
R = Geological losses 10%
III-35
PT KUTAI ENERGI I
BAB III. GEOLOGI DAN KEADAAN ENDAPAN
III-36
PT KUTAI ENERGI I
BAB III. GEOLOGI DAN KEADAAN ENDAPAN
PY
Adapun perhitungan sumberdaya batubara PT Kutai Energi I
secara detail adalah sebagai berikut :
O
C
III-37
PT KUTAI ENERGI I
BAB III. GEOLOGI DAN KEADAAN ENDAPAN
III-38
PT KUTAI ENERGI I
BAB III. GEOLOGI DAN KEADAAN ENDAPAN
III-39
PT KUTAI ENERGI I
BAB III. GEOLOGI DAN KEADAAN ENDAPAN
E17
54
53
E16U
E16
E16L
405,327.68
157,025.15
288,313.19
441,124.80
73,311.04
394,659.02
PY 4,931,455.39
1,293,388.17
5,250.89
11,388,440.04
792,149.08
29,820.90
1,307,221.05
513,622.71
938,175.85
1,469,016.45
3,084,418.85
1,310,130.31
23,700,571.63
9,147,931.77
3,847,103.99
52,271,223.45
44,186,045.84
2,835,214.74
1,228,787.79
482,805.35
881,885.29
1,380,875.46
2,899,353.71
1,231,522.49
22,278,537.33
8,599,055.86
3,616,277.75
49,134,950.04
41,534,883.09
2,665,101.86
E15U 856,731.65 12,011,509.85 3,163,616.21 57,710,854.34 2,973,799.24 54,248,203.08
E15 207,016.56 3,114,137.07 3,608,457.73 59,190,543.37 3,391,950.26 55,639,110.76
E15L 275,524.14 173,981.13 1,039,440.36 2,127,536.77 977,073.94 1,999,884.57
O
E14U 371,982.28 7,821,183.99 1,518,193.99 44,521,664.43 1,427,102.35 41,850,364.56
E14 55,799.37 2,860,734.28 785,367.74 51,541,394.81 738,245.67 48,448,911.12
E14L 158,721.45 94,367.75 811,909.43 1,727,101.46 763,194.87 1,623,475.37
E13U 274,152.76 4,833,251.60 1,256,845.70 30,057,592.39 1,181,434.96 28,254,136.85
E13 226,651.50 1,727,795.59 2,327,853.97 29,175,717.54 2,188,182.73 27,425,174.49
C
III-40
PT KUTAI ENERGI I
BAB III. GEOLOGI DAN KEADAAN ENDAPAN
III-41
PT KUTAI ENERGI I
BAB III. GEOLOGI DAN KEADAAN ENDAPAN
III-42
PT KUTAI ENERGI I
BAB III. GEOLOGI DAN KEADAAN ENDAPAN
PY
Distribusi titik-titik u (x,y)
pada permukaan bidang
batubara
Y Ue (x,y)
O
Node/
titik simpul
(B
C
(A X
)
III-43
PT KUTAI ENERGI I
BAB III. GEOLOGI DAN KEADAAN ENDAPAN
PIT SEAM
PY
Tabel 3.13. Perhitungan Cadangan Terukur Batubara
BCM
COAL
TERKIRA (MT) TERBUKTI (MT)
OVERBURDEN
BCM
LUAS
HA
PIT LARA C1U 5.706,83 7.418,88 6.306,05 224.812,50 80,79
C1 1.895,73 2.464,44 2.094,78 41.094,27
C1L 5.420,48 7.046,63 5.989,63 5.108,85
O
B6 21.299,13 27.688,87 23.535,54 30.054,12
B5 7.307,88 9.500,25 8.075,21 18.253,61
B4 53.552,72 69.618,54 59.175,76 93.371,83
B2U 4.751,95 6.177,53 5.250,90 73.115,34
C
III-44
PT KUTAI ENERGI I
BAB III. GEOLOGI DAN KEADAAN ENDAPAN
III-45
PT KUTAI ENERGI I
BAB III. GEOLOGI DAN KEADAAN ENDAPAN
PIT 5U
C9L
C8
SUB
TOTAL
C6
PY
3.101,22
1.544,55
83.321,08
356,61
4.031,59
2.007,92
108.317,40
463,60
3.426,85
1.706,73
92.069,79
394,06
13.633,99
760.124,24
2.225.200,02
2.837,07
12,44
4,78
C5 1.108,22 1.440,69 1.224,59 99.210,49
SUB
TOTAL 1.464,84 1.904,29 1.618,65 102.047,56 4,78
O
PIT C U C7 1.047,15 1.361,29 1.157,10 59.112,06 6,24
C6 10.868,53 14.129,09 12.009,73 683.201,07
C5 21.344,35 27.747,65 23.585,51 445.232,20
SUB
C
III-46
PT KUTAI ENERGI I
BAB III. GEOLOGI DAN KEADAAN ENDAPAN
III-47
PT KUTAI ENERGI I
BAB III. GEOLOGI DAN KEADAAN ENDAPAN
III-48
PT KUTAI ENERGI I
BAB III. GEOLOGI DAN KEADAAN ENDAPAN
III-49
PT KUTAI ENERGI I
BAB III. GEOLOGI DAN KEADAAN ENDAPAN
III-50
PT KUTAI ENERGI I
BAB III. GEOLOGI DAN KEADAAN ENDAPAN
III-51
PT. KUTAI ENERGI I
BAB IV. RENCANA PENAMBANGAN
E12, E12L, E11U, E11, E11L, E10U, E10, E10L, E9U, E9, E9L, E8U,
E8L, E5U, E5L, E4U, E4L, A3U, dan A3L) dengan ketebalan sampai
dengan antara 6 m.
- Kemiringan lapisan di daerah telitian bervariasi sekali, dimana lapisan
paring landai yakni 40 sedangkan yang paling terjal sampai dengan
810.
- Keadaan topografi daerah penyelidikan merupakan perbukitan
bergelombang dan dataran sehingga penambangan secara terbuka
dapat dilakukan.
Berdasarkan kondisi batubara diatas, direncanakan penambangan
batubara didaerah ini dilakukan secara tambang terbuka dan
IV-1
PT. KUTAI ENERGI I
BAB IV. RENCANA PENAMBANGAN
Pengolahan
PY Batubara
Penjualan
Pengangkutan
Batubara
IV-2
PT. KUTAI ENERGI I
BAB IV. RENCANA PENAMBANGAN
PY
O
C
IV-3
PT. KUTAI ENERGI I
BAB IV. RENCANA PENAMBANGAN
PY
O
C
Gambar 4.2. Skema alir penambangan - pengapalan
IV-4
PT. KUTAI ENERGI I
BAB IV. RENCANA PENAMBANGAN
PY
batubara umumnya disusun oleh perselingan antara batupasir dan
lempung, batupasir umumnya berwarna abu-abu terang hingga abu-
abu, berbutir halus hingga sedang, membundar tanggung hingga
menyudut tanggung, bersifat lepasan hingga kompak dan lempung
umumnya berwarna putih kemerah-merahan hingga abu-abu muda
O
dengan plastisitas menengah hingga tinggi.
- Tempat Pembuangan Tanah Penutup Dibedakan Penanganannya
Menjadi Dua, yaitu :
C
IV-5
PT. KUTAI ENERGI I
BAB IV. RENCANA PENAMBANGAN
4.3.2. Peledakan
Kriteria operasi peledakan yang paling baik pada kegiatan
penambangan adalah efisien, murah dan aman. Adapun penjabaran untuk
memenuhi kriteria tersebut adalah :
a. Sasaran produksi terpenuhi.
b. Efisiensi bahan peledak tinggi yang dinyatakan dalam blasting ratio
atau powder factor.
c. Tidak banyak terjadi kehilangan (looses).
d. Fragmentasi hasil peledakan seragam ( diameter sesuai yang
diharapkan )
e. Tidak mengganggu lingkungan, antara lain :
PY
- Tingkat getaran kecil.
- Tidak terjadi batu terbang (flying rock)
- Gangguan suara (noise) rendah
Dalam penambangan batubara PT KPUC, pada beberapa lokasi
perlu dilakukan peledakan untuk mengupas lapisan penutup batubara.
O
Diasumsikan 80% overburden dibutuhkan pembongkaran dengan
pemboran dan peledakan.
A. Pola Pemboran Dan Arah Peledakan
C
IV-6
PT. KUTAI ENERGI I
BAB IV. RENCANA PENAMBANGAN
PY
untuk pembongkarannya. Densitas rata-rata batuan yang akan diledakkan
adalah 1,7 gr/cc (106,12 pcf). Diameter lubang tembak (De) = 7,88 inchi.
Tinggi jenjang peledakan (L) adalah 10 m.
a. Burden (B)
Adjusment Factor untuk bahan peladak (AF1)
O
1/ 3 1/ 3
SG x Ve 2 0,9 x 11.100 2
AF1 2
2
0.86
SG std x Ve std 1,2 x 12.000
Adjusment Factor untuk batuan (AF2)
C
1/ 3 1/ 3
densitas std 160
AF2 1,14
densitas 107.10
Burden Ratio = KB = KB std x AF1 x AF2
= 30 x0,86 x 1,14
= 29.67
Jika burden (B) untuk diameter bahan peledak yang dianggap
sama dengan diameter lubang tembak (De = 7,88”), adalah :
KB x De
Burden ( B ) =
12
29.67 x 6.25
=
12
= 15.4 ft
= 4.70 m
IV-7
PT. KUTAI ENERGI I
BAB IV. RENCANA PENAMBANGAN
b. Spacing (S)
Besarnya spacing (S) ditentukan oleh harga spacing ratio (Ks) yang
tergantung pada pola peledakan yang dilakukan. Dengan menerapkan
pola peledakan tunda, maka digunakan harga Ks = 0,8 – 1,8.
S = Ks x B = 1.1 x 5 ≈ 6 m
c. Stemming (T)
PY
Panjang stemming (T) tergantung pada harga stemming ratio (KT) yang
besarnya antara 0,7 – 1,0. Dengan mengambil harga KT 1.0 maka
diperoleh panjang stemming (T) sebesar :
T = KT x B = 1 x 6 = 6 m
d. Sub-drilling (J)
O
Kedalaman sub drilling (J) yang diterapkan tergantung pada harga sub-
drilling ratio (KJ) yang besarnya 0,2 – 0,3. Dengan mengambil KJ = 0,3
maka diperoleh sub-drilling sebesar :
C
J = KJ x B = 0,3 x 5 = 1.6 m ≈ 2 m
IV-8
PT. KUTAI ENERGI I
BAB IV. RENCANA PENAMBANGAN
IV-9
PT. KUTAI ENERGI I
BAB IV. RENCANA PENAMBANGAN
PY
1. Energi yang dihasilkan :Tidak berbeda jauh dengan jika
menggunakan solar.
Hal ini bisa dilihat dari:
Hasil pengukuran VOD dengan menggunakan VOD meter.
Hasil peledakan (heave, fragmentasi). VOD ANFO (density =
0.85) adalah 2500 – 4500 m/s
O
2. Fumes yang dihasilkan sama dengan menggunakan solar
Non Toxic Fumes (CO2, H2O)
Toxic Fumes (NO, NO2, CO)
C
IV-10
PT. KUTAI ENERGI I
BAB IV. RENCANA PENAMBANGAN
2. Penanganan
Proses penanganan oli bekas menjadi lebih singkat sehingga
mengurangi tempat untuk penyimpanan oli bekas tersebut. Oli
bekas dari Sub cont juga dikumpulkan untuk process oil.
3. Keamanan dan Kondisi Lingkungan
Dengan digunakannya oli bekas, proses penyimpanan menjadi
singkat, mengurangi resiko terhadap lingkungan. Dengan komposisi
ANFO yang sesuai maka fumes/asap beracun diminimalisir
4. Moral
Kesadaran mekanik Contractor dan Subcont menjadi tinggi untuk
mengumpulan oli bekas.
PY
D. Vibrasi Peledakan
Gelombang seismik adalah gelombang yang menggambarkan
penjalaran energi memlalui bumi yang padat (medium). Penjalaran energi
lain diantaranya melalui gelombang suara dan gelombang cahaya.
Gelombang seismik selain dapat dihasilkan oleh alam misalnya gempa
O
bumi dapat juga dihasilkan oleh sumber-sumber lain akibat perbuatan
manusia, misalnya peladakan. Akibat peledakan yang dapat dirasakan
adalah bentuk “getaran” (vibrasi).
C
IV-11
PT. KUTAI ENERGI I
BAB IV. RENCANA PENAMBANGAN
Tabel 4.1. Baku Mutu Tingkat Getaran Untuk Kenyaman Dan Kesehatan
PY
Peledakan tunda (delay blasting) adalah suatu teknik peledakan
dengan cara meledakkan sejumlah muatan bahan peledak dengan cara
meledakkan sejumlah muatan bahan peledak tidak sebagai satu muatan
(single charge) tetapi sebagai suatu seri dari muatan-muatan yang lebih
O
kecil. Getaran yang dihasilkan dari peledakan tunda merupakan kumpulan
dari getaran-getaran kecil dan bukan suatu getaran besar. Peladakan
tunda mengurangi tingkat getaran sebab setiap waktu tunda menghasilkan
C
IV-12
PT. KUTAI ENERGI I
BAB IV. RENCANA PENAMBANGAN
Tabel 4.2. Macam dan Kebutuhan Bahan Peledak per peledakan
Explosive Type satuan 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021
Explosive Used ANFO + Waste Oil ANFO + Waste Oil ANFO + Waste Oil ANFO + Waste Oil ANFO + Waste Oil ANFO + Waste Oil ANFO + Waste Oil
Explosive Density kg/cc 1.20 2.20 3.20 4.20 5.20 6.20 7.20
AN Portion % 75.59% 75.59% 75.59% 75.59% 75.59% 75.59% 75.59%
FO Portion % 1.10% 1.10% 1.10% 1.10% 1.10% 1.10% 1.10%
Waste Oil Portion % 3.31% 3.31% 3.31% 3.31% 3.31% 3.31% 3.31%
Emultion Fortis % 20.00% 20.00% 20.00% 20.00% 20.00% 20.00% 20.00%
Dinamit Type Booster Booster Booster Booster Booster Booster Booster
Loading Density kg/m 23.7 43.4 63.1 82.8 102.5 122.3 142.0
Area to Blasted m2 5,931 4,613 2,788 3,431 1,661 1,809 2,215
PY
No of Holes hole 198 154 93 114 55 60 74
Powder Factor kg/m3 0.004 0.005 0.005 0.007 0.005 0.007 0.007
Explosive Usage
AN kg 23,941 34,136 30,013 48,476 29,057 37,725 53,653
FO kg 349 498 438 707 424 550 782
Ltr 297 423 372 601 360 468 665
Waste Oil kg 1,047 1,493 1,313 2,121 1,271 1,650 2,347
Ltr 922 1,314 1,156 1,866 1,119 1,452 2,066
Emultion Fortis Kg 6,334 9,032 7,941 12,826 7,688 9,981 14,196
Magnum kg - - - - - - -
pcs
Booster kg 79 62 37 46 22 24 30
Inhole Delay
Surface Delay
MS Connector
Electric Detonator
Detonating Cord
pcs
pcs
pcs
pcs
pcs
m
O 198
198
198
-
154
154
154
-
93
93
93
-
114
114
114
-
55
55
55
-
60
60
60
-
74
74
74
-
C
Detcord use per blasting m/blast
Lead in Line roll 312 312 312 312 312 312 312
LIL use per blasting roll/day 1 2 3 4 5 6 7
Plastic Liner kg - 192 233 430 277 377 555
% wet holes % 0.0% 100.0% 200.0% 300.0% 400.0% 500.0% 600.0%
Stemming Block pcs 198 308 279 458 277 362 517
% Stemming block used % 100.0% 200.0% 300.0% 400.0% 500.0% 600.0% 700.0%
AN Gel kg - 2,048 3,602 8,726 6,974 11,318 19,315
% Used % 0.0% 100.0% 200.0% 300.0% 400.0% 500.0% 600.0%
Pastolin kg - - - - - - -
IV-13
PT. KUTAI ENERGI I
BAB IV. RENCANA PENAMBANGAN
Tabel 4.2. Lanjutan
Explosive Type satuan 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028
Explosive Used ANFO + Waste Oil ANFO + Waste Oil ANFO + Waste Oil ANFO + Waste Oil ANFO + Waste Oil ANFO + Waste Oil ANFO + Waste Oil
Explosive Density kg/cc 8.20 9.20 10.20 11.20 12.20 13.20 14.20
AN Portion % 75.59% 75.59% 75.59% 75.59% 75.59% 75.59% 75.59%
FO Portion % 1.10% 1.10% 1.10% 1.10% 1.10% 1.10% 1.10%
Waste Oil Portion % 3.31% 3.31% 3.31% 3.31% 3.31% 3.31% 3.31%
Emultion Fortis % 20.00% 20.00% 20.00% 20.00% 20.00% 20.00% 20.00%
Dinamit Type Booster
Loading Density kg/m 161.7 181.4 201.1 220.9 240.6 260.3 280.0
Area to Blasted m2 2,346 2,763 2,354 4,342 4,170 4,135 4,170
PY
No of Holes hole 78 92 78 145 139 138 139
Powder Factor kg/m3 0.009 0.009 0.009 0.015 0.018 0.018 0.019
Explosive Usage
AN kg 64,718 85,518 80,761 163,594 171,127 183,600 199,181
FO kg 944 1,247 1,178 2,386 2,496 2,677 2,905
Ltr 802 1,060 1,001 2,028 2,121 2,276 2,469
Waste Oil kg 2,831 3,741 3,533 7,157 7,487 8,032 8,714
Ltr 2,492 3,292 3,109 6,298 6,588 7,069 7,668
Emultion Fortis Kg 17,123 22,627 21,368 43,284 45,277 48,577 52,700
Magnum kg - - - - - - -
pcs
Booster kg 31 - - - - - -
Inhole Delay
Surface Delay
MS Connector
Electric Detonator
Detonating Cord
pcs
pcs
pcs
pcs
pcs
m
O 78
78
78
-
-
92
92
-
-
78
78
-
-
145
145
-
-
139
139
-
-
138
138
-
-
139
139
-
C
Detcord use per blasting m/blast
Lead in Line roll 312 312 312 312 312 312 312
LIL use per blasting roll/day 8 9 10 11 12 13 14
Plastic Liner kg 685 922 884 1,812 1,914 2,071 2,262
% wet holes % 700.0% 800.0% 900.0% 1000.0% 1100.0% 1200.0% 1300.0%
Stemming Block pcs 626 829 785 1,592 1,668 1,792 1,946
% Stemming block used % 800.0% 900.0% 1000.0% 1100.0% 1200.0% 1300.0% 1400.0%
AN Gel kg 27,182 41,049 43,611 98,156 112,944 132,192 155,361
% Used % 700.0% 800.0% 900.0% 1000.0% 1100.0% 1200.0% 1300.0%
Pastolin kg - - - - - - -
IV-14
PT. KUTAI ENERGI I
BAB IV. RENCANA PENAMBANGAN
Tabel 4.2. Lanjutan
Explosive Type satuan 2029 2030 2031 2032 2033 2034
Explosive Used ANFO + Waste Oil ANFO + Waste Oil ANFO + Waste Oil ANFO + Waste Oil ANFO + Waste Oil ANFO + Waste Oil
Explosive Density kg/cc 15.20 16.20 17.20 18.20 19.20 20.20
AN Portion % 75.59% 75.59% 75.59% 75.59% 75.59% 75.59%
FO Portion % 1.10% 1.10% 1.10% 1.10% 1.10% 1.10%
Waste Oil Portion % 3.31% 3.31% 3.31% 3.31% 3.31% 3.31%
Emultion Fortis % 20.00% 20.00% 20.00% 20.00% 20.00% 20.00%
Dinamit Type
Loading Density kg/m 299.7 319.4 339.2 358.9 378.6 398.3
Area to Blasted m2 4,180 1,305 1,122 824 694 440
PY
No of Holes hole 139 44 37 27 23 15
Powder Factor kg/m3 0.018 0.009 0.010 0.009 0.013 0.011
Explosive Usage
AN kg 213,719 71,113 64,915 50,415 44,821 29,897
FO kg 3,117 1,037 947 735 654 436
Ltr 2,649 882 805 625 556 371
Waste Oil kg 9,350 3,111 2,840 2,206 1,961 1,308
Ltr 8,228 2,738 2,499 1,941 1,726 1,151
Emultion Fortis Kg 56,546 18,815 17,175 13,339 11,859 7,910
Magnum kg - - - - - -
pcs
Booster kg - - - - - -
Inhole Delay
Surface Delay
MS Connector
Electric Detonator
Detonating Cord
pcs
pcs
pcs
pcs
pcs
m
O -
139
139
-
-
44
44
-
-
37
37
-
-
27
27
-
-
23
23
-
-
15
15
-
C
Detcord use per blasting m/blast
Lead in Line roll 312 312 312 312 312 312
LIL use per blasting roll/day 15 16 17 18 19 20
Plastic Liner kg 2,442 817 749 584 521 349
% wet holes % 1400.0% 1500.0% 1600.0% 1700.0% 1800.0% 1900.0%
Stemming Block pcs 2,090 696 636 494 440 293
% Stemming block used % 1500.0% 1600.0% 1700.0% 1800.0% 1900.0% 2000.0%
AN Gel kg 179,524 64,002 62,318 51,423 48,407 34,083
% Used % 1400.0% 1500.0% 1600.0% 1700.0% 1800.0% 1900.0%
Pastolin kg - - - - - -
IV-15
PT. KUTAI ENERGI I
BAB IV. RENCANA PENAMBANGAN
PY
akan dilakukan dengan metode contour mining. Teknik penggaliannya
bertahap dari elevasi yang paling tinggi ke elevasi yang rendah sampai
kedalaman batas penambangan yang telah ditentukan. Kemajuan
penambangan batubara selanjutnya akan mengikuti arah penyebaran
lapisan batubara pada setiap pit yang akan ditambang.
O
1. Tahun pertama (2015), kedua (2016), dan ketiga (2017) PT Kutai
Energi I menargetkan produksi sebesar 2.000.000 MT, dimana
penambangan tiap-tiap tahun tersebut akan dilakukan di Pit LARA,
C
IV-16
PT. KUTAI ENERGI I
BAB IV. RENCANA PENAMBANGAN
PY
Kutai Energi I merencanakan produksi batubara sebesar 3.000.000
MT. Adapun rencana dan luasan pit penambangan pada tahun
tersebut yakni :
– Tahun kesembilan (2023) di Pit D 9,22 Ha dan Pit E 46,05 Ha.
– Tahun ke-10 (2024) di Pit E dengan luasan 47,08 Ha.
– Tahun ke-11 (2025) di Pit E dan Pit BARAT masing-masing
O
dengan luasan 16,35 Ha dan 70,50 Ha.
– Tahun ke-12 (2026) di Pit BARAT dengan luasan 83,40 Ha.
– Tahun ke-13 (2027) di Pit BARAT dengan luasan 82,70 Ha.
C
IV-17
PT. KUTAI ENERGI I
BAB IV. RENCANA PENAMBANGAN
PY
O
C
IV-18
PT. KUTAI ENERGI I
BAB IV. RENCANA PENAMBANGAN
PY
Gambar 4.5. Peta Desain Tambang PT Kutai Energi I
O
C
IV-19
PT. KUTAI ENERGI I
BAB IV. RENCANA PENAMBANGAN
PY
- Lereng tambang lowwall (individual dan overall slope)
- Lereng penimbunan tanah penutup.
Analisis terhadap kemantapan lereng memerlukan sejumlah data
yang kemudian dijadikan sebagai dasar kajiaan slope stability. Data
tersebut meliputi kondisi geologi dan parameter batuan.
O
1. Kondisi geologi meliputi topografi, litologi, morfologi, struktur
geologi, stratigrafi, ada tidaknya aliran permukaan dan air bawah
tanah.
C
IV-20
PT. KUTAI ENERGI I
BAB IV. RENCANA PENAMBANGAN
batubara.
PY
bidang perlapisan yang terdiri dari batupasir, batulanau, batulempung, dan
IV-21
PT. KUTAI ENERGI I
BAB IV. RENCANA PENAMBANGAN
Analisis
PY
sama dengan kekuatan waste.
stabilitas waste dump, dilakukan dengan
kesetimbangan batas. Stabilitas waste dump juga sangat dipengaruhi oleh
intensitas hujan di lokasi tersebut. Berdasarkan data yang dikumpulkan,
metode
C. Rekomendasi
Dari berbagai perhitungan faktor keamanan maka secara umum
geometri lereng dinding bukaan tambang direkomendasikan sebagai
berikut :
IV-22
PT. KUTAI ENERGI I
BAB IV. RENCANA PENAMBANGAN
PY
O
C
Dari hasil model dengan asumsi longsoran dalam bentuk non circullar,
kondisi air setengah jenuh, maka lereng lowwall pada seluruh section
dapat dikatakan aman karena mempunyai FK > 1,30. Adapun hasil
selengkapanya adalah sebagai berikut :
IV-23
PT. KUTAI ENERGI I
BAB IV. RENCANA PENAMBANGAN
PY
Gambar 4.7. Pemodelan bentuk lowwall pada salah satu section.
IV-24
PT. KUTAI ENERGI I
BAB IV. RENCANA PENAMBANGAN
PY
Gambar 4.8. Hasil pemodealan bentuk sidewall pada salah satu section
IV-25
PT. KUTAI ENERGI I
BAB IV. RENCANA PENAMBANGAN
PY
Gambar 4.9. Pemodelan Bentuk Timbunan
IV-26
PT. KUTAI ENERGI I
BAB IV. RENCANA PENAMBANGAN
4.3.3.2. Geohidrologi
Penyelidikan geohidrologi dilakukan untuk mendapatkan data
mengenai kondisi air tanah (arah aliran air tanah, nilai kelulusan, jenis
akifer) dan air permukaan di sekitar lokasi PT Kutai Energi I.
Peralatan yang dipergunakan dalam penyelidikan ini meliputi: water
level indicator, global positioning system (GPS), stop-watch dan peralatan
uji permeabilitas. Penyelidikan geohidrologi ini dilakukan oleh perusahaan
oleh tenaga ahli yang kompeten serta umumnya dilakukan bersamaan
dengan penyelidikan geoteknik. Penyelidikan Geoteknik dan Geohidrologi
untuk pengambilan data dilapangan dilakukan oleh Tim Eksplorasi PT
Kutai Energi I .
PY
Penyelidikan hidrogeologi juga bertujuan untuk mendapatkan data
tentang karakteristik curah hujan, daerah aliran sungai (DAS), daerah
tangkapan air hujan (catchment area), permeabilitas akuifer, pola aliran
airtanah dan air permukaan di area pit potensial batubara dan area
O
sekitarnya. Data-data tersebut nantinya digunakan untuk membuat sistem
penanggulangan air tambang.
a. Dalam perencanaan tambang perlu diperhatikan air permukaan,
C
IV-27
PT. KUTAI ENERGI I
BAB IV. RENCANA PENAMBANGAN
PY
b) Air hujan yang jatuh di luar pit diusahakan semaksimal mungkin
tidak mengalir ke dalam pit dengan membuat puritan/saluran di
sekeliling pit atau lereng pit untuk mengalirkan air tersebut ke
daerah lain yang lebih rendah.
c) Air yang jatuh kedalam pit akan ditangani dengan
O
menggunakan sistem penyaliran open sump.
Sistem penyaliran open sump ini dilakukan dengan cara membuat
paritan di dekat kaki jenjang (toe) untuk mengalirkan air menuju ke
C
IV-28
PT. KUTAI ENERGI I
BAB IV. RENCANA PENAMBANGAN
PY
O
C
IV-29
PT. KUTAI ENERGI I
BAB IV. RENCANA PENAMBANGAN
PY
O
C
IV-30
PT. KUTAI ENERGI I
BAB IV. RENCANA PENAMBANGAN
4.451 jam.
PY
kerja. Sehingga total jam kerja efektif alat per tahun untuk 2 shift adalah
IV-31
PT. KUTAI ENERGI I
BAB IV. RENCANA PENAMBANGAN
PY
O
C
IV-32
PT. KUTAI ENERGI I
BAB IV. RENCANA PENAMBANGAN
IV-33
PT. KUTAI ENERGI I
BAB IV. RENCANA PENAMBANGAN
4.5. Peralatan
Dalam pemilihan jenis dan kapasitas peralatan yang digunakan
-
PY
untuk operasi penambangan batubara memperhatikan beberapa hal :
Besarnya produksi per tahun, banyaknya hari kerja pertahun dan
banyaknya jam kerja dalam satu hari, kondisi batubara, kondisi
daerah dan kondisi lingkungan, sifat fisik material yang akan
ditambang, keadaan topografi dan jarak angkut, kemudahan
O
memperoleh suku cadang dan perawatan alat.
- Peralatan yang akan digunakan untuk penambangan batubara di
daerah ini meliputi 147 jenis alat/unit untuk produksi maksimal
C
IV-34
PT. KUTAI ENERGI I
BAB IV. RENCANA PENAMBANGAN
EXCAVATOR (EX)
PY Bulldozer D85 SS-2
Bulldozer D 6 R
KOBELCO SK 200
KOBELCO 330
HYUNDAI 520
HYUNDAI 480 LC-9
KOBELCO 480
3
4
1
1
3
1
1
KOBELCO 330 5
DOOSAN S 500 LCA 1
WATER PUMP Pompa WP DCS 10 Silinder 5
O
WP 02 Ttritunggal 5
Pompa WP DCS 8 Silinder 5
DUMP TRUCK (DT) CHENGLONG 16
CHENGLONG 15
MOTOR GREADER (MG) Caterpillar MG 120 K 1
C
COMPACTOR Compactor IR 07 2
WHEEL LOADER XGMA Loader 3
LIGHT TOWER Multiquip 2
Terex 1
Krisbow 4
IR Doosan 2
LIGHT VEHICLE ( LV ) STRADA GLS 3
STRADA GLX 3
Ford Everest 2,5L XLT M/T 2
Ford Ranger 2,5L Doble Cabin 2
Toyota Hilux 3.3 D-4D Double Cabin 3
BUS TRANSPORTATION Bus Toyota Dyna 1
Bus Isuzu 1
MAINTENANCE SUPPORT Genset 60 KVA 8
Welding Machine Miller Big Blue 400x Cat 1
Air Compressor Electric Vema 1
Iveco FM 440 Service Truck 2
Water Truck 5000 Ltr 2
Fuel Truck 2
IV-35
PT. KUTAI ENERGI I
BAB IV. RENCANA PENAMBANGAN
IV-36
PT. KUTAI ENERGI I
BAB IV. RENCANA PENAMBANGAN
dengan kapasitas angkut tanah sebesar 20 Ton, dan lebar 2,5 meter,
maka lebar jalan angkut 14 meter dan pada tikungan lebar jalan angkut
ditambah karena adanya sudut yang ditimbulkan oleh panjang alat
angkut sehingga lebar jalan angkut pada tikungan ditambah menjadi 12
meter. Sedangkan kemiringan maksimum 8%. Dikedua sisi jalan angkut
perlu dibuat tanggul yang tingginya sekitar 0,7 meter (0,5 x tinggi ban
dump 15 ton sebesar 1,2 meter).
IV-37
PT. KUTAI ENERGI I
BAB IV. RENCANA PENAMBANGAN
2. Bengkel
PY
Gambar 4.11. Jalan Angkut PT. Kutai Energi
IV-38
PT. KUTAI ENERGI I
BAB IV. RENCANA PENAMBANGAN
IV-39
PT. KUTAI ENERGI I
BAB IV. RENCANA PENAMBANGAN
PY
O
Gambar 4.13. TPS Limbah B3
C
3. Sarana Perkantoran
Fasilitas perkantoran merupakan pusat kendali dari aktivitas
penambangan, baik aktivitas administrasi dan aktivitas operasional di
lapangan (pit). Bentuk dan ukuran bangunan ini disesuaikan dengan
jumlah tenaga kerja. Sedangkan lokasi dipilih berdasarkan kemudahan
jalan masuk dan keluar area tambang, yaitu berdekatan dengan lokasi
pengolahan batubara dan pelabuhan. Pada lokasi ini juga terdapat pos
keamanan.
IV-40
PT. KUTAI ENERGI I
BAB IV. RENCANA PENAMBANGAN
PY
Gambar 4.14. Perkantoran/Office PT. KUTAI ENERGI
4. Mess Karyawan
Sarana ini penting sebagai tempat tinggal para pekerja selama kegiatan
penambangan berlangsung. Tidak semua karyawan bertempat tinggal
O
di perumahan atau di mess perusahaan. Sebagian karyawan bertempat
tinggal diarea pemukiman di luar area penambangan
C
IV-41
PT. KUTAI ENERGI I
BAB IV. RENCANA PENAMBANGAN
PY
tambang, untuk PT Kutai Energi I sendiri telah dibangun sarana pos
keamanan dekat persimpangan jalan umum
O
C
IV-42
PT. KUTAI ENERGI I
BAB IV. RENCANA PENAMBANGAN
PY
Gambar 4.17. Tangki Bahan Bakar
IV-43
PT. KUTAI ENERGI I
BAB IV. RENCANA PENAMBANGAN
IV-44
PT. KUTAI ENERGI I
BAB IV. RENCANA PENAMBANGAN
PY
Energi I sejak awak penambangan tahun 2010 sampai dengan Januari
2015 adalah sebagai berikut :
Tabel 4.12. Realisasi Kegiatan Reklamasi PT Kutai Energi I
IPD 1 10,03 0 0
IPD 2 10,77 0 0
2 Revegetasi Revegetasi 3,09 Sengon 4.635
Revegetasi 2,25 Sengon 2.502
OPD 4 0,84 Sengon 934
Inpit Dump Inpit Dump
3 Top Soil Top Soil 1,49 Sengon 900
IV-45
PT. KUTAI ENERGI I
BAB IV. RENCANA PENAMBANGAN
Dampak PY
PT Kutai Energi I akan membuat dokumen Analisa Mengenai
Lingkungan (AMDAL) untuk mengkaji tentang dampak
lingkungan dari kegiatan operasi produksi PT Kutai Energi I, dan reklamasi
lahan yang ditambang dilaksanakan sesuai prosedur yang terdapat dalam
dokumen tersebut. Pelaksanaan ini dilakukan secara bertahap sesuai
dengan kemajuan tambang (progress) dari kegiatan
O
penambangan.Sehingga perusahaan akan membuat dokumen Analisa
Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL). Dan reklamasi lahan yang
ditambang dilaksanakan sesuai prosedur yang terdapat dalam dokumen
C
IV-46
PT. KUTAI ENERGI I
BAB IV. RENCANA PENAMBANGAN
PY
O
C
IV-47
PT. KUTAI ENERGI I
BAB V. RENCANA PENGOLAHAN
V-1
PT. KUTAI ENERGI I
BAB V. RENCANA PENGOLAHAN
PY
crusher hingga ukuran butirannya under 50 mm, selanjutnya batubara
ditumpuk di temporary stockpile dengan menggunakan spreader. Dari
stockpile tersebut batubara akan dimuat melaui conveyor ke dalam
ponton. Kapasitas crusher dan belt conveyor dengan plate feeder 300
Mt/jam disesuaikan dengan produksi batubaranya. Lokasi stock pile dan
O
pengolahan batubara ini terletak di daerah Sungai Dondang, Kelurahan
Teluk Dalam, Kecamatan Muara Jawa.
Sedangkan pemuatan batubara hasil crushing yang ada di stockpile RS
C
V-2
PT. KUTAI ENERGI I
BAB V. RENCANA PENGOLAHAN
5.3.
PY
Gambar 5.1. Jetty PT Kutai Energi I
Peralatan Pengolahan
Pengolahan batubara dilakukan dengan menggunakan seperangkat
peralatan yang komponennya terdiri dari : Hopper, chain feeder, primary
O
crusher, secondary crusher, roller crusher, belt conveyor, dan staking belt
conveyor. Volume hopper yang digunakan 100 m3, kapasitas komponen
alat yang digunakan adalah chain feeder 300 ton/jam, primary crusher 300
C
ton/jam, secondqary crusher 200 ton/jam, roller screen 300 ton/jam, belt
coveyor 300 ton/jam, dan stacking belt conveyor 600 ton/jam. Pada akhir
loading conveyor terdapat loading chute untuk pemuatan di pontoon
dengan kapasitas maksimal antara 4000-5000 ton.
V-3
PT. KUTAI ENERGI I
BAB V. RENCANA PENGOLAHAN
PY
Gambar 5.2. Lokasi Stockpile dan Pengolahan Batubara (Crusher Plant)
dengan safety shoes dan sarung tangan, setiap tenaga kerja juga
dilengkapi dengan earplug.
V-4
PT. KUTAI ENERGI I
BAB V. RENCANA PENGOLAHAN
PY
Berdasarkan pada berjumlah 354 sampel yang dibagi dan dikirim
ke Laboratorium PT Geoservices Samarinda dan PT Sucofindo, dari
keseluruhan hasil analisa contoh batubara diperoleh nilai kalori batubara
5.423 - 7,069 Kcal/Kg (adb) sehingga batubara di daerah penyelidikan
dapat dikatagorikan dalam Sub Bituminous Coal.
O
C
V-5
PT. KUTAI ENERGI I
BAB V. RENCANA PENGOLAHAN
PY
O
C
V-6
PT KUTAI ENERGI I
BAB VI. PENGANGKUTAN DAN PENIMBUNAN
6.1.
3. PY
Waktu dan jadwal pengangkutan.
Tata Cara
Ada 3 (cara) tipe pengangkutan batubara dari tambang sampai
ketempat pemuatan di kapal di lepas pantai :
O
1. Pengankutan lewat darat dengan menggunakan dump truck
2. Pengangkutan dengan mengunakan Conveyor
3. Pengangkutan dengan menggunakan tugboat dan
C
pontoon/tongkang.
VI-1
PT KUTAI ENERGI I
BAB VI. PENGANGKUTAN DAN PENIMBUNAN
PY
kembah saluran-saluran keluaran yang tertutup.
Dalam pelaksanaanya sehari-hari, alat-alat yang digunakan untuk
perawatan jalan adalah grader, kompaktor dan tryckpenyiram air. Jam
kerja alat untuk perwatan jalan disesuaikan dengan jam kerja
pengankutan batubara ke stockpile.
O
6.1.2. Transportasi Dengan Sistem Conveyor
Transportasi conveyor terletak di area stockpile dimana batubara
C
VI-2
PT KUTAI ENERGI I
BAB VI. PENGANGKUTAN DAN PENIMBUNAN
PY
magnetic detector , belt scale , mesin pengambilan sample untuk analisa
kualitas termasuk loading chute pada ujung barge loading conveyor untuk
pemuatan ke dalam pontoon berkapasitas sampai 8.000 ton.
VI-3
PT KUTAI ENERGI I
BAB VI. PENGANGKUTAN DAN PENIMBUNAN
PY
1.500.000 – 3.500.000 MT/Tahun atau 125.000 – 291.000 MT/bulan.
Produksi sebesar ini memungkinkan untuk memenuhi pengapalan dengan
kapal berukuran Handy size hingga capsize. Rata-rata shipment kira-kira
16-36 kapal per bulan sehingga sehingga dapat dipergunakan cycle time
untuk mendapatkan ukuran flett yang optimum.
O
Pada umumnya perusahaan batubara di Indonesia melakukan
exportnya menggunakan transshipment di laut lepas, oleh sebab itu
contract yang dilakukan produser, customer dan perusahaan pelayaran
C
menggunakn loading rate yang agak rendah seperti pada Tabel 6.1 target
jumlah tug boat dan pontoon yang efesien untuk mencapai loading rate
optimal dapat dilihat dari Tabel 6.4
Tabel 6.1 Klasifikasi dan Ukuran Kapal ( vessel )
No Klasifikasi Kapal Ukuran Kapal Loading Rate Minimum
1 Handymax 30.000-45.000 DWT 6.000-8.000 MT/hari
2 Panamax 60.000-75.000 DWT 8.000-10.000 MT/hari
3 Cape Size 12.000-140.000 DWT 15.000-18.000 MT/hari
VI-4
PT KUTAI ENERGI I
BAB VI. PENGANGKUTAN DAN PENIMBUNAN
Loading Rate
Unloading Rate
PY
Kecepatan pontoon kosong
berikutnya.
Tabel 6.3 Cycle Time Ponton
1. Muara Jawa
Waktu loading / muat 8 jam
Waktu layar ke muara jawa 19 jam
Waktu unloading / bongkar 12 jam
Waktu Layar kembali 15 jam
Total waktu 54 jam satu putaran
1. Muara Berau
Waktu loading / muat 8 jam
Waktu layar ke muara berau 26 jam
Waktu unloading / bongkar 12 jam
Waktu Layar kembali 21 jam
Total waktu 67 jam satu putaran
VI-5
PT KUTAI ENERGI I
BAB VI. PENGANGKUTAN DAN PENIMBUNAN
Muara Jawa
9 ponton/panamax
18 ponton/capesize
Muara Berau
PY Time/ponton
(b)
54 jam
54 jam
time/load
vessel (c)
168 jam
192 jam
pontoon (a x b) /
(c)
3
5
VI-6
PT KUTAI ENERGI I
BAB VI. PENGANGKUTAN DAN PENIMBUNAN
No
1
2
Jumlah
Alat
7 Unit
7 Unit
PY
Tabel 6.7 Alat Transportasi Sungai Dondang
Type /Jenis
Tug Boat
Pontoon
Kapasitas
2.000HP
8.000 DWT
Lokasi
S Dondang - transhipment
S Dondang - transhipment
3 1 Unit Tug Boat 500 HP S Dondang - transhipment
4 1 Unit Speed Boat 200 HP S Dondang - transhipment
O
C
VI-7
PT KUTAI ENERGI I
BAB VI. PENGANGKUTAN DAN PENIMBUNAN
PY
O
C
VI-8
PT KUTAI ENERGI I
BAB VI. PENGANGKUTAN DAN PENIMBUNAN
PY
Gambar 6.2. Lay Out Pelabuhan/ Jety PT Kutai Energi I
O
C
VI-9
PT KUTAI ENERGI I
BAB VII. LINGKUNGAN, KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K-3)
7.1. Lingkungan
7.1.1. Dampak Lingkungan
PT Kutai Energi I dalam melakukan kegiatan penambangannya
berkomitmen untuk senantiasa memperhatikan aspek lingkungan, dan
menggunakan teknik teknik penambangan yang baik dan benar guna
senantiasa menjaga kelestasrian lingkungan. Upaya pengelolaan dan
pemantauan lingkungan PT Kutai Energi I secara rinci dibahas pada
dokumen AMDAL
7.1.1.1. Iklim
PY
Kegiatan usaha pertambangan batubara di daerah ini akan
membuka lahan untuk keperluan jalan masuk penambangan, blok
O
penambangan, lahan untuk tempat pengolahan serta sarana penunjang
lainnya. Ini akan menimbulkan adanya perubahan iklim mikro seperti
peningkatan suhu, penurunan kelembaban udara dan tanah serta
C
perubahan arah dan kecepatan angin. Hal ini terjadi karena akibat adanya
pembukaan lahan ini, maka sinar matahari akan langsung mengenai
tanah dan akan menyebabkan terjadinya perubahan suhu dan
kelembaban.
VII-1
PT KUTAI ENERGI I
BAB VII. LINGKUNGAN, KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K-3)
b. Gas-gas Pencemar
Gas-gas pencemar seperti hidrokarbon (HnCn), karbon monoksida
(CO), nitrogen oksida (NOx) serta sulfida dioksida (SO2) pada umumnya
akan timbul sebagai akibat pemakaian alat-alat berat, kegiatan
transportasi dan pengolahan, yang dimulai sejak tahap pra-konstruksi
sampai dengan tahap Pasca Operasi.
c. Kebisingan dan Getaran
Kegiatan yang diperkirakan berpotensi menimbulkan dampak
kebisingan dan getaran adalah mobilisasi pengangkutan tanah, bahan
bangunan, pemerataan tanah dimana digunakan alat-alat berat,
pembangunan jalan dan pembangunan proses pengolahan serta
PY
prasarana penunjang lainnya, dan akibat transportasi alat-alat berat dari
lokasi penambangan ke tempat pengolahan atau sebaliknya, pemakaian
mesin pengolahan dan kegiatan penggerusan (crushing).
7.1.1.4. Hidrologi
Adanya kegiatan penambangan ini terutama pembukaan lahan
untuk pembuatan jalan, blok penambangan dan sarana penunjang
penambangan akan menimbulkan gangguan pada aliran air permukaan.
VII-2
PT KUTAI ENERGI I
BAB VII. LINGKUNGAN, KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K-3)
lingkungan hidup.
VII-3
PT KUTAI ENERGI I
BAB VII. LINGKUNGAN, KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K-3)
tampak atas
filter filter
iinlet outlet
Sekat / partisi
filter
PY tampak samping filter
iinlet outlet
VII-4
PT KUTAI ENERGI I
BAB VII. LINGKUNGAN, KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K-3)
VII-5
PT KUTAI ENERGI I
BAB VII. LINGKUNGAN, KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K-3)
PY
pemantauan lingkungan yang akan dilakukan secara periodik, sehingga
jika terdapat suatu perubahan lingkungan yang bersifat ekstrim maka
secepatnya dapat diantisipasi penyebab dan cara penanggulangannya.
Dalam upaya pemantauan lingkungan ada beberapa aspek yang perlu
diperhatikan seperti komponen lingkungan yang dipantau, waktu
O
pelaksanaan, periode dan prosedur pemantauan.
VII-6
PT KUTAI ENERGI I
BAB VII. LINGKUNGAN, KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K-3)
PY
keadaan di laboratorium dan baku mutu lingkungan.
VII-7
PT KUTAI ENERGI I
BAB VII. LINGKUNGAN, KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K-3)
Karena dampak akan terjadi pada daerah yang tidak begitu luas
dan terlokalisir pada beberapa tempat, maka pemantauan akan dilakukan
pada lokasi-lokasi kegiatan yang bersangkutan saja, dengan berpedoman
pada arah kemajuan tambang. Pemantauan dilakukan dengan cara
observasi, pengukuran di lapangan serta pengambilan conto yang akan
dianalisa di laboratorium. Pengamatan lapangan dilakukan terhadap
bentuk visual perubahan jenis tanah, sedangkan pengukuran lapangan
dan pemeriksaan laboratorium dilakukan untuk mengetahui kondisi
parameter jenis, kesuburan dan kestabilan tanah dan besarnya erosi yang
terjadi. Hasil pencatatan dibandingkan dengan keadaan sebelumnya dan
baku mutu lingkungan.
PY
7.3.4. Pemantauan Komponen Hidrologi
Parameter yang dipantau sehubungan dengan dampak pada
komponen lingkungan hidrologi adalah jumlah saluran drainage alam yang
terputus, daerah cekungan yang tergenangi air, kualitas air permukaan di
O
sungai dengan parameter kekeruhan, sedimentasi dan keadaan fisik
kimianya, dibandingkan dengan baku mutu air golongan D. Kualitas air
yang dipantau adalah padatan tersuspensi, pH, turbiditas, BOD, COD
C
VII-8
PT KUTAI ENERGI I
BAB VII. LINGKUNGAN, KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K-3)
tanah dilakukan pada sumur penduduk yang dipilih secara acak dan pada
sumur uji/pantau yang dibuat khusus.
Pemantauan dilakukan dengan cara observasi dan pengukuran
dilapangan serta pengambilan conto yang akan dianalisa di laboratorium.
Pengamatan lapangan dilakukan terhadap bentuk visual perubahan warna
air, sedangkan pengukuran lapangan dan analisa laboratorium dilakukan
untuk mengetahui kondisi parameter fisika dan kimianya. Hasil
pengukuran dibandingkan dengan keadaan sebelumnya atau baku mutu
lingkungan air golongan B untuk sumur penduduk, sedangkan golongan D
untuk air sungai dan baku limbah untuk limbah yang disalurkan.
PY
7.3.5. Pemantauan Komponen Biologi
Parameter lingkungan yang dipantau sehubungan dengan dampak
ini adalah keanekaragaman jenis flora dan fauna penyusun komunitas
hutan di lokasi kegiatan, sedangkan fauna perairan adalah perubahan
komponen plankton akibat perubahan kualitas air.
O
Dampak akan terjadi selama kegiatan penambangan sehingga
pemantauan juga dilakukan selama kegiatan penambangan berlangsung
dengan periode sekali dalam setahun untuk flora dan fauna darat,
C
VII-9
PT KUTAI ENERGI I
BAB VII. LINGKUNGAN, KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K-3)
dimana biota itu hidup. Hasil pencatatan dibandingkan dengan baku mutu
lingkungan
PY
kerja (K-3) di pertambangan ini akan mengacu kepada KepMen
Pertambangan dan Energi No. 555.K/26/M.PE/1995, tentang Keselamatan
dan Kesehatan Kerja Pertambangan Umum. Bagian keselamatan dan
kesehatan kerja dipimpin oleh seorang Kepala Teknik Tambang yang
membawahi bagian eksplorasi, bagian tambang, bagian pengangkutan
O
dan pengolahan dan bagian mekanik. Bagian-bagian itu bertanggung
jawab kepada Kepala Teknik Tambang serta membawahi langsung para
pekerja tambang.
C
7.4.1. Peralatan
Perlengkapan dan peralatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
yang akan disiapkan meliputi hal sebagai berikut dibawah ini.
VII-10
PT KUTAI ENERGI I
BAB VII. LINGKUNGAN, KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K-3)
VII-11
PT KUTAI ENERGI I
BAB VII. LINGKUNGAN, KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K-3)
VII-12
PT KUTAI ENERGI I
BAB VII. LINGKUNGAN, KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K-3)
d. Bab 13 pasal 108, ayat (1) Pemegang IUP dan IUPK wajib menyusun
program pengembangan dan pemberdayaan masyarakat, ayat (2)
Penyusunan program dan rencana sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dikonsultasikan kepada Pemerintah, pemerintah daerah, dan
masyarakat.
Kegiatan pengembangan masyarakat ini bentuknya akan
diselaraskan dengan program Gerbang Raja yang diadakan Pemda Kutai
Kartanegara. Beberapa jenis kegiatan yang diusulkan untuk
pengembangan masyarakat tersebut pada table 7.2.
Tabel 7.1. Rencana Program COMDEV
No. Jenis Kegiatan Keterangan
2
PY
Kesehatan
Pendidikan
- Bantuan pengobatan gratis melalui poliklinik
- Penyuluhan & bantuan sarana kesehatan lingk
- Bantuan sarana medis terbatas
- Bantuan buku pelajaran SD, buku perpustakaan, alat olah
raga dan kelengkapan sekolah, serta beasiswa.
- Pembinaan TPA dan BKPM
- Memberikan kesempatan kepada calon tenaga kerja
lokal/institusi pendidikan untuk magang /pelatihan kerja
- Pelatihan agribisnis dan kewirausahaan
O
- Bantuan dalam kegiatan keagamaan (perayaan hari besar,
3 Keagamaan
safari ramadhan, dll)
- Bantuan pemeliharaan/perbaikan sarana umum
4 Infrastruktur - Bantuan sarana dan prasarana umum (jalan, rumah ibadah,
olah raga, pembuatan tandon air minum, dll.)
C
VII-13
PT KUTAI ENERGI I
BAB VIII. ORGANISASI DAN TENAGA KERJA
VIII-1
PT KUTAI ENERGI I
BAB VIII. ORGANISASI DAN TENAGA KERJA
PY
terdiri dari Direktur, Manajer Tambang, Superintendent, Supervisor.
Adapun bagan organisasi pada Gambar 8.1.
O
C
VIII-2
PT KUTAI ENERGI I
BAB VIII. ORGANISASI DAN TENAGA KERJA
DIREKTUR
MANAGER TAMBANG
KTT
Sekretaris
PY
GEOLOGI, SURVEY & PLANING MINING K3 & LINGKUNGAN HRD, ADM & HUMAS BENGKEL & GUDANG PENGOLAHAN & SHIPMENT
SUPERINTENDENT SUPERINTENDENT SUPERINTENDENT SUPERINTENDENT SUPERINTENDENT SUPERINTENDENT
GEOLOGI, SURVEY & PLANING PIT SAFETY OFF & ENVIRONT BENGKEL & GUDANG
SUPV SUPV SUPV HRD & ADM SUPV PENGOLAHAN SHIPMENT
HUMAS SUPV SUPV SUPV
GEOLOGI CREW CREW SAFETY & CREW SUPV MECHANIC CREW
EKSPL SURVEYOR CHECKER CONTROLING REVEGT & SUPLAY
O PEMBIBITAN ELECTRIC
HELPER
CREW
OPERATOR
EQUIPT
C
Gambar 8.1. Struktur Organisasi dan Tenaga Kerja
VIII-3
PT KUTAI ENERGI I
BAB VIII. ORGANISASI DAN TENAGA KERJA
PY
kerja untuk mengisi formasi dalam sistem organisasi dibagi menjadi 2
kelompok tenaga kerja, yaitu :
a) Karyawan Staff
Adalah tenaga kerja yang diangkat sebagi karyawan perusahaan
O
berdasarkan perjanjian kerja yang disepakati bersama. Sebagai
karyawan, masa kerja dan kompensasi dari karyawan ini bukan
merupakan fungsi dari jumlah produksi batubara yang dihasilkan oleh
C
VIII-4
PT KUTAI ENERGI I
BAB VIII. ORGANISASI DAN TENAGA KERJA
PY
disesuaikan dengan kemampuan atau kecakapan orang yang melakukan
tugas sesuai dengan fungsi masing-masing. Adapun kebutuhan tenaga
kerja pada tahap operasi penambangan pada Tabel 8.1.
VIII-5
PT KUTAI ENERGI I
BAB VIII. ORGANISASI DAN TENAGA KERJA
VIII-6
PT KUTAI ENERGI I
BAB VIII. ORGANISASI DAN TENAGA KERJA
PY
16
17
18
19
20
Operator dan Supir
Bulldozer D - 7G
Bulldozer D9R
Bulldozer D155
Komatsu PC 800
Komatsu PC 750-7
21 Komatsu PC 200
22 Multiflow 500
23 Komatsu HD 465-7R
O
24 Nissan CWB
25 GD Komatsu 825
26 PATRIA L6000
27 INGERSOLRAND L4000
28 MULTI QUIP L4000
C
29 LT 9 JCB/ALTRAK78
30 STRADA GLS
31 STRADA GLX
32 Ford Everest 2,5L XLT M/T
33 Ford Ranger 2,5L Doble Cabin
34 Toyota Hilux 3.3 D-4D Double Cabin
35 Bus Toyota Dyna
36 Bus Isuzu
37 Genset Besar Izusu PS 100 (6 cyl)
38 Welding Machine Miller Big Blue 400x Cat
39 Air Compressor Electric Vema
40 Iveco FM 440 Service Truck
41 Water Truck Hino FM 260
42 Fuel Truck Hino FM 260
43 Fuel Truck Nissan CWA 260 MX
VIII-7
PT KUTAI ENERGI I
BAB VIII. ORGANISASI DAN TENAGA KERJA
PY
dengan sistem 6 hari kerja dan 1 hari libur (hari minggu), dimana untuk
setiap harinya waktu yang digunakan bekerja adalah selama 8 jam kerja
efektif dan 1 jam untuk istirahat.
Sedangkan asuransi (tunjangan) tenaga kerja ± 12 % sebagai berikut :
- jaminan kecelakaan kerja = 1,74 %
O
- jaminan hari tua = 3,7 %
- jaminan kematian = 0,30 %
- JPK berkeluarga = 6,90 %
C
VIII-8
PT KUTAI ENERGI I
BAB VIII. ORGANISASI DAN TENAGA KERJA
PY
penutup, pengangkutan dan pengolahan batubara 2 shift/hari, 12 jam/shift
dengan jam kerja efektif per hari 22 jam (1 jam istirahat). Sistem kerja
sesuai dengan UU RI No. 13 Tahun 2003 pasal 77 ayat (2)a, yaitu : 7
(tujuh) jam 1 (satu) hari dan 40 (empat puluh) jam 1 (satu) minggu.
Apabila mengacu pada undang-undang tersebut diatas maka untuk
kelebihan jam kerja setiap harinya akan dihitung sebagai kerja lembur.
O
Sedangkan asumsi hari hujan adalah sebesar 20 % dari total jam kerja.
Sehingga total jam kerja efektif alat per tahun untuk 2 shift adalah 4.451
jam.
C
VIII-9
PT KUTAI ENERGI I
BAB VIII. ORGANISASI DAN TENAGA KERJA
PY
Sisa jam lembur
= 4 jam
Sehingga perhitungan jam lembur pada hari biasa :
Jam pertama = 1 x 1,5
= 3 x 2
= 1,5 jam
= 6 jam
Jumlah = 7,5 jam
O
Jadi total jam lembur setiap bulannya untuk hari biasa adalah =
20 x 7,5 jam = 150 jam
- Hari Pendek
C
VIII-10
PT KUTAI ENERGI I
BAB VIII. ORGANISASI DAN TENAGA KERJA
- Hari Libur
Jumlah hari = 1 hari
Jam kerja = 12 jam
Istirahat = 1 Jam
Jam lembur / hari = 11 Jam
Sehingga perhitungan jam lembur pada hari biasa :
Jam pertama = 7 x 2 = 14 jam
Sisa jam lembur = 1 x 3 = 3 jam
Sisa jam lembur = 3 x 4 = 12 jam
Jumlah = 29 jam
Jadi total jam lembur setiap bulannya untuk hari pendek adalah =
VIII-11
PT KUTAI ENERGI I
BAB VIII. ORGANISASI DAN TENAGA KERJA
PY
c) Melakukan infeksi secara rutin ke tempat-tempat kerja ditambang
dalam melaksanakan fungsinya.
d) Pengadaan Alat Pelindung Diri (APD)
e) Pemasangan rambu-rambu K-3 yang sesuai dengan kondisi
f) Rencana biaya pengelolaan
O
g) Melaksanakan SMK3 sesuai dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja
No. Kep 5/Men/1996
h) Laporan realisasi pelaksanaan pengelolaan K-3 tersebut disampaikan
C
VIII-12
PT KUTAI ENERGI I
BAB VIII. ORGANISASI DAN TENAGA KERJA
PY
diantaranya adalah telah habis masa kerjanya dikarenakan perusahaan
tutup, karyawan diberhentikan (PHK) tetapi tenaga kerja tidak memiliki
kesalahan atau kesalahannya masih tergolong rendah. Tetapi untuk
karyawan yang diberhentikan (PHK) dikarenakan karyawan memiliki
kesalahan yang sangat atau tergolong besar maka perusahaan tidak akan
O
memberikan upah pesangon kepada karyawan. Untuk perhitungan
pesangon perusahaan akan mengasumsikan seluruh karyawan dengan
masa kerja sesuai umur tambang.
C
VIII-13
PT KUTAI ENERGI I
BAB IX. PEMASARAN
BAB IX PEMASARAN
IX-1
PT KUTAI ENERGI I
BAB IX. PEMASARAN
PY
dan sinergi dengan sektor pembangunan lainnya, sehingga pemerintah
marumuskan dan menetapkan Kebijakan Batubara Nasional (KBN) yang
tertuang dalam Kepmen ESDM Nomor.1128 K/40/MEN/2004 tanggal 23
Juni 2004, secara umum kebijakan tersebut :
1. Kebijakan Pengelolaan Sumber Daya Batubara
O
a. Mereposisikan kembali status batubara sebagai bahan galian
strategis.
b. Membantu pembangunan sistem prasarana batubara nasional.
C
IX-2
PT KUTAI ENERGI I
BAB IX. PEMASARAN
4. Kebijakan Pengembangan
a. Mendorong pengembangan, pemanfaatan batubara peringkat
rendah, penambangan bawah tanah, pemanfaatan coal bed
methan , dan PLTU mulu tambang.
b. Meningkatkan teknologi pemanfaatan batubara bersih dan
mengurangi dampak terhadap lingkungan.
c. Mengintensifkan kegiatan penelitian dan pengembangan batubara.
b. Mendukung
PY
a. Menciptakan iklim yang mendukung kepastian hukum dalam investasi
pada seluruh rantai batubara dari hulu sampai hilir yang merupakan
bagian dari strategi pembangunan energi nasional.
pelaksanaan strategi pembangunan industri
pertambangan batubara yang berkelanjutan melalui optimasi
O
pengusahaan seluruh potensi batubara termasuk cadangan batubara
bawah tanah.
c. Memberikan kepastian tentang kontinuitas suplai batubara dalam
C
jangka panjang.
d. Mendukung arah dan lingkup penggunaan dan pemanfaatan berbagai
jenis batubara yang mengarah pada peningkatan nilai tambah yang
lebih tinggi.
e. Menciptakan iklim yang mendukung eksport batubara.
f. Mendukung pengelolaan lingkungan dan pengembangan daerah.
g. Mendukung penyediaan energi alternatif
IX-3
PT KUTAI ENERGI I
BAB IX. PEMASARAN
PY
Gambar 9.1. Target Kebijakan Energi Nasional (Energy Mix)
b. Terwujudnya energi (primer) mix yang optimal pada tahun 2025, yaitu
peranan masing-masing jenis energi terhadap konsumsi energi
O
nasional:
1. minyak bumi menjadi kurang dari 20% (dua puluh persen).
2. Gas bumi menjadi lebih dari 30% (tiga puluh persen).
C
IX-4
PT KUTAI ENERGI I
BAB IX. PEMASARAN
9.2.
PY
6. Mendorong pelaku usaha dibidang pertambangan batubara untuk
menyediakan bahan baku batubara yang dicairkan.
Prospek Pemasaran
Batubara yang diekspor dapat digunakan untuk pembangkit tenaga
O
listrik dan industri umum negara-negara importir dari Asia seperti Jepang,
Taiwan dan Hongkong. Demikian juga halnya dengan pasar domestik,
selain digunakan sebagai pembangkit tenaga listrik, industri semen dan
C
IX-5
PT KUTAI ENERGI I
BAB IX. PEMASARAN
IX-6
PT KUTAI ENERGI I
BAB IX. PEMASARAN
PY
pada kisaran 3,0 – 6,0 % per tahun. Pada tahun 2005, jumlah
kebutuhan batubara untuk industri ini mencapai sekitar 2,207 juta ton.
̶ Industri Metalurgi dan Industri Lainnya
Perkembangan kebutuhan batubara oleh industri metalurgi berfluktuasi,
namun ada trend perkembangan yang meningkat sejalan dengan
O
kondisi produksi perusahaan yang mengalami turun naik. Tahun 1998
tercatat 144,907 ribu ton, meningkat hingga mencapai 236,802 ribu ton
pada tahun 2002, namun kemudian menurun hingga 112,827 ribu ton
C
tahun 2005.
Di samping industri metalurgi, masih banyak industri lainnya yang
menggunakan batubara sebagai bahan bakar dalam mendukung
proses produksinya, antara lain industri makanan, kimia, pengecoran
logam, karet ban, dan lainnya. Di Propinsi Banten dan Jawa Barat ada
21 perusahaan yang telah menggunakan batubara dengan total
kebutuhan diperkirakan mencapai 416.708 ton untuk tahun 2005.
̶ Briket Batubara
Dari data tahun 1998 – 2005, perkembangan briket batubara
berfluktuatif, namun cenderung ada peningkatan. Konsumsi terendah
sebesar 23.506 ton pada tahun 2004 dan tertinggi pada mencapai
38.302 ton tahun 1999. Pada sisi lain potensi konsumsi BBM yang
IX-7
PT KUTAI ENERGI I
BAB IX. PEMASARAN
PY
(tekMIRA) meliputi antara lain upgrading brown coal(UBC), gasifikasi,
dan pencairan batubara. Direncanakan tidak lama lagi akan dirintis ke
arah demo plant sebelum skala komersialisasi.
IX-8
PT KUTAI ENERGI I
BAB IX. PEMASARAN
PY
Adanya kontrak jangka panjang dengan pembeli dan perusahaan
kontraktor oleh penambang PKP2B membuat produksi masih terus
tumbuh sesuai dengan target awal tahun. Namun di sisi lain, rendahnya
harga di pasar internasional menyebabkan nilai tambah (margin) yang
mampu dihasilkan perusahaan pertambangan semakin tergerus. Kondisi
O
ini nantinya akan ditunjukkan dengan melambatnya pertumbuhan sektor
batubara.
Dilihat dari negara tujuannya, realisasi ekspor batubara yang
C
IX-9
PT KUTAI ENERGI I
BAB IX. PEMASARAN
dan jika berhasil mencapai hal tersebut akan dapat mengamankan harga
kontrak dengan tingkat yang sama seperti suplier seperti yang ada
sekarang. Untuk flexibilitas terhadap konsumen harga batubara dibuat
harga FOB dan CIF. Kebanyakan jika produsen telah mengambil
keuntungan CIF karena lokasi maka ada kemungkinan untuk mencapai
harga FOB yang lebih tinggi dalam rangka perbandingan dengan
kompetitor. Batubara PT Kutai Energi I dijual pada tingkat harga US $
38.54 dengan produk ukuran 50 mm
IX-10
PT KUTAI ENERGI I
BAB IX. PEMASARAN
Sendiri
10.1.1. Modal Tetap
Modal Tetap adalah biaya yang besarnya relatif tidak berubah atau
tergantung pada perubahan volume produksi atau tingkat aktifitas yang
dilakukan. Modal Tetap terdiri dari :
a. Biaya Pra-Penambangan
Biaya Pra-Penambangan terdiri dari ;
1. Biaya Perijinan antara lain, Biaya operasional pengurusanan perijinan
biaya pemblokiran wilayah, jaminan kesungguhan dan lain-lain. Biaya
perijinan yang telah dikeluarkan adalah : Rp. 500.000.000,-
2. Biaya Eksplorasi detail (mapping, drilling, logging, uji sampel, topografi
dll) Biaya eksplorasi yang telah dikeluarkan sebesar : Rp.
X-1
PT KUTAI ENERGI I
BAB IX. PEMASARAN
1.000.000.000,-
3. Biaya Studi Kelayakan, AMDAL, Kajian Geoteknik, Hidrologi, dan
Hidrogeologi sebesar Rp 1.550.000.000
4. Biaya Pembebasan lahan tambang dan jalan tambang. Pembebasan
lahan tambang dan jalan tambang dalam pit, harganya bervariasi
sesuai dengan keadaan lahan. Biaya tersebut sebesar : Rp.
77.913.050.517,-.
Jadi Total Biaya Persiapan adalah Rp. 80.963.050.517,-.
b. Biaya Masa Konstruksi
Biaya perbaikan/perawatan bangunan terdiri dari perkantoran dan
peralatan kantor, mess, poliklinik dan kantin, rumah genset, work shop
PY
dan gudang, pembuatan jalan tambang, pembuatan Jetty baru. Biaya
yang dianggarkan pada masa konstruksi ini adalah sebesar : Rp.
10.895.000.000 ,-.
c. Biaya Pembelian Peralatan
Biaya yang dibutuhkan untuk peralatan tambang pada tahun pertama
O
sebesar Rp. 199.049.150.000,- .
a. Biaya Langsung
Biaya langsung ini terdiri dari perawatan sarana penunjang, gaji
karyawan, THR karyawan, draft-man independent, jamrek, pemakaian
bahan bakar dan minyak pelumas, suku cadang dan perawatan,
pengembangan masyarakat, biaya penggantian ban dan royalty.
Besarnya biaya langsung ini adalah : Rp. 371,187,769,290,-
b. Biaya Tak Langsung
Biaya tak langsung terdiri dari : asuransi alat, gaji karyawan jabatan
tertentu, THR karyawan jabatan tertentu, asuransi tenaga kerja, biaya
kantor, biaya perawatan fasilitas & infrastruktur, asuransi peralatan
tambang, biaya pengelolaan dan pemantauan lingkungan serta K-3,
iuran tetap (IUP Opearsi & Produksi), iuran tetap (IUP Eksplorasi),
X-2
PT KUTAI ENERGI I
BAB IX. PEMASARAN
biaya pengadaan alat safety dan pajak bumi dan bangunan. Besarnya
biaya tak langsung ini adalah sebesar Rp. 17,284,291,400,-
Besarnya modal kerja tahun pertama adalah sebesar Rp.
388,472,060,690,- (lampiran 12).
PY
10.2. Analisa Kelayakan
10.2.1. Biaya Produksi
Biaya produksi batubara adalah biaya yang dibutuhkan untuk
memproduksi 1 ton batubara yang dihitung dari biaya tetap dan biaya
O
berubah (variable). Besarnya biaya produksi berdasarkan perhitungan
akan mengalami kenaikan 10% sampai 15% (Lampiran 14).
C
X-3
PT KUTAI ENERGI I
BAB IX. PEMASARAN
PY
Net Profit Margin % 26.52% 47.40% 40.41% 43.01% 45.10% 21.55% 37.68%
URAIAN
Harga Batubara
Biaya Produksi
%
SATUAN
US $
US $
O
2029
41.86%
38.54
24.24
2030
31.41%
38.54
21.59
2031
37.65%
38.54
21.30
2032
-9.80%
38.54
23.02
2033
37.08%
38.54
29.72
2034
32.35%
38.54
34.92
30.17%
C
Kurs Rupiah 12,975 12,975 12,975 12,975 12,975 12,975
Produksi MT 3,500,000 3,500,000 3,000,000 2,500,000 1,500,000 1,184,776
Kumulatif Produksi MT 21,500,000 25,000,000 28,000,000 30,500,000 32,000,000 33,184,776
Pendapatan Rupiah 1,750,197,750,000 1,750,197,750,000 1,500,169,500,000 1,250,141,250,000 750,084,750,000 592,455,039,855
Net Profit Margin % 25.63% 2.17% 37.62% 35.89% 27.88% 25.17%
X-4
PT KUTAI ENERGI I
BAB IX. PEMASARAN
5% 6,546,064,285,169
0% 0% 7,053,474,678,864
-5% 7,560,885,072,559
-10% 8,068,295,466,254
10% 5,134,068,101,330
5% 5,641,478,495,025
-5% 0% 6,148,888,888,720
-5% 6,656,299,282,415
-10% 7,163,709,676,110
10% 4,229,482,311,185
5% 4,736,892,704,880
-10% 0% 5,244,303,098,575
-5% 5,751,713,492,270
-10% 6,259,123,885,965
X-5
PT KUTAI ENERGI I
BAB IX. PEMASARAN
X-6
PT KUTAI ENERGI I
BAB IX. PEMASARAN
PY
0%
-5%
0%
-5%
-10%
+10%
+5%
0%
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
2,101,101,124,194
2,252,104,049,233
2,403,106,974,272
1,510,482,258,635
1,661,485,183,673
1,812,488,108,712
-5% Rp 1,963,491,033,751
-10% Rp 2,114,493,958,790
+10% Rp 1,221,869,243,152
O
+5% Rp 1,372,872,168,191
-10% 0% Rp 1,523,875,093,230
-5% Rp 1,674,878,018,269
-10% Rp 1,825,880,943,307
C
X-7
PT KUTAI ENERGI I
BAB IX. PEMASARAN
+10% 61.20%
+5% 63.52%
+10% 0% 65.82%
-5% 68.11%
-10% 70.40%
PY +5%
+10%
+5%
0%
-5%
-10%
56.32%
58.67%
60.99%
63.31%
65.61%
+10% 51.38%
+5% 53.76%
0% 0% 56.12%
O
-5% 58.47%
-10% 60.79%
+10% 46.34%
+5% 48.78%
-5% 0% 51.19%
C
-5% 53.57%
-10% 55.92%
+10% 41.14%
+5% 43.67%
-10% 0% 46.15%
-5% 48.59%
-10% 50.99%
IRR bila biaya produksi naik 10% dan harga jual turun 10% adalah
41.14% dimana lebih tinggi dari suku bunga bank (BI rate berkisar 7,50%).
X-8
PT KUTAI ENERGI I
BAB IX. PEMASARAN
CFn KCFn
PP n
CFn
Dengan : PP = Analisa Periode Pengembalian
n = Tahun ke n
CFn = Cash Flow bulan ke n
KCFn = Kumulatif Cash Flow bulan ke n
+10% 1.77
+5% 1.72
O
+10% 0% 1.66
-5% 1.61
-10% 1.57
+10% 1.90
+5% 1.84
C
+5% 0% 1.78
-5% 1.72
-10% 1.67
+10% 2.06
+5% 1.98
0% 0% 1.91
-5% 1.84
-10% 1.78
+10% 2.28
+5% 2.17
-5% 0% 2.07
-5% 1.99
-10% 1.92
+10% 2.54
+5% 2.41
-10% 0% 2.29
-5% 2.18
-10% 2.08
X-9
PT KUTAI ENERGI I
BAB IX. PEMASARAN
Dengan :
PY
BEP = Break Even Point
n = Produksi tahun ke n
KCFn 1 KCFn
berkut ini :
X-10
PT KUTAI ENERGI I
BAB IX. PEMASARAN
PY
0%
-5%
0%
-5%
-10%
+10%
+5%
0%
3,914,021.30
3,847,868.40
3,781,715.49
5,491,815.55
5,385,809.80
5,279,804.05
-5% 3,987,229.89
-10% 3,917,595.26
+10% 5,696,916.41
O
+5% 5,585,021.45
-10% 0% 5,473,126.50
-5% 5,361,231.55
-10% 5,249,336.59
C
X-11
PT KUTAI ENERGI I
BAB IX. PEMASARAN
di atas.
Analisa kepekaan akan mengambil parameter kenaikan harga jual
batubara sebesar 10% dan penurunan harga jual batubara sebesar 10%,
kemudian kenaikan biaya produksi batubara sebesar 10% dan penurunan
biaya produksi batubara sebesar 10%.
Tabel 10.7. Analisa Kepekaan
PERUBAHAN
Harga Biaya BEP PBP NPV (Rp) IRR
Jual Produksi
+10% 3,787,570.09 1.77 Rp 2,376,321,305,081 61.20%
+5% 3,727,431.09 1.72 Rp 2,527,324,230,120 63.52%
+10% 0% 3,667,292.09 1.66 Rp 2,678,327,155,159 65.82%
-5% 3,607,153.09 1.61 Rp 2,829,330,080,198 68.11%
-10% 3,547,014.08 1.57 Rp 2,980,333,005,236 70.40%
+5%
PY
+10%
+5%
0%
-5%
-10%
+10%
3,910,787.72
3,847,784.95
3,784,782.19
3,721,779.42
3,658,776.66
5,307,224.77
1.90
1.84
1.78
1.72
1.67
2.06
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
2,087,708,289,599
2,238,711,214,638
2,389,714,139,677
2,540,717,064,715
2,691,719,989,754
1,799,095,274,117
56.32%
58.67%
60.99%
63.31%
65.61%
51.38%
+5% 3,980,174.20 1.98 Rp 1,950,098,199,156 53.76%
0% 0% 3,914,021.30 1.91 Rp 2,101,101,124,194 56.12%
O
-5% 3,847,868.40 1.84 Rp 2,252,104,049,233 58.47%
-10% 3,781,715.49 1.78 Rp 2,403,106,974,272 60.79%
+10% 5,491,815.55 2.28 Rp 1,510,482,258,635 46.34%
+5% 5,385,809.80 2.17 Rp 1,661,485,183,673 48.78%
-5% 0% 5,279,804.05 2.07 Rp 1,812,488,108,712 51.19%
C
Dari hasil analisa tersebut diketahui bahwa jika harga jual turun 10
% dan biaya produksi naik 10%, usaha pertambangan batubara PT Kutai
Energi I layak dilakukan peningkatan produksi.
X-12
PT KUTAI ENERGI I
BAB XI. KESIMPULAN
BAB XI KESIMPULAN
XI-1
PT KUTAI ENERGI I
BAB XI. KESIMPULAN
PY
perbandingan antara payback periode maksimum yang ditetapkan
dengan payback periode investasi yang akan direncanakan. Apabila
payback periode yang akan dilaksanakan lebih singkat waktunya
dibandingkan dengan payback periode maksimum yang diisyaratkan
maka investasi itu akan dilaksanakan, akan tetapi apabila sebaliknya
O
maka investasi itu akan ditolak.
8. Batubara di lokasi PT Kutai Energi I tidak memerlukan coal washing
plant dan hanya memerlukan crushing dan screening saja.
C
XI-2
PT KUTAI ENERGI I
BAB XI. KESIMPULAN
PY
tertambangnya (recovery 85%) adalah 51.684.776,20 MT (Nilai
Kalori : 5.323 – 6.319 Kcal/kg (adb) dan Overburden sebesar
509.506.047,70 BCM. Topografi daerah penyelidikan merupakan
perbukitan bergelombang dan dataran, lapisan penutup batubara
yang relatif keras sehingga perlu diadakan peledakan dan
O
penambangan secara terbuka dapat dilakukan.
- Luasan penambangan tahun ke 1 hingga tahun ke 8 adalah : ±
1,105.89 Ha. Peralatan yang akan digunakan untuk penambangan
C
XI-3
PT KUTAI ENERGI I
BAB XI. KESIMPULAN
PY
pelabuhan menggunakan area milik PT Kutai Energi I sendiri.
O
C
XI-4