Anda di halaman 1dari 192

PT KUTAI ENERGI I

BAB I. PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


PT Kutai Energi I merupakan perusahaan swasta nasional yang
bergerak dalam industri pertambangan dan energi dan telah melakukan
kegiatan eksplorasi berdasarkan pada Surat Keputusan Bupati Kutai
Kartanegara No 540/1340/KP-Er/DPE-IV/XI/2006, tentang pemberian
Kuasa Pertambangan Ekplorasi (KW.KTN 2006 1340 Er) yang berlokasi di
Desa Batuah dan Desa Tani Harapan Kecamatan Loa Janan, serta Desa
Teluk Dalam Kecamatan Muara Jawa, Kabupaten Kutai Kartanegara,
PY
Propinsi Kalimantan Timur dengan luas areal sebesar 4.461 Ha.
PT Kutai Energi I telah melakukan kegiatan penambangan dengan
sistem tambang (surface mining) terbuka berdasarkan surat izin usaha
pertambangan operasi produksi No. 540/007/IUP-OP/MB-PBAT/IV/2009
tanggal 9 Juni 2009. Wilayah Ijin Usaha Pertambangan PT Kutai Energi I
O
berdasarkan Peta Kawasan Hutan Provinsi Kalimantan Timur (Lampiran
surat Kepala BPKH Wilayah IV nomor : S.845/BPKH IV-2/2014 tanggal 21
Oktober 2014 bahwa seluruhnya masuk dalam Areal Penggunaan Lain
C

(APL) tidak dibebani izin pemanfaatan dan penggunaan kawasan hutan.


Kegiatan eksplorasi detail terus dilakukan oleh PT Kutai Energi I
seiring dengan kegiatan penambangan. Hal ini guna meyakinkan dan
memperjelas cadangan yang telah ditemukan pada waktu itu, dan juga
dalam rangka mendapatkan tambahan cadangan pada lokasi/daerah
prospek.
Kegiatan eksplorasi PT Kutai Energi I terus dilakukan dengan cara
penambahan pemboran eksplorasi, pengkajian ulang model geologi,
sebaran cadangan batubara dan pemboran geoteknik untuk mengambil
sample batuan yang akan diuji serta dimaksudkan untuk mengetahui
perlapisan batuan yang berada lebih dalam, dan lainnya. Hasil eksplorasi

I-1
PT KUTAI ENERGI I
BAB I. PENDAHULUAN

ini untuk mengetahui potensi bahan galian batubara yang belum


terekspose pada waktu eksplorasi sebelumnya.
Cadangan PT Kutai Energi I pada Laporan Studi Kelayakan
terdahulu, yakni tahun 2009, disebutkan memiliki cadangan terbukti
sebesar 11.280.000 MT, dengan overburden sebesar 150.609.714 BCM,
sehingga Stripping Ratio-nya adalah 11,15 : 1. Sedangkan rencana
produksi di awal penambangan 240.000 MT/tahun dan akan ditingkatkan
hingga puncak produksi yakni 600.000 MT/tahun.
Kegiatan produksi batubara PT Kutai Energi I telah dilaksanakan
sejak tahun 2010 hingga saat ini. Adapun total realisasi produksi sampai
dengan tahun 2014 adalah 2.165.646 MT.

PY
Kutai Energi I terus melakukan kegiatan pemboran pada lima blok,
dengan jumlah titik bor mencapai 3.497 titik, dengan total kedalaman
253.701,78 meter. Berdasarkan hasil pemboran eksplorasi tersebut
tersebut ditemukan cadangan terbukti yang baru sebesar 51.684.776,20
MT dengan Overburden 509.506.047,70 BCM.
O
Dengan adanya penemuan cadangan terbukti yang baru sebesar
51.684.776,20 MT, dan rencana peningkatan produksi dari 600.000
MT/tahun menjadi 2.000.000 MT/tahun sampai dengan produksi maksimal
C

3.500.000 MT/tahun, maka dengan ini PT Kutai Energi I membuat Revisi


dokumen Laporan Eksplorasi dan Revisi Dokumen Studi Kelayakan,
berdasarkan data-data eksplorasi yang terbaru.

1.2. Maksud dan Tujuan


Maksud dari studi kelayakan ini adalah untuk mengetahui
Kelayakan usaha penambangan batubara PT Kutai Energi I. Hal ini untuk
menghindari resiko kerugian, memudahkan perencanaan, memudahkan
pelaksanaan pekerjaan, memudahkan pengawasan dan memudahkan
pengendalian.
Sedangkan tujuan dari studi kelayakan ini adalah untuk membuat
perencanaan tambang, meliputi Master Plan termasuk pengelolaan
(penggalian, pengangkutan, pengolahan, penumpukan, pemasaran dan

I-2
PT KUTAI ENERGI I
BAB I. PENDAHULUAN

pemanfaatan batubara), rencana pemantauan dan pengolahan lingkungan


serta keselamatan dan kesehatan kerja (K-3), sarana dan prasarana
penunjang yang diperlukan, dimana akan dikaji kelayakannya secara
teknis maupun ekonomi.

1.3. Ruang Lingkup dan Metode Studi


1.3.1. Ruang Lingkup
Ruang lingkup studi kelayakan rencana penambangan batubara di
daerah ini adalah :
1. Aspek studi laporan eksplorasi yang mencakup lokasi dan
kesampaian daerah, keadaan topografi dan morfologi, kondisi

PY
sosial ekonomi dan juga mencakup aspek teknis antara lain
geologi, pemboran, sumur uji/parit uji, topografi, perhitungan
cadangan dan stripping ratio.
2. Aspek studi rencana penambangan.
3. Aspek studi perencanaan pengolahan batubara termasuk juga
pengangkutan dan penimbunan yang meliputi jenis dan
O
kapasitas tempat penimbunan (stockpile).
4. Aspek studi lingkungan yang mencakup dampak positif dan
negatif dari penambangan, upaya pemantauan lingkungan serta
C

upaya pengelolaan lingkungan pada saat dan setelah


penambangan, juga yang tidak kalah penting adalah aspek
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K-3).
5. Aspek studi organisasi dan tenaga kerja.
6. Aspek studi perencanaan infrastruktur tambang.
7. Aspek studi pemasaran batubara.
8. Aspek studi analisa kelayakan ekonomi.

1.3.2. Metode Studi


Metode studi yang digunakan dalam penyusunan studi kelayakan
ini meliputi :

I-3
PT KUTAI ENERGI I
BAB I. PENDAHULUAN

1. Metode studi yang pertama adalah dengan mengevaluasi hasil


kegiatan eksplorasi meliputi perhitungan cadangan,
penyebaran batubara, pemilihan metode penambangan,
penentuan umur tambang sesuai target produksi per bulan /
tahun, pembuatan peta desain tambang, perhitungan cadangan
dan perhitungan stripping ratio.
2. Metode studi yang kedua adalah dengan merencanakan
penambangan dengan menghitung kebutuhan unit alat berat,
kebutuhan bahan bakar dan pelumas, perencanaan bukaan
tambang dan target per produksi per pit, per bulan dan per
tahun.

PY
3. Metode studi yang ketiga adalah dengan merencanakan
pengolahan batubara mulai dari tambang sampai stockpile,
termasuk didalamnya aspek pengangkutan dan penimbunan,
merencanakan berapa luasan stockpile, bagaimana peralatan
pengolahannya dan konstruksi jetti.
O
4. Metode studi yang keempat adalah dengan memperkirakan
dampak lingkungan yang akan timbul dan bagaimana cara
menanggulangi dan mengatasi dampak lingkungan negatif
C

yang akan timbul dari kegiatan penambangan, termasuk


didalam studi juga perencanaan K-3 yang meliputi aspek
perlindungan tenaga kerja dari kecalakaan kerja dengan
menyediakan peralatan K-3.
5. Metode studi yang kelima adalah dengan mengevaluasi dan
merencanakan kebutuhan tenaga kerja yang akan direkrut,
termasuk kualifikasinya. Metode studi yang keenam adalah
dengan mengevaluasi dan merencanakan kebutuhan infra
struktur tambang yang didalamnya termasuk bangunan kantor,
mess, workshop, kantin, jalan tambang dan sebagainya yang
merupakan sarana penunjang tambang.

I-4
PT KUTAI ENERGI I
BAB I. PENDAHULUAN

6. Metode studi yang ketujuh yaitu dengan melakukan kajian


pemasaran dengan malakukan pemantauan harga batubara,
pemantauan permintaan batubara dan perkembangan
konsumsi baik dalam negeri maupun luar negeri.
7. Metode studi yang terakhir adalah melakukan kajian kelayakan
ekonomi yang bertujuan untuk menghitung jenis dan kebutuhan
investasi (capital cost), menghitung biaya operasi (operating
cost), dan biaya lainnya (corporate tax, royalty and others) serta
menilai kelayakan penambangan batubara secara ekonomis
untuk berbagai alternatif pola kerja yang telah ditentukan antara
lain dengan analisis finansial yang meliputi sumber pembiayaan

PY
proyek dengan menggunakan dana sendiri dan atau pinjam
bank, perhitungan analisis ekonomi dengan menggunakan
konsep aliran kas diskonto (discounted cash flow analysis),
untuk alternatif pekerjaan penambangan dikerjakan sendiri
yang mencakup, perhitungan jenis, jadwal dan kebutuhan
O
investasi (capital cash) perhitungan biaya operasi
penambangan (operating cost), perhitungan biaya lain-lain
(other cost), perhitungan aliran kas diskonto sebelum dan
C

sesudah pajak. Sedangkan metode yang digunakan untuk


penentuan kelayakan proyek adalah menggunakan analisis IRR
(Internal Rate of Return), NPV (Net Present Value) dan PP
(Payback Period). Selain itu juga digunakan analisis sensitivitas
dengan menggunakan perubahan variabel harga, biaya
operasi, suku bunga dan nilai tukar.

1.4. Pelaksanaan Studi


Pelaksanaaan studi kelayakan ini dimulai sejak bulan Oktober 2014
sampai dengan Maret 2015 Beberapa Rincian kerja yang telah
dijadwalkan (Tabel 1.1.) seperti :
 Evaluasi Cadangan

I-5
PT KUTAI ENERGI I
BAB I. PENDAHULUAN

 Evaluasi Penyebaran Batubara


 Pemilihan Metode Penambangan
 Evaluasi Umur Tambang
 Evaluasi Perhitungan Stripping Ratio
 Evaluasi Pemakaian Alat Berat
 Penentuan Lokasi Sarana dan Prasarana Pelabuhan
 Pemantauan Harga Batubara
 Pemantauan Permintaan Batubara
 Studi Investasi, Pembuatan Cash Flow
 Analisa Kelayakan dan Pembuatan Laporan

Direktur
PY
Team penyusun Studi Kelayakan sebagai berikut :
Nama Perusahaan : CV. Mine Tech Consultant
: Sundek Hariyadi, ST, MT.
Ahli Tambang : Ir. Tri Budi Amperadi, MT. (Ketua TIM)
Ahli Ekonomi : Hasruliansyah, SE., ME
O
Ahli Tanah : Ir. Agus Sarjono, MP
Ahli Geologi Teknik : Ivan Bahder, SSi
Ahli Sosekbudkesmas : Mery Darviyani, SP.
C

Ahli Geologi : Tuah Kurniawan Tarigan, A. Md


: Muhammad Al Ka’ab, A. Md

I-6
PT KUTAI ENERGI I
BAB I. PENDAHULUAN

1.5. Jadwal Waktu Studi


Tabel 1.1. Jadwal Waktu Studi Kelayakan
Okt-14 Nov-14 Des-14 Jan-15 Feb-15 Mar-15
No Rincian Kerja
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Evaluasi Cadangan
2 Evaluasi Penyebaran Batubara

PY
3 Pemilihan Metode Penambangan
4 Evaluasi Umur Tambang
5 Evaluasi Perhitungan Stripping ratio
6 Evaluasi Pemakaian Alat Berat
Penentuan Lokasi Sarana dan Prasarana
7 Pelabuhan
8 Pemantauan Harga Batubara
9
10
11
12
Pemantauan Permintaan Batubara
Studi Investasi
Analisa Kelayakan
Pembuatan Cash Flow
O
C
13 Pembuatan Laporan

I-7
PT KUTAI ENERGI I
BAB II. KEADAAN UMUM

BAB II KEADAAN UMUM

2.1. Lokasi dan Luas Wilayah Penyelidikan


PT Kutai Energi I telah melakukan kegiatan penambangan di
wilayah Desa Batuah dan Desa Tani Harapan Kecamatan Loa Janan
serta Desa Teluk Dalam Kecamatan Muara Jawa dengan sistem tambang
terbuka (surface mining) berdasarkan Surat Izin Usaha Pertambangan
Operasi Produksi No. 540/007/IUP-OP/MB-PBAT/IV/2009 tanggal 9 Juni
2009. Wilayah Ijin Usaha Pertambangan PT Kutai Energi I berdasarkan
Peta Kawasan Hutan Provinsi Kalimantan Timur (Lampiran Surat Kepala
PY
BPKH Wilayah IV nomor : S.845/BPKH IV-2/2014 tanggal 21 Oktober
2014 bahwa seluruhnya masuk dalam Areal Penggunaan Lain (APL) tidak
dibebani izin pemanfaatan dan penggunaan kawasan hutan.
Tabel 2.1. Titik koordinat IUP Eksplorasi PT Kutai Energi I

Garis Bujur Garis Lintang


No
O
o o
‘ “ ‘ “
1 117 5 30 0 45 00
2 117 12 00 0 45 00
3 117 12 30 0 47 00
C

4 117 5 00 0 47 00
Sumber : SK Bupati No. No. 540/007/IUP-OP/MB-PBAT/IV/2009 tentang pemberian Ijin
Usaha Pertambangan Operasi Produksi

II-1
PT KUTAI ENERGI I
BAB II. KEADAAN UMUM

Gambar 2.1. Peta Kesampaian Daerah

PY
O
C

II-2
PT KUTAI ENERGI I
BAB II. KEADAAN UMUM

Daerah telitian terletak di Desa Batuah dan Desa Tani Harapan


Kecamatan Loa Janan, serta Desa Teluk Dalam Kecamatan Muara Jawa
Kabupaten Kutai Kartanegara, Propinsi Kalimantan Timur.
Wilaya Izin Usaha Pertambangan PT Kutai Energi I dapat ditempuh
menggunakan kendaraan roda dua maupun roda empat, melalui Jalan
Soekarno-Hatta yang menghubungkan Samarinda dan Balikpapan.
Selanjutnya sampai di Desa Tani Harapan masuk melalui jalan PT Kutai
Energi I menuju site. Wilayah Izin Usaha Pertambangan PT Kutai Energi
I apabila ditempuh dari Kota Samarinda jaraknya sekitar 35 Km.

2.2. Keadaan Lingkungan

Dalam PY
2.2.1. Komponen Sosial, Ekonomi, dan Budaya Masyarakat
kaitannya dengan dampak terhadap komponen
sosekbudkesmas yang akan terjadi, dalam studi ini akan dikaji rona awal
komponen sosial ekonomi, budaya serta kesehatan masyarakat dalam
rangka memudahkan dalam menganalisis perubahan sosial ekonomi,
budaya serta kesehatan masyarakat dimasa yang akan datang. Adapun
O
uraian mengenai kondisi tersebut dapat dilihat pada uraian berikut.
1. Demografi/Kependudukan
Berdasarkan data monografi desa tahun 2013 diketahui jumlah
C

penduduk di lokasi studi berkisar antara 936 - 8.338 jiwa dengan tingkat
kepadatan berkisar antara 2 – 171 jiwa/Km2. Desa Teluk Dalam
merupakan desa dengan tingkat kepadatan penduduk terendah yakni 2
jiwa/km2, sedangkan Desa Tani Harapan adalah desa dengan tingkat
kepadatan tertinggi yakni 171 jiwa/km2. Menurut kriteria tingkat kepadatan
penduduk yang ditetapkan oleh BPS pada tahun 1999, desa dan
kelurahan di lokasi studi termasuk dalam kategori tidak padat karena
dihuni < 200 jiwa/Km2.Gambaran keadaan penduduk dapat dilihat pada
tabel berikut ini.

II-3
PT KUTAI ENERGI I
BAB II. KEADAAN UMUM

Tabel 2.2. Keadaan Penduduk di Lokasi Studi.

Luas Jumlah Penduduk (Jiwa) Sex Kepadatan


Nama Desa Kriteria
(Km2) Lk Pr Jumlah Ratio (Jiwa/Km2)
Tidak
Tani Harapan 11,6252 1.006 982 1.988 102 171
padat
Tidak
Teluk Dalam 358,88 516 420 936 122 2
padat
Tidak
Batuah 84,7 4.224 4.114 8.338 102 98
padat
Sumber : Monografi Desa, 2014

Keterangan : Lk (Laki-laki) dan Pr (Perempuan)


Kriteria kepadatan penduduk menurut BPS tahun 1999 :
1. Tidak padat, jika jumlah penduduk < 200 jiwa/Km2

PY
2. Sedang, jika jumlah penduduk 200-400 jiwa/Km2
3. Padat, jika jumlah penduduk > 400 jiwa/Km2
Sex ratio menggambarkan perbandingan jumlah penduduk laki-laki
dalam setiap 100 jiwa penduduk perempuan. Berdasarkan hasil analisis
data monongrafi tahun 2013, diketahui bahwa sex ratio di lokasi studi
berkisar antara 102 – 122, yang artinya dalam setiap 100 jiwa penduduk
O
perempuan terdapat 102 – 122 jiwa penduduk laki-laki.
a. Struktur Penduduk Berdasarkan Umur
Berdasarkan klasifikasi umur, penduduk dibedakan menjadi
C

dua kelas yakni penduduk tidak produktif (0 – 18 tahun dan > 55


tahun) serta penduduk produktif (19 – 55 tahun).
Jika melihat komposisi penduduk berdasarkan kelompok
umurnya, diketahui bahwa penduduk yang masuk dalam kelompok
umur produktif (19 – 55 tahun) lebih dominan dari pada penduduk
yang masuk dalam kelompok umur tidak produktif (0 – 18 tahun
dan > 55 tahun). Dominasi penduduk usia produktif pada suatu
daerah menjadikan beban ketergantungan antara penduduk tidak
produktif terhadap penduduk produktif menjadi semakin kecil. Hal
tersebut tentunya berimplikasi positif terhadap pendapatan

II-4
PT KUTAI ENERGI I
BAB II. KEADAAN UMUM

keluarga yang bersangkutan. Secara rinci jumlah penduduk


berdasarkan kelompok umurnya dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 2.3. Struktur Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur
Kelompok Umur (tahun)
Lokasi Jumlah
0 – 18 19 – 55 >55
Tani Harapan 718 1.114 156 1.988
Teluk Dalam *) *) *) *)
Batuah 1.231 6.550 557 8.338
Sumber : Monografi Desa, 2014

b. Struktur Penduduk Berdasarkan Pendidikan


Aspek kependudukan khususnya kualitas SDM memiliki
peran yang sangat penting dalam progesifitas suatu daerah. Hal ini
terkait PY
erat dengan keberhasilan pembangunan
pendidikan. SDM yang berkualitas merupakan modal utama bangsa
dalam menjalankan pembangunan. Salah satu faktor penunjang
di bidang

terbentuknya SDM yang berkualitas adalah tingkat pendidikan.


Oleh karena itu, semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang
O
diasumsikan SDM orang yang bersangkutan akan semakin
berkualitas. Berdasarkan data monografi tahun 2013, diketahui
bahwa tingkat pendidikan sebagian kecil penduduk di lokasi studi
C

saat ini dapat dikatakan sangat baik karena telah menempuh


pendidikan setingkat perguruan tinggi. Dengan semakin
meningkatnya kesadaran penduduk akan pentingnya pendidikan,
diprakirakan pada tahun-tahun mendatang tidak lagi terdapat
penduduk yang putus sekolah maupun tidak sekolah.
Berdasarkan data monografi tahun 2013, saat ini masih
terdapat penduduk yang putus sekolah dan tidak pernah
bersekolah, kelompok ini umumnya adalah orang tua dan lansia.
Data tingkat pendidikan penduduk secara umum dapat dilihat pada
tabel berikut.

II-5
PT KUTAI ENERGI I
BAB II. KEADAAN UMUM

Tabel 2.4. Tingkat Pendidikan Penduduk

Lokasi
Tingkat Pendidikan
Tani Harapan Teluk Dalam Batuah
Belum sekolah, tidak sekolah dan/atau
tidak tamat SD 430 *) 2.113
SD 808 120 3.487
SLTP 373 40 1.533
SMU 347 80 980
Perguruan Tinggi 30 10 225
Total 1.988 936 8.338
Sumber : Monografi Desa, 2013
*) : Tidak Ada Data

Salah satu keberhasilan pembangunan dibidang pendidikan

PY
adalah meningkatnya warga yang memiliki tingkat keterampilan
dasar seperti membaca dan menulis. Kurang/tidak berhasilnya
pembangunan bidang pendidikan pada suatu daerah selain berasal
dari masyarakatnya sendiri juga dapat berasal dari keterbatasan
sarana dan prasarana pendidikan yang tersedia, tenaga pengajar
O
dll. Berdasarkan data monografi tahun 2013, diketahui bahwa
prasarana pendidikan di lokasi studi yakni keberadaan bangunan
hingga jenjang SLTP telah tersedia meskipun dapat dikatakan
C

masih minim fasilitas. Bahkan pada Desa Batuah telah tersedia


prasarana pendidikan hingga jejang SMU.

2. Perekonomian
a. Mata Pencaharian
Mata pencaharian penduduk di Desa Tani Harapan dan
Batuah sebagian besar merupakan petani termasuk buruh tani,
sedangkan mata pencaharian penduduk di Desa Teluk Dalam dan
Kelurahan Jawa didominasi oleh karyawan swasta. Adanya
perubahan terhadap orientasi pekerjaan yang diminati seperti
menjadi karyawan swasta dan berwiraswasta di bidang
perdagangan dan jasa terutama dipicu oleh semakin banyaknya

II-6
PT KUTAI ENERGI I
BAB II. KEADAAN UMUM

perusahaan tambang yang beroperasi di sekitar desa. Hal ini


diketahui dari adanya peningkatan jumlah pekerja swasta dari
tahun ke tahun. Jenis mata pencaharian lain yang masih dilakukan
oleh penduduk adalah PNS, peternak, nelayan, dan lain-lain.
Tabel 2.5. Mata Pencaharian Penduduk
Tani Teluk
Mata Pencaharian Batuah
Harapan Dalam
Petani 457 85 2.388
Karyawan/Buruh swasta 249 300 336
PNS dan Honorer 17 9 150
Wiraswasta/ Pedagang 837
PTT 102
Pertukangan 5 12
TNI/POLRI
Jasa Medis
Pengrajin
Montir
Peternak
Perawat
PY 3
2
1
15
21

Dukun kampung 3
Bidan 2
O
Supir
Penjahit
Nelayan 22
Lain-lain 2
C

Sumber : Monografi Desa, 2014


*) : Jumlah Tidak Diketahui

b. Sarana Perekonomian
Berdasarkan pengamatan di lapangan terlihat bahwa
kegiatan perekonomian masyarakat lokal masih berorientasi pada
pemenuhan kebutuhan pokok (basic need oriented). Transaksi
ekonomi sehari-hari umumnya terjadi warung/kios/toko karena
hanya jenis prasarana tersebut yang cukup mudah ditemui di
seluruh desa. Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari penduduk
juga memanfaatkan pasar serta jasa pedagang keliling. Hasil
kegiatan pertanian, peternakan dan perikanan selain dikonsumsi

II-7
PT KUTAI ENERGI I
BAB II. KEADAAN UMUM

sendiri juga dijual kepada pengumpul, koperasi atau dijual secara


langsung jika hasilnya berlebih.

Tabel 2.6. Jenis Sarana dan Prasarana Perekonomian di Lokasi Studi


Teluk
Jenis Sarana Tani Harapan Batuah
Dalam
Pasar 2 *)) 3
Bank *))
Koperasi
6 *))
simpan pinjam/
Perkreditan
*))
rakyat
Warung/kios/
22 *)) 24
toko
KUD *)) 1
KSU PY
Sumber : Monografi Desa 2013
*)) : Tidak Ada Data
*)) 4

3. Fasilitas Umum
Fasilitas umum merupakan sarana yang dapat digunakan oleh
O
setiap penduduk, baik untuk perseorangan maupun kelompok untuk
berolahraga, bermusyawarah, beribadah, menggelar acara kesenian dan
lain-lain. Dari jenis sarana yang tersedia dapat dikatakan bahwa saat ini
C

keberadaan sarana umum telah memadai terkecuali untuk prasarana


pendidikan setingkat SMU serta prasarana kesehatan.
Tabel 2.7. Fasilitas Umum di Lokasi Studi
Tani Teluk
Jenis Prasarana Batuah
Harapan Dalam
1. Fasilitas Keagamaan
– Masjid 5 1 19
– Mushola 3 6
– Gereja
– Pura
2. Fasilitas Pendidikan
– TK/KB 2 1 3
– TPA 12
– SD 3 1 9

II-8
PT KUTAI ENERGI I
BAB II. KEADAAN UMUM

Tabel 2.7. Lanjutan


Tani Teluk
Jenis Prasarana Batuah
Harapan Dalam
– SLTP 1 1 2
– SMU/SLTA 2
– Lembaga Pendidikan
Keagamaan
3. Fasilitas Pemerintahan
– Kantor Desa 1 1 1
– Gedung PKK 1 1
– Kantor LPM 1 1 1
– Kantor BPD 1 1 1
– Balai Pertemuan 1 1 1
4. Fasilitas Kesehatan

– PosyanduPY
– Puskesmas/Pusban

– Praktek bidan dll


5. Fasilitas Olah Raga
– Lapangan Sepak
1
3
1
2
1
10

Bola 4 8
– Lapangan Bola Volly 2 10
– Lapangan Basket
O
– Lapangan Bulu
Tangkis 4 10
– Lapangan Tenis Meja 1
Sumber : Monografi Desa, 2013
C

4. Sosial Budaya
a. Adat Istiadat
Data dan informasi mengenai adat istiadat masyarakat
setempat perlu diketahui. Hal tersebut terkait dengan penyelesaian
konflik jika hal tersebut terjadi di masyarakat. Berdasarkan hasil
wawancara pada masyarakat disekitar lokasi studi diketahui bahwa
lokasi studi dihuni oleh para pendatang dari suku Bugis dan suku
Jawa.

II-9
PT KUTAI ENERGI I
BAB II. KEADAAN UMUM

b. Proses Sosial
1. Proses Asosiatif
Proses sosial dapat diartikan sebagai hubungan timbal
balik antara individu dengan individu, antara individu dengan
kelompok dan antara kelompok dengan kelompok, berdasarkan
potensi dan kekuasaan masing-masing. Proses sosial atau
hubungan timbal balik dapat terjadi dalam berbagai bentuk,
yaitu kerjasama (cooperation), persaingan (competition),
pertikaian atau pertentangan (conflict) dan akomodasi
(acomodation).
Sesuai dengan hasil analisis studi lapangan, sebagian

PY
besar penduduk (88,57%) menyatakan telah tinggal di lokasi
studi lebih dari 5 tahun dengan lingkungan tempat tinggal yang
menyenangkan karena selain dekat dengan tempat kerja,
hubungan antar tetangga juga terjalin dengan baik. Dengan
demikian dapat dikatakan bahwa proses sosial tersebut sudah
O
berlangsung cukup lama sehingga proses kerjasama dan
tolong menolong mewarnai hubungan sosial penduduk. Kondisi
tersebut didukung oleh seringnya mereka mengadakan
C

kegiatan bersama-sama seperti kerja bakti membersihkan


lingkungan, arisan dan yasinan.

2. Permasalahan Sosial
Munculnya permasalahan sosiologis (sosiological
problem) akibat kurangnya komunikasi antara penduduk
setempat dengan pendatang atau adanya permasalahan yang
mendasar perlu diwaspadai karena dapat menimbulkan
dampak negatif dalam jangka panjang.
Berdasarkan hasil studi lapangan diketahui menurut
responden cara penyelesaian yang terbaik bila terjadi konflik
antara masyarakat dengan pemrakarsa, (74,28%) responden

II-10
PT KUTAI ENERGI I
BAB II. KEADAAN UMUM

memilih musyawarah secara kekeluargaan dan damai untuk


mencapai mufakat dan (25,72%) responden memilih cara
penyelesaian yang terbaik bila terjadi konflik dengan melibatkan
pemerintah desa dan atau kecamatan dalam menyelesaikan
masalah tersebut.
Gangguan keamanan di lokasi studi selama kurun waktu
satu tahun terakhir relatif sangat kecil. Apabila terjadi
perselisihan, pada umumnya dapat diselesaikan dengan baik
secara kekeluargaan.
3. Pranata Sosial/Lembaga Kemasyarakatan
Dalam bidang pemerintahan kegiatan kemasyarakatan

PY
yang tumbuh mendukung kegiatan pemerintahan adalah BPD,
LPM, PKK, dalam dibidang sosial masyarakat terdapat
kelompok Karang Taruna. Dalam bidang keagamaan terdapat
kelompok Ikatan Remaja Masjid (IRMA).

2.3. Iklim dan Curah Hujan


O
Iklim adalah keadaan cuaca rata-rata dalam waktu satu tahun yang
penyelidikannya dilakukan dalam jangka waktu yang lama (minimal 30
tahun) dan meliputi wilayah yang luas.
C

Curah hujan adalah jumlah air hujan yang turun pada suatu daerah
dalam waktu tertentu atau tinggi air hujan (mm) yang diterima permukaan
sebelum mengalami aliran permukaan, penguapan dan peresapan.
Berdasarkan data curah hujan dari Stasiun Pengamatan dan
Pemantauan curah hujan di site PT Kutai Energi I, bahwa curah hujan
rata-rata pada setiap tahunnya adalah sebesar 190 mm, sedangkan curah
hujan bulanan tertinggi terjadi pada bulan maret Tahun 2011 yaitu adalah
347,5 mm, hal ini dikarenakan pada bulan tersebut merupakan puncak
terjadinya musim hujan. Sedangkan curah hujan bulanan terendah terjadi
bulan September pada Tahun 2009 yakni sebesar 1 mm. Untuk curah
hujan tahunan tertinggi terjadi pada tahun 2011 yaitu sebesar 2965 mm

II-11
PT KUTAI ENERGI I
BAB II. KEADAAN UMUM

dan curah hujan tahunan terendah terjadi pada tahun 2009 yaitu sebesar
1649 mm.
Tabel 2.8. Curah Hujan di sekitar IUP PT Kutai Energi I
Periode 2006 - 2014
YEAR/
JAN FEB MAR APR MAY JUN JUL AUG SEP OCT NOV DEC TOTAL
MONTH
2006 188.5 87.5 189 229 166 234 170 275 65 54 108.5 140 1906.5
2007 369 231 318 297 453 69 53 53 81 176 92 179 2371
2008 197 154 208 246 91 97 151 106 125 243 334 226 2177
2009 134 136 259 205 179 75 73 69,0 1 168 201 219 1649
2010 217 217 192 224 197 168 252 204 208 280 208 203 2570
2011 349.5 347.5 412.5 232.2 325.0 165.0 136.5 64.0 270.0 85.0 186.0 392.0 2965
2012 299.0 162.0 236.5 327.0 198.5 65.0 150.0 96.0 123.0 63.0 97.0 110.0 1927
2013 238.5 222.0 409.0 269.0 277.6 195.0 139.3 114.0 82.2 207.1 226.3 202.5 2583
2014
Total/mth
AVERAGE
Max
200.9
2193
244
369
Sumber
1557
195
347.5
:
PY
2224
278
412.5
2030
254
327
1887
236
453.2
1067
133
234
1125
141
252
912
130
275
956
119
270
1276

Stasiun Meteorologi dan Geofisika Bandara Temindung Samarinda


159
280
1452
181
333.5
1671
209
392
18148
190
2965.2

(2014)
Keterangan : BB = Bulan Basah (Curah Hujan > 100 mm
BL = Bulan Lembab (Curah Hujan 60 mm – 100 mm)
O
BK = Bulan Kering (Curah Hujan < 60 mm)

Pengklasifikasian iklim di wilayah PT Kutai Energi I didasarkan


pada klasifikasi iklim menurut Schmidt-Ferguson berdasarkan jumlah rata-
C

rata bulan basah dan bulan kerring. Bulan basah adalah bulan dengan
rata-rata curah hujan dalam satu bulan kurang dari 60 mm/bln. Sedangkan
bulan basah adalah bulan dengan rata-rata curah hujan dalam sebulan
lebih dari 100mm/bln. Curah hujan rata-rata perbulan 60-100mm/bln
diabaikan.
Rata  rata bulan kering
Q  100 %
Rata - rata bulan basah
Tabel 2.9. Klasifikasi Iklim Schmidt dan Ferguson
Tipe Iklim Nilai Q (%) Keadaan Iklim dan Vegetasi
Daerah sangat basah, hutan hujan
A < 14,3
tropika
B 14,3 – 33,3 Daerah basah, hutan hujan tropika
Daerah agak basah, hutan rimba, daun
C 33,3 – 60,0
gugur pada musim kemarau

II-12
PT KUTAI ENERGI I
BAB II. KEADAAN UMUM

Tabel 2.9. Lanjutan


Tipe Iklim Nilai Q (%) Keadaan Iklim dan Vegetasi
D 60,0 – 100,0 Daerah sedang, hutan musim
E 100,0 – 167,0 Daerah agak kering, hutan sabana
F 167,0 – 300,0 Daerah kering, hutan sabana
G 300,0 – 700,0 Daerah sangat kering, padang ilalang
H > 700,0 Daerah ekstrim kering, padang ilalang

Berdasarkan data curah hujan tersebut diperoleh Rata-Rata Bulan


Kering 0,44 mm sementara Rata-Rata Bulan Basah sebesar 7,22 mm.
Maka nilai indeks Q sebesar 6,15%. Dari nilai indeks tersebut maka dapat
disimpulkan bahwa daerah telitian masuk dalam Tipe A pada Klasifikasi
Iklim Schmidt dan Ferguson yaitu kategori daerah sangat basah.

PY
Dengan asumsi bahwa karakteristik hujan di wilayah penambangan
batubara PT Kutai Energi I mirip dengan karakteristik hujan yang
ditunjukkan di Stasiun Samarinda, maka pengaruh hujan terhadap
kegiatan penambangan adalah sebagai berikut :
a. Pengaruh pada kinerja operasi penambangan
Tingginya curah hujan serta hari hujan jelas akan mempengaruhi
O
secara langsung kinerja operasi penambangan. Banyak waktu kerja
yang hilang akibat hujan, yang patut mendapat perhatian adalah
penentuan rencana produksi bulanan yang disesuaikan dengan
C

karakteristik hujan bulanan yang bersangkutan. Hal ini bersangkutan


dengan target produksi tahunan yang akan dicapai.
b. Pengaruh pada rancangan sarana penirisan/penyaliran tambang
Pengaruh bahwa tambang akan berbentuk pit, tingginya curah hujan
berarti tingginya debit dan volume limpasan yang masuk ke dalam pit.
Jika sarana penirisan/penyaliran dan kolam penampungan (settling
pond) tidak dirancang dengan benar sehingga kapasitas di dalam pit
tidak cukup menangani air limpasan maka pit akan tergenang air,
operasi penambangan akan terhenti. Oleh karena itu analisa intensitas
hujan akan menghasilkan rekomendasi yang akan digunakan sebagai

II-13
PT KUTAI ENERGI I
BAB II. KEADAAN UMUM

parameter rancangan sistem penirisan/penyaliran dan kolam settling


pond.

2.4. Flora dan Fauna


Secara umum Lahan daerah penyelidikan sebagian terdiri atas
semak belukar – tanaman hutan sekunder dengan beberapa sisa tegakan
berupa ulin, meranti dan beberapa jenis kayu lain dan sebagian
merupakan tanaman masyarakat.

Jenis flora yang terdapat pada lokasi survey adalah berupa pohon
pisang, jengkol, karet, lada, durian, lai dan nangka, sedangkan Fauna
yang ada dibedakan menjadi 2 (dua) macam yaitu fauna liar seperti

PY
payau, babi hutan, burung kacer, jangkrik, kupu-kupu, nyamuk, capung,
ular, biawak, kancil, kura-kura, buaya, kera dan fauna piaraan seperti
kambing, sapi, kerbau, anjing, kucing, ayam, dll.

2.5. Tata Guna Lahan


O
Sebagian besar WIUP PT Kutai Energi I merupakan daerah hutan
belukar, sedangkan sisanya digunakan penduduk setempat untuk lahan
perkebunan Sedangkan daerah perbukitan merupakan areal lahan
C

perkebunan seperti pisang, buah naga, sahang, dan lain sebagainya.


Berdasarkan Klarifikasi Lahan dari Direktorat Jenderal Planologi
Kehutanan Balai Pemantapan Kawasan Hutan Wilayah IV (Departemen
Kehutanan) Samarinda nomor : S.845/BPKH IV-2/2014 tanggal 21
Oktober 2014 bahwa seluruhnya masuk dalam Areal Penggunaan Lain
(APL) tidak dibebani izin pemanfaatan dan penggunaan kawasan hutan.

II-14
PT KUTAI ENERGI I
BAB II. KEADAAN UMUM

Gambar 2.2. Klarifikasi BPKH

PY
O
C

II-15
PT KUTAI ENERGI I
BAB II. KEADAAN UMUM

2.6. Pembebasan Lahan


Kegiatan pembebasan lahan dilakukan dengan ganti rugi atas
tanah dan tanam tumbuh pada lahan masyarakat yang terkena kegiatan
penambangan. Dalam pembebasan lahan ini, hanya akan dilakukan pada
lahan yang terkena aktivitas penambangan dan akan dilakukan secara
bertahap. Pada saat ini sebagian lahan pada lokasi rencana
penambangan batubara PT Kutai Energi I dimiliki dan dikuasai oleh
masyarakat setempat. Adapun lahan yang akan dibebaskan seperti
terlihat pada tabel berikut :
Tabel 2.10. Realisasi dan Rencana lahan yang Akan Digunakan

Luas ( Ha )

No

A
PY
Peruntukan Lahan

Realisasi Penggunaan Lahan


Di dalam
Lokasi IUP
(Ha)
Di luar
Lokasi
IUP (Ha)
Jumlah
(Ha)

1 Area Bukaan Tambang / Pit Aktif 29.23 29.23


2 Area Bukaan Tambang / Pit Selesai 135.31 135.31
O
3 Top Soil 1.49 1.49
4 Disposal Aktif 14.49 14.49
5 Disposal Selesai 113.83 113.83
6 Pembangunan Fasilitas Sarana dan Prasarana 0.00
C

a. Office 0.97 0.97


b. Work Shop 0.79 0.79
c. Gudang Handak 0.28 0.28
d. Mess Karyawan 0.74 0.74
e. Stockpile, jetty, dan Instalasi Pengolahan 16.70 16.70
f. Kantin (Di dalam Area Mess) 0.10 0.10
g. Tangki BBM 0.00
h.dll 0.00
5 Jalan Tambang 28.87 28.87
6 Settling Pond 1.15 1.15
7 Nursery Area (Nursery, Perkebunan, dan Peternakan) 6.00 6.00
8 Buffer Area 0.00
9 Dll… 0.40 0.40
Jumlah Lahan Yang telah Digunakan 350.35 0.00 350.35

II-16
PT KUTAI ENERGI I
BAB II. KEADAAN UMUM

Tabel 2.10. Lanjutan


Luas ( Ha )

Di dalam Di luar Jumlah


No Peruntukan Lahan
Lokasi IUP Lokasi (Ha)
(Ha) IUP (Ha)

B Rencana Penggunaan Lahan 0.00


1 Bukaan Tambang 1105.89 1105.89
2 Settling Pond 7.56 7.56
3 Top soil area 20.40 20.40
4 Disposal area 138.90 138.90
5 Jalan tambang 0.00
4 Buffer Area 3188.25 3188.25
5 Dll. 0.00
Jumlah Lahan Yang Akan Digunakan 4461.00 0.00 4461.00

PY
PT Kutai Energi I akan melakukan pengajuan kesepakatan
bersama untuk lahan yang berkaitan dengan kepemilikan lahan dalam
areal konsesi. Pelaksanaan kegiatan pembebasan lahan ini secara teknis
dilaksanakan secara langsung antara perusahaan dengan pihak yang
O
berkepentingan (pemilik lahan) dengan melibatkan aparat desa setempat.
Sistem pembebasan lahan dilakukan berdasarkan atas kesepakatan
kedua belah pihak tentang sistem pembebasan lahan apakah sistem ganti
rugi putus atau pinjam pakai lahan. Jika sistem ganti rugi lahan dilakukan
C

akan mengacu pada SK Bupati Kutai Kartanegara yang dikonversikan


sehingga didapat harga yang sesuai dengan ketentuan.
Berikut persyaratan pembebasan lahan :
a. Izin lokasi
b. Sosialisasi
c. Inventarisasi lahan dan tanam tumbuh
d. Musyawarah melibatkan pemilk lahan, pihak BPN, Pemda,
Aparat Pemerintah Kecamatan dan Pemerintah Desa Terkait.
e. Penetapan kesepakatan harga ganti rugi lahan
f. Pembayaran

II-17
PT KUTAI ENERGI I
BAB II. KEADAAN UMUM

Sebelum dilaksanakan pihak perusahaan akan mendata fungsi


lahan yang akan dibebasakan berkaitan dengan perubahan fungsi lahan.
Pada pelaksanaan pembebasan lahan ini, PT Kutai Energi I akan
berkoordinasi dengan aparat pemerintah Kabupaten (Bagian Administrasi
Pertanahan Kabupaten Kutai Kartanegara), Pemerintahan Desa maupun
Pemerintah Kecamatan yang bersangkutan. Hal ini dilakukan dalam
rangka menghindari timbulnya hal-hal yang tidak diinginkan dikemudian
hari seperti adanya tumpang tindih penguasaan lahan, permasalahan
legalitas surat-surat tanahnya, dan lain sebagainya. Untuk itu perusahaan
akan membentuk tim pembebasan lahan/inventarisasi yang terdiri dari
unsur Muspika, Pemerintahan Desa dan RT setempat.

dilakukan
PY
Kegiatan pembebasan lahan ini dilakukan, terlebih dahulu akan
inventarisasi dan pengukuran mengenai
pemasangan patok batas, luas dan pemilik sah lahan/tanah yang
letak

dibebaskan oleh tim inventarisasi yang dibentuk di tingkat kecamatan.


serta

Kemudian hasilnya akan diumumkan di kantor Kecamatan, Kampung dan


O
RT, agar semua pihak mengetahuinya dan dapat mempertanyakan jika
ada hal-hal yang dianggap tidak sesuai dengan kenyataan lapangan.
Setelah data yang terhimpun sudah cukup valid dan diprakirakan tidak
C

akan ada permasalahan tumpang tindih kepemilikan lahan, maka


dilakukan negosiasi harga selanjutnya dilakukan pembayaran.
Pembebasan lahan dilakukan secara bertahap, agar bagian yang telah
dibebaskan langsung dapat dikerjakan untuk kegiatan selanjutnya.
Nilai untuk ganti rugi atas tanah dan tanam tumbuh tersebut akan
disesuaikan dengan kesepakatan antara kedua belah pihak (PT Kutai
Energi I dan pemilik lahan) serta tidak menggunakan perantara/calo,
selanjutnya melibatkan pihak pemerintah hingga tingkat kecamatan.
Adapun mekanisme proses pembebasan lahan : ijin lokasi, pemilik,
data tanam tumbuh yang akan diinventarisasi oleh instansi tim teknis
pemerintah Kabupaten.

II-18
PT KUTAI ENERGI I
BAB II. KEADAAN UMUM

2.7. Topografi Dan Morfologi


Berdasarkan hasil pengamatan lapangan dan kajian morfometri
yang dilakukan, morfologi daerah penyelidikan merupakan satuan
Morfologi Perbukitan dan dataran.
a. Morfologi Perbukitan
Morfologi perbukitan menempati ± 70 % luas dari areal Wilayah
Izin Usaha Pertambangan PT Kutai Energi I, yang memanjang
dari arah Utara – Selatan, dengan elevasi berkisar 60m sampai
dengan 128 m dari permukaan laut. Areal ini digunakan sebagai
perkebunan oleh masyarakat sekitar, yang meliputi Sahang
(Merica), Sengon, Kopi, dan Hutan Homogen.

PY
b. Morfologi Dataran
Morfologi Dataran menempati sebagian kecil Wilayah Izin Usaha
Pertambangan PT Kutai Energi I, terletak disebelah timur
berupa rawa bakau yang menyebar sepanjang Sungai Nangka,
Sungai Pulau Seribu dan Sungai Bangko dibagian Utara. Areal
O
Morfologi Dataran ini oleh masyarakat setempat difungsikan
sebagai tambak.
C

Gambar 2.3. Morfologi di WIUP Produksi PT Kutai Energi I

II-19
PT KUTAI ENERGI I
BAB II. KEADAAN UMUM

2.8. Pola Aliran


Sistem aliran sungai di daerah penelitian secara umum berpola
mendaun (denritik) dengan erosi vertikal. Sungai tersebut adalah pola dari
Sungai Nangka, Sungai Pulau Seribu dan Sungai Bangko.

PY
Gambar 2.4. Pola Aliran di sekitar WIUP Produksi PT Kutai Energi I
O
C

II-20
PT KUTAI ENERGI I
BAB III. GEOLOGI DAN KEADAAN ENDAPAN

BAB III GEOLOGI DAN KEADAAN ENDAPAN

3.1. Geologi Regional


Secara fisiografi daerah penyelidikan, terletak di dalam Zona
Cekungan Kutai, Sub-Cekungan Delta Mahakam yang sekarang terletak
dekat aliran Sungai Mahakam Samarinda (Bemmelen, 1949) (Gambar
2.1).
Pada masa Miosen Tengah dalam Cekungan Kutai, Sub-cekungan
Mahakam banyak terbentuk batuan sedimen, dalam lingkun gan laut
dalam, laut dangkal, lagun, delta ataupun lingkungan transisi dan paparan.
PY
Pada lingkungan pengendapan transisi dan delta, banyak terbentuk
lapisan batubara dalam berbagai ketebalan, karakteristik dan kualitas,
bersama-sama dengan batuan sedimen pembawa batubara (coal bearing
formation). Di daerah ini lapisan batuan pembawa batubara berupa
lapisan batulanau.
O
Pola arah sebaran batuan pembawa batubara, perkembangannya
sangat dipengaruhi oleh struktur geologi regional dan tektonikanya.
Struktur geologi dan tektonik yang berkembang di sekitar daerah
C

penyelidikan adalah berupa perlipatan dengan kelurusan berarah Timur


laut – Barat daya (Bemmelen, 1949).
Secara setempat ujung-ujung struktur perlipatan tersebut, sebagian
ada yang menunjam, terpotong oleh sesar atau tertimbun oleh batuan
yang lebih muda. Struktur antiklin dan sinklin sebagian besar melipat
batuan-batuan sedimen berumur Tersier dan menyingkap batuan malihan
dan sedimen yang berumur jauh lebih tua.
Cekungan Kutai dapat dibagi menjadi tiga, yaitu : Cekungan Kutai
bagian barat, Antiklinorium Samarinda dan Cekungan Kutai bagian timur.
Cekungan Kutai bagian barat merupakan daerah rendah, sebagian
besar tertutup rawa, danau dan alluvial. Dari data gravity ( Moss, et al,
1998), terlihat bahwa di Cekungan Kutai bagian barat terdapat terban

III-1
PT KUTAI ENERGI I
BAB III. GEOLOGI DAN KEADAAN ENDAPAN

(graben), dimana sesar tumbuh mengontrol sedimentasi. Sedimen paling


tebal didapatkan di daerah Kahala, dengan ketebalan sedimen Tersier
kurang lebih 14,5 kilometer.
Cekungan Kutai daerah tengah merupakan Antiklinorium
Samarinda, yang merupakan antiklin – sinklin sempit, memanjang yang
mempunyai sumbu dengan arah Timur Laut – Barat Daya. Beberapa
antiklin yang dipotong oleh Sungai Mahakam adalah Antiklin Tenggarong,
Antiklin Margasari dan Antiklin Loa Duri.
Cekungan Kutai dibagian Timur, merupakan daerah yang
mempunyai endapan paling muda, yaitu Formasi Kampung Baru berumur
Pleistosen. Lipatan di daerah ini mempunyai sumbu yang berarah Timur

PY
laut - Barat daya, sempit dan memanjang.
Cekungan Kutai mempunyai 7 formasi, 2
mengandung batubara yaitu Formasi Tanjung-Kuaro dan Formasi Tuju-
Telaki, sedangkan 5 formasi mengandung batubara, yaitu : Formasi
formasi tidak

Pamaluan, Formasi Bebuluh, Formasi Pulubalang, Formasi Balikpapan


O
dan Formasi Kampung Baru. Kelima formasi tersebut yang paling prospek
untuk ditambang secara tambang batubara bawah tanah adalah Formasi
Balikpapan, dan Formasi Kampung Baru dikarenakan ketebalan batubara
C

yang lebih dari 1,5 meter dan menerus dengan pelamparan yang cukup
luas. Secara stratigrafi dari tua ke muda di Cekungan Kutai di sekitar
lokasi penelitian terdiri atas formasi-formasi sebagai berikut :

1. Formasi Pamaluan (Tomp)


Di atas Formasi Tuju-Telaki secara tidak selaras ditemukan serpih,
batulempung, dan batulanau dengan sisipan batupasir, batubara yang
dinamakan Formasi Pamaluan. Berlainan dengan formasi formasi
sedimen Tersier yang lebih tua, formasi ini tersingkap pada daerah yang
luas, menempati daerah dengan topografi rendah.
Singkapan Formasi Pamaluan yang bagus bisa diamati di Daerah
Sumber Batu, sebelah tenggara Kota Bangun, yang terdiri dari serpih

III-2
PT KUTAI ENERGI I
BAB III. GEOLOGI DAN KEADAAN ENDAPAN

berwarna abu abu gelap, dengan sisipan batubara setebal 10 cm dan


lignit tebal 30 cm. Ke atas ditemukan sisipan batupasir halus struktur
silang siur berselingan dengan batulanau berstruktur paralel laminasi.
Disamping itu ditemukan juga batupasir halus, bersisipan dengan serpih
abu-abu, yang berstruktur paralel laminasi, di atasnya dijumpai batupasir
berwarna putih kekuning-kuningan, berukuran halus sampai sedang,
berstruktur silang siur dan paralel laminasi (Priyomarsono, dkk, 1994).
Formasi Pamaluan ini diendapkan di lingkungan delta plain, dengan umur
Miosen Awal .

2. Formasi Bebuluh (Tmbl)

PY
Di atas Formasi Pamaluan secara selaras diendapkan batugamping
Formasi Bebuluh. Formasi ini tersingkap sangat baik di Desa Bebuluh di
utara Kota Balikpapan, batugampingnya berwarna putih kekuningan,
berlapis mengandung foraminifera besar seperti Miogypsinoides dehaarti,
Lepidocyclina bornensis, Lepidocyclina sumatrensis, Lepidocyclina acuta,
Amphistegina lesonii. (Priyomarsono, dkk, 1994). Formasi ini diendapkan
O
pada lingkungan front delta, yang berumur Miosen Awal.

3. Formasi Pulau Balang (Tmpb)


C

Di atas batugamping Formasi Bebuluh diendapkan secara selaras


Formasi Pulau balang, yang terdiri dari batupasir, serpih, sisipan
greywacke, batupasir kwarsa, batugamping, tufa dasitik dan batubara.
Di dalam Batupasir berbutir halus sampai sedang, dan keras,
terdapat lensa-lensa yang terdiri dari fregmen kecil lignit berstruktur silang
siur. Batupasir halus dengan laminasi silang siur, berselingan dengan
serpih keras berstruktur paralel laminasi dijumpai di bagian atas formasi
ini. Formasi Pulau balang diendapkan pada lingkungan delta, dengan
umur Miosen Tengah. (Priyomarsono, dkk, 1994).

III-3
PT KUTAI ENERGI I
BAB III. GEOLOGI DAN KEADAAN ENDAPAN

4. Formasi Balikpapan (Tmbp)


Di atas Formasi Pulau balang diendapkan secara selaras batuan
sedimen yang terdiri dari beberapa siklus endapan delta, yang dinamakan
Formasi Balikpapan. Sedimen ini mudah dikenal di lapangan karena
adanya batubara tebal yang ditambang oleh perusahaan perusahaan
pertambangan batubara.
Formasi Balikpapan tersingkap bagus di utara Desa Jonggon.
Bagian bawah terdiri dari batugamping Coquina yang ke arah Selatan
berubah menjadi batugamping terumbu. Di atasnya ditutupi oleh
batulempung abu abu dengan sisipan batupasir berbutir halus sampai
sedang. Ke atas terdapat batupasir halus berstrukur paralel laminasi dan

PY
silang siur, ada burrow dengan sisipan serpih.
Struktur burrow pada batupasir ini menunjukkan endapan pantai
(delta front), kemudian diatasnya didominasi oleh batulempung dengan
sisipan batupasir. Bagian paling atas ditemukan litologi batupasir dan
batulanau yang berselingan dengan serpih dan terdapat sisipan batubara.
O
Umur formasi ini dapat diketahui dengan diamatinya batugamping
di bagian bawah yang mengandung fosil foraminifera besar
Myogypsinoides dehaarti, Lepidocyclina angulosa, Lepidocyclina
C

borneensis, Amphistegina sp. Kumpulan fosil ini berumur Miosen Tengah


(Priyomarsono, dkk, 1994).

5. Formasi Kampung Baru (Tpkb)


Di atas Formasi Balikpapan diendapkan secara selaras Formasi
Kampung Baru. Formasi ini diendapkan pada lingkungan delta, dan
berumur Pliosen hingga Pleistosen. (Priyomarsono, dkk, 1994)
Secara ringkas formasi batuan yang berada Peta Geologi regional
Lembar Samarinda (S. Supriatna, dkk, 1976) dapat diurutkan dari tertua
samapi termuda adalah sebagai berikut :
1. Formasi Pamaluan (Tomp)
2. Formasi Bebulu (Tmbl)

III-4
PT KUTAI ENERGI I
BAB III. GEOLOGI DAN KEADAAN ENDAPAN

3. Formasi Pulau balang (Tmpb)


4. Formasi Balikpapan (Tmpb)
5. Formasi Kampung Baru (Tpkb)
6. Alluvium (Qa)

Struktur geologi yang berkembang di dalam Cekungan Kutai adalah


lipatan dan sesar. Batuan tua seperti Formasi Pamaluan, Formasi Pulu
Balang dan Formasi Bebuluh umumnya terlipat cukup kuat dengan
kemiringan sekitar 400, tetapi ada juga yang mencapai 750. Sedangkan
batuan yang berumur lebih muda seperti Formasi Balikpapan dan
Formasi Kampung Baru pada umumnya terlipat lemah, namun di

PY
beberapa tempat dekat zona sesar ada yang terlipat kuat. Proses
pembentukan lipatan di Cekungan Kutai terdapat dalam dua versi, yaitu :
1. Menurut Ott, 1987 menyatakan bahwa pola struktur pada
Cekungan Kutai disebabkan oleh adanya proses gelinciran (gravity
sliding) pada batuan yang mempunyai kelenturan tinggi akibat
adanya pengangkatan Tinggian Kuching selama jaman Tersier.
O
2. Menurut Mc. Clay, 2000, menyatakan bahwa struktur di daerah
dataran Cekungan Kutai merupakan hasil dari tektonik delta, yaitu
gabungan dari sedimentasi yang cepat dan gaya tektonik. Akibat
C

penumpukan terjadi pelengseran lateral yang mengakibatkan


lipatan dan sesar – sesar turun serta kemudian mengalami
reaktivasi menjadi sesar naik akibat gaya kompresi.

Menurut Supriatna dkk, 1994 Antiklinorium Samarinda terdiri dari


lipatan yang berarah Timur Laut–Barat Daya dengan sayap di bagian
Tenggara lebih curam. Antiklinorium ini dicirikan oleh antiklin yang pada
umumnya asimetris dan terlipat kuat serta dipisahkan oleh sinklin landai
dan lebar, di mana jejak sumbunya mencapai 20-50 km sepanjang jurus
berbentuk lurus hingga melengkung. Struktur antiklinorium berubah secara
gradasi dari Timur ke Barat sedikit hingga tanpa pengangkatan sampai

III-5
PT KUTAI ENERGI I
BAB III. GEOLOGI DAN KEADAAN ENDAPAN

pada lipatan kompleks / jalur sesar naik dengan pengangkatan dan erosi
di bagian Barat.

PY
O
C

Gambar 3.1. Peta Pembagian Cekungan Tersier Kalimantan


(Bemmelen, 1949)

III-6
PT KUTAI ENERGI I
BAB III. GEOLOGI DAN KEADAAN ENDAPAN

STRATIGRAFI CEKUNGAN KUTAI


TEBAL LINGKUNGAN
UMUR FORMASI LITOLOGI DESKRIPSI
(M) PENGENDAPAN
K
U HOLOSEN
A
Aluvium Pasir, Lumpur, Kerikil dan
R - Fluvial Lacustrine
(Qa) Kerakal
T
E PLISTOSEN
R

Batupasir kuarsa dengan


Kampung Baru
PLIOSEN 900 sisipan lanau serpih Delta
(Tpkb)
batugamping dan lignit

T
E
R
S
MIOSEN
ATAS
PYBalikpapan
(Tmbp)
3.000
Batupasir kuarsa, batu lumpur,
lempung sisipan lanau, serpih
batugamping dan batubara
Delta

I
E
R
O
Greywake, batupasir kuarsa,
MIOSEN
2.750 batugamping, batulempung, Darat - Laut Dangkal
TENGAH Pulau Balang tufa dasitik, sisipan batubara
(Tmpb)

Bebuluh 2.000
C

Batugamping, sisipan
MIOSEN (Tmb) gamping, pasiran dan serpih.
Laut Dangkal
AWAL Pamaluan Batu pasir dengan sisipan
batulempung dan batu lanau
(Tmb) 3.000
Sumber : Kompilasi dari Peta Geologi oleh Supriatna S. dan E. Rustandi (1986), R. Huffington Inc., (1980) (Tanpa Skala)

Gambar 3.2. Stratigrafi Regional Daerah Penelitian

3.1.1. Litologi
Litologi daerah penelitian Wiayah Izin Usaha Pertambangan PT
Kutai Energi I terdiri dari batupasir kuarsa dengan sisipan batulempung
dan batubara, batupasir, lempung, lignit dan batubara. Berdasarkan
analisa Litologi daerah penelitian mencirikan beberapa formasi antara lain,
sebagai berikut :

III-7
PT KUTAI ENERGI I
BAB III. GEOLOGI DAN KEADAAN ENDAPAN

1. Formasi Pulaubalang (Tmpb)


Formasi Pulaubalang di daerah penelitian diperkirakana berumur
Miosen Tengah bagian atas hingga Miosen Atas bagian bawah.
Formasi Pulaubalang di daerah penelitian dicirikan dengan litologi
batupasir kuarsa dengan sisipan lempung dan juga terdapat lapisan
batubara. Formasi Pulaubalang terdapat di sebelah barat dan
mencakup sekitar 14,67 % dari daerah penelitian.
2. Formasi Balikpapan (Tmbp)
Formasi Balikpapan di daerah penelitian diperkirakan berumur
Miosen Tengh sampai dengan Miosen Atas. Ciri litologi yang
dijumpai pada Formasi Balikpapan antara lain litologi batupasir,

PY
litologi lempung, litologi lignit, dan juga batubara.
3. Formasi Kampungbaru (Tpkb)
Sedangkan Formasi Kampungbaru di dareah
diperkirakan berumur Miosen Atas sampai dengan Pleistosen.
penelitian

Litologi yang mencirikan Formasi Kampungbaru antara lain


O
dijumpai adanya litologi batupasir, litologi lempung, lignit dan
batubara.
4. Alluvium (Qa)
C

Alluvium merupakan batuan termuda dari serangkaian lapisan


batuan yang terdapat pada Cekungan Kutai. Alluvium diindukasikan
dengan adanya batuan termuda batupasir dan juga lumpur.
Alluvium berada pada kontak dengan sungai-sungai dengan
vegetasi berupa Nipah.

3.1.2. Struktur Geologi


Berdasarkan peta geologi regional (P3G Bandung) lembar
Samarinda skala 1 : 250.000 dan data singkapan batuan menunjukkan
daerah eksplorasi terdapat struktur lipatan berupa antiklin dan sinklin
berarah Timur Laut – Barat Daya, yang ditandai dengan kemiringan
lapisan batuan yang relatif besar antara 40o – 87 o. Dibagian Barat daerah

III-8
PT KUTAI ENERGI I
BAB III. GEOLOGI DAN KEADAAN ENDAPAN

eksplorasi kemiringan lapisan mengarah ke Barat laut dari sumbu antiklin


dan disebelah Timur dari sumbu antiklin arah kemiringan ke Tenggara,
pada batas IUP di Selatan dari area eksplorasi dapat dijumpai adanya
bidang lapisan dengan kemiringan yang relatif kecil antara 12o – 23o,
sedang dibagian Utara –Selatan Walempong dapat dijumpai adanya
perubahan struktur lapisan batuan yang begitu besar dengan kemiringan
antara 41o – 87o dengan arah kemiringan ke Tenggara. Dan disebelah
Timur dari area eksplorasi yaitu Pulau Seribu kemiringan lapisan
mengarah ke Barat Laut dengan kemiringan relatif besar antara 40o – 60o.

PY
O
C

III-9
PT KUTAI ENERGI I
BAB III. GEOLOGI DAN KEADAAN ENDAPAN

Gambar 3.3. Peta Geologi Regional Daerah Penyelidikan

PY
O
C

III-10
PT KUTAI ENERGI I
BAB III. GEOLOGI DAN KEADAAN ENDAPAN

3.1.3. Geofisika
PT Kutai Energi I telah melakukan kegiatan logging pada 3.497
titik pemboran eksplorasi, yang bertujuan untuk memperoleh
ketebalan lapisan batubara yang akurat. Mengingat pada beberapa
lapisan batubara yang telah ditambang menunjukkan kemenerusan
lapisan batubara yang terputus. Adapun contoh hasil logging PT
Kutai Energi I adalah sebagai berikut :

PY
O
C

Gambar 3.4. Data Geofisika Logging

3.1.4. Geokimia
PT Kutai Energi I dalam melakukan kegiatan uji geokimia
bekerjasama dengan Laboratorium Pengujian Tekmira (Pusat Penelitian
dan Pengembangan Teknologi Mineral dan Batubara) yang berada di

III-11
PT KUTAI ENERGI I
BAB III. GEOLOGI DAN KEADAAN ENDAPAN

Bandung. Adapun hasil uji geokimia PT Kutai Energi I terhadap 56


sampel yang dilakukan penelitian adalah sebagai berikut :
Tabel 3.1. Hasil Analisis Geokimia
NAG pH =4,5 NAG pH =7,0
Nomor Kategori
No Kode Contoh pH NAG (Kg (Kg
Lab Batuan
H2SO4/Ton) H2SO4/Ton)
1 1859/2010 KE - H225A - 1 5,28 0,00 7,90 NAF
2 1860/2010 KE - H225A - 3 6,07 0,00 2,60 NAF
3 1861/2010 KE - H225A - 6 6,41 0,00 0,00 NAF
4 1862/2010 KE - H225A - 19 4,26 0,00 7,30 PAF
5 1863/2010 KE - H225A - 44 5,77 0,00 2,60 NAF
6 1864/2010 KE - H225A - 45 6,25 0,00 1,10 NAF
7 1865/2010 KE - H225A - 46 4,23 1,30 13,20 PAF
8 1866/2010 KE - H225A - 47 1,82 165,60 238,60 PAF
9
10
11
12
13
1867/2010
1868/2010
1869/2010
1870/2010
1871/2010
PY
KE - H225A - 48
KE - H225A - 49
KE - H225A - 50
KE - H225A - 51
KE - H225A - 52
2,11
2,52
2,70
4,53
6,57
99,40
41,70
26,10
0,00
0,00
203,90
80,20
55,40
7,10
0,60
PAF
PAF
PAF
NAF
NAF
14 1872/2010 KE - H225A - 53 6,72 0,00 0,40 NAF
15 1873/2010 KE - H003A - 1 4,88 0,00 8,00 NAF
O
16 1874/2010 KE - H003A - 2 4,10 1,30 11,80 PAF
17 1875/2010 KE - H003A - 3 7,29 0,00 0,00 NAF
18 1876/2010 KE - H003A - 5 2,36 89,00 127,80 PAF
19 1877/2010 KE - H003A - 22 5,72 0,00 2,90 NAF
C

20 1878/2010 KE - H003A - 23 5,22 0,00 4,70 NAF


21 1879/2010 KE - H003A - 24 6,00 0,00 2,10 NAF
22 1880/2010 KE - H003A - 25 2,49 40,80 53,20 PAF
23 1881/2010 KE - H003A - 26 2,12 90,70 153,00 PAF
24 1882/2010 KE - H003A - 27 2,67 20,80 28,00 PAF
25 1883/2010 KE - H003A - 28 5,77 0,00 2,40 NAF
26 1884/2010 KE - H003A - 29 2,07 113,70 193,40 NAF
27 1885/2010 KE - H003A - 30 6,37 0,00 0,80 NAF
28 1886/2010 KE - H003A - 31 6,49 0,00 0,70 NAF
29 1887/2010 KE - H003A - 55 7,65 0,00 0,00 NAF
30 1888/2010 KE - H194A - 1 5,35 0,00 7,70 NAF
31 1889/2010 KE - H194A - 5 5,63 0,00 7,90 NAF
32 1890/2010 KE - H194A - 6 5,57 0,00 7,70 NAF
33 1891/2010 KE - H194A - 7 2,42 27,90 44,40 PAF
34 1892/2010 KE - H194A - 9 2,17 146,80 321,40 PAF

III-12
PT KUTAI ENERGI I
BAB III. GEOLOGI DAN KEADAAN ENDAPAN

Tabel 3.1. Lanjutan


NAG pH =4,5 NAG pH =7,0
Nomor Kategori
No Kode Contoh pH NAG (Kg (Kg
Lab Batuan
H2SO4/Ton) H2SO4/Ton)
35 1893/2010 KE - H194A - 12 2,24 109,40 211,10 PAF
36 1894/2010 KE - H194A - 14 3,57 3,90 18,90 PAF
37 1895/2010 KE - H194A - 15 5,21 0,00 5,20 NAF
38 1896/2010 KE - H194A - 16 5,08 0,00 5,80 NAF
39 1897/2010 KE - H194A - 17 6,23 0,00 1,70 NAF
40 1898/2010 KE - H194A - 18 6,33 0,00 1,30 NAF
41 1899/2010 KE - H194A - 23 6,34 0,00 1,10 NAF
42 1900/2010 KE - H194A - 29 2,23 65,40 71,60 PAF
43 1901/2010 KE - H063A - 1 3,76 1,80 13,10 PAF
44 1902/2010 KE - H063A - 3 1,91 134,20 185,40 PAF
45
46
47
48
49
1903/2010
1904/2010
1905/2010
1906/2010
1907/2010
PY
KE - H063A - 4
KE - H063A - 8
KE - H063A - 9
KE - H063A - 10
KE - H063A - 11
5,52
2,27
1,94
2,22
2,79
0,00
123,00
209,30
97,00
23,10
3,00
265,30
306,10
112,70
37,00
NAF
PAF
PAF
PAF
PAF
50 1908/2010 KE - H063A - 12 3,66 4,40 13,20 PAF
51 1909/2010 KE - H063A - 22 7,13 0,00 0,00 NAF
O
52 1910/2010 KE - H063A - 23 4,35 0,50 9,90 PAF
53 1911/2010 KE - H063A - 24 4,57 0,00 8,90 NAF
54 1912/2010 KE - H063A - 25 2,90 19,10 25,50 PAF
55 1913/2010 KE - H063A - 26 3,29 9,20 28,00 PAF
C

56 1914/2010 KE - H063A - 27 2,79 52,60 162,80 PAF


Sumber : Laporan Geoteknik PT. Kutai Energi Tahun 2014
3.1.5. Geoteknik
Dalam kemantapan lereng untuk kepentingan tambang terbuka,
yang akan ditentukan adalah geometri lereng, yaitu sudut dan tinggi
lereng. Faktor utama penentu geometri lereng adalah struktur geologi,
sifat fisik dan mekanik batuan, serta kondisi air tanah. Sedangkan
kemampugalian material dipengaruhi oleh sifat fisik dan mekanik
material antara lain dari kuat tekan uniaksial, point load indeks dan sonic
velocity.
Maksud dari kajian geoteknik ini untuk mendukung dan
memberikan penilaian secara teknis terhadap rencana penambangan

III-13
PT KUTAI ENERGI I
BAB III. GEOLOGI DAN KEADAAN ENDAPAN

terbuka PT Kutai Energi I, sedangkan tujuan dari kajian geoteknik


adalah :
1. Menentukan sifat fisik dan mekanik batuan yang menyusun
material penutup (overburden), interburden lapisan batubara,
batubara dan batuan dasar.
2. Memberikan rekomendasi geometri lereng tunggal (individual
slope) dan keseluruhan (overall slope) baik untuk lereng
penambangan maupun penimbunan tanah penutup.
3. Menganalisis kemampugalian terhadap lapisan tanah penutup.

3.1.5.1. Material Pembentuk Lereng

PY
Struktur bidang lemah berupa sesar, kekar maupun bidang
perlapisan sangat mempengaruhi kemantapan lereng bila mateiral
pembentuk lereng tersebut berupa batuan yang keras. Sebelum
menentukan material pembentuk lereng pada daerah Wilayah Izin Usaha
Pertambangan PT Kutai Energi I, termasuk dalam klasifikasi batuan atau
tanah, harus dilihat parameter kuat tekan uniaksial. Hasil pengujian kuat
O
tekan uniaksial (UCS) pada sampel yang diperoleh dari masing-masing
section yaitu Section I untuk hole H225A dan H063A, Section II untuk Hole
H003A dan H194A, Section IV untuk Hole H259A dan H125D, Sectin V
C

untuk Hole H010A dan H012.

3.1.5.2. Lereng Tunggal (Individual Slope)


Analisis kemantapan untu lereng tunggal dilakukan dengan
pendekatan sebagai berikut :
a. Lereng tunggal yang akan dikaji berupa lereng penggalian tanah
penutup.
b. Permodelan lereng tunggal dilakukan pada masing-masing litologi
dengan simulasi tinggi 5 m dan 10 m dengan sudut kemiringan
lereng 600, 700 dan 800.
c. Nilai FK yang dijadikan dasar bahwa lereng dalam kondisi mantap
adalah FK ≥ 1,20.

III-14
PT KUTAI ENERGI I
BAB III. GEOLOGI DAN KEADAAN ENDAPAN

d. Permodelan diaplikasikan dengan pendekatan properties pada tiap


lubang bor.
e. Rekomendasi diaplikasikan dengan pendekatan properties pada
tiap lubang bor.
f. Rekomendasi yang diberikan dengan asumsi kondisi air setengah
jenuh.

Dari hasil lereng tunggal, dengan melihat nilai faktor keamanan


yang dapat memenuhi kriteria aman yaitu FK ≥ 1,2, maka
direkomendasikan lereng tunggal untuk seluruh litologi dibuat geometri
lereng dengan tinggi 10 m dan sudut 600.

3.1.5.3.
PY
Lereng Keseluruhan (Overall Slope)
Pendekatan untuk melakukan analisis lereng keseluruhan dengan
tujuan untuk menyederhanakan berbagai macam parameter namun
masih dapat diterima secara science adalah sebagai berikut :
a. Lereng keseluruhan yang akan dikaji berupa lereng penggalian
O
tanah penutup.
b. Pemodelan lereng keseluruhan dilakukan pada masing-masing
cross section yang terdapat pemboran geoteknik dengan simulasi
C

tinggi sesuai dengan seam target abtubara maksimal yang akan


diambil pada masing-masing section dan sudut kemiringan lereng
300, 350, 400, 450, dan 500.
c. Lereng tunggal sesuai dengan rekomendasi yaitu tinggi 10 m dan
sudut 600.
d. Nilai FK yang dijadikan dasar bahwa leereng dalam kondisi mantap
adalah FK ≥ 1,30.
e. Input data model dengan pendekatan properties litologi pada
setiap lubang bor.
f. Analisis pada kondisi air diasumsikan jenuh, setengah jenuh dan
kering.
g. Rekomendasi yang diberikan berdasarkan pada asumsi kondisi air

III-15
PT KUTAI ENERGI I
BAB III. GEOLOGI DAN KEADAAN ENDAPAN

setengah jenuh.

Berdasarkan pada hasil simulasi pada berbagai konfigurasi tinggi


dan sudut lereng maka untuk lereng keseluruhan direkomendasikan untuk
masing-masing section dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 3.2. Hasil Running Overall Slope Sebagai Rekomendasi

3.1.5.4.
PY
Sumber: Laporan Geoteknik PT Kutai Energi I

Lereng Lowwall
Lereng lowwal akan terbentuk di sisi sebelah Barat dari bukaan pit
dengan kemiringan lapisan batubar bervariasi, sehingga lereng yang
O
akan terbentuk juga mempunyai kemiringan sama dengan kemiringan
lapisan tersebut. Analisis kemantapan lereng lowwall dilakukan untuk
mengetahui besarnya faktor keamanan jika lereng terbentuk sesuai
C

dengan rekomendasi pada setiap section.


Dari hasil model asumsi longsoran dalam bentuk non circular,
kondisi air setengah jenuh, maka lereng lowwall pada seluruh section
dapat dikatakan aman karena mempunyai FK > 1,30. Hasil selengkapnya
adalah sebagai berikut :

III-16
PT KUTAI ENERGI I
BAB III. GEOLOGI DAN KEADAAN ENDAPAN

Tabel 3.3. Faktor Keamanan Lereng Lowwall

Sumber: Laporan Geoteknik PT Kutai Energi I

3.1.5.5. Lereng Sidewall


Lereng Side Wall akan terbentuk di bagian samping dari pit

PY
dengan arah lereng memotong tegak lurus terhadap strike lapisan
batubara. Posisi sidewall ada di sisi selatan dengan permodelan yang
diwakili oleh section I dan section II. Rekomendasi pada sidewall
disamakan dengan rekomendasi lereng highwall, karena letaknya sama
maka didapat faktor keamanan lereng sidewall.
O
Berdasarkan pada hasil simulasi lereng sidewall, maka
rekomendasi lereng sidewall untuk section I dan section II dapat dilihat
pada tabel berikut :
C

Tabel 3.4. Hasil Running Overall sebagai Rekomendasi

Sumber: Laporan Geoteknik PT Kutai Energi I

3.1.5.6. Analisis dan Rekomendasi Lereng Timbunan


1. Pendekatan Analisis
Pendekatan-pendekatan yang digunakan dalam analisis lereng
timbunan adalah sebagai berikut :
1. Material timbunan berasal dari kegiatan penggalian sehingga data
karakteristik materialnya sama dengan maerial pada lereng

III-17
PT KUTAI ENERGI I
BAB III. GEOLOGI DAN KEADAAN ENDAPAN

penggalian.
2. Dengan anggapan bahwa material telah terganggu selama proses
penambangan, maka karakteristik batuan yang digunakan untuk
analisis kemantapan lereng timbunan adalah 50% dari nilai kohesi
sisa (Csisa) dan sudut geser dalam sisa.
3. Lereng timbunan dianggap berada dalam keadaan setengah jenuh.
4. Nilai FK yang dijadikan dasar bahwa lereng dalam kondisi mantap
adalah FK ≥ 1,3.

2. Parameter Batuan Pembentuk Lereng Timbunan


Perhitungan tinggi dan sudut lererng dari material timbunan
dilakukan
PY
seperti melakuakn model geometri perhitungan
penggalian dengan variasi tinggi dan sudut yang berbeda. Parameter
material yang digunakan tercantum pada tabel berikut :
Tabel 3.5. Propertis Material Timbunan
lereng
O
C

Sumber: Laporan Geoteknik PT. Kutai Energi

3.1.5.7. Hasil Analisis


Dalam melakukan penimbunan harus dilakuakn dari level terendah
kemudian berangsur ke level yang lebih tinggi sesuai dengan batas yang
dijinkan. Disamping berangsur ke level yang lebih tinggi sesuai dengan
batas yang diijinkan. Disamping itu juga harus dilakukan pemadatan
dalam timbunan lapisan penutup dengan menggunakan perlatan yang
ada. Hasil perhitungan analisis kemantapan lereng dapat dilihat pada
tabel berikut :

III-18
PT KUTAI ENERGI I
BAB III. GEOLOGI DAN KEADAAN ENDAPAN

Tabel 3.6. Nilai Faktor Keamanan Lereng Timbunan

Sumber: Laporan Geoteknik PT Kutai Energi I

3.1.6. Geohidrologi
Penyelidikan hidrogeologi bertujuan untuk mendapatkan data
tentang karakteristik curah hujan, daerah aliran sungan (DAS), daerah
tangkapan air hujan (catchment area), permeabilitas akuifer, pola aliran
airtanah dan air permukaan di area pit potensial batubara dan area
PY
sekitarnya. Data tersebut nantinya dapat digunakan untuk membuat
sistem penanggulangan air tambang.
3.1.6.1. Air Limpasan
Air limpasan permukaan (surface run off) adalah air hujan yang
tidak dapat ditahan oleh tanah atau vegetasi dan akhirnya mengalir ke
O
area lubang bukaan mapun ke arah sungai. Hal tersebut dapat juga terjadi
dikarenakan air hujan yang mencapai permukaan tanah tidak terinfiltrasi
akibat intensitas hujan melampaui kapasitas infiltrasi atau faktor lain,
C

seperti kemiringan lereng, bentuk dan kekompakan permukaan tanah


serta vegetasi
Jumlah air yang mengalir di permukaan tanah untuk suatu masa
hujan atau masa tertentu dinyatakan dalam volume air (m 3). Laju aliran
permukaan merupakan banyaknya/volume air yang mengalir melalui suatu
titik persatuan waktu, dinyatakan dalam m 3/detik ataupun m3/jam.

3.1.6.2. Karakteristik Curah Hujan


Berdasarkan data Stasiun Metereologi dan Geofisika Bandara
Temindung Samarinda (2008) diketahui bahwa daerah penyelidikan
Sungai Patupu, Kecamatan Loa Janan memiliki iklim tropis, yang memiliki

III-19
PT KUTAI ENERGI I
BAB III. GEOLOGI DAN KEADAAN ENDAPAN

dua musim. Musim penghujan terjadi pada bulan November – Juni dan
musim kemarau pada bulan Juli – Oktober.
Berdasarkan data curah hujan dar Stasiun Metereologi dan
Geofisika Bandara Temindung Samarinda (2008), curah hujan rata-rata
bulanan berkisar antara 102,1 – 216,1 mm/bulan. Sedangkan hari hujan di
daerah penyelidikan berkisar antara 15,4 – 25,5 hari/tahun.
Perhitungan curah hujan rencana didasarkan pada data curah
hujan dari Metereologi dan Geofisika Bandara Temindung dengan asumsi
umur tambang 10 tahun. Dari hasil perhitungan diketahui bahwa curah
hujan rencana sebgai berikut :
1. Periode ulang hujan 3 tahun = 29,19 mm/hari

PY
2. Periode ulang hujan 5 tahun = 45,56 mm/hari
3. Periode ulang hujan 10 tahun = 68,61 mm/hari
Nilai intensitas hujan sangant menentukan tingkatan curah hujan
(sangat lebat, lebat, sedang dan ringan)yang terjadi pada suatu wilayah.
Berdasarkan hasil analisis statistik terhadap data curah hujan yang ada,
O
dipilih curah hujan rencana pada periode ulang 3 tahun, yaitu 29,19
mm/hari. Nilai intensitas hujan yang dihitung dengan rumus Mononobe,
adalah 10,12 mm/jam.
C

Curah hujan rencana adalah curah hujan maksimum yang


direncanakan yang dihitung berdasarkan data curah hujan maksimum
rata-rata selama tahun pengamatan dengan faktor korelasi yang terdiri
reduced variated (Yt), reduced mean (Yn), reduced standard deviation
(Sn) dan standard deviation (S).

3.1.6.3. Potensi Air Limpasan


Berdasarkan kondisi topografi dan sebaran anak sungai yang ada,
di daerah penyelidikan terdapat 3 (tiga) daerah tangkapan hujan (DTH),
yaitu DTH I, II dan III.
Jumlah air limpasan yang dihasilkan sangat tergantung pada tinggi
rendahnya intensitas hujan, Luas daerah tangkapan hujan (DTH), kondisi

III-20
PT KUTAI ENERGI I
BAB III. GEOLOGI DAN KEADAAN ENDAPAN

permukaan tanah dan tutupan permuaan tanah (vegetasi). Debit air


limpasan dihitung dengan menggunakan nilai intensitas hujan 10,12
mm/jam, dan nilai koefisien limpasan (C) = 0,75. Dari hasil perhitungan
diketahui debit air limpasan untuk masing-masing DTH. Perhitungan debit
air limpasan secara rinci dapat dilihat adalah sebagai berikut :

Tabel 3.7. Debit Air Limpasan pada masing-masing Zone Daerah


Tangkapan Hujan.

3.1.6.4.
PY
Uji Akuifer dan Asumsi Perhitungan Nilai Konduktivitas
Hidrolik
Uji akuifer dengan metode Slug Test merupakan salah satu cara
untuk mengetahui karakteristik akuifer sebagai lapisan yang dapat
O
menyimpan dan meloloskan air. Metode ini dilaukan apabila uji
pemompaan (pumping test) tidak dapat dilakukan karena ketersediaan air
di dalam sumur uji sangat sedikit atau kering. Tujuan dari uji akuifer ini
C

adalah untuk mendapatkan nilai permeabilitas (k) dari akuifer. Pengujian


dengan metode ini dilakukan pada sumur uji H225A, H063A, H259A dan
H012.
Terdapat dua cara pengujian akuifer dengan metode slug test, yaitu
falling head dan constant head. Dalam hal ini, metode yang digunakan
adalah falling head.
Metode ini dilakukan dengan cara memasukkan air ke dalam sumur
uji yang telah siap dengan jumlah (debit) tertentu, dan kemudian dicatat
kenaikan muka air di dalam sumur uji akibat penambahan air tersebut.
Selanjutnya dilakukan pengamatan dan pencatatan penurunan muka air di

III-21
PT KUTAI ENERGI I
BAB III. GEOLOGI DAN KEADAAN ENDAPAN

dalam sumur uji pada setiap satuan waktu tertentu (umumnya


menggunakan satuan waktu menit).
Data hasil pengujian akuifer dengan metode slugtest tersebut,
selanjutnya dipakai sebagai dasasr perhitungan nilai permeabilitas (k).
Perhitungan dilakukan dengan asumsi :
a. Akuifer bersifat homogen, isotrop dan penyebaran horizontal tidak
terbatas.
b. Aliran air tanah pada akuifer hanya pada arah horizontal dan
laminer.
c. Penurunan muka air tanah di dasarkan pada kemampuan lapisan
akuifer meloloskan air.

tertentu.
PY
d. Pencatatan penurunan muka airtanah dilakukan pada selang waktu

e. Saringan dipasang tepat sesuai dengen ketebalan akuifer yang


diuji.

3.1.6.5. Karakteristik Akuifer


O
Kondisi lokasi rencana tambang termasuk dalam cekungan Kutai.
Formasi-formasi yang menyusun cekungan Kutai adalah Formasi
Alluvium, Kampungbaru, Balikapapan dan Pulaubalang.
C

a. Alluvium, tersusun atas kerikil pasir dan lumpur yang terendapkan


dalam lingkungan sungai, rawa, delta dan pantai.
b. Formasi Kampungbaru, tersusun oleh batupair dengan sisipan
lempung, serpih, lanau dan lignit apda umumnya lunak mudah
hancur. Batupasir kuarsa, putih, stempat kemerahan atau
kekuningan, oksida besi atau kongresi, tufan atau lanauan dan
sisipan batupasir konglomeratan atau konglomerat dengan
komponen kuarsa, kalsedon serpih merah dan lempung, diameter
0,5 – 1 cm, mudah lepas. Lempung kelabu kehitaman mengandung
sisa tumbuhan, lignit, tebal 1 – 2 meter diduga berumur miosen
akhir Plio Plistosen, lingkungan pengndapan delta-laut dangkal,

III-22
PT KUTAI ENERGI I
BAB III. GEOLOGI DAN KEADAAN ENDAPAN

tebal lebih dari 500 m. Formasi ini menindih selaras dan setempat
tidak selaras terhadap Formasi Balikapapan.
c. Formasi Balikapapan, perselingan batupasir dan lempung dengan
sisipan lanau serpih batugamping, dan batubara. Batupasir kuarsa,
putih kekuningan, tebal lapisan 1 – 3 m disisipi lapisan batubara,
tebal 5 – 10 cm. Batupasir gampingan coklat, berstruktur sedimen
lapisan bersusun dan silang siur, tebal lapisan 20 – 40 cm,
mengandung foraminifera kecil disisipi lapisan tipis karbon.
Lempung, kelabu kehitaman, setempat menandung sisipan
tumbuhan, oksida besi yang mengisi rekahan-rekahan setempat
mengandung lensa-lensa batupasir gampingan. Lanau gampingan,

PY
berlapis-lapis, serpih kecoklatan, berlapis tipis. Batugamping
pasiran, mengandung foraminifera besar, moluska menunjukkan
umur Miosen Akhir bagian bawah Miosen Tangah bagian atas.
Lingkungan pengendapan Perengah ”apras delta-dataran delta”
tebal 1000 – 1500 m.
O
d. Formasi Puluabalang, perselingan antara grewake dan batupasir
kuarsa dengan sisipan batugamping, batulempung, batubara dan
tuf dasit. Batupasir grewake, kelabu kehijauan, pada, tebal lapisan
C

antara 50 – 100 cm. Batupasir kuarsa, kelabu kemerahan,


setempat tufan dan gampingan, tebal lapisan antara 15 – 60 cm.
Batugamping, coklat muda kekuningan mengandung foraminifera
besar, batugamping ini terdapat sebagai sisipan atau lensa dalam
batupasir kuarsa, tebal lapisan 10 – 40 cm. Di Sungai Loa Haur
mengandung foraminifera besar antara lain Austrotrilina howchni,
Borelis Sp. Lepidocylina Sp, Mogpypsina Sp, menunjukkan umur
Miosen Tengah dengan lingkungan pengendapan laut dangkal.
Batulempung, kelabu kehitaman, tebal lapisan 1 – 2 cm. Setempat
berselingan dengan batubara tebal ada yang mencapai 4 m. Tufa
dasit, putih merupakan sisipan dalam batupasir kuarsa.

III-23
PT KUTAI ENERGI I
BAB III. GEOLOGI DAN KEADAAN ENDAPAN

Dari data pemboran pada lubang bor H225A, H063A, H259A, dan
H012 di wilayah Izin Usaha Pertambangan PT Kutai Energi I, diketahui
bahwa selain tanah penutup dan lapisan batubara, lapisan lainnya terdiri
dari batupasir (sandstone) dan batulempung (mudstone). Berdasarkan
hasil pengukuran ketinggian muka airtanah melalui masing-masing sumur
uji diketahui bahwa ketinggian muka airtanah pada H225A = 42,371 m dpl;
H063A = 24,36 m dpl; H259A = 47,954 m dpl dan H012 = 8,92 m dpl.
Pengukuran melalui bekas lubang bor eksplorasi tidak dapat dilakuakn
karena tersumbat oleh material runtuhan dari dinding lubang bor.
Secara umum di daerah penyelidikan terdiri dari akuifer bebas.
Akuifer bebas ditemukan pada sumur uji, yaitu H225A, H063A, H259A dan

PY
H012. Pada H225A akuifer bebas terletak di kedalaman (3-12,35) m dari
permukaan tanah, dengan ketebalan 9,35 m. Pada sumur uji H063A
akuifer bebas terdapat di kedalaman (2,10 – 3,08) m dari permukaan
tanah, dengan ketebalan 0,98 m. Pada sumur uji H259A akuifer bebas
terletak di kedalaman (3,85 – 14,19) m dari permukaan tanah, dengan
O
ektebalan 10,34 m. Pada sumur uji H012 akuifer bebas terletak di
kedalaman (4,43 – 37,08) m dari permukaan tanah, dengan ketebalan
32,65 m.
C

Berdasarkan pengamatan di lapangan melalui inti bor diketahui


akuifer bebas terdiri dari tanah pucuk bercampur dengan pasir halus
(ukuran butir 0,125 – 0,250 mm) warna abu-abu kehitaman.

III-24
PT KUTAI ENERGI I
BAB III. GEOLOGI DAN KEADAAN ENDAPAN

Tabel 3.8. Kedalam Sumur Uji, Tebal Akuifer dan Ketinggian Muka
Airtanah Pada Masing-masing Sumur Uji

PY
O
C

Sumber : Laporan Geohidrologi PT Kutai Energi I

Hasil uji akuifer dengan metode slug test melalui lubang bor H225A,
Ho63A, H259A dan H012 diketahui nilai permeabilitasnya masing-masing
2,5264 x 10-5 m/detik, 1,4544 x 10 -5 m/detik, 2,7747 x 10-5 m/detik dan
9,99455 x 10-6 m/detik.
Nilai k tersebut termasuk klasifikasi rendah – sedang. Sedangkan
nilai koefisien penyimpanan (S) masing-masing lubang bor 1,30293 x 10 -4
(H225A), 1,27565 x 10 -4 (H063A), 1,4403 x 10 -4 (H259A) dan 2,3877 x 10 -
4
(H012). Nilai permeabilitas dan Koefisien penyimpanan adalah sebagai
berikut :

III-25
PT KUTAI ENERGI I
BAB III. GEOLOGI DAN KEADAAN ENDAPAN

Tabel 3.9. Nilai Permeabilitas (k) dan koefisien penyimpanan (S) hasil
pengujian di lapangan dengan Metode Slugtest

Sumber : Laporan Hidrologi PT Kutai Energi I

3.1.6.6. Kondisi Air Tanah


Berdasarkan jenis batuan penyusun lapisan akuifer batupasir,
sebaran akuifer dan nilai permeabilitas (k) akuifer bebas pada lubang bor

PY
H225A, H063A, H259A dan H012, maka lapisan akuifer bebas dan akuifer
dan akuifer tertekan di wilayah konsesi Blok Barat termasuk jenis akuifer
dengan produktivitas rendah hingga sedang.

3.2. Keadaan Endapan


3.2.1. Bentuk dan Penyebaran Endapan
O
Kedudukan lapisan pada umumnya mempunyai kemiringan (dip)
terlandai adalah 5° dan tercuram yaitu 70°, hal ini sebagai akibat
berkembangnya struktur geologi lipatan dikarenakan gaya kompresi dari
C

arah Timur – Barat yang mempengaruhinya. Arah lapisan (strike) pada


umumnya berkisar N 20° E – N 35° E (pada sisi Barat IUP), N 100° E – N
120° E (pada lokasi ampitheater sinklin di tengah IUP), dijumpai juga
strike dengan arah N 190° E – N 200° E di sisi Timur IUP.
Tabel 3.10. Kordinat singkapan batubara daerah telitian
NO OC ID EASTING NORTHING TEBAL STRIKE DIP
1 AT-107 511503 9913876 0.6 164 19
2 AT-207 511386 9913962 0.3 170 35
3 AT-307 511353 9914038 >0.7 175 28
4 AT-407 511201 9913915 > 1,00 205 36
5 AT-507 511002 9913575 0.35 197 23
6 AT-607 510950 9913863 1.6 207 35

III-26
PT KUTAI ENERGI I
BAB III. GEOLOGI DAN KEADAAN ENDAPAN

Tabel 3.10. Lanjutan


NO OC ID EASTING NORTHING TEBAL STRIKE DIP
7 AT-707 511687 9913543 0.7
8 AT-807 510152 9913643 > 3.20 180 37
9 AT-907 512651 9915721 1.87 86 17
10 AT-1007 512289 9915625 1.28 185 20
11 AT-1107 512010 9915737 1.53 196 33
12 AT-1207 512225 9915737 2.30 197 41
13 AT-1307 512233 9915731 1.40 189 36
14 AT-1407 512270 9915823 4.20 195 30
15 AT-1507 512244 9915812 > 1,00 191 36
16 AT-1607 512083 9915938 1.50 204 45
17 AT-1707 512052 9915898 2.60 74 36
18 AT-1807 512148 9915920 1.10 207 38
19
20
21
22
23
AT-1907
AT-2007
AT-2107
AT-2207
AT-2307
PY 511943
511985
511964
511835
512584
9915887
9916020
9915954
9915954
99158341
4.50
> 1,45
> 1,00
1.40
1.40
5
341
3
200
160
38
40
22
35
26
24 AT-2407 512533 9915893 0.20 164 13
25 AT-2507 512478 9915952 > 1,00 291 26
O
26 AT-2607 512184 9916129 > 1,10 228 16
27 AT-2707 512128 9916180 > 2,30 205 40
28 AT-2807 512083 9916172 > 1,00 227 14
29 AT-2907 512074 9916072 0.35 189 66
C

30 AT-3007 511689 9915796 0.20 197 66


31 AT-3107 511698 9915806 0.20 178 62
32 AT-3207 512031 9915728 > 1,60 12 34
33 AT-3307 512453 9914680 > 0,80 62 13
34 AT-3407 512511 9914735 1.50 17 26
35 AT-3507 512601 9914866 3.46 38 20
36 AT-3607 512450 9914854 1.60 20 12
37 AT-3707 512549 9915004 0.70 307 46
38 AT-3807 512609 9915077 1.22 36 15
39 AT-3907 512511 9915059 0.98 47 9
40 AT-4007 512688 9914938
41 AT-4107 512931 9914898 0.30 71 12
42 AT-4207 513086 9914889 > 0,70 44 24
43 AT-4307 514013 9914533 > 0,70 243 24
44 AT-4407 514967 9917008 1.10 169 46

III-27
PT KUTAI ENERGI I
BAB III. GEOLOGI DAN KEADAAN ENDAPAN

Tabel 3.10. Lanjutan


NO OC ID EASTING NORTHING TEBAL STRIKE DIP
45 AT-4507 515185 9917066 1.10 230 55
46 AT-5807 515585 9917036 ? ?
47 KE-200 515592 9917030 8.70 201 56
48 AT-5907 515617 991704 > 7,00 256 26
49 AT-6007 515604 991729 1.00 192 34
50 KE-201 515750 991739 1.80 25 57
51 KE-204 5156602 9919410 4.30 25 59
52 AR 0107 511908 9913453 1.03 108 20
53 AR 0207 511864 9913513 > 1,53 341 43
54 AR 0307 511955 9913424 1.19 122 14
55 AR 0407 512004 9913467 1.28 145 17
56 KE AR 0507 512718 9917096 0.83 201 48
57
58
59
60
61
KE AR 0607
KE AR 0707
KE AR 0807
KE AR 2807
KE AR 2907
PY 512598
512440
512124
512093
512163
9916958
9916728
9917037
9913793
9913828
> 2,34
1.44
2.23
0.33
> 1,52
357
196
209
74
90
27
54
64
9
62
62 KE AR 3007 512537 9913883 > 0,66 20 23
63 KE AR 3107 512701 9913776 > 1,49 29 44
64 KE AR 3207 512244 9913803 > 0,96 15 20
O
65 KE AR 3307 512532 9913576 > 0,74 47 32
66 KE AR 3407 512841 9913635 0.54 34 29
67 KE AR 3507 5123346 9913770 2.92 27 81
68 KE AR 3607 513241 9913241 > 0,94 335 76
C

69 KE AR 3707 513216 9913642 > 0,80 26 51


70 KE AR 3807 513245 9913497 > 1,06 12 58
71 KE AR 3907 513329 9913394 0.88 31 47
72 KE AR 4007 513525 9913580 0.77 284 16
73 KE AR 4107 513536 9913576 7.72 37 63
74 KE AR 4207 513574 9913565 2.28 28 69
75 KE AR 4307 513612 9913498 1.38 36 66
76 KE AR 5007 514627 9915520 3.58 23 63
77 KE AR 5107 514881 9915676 3.18 26 57
78 KE AR 5207 514857 9916164 3.26 20 65
79 KE AR 5307 514936 9915471 3.19 20 72
80 KE AR 5407 514945 9915508 ? ?
81 KE AR 5507 515101 9916216 > 0.72 28 70
82 KE AR 5607 515139 9916330 1.92 37 62

III-28
PT KUTAI ENERGI I
BAB III. GEOLOGI DAN KEADAAN ENDAPAN

Tabel 3.10. Lanjutan


NO OC ID EASTING NORTHING TEBAL STRIKE DIP
83 KE AR 5707 514980 9916390 > 1,73 22 65
84 KE AR 5807 515221 9916508 6.47 28 68
85 KE AR 5907 515273 9916501 3.71;1.38 32 63
86 KE AR 6007 515375 9916724 > 3,66 23 65
87 KE AR 6107 515370 9916694 > 3,86 12 54
88 KE AR 6207 515866 9916891 2.54 24 61
89 KE AR 6307 515879 9916884 2.12 28 73
90 KE AR 6407 515986 9916936 > 1,98 31 67
91 KE AR 6507 515585 9916799 0.69 26 60
92 KE AR 6607 515696 9916721 3.64 20 63
93 KE AR 6707 515753 9916685 > 1,94 21 56
94 KE AR 6807 515671 9916562 4.74 16 58
95
96
97
98
99
KE AR 6907
KE AR 7007
KE AR 7507
KE AR 7607
KE AR 7707
PY 515729
515750
515202
515198
515130
9916544
9916543
9915151
9915166
9915883
1.64
2.78
0.54
5.22
2.26
23
10
40
30
19
65
58
41
56
66
100 KE AR 7807 515340 9916073 ? ?
101 KE AR 7907 515328 9915550 6.24 35 64
O
102 KE AR 8007 515376 9915563 4.02 35 56
103 KE AR 8107 515340 9915595 6.12 23 62
104 KE AR 8207 515372 9915536 > 1,08 27 54
105 KE AR 8307 515782 9916233 >1,07 14 61
C

106 KE AR 8407 516273 9916057 5.12 23 45


107 KE AR 8507 515721 9916337 1.98 25 70
108 KE AR 8607 515890 9916241 1.07 25 53
109 KE AR 8707 521461 9915078 1.82 188 51
110 KT_107 511624 9914139 0.80 195 23
111 KT_607 511695 9914905 1.70 198 40
112 KT_707 511811 9914905 >1.3 198 40
113 KT_807 511692 9914082 0.50 175 22
114 KT_1007 512263 9914082 2.20 95 15
115 KT_1107 511599 9914827 > 1.6 210 48
116 KT_1207 511373 9915133 1.75 145 57
117 KT_1307 509912 9914658 >2.5 210 55
118 KT_1407 511744 9915285 3.11 195 63
119 KT_1507 511821 9915540 2.40 195 45

III-29
PT KUTAI ENERGI I
BAB III. GEOLOGI DAN KEADAAN ENDAPAN

Tabel 3.10. Lanjutan


NO OC ID EASTING NORTHING TEBAL STRIKE DIP
120 KT_1607 511766 9915625 0.80 210 67
121 KT_1907 511751 9915460 >1.3 197 63
122 KT_2007 511675 9915488 1.00 198 55
123 KT_2107 511168 9915576 >3.4 200 75
124 KT_2207 511086 9915723 >3.00 210 69
125 KT_2507 511231 9915738 5.00 200 62
126 KT_2607 511324 9915972 >5.00 205 70
127 KT_2707 510856 9915679 1.50 205 69
128 KT_2807 510788 9916527 1.00 196 73
129 KT_2907 511038 9916524 6,7 190 72
130 KT_3107 511231 9914793 >0.60 200 70
131 KT_3307 511137 9914065 >2.5 200 45
132
133
134
135
136
KT_3407
KT_3507
KT_3607
KT_6707
KT_6807
PY 510303
510348
511462
513543
513441
9914010
9914226
9914293
9916175
9916320
>1.5
>1
0.20
>1
0.37
200
220
193
32
15
??
50
35
25
35
137 KT_6907 513400 9916397 1.30 28 23
138 KT_7007 513376 9916436 0.67 38 23
O
139 KT_7207 514624 9916835 >1.2 20 77
140 KT_7407 513188 9916753 >1.32 305 18
141 KT_7509 513490 9916890 0.54 40 18
142 KT 111 514639 9914876 0.75 20 64
C

143 KT 112 514230 9914889 2.45 20 65


144 KT 114 514548 9913616 0.55 16 66
145 KT 116 522094 9916064 2.10 195 40
146 KT 117 521853 9915563 0.90 193 45
147 KT 118 521810 9915577 0.90 195 45
148 FW 0807 513023 9915690 0.41 53 16
149 FW 0907 513283 9915690 >0,35 12 21
150 FW 1007 513286 9916096 >0,8 330 30
151 FW 1107 513794 9916027 >1,0 35 30
152 FW 1207 512830 9916118 1.1 45 11
153 FW 1307 512843 9915471 ? ?
154 FW 1407 513378 9915587 ? ?
155 FW 1507 513493 9916192 0.30 35 27
156 FW 1607 513303 9916368 0.38 39 20
157 FW 1707 513972 9915520 1.10 10 28

III-30
PT KUTAI ENERGI I
BAB III. GEOLOGI DAN KEADAAN ENDAPAN

Tabel 3.10. Lanjutan


NO OC ID EASTING NORTHING TEBAL STRIKE DIP
158 FW 1807 513148 9916444 36 15
159 FW/6907 516135 9916595 20 72
160 FW/6907 516127 9916595 20 72
161 FW/7007 515092 9913927 250 34
162 FW/7107 514676 9914118 22 56
163 FW/7207 515405 9915547 20 50
164 FW/7207 515395 9915551 20 46
165 FW/7307 515762 9916140 ? ?
166 FW/7407 515604 9916345 25 68
167 FW/7407 515607 9916346 ? ?
168 FW/7507 522132 9916527 215 60
169 FW/7607 522414 9916583 200 60
170
171
172
173
174
KE_JMY 1
KE_JMY 2
KE_JMY 3
KE_JMY 4
KE_JMY 507
PY 512262
511997
51900
511934
512248
9914966
9915193
9915258
9915254
9915176
169
170
186
192
160
10
56
34
36
11
175 KE_JMY 607 511826 9915354 193 64
176 KE_JMY 707 511829 9915413 195 62
O
177 KE_JMY 807 512162 9915413 183 34
178 KE_JMY 907 512119 9915383 185 24
179 KE_JMY 1007 511994 9915607 203 43
180 KE_JMY 1107 512767 9916425 172 20
C

181 KE_JMY 1207 512803 9916374 178 14


182 KE_JMY 1307 512613 9916478 194 34
183 KE_JMY 1407 512215 9916576 194 69
184 KE_JMY 1507 51899 9916901 214 68
185 KE_JMY 1607 511877 9916894 193 81
186 KE_JMY 1707 512700 9916234 170 11
187 KE_JMY 1807 511876 9916916 203 61
188 KE_JMY 1907 512311 9916515 193 56
189 KE_JMY 2007 511692 9916995 210 56
190 KE_JMY 2107 511718 9916987 203 64
191 KE_JMY 2207 511643 9916968 186 68
192 KE_JMY 2307 512203 9916498 203 67
193 KE_JMY 2407 512118 9916289 201 8
194 KE_JMY 2507 512037 9916290 201 48
195 KE_JMY 2607 511741 9916044 196 59

III-31
PT KUTAI ENERGI I
BAB III. GEOLOGI DAN KEADAAN ENDAPAN

Tabel 3.10. Lanjutan


NO OC ID EASTING NORTHING TEBAL STRIKE DIP
196 KE_JMY 2707 512197 9916048 150 44
197 KE_JMY 2807 511760 9915861 190 70
198 KE_JMY 2907 511476 9916073 195 43
199 KE_JMY 3007 511224 9916203 169 59
200 KE_JMY 3107 511678 9916085 169 78
201 KE_JMY 3207 511341 9916448 20 54
202 KE_JMY 3307 511324 9916457 207 74
203 KE_JMY 3407 511312 9916454 207 74
204 KE_JMY 3507 511956 9913881 98 19
205 KE_JMY 3607 511997 9913881 80 13
206 KE_JMY 3707 512145 9914082 76 10
207 KE_JMY 3807 512201 9914002 80 4
208
209
210
211
212
PY
KE_JMY 3907
KE_JMY 4007
KE_JMY 4107
KE_JMY 4207
KE_JMY 4307
512183
512297
512330
512371
512695
9913974
9914061
9914060
9914063
9914054
59

66
50
56
25

19
24
18
213 KE_JMY 4407 512911 9914092 35 21
214 KE_JMY 4507 513340 9914164 105 41
O
215 KE_JMY 4607 513359 9914183 35 45
216 KE_JMY 4707 513359 9914183 240 58
217 KE_JMY 4807 513393 9914036 260 38
218 KE_JMY 4907 513376 9914020 242 61
C

219 KE_JMY 5007 513539 9913969 50 55


220 KE_JMY 5107 513712 9913938 23 53
221 KE_JMY 5207 512879 9914410 38 31
222 KE_JMY 5307 512753 9914220 20 26
223 KE_JMY 5507 512305 9914294 36 18
Sumber : Tim Eksplorasi PT Kutai Energi I

3.2.2. Sifat dan Kualitas Endapan Batubara


Hasil kegiatan eksplorasi lapangan baik dari surface mapping
maupun pemboran diambil 354 buah conto (sample) yang masih fresh.
Pengambilan conto (sample) batubara untuk analisa kualitas pada daerah
telitian dikirim ke Laboratorium PT. Sucofindo dan PT. Geoservices, lebih
lengkap lihat pada lampiran. Contoh ini diambil dalam keadaan segar
(fresh sample) untuk mencegah oksidasi dan pengotoran karena lapuk

III-32
PT KUTAI ENERGI I
BAB III. GEOLOGI DAN KEADAAN ENDAPAN

dan memiliki ketebalan > 0,50 meter. Batubara yang diperoleh dari
pemboran dangkal (30 – 60 meter) diambil dari hasil coring pemboran
yang tentunya merupakan sample yang cukup segar. Dengan adanya
hasil analisa dari batubara dengan berbagai kedalaman maka dapat
diperoleh data penyebaran kualitas yang cukup akurat pada keseluruhan
cadangan batubara yang terhitung dalam pit sehingga total kualitas
batubara cukup akurat dan terkontrol selain itu bisa dipakai untuk
membuat peta iso kualitas yang cukup baik ataupun untuk strategi
penambangan serta pemasaran dan blending kualitas. Adapun analisa
kualitas batubara mengacu pada Standart ASTM(american society for
testing material) dan ISO yaitu uji proximate (meliputi analisa

PY
totalmoisture, ash content, volatile matter, dan fixed carbon), total sulphur,
calorific value selain itu untuk beberapa keperluan marketing/pemasaran
ada beberapa analisa tambahan – Full Analysis yang meliputi ultimate –
C,H,N,O, Ash analysis, Ash Fusion Temperature, Trace Element dan
HGI. Dari hasil sample yang sudah ada yang diperoleh dari daerah
O
penelitian sesuai dengan formasi dan conto kualitas dapat dilihat pada
tabel sebagai berikut:
Tabel 3.11. Kualitas batubara daerah telitian
C

No. Parameter Nilai Uji


1 Air Drying Loss (ar) 1.93-24.56 %
2 Residual Moisture (adb) 9.15 - 17.58 %
3 Total Moisture 10.90 - 44.68%
4 Moisture in The Analysis Sample 9.14 - 17.58 %
5 Ash 1.44 - 40.51%
6 Volatille Matter 25.04 - 45.62 %
7 Fixed Carbon 20.91 - 47.56%
8 Total Sulphur 0.20 - 5.59%
9 Calori Value
Adb (Kcal/Kg) 3004 - 6842
Db (Kcal/Kg) 3403 - 7189
Daf (Kcal/kg) 4844 - 7546
10 Relative Density (Kg/M3) 1.28 - 1.62
Sumber : Sucofindo Samarinda

III-33
PT KUTAI ENERGI I
BAB III. GEOLOGI DAN KEADAAN ENDAPAN

3.2.3. Cadangan Batubara


3.2.3.1. Cara Penaksiran Cadangan
PT Kutai Energi I telah melakukan perhitungan Cadangan
Batubara berdasarkan Model Geologi dari data hasil eksplorasi dan
membuat beberapa klasifikasi sumberdaya batubara berdasarkan tingkat
keyakinan geologi serta sebaran data geologi.
Cadangan batubara di daerah penyelidikan PT Kutai Energi I
dihitung berdasarkan data hasil evaluasi data ketebalan, kemiringan,
korelasi hasil pemboran, serta kesinambungan pelamparannya dalam
arah sejajar jurus/kemiringan lapisan batubara dan posisi stratigrafinya.
Untuk sumber daya batubara terunjuk dan terukur setelah dihitung sesuai

PY
kajian kelayakan sesuai dengan semua parameter/faktor teknis yang ada
berupa parameter geoteknik dan hidrogeologi dan sebagainya yang
sesuai modifikasi di PT Kutai Energi I.
Perhitungan sumber daya menggunakan bantuan simulasi software
di komputer dan bisa dijelaskan sebagai berikut:
O
1. Perhitungan sumber daya batubara dilakukan pada setiap seam.
2. Sumber daya yang dihitung ada 3 kategori, yaitu sumber daya
terukur, terunjuk dan tereka
C

3. Perhitungan sumber daya menggunakan sistem poligon.


4. Poligon dibuat dari perpotongan radius lingkaran daerah pengaruh
informasi geologi (data singkapan dan titik bor).
5. Poligon sumber daya dibuat berupa lingkaran dengan pusatnya
adalah titik informasi yang letaknya berada di posisi terluar, adapun
panjang radius dari lingkaran tersebut mengacu pada aturan main
yang sudah ada (SNI)
6. Garis poligon yang akan dihitung diproyeksikan secara vertikal ke
bawah.
7. Kedalaman lapisan batubara paling dangkal yang dihitung atau
zona pelapukan diasumsikan 5 meter dari permukaan.
8. Ketebalan lapisan minimum yang dihitung yakni 0,6 meter.

III-34
PT KUTAI ENERGI I
BAB III. GEOLOGI DAN KEADAAN ENDAPAN

9. Perhitungan sumberdaya ini dihitung sampai dengan kedalaman


300 meter.

Adapun ilustrasi perhitungan sumberdaya PT Kutai Energi I adalah


sebagai berikut :

PY
O
Gambar 3.5. Ilustrasi Metode Perhitungan sumberdaya Batubara (SNI)

Persamaan yang digunakan untuk menghitung sumberdaya


C

batubara adalah :
Q=SxMxDxR
Dimana:
Q = Sumberdaya batubara yang dihitung (ton)
S = Luas daerah pengaruh (m2)
M = Ketebalan semu rata-rata (m)
D = Densitas batubara
R = Geological losses 10%

Berdasarkan kelengkapan data eksplorasi yang telah dilakukan,


maka sumberdaya batubara di wilayah ini diklasifikasikan menjadi tiga
jenis yaitu:

III-35
PT KUTAI ENERGI I
BAB III. GEOLOGI DAN KEADAAN ENDAPAN

1. Sumberdaya Terukur, yaitu sumberdaya batubara yang dihitung


untuk daerah yang data eksplorasinya lengkap dan cukup rapat,
sehingga keyakinan kebenaran penyebaran dan kualitas serta
ketebalan batubara tersebut sangat besar. sumberdaya ini dihitung
dan ditentukan dengan batasan sesuai ketentuan SNI 5015:2011,
berikut dibawah ini.
 Penyebaran ke arah jurus (strike) batubara dibatasi sampai jarak
250 m, dari titik informasi pasti terluar (singkapan dan lobang
bor).
 Penyebaran ke arah kemiringan (dip) dibatasi sampai 250 m,
tegak lurus dari titik informasi pasti terluar(singkapan dan lobang
bor).
PY
Total sumberdaya terukur PT Kutai Energi I adalah sebesar
99,911,541.42 MT.
2. Sumberdaya Terunjuk, yaitu sumberdaya batubara yang dihitung
untuk daerah yang data eksplorasinya kurang lengkap, sehingga
O
keyakinan kebenaran penyebaran dan kualitas serta ketebalan
batubara didasarkan pada perkiraan penyebaran secara geologis.
Sumberdaya ini dihitung dan ditentukan dengan batasan sesuai
C

dengan ketentuan SNI 5015:2011, adalah sebagai berikut:


 Penyebaran ke arah jurus (strike) batubara dibatasi sampai jarak
500 m, dari titik informasi pasti terluar (singkapan dan lubang
bor).
 Penyebaran ke arah kemiringan (dip) dibatasi sampai 500 m,
tegak lurus dari titik informasi pasti terluar (singkapan dan lubang
bor).
Total sumberdaya terunjuk PT Kutai Energi I adalah sebesar
168,179,536.11 MT
3. Sumberdaya Tereka, yaitu sumberdaya batubara yang dihitung
untuk daerah diluar batas sumberdaya terunjuk yang data
eksplorasinya sangat kurang, sehingga keyakinan kebenaran

III-36
PT KUTAI ENERGI I
BAB III. GEOLOGI DAN KEADAAN ENDAPAN

penyebaran, kualitas dan ketebalan batubara didasarkan perkiraan


penyebaran secara geologis saja. Sumberdaya ini dihitung dan
ditentukan dengan batasan sesuai dengan ketentuan SNI
5015:2011, adalah sebagai berikut:
 Penyebaran ke arah jurus (strike) batubara dibatasi sampai jarak
1000 m, dari titik informasi pasti terluar.
 Penyebaran ke arah kemiringan (dip) dibatasi sampai dengan
1000 m, tegak lurus dari titik informasi pasti terluar
Total sumberdaya tereka PT Kutai Energi I adalah sebesar
151,797,804.44 MT.

PY
Adapun perhitungan sumberdaya batubara PT Kutai Energi I
secara detail adalah sebagai berikut :
O
C

III-37
PT KUTAI ENERGI I
BAB III. GEOLOGI DAN KEADAAN ENDAPAN

Tabel 3.12. Perhitungan Sumberdaya PT KUTAI ENERGI I


TERUKUR TERUNJUK TEREKA
LOKASI SEAM COAL OB COAL OB COAL OB
TON BCM TON BCM TON BCM
BLOK 73 22,991.73 1,824,022.58 3,351.32 76,746.14
BARAT 72 27,341.12 780,246.37 6,485.28 145,558.94
71 35,082.17 1,630,882.36 14,426.16 493,169.51
70 19,784.65 564,693.06 10,311.36 252,853.40
69 8,604.29 1,193.39 4,486.19 61,338.85
68 11,173.14 38,676.24 6,275.55 47,359.21
67 6,431.42 22,376.39 3,378.25 25,585.35
65 10,687.06 35,719.46 5,649.47 50,386.63
64 18,688.06 534,513.44 11,316.06 300,297.95
63 58,626.70 1,386,766.09 47,331.36 1,002,524.35
62 15,719.21 853,953.40 8,676.45 586,381.91
61 46,619.85 1,790,489.86 18,225.61 737,262.84
60 47,890.23 1,669,239.68 9,558.75 515,583.30
59
58
57
56
55
54
17,591.40
38,868.00
54,958.25
87,561.55
109,580.16
166,415.02
PY 252,382.41
223,985.35
2,006,423.73
3,527,854.71
259,730.09
1,886,940.36
3,884.84
8,360.37
13,440.51
15,084.90
18,226.28
28,325.69
49,166.73
49,460.87
470,515.28
620,704.50
41,688.05
327,748.74
53 73,529.15 336,370.23 12,283.15 55,459.33
E17 117,624.20 1,363.99 19,750.07 25,112.29
E16U 343,946.69 5,824,291.86 75,681.94 1,131,075.08
O
E16L 236,215.87 4,552.33 53,311.26 109,115.84
E15U 779,545.01 6,302,102.15 187,367.94 1,442,076.25
E15L 203,073.24 7,135.99 47,929.14 1,029.31
E14U 404,989.56 4,166,915.36 92,164.46 992,754.14
E14L 342,689.25 19,751.37 77,450.99 2,827.47
C

E13U 511,188.77 7,597,708.37 138,256.44 1,717,971.93


E13L 285,339.69 63,215.66 75,181.71 15,474.31
E12U 717,400.50 10,421,369.50 147,954.31 2,360,962.53
E12L 322,290.40 76,748.82 67,825.28 15,864.28
E11U 657,700.75 13,287,018.82 145,631.53 2,952,578.05
E11L 300,829.62 113,813.56 66,737.68 23,708.69
E10U 1,221,036.10 4,877,755.83 273,234.42 1,059,856.81
E10L 981,342.38 239,068.47 217,592.43 49,805.60
E9U 1,149,256.34 12,214,651.68 276,517.63 2,811,147.19
E9L 404,760.78 60,224.65 101,780.72 13,655.23
E8U 1,268,677.68 2,053,615.81 301,836.14 470,836.40
E8L 721,608.63 148,345.35 175,689.25 33,642.05
E7 703,184.59 21,828,051.25 163,753.21 4,699,629.58
E6 1,273,935.55 5,485,618.08 292,832.00 1,249,573.00
E5U 2,391,427.81 6,607,758.43 543,274.31 1,793,675.21
E5L 1,337,220.31 177,537.65 309,913.55 34,290.24
E3 1,082,620.38 7,034,151.86 243,717.42 1,354,221.45
E2 1,836,789.60 12,977,972.16 401,415.48 2,783,047.42
E1 1,351,418.95 6,036,563.14 289,499.56 1,206,006.55

III-38
PT KUTAI ENERGI I
BAB III. GEOLOGI DAN KEADAAN ENDAPAN

Tabel 3.12. Lanjutan


TERUKUR TERUNJUK TEREKA
LOKASI SEAM COAL OB COAL OB COAL OB
TON BCM TON BCM TON BCM
D11 1,637,885.36 16,245,432.04 337,748.02 3,545,802.73
D10U 825,453.64 10,476,582.44 168,786.09 1,963,050.29
D10L 679,911.28 185,916.01 152,651.27 36,413.68
D9U 2,944,424.06 17,253,066.48 779,692.54 4,288,425.32
D9L 1,169,437.49 255,210.35 336,500.98 57,660.02
D8A 1,121,461.09 12,479,700.37 293,563.55 4,132,970.64
D8U 2,271,914.09 14,518,626.71 622,685.03 3,633,663.73
D8L 1,943,769.96 198,209.00 501,137.54 53,521.37
D7 1,412,481.28 4,750,083.97 371,935.22 1,161,342.66
D6 718,265.29 37,587,019.05 176,783.95 10,274,011.61
D5 562,310.20 7,331,416.75 150,237.26 2,033,959.55
D4 309,627.85 38,449,611.08 75,629.44 7,768,303.29
D3 660,385.66 157,679.47 147,199.98 70,035.32
D2 708,276.35 8,643.07 121,300.64 479,602.13
D1 1,167,507.82 4,722,613.58 216,447.15 1,318,706.16
C11
C10
C9
C8
C7
C6
382,086.31
242,803.87
717,601.78
533,348.71
127,034.17
1,022,004.33
PY23,613,733.44
24,848,431.35
14,689,122.92
376,574.93
14,512,621.26
57,684,803.95
69,324.83
60,694.95
166,947.82
117,217.32
41,375.25
243,051.82
3,505,501.79
5,235,739.40
4,068,512.16
133,399.41
3,885,812.96
12,743,922.83
124,855.39
418,385.18
1,702,775.37
9,264,622.16
C5 738,422.56 24,789,141.99 230,068.83 4,726,613.34 849,890.64 11,623,814.90
C4 870,678.86 27,881,534.66 111,938.21 6,451,407.24 908,621.87 15,959,661.40
C3 2,519,293.00 29,145,794.94 469,702.61 6,454,086.82 323,335.00 11,136,470.34
O
C3L 32,697.94 379,655.45 982.12 10,189.97 17,576.30 252,127.91
C2 1,246,390.25 44,396,509.84 244,715.90 8,843,494.65 17,858.51 5,889,826.66
C1 766,156.41 24,498,970.21 170,354.72 3,896,108.77 101,209.14 1,031,851.69
B6 1,059,490.19 513,690.02 146,094.12 99,216.87 92,702.27 296,332.82
B5 869,618.86 33,786,762.42 182,575.80 8,279,269.00 212,019.50 7,012,425.46
C

B4 1,316,355.91 16,434,578.42 215,964.46 3,248,489.03 337,117.20 3,811,973.17


B2 762,352.41 42,181,008.01 189,070.00 8,014,713.35 257,173.90 13,371,504.20
B1 118,064.78 16,313,668.25 28,047.15 5,283,158.38 22,137.88 4,196,132.65
A7 5,399,128.98 51,775,777.57 744,801.50 6,676,211.70 1,503,608.28 17,483,456.86
A6 2,249,000.04 20,000,874.97 340,503.09 1,018,223.48 579,338.09 3,865,343.42
A5 82,085.19 6,636,515.71 26,003.11 100,239.98 104,520.00 200,001.49
A4U 901,747.32 50,083,749.83 125,727.36 11,166,944.19 102,141.15 14,033,391.51
A4 308,531.38 23,470,532.11 10,928.49 1,346,330.60 5,481.14 1,659,636.86
A4L 765,858.54 541,937.62 105,913.40 64,152.91 93,065.27 129,445.94
A3U 2,271,104.31 28,305,444.98 349,130.43 1,917,692.30 331,783.76 4,835,996.54
A3L 926,281.23 3,574,527.77 121,731.77 893,371.98 103,241.70 747,159.60
A2U 33,701.97 642,398.30 6,500.02 309,999.94 123,499.99 390,000.13
A2 527,717.38 20,922,536.62 44,719.87 4,018,465.12 29,329.99 3,023,289.91
A2L 12,511.61 4,496.60 5,200.02 0.00 232,482.06 444,299.60
A1 18,919.75 4,239,257.90 9,927.74 157,336.14 40,540.84 501,137.41
TOTAL 66,778,355.26 918,118,223.77 14,066,887.83 187,625,801.62 6,931,915.05 132,862,678.01
BLOK 73 208,528.75 50,616,123.93 667,691.58 82,772,480.16 627,630.09 77,806,131.35
TIMUR 72 207,172.06 6,365,542.52 668,471.06 28,901,996.61 628,362.80 27,167,876.82
71 252,086.53 11,185,591.80 849,913.82 47,640,942.76 798,918.99 44,782,486.20

III-39
PT KUTAI ENERGI I
BAB III. GEOLOGI DAN KEADAAN ENDAPAN

Tabel 3.12. Lanjutan


TERUKUR TERUNJUK TEREKA
LOKASI SEAM COAL OB COAL OB COAL OB
TON BCM TON BCM TON BCM
70 145,508.04 4,104,843.00 504,251.40 20,549,718.48 473,996.31 19,316,735.37
69 63,332.06 1,688.66 219,929.06 5,083,034.07 206,733.32 4,778,052.03
68 340,021.46 216,344.05 1,180,197.84 2,335,628.99 1,109,385.97 2,195,491.25
67 60,810.37 37,518.08 212,844.00 1,679,568.53 200,073.36 1,578,794.42
65 78,649.17 799.12 274,899.95 4,679,524.73 258,405.95 4,398,753.24
64 143,075.38 3,743,402.69 504,747.65 19,599,522.97 474,462.79 18,423,551.59
63 546,538.95 11,491,375.07 1,945,162.83 50,526,992.80 1,828,453.06 47,495,373.23
62 146,820.29 8,101,496.07 525,134.83 37,766,122.06 493,626.74 35,500,154.73
61 370,485.31 14,579,368.34 1,264,289.94 60,748,349.76 1,188,432.54 57,103,448.78
60 263,065.90 11,373,480.52 929,839.25 48,530,950.93 874,048.89 45,619,093.87
59 97,404.40 1,389,826.78 340,450.04 8,400,886.92 320,023.04 7,896,833.70
58 212,959.87 1,241,657.72 739,983.17 7,835,552.22 695,584.18 7,365,419.08
57 225,063.49 8,763,019.45 736,203.87 40,025,672.15 692,031.64 37,624,131.82
56 253,345.16 12,115,492.05 808,917.23 50,645,313.26 760,382.20 47,606,594.47
55 306,004.01 740,711.24 982,683.11 5,606,320.67 923,722.13 5,269,941.43

E17
54
53

E16U
E16
E16L
405,327.68
157,025.15
288,313.19
441,124.80
73,311.04
394,659.02
PY 4,931,455.39
1,293,388.17
5,250.89
11,388,440.04
792,149.08
29,820.90
1,307,221.05
513,622.71
938,175.85
1,469,016.45
3,084,418.85
1,310,130.31
23,700,571.63
9,147,931.77
3,847,103.99
52,271,223.45
44,186,045.84
2,835,214.74
1,228,787.79
482,805.35
881,885.29
1,380,875.46
2,899,353.71
1,231,522.49
22,278,537.33
8,599,055.86
3,616,277.75
49,134,950.04
41,534,883.09
2,665,101.86
E15U 856,731.65 12,011,509.85 3,163,616.21 57,710,854.34 2,973,799.24 54,248,203.08
E15 207,016.56 3,114,137.07 3,608,457.73 59,190,543.37 3,391,950.26 55,639,110.76
E15L 275,524.14 173,981.13 1,039,440.36 2,127,536.77 977,073.94 1,999,884.57
O
E14U 371,982.28 7,821,183.99 1,518,193.99 44,521,664.43 1,427,102.35 41,850,364.56
E14 55,799.37 2,860,734.28 785,367.74 51,541,394.81 738,245.67 48,448,911.12
E14L 158,721.45 94,367.75 811,909.43 1,727,101.46 763,194.87 1,623,475.37
E13U 274,152.76 4,833,251.60 1,256,845.70 30,057,592.39 1,181,434.96 28,254,136.85
E13 226,651.50 1,727,795.59 2,327,853.97 29,175,717.54 2,188,182.73 27,425,174.49
C

E13L 288,001.01 162,249.94 1,312,842.63 2,892,676.81 1,234,072.07 2,719,116.20


E12U 296,787.66 4,548,454.84 1,363,432.30 32,241,505.05 1,281,626.36 30,307,014.75
E12 180,357.94 2,871,528.47 1,910,798.08 42,200,777.44 1,796,150.19 39,668,730.79
E12L 51,587.66 15,669.80 331,483.18 4,402,581.28 311,594.19 4,138,426.41
E11U 189,882.44 10,681,719.47 870,898.10 62,405,106.35 818,644.21 58,660,799.97
E11 157,164.57 6,215,063.91 1,269,260.64 57,159,098.05 1,193,105.00 53,729,552.17
E11L 56,591.12 4,553.81 378,359.96 1,318,052.60 355,658.36 1,238,969.44
E10U 601,935.28 17,288,441.81 1,897,367.95 63,309,471.13 1,783,525.87 59,510,902.86
E10 65,875.97 1,533,459.96 2,207,878.80 77,980,197.14 2,075,406.08 73,301,385.31
E10L 591,986.95 752,257.90 1,888,010.49 12,868,811.13 1,774,729.86 12,096,682.46
E9U 28,684.45 567,663.30 880,120.55 36,023,424.91 827,313.31 33,862,019.42
E9 538,564.30 6,592,080.03 3,045,881.75 50,145,808.41 2,863,128.85 47,137,059.91
E9L 15,470.70 1,868.66 571,038.24 764,370.20 536,775.95 718,507.99
E8U 294,563.19 1,839,786.49 2,547,109.77 25,459,793.47 2,394,283.18 23,932,205.86
E8 486,609.72 4,317,535.44 3,229,367.27 42,026,200.10 3,035,605.23 39,504,628.10
E8L 96,330.03 40,324.59 924,101.81 1,141,650.87 868,655.70 1,073,151.82
E7 225,239.44 5,499,221.09 1,445,405.12 44,739,764.79 1,358,680.82 42,055,378.90
E6 659,185.24 8,114,671.54 2,512,120.36 41,578,280.64 2,361,393.14 39,083,583.80
E5U 35,345.11 121,536.26 3,155,883.35 22,546,507.64 2,966,530.35 21,193,717.19

III-40
PT KUTAI ENERGI I
BAB III. GEOLOGI DAN KEADAAN ENDAPAN

Tabel 3.12. Lanjutan


TERUKUR TERUNJUK TEREKA
LOKASI SEAM COAL OB COAL OB COAL OB
TON BCM TON BCM TON BCM
E5 1,487,095.48 6,350,840.60 5,288,046.83 32,903,079.99 4,970,764.02 30,928,895.19
E5L 24,410.89 9,136.75 2,024,763.74 1,979,823.95 1,903,277.91 1,861,034.51
E4U 3,774.54 32,224.21 677,755.30 10,489,056.87 637,089.98 9,859,713.46
E4 440,626.67 3,870,004.54 1,903,767.06 24,811,040.50 1,789,541.03 23,322,378.07
E4L 5,619.59 449.54 1,005,423.56 1,683,870.63 945,098.15 1,582,838.39
E3 601,739.43 2,207,300.66 2,148,354.28 15,189,441.49 2,019,453.02 14,278,075.00
E2 680,577.85 7,852,884.73 2,324,125.90 38,749,496.84 2,184,678.35 36,424,527.03
E1 501,952.45 2,210,825.50 1,754,378.87 14,012,793.73 1,649,116.14 13,172,026.11
D12U 57,671.40 1,341,334.59 685,542.64 26,571,243.67 644,410.09 24,976,969.05
D12 35,689.24 1,827,995.72 522,003.94 41,726,433.56 490,683.71 39,222,847.55
D12L 47,609.35 129,069.87 593,400.52 1,846,506.84 557,796.49 1,735,716.43
D11 346,857.11 6,519,978.59 1,262,950.52 32,802,843.48 1,187,173.48 30,834,672.87
D10U 42,743.58 903,817.03 493,641.87 26,964,723.59 464,023.36 25,346,840.17
D10 436,779.37 3,331,596.76 2,324,627.64 26,414,846.42 2,185,149.98 24,829,955.64
D10L 40,039.13 8,343.37 490,751.72 2,549,161.68 461,306.61 2,396,211.98
D9U
D9
D9L
D8A
D8U1
D8U
75,512.02
389,111.48
178,426.99
462,247.82
52,670.09
263,043.49
PY 1,980,968.82
9,037,976.25
9,771.02
1,427,320.22
3,849,492.81
5,261,527.49
756,096.66
1,716,030.54
1,919,924.38
1,453,300.52
560,305.32
1,647,275.75
35,229,326.25
53,584,533.69
2,943,114.26
12,020,612.24
44,351,962.28
43,962,821.96
710,730.86
1,613,068.70
1,804,728.92
1,366,102.49
526,687.00
1,548,439.20
33,115,566.67
50,369,461.67
2,766,527.41
11,299,375.51
41,690,844.54
41,325,052.64
D8 39,102.61 187,122.07 3,241,886.16 33,519,142.91 3,047,372.99 31,507,994.34
D8U2 113,631.07 202,205.47 1,169,500.49 4,445,328.57 1,099,330.46 4,178,608.86
D8L1 981.64 206.01 1,058,619.55 222,159.61 995,102.38 208,830.04
O
D8L 826,207.07 124,202.12 2,973,295.31 1,841,077.82 2,794,897.59 1,730,613.15
D8L2 1,016.87 12.67 1,096,612.14 13,663.86 1,030,815.41 12,844.03
D7 444,884.96 4,937,299.52 1,775,232.22 28,464,914.70 1,668,718.29 26,757,019.82
D6 301,824.65 6,653,780.26 1,210,684.63 37,323,522.95 1,138,043.56 35,084,111.57
D5U 29,269.00 60,183.99 525,836.57 5,728,461.17 494,286.38 5,384,753.50
C

D5 239,380.65 2,823,084.76 1,873,336.24 51,524,059.30 1,760,936.07 48,432,615.74


D5L 30,043.58 31,711.47 616,125.86 2,501,963.78 579,158.31 2,351,845.96
D4 93,253.36 8,678,634.57 600,476.13 64,231,013.49 564,447.56 60,377,152.68
D3 318,393.34 5,032,476.65 1,445,554.64 39,926,929.09 1,358,821.36 37,531,313.35
D2 265,431.66 3,250,929.67 1,459,019.08 37,678,661.73 1,371,477.93 35,417,942.02
D1 228,615.70 986,932.02 1,131,604.06 21,706,414.60 1,063,707.81 20,404,029.73
C11 156,882.72 8,701,001.87 549,778.88 48,607,403.18 516,792.14 45,690,958.99
C10U 1,145.34 95,788.82 568,037.07 91,969,564.82 533,954.84 86,451,390.93
C10 79,026.90 2,139,472.34 445,810.45 29,504,315.76 419,061.82 27,734,056.81
C10L 1,022.54 24.86 507,135.74 12,329.05 476,707.59 11,589.31
C9U 73,981.90 4,657,375.94 456,826.73 41,151,942.44 429,417.13 38,682,825.90
C9 72,707.53 1,175,277.88 752,921.00 26,607,746.32 707,745.74 25,011,281.54
C9L 115,340.39 257,188.83 685,347.24 8,033,503.10 644,226.41 7,551,492.92
C8U 28,908.74 550,384.25 629,189.40 20,824,520.87 591,438.04 19,575,049.62
C8 171,062.14 3,970,535.36 912,606.01 35,135,816.57 857,849.65 33,027,667.58
C8L 31,903.02 10,536.33 685,565.15 3,675,701.42 644,431.24 3,455,159.33
C7U 41,109.40 1,822,826.00 960,449.05 61,959,548.95 902,822.11 58,241,976.01
C7 185,671.91 7,869,598.65 677,317.90 40,970,491.79 636,678.83 38,512,262.28
C7L 36,330.60 3,538.23 858,096.07 83,240.68 806,610.31 78,246.24

III-41
PT KUTAI ENERGI I
BAB III. GEOLOGI DAN KEADAAN ENDAPAN

Tabel 3.12. Lanjutan


TERUKUR TERUNJUK TEREKA
LOKASI SEAM COAL OB COAL OB COAL OB
TON BCM TON BCM TON BCM
C6 369,021.24 13,676,824.56 979,543.35 51,567,352.29 920,770.75 48,473,311.16
C5U 38,167.59 403,776.05 1,822,636.76 42,460,855.87 1,713,278.55 39,913,204.51
C5 619,918.54 13,026,625.01 1,634,718.92 45,581,190.49 1,536,635.78 42,846,319.06
C5L 13,869.88 1,222.77 656,955.64 1,189,522.79 617,538.30 1,118,151.42
C4U 5,202.69 482,780.52 160,950.52 29,323,055.65 151,293.49 27,563,672.31
C4 186,021.13 10,346,250.04 544,322.99 45,472,402.95 511,663.61 42,744,058.78
C4L 42,472.73 504,840.29 745,579.18 23,364,315.61 700,844.43 21,962,456.67
C3U 18,791.30 1,423,062.81 301,004.36 34,216,925.81 282,944.10 32,163,910.26
C3 568,325.66 7,635,247.99 2,004,138.19 34,534,560.01 1,883,889.90 32,462,486.41
C3L 345,776.35 5,332,676.52 2,279,627.28 55,321,817.78 2,142,849.64 52,002,508.71
C2 467,652.00 8,487,079.18 1,029,337.92 28,256,034.85 967,577.65 26,560,672.76
C1U 11,539.28 1,044,826.34 264,797.34 23,985,198.21 248,909.50 22,546,086.32
C1 491,114.98 12,798,047.41 1,089,161.85 41,851,073.46 1,023,812.14 39,340,009.05
C1L 12,149.47 12,162.36 280,209.06 2,251,857.50 263,396.51 2,116,746.05
B6 504,477.40 6,196,671.67 908,418.32 25,083,790.97 853,913.22 23,578,763.51
B5
B4
B3U
B3
B3L
B2U
282,731.30
561,870.52
13,221.91
3,538.29
4,895.36
37,962.78
PY 3,483,842.00
4,818,374.38
405,895.24
8,942.82
5,496.73
2,455,211.53
504,548.66
1,000,134.77
230,828.68
197,048.42
113,955.52
357,353.84
13,207,276.73
14,068,200.30
13,300,998.12
514,426.80
127,970.79
32,531,267.17
474,275.74
940,126.68
216,978.96
185,225.52
107,118.19
335,912.61
12,414,840.12
13,224,108.28
12,502,938.23
483,561.19
120,292.55
30,579,391.14
B2 200,408.49 6,168,639.77 463,676.34 23,958,284.00 435,855.76 22,520,786.96
B2L 28,705.43 28,084.53 300,335.74 3,567,700.20 282,315.60 3,353,638.18
B1 50,857.34 1,668,571.74 443,722.84 22,988,571.17 417,099.47 21,609,256.90
O
A7 1,403,086.97 12,319,832.13 1,318,868.55 18,511,781.93 1,239,736.43 17,401,075.02
A6 421,619.11 13,957,496.00 332,662.76 17,573,628.90 312,702.99 16,519,211.17
A5U 1,282.81 24,902.29 98,644.38 1,971,167.39 92,725.72 1,852,897.34
A5 95,280.93 2,399,403.15 197,349.98 10,781,964.90 185,508.98 10,135,047.00
A5L 2,609.41 133.77 191,463.07 245,250.00 179,975.28 230,535.00
C

A4U 125,933.06 4,047,759.79 333,889.15 17,668,720.01 313,855.80 16,608,596.81


A4 205,654.41 3,780,090.49 717,514.22 15,763,554.10 674,463.37 14,817,740.85
A4L 262,935.08 240,114.79 630,704.08 4,270,130.93 592,861.83 4,013,923.08
A3U 62,018.72 340,202.65 341,843.14 5,159,432.71 321,332.55 4,849,866.75
A3 818,851.01 6,411,270.64 573,992.49 8,117,843.27 539,552.94 7,630,772.67
A3L 130,067.16 32,044.33 710,700.47 174,307.67 668,058.44 163,849.21
A2U 237,819.17 3,229,882.20 251,227.45 7,871,106.15 236,153.80 7,398,839.78
A2 136,567.19 2,615,953.67 221,560.86 7,389,166.12 208,267.20 6,945,816.15
A2L 191,396.45 1,030,822.77 212,563.04 3,352,159.29 199,809.26 3,151,029.73
A1U 535,040.84 12,930,440.32 299,266.75 12,697,166.56 281,310.75 11,935,336.57
A1 125,026.32 2,193,844.91 294,337.97 9,681,949.14 276,677.69 9,101,032.19
A1L 349,211.24 1,719,719.17 222,426.95 4,455,864.16 209,081.33 4,188,512.31
A0 81,392.80 4,054,943.39 200,053.83 19,160,443.07 188,050.60 18,010,816.48
TOTAL 33,133,186.17 562,443,032.46 154,112,648.29 3,558,593,610.85 144,865,889.39 3,345,077,994.20
GRAND TOTAL 99,911,541.42 1,480,561,256.23 168,179,536.11 3,746,219,412.48 151,797,804.44 3,477,940,672.22

III-42
PT KUTAI ENERGI I
BAB III. GEOLOGI DAN KEADAAN ENDAPAN

3.2.3.2. Klasifikasi dan Jumlah Cadangan


Kuantitas cadangan batubara di daerah penyelidikan dihitung
berdasarkan data ketebalan, luas area penambangan, dan berat jenis
batubara. Berdasarkan data singkapan dan pemboran batubara, klasifikasi
cadangan batubara dapat dikategorikan dalam Cadangan Batubara
Terukur (SNI, 1998).
Estimasi kuantitas batubara dan overburden menggunakan metode
Inverse Distance Weighted, dimana bobot ketebalan pada titik-titik tertentu
mampu diestimasi. Langkah berikutnya adalah menentukan kondisi batas,
baik batas cropline maupun batas area penambangan. Perhitungan
dibantu dengan menggunakan perangkat lunak MineScape Version 4.19.

PY
Distribusi titik-titik u (x,y)
pada permukaan bidang
batubara
Y Ue (x,y)
O
Node/
titik simpul

(B
C

(A X
)

Gambar 3.6. Estimasi cadangan batubara dengan menggunakan Metode


Inverse Distance Weighted (IDW) mampu menghitung bobot/nilai
ketebalan pada titik-titik tertentu. (Dwiantoro, Widodo, L.E., 2007)

Dari seluruh kegiatan eksplorasi yang sudah dilakukan pada


daerah telitian dapat diperoleh sumberdaya dan cadangan batubara.
Pada kegiatan eksplorasi awal, Perhitungan cadangan batubara
yang dilakukan oleh PT Kutai Energi I adalah sebesar 13.504.372 MT

III-43
PT KUTAI ENERGI I
BAB III. GEOLOGI DAN KEADAAN ENDAPAN

dengan jumlah overburden sebesar 150.609.714,36 BCM dengan


stripping ratio adalah 11,15 : 1. Sedangkan realisasi produksi batubara PT
Kutai Energi I sampai dengan desember 2014 adalah 2.165.646,34 MT.
Kegiatan eksplorasi PT Kutai Energi I terus dilakukan dengan lebih
detail pada blok penambangan yang baru. Adapun cadangan terkira
berdasarkan data eksplorasi baru tersebut yang masih dalam kondisi
insitu adalah 59.437.492,63 MT. Diasumsikan recovery penaksiran
cadangan sebesar 15% sehingga cadangan terbukti PT Kutai Energi I
adalah 51.684.776,20 MT. Sedangkan berdasakan penaksiran tersebut
jumlah overburden sebesar 509.506.047,70 BCM, sehingga stripping
ratio-nya adalah 9,86.

PIT SEAM
PY
Tabel 3.13. Perhitungan Cadangan Terukur Batubara

BCM
COAL
TERKIRA (MT) TERBUKTI (MT)
OVERBURDEN
BCM
LUAS
HA
PIT LARA C1U 5.706,83 7.418,88 6.306,05 224.812,50 80,79
C1 1.895,73 2.464,44 2.094,78 41.094,27
C1L 5.420,48 7.046,63 5.989,63 5.108,85
O
B6 21.299,13 27.688,87 23.535,54 30.054,12
B5 7.307,88 9.500,25 8.075,21 18.253,61
B4 53.552,72 69.618,54 59.175,76 93.371,83
B2U 4.751,95 6.177,53 5.250,90 73.115,34
C

B2 24.887,50 32.353,75 27.500,69 733.910,66


B2L 3.593,85 4.672,00 3.971,20 6.194,06
B1 325,30 422,89 359,46 7.304,70
A7 98.911,33 128.584,73 109.297,02 717.460,77
A6 85.249,68 110.824,59 94.200,90 2.136.837,24
A5U 5.278,57 6.862,15 5.832,82 139.116,78
A5 9.873,53 12.835,59 10.910,25 219.106,71
A5L 9.897,07 12.866,19 10.936,26 849,79
A4U 62.456,91 81.193,98 69.014,88 1.393.576,69
A4 106.319,12 138.214,86 117.482,63 646.156,97
A4L 116.925,94 152.003,72 129.203,16 112.279,54
A3 241.274,09 313.656,32 266.607,87 2.250.374,70

III-44
PT KUTAI ENERGI I
BAB III. GEOLOGI DAN KEADAAN ENDAPAN

Tabel 3.13. Lanjutan


COAL OVERBURDEN LUAS
PIT SEAM
BCM TERKIRA (MT) TERBUKTI (MT) BCM HA
A2U 44.934,88 58.415,35 49.653,04 697.056,30
A2 2.913,86 3.788,02 3.219,82 91.605,11
A2L 21.331,01 27.730,31 23.570,76 151.771,11
A1U 17.674,22 22.976,49 19.530,02 649.144,65
A1L 3.969,91 5.160,88 4.386,75 143.619,91
SUB
TOTAL 955.751,50 1.242.476,95 1.056.105,41 10.582.176,21 80,79
PIT A 7 C5 379,00 492,70 418,80 707,34 58,04
C4 1.745,17 2.268,72 1.928,42 168.119,52
C3U 1.386,28 1.802,16 1.531,84 109.150,00
C3 17.198,73 22.358,35 19.004,60 75.374,02
C3L
C2
C1
B6
B5
PY
46.781,56
44.883,63
44.620,42
54.719,02
62.969,77
60.816,02
58.348,71
58.006,54
71.134,72
81.860,70
51.693,62
49.596,41
49.305,56
60.464,51
69.581,60
71.443,79
473.468,90
1.032.307,14
694.305,12
633.265,68
B4 99.567,86 129.438,21 110.022,48 1.094.209,31
B3U 5.490,83 7.138,08 6.067,37 114.314,23
O
B3 5.645,52 7.339,18 6.238,30 135.658,85
B3L 2.231,03 2.900,34 2.465,28 1.678,51
B2U 1.519,39 1.975,20 1.678,92 390.340,75
B2 85.826,50 111.574,45 94.838,29 873.238,59
C

B2L 432,80 562,64 478,24 367,23


B1 37.277,25 48.460,43 41.191,36 804.733,13
A7 236.055,55 306.872,21 260.841,38 2.288.710,02
A6 687,15 893,29 759,30 247.149,61
SUB
TOTAL 749.417,44 974.242,67 828.106,27 9.208.541,75 58,04
PIT 5 C9 67,22 87,39 74,28 7.583,20 80,50
C8 1.082,00 1.406,60 1.195,61 28.610,45
C7 1.616,61 2.101,59 1.786,35 36.671,75
C6 45.849,91 59.604,88 50.664,15 579.631,20
C5U 8.236,75 10.707,78 9.101,61 96.394,38
C5 229.502,58 298.353,36 253.600,35 1.754.098,08
C5L 4.998,97 6.498,66 5.523,86 90,25
C4 156.932,57 204.012,35 173.410,49 2.727.018,13
C3 733.027,80 952.936,14 809.995,72 3.713.122,00
C3L 1.091,99 1.419,59 1.206,65 3.362,63

III-45
PT KUTAI ENERGI I
BAB III. GEOLOGI DAN KEADAAN ENDAPAN

Tabel 3.13. Lanjutan


COAL OVERBURDEN LUAS
PIT SEAM
BCM TERKIRA (MT) TERBUKTI (MT) BCM HA
C2 221.349,82 287.754,77 244.591,56 5.238.791,59
C1 2.587,80 3.364,14 2.859,52 1.278.963,87
B6 317,25 412,43 350,57 1.551,59
SUB
TOTAL 1.406.661,28 1.828.659,67 1.554.360,72 15.465.889,13 80,50
PIT 3C C11 77,45 100,68 85,58 1.436,67 12,44
C10U 449,51 584,37 496,71 46.930,64
C10 14.197,22 18.456,39 15.687,93 156.126,92
C10L 619,59 805,47 684,65 2.484,27
C9U 2.460,42 3.198,54 2.718,76 183.407,08
C9 60.871,11 79.132,45 67.262,58 1.061.056,20

PIT 5U
C9L
C8
SUB
TOTAL
C6
PY
3.101,22
1.544,55

83.321,08
356,61
4.031,59
2.007,92

108.317,40
463,60
3.426,85
1.706,73

92.069,79
394,06
13.633,99
760.124,24

2.225.200,02
2.837,07
12,44
4,78
C5 1.108,22 1.440,69 1.224,59 99.210,49
SUB
TOTAL 1.464,84 1.904,29 1.618,65 102.047,56 4,78
O
PIT C U C7 1.047,15 1.361,29 1.157,10 59.112,06 6,24
C6 10.868,53 14.129,09 12.009,73 683.201,07
C5 21.344,35 27.747,65 23.585,51 445.232,20
SUB
C

TOTAL 33.260,03 43.238,04 36.752,33 1.187.545,33 6,24


PIT D E8 2.488,43 3.234,95 2.749,71 6.452,53 135,36
E7 1.439,59 1.871,46 1.590,74 109.824,95
E6 14.059,53 18.277,39 15.535,78 84.419,47
E5 88.857,83 115.515,18 98.187,90 290.889,10
E4 2.752,72 3.578,54 3.041,76 38.530,40
E3 27.109,60 35.242,48 29.956,11 167.465,45
E2 139.895,82 181.864,56 154.584,88 843.316,11
E1 130.056,46 169.073,40 143.712,39 1.323.319,44
D12U 17.763,96 23.093,15 19.629,18 345.712,72
D12 17.801,82 23.142,36 19.671,01 748.540,03
D12L 12.605,63 16.387,32 13.929,22 6.682,88
D11 434.340,49 564.642,64 479.946,24 4.885.685,93
D10U 18.487,11 24.033,24 20.428,26 387.732,48
D10 624.155,85 811.402,60 689.692,21 3.832.234,77

III-46
PT KUTAI ENERGI I
BAB III. GEOLOGI DAN KEADAAN ENDAPAN

Tabel 3.13. Lanjutan


D10L 18.088,39 23.514,91 19.987,67 4.204,75
D9U1 299.657,78 389.555,11 331.121,84 3.431.273,86
D9U 143.686,66 186.792,66 158.773,76 2.363.199,26
D9 139.929,63 181.908,52 154.622,24 2.789.959,84
D9U2 116.952,49 152.038,23 129.232,50 61.372,81
D9L1 47.092,80 61.220,65 52.037,55 42.421,45
D9L 451.687,83 587.194,18 499.115,05 55.013,55
D9L2 37.182,66 48.337,45 41.086,84 6.841,63
D8A 476.480,86 619.425,12 526.511,35 2.536.328,68
D8U1 324.579,74 421.953,66 358.660,61 7.155.468,56
D8U 263.429,05 342.457,76 291.089,10 4.588.758,38
D8 14.304,46 18.595,80 15.806,43 54.212,81
D8U2 309.937,37 402.918,58 342.480,79 205.907,51
D8L1
D8L
D8L2
D7
D6
PY
114.113,19
643.702,39
96.311,72
441.010,17
290.967,60
148.347,14
836.813,10
125.205,24
573.313,22
378.257,89
126.095,07
711.291,14
106.424,45
487.316,24
321.519,20
28.777,67
90.368,86
17.854,55
4.352.307,05
7.027.180,22
D5U 24.096,02 31.324,83 26.626,10 39.375,19
D5 387.674,08 503.976,30 428.379,86 7.361.795,67
O
D5L 21.022,19 27.328,85 23.229,52 20.186,18
D4 54.266,64 70.546,64 59.964,64 6.996.976,54
D3 187.007,28 243.109,46 206.643,04 4.013.446,43
D2 46.592,81 60.570,65 51.485,05 890.158,19
C

D1 61.901,04 80.471,35 68.400,64 72.866,53


C11 61.031,78 79.341,32 67.440,12 3.601.203,14
C10 17.192,32 22.350,02 18.997,51 250.604,95
C9U 24.126,62 31.364,61 26.659,92 1.238.201,12
C9 34.446,21 44.780,07 38.063,06 369.053,84
C9L 42.663,25 55.462,23 47.142,90 125.238,79
C8U 13.105,65 17.037,34 14.481,74 308.672,30
C8 33.283,13 43.268,07 36.777,86 925.808,24
C8L 10.647,28 13.841,46 11.765,24 8.753,97
C7U 5.998,74 7.798,36 6.628,60 59.693,75
C7 34.967,09 45.457,21 38.638,63 993.422,37
C7L 5.306,40 6.898,32 5.863,58 889,16
SUB
TOTAL 6.826.258,15 8.874.135,59 7.543.015,26 75.158.604,01 135,36
PIT E 63 2.803,72 3.644,83 3.098,11 23.846,03 236,44

III-47
PT KUTAI ENERGI I
BAB III. GEOLOGI DAN KEADAAN ENDAPAN

Tabel 3.13. Lanjutan


62 2.821,94 3.668,53 3.118,25 103.787,35
61 27.045,41 35.159,03 29.885,18 606.097,26
60 64.964,79 84.454,23 71.786,10 1.861.633,80
59 26.391,69 34.309,20 29.162,82 372.164,32
58 63.709,24 82.822,01 70.398,71 370.723,87
57 97.169,59 126.320,47 107.372,40 3.272.409,01
56 147.411,22 191.634,59 162.889,40 6.190.632,42
55 181.918,54 236.494,10 201.019,98 435.940,85
54 266.287,34 346.173,54 294.247,51 3.066.322,59
53 108.583,26 141.158,24 119.984,51 1.075.569,10
E17 197.915,75 257.290,48 218.696,91 6.623,38
E16U 217.756,57 283.083,54 240.621,01 5.258.767,64
E16 296.665,30 385.664,90 327.815,16 2.216.239,16
E16L
E15U
E15
E15L
E14U
PY
199.499,16
687.575,91
119.960,21
177.549,90
256.208,22
259.348,90
893.848,68
155.948,27
230.814,87
333.070,69
220.446,57
759.771,38
132.556,03
196.192,64
283.110,08
15.960,68
7.938.774,38
1.356.043,77
172.152,01
4.493.160,75
E14 169.782,82 220.717,67 187.610,02 3.866.975,27
E14L 161.987,08 210.583,20 178.995,72 63.715,18
O
E13U 216.861,84 281.920,39 239.632,33 3.359.873,19
E13 348.708,08 453.320,50 385.322,43 2.642.885,29
E13L 201.979,81 262.573,75 223.187,69 120.746,74
E12U 268.386,76 348.902,79 296.567,37 6.601.629,64
C

E12 124.530,73 161.889,95 137.606,45 2.046.493,56


E12L 50.418,95 65.544,63 55.712,94 9.260,03
E11U 133.786,34 173.922,25 147.833,91 7.930.174,02
E11 193.357,32 251.364,52 213.659,84 7.194.453,22
E11L 40.426,17 52.554,03 44.670,92 6.517,06
E10U 650.101,07 845.131,39 718.361,68 12.695.533,35
E10 212.387,61 276.103,89 234.688,31 2.386.310,08
E10L 722.671,01 939.472,31 798.551,47 862.262,00
E9U 134.377,43 174.690,66 148.487,06 1.532.732,63
E9 392.705,44 510.517,08 433.939,51 4.528.390,15
E9L 32.211,64 41.875,13 35.593,86 97.452,93
E8U 437.585,80 568.861,54 483.532,31 4.126.157,36
E8 441.446,15 573.879,99 487.797,99 2.172.628,85
E8L 317.606,26 412.888,13 350.954,91 198.033,78
E7 96.210,96 125.074,25 106.313,11 3.157.154,32

III-48
PT KUTAI ENERGI I
BAB III. GEOLOGI DAN KEADAAN ENDAPAN

Tabel 3.13. Lanjutan


E6 631.931,77 821.511,30 698.284,61 10.925.172,80
E5U 298.281,35 387.765,75 329.600,89 678.259,04
E5 1.256.240,99 1.633.113,29 1.388.146,30 3.412.933,96
E5L 140.592,35 182.770,06 155.354,55 37.653,27
E4U 6.290,05 8.177,06 6.950,50 111.465,39
E4 275.079,81 357.603,75 303.963,19 2.842.711,40
E4L 4.546,67 5.910,67 5.024,07 805,53
E3 436.781,94 567.816,52 482.644,04 2.513.933,94
E2 596.616,22 775.601,08 659.260,92 4.716.234,47
E1 272.180,54 353.834,71 300.759,50 3.588.485,16
D12U 602,14 782,79 665,37 58.848,19
D12 3.667,28 4.767,46 4.052,34 459.223,02
D12L 213,34 277,35 235,74 0,30
D11
D10U
D10
D10L
SUB
PY
16.547,62
558,59
1,92
500,64
21.511,91
726,17
2,50
650,83
18.285,12
617,25
2,13
553,21
1.340.244,41
130,32
76.873,13
233,82

TOTAL 12.430.400,29 16.159.520,37 13.735.592,32 135.199.435,17 236,44


PIT BARAT 56 600,37 780,49 663,41 5.054,10 491,29
O
55 980,58 1.274,76 1.083,54 2.266,88
54 3.865,84 5.025,60 4.271,76 27.158,27
53 1.829,82 2.378,77 2.021,95 6.204,01
E17 3.021,75 3.928,27 3.339,03 370,97
C

E16U 24.692,41 32.100,13 27.285,11 227.599,83


E16L 17.151,90 22.297,47 18.952,85 1.355,98
E15U 105.547,77 137.212,10 116.630,28 537.242,81
E15L 27.310,28 35.503,37 30.177,86 1.594,59
E14U 67.387,02 87.603,12 74.462,65 511.563,35
E14L 57.856,94 75.214,03 63.931,92 3.845,16
E13U 111.040,28 144.352,36 122.699,51 1.112.561,37
E13L 61.271,40 79.652,83 67.704,90 11.341,07
E12U 179.242,72 233.015,54 198.063,21 1.865.913,86
E12L 79.035,07 102.745,59 87.333,75 15.790,46
E11U 205.419,64 267.045,54 226.988,71 2.939.790,00
E11L 90.290,93 117.378,21 99.771,48 26.901,52
E10U 399.560,20 519.428,26 441.514,02 1.215.914,68
E10L 317.094,04 412.222,25 350.388,91 62.789,13
E9U 374.790,19 487.227,24 414.143,15 2.943.229,17

III-49
PT KUTAI ENERGI I
BAB III. GEOLOGI DAN KEADAAN ENDAPAN

Tabel 3.13. Lanjutan


E9L 123.055,84 159.972,59 135.976,70 13.056,74
E8U 414.983,02 539.477,92 458.556,24 526.751,07
E8L 228.385,55 296.901,21 252.366,03 36.190,62
E7 226.753,62 294.779,70 250.562,75 5.561.402,63
E6 419.810,26 545.753,34 463.890,34 1.277.498,40
E5U 834.741,57 1.085.164,04 922.389,43 1.606.822,43
E5L 465.421,02 605.047,32 514.290,22 46.131,80
E3 382.792,50 497.630,25 422.985,72 1.948.325,36
E2 635.525,67 826.183,37 702.255,87 3.340.070,45
E1 454.384,28 590.699,56 502.094,63 1.503.702,97
D11 555.151,52 721.696,97 613.442,43 4.202.743,09
D10U 286.528,87 372.487,54 316.614,41 2.709.126,88
D10L 229.081,21 297.805,57 253.134,74 47.725,04
D9U
D9L
D8A
D8U
D8L
PY
1.030.604,96
395.210,10
389.410,67
801.093,57
703.907,85
1.339.786,45
513.773,13
506.233,87
1.041.421,64
915.080,21
1.138.818,48
436.707,16
430.298,79
885.208,39
777.818,18
4.406.523,74
67.495,67
3.066.169,89
3.889.326,28
55.124,13
D7 503.036,20 653.947,06 555.855,00 1.252.499,75
D6 271.999,92 353.599,89 300.559,91 10.108.316,05
O
D5 219.843,64 285.796,73 242.927,22 2.087.513,77
D4 132.486,50 172.232,46 146.397,59 11.460.114,29
D3 261.822,27 340.368,95 289.313,61 40.460,45
D2 290.102,11 377.132,75 320.562,84 4.265,09
C

D1 467.351,65 607.557,14 516.423,57 1.367.693,11


C11 150.908,54 196.181,10 166.753,94 6.984.651,31
C10 97.793,04 127.130,95 108.061,31 7.423.487,26
C9 289.217,63 375.982,92 319.585,48 4.390.080,68
C8 219.231,75 285.001,28 242.251,09 98.546,92
C7 57.481,01 74.725,31 63.516,51 4.804.940,90
C6 423.872,38 551.034,09 468.378,98 17.317.331,94
C5 321.647,14 418.141,29 355.420,09 7.558.323,01
C4 349.384,41 454.199,73 386.069,77 8.649.030,42
C3 1.029.502,20 1.338.352,86 1.137.599,93 8.982.741,28
C3L 3.260,27 4.238,35 3.602,59 53.464,87
C2 518.243,52 673.716,58 572.659,09 13.620.707,10
C1 336.594,37 437.572,68 371.936,77 7.597.858,43
B6 460.914,89 599.189,35 509.310,95 160.917,45
B5 383.111,80 498.045,34 423.338,54 10.782.230,33

III-50
PT KUTAI ENERGI I
BAB III. GEOLOGI DAN KEADAAN ENDAPAN

Tabel 3.13. Lanjutan


B4 584.450,19 759.785,24 645.817,46 5.430.041,07
B2 368.950,14 479.635,18 407.689,90 14.228.639,28
B1 52.031,87 67.641,44 57.495,22 5.494.742,19
A7 2.601.016,25 3.381.321,13 2.874.122,96 18.919.446,91
A6 1.083.754,90 1.408.881,37 1.197.549,16 6.552.714,23
A5 31.529,16 40.987,91 34.839,73 2.341.292,52
A4U 337.802,34 439.143,04 373.271,59 16.009.212,16
A4 156.331,09 203.230,42 172.745,86 8.510.314,66
A4L 300.869,16 391.129,91 332.460,43 115.762,82
A3U 782.225,05 1.016.892,57 864.358,68 5.947.902,93
A3L 324.965,55 422.455,22 359.086,93 307.579,98
A2U 0,00 0,00 0,00 14,82
A2 170.456,31 221.593,21 188.354,23 5.951.096,15
SUB TOTAL
GRAND TOTAL
PY
24.287.018,51
46.773.553,12
31.573.124,06
60.805.619,05
26.837.155,45
51.684.776,20
260.376.608,52
509.506.047,70
491,29
1.105,89
O
C

III-51
PT. KUTAI ENERGI I
BAB IV. RENCANA PENAMBANGAN

BAB IV RENCANA PENAMBANGAN

4.1. Sistem / Metode Penambangan


Metode penambangan batubara di WIUP OP. PT Kutai Energi I
dipilih berdasarkan hasil eksplorasi dan pertimbangan dari beberapa
aspek, antara lain :
- Kemampuan perusahaan untuk melakukan usaha penambangan yang
meliputi kemampuan teknis dan finansial serta jumlah target produksi
batubara pertahun.
- Jumlah seam batubara sebanyak 132 seam. (C1U, C1, C1L, B6, B5,
PY
B4, B2U, B2, B2L, B1, A7, A6, A5U, A5, A5L, A4U, A4, A4L, A3, A2U,
A2, A2L, A1U, A1L, C5, C4, C3U, C3, C3L, C2, B3U, B3, B3L, C9, C8,
C7, C6, C5U, C5L, C11, C10U, C10, C10L, C9U, C9L, E8, E7, E6, E5,
E4, E3, E2, E1, D12U, D12, D12L, D11, D10U, D10, D10L, D9U1,
D9U, D9, D9U2, D9L1, D9L, D9L2, D8A, D8U1, D8U, D8, D8U2,
O
D8L1, D8L, D8L2, D7, D6, D5U, D5, D5L, D4, D3, D2D1, C8U, C8L,
C7U, C7L, 63, 62, 61, 60, 59, 58, 57, 56, 55, 54, 53, E17, E16U, E16,
E16L, E15U, E15, E15L, E14U, E14, E14L, E13U, E13, E13L, E12U,
C

E12, E12L, E11U, E11, E11L, E10U, E10, E10L, E9U, E9, E9L, E8U,
E8L, E5U, E5L, E4U, E4L, A3U, dan A3L) dengan ketebalan sampai
dengan antara 6 m.
- Kemiringan lapisan di daerah telitian bervariasi sekali, dimana lapisan
paring landai yakni 40 sedangkan yang paling terjal sampai dengan
810.
- Keadaan topografi daerah penyelidikan merupakan perbukitan
bergelombang dan dataran sehingga penambangan secara terbuka
dapat dilakukan.
Berdasarkan kondisi batubara diatas, direncanakan penambangan
batubara didaerah ini dilakukan secara tambang terbuka dan

IV-1
PT. KUTAI ENERGI I
BAB IV. RENCANA PENAMBANGAN

penambangan dilakukan dengan menggunakan alat berat, dan tidak


menggunakan peledakan.

4.2. Tahapan Penambangan


Rencana penambangan endapan batubara di wilayah eksplorasi
yang akan dilakukan dengan tambang terbuka telah disusun dalam bagan
alir dengan tahapan sebagai berikut :

Pembersihan Pengupasan Penambangan


Lokasi Tambang Tanah Penutup Batubara

Pengolahan
PY Batubara

Penjualan
Pengangkutan
Batubara

Gambar 4.1. Diagram alir rencana penambangan


O
4.3. Pembersihan Tempat Kerja (Land Clearing)
Tujuan dari land clearing yaitu pembersihan lokasi tambang
C

terhadap tumbuhan dan semak belukar sehingga tidak mengganggu dan


mempermudah pekerjaan pengupasan tanah penutup serta pelaksanaan
penambangan. Tumbuhan dan semak belukar ini dikumpulkan pada suatu
tempat tertentu dan digunakan untuk menutupi bagian atas pada areal
disposal. Hal ini diharapkan untuk mengurangi kondisi erosi dan berguna
untuk unsur hara pada areal disposal tersebut.

4.3.1. Pengupasan Tanah Penutup (Overburden Removal)


Kegiatan pengupasan tanah dalam usaha penambangan batubara
ini dilakukan sebagai berikut :

IV-2
PT. KUTAI ENERGI I
BAB IV. RENCANA PENAMBANGAN

- Pengupasan Tanah Pucuk


Tanah pucuk merupakan bagian dari tanah penutup yang mengandung
unsur hara yang sangat dibutuhkan oleh tumbuh-tumbuhan sehingga
dalam penanganannya tanah pucuk ini dilakukan tersendiri.

PY
O
C

IV-3
PT. KUTAI ENERGI I
BAB IV. RENCANA PENAMBANGAN

PY
O
C
Gambar 4.2. Skema alir penambangan - pengapalan

IV-4
PT. KUTAI ENERGI I
BAB IV. RENCANA PENAMBANGAN

Tanah pucuk dikupas dengan batasan sampai kedalaman 0,25 m


hingga 0,50 meter dari permukaan tanah merata keseluruh permukaan
lokasi tambang dan ditempatkan dekat dengan rencana bukaan
tambang dengan jarak timbunan maksimal 500 m, ini dimaksudkan
agar setelah bekas tambang ditimbun kembali, tanah pucuk dapat
ditebarkan ke lokasi yang sudah ditimbun tersebut.
- Pengupasan Tanah Penutup
Untuk mengupas tanah penutup yang terdiri dari batupasir dan
batulempung dilakukan dengan mendorong tanah penutup secara
mendatar oleh bulldozer, kemudian dengan exavator dimuat ke dump
truck dan diangkut ke tempat penimbunan tanah penutup. Overburden

PY
batubara umumnya disusun oleh perselingan antara batupasir dan
lempung, batupasir umumnya berwarna abu-abu terang hingga abu-
abu, berbutir halus hingga sedang, membundar tanggung hingga
menyudut tanggung, bersifat lepasan hingga kompak dan lempung
umumnya berwarna putih kemerah-merahan hingga abu-abu muda
O
dengan plastisitas menengah hingga tinggi.
- Tempat Pembuangan Tanah Penutup Dibedakan Penanganannya
Menjadi Dua, yaitu :
C

 Pembuangan tanah penutup ke luar areal tambang (out pit dump)


berjarak 300 m – 1000 m.
 Pembuangan tanah penutup ke dalam areal tambang (in pit dump)
yaitu digunakan sebagai penimbun kembali ke bekas tambang
(back filling).
 Perhitungan kebutuhan alat untuk pengupasan tanah penutup yang
meliputi jumlah, jenis dan kapasitas alat bisa dapat dilihat pada
lampiran perhitungan alat berat tambang.

IV-5
PT. KUTAI ENERGI I
BAB IV. RENCANA PENAMBANGAN

4.3.2. Peledakan
Kriteria operasi peledakan yang paling baik pada kegiatan
penambangan adalah efisien, murah dan aman. Adapun penjabaran untuk
memenuhi kriteria tersebut adalah :
a. Sasaran produksi terpenuhi.
b. Efisiensi bahan peledak tinggi yang dinyatakan dalam blasting ratio
atau powder factor.
c. Tidak banyak terjadi kehilangan (looses).
d. Fragmentasi hasil peledakan seragam ( diameter sesuai yang
diharapkan )
e. Tidak mengganggu lingkungan, antara lain :

PY
- Tingkat getaran kecil.
- Tidak terjadi batu terbang (flying rock)
- Gangguan suara (noise) rendah
Dalam penambangan batubara PT KPUC, pada beberapa lokasi
perlu dilakukan peledakan untuk mengupas lapisan penutup batubara.
O
Diasumsikan 80% overburden dibutuhkan pembongkaran dengan
pemboran dan peledakan.
A. Pola Pemboran Dan Arah Peledakan
C

Pemboran lubang tembak berdiameter 7,88 inchi dilakukan dengan


menggunakan alat bor. Pola pemboran yang akan diterapkan adalah
paralel dan pola peledakannya adalah serentak dalam satu baris dan
beruntun antara baris yang satu dengan baris lainnya. Arah peledakan
disesuaikan dengan rencana penambangan yang telah dibuat.

Gambar 4.3. Pola Pemboran dan Peledakan

IV-6
PT. KUTAI ENERGI I
BAB IV. RENCANA PENAMBANGAN

B. Rancangan Teknik Peledakan


Geometri peledakan yang akan diterapkan dalam peledakan
lapisan penutup batubara ini dihitung berdasarkan teori R.L. Ash. Bahan
utama yang digunakan adalah ANFO (Amonium Nitrat Fuel Oil) di campur
dengan waste oil (oli bekas) yang mempunyai kecepatan detonasi (Ve)
sebesar 11.100 fps dan berat jenis (SG) = 0,9. sebagai penyala awal akan
menggunakan detonator non elektrik (NONEL).
Peledakan ini akan digunakan untuk membongkar lapisan penutup
batubara, yang didominasi oleh batulanau, batupasir dan batulempung
yang mempunyai kekuatan cukup tinggi sehingga memerlukan peledakan

PY
untuk pembongkarannya. Densitas rata-rata batuan yang akan diledakkan
adalah 1,7 gr/cc (106,12 pcf). Diameter lubang tembak (De) = 7,88 inchi.
Tinggi jenjang peledakan (L) adalah 10 m.
a. Burden (B)
Adjusment Factor untuk bahan peladak (AF1)
O
1/ 3 1/ 3
 SG x Ve 2   0,9 x 11.100 2 
AF1   2 
 2 
 0.86
 SG std x Ve std   1,2 x 12.000 
Adjusment Factor untuk batuan (AF2)
C

1/ 3 1/ 3
 densitas std   160 
AF2       1,14
 densitas  107.10 
Burden Ratio = KB = KB std x AF1 x AF2
= 30 x0,86 x 1,14
= 29.67
Jika burden (B) untuk diameter bahan peledak yang dianggap
sama dengan diameter lubang tembak (De = 7,88”), adalah :
KB x De
Burden ( B ) =
12
29.67 x 6.25
=
12
= 15.4 ft
= 4.70 m

IV-7
PT. KUTAI ENERGI I
BAB IV. RENCANA PENAMBANGAN

Apperent Burden ( B' ) = ( B / Sin α )


= ( 4.70 / Sin 700 )
= 5.0 m
≈ 5 m

b. Spacing (S)
Besarnya spacing (S) ditentukan oleh harga spacing ratio (Ks) yang
tergantung pada pola peledakan yang dilakukan. Dengan menerapkan
pola peledakan tunda, maka digunakan harga Ks = 0,8 – 1,8.
S = Ks x B = 1.1 x 5 ≈ 6 m

c. Stemming (T)

PY
Panjang stemming (T) tergantung pada harga stemming ratio (KT) yang
besarnya antara 0,7 – 1,0. Dengan mengambil harga KT 1.0 maka
diperoleh panjang stemming (T) sebesar :
T = KT x B = 1 x 6 = 6 m

d. Sub-drilling (J)
O
Kedalaman sub drilling (J) yang diterapkan tergantung pada harga sub-
drilling ratio (KJ) yang besarnya 0,2 – 0,3. Dengan mengambil KJ = 0,3
maka diperoleh sub-drilling sebesar :
C

J = KJ x B = 0,3 x 5 = 1.6 m ≈ 2 m

e. Kedalaman lubang tembak (H)


Tinggi Jenjang (L) = 10 m, Slope Jenjang 700
L+J
H =
sin α
10 + 2
=
Sin 700
= 12.77 m

f. Isian bahan peledak (Pc)


Pc = H – T = 12,77 – 6 = 6,77 m/lubang

IV-8
PT. KUTAI ENERGI I
BAB IV. RENCANA PENAMBANGAN

PYGambar 4.4. Geometri Peledakan

C. Kesetimbangan Oxygen Bahan Peledak


Bahan peledak utama yang digunakan adalah ANFO (Amonium
O
Nitrat Fuel Oil) di campur dengan waste oil (oli bekas)
 Syarat Proses Pembakaran
C

Pembawa Oksigen BahanBakar


Amonium Nitrate Bahan bakar cair
Potasium Nitrate Serbuk batubara
Calcium Nitrate Serbuk belerang
Potasium Chlorate Parafin
Liquid Oxygen Serbuk Alumunium
Sodium Chloride

IV-9
PT. KUTAI ENERGI I
BAB IV. RENCANA PENAMBANGAN

 Perhitungan Zero Oxygen Balance


AN + FO -------à Fumes + Energi
3 NH4NO3 + CH2 -------à ( 7 H20 + CO2 + 3 N2) + 930 Kcal/kg
CH2 dihasilkan dari fuel oil atau senyawa karbon lainnya.
 Aplikasi Waste Oil Sebagai Pengganti Solar
Sebagai sesama senyawa karbon, waste oil dapat dijadikan sebagai
pengganti solar pada campuran ANFO. Waste oil memiliki pengotor
dan kekentalan yang cukup tinggi sehingga perlu pengencer.
Pengencer yang dipakai adalah solar karena mudah didapat dan
aman.
 Hasil Peledakan dengan Menggunakan Campuran Waste Oil

PY
1. Energi yang dihasilkan :Tidak berbeda jauh dengan jika
menggunakan solar.
Hal ini bisa dilihat dari:
 Hasil pengukuran VOD dengan menggunakan VOD meter.
 Hasil peledakan (heave, fragmentasi). VOD ANFO (density =
0.85) adalah 2500 – 4500 m/s
O
2. Fumes yang dihasilkan sama dengan menggunakan solar
 Non Toxic Fumes (CO2, H2O)
 Toxic Fumes (NO, NO2, CO)
C

 Benefit Dari Penggunaan Waste Oil


1. Kualitas
Walaupun pengaturan ANdan FO dari MMU dilakukan secara
otomatis, namun sering komposisinya tidak tepat akibat kurang
atau kelebihan solar. Sehingga pada saat blasting energi dari
ANFO berkurang dan terjadi gas beracun. Dengan menggunakan
waste oil ANFO yang dihasilkan akan berwarna hitam campur putih
sehingga sangat mudah menentukan apakah komposisinya sudah
sesuai atau tidak.

IV-10
PT. KUTAI ENERGI I
BAB IV. RENCANA PENAMBANGAN

2. Penanganan
Proses penanganan oli bekas menjadi lebih singkat sehingga
mengurangi tempat untuk penyimpanan oli bekas tersebut. Oli
bekas dari Sub cont juga dikumpulkan untuk process oil.
3. Keamanan dan Kondisi Lingkungan
Dengan digunakannya oli bekas, proses penyimpanan menjadi
singkat, mengurangi resiko terhadap lingkungan. Dengan komposisi
ANFO yang sesuai maka fumes/asap beracun diminimalisir
4. Moral
Kesadaran mekanik Contractor dan Subcont menjadi tinggi untuk
mengumpulan oli bekas.

PY
D. Vibrasi Peledakan
Gelombang seismik adalah gelombang yang menggambarkan
penjalaran energi memlalui bumi yang padat (medium). Penjalaran energi
lain diantaranya melalui gelombang suara dan gelombang cahaya.
Gelombang seismik selain dapat dihasilkan oleh alam misalnya gempa
O
bumi dapat juga dihasilkan oleh sumber-sumber lain akibat perbuatan
manusia, misalnya peladakan. Akibat peledakan yang dapat dirasakan
adalah bentuk “getaran” (vibrasi).
C

Tinjauan hukum scaled distance pada kegiatan peledakan


menyangkut beberapa faktor yang berhubungan dengan perkiraan tingkat
getaran peledakan berdasarkan pada berat isian bahan peledak dan jarak
suatu bangunan atau daerah dari tempat peledakan. Cara yang praktis
dan efektif untuk mengontrol getaran adalah dengan menggunakan scaled
distance yang memungkinkan pelaksana di lapangan menentukan jumlah
isian bahan peledak atau jarak aman yang digunakan agar menghasilkan
getaran peladakan yang diijinkan, sedangkan untuk melakukan analisis
tingkat getaran berdasarkan tingkat kenyamanan dan kesehatan terhadap
manusia maka di gunakan acuan Kepmen Lingkungan Hidup No.49 /Men
LH/11/1996.

IV-11
PT. KUTAI ENERGI I
BAB IV. RENCANA PENAMBANGAN

Tabel 4.1. Baku Mutu Tingkat Getaran Untuk Kenyaman Dan Kesehatan

PY
Peledakan tunda (delay blasting) adalah suatu teknik peledakan
dengan cara meledakkan sejumlah muatan bahan peledak dengan cara
meledakkan sejumlah muatan bahan peledak tidak sebagai satu muatan
(single charge) tetapi sebagai suatu seri dari muatan-muatan yang lebih
O
kecil. Getaran yang dihasilkan dari peledakan tunda merupakan kumpulan
dari getaran-getaran kecil dan bukan suatu getaran besar. Peladakan
tunda mengurangi tingkat getaran sebab setiap waktu tunda menghasilkan
C

masing-masing gelombang seismik yang kecil dan terpisah. Gelombang


hasil peledakan tunda pertama telah merambat pada jarak tertentu
sebelum peledakan tunda selanjutnya.
Dalam menentukan jumlah muatan bahan peledak agar tidak
menimbulkan getaran yang dapat merusak suatu struktur bangunan harus
diperhatikan dua hal, yaitu :
a. Besaran getaran yang merupakan fungsi dari jumlah bahan peledak,
jarak struktur dan titik ledak, dan sifat media penghantar gelombang.
b. Kriteria kerusakan struktur itu sendiri, misalnya perpindahan maksimum
yang masih diijinkan, kecepetan dan percepatan partikel maksimum

IV-12
PT. KUTAI ENERGI I
BAB IV. RENCANA PENAMBANGAN
Tabel 4.2. Macam dan Kebutuhan Bahan Peledak per peledakan
Explosive Type satuan 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021
Explosive Used ANFO + Waste Oil ANFO + Waste Oil ANFO + Waste Oil ANFO + Waste Oil ANFO + Waste Oil ANFO + Waste Oil ANFO + Waste Oil
Explosive Density kg/cc 1.20 2.20 3.20 4.20 5.20 6.20 7.20
AN Portion % 75.59% 75.59% 75.59% 75.59% 75.59% 75.59% 75.59%
FO Portion % 1.10% 1.10% 1.10% 1.10% 1.10% 1.10% 1.10%
Waste Oil Portion % 3.31% 3.31% 3.31% 3.31% 3.31% 3.31% 3.31%
Emultion Fortis % 20.00% 20.00% 20.00% 20.00% 20.00% 20.00% 20.00%
Dinamit Type Booster Booster Booster Booster Booster Booster Booster
Loading Density kg/m 23.7 43.4 63.1 82.8 102.5 122.3 142.0
Area to Blasted m2 5,931 4,613 2,788 3,431 1,661 1,809 2,215

PY
No of Holes hole 198 154 93 114 55 60 74
Powder Factor kg/m3 0.004 0.005 0.005 0.007 0.005 0.007 0.007
Explosive Usage
AN kg 23,941 34,136 30,013 48,476 29,057 37,725 53,653
FO kg 349 498 438 707 424 550 782
Ltr 297 423 372 601 360 468 665
Waste Oil kg 1,047 1,493 1,313 2,121 1,271 1,650 2,347
Ltr 922 1,314 1,156 1,866 1,119 1,452 2,066
Emultion Fortis Kg 6,334 9,032 7,941 12,826 7,688 9,981 14,196
Magnum kg - - - - - - -
pcs
Booster kg 79 62 37 46 22 24 30

Inhole Delay
Surface Delay
MS Connector
Electric Detonator
Detonating Cord
pcs
pcs
pcs
pcs
pcs
m
O 198
198
198

-
154
154
154

-
93
93
93

-
114
114
114

-
55
55
55

-
60
60
60

-
74
74
74

-
C
Detcord use per blasting m/blast
Lead in Line roll 312 312 312 312 312 312 312
LIL use per blasting roll/day 1 2 3 4 5 6 7
Plastic Liner kg - 192 233 430 277 377 555
% wet holes % 0.0% 100.0% 200.0% 300.0% 400.0% 500.0% 600.0%
Stemming Block pcs 198 308 279 458 277 362 517
% Stemming block used % 100.0% 200.0% 300.0% 400.0% 500.0% 600.0% 700.0%
AN Gel kg - 2,048 3,602 8,726 6,974 11,318 19,315
% Used % 0.0% 100.0% 200.0% 300.0% 400.0% 500.0% 600.0%
Pastolin kg - - - - - - -

IV-13
PT. KUTAI ENERGI I
BAB IV. RENCANA PENAMBANGAN
Tabel 4.2. Lanjutan
Explosive Type satuan 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028
Explosive Used ANFO + Waste Oil ANFO + Waste Oil ANFO + Waste Oil ANFO + Waste Oil ANFO + Waste Oil ANFO + Waste Oil ANFO + Waste Oil
Explosive Density kg/cc 8.20 9.20 10.20 11.20 12.20 13.20 14.20
AN Portion % 75.59% 75.59% 75.59% 75.59% 75.59% 75.59% 75.59%
FO Portion % 1.10% 1.10% 1.10% 1.10% 1.10% 1.10% 1.10%
Waste Oil Portion % 3.31% 3.31% 3.31% 3.31% 3.31% 3.31% 3.31%
Emultion Fortis % 20.00% 20.00% 20.00% 20.00% 20.00% 20.00% 20.00%
Dinamit Type Booster
Loading Density kg/m 161.7 181.4 201.1 220.9 240.6 260.3 280.0
Area to Blasted m2 2,346 2,763 2,354 4,342 4,170 4,135 4,170

PY
No of Holes hole 78 92 78 145 139 138 139
Powder Factor kg/m3 0.009 0.009 0.009 0.015 0.018 0.018 0.019
Explosive Usage
AN kg 64,718 85,518 80,761 163,594 171,127 183,600 199,181
FO kg 944 1,247 1,178 2,386 2,496 2,677 2,905
Ltr 802 1,060 1,001 2,028 2,121 2,276 2,469
Waste Oil kg 2,831 3,741 3,533 7,157 7,487 8,032 8,714
Ltr 2,492 3,292 3,109 6,298 6,588 7,069 7,668
Emultion Fortis Kg 17,123 22,627 21,368 43,284 45,277 48,577 52,700
Magnum kg - - - - - - -
pcs
Booster kg 31 - - - - - -

Inhole Delay
Surface Delay
MS Connector
Electric Detonator
Detonating Cord
pcs
pcs
pcs
pcs
pcs
m
O 78
78
78

-
-
92
92

-
-
78
78

-
-
145
145

-
-
139
139

-
-
138
138

-
-
139
139

-
C
Detcord use per blasting m/blast
Lead in Line roll 312 312 312 312 312 312 312
LIL use per blasting roll/day 8 9 10 11 12 13 14
Plastic Liner kg 685 922 884 1,812 1,914 2,071 2,262
% wet holes % 700.0% 800.0% 900.0% 1000.0% 1100.0% 1200.0% 1300.0%
Stemming Block pcs 626 829 785 1,592 1,668 1,792 1,946
% Stemming block used % 800.0% 900.0% 1000.0% 1100.0% 1200.0% 1300.0% 1400.0%
AN Gel kg 27,182 41,049 43,611 98,156 112,944 132,192 155,361
% Used % 700.0% 800.0% 900.0% 1000.0% 1100.0% 1200.0% 1300.0%
Pastolin kg - - - - - - -

IV-14
PT. KUTAI ENERGI I
BAB IV. RENCANA PENAMBANGAN
Tabel 4.2. Lanjutan
Explosive Type satuan 2029 2030 2031 2032 2033 2034
Explosive Used ANFO + Waste Oil ANFO + Waste Oil ANFO + Waste Oil ANFO + Waste Oil ANFO + Waste Oil ANFO + Waste Oil
Explosive Density kg/cc 15.20 16.20 17.20 18.20 19.20 20.20
AN Portion % 75.59% 75.59% 75.59% 75.59% 75.59% 75.59%
FO Portion % 1.10% 1.10% 1.10% 1.10% 1.10% 1.10%
Waste Oil Portion % 3.31% 3.31% 3.31% 3.31% 3.31% 3.31%
Emultion Fortis % 20.00% 20.00% 20.00% 20.00% 20.00% 20.00%
Dinamit Type
Loading Density kg/m 299.7 319.4 339.2 358.9 378.6 398.3
Area to Blasted m2 4,180 1,305 1,122 824 694 440

PY
No of Holes hole 139 44 37 27 23 15
Powder Factor kg/m3 0.018 0.009 0.010 0.009 0.013 0.011
Explosive Usage
AN kg 213,719 71,113 64,915 50,415 44,821 29,897
FO kg 3,117 1,037 947 735 654 436
Ltr 2,649 882 805 625 556 371
Waste Oil kg 9,350 3,111 2,840 2,206 1,961 1,308
Ltr 8,228 2,738 2,499 1,941 1,726 1,151
Emultion Fortis Kg 56,546 18,815 17,175 13,339 11,859 7,910
Magnum kg - - - - - -
pcs
Booster kg - - - - - -

Inhole Delay
Surface Delay
MS Connector
Electric Detonator
Detonating Cord
pcs
pcs
pcs
pcs
pcs
m
O -
139
139

-
-
44
44

-
-
37
37

-
-
27
27

-
-
23
23

-
-
15
15

-
C
Detcord use per blasting m/blast
Lead in Line roll 312 312 312 312 312 312
LIL use per blasting roll/day 15 16 17 18 19 20
Plastic Liner kg 2,442 817 749 584 521 349
% wet holes % 1400.0% 1500.0% 1600.0% 1700.0% 1800.0% 1900.0%
Stemming Block pcs 2,090 696 636 494 440 293
% Stemming block used % 1500.0% 1600.0% 1700.0% 1800.0% 1900.0% 2000.0%
AN Gel kg 179,524 64,002 62,318 51,423 48,407 34,083
% Used % 1400.0% 1500.0% 1600.0% 1700.0% 1800.0% 1900.0%
Pastolin kg - - - - - -

IV-15
PT. KUTAI ENERGI I
BAB IV. RENCANA PENAMBANGAN

4.3.3. Penambangan Batubara.


Pelaksanaan pekerjaan ini dilakukan setelah tahapan penggalian
tanah penutup selesai dikerjaan dan pelaksanaannya mengikuti arah
kemajuan dari penggalian tanah penutup. Pembongkaran batubara akan
dilakukan sesuai dengan rencana target produksi yang telah ditetapkan.
Pada pekerjaan ini akan menggunakan alar berat berupa bulldozer
dengan dilengkapi garu. Setelah batubara terbongkar kemudian
dikumpulkan dengan bulldozer yang menggunakan blade. Adapun jumlah
cadangan terbukti yang akan dilakukan pembongkaran adalah sebesar
51.684.776,20 MT.
Berdasarkan bentuk lapisan batubara, kegiatan penambangan

PY
akan dilakukan dengan metode contour mining. Teknik penggaliannya
bertahap dari elevasi yang paling tinggi ke elevasi yang rendah sampai
kedalaman batas penambangan yang telah ditentukan. Kemajuan
penambangan batubara selanjutnya akan mengikuti arah penyebaran
lapisan batubara pada setiap pit yang akan ditambang.
O
1. Tahun pertama (2015), kedua (2016), dan ketiga (2017) PT Kutai
Energi I menargetkan produksi sebesar 2.000.000 MT, dimana
penambangan tiap-tiap tahun tersebut akan dilakukan di Pit LARA,
C

Pit A7, Pit 5, Pit D, dan Pit E.


Adapun luasan areal penambangan untuk tahun pertama (2015) di
Pit LARA 40,00 Ha, Pit A7 25,08 Ha, Pit 5 25,52 Ha, Pit D 8,82 Ha,
dan Pit E 19,20 Ha. Untuk tahun kedua (2016) di Pit LARA 26,83
Ha, Pit A7 30,27 Ha, Pit 5 25,83 Ha, Pit D 9,32 Ha dan Pit E XX Ha.
Sedangkan untuk tahun ketiga (2017) di Pit LARA 13,96 Ha, Pit A7
2,69 Ha, Pit 5 18,58, Pit D 7,67 Ha, dan Pit E 12,86 Ha. Sehingga
luas areal penambangan di tahun pertama (2015) 118,62 Ha, tahun
kedua (2016) 92,26 Ha, dan tahun ketiga (2017) 55,77 Ha.

2. Tahun keempat (2018) sampai dengan tahun kedelapan (2022) PT


Kutai Energi II menargetkan produksi sebesar 2.500.000 MT per

IV-16
PT. KUTAI ENERGI I
BAB IV. RENCANA PENAMBANGAN

tahun. Adapun rencana pit penambangan dan luasan dari masing-


masing tahun tersebut adalah :
- Tahun keempat (2018) yakni Pit CU 6,24 Ha, Pit 5U 4,78 Ha, Pit
3C 12,44 Ha, Pit 5 10,56 Ha, Pit D 16,37 Ha, dan Pit E 18,23.
- Tahun kelima (2019) yakni Pit D 15,46 Ha dan Pit E 17,77 Ha.
- Tahun keenam (2020) yakni Pit D 18,61 ha dan Pit E 17,57 Ha.
- Tahun ketujuh (2021) yakni Pit D 23,91 ha dan Pit E 20,40 Ha.
- Tahun kedelapan (2022) yakni Pit D 25,99 Ha dan Pit E 20,94
Ha.

3. Tahun kesembilan (2023) sampai dengan tahun ke-14 (2028) PT

PY
Kutai Energi I merencanakan produksi batubara sebesar 3.000.000
MT. Adapun rencana dan luasan pit penambangan pada tahun
tersebut yakni :
– Tahun kesembilan (2023) di Pit D 9,22 Ha dan Pit E 46,05 Ha.
– Tahun ke-10 (2024) di Pit E dengan luasan 47,08 Ha.
– Tahun ke-11 (2025) di Pit E dan Pit BARAT masing-masing
O
dengan luasan 16,35 Ha dan 70,50 Ha.
– Tahun ke-12 (2026) di Pit BARAT dengan luasan 83,40 Ha.
– Tahun ke-13 (2027) di Pit BARAT dengan luasan 82,70 Ha.
C

– Tahun ke-14 (2028) di Pit BARAT dengan luasan 83,60 Ha.

4. Tahun ke-15 (2029) dan tahun ke-16 (2030) adalah puncak


produksi dari keseluruhan rencana produkis PT Kutai Energi I
selama 20 tahun rencana penambangan. Adapun pada tahun
tersebut rencana produksi sebesar 3.500.000 MT yang akan
dilaksanakan di Pit BARAT, dengan masing-masing luasan 83,60
Ha dan 26,10 Ha.

5. Tahun ke-17 (2031) PT Kutai Energi I berencana menurunkan


produksi menjadi 3.000.000 MT masih dilaksanakan di Pit BARAT
dengan luasan 22,44 Ha.

IV-17
PT. KUTAI ENERGI I
BAB IV. RENCANA PENAMBANGAN

6. Tahun ke-18 (2032) rencana produksi diturunkan lagi menjadi


2.500.000 MT, masih dilaksanakan di Pit BARAT dengan luasan
16,47 Ha.

7. Tahun ke-19 (2033) rencana produksi PT Kutai Energi I sebesar


1.500.000 MT, masih dilaksanakan di Pit BARAT dengan luasan
13,88 Ha.

8. Tahun ke-20 (2034) atau tahun terakhir penambangan target


produksi sesuai dengan sisa cadangan terbukti, yakni 1.184.776,20
MT, masih dilaksanakan di Pit BARAT dengan luasan 8,80 Ha.

PY
O
C

IV-18
PT. KUTAI ENERGI I
BAB IV. RENCANA PENAMBANGAN

PY
Gambar 4.5. Peta Desain Tambang PT Kutai Energi I
O
C

IV-19
PT. KUTAI ENERGI I
BAB IV. RENCANA PENAMBANGAN

4.3.3.1. Geologi Teknik (Geometri Lereng)


Pemboran Geoteknik dilaksanakan secara Full Coring untuk
mengetahui parameter fisik dan mekanik batuan baik secara visual
maupun secara laboratorium. Dalam pemboran inti ini juga dilaksanakan
pengambilan sampel undisturbed untuk kategori soil (material lunak) dan
core sampling untuk material batuan, umumnya sampel diambil dengan
interval rata-rata 5 ~ 10 meter.
Perhitungan analisis kemantapan lereng dilakukan berdasarkan
Metode Kesetimbangan Batas (Metode Bishop) dengan menggunakan
program Slope/w. Perhitungan dilakukan untuk:
- Lereng tambang highwall (individual dan overall slope)

PY
- Lereng tambang lowwall (individual dan overall slope)
- Lereng penimbunan tanah penutup.
Analisis terhadap kemantapan lereng memerlukan sejumlah data
yang kemudian dijadikan sebagai dasar kajiaan slope stability. Data
tersebut meliputi kondisi geologi dan parameter batuan.
O
1. Kondisi geologi meliputi topografi, litologi, morfologi, struktur
geologi, stratigrafi, ada tidaknya aliran permukaan dan air bawah
tanah.
C

2. Parameter sifat batuan hasil pemboran geologi teknik yang


digunakan untuk kajian slope stability adalah sifat fisik (saturated
density) dan sifat mekanik yaitu Kohesi (cohesion) dan Sudut
Geser Dalam (friction angle).
3. Nilai Kohesi dan Sudut Geser Dalam yang digunakan untuk
rancangan dimensi lereng tambang adalah nilai tengah antara
residu dan puncak.
Analisis kemantapan lereng dilakukan digunakan untuk merancang
dimensi lereng penambangan yang stabil, baik untuk lereng tunggal
(single slope) maupun lereng keseluruhan (overall slope).

IV-20
PT. KUTAI ENERGI I
BAB IV. RENCANA PENAMBANGAN

Nilai Kohesi yang digunakan untuk simulasi di perangkat lunak


Slide versi 5.14 adalah kohesi rata-rata terhadap kohesi residu dengan
kohesi puncak.
Nilai Sudut Geser Dalam (friction angle) yang digunakan untuk
simulasi di perangkat lunak Slide versi 5.14 adalah friction angle rata-rata
terhadap friction angle residu dengan friction angle puncak.
Nilai Berat Jenis yang digunakan untuk simulasi di perangkat lunak
Slide versi 5.14 adalah berat jenis jenuh (saturated density).

A. Kemantapan Lereng Tambang Lowwall


Lereng lowwall secara umum akan mengikuti arah kemiringan bidang-

batubara.
PY
bidang perlapisan yang terdiri dari batupasir, batulanau, batulempung, dan

Potensi kelongsoran yang mungkin dapat terjadi adalah berbentuk


blok luncur (sliding block), toe crushing atau kombinasi keduanya. Faktor
utama yang mempengaruhi kestabilan lereng low wall :
O
a. Terjadinya kemenerusan bidang hancur (bedding defect) seperti
lapisan lemah (weak layer) atau lapisan lempung.
b. Kekuatan dari bidang hancur dan batuan utuh.
C

c. Besar kemiringan lapisan lowwall.


d. Kondisi kaki lereng lowwall, seperti zona pergeseran dan adanya
pemotongan kaki (undercut) selama penambangan.
e. Kondisi curah hujan dan air-tanah.

B. Lereng Timbunan (Disposal)


Pendekatan-pendekatan yang digunakan dalam analisis kemantapan
lereng timbunan adalah :
a. Material timbunan berasal dari kegiatan penambangan sehingga
data karakteristik materialnya sama dengan material pada lereng
penambangan.

IV-21
PT. KUTAI ENERGI I
BAB IV. RENCANA PENAMBANGAN

b. Pengujian laboratorium geomekanika untuk mendapatkan


parameter kekuatan material timbunan (mine waste), dilakukan
dalam penelitian ini.
c. Lereng timbunan dianggap berada dalam keadaan jenuh.

Besarnya bulking factor tanah timbunan sangat bervariasi


tergantung dari jenis material dan metode penimbunannya (dumping
method). Tanah timbunan (waste) dengan bulking factor yang tinggi,
artinya timbunan tersebut bersifat relatip lepas, mengalami penurunan
(setlement) dan mudah merosot (slumping) selama periode musim hujan.
Parameter kekuatan di area lantai timbunan diasumsikan paling rendah

Analisis
PY
sama dengan kekuatan waste.
stabilitas waste dump, dilakukan dengan
kesetimbangan batas. Stabilitas waste dump juga sangat dipengaruhi oleh
intensitas hujan di lokasi tersebut. Berdasarkan data yang dikumpulkan,
metode

diketahui bahwa daerah penelitian mempunyai curah hujan tinggi. Oleh


O
sebab itu, selama konstruksi penimbunan, maka permukaan timbunan
yang terluar dibuat bergradien antara 3 – 4 % ke arah front aktif. Setelah
itu, digilas dengan mesin roller yang mempunyai permukaan halus, agar
C

pori-pori permukaan timbunan menjadi menutup, sehingga dapat


meminimalkan infiltrasi air hujan. Penimbunan pada lokasi yang basah
juga perlu dihindari, karena bisa mengakibatkan merosotnya pondasi
waste dump. Jarak antara dumpsite dengan highwall crest harus
diusahakan paling sedikit dua kali kedalaman pit. Hal ini dimaksudkan
agar waste dump tidak menjadi beban pada lereng highwall.

C. Rekomendasi
Dari berbagai perhitungan faktor keamanan maka secara umum
geometri lereng dinding bukaan tambang direkomendasikan sebagai
berikut :

IV-22
PT. KUTAI ENERGI I
BAB IV. RENCANA PENAMBANGAN

Dimensi Overall Slope (High Wall)


Adapun berdasarkan kajian geoteknik, Overall Slope untuk High Wall
direkomendasikan sebagaimana tabel berikut :

Tabel 4.3. Rekomendasi Running High Wall

PY
O
C

Gambar 4.6. Pemodelan Bentuk High Wall

Dimensi Overall Slope (Low Wall)

Dari hasil model dengan asumsi longsoran dalam bentuk non circullar,
kondisi air setengah jenuh, maka lereng lowwall pada seluruh section
dapat dikatakan aman karena mempunyai FK > 1,30. Adapun hasil
selengkapanya adalah sebagai berikut :

IV-23
PT. KUTAI ENERGI I
BAB IV. RENCANA PENAMBANGAN

Tabel 4.4. Faktor Keamanan Lereng Lowwall

PY
Gambar 4.7. Pemodelan bentuk lowwall pada salah satu section.

Dimensi Overall Sidewall


O
Berdasarkan pada hasil simulasi lereng sidewall, maka rekomendasi
lereng sidewall adalah sebagai berikut :

Tabel 4.5. Rekomendasi Running Overall Sidewall


C

IV-24
PT. KUTAI ENERGI I
BAB IV. RENCANA PENAMBANGAN

PY
Gambar 4.8. Hasil pemodealan bentuk sidewall pada salah satu section

Dimensi Lereng timbunan


Adapun untuk lereng timbunan, kegiatan penimbunan dilakukan dari level
terendah kemudian berangsur ke level yang lebih tinggi sesuai dengan
O
batas yang diinjikan. Disampaing itu juga harus dilakukan pemadatan
dalam timbunan lapisan penutup dengna menggunakan peralatan yang
ada. Hasil perhitungan analisis kemantapan lereng timbunan berdasarkan
uji geoteknik PT Kutai Energi I adalah sebagai berikut :
C

Tabel 4.6. Nilai Faktor Keamanan Lereng Timbunan

Sumber : Laporan Geoteknik PT. Kutai Energi, 2014

Sedangkan hasil modeling geometri lereng dengan bantuan


software Slide adalah sebagai berikut :

IV-25
PT. KUTAI ENERGI I
BAB IV. RENCANA PENAMBANGAN

PY
Gambar 4.9. Pemodelan Bentuk Timbunan

Masalah air perlu diperhatikan dalam suatu perancangan tambang.


Air dapat berupa air hujan, air tanah, maupun air yang berasal dari rawa-
rawa atau sungai di sekitar pit. Agar air tersebut tidak masuk kedalam pit
O
dan mengganggu proses penambangan, maka perlu dirancang suatu
bukaan tambang sedemikian rupa sehingga air limpasan tercegah masuk
ke pit, karena itu diperlukan sistem penirisan tambang yang tepat, salah
C

satunya yaitu dengan sistem pembuatan paritan pada bench untuk


meminimalisir air masuk kedalam pit dan juga menghindari terjadinya
longsor.
Sistem pengaliran air tambang penting diperhatikan karena akan
mempengaruhi kondisi lapangan tambang dan mengganggu kegiatan
produksi. Sistem pengaliran sangat tergantung pada ground water dan
rainfall di daerah tambang dan sekitarnya. Untuk itu diperlukan sistem
yang sesuai, termasuk sistem aliran air luar tambang. Selain dalam
memilih suatu sistem penirisan tambang harus memperhatikan metode
penambangan yang digunakan, factor ekonomis (biaya yang tersedia)
juga sangat menentukan dalam pemilihan metode penirisan.

IV-26
PT. KUTAI ENERGI I
BAB IV. RENCANA PENAMBANGAN

4.3.3.2. Geohidrologi
Penyelidikan geohidrologi dilakukan untuk mendapatkan data
mengenai kondisi air tanah (arah aliran air tanah, nilai kelulusan, jenis
akifer) dan air permukaan di sekitar lokasi PT Kutai Energi I.
Peralatan yang dipergunakan dalam penyelidikan ini meliputi: water
level indicator, global positioning system (GPS), stop-watch dan peralatan
uji permeabilitas. Penyelidikan geohidrologi ini dilakukan oleh perusahaan
oleh tenaga ahli yang kompeten serta umumnya dilakukan bersamaan
dengan penyelidikan geoteknik. Penyelidikan Geoteknik dan Geohidrologi
untuk pengambilan data dilapangan dilakukan oleh Tim Eksplorasi PT
Kutai Energi I .
PY
Penyelidikan hidrogeologi juga bertujuan untuk mendapatkan data
tentang karakteristik curah hujan, daerah aliran sungai (DAS), daerah
tangkapan air hujan (catchment area), permeabilitas akuifer, pola aliran
airtanah dan air permukaan di area pit potensial batubara dan area
O
sekitarnya. Data-data tersebut nantinya digunakan untuk membuat sistem
penanggulangan air tambang.
a. Dalam perencanaan tambang perlu diperhatikan air permukaan,
C

terutama yang berasal dari air limpasan. Hal ini diperlukan


mengingat tingkat curah hujan yang ada dan tanah/batuan di
daerah penyelidikan merupakan daerah terbuka.
b. Pengaruh air tanah terhadap kondisi tambang relatif sedang dan
perlu diantisipasi dalam perencanaan system penyaliran
tambang.
c. Dalam merancang bentuk dan dimensi kolam pengendapan
harus hati-hati mengingat pengaruh air limpasan dan air tanah,
sehingga dapat menampung air tersebut.
Perlunya segera memasang alat pencatat data meteologi (terutama
alat penakar curah hujan otomatis) di daerah penyelidikan untuk
mendapatkan data curah hujan dan hari hujan yang lebih akurat, yang

IV-27
PT. KUTAI ENERGI I
BAB IV. RENCANA PENAMBANGAN

sangat di-perlukan dalam perencanaan tambang maupun perencangan


system penyaliran tambang.Untuk menjaga lokasi bukaan tambang tetap
kering, maka penanganan air limpasan dan air hujan yang akan dilakukan
oleh PT Kutai Energi I antara lain :
a) Agar air tersebut tidak masuk ke dalam pit dan menggangu
proses penambangan, maka perlu dirancang suatu bukaan
tambang sedemikian rupa sehinga air limpasan tercegah masuk
ke pit, kalaupun air tetap masuk ke pit, air akan terkumpul pada
lantai bukaan tambang yang telah dibuatkan sumur (sump)
disuatu bagian yang terendah saja yang selanjutnya dapat
dipompa ke luar pit.

PY
b) Air hujan yang jatuh di luar pit diusahakan semaksimal mungkin
tidak mengalir ke dalam pit dengan membuat puritan/saluran di
sekeliling pit atau lereng pit untuk mengalirkan air tersebut ke
daerah lain yang lebih rendah.
c) Air yang jatuh kedalam pit akan ditangani dengan
O
menggunakan sistem penyaliran open sump.
Sistem penyaliran open sump ini dilakukan dengan cara membuat
paritan di dekat kaki jenjang (toe) untuk mengalirkan air menuju ke
C

sumuran serta mencegah genangan air di daerah jenjang. Paritan-paritan


ini merupakan paritan yang bersifat sementara yang akan berubah
kedudukannya sesuai dengan kemajuan penambangan.

Gambar 4.10. Lokasi Saluran Penyaliran

IV-28
PT. KUTAI ENERGI I
BAB IV. RENCANA PENAMBANGAN

4.3.3.3. Penggalian Over Burden dan Batubara


Penambangan dilakukan pada seam dengan sistem single dan
double seam sesuai dengan produksi yang direncanakan. Untuk lebih
jelasnya mengenai penggalian overburden dan batubara dapat dilihat
pada tabel material balance berikut ini :

PY
O
C

IV-29
PT. KUTAI ENERGI I
BAB IV. RENCANA PENAMBANGAN

Tabel 4.7. Tabel Material Balance PT KUTAI ENERGI I

PY
O
C

IV-30
PT. KUTAI ENERGI I
BAB IV. RENCANA PENAMBANGAN

4.4. Waktu Kerja dan Rencana Produksi


4.4.1. Waktu Kerja
Waktu kerja operasi penambangan setiap hari, termasuk hari jum’at
dan ditambah lembur 4 jam, yang mencakup semua kegiatan penggalian
dan spreading tanah penutup, pengangkutan, dan pengolahan batubara
direncanakan 2 shift/hari, 12 jam/shift dengan jam kerja efektif per hari 22
jam. Sistem kerja sesuai dengan UU RI No. 13 Tahun 2003 pasal 77 ayat
(2)a, yaitu : 7 (tujuh) jam 1 (satu) hari dan 40 (empat puluh) jam 1 (satu)
minggu. Apabila mengacu pada undang-undang tersebut diatas maka
untuk kelebihan jam kerja setiap harinya akan dihitung sebagai kerja
lembur. Sedangkan asumsi hari hujan adalah sebesar 20 % dari total jam

4.451 jam.
PY
kerja. Sehingga total jam kerja efektif alat per tahun untuk 2 shift adalah

4.4.2. Realisasi Produksi Komulatif hingga Desember 2013


PT Kutai Energi I telah melakukan kegiatan produksi batubara sejak tahun
2010, dimana pada tahun 2010 sebesar 44.080 MT, tahun 2011 sebesar
O
114.584 MT, tahun 2012 sebesar 467.733,70 MT, tahun 2013 sebesar
827.685,39 MT, dan tahun 2014 sebesar 711.563,24 MT. Sehingga
jumlah produksi sejak 2010 sampai dengan Juli 2014 sebesar
C

2.165.646,34 MT. Sisa cadangan terbukti per Desember 2014 adalah


51.684.776,20 MT.
Tabel 4.8. Penambangan Kumulatif PT KUTAI ENERGI I th. 2014
No Uraian Volume Satuan
1 Luas IUP 4.461 Ha
2 Luas Area yang dibuka 350,35 Ha
3 Sisa lahan 4.111 Ha
4 Bahan Galian Yang Ditambang 2.165.646,34 Ton

IV-31
PT. KUTAI ENERGI I
BAB IV. RENCANA PENAMBANGAN

4.4.3. Rencana Produksi


Produksi batubara yang ditargetkan PT Kutai Energi I disesuaikan
dengan jumlah cadangan terbukti, jumlah alat (unit) penggalian batubara
dan overburden, serta kemampuan kapasitas produksi dari
pengolahannya.

PY
O
C

IV-32
PT. KUTAI ENERGI I
BAB IV. RENCANA PENAMBANGAN

Tabel 4.9. Rencana Produksi PT KUTAI ENERGI I


COAL OVERBURDEN
TAHUN TARGET PIT TON BCM LUAS

1 2.000.000,00 LARA 400.000,00 2.442.168,42 40,00


A7 400.000,00 3.559.947,63 25,08
5 400.000,00 3.626.659,52 25,52
D 400.000,00 5.293.067,23 8,82
E 400.000,00 5.728.895,39 19,20
2 2.000.000,00 LARA 400.000,00 5.019.953,67 26,83
A7 400.000,00 5.218.352,20 30,27
5 400.000,00 3.369.001,02 25,83
D 400.000,00 4.372.038,19 9,32
E 400.000,00 4.039.704,97
3
PY
2.000.000,00 LARA
A7
5
D
E
256.105,41
28.106,27
400.000,00
400.000,00
915.788,32
3.120.054,12
430.241,93
6.054.874,75
4.336.886,56
7.804.611,28
13,96
2,69
18,58
7,67
12,86
4 2.500.000,00 CU 36.752,33 1.187.545,33 6,24
5U 11.618,65 102.047,56 4,78
3C 82.069,79 2.225.200,02 12,44
O
5 354.360,72 2.415.353,84 10,56
D 1.200.000,00 9.393.667,10 16,37
E 815.198,51 9.101.143,48 18,23
5 2.500.000,00 D 1.250.000,00 10.076.825,88 15,46
C

E 1.250.000,00 8.766.670,64 17,77

6 2.500.000,00 D 1.250.000,00 9.224.807,63 18,61


E 1.250.000,00 10.068.829,34 17,57
7 2.500.000,00 D 1.250.000,00 13.421.624,76 23,91
E 1.250.000,00 12.255.102,89 20,40
8 2.500.000,00 D 1.250.000,00 14.580.002,26 25,99
E 1.250.000,00 10.834.982,48 20,94
9 3.000.000,00 D 143.015,26 4.459.684,39 9,22
E 2.856.984,74 29.007.856,79 46,05
10 3.000.000,00 E 3.000.000,00 29.729.549,18 47,08
11 3.000.000,00 E 347.620,74 7.862.088,74 16,35
BARAT 2.652.379,26 28.812.795,89 70,50
12 3.000.000,00 BARAT 3.000.000,00 32.836.800,00 83,40

13 3.000.000,00 BARAT 3.000.000,00 33.963.000,00 82,70

IV-33
PT. KUTAI ENERGI I
BAB IV. RENCANA PENAMBANGAN

Tabel 4.9. Lanjutan


COAL OVERBURDEN
TAHUN TARGET PIT TON BCM LUAS

14 3.000.000,00 BARAT 3.000.000,00 34.935.000,00 83,40


15 3.500.000,00 BARAT 3.500.000,00 40.274.000,00 83,60
16 3.500.000,00 BARAT 3.500.000,00 26.788.651,02 26,10
17 3.000.000,00 BARAT 3.000.000,00 23.006.015,10 22,44
18 2.500.000,00 BARAT 2.500.000,00 19.171.679,25 16,47
19 1.500.000,00 BARAT 1.500.000,00 11.503.007,55 13,88
20 1.184.776,20 1.184.776,20 9.085.659,71 8,80
TOTAL 51.684.776,20 51.684.776,20 509.506.047,70 1.105,89

4.5. Peralatan
Dalam pemilihan jenis dan kapasitas peralatan yang digunakan

-
PY
untuk operasi penambangan batubara memperhatikan beberapa hal :
Besarnya produksi per tahun, banyaknya hari kerja pertahun dan
banyaknya jam kerja dalam satu hari, kondisi batubara, kondisi
daerah dan kondisi lingkungan, sifat fisik material yang akan
ditambang, keadaan topografi dan jarak angkut, kemudahan
O
memperoleh suku cadang dan perawatan alat.
- Peralatan yang akan digunakan untuk penambangan batubara di
daerah ini meliputi 147 jenis alat/unit untuk produksi maksimal
C

sebesar 3.500.000 MT/Tahun.


- Pengupasan, pembuangan dan pengangkutan tanah penutup dan
tanah pucuk, dengan Match Factor keserasian alat muat dan alat
angkut 1,06 atau dalam batas toleransi keserasian normal.
- Penambangan dan pengangkutan batubara, dengan Match Factor
keserasian alat muat dan alat angkut 0,99 atau dalam batas toleransi
kurang keserasian.
Peralatan tambang yang akan digunakan adalah kombinasi bachole-
dump truck, dibantu dengan bulldozer untuk perawatan jalan serta
peralatan penunjang seperti truck tangki air, pompa, tower lanp, fuel tank
dan service truk. Kebutuhan alat-alat tambang dihitung dengan cara
membagi target produksi perjam dengan produktifitas alat perjam. Target

IV-34
PT. KUTAI ENERGI I
BAB IV. RENCANA PENAMBANGAN

produksi perjam didapat dengan cara membagi target produksi pertahun


dengan jam kerja effektif pertahun.

4.5.1. Jenis Dan Jumlah Peralatan


Jenis peralatan tambang (baik peralatan utama maupun peralatan
penunjang) yang akan digunakan adalah kebutuhan alat pertahun dapat
dilihat lampiran 3. Pengaturan pemindahan peralatan penambangan dari
satu Pit ke Pit yang lainnya adalah dengan mengikuti urutan dan arah
penambangan seperti yang sudah diuraikan sebelumnya.
Tabel 4.10. Jumlah, Jenis dan Sub Kontraktor PT Kutai Energi I
JENIS KEGIATAN JENIS ALAT JUMLAH
BULDOZER

EXCAVATOR (EX)
PY Bulldozer D85 SS-2
Bulldozer D 6 R
KOBELCO SK 200
KOBELCO 330
HYUNDAI 520
HYUNDAI 480 LC-9
KOBELCO 480
3
4
1
1
3
1
1
KOBELCO 330 5
DOOSAN S 500 LCA 1
WATER PUMP Pompa WP DCS 10 Silinder 5
O
WP 02 Ttritunggal 5
Pompa WP DCS 8 Silinder 5
DUMP TRUCK (DT) CHENGLONG 16
CHENGLONG 15
MOTOR GREADER (MG) Caterpillar MG 120 K 1
C

COMPACTOR Compactor IR 07 2
WHEEL LOADER XGMA Loader 3
LIGHT TOWER Multiquip 2
Terex 1
Krisbow 4
IR Doosan 2
LIGHT VEHICLE ( LV ) STRADA GLS 3
STRADA GLX 3
Ford Everest 2,5L XLT M/T 2
Ford Ranger 2,5L Doble Cabin 2
Toyota Hilux 3.3 D-4D Double Cabin 3
BUS TRANSPORTATION Bus Toyota Dyna 1
Bus Isuzu 1
MAINTENANCE SUPPORT Genset 60 KVA 8
Welding Machine Miller Big Blue 400x Cat 1
Air Compressor Electric Vema 1
Iveco FM 440 Service Truck 2
Water Truck 5000 Ltr 2
Fuel Truck 2

IV-35
PT. KUTAI ENERGI I
BAB IV. RENCANA PENAMBANGAN

4.6. Umur Tambang


Umur tambang direncanakan berdasarkan jumlah cadangan terbukti yang
dihitung dari jumlah cadangan terkira dengan recovery 85%. Berdasarkan
hasil eksplorasi lanjutan diperoleh cadangan terkira sebesar
59.437.492,63 MT, dan setelah dihitung cadangan terbukti-nya (recovery
85 %) adalah 51.684.776,20 MT, dan produksi batubara setiap tahunnya
adalah :
Cadangan Terkira : CDT
Faktor Kehilangan : Ls
Cadangan Terbukti : CDM
Umur Tambang : UT
CDT
Ls
CDM
= 15 %
PY
= 59.437.492,63 MT

= CDT - (CDT x Ls) = 59.437.492,63 - (59.437.492,63 x 15%)


= 59.437.492,63 - 7.752.716,43
= 51.684.776,20 MT
O
OB = 509.506.047,70 Bcm
SR = 1 : 9,86
Umur tambang adalah 20 tahun dengan Rencana produksi (RP) sebagai
berikut :
C

Tabel 4.11. Rencana Produksi PT Kutai Energi I


Tahun Batubara (MT) Overburden (BCM) SR
1 (2015) 2.000.000,00 20.650.738,19 10,33
2 (2016) 2.000.000,00 22.019.050,04 11,01
3 (2017) 2.000.000,00 21.746.668,64 10,87
4 (2018) 2.500.000,00 24.424.957,33 9,77
5 (2019) 2.500.000,00 18.843.496,52 7,54
6 (2020) 2.500.000,00 19.293.636,96 7,72
7 (2021) 2.500.000,00 25.676.727,65 10,27
8 (2022) 2.500.000,00 25.414.984,74 10,17
9 (2023) 3.000.000,00 33.467.541,18 11,16
10 (2024) 3.000.000,00 29.729.549,18 9,91
11 (2025) 3.000.000,00 36.674.884,63 12,22
12 (2026) 3.000.000,00 32.836.800,00

IV-36
PT. KUTAI ENERGI I
BAB IV. RENCANA PENAMBANGAN

Tabel 4.11. Lanjutan


Tahun Batubara (MT) Overburden (BCM) SR
13 (2027) 3.000.000,00 33.963.000,00 11,32
14 (2028) 3.000.000,00 34.935.000,00 11,65
15 (2029) 3.500.000,00 40.274.000,00 11,51
16 (2030) 3.500.000,00 26.788.651,02 7,65
17 (2031) 3.000.000,00 23.006.015,10 7,67
18 (2032) 2.500.000,00 19.171.679,25 7,67
19 (2033) 1.500.000,00 11.503.007,55 7,67
20 (2034) 1.184.776,20 9.085.659,71 7,67
Total 51.684.776,20 509.506.047,70 9,86

4.7. Realisasi Fasilitas dan Infrastruktur


Pengadaan fasilitas penunjang perlu untuk mendukung kegiatan
penambangan sehingga dapat berjalan sesuai dengan yang
PY
direncanakan. Lokasi fasilitas penunjang ini dikonsentrasikan pada daerah
tertentu agar kemudahan dalam pengaturan dan pengawasannya, yang
biasanya dekat dengan daerah penambangan.
Adapun fasilitas yang telah dibangun selama kegiatan
penambangan pada wilayah PT Kutai Energi I adalah sebagai berikut :
O
1. Jalan Angkut
Pedoman lebar jalan angkut direkomendasikan 4 kali lebar alat angkut
terbesar, dengan asusmsi alat angkut terbesar adalah dump truck
C

dengan kapasitas angkut tanah sebesar 20 Ton, dan lebar 2,5 meter,
maka lebar jalan angkut 14 meter dan pada tikungan lebar jalan angkut
ditambah karena adanya sudut yang ditimbulkan oleh panjang alat
angkut sehingga lebar jalan angkut pada tikungan ditambah menjadi 12
meter. Sedangkan kemiringan maksimum 8%. Dikedua sisi jalan angkut
perlu dibuat tanggul yang tingginya sekitar 0,7 meter (0,5 x tinggi ban
dump 15 ton sebesar 1,2 meter).

IV-37
PT. KUTAI ENERGI I
BAB IV. RENCANA PENAMBANGAN

2. Bengkel
PY
Gambar 4.11. Jalan Angkut PT. Kutai Energi

Workshop atau bengkel kerja merupakan tempat perawatan dan


perbaikan alat tambang sehingga alat-alat tersebut dapat beroperasi
O
secara kontinyu dan tidak mengalami produktifitas. Lokasi bengkel
terletak dekat dengan kegiatan penambangan agar perawatan dan
perbaikan peralatan yang rusak mudah dijangkau.
C

Ukuran bengkel disesuaikan dengan jumlah dan ukuran alat yang


dipergunakan. Panjang bengkel sama dengan tiga kali ukuran alat
tambang yang terlebar ditambah kantor bengkel, lebarnya sama
dengan ukuran alat tambang terpanjang dan tingginya sama dengan
tinggi alat yang tertinggi.

IV-38
PT. KUTAI ENERGI I
BAB IV. RENCANA PENAMBANGAN

PY Gambar 4.12. Work Shop


Dalam aktifitasnya kegiatan perbaikan dan pemeliharaan peralatan
tambang dapat menghasilkan limbah cair dan limbah padat, limbah cair
seperti ceceran BBM, oli/pelumas bekas yang perlu penanganan lebih
hati-hati karena bahan-bahan tersebut merupakan bahan berbahaya
O
dan beracun (B3). Oleh karena itu bangunan bengkel (workshop) PT
Kutai Energi I Telah dilengkapi dengan unit bak
penampungan/pengolahan oli (oil trap) serta fasilitas gudang
C

penyimpan limbah B3 sementara. Penanganan limbah padat B3 seperti


kain majun, filter, aki bekas dan lain-lain telah dikumpulkan pada wadah
yang kedap air seperti Drum dan setelah penuh dilakukan penutupan
dan pengelasan dan diberi Label limbah B3 sesuai dengan karakter dan
sifat limbah B3, penanganan selanjutnya PT Kutai Energi I telah
bekerjasama dengan pihak ke tiga yang memperoleh ijin dari Mentri
Lingkungan Hidup dalam pengelolaan Limbah B3. Demikian juga
dengan Oli bekas, walaupun mempunyai nilai ekonomis namun tetap
dilakukan perlakuan penanganan secara hati-hati, Oli bekas telah
dimasukkan ke dalam Drum 200 ltr, dan ditempatkan pada TPS limbah
B3 yang berlantai kedap air dan terlindung dari hujan.

IV-39
PT. KUTAI ENERGI I
BAB IV. RENCANA PENAMBANGAN

Selain pembuatan TPS Limba B3, PT Kutai Energi I juga


melengkapi fasilitas tempat pembuangan sampah di seluruh areal
penambangan. Utamanya di areal seputar kantor, workshop, dan juga
areal jetty. Sedangkan di areal penambangan, TPS yang disediakan
sifatnya temporary. Adapun contoh TPS permanen yang terdapat di
areal jetty adalah sebagai berikut :

PY
O
Gambar 4.13. TPS Limbah B3
C

3. Sarana Perkantoran
Fasilitas perkantoran merupakan pusat kendali dari aktivitas
penambangan, baik aktivitas administrasi dan aktivitas operasional di
lapangan (pit). Bentuk dan ukuran bangunan ini disesuaikan dengan
jumlah tenaga kerja. Sedangkan lokasi dipilih berdasarkan kemudahan
jalan masuk dan keluar area tambang, yaitu berdekatan dengan lokasi
pengolahan batubara dan pelabuhan. Pada lokasi ini juga terdapat pos
keamanan.

IV-40
PT. KUTAI ENERGI I
BAB IV. RENCANA PENAMBANGAN

PY
Gambar 4.14. Perkantoran/Office PT. KUTAI ENERGI

4. Mess Karyawan
Sarana ini penting sebagai tempat tinggal para pekerja selama kegiatan
penambangan berlangsung. Tidak semua karyawan bertempat tinggal
O
di perumahan atau di mess perusahaan. Sebagian karyawan bertempat
tinggal diarea pemukiman di luar area penambangan
C

Gambar 4.15. Mess Karyawan

IV-41
PT. KUTAI ENERGI I
BAB IV. RENCANA PENAMBANGAN

5. Poliklinik/Ruang Pertolongan Pertama (First Aid Room)


Sarana ini sebagai tempat pemeriksaan atau pertolongan pertama
(First Aid) bagi karyawan yang mengalami penurunan kesehatan atau
jika terjadi kecelakaan kerja pada kegiatan operasional tambang.
Dimana poliklinik/Ruang Pertolongan Pertama (First Aid Room)
dikepalai oleh seorang dokter.
6. Masjid/Mushola
Lokasi mushola dibuat terintegrasi dengan fasilitas workshop, dan
perkantoran PT Kutai Energi I.
7. Pos Keamanan
Lokasinya terletak di daerah yang menjadi jalan keluar masuk daerah

PY
tambang, untuk PT Kutai Energi I sendiri telah dibangun sarana pos
keamanan dekat persimpangan jalan umum
O
C

Gambar 4.16. Pos Keamanan

8. Tangki Bahan Bakar


Fasilitas Tangki Bahan Bakar di posisikan pada lokasi panambangan
dan jety. Fasilitas Tangki Bahan Bakar di areal penambangan sifatnya
temporary, posisinya selalu berubah seiring dengan progress

IV-42
PT. KUTAI ENERGI I
BAB IV. RENCANA PENAMBANGAN

penambangan. Berikut ini Tangki Bahan Bakar yang ditelatakkan di


areal penambangan :

PY
Gambar 4.17. Tangki Bahan Bakar

9. Pembangkit Listrik Tenaga Disel (PLTD)


O
Merupakan sumber tenaga listrik untuk keperluan penerangan bagi
daerah tambang, juga untuk pengoperasian alat-alat listrik serta sumber
tenaga bagi pemompaan air dari tambang keluar tambang. Besarnya
C

daya pembangkit disesuaikan dengan kebutuhan pemakaian.


Lokasinya dibangun dekat dengan lokasi bengkel dan didistribuikan ke
berbagai tempat yang memerlukan listrik, sedangkan untuk keperluan
operasi dimalam hari dibeberapa permuka kerja digunakan genset
mover dengan menara lampu.

IV-43
PT. KUTAI ENERGI I
BAB IV. RENCANA PENAMBANGAN

PY Gambar 4.18. Lokasi Genset

4.8. Rencana Penanganan Bahan Galian


Batubara merupakan bahan galian yang tidak dapat diperbaharui,
sehingga perlunya dilakukan konservasi bahan galian secara optimal.
O
Berdasarkan kualitas batubara yang dimiliki oleh PT Kutai Energi I
memiliki nilai kalori medium dan sulfur yang sedang. Maka dalam proses
pemasaran perlu adanya percampuran kualitas kalori sehingga
C

mempunyai nilai yang relatif stabil. Pemanfaatan cadangan batubara ini


diusahakan semaksimal mungkin sehingga tidak terdapat sisa bahan
galian tersebut.

4.9. Rencana Reklamasi dan Realisasi


Kegiatan pelaksanaan reklamasi harus sesuai dengan Rencana
Tahunan Pengelolaan Lingkungan (RTKL) yang telah disetujui. Dalam
melaksanakan kegiatan reklamasi, perusahaan pertambangan
bertanggung jawab sampai kondisi rona akhir yang telah disepakati (baik
dengan masyarakat ataupun berdasarkan RTRW) tercapai. Pelaksanaan
reklamasi lahan meliputi kegiatan sebagai berikut :

IV-44
PT. KUTAI ENERGI I
BAB IV. RENCANA PENAMBANGAN

a. Persiapan lahan, berupa pengamanan lahan bekas tambang,


pengaturan bentuk lahan (landscaping), pengaturan/penempatan
lahan tambang kadar rendah (low grade) yang belum
dimanfaatkan.
b. Pengendalian erosi dan sedimentasi.
c. Pengelolaan tanah pucuk (top soil).
d. Revegetasi (penanaman kembali) dan/atau pemanfaatan lahan
bekas tambang untuk tujuan lainnya.
Pada akhir penambangan diusahakan akan ditutup lubang akhir
penambangannya, sehingga akan terjadi penurunan permukaan awal.
Adapun realisasi reklamasi yang telah dilakukan oleh PT Kutai

PY
Energi I sejak awak penambangan tahun 2010 sampai dengan Januari
2015 adalah sebagai berikut :
Tabel 4.12. Realisasi Kegiatan Reklamasi PT Kutai Energi I

JENIS DAN JUMLAH TANAMAN


LUAS LAHAN
NO KEGIATAN LOKASI
(Ha)
JENIS JUMLAH
O
1 Rekounturing/ OPD 1 9,20 0 0
Spreading OPD 2 5,07 0 0
OPD 3 8,58 0 0
OPD 5 16,75 0 0
C

IPD 1 10,03 0 0
IPD 2 10,77 0 0
2 Revegetasi Revegetasi 3,09 Sengon 4.635
Revegetasi 2,25 Sengon 2.502
OPD 4 0,84 Sengon 934
Inpit Dump Inpit Dump
3 Top Soil Top Soil 1,49 Sengon 900

TOTAL 68,07 8.971


Sumber : Data Realisasi Reklamasi PT. Kutai Energi, 2014

PT Kutai Energi I melaksanakan kegiatan penambangan dengan


memperhatikan aspek pelestarian lingkungan. Pada akhir penambangan
terdapat mine out yang terletak di bagian tengah wilayah IUP Operasi
Produksi. Strategi penambangan ini telah dimaksimalkan sedemikian rupa

IV-45
PT. KUTAI ENERGI I
BAB IV. RENCANA PENAMBANGAN

agar mine out tersebut terakumulasi dan diupayakan seoptimal mungkin.


Berdasarkan perhitungan material balance, maka luas rencana void
adalah seluas 37.10 Ha dengan kedalaman -80 m.
PT Kutai Energi I akan melakukan pngelolaan dan pemantauan
lingkungan di sekitar mine out/kolam dengan memasang
1. Rambu-rambu larangan/bahaya di sekitar areal mineout atau
kolam
2. Membuat pagar keliling
3. Melalukan revegetasi di sekitar kolam
4. Melakukan pengawasan secara periodik.

Dampak PY
PT Kutai Energi I akan membuat dokumen Analisa Mengenai
Lingkungan (AMDAL) untuk mengkaji tentang dampak
lingkungan dari kegiatan operasi produksi PT Kutai Energi I, dan reklamasi
lahan yang ditambang dilaksanakan sesuai prosedur yang terdapat dalam
dokumen tersebut. Pelaksanaan ini dilakukan secara bertahap sesuai
dengan kemajuan tambang (progress) dari kegiatan
O
penambangan.Sehingga perusahaan akan membuat dokumen Analisa
Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL). Dan reklamasi lahan yang
ditambang dilaksanakan sesuai prosedur yang terdapat dalam dokumen
C

tersebut. Pelaksanaan ini dilakukan secara bertahap sesuai dengan


kemajuan tambang (progress) dari kegiatan penambangan

IV-46
PT. KUTAI ENERGI I
BAB IV. RENCANA PENAMBANGAN

Gambar 4.19. Peta Rencana Reklamasi PT Kutai Energi I

PY
O
C

IV-47
PT. KUTAI ENERGI I
BAB V. RENCANA PENGOLAHAN

BAB V RENCANA PENGOLAHAN

5.1. Rencana Pengolahan


Rencana lokasi pengolahan batubara dan pelabuhan di daerah
Sungai Dondang, Kelurahan Teluk Dalam, Kecamatan Muara Jawa,
merupakan area milik PT Kutai Energi I sendiri.
Lokasi pengolahan batubara Stockpile (ROM) ini berjarak ± 17 km
dari pit yang sedang ditambang oleh PT Kutai Energi I, dimana
kapasitasnya sebesar ± 1.500.000 – 3.500.000 MT per tahun.
PY
Proses pengolahan batubara pada PT Kutai Energi I hanya
terdapat proses pengecilan ukuran batubara sesuai permintaan konsumen
dengan menggunakan Unit Crushing Plant yang dioperasikan oleh CPP
Dept.
Batubara dari area tambang masih berupa material kasar/ukuran
O
yang besar diangkut dengan unit alat angkut dump truck menuju tempat
penimbunan batubara di stock pile/ROMuntuk selanjutnya mengalami
proses pengecilan ukuran di unit crushing plant dan CCP Dept sebagai
C

operator Crushing Plant/penyedia jasa pemrosesan batubara hingga


pengapalan, dengan maksud untuk memperkecil ukuran melalui alat
peremuk menjadi ukuran < 50 mm atau sesuai dengan ukuran yang laku
dipasaran. Pada unit crushing plant ini tidak memiliki unit washing
plant/pencuci batubara, dikarenakan batubara yang dihasilkan dari area
tambang PT Kutai Energi I memiliki kadar abu yang rendah sehingga
tidak diperlukan proses pencucian batubara. Hal ini menguntungkan bagi
pihak perusahaan selain tidak adanya tambahan biaya produksi sebagai
akibat dari kegiatan pemrosesan/pencucian batubara juga batubara yang
dihasilkan menjadi ramah lingkungan (environmentaly friendly).
Batubara ROM dari lokasi tambang terlebih dahulu diolah di
unit/instalasi pengolahan batubara (coal processing plant) ini meliputi

V-1
PT. KUTAI ENERGI I
BAB V. RENCANA PENGOLAHAN

proses peremukan (crushing), proses pengayakan (screening) dan proses


penimbunan (stockpiling) di stockpile dan siap dimuat ke ponton di Sungai
Dondang, Kelurahan Teluk Dalam, Kecamatan Muara Jawa.
Batubara hasil penambangan di wilayah PT Kutai Energi I
rencananya akan dijual berbentuk olahan dengan besar butiran 50 mm,
dengan rencana produksi batubara yang akan diolah kurang lebih ±
1.500.000 – 3.500.000 MT atau umur tambang 20 tahun.

5.2. Tahap Pengolahan


Pada crushing plant, batubara diayak dimana yang under flow 50
mm masuk ke speader langsung dan yang over flow 50 mm masuk ke

PY
crusher hingga ukuran butirannya under 50 mm, selanjutnya batubara
ditumpuk di temporary stockpile dengan menggunakan spreader. Dari
stockpile tersebut batubara akan dimuat melaui conveyor ke dalam
ponton. Kapasitas crusher dan belt conveyor dengan plate feeder 300
Mt/jam disesuaikan dengan produksi batubaranya. Lokasi stock pile dan
O
pengolahan batubara ini terletak di daerah Sungai Dondang, Kelurahan
Teluk Dalam, Kecamatan Muara Jawa.
Sedangkan pemuatan batubara hasil crushing yang ada di stockpile RS
C

(batubara siap jual) diangkut menggunakan conveyor menuju barge


loading conveyor di Jetty milik PT Kutai Energi I.

V-2
PT. KUTAI ENERGI I
BAB V. RENCANA PENGOLAHAN

5.3.
PY
Gambar 5.1. Jetty PT Kutai Energi I

Peralatan Pengolahan
Pengolahan batubara dilakukan dengan menggunakan seperangkat
peralatan yang komponennya terdiri dari : Hopper, chain feeder, primary
O
crusher, secondary crusher, roller crusher, belt conveyor, dan staking belt
conveyor. Volume hopper yang digunakan 100 m3, kapasitas komponen
alat yang digunakan adalah chain feeder 300 ton/jam, primary crusher 300
C

ton/jam, secondqary crusher 200 ton/jam, roller screen 300 ton/jam, belt
coveyor 300 ton/jam, dan stacking belt conveyor 600 ton/jam. Pada akhir
loading conveyor terdapat loading chute untuk pemuatan di pontoon
dengan kapasitas maksimal antara 4000-5000 ton.

V-3
PT. KUTAI ENERGI I
BAB V. RENCANA PENGOLAHAN

PY
Gambar 5.2. Lokasi Stockpile dan Pengolahan Batubara (Crusher Plant)

Primary crusher yang digunakan merupakan double crusher type


chumar 30 x 36 RB dengan motor power 2 x 15 kW. Secondary crusher
type schumer 30 x 24 ERB dengan motor power 2 x 11 kW. Roller screen
O
yang digunakan berukuran 1200 mm x 2500 mm type Roxon MNR 12-25-
50 dengan separation size 50 mm. mengingat tingginya tingkat kebisingan
diareal sekitar instalasi peremukan batubara maka selain dilengkapi
C

dengan safety shoes dan sarung tangan, setiap tenaga kerja juga
dilengkapi dengan earplug.

5.4. Hasil Pengolahan


Hasil pengolahan batubara yang dari crusher dipisahkan tersendiri
di penumpukan (temporary stock pile) berupa batubara berukuran 50 mm.
Kemudian batubara siap untuk loading melalui conveyor ke ponton
yang bersandar di pelabuhan. Pada saat loading harus ada petugas dari
surveyor independent untuk sampling analisis kualitas dan draft muatan
ponton yang biayanya dibebankan kepada pembeli.
Status ponton FOB sehingga PT Kutai Energi I hanya menjual
batubara di tempat pelabuhan, selanjutnya biaya ponton dan tug boat

V-4
PT. KUTAI ENERGI I
BAB V. RENCANA PENGOLAHAN

menjadi tanggung jawab pembeli dan biaya dokumen merupakan


tanggung jawab pihak PT Kutai Energi I.

5.5. Jenis, Jumlah dan Kualitas Batubara


Mengingat endapan batubara yang ada di wilayah PT Kutai Energi I
berdasarkan hasil pengamatan di lapangan jarang terdapat parting dan
analisa laboratorium mengandung ash yang sedang maka batubara ini
tidak memerlukan coal washing plant. Kualitas batubara yang terdapat di
lokasi PT Kutai Energi I termasuk ke dalam sub-bituminous.
Produksi batubara direncanakan untuk tiap tahunnya berkisar ±
1.500.000 – 3.500.000 MT selama 20 tahun.

PY
Berdasarkan pada berjumlah 354 sampel yang dibagi dan dikirim
ke Laboratorium PT Geoservices Samarinda dan PT Sucofindo, dari
keseluruhan hasil analisa contoh batubara diperoleh nilai kalori batubara
5.423 - 7,069 Kcal/Kg (adb) sehingga batubara di daerah penyelidikan
dapat dikatagorikan dalam Sub Bituminous Coal.
O
C

V-5
PT. KUTAI ENERGI I
BAB V. RENCANA PENGOLAHAN

PY
O
C

Gambar 5.3. Diagram Alir Pengolahan Batubara

V-6
PT KUTAI ENERGI I
BAB VI. PENGANGKUTAN DAN PENIMBUNAN

BAB VI PENGANGKUTAN DAN PENIMBUNAN

Mobilitas alat berat menuju daerah operasi tambang akan mengacu


pada Kepmenhub No. KM 69 Tahun 1993 tentang penyelenggaraan
angkutan barang dijalan. Dimana pasal 29 ayat (1) bahwa setiap
pengangkutan alat berat wajib mengajukan permohonan ijin, sedangkan
pada ayat (2) bahwa permohonan sudah menjelaskan :
1. Jenis alat berat yang diangkut
2. Tempat pemuatan, jalan yang akan di lalui dan tempat
pembongkaran.

6.1.
3. PY
Waktu dan jadwal pengangkutan.

Tata Cara
Ada 3 (cara) tipe pengangkutan batubara dari tambang sampai
ketempat pemuatan di kapal di lepas pantai :
O
1. Pengankutan lewat darat dengan menggunakan dump truck
2. Pengangkutan dengan mengunakan Conveyor
3. Pengangkutan dengan menggunakan tugboat dan
C

pontoon/tongkang.

6.1.1. Pengangkutan Lewat Darat Dengan Menggunakan Dump Truck


Untuk sampai ke atas Vessel (loading Port akhir) yang ada di
muara berau atau di muara jawa, sistem transportasi yang akan
digunakan merupakan kombinasi transportasi darat dan air.
Sistem transportasi darat yang akan digunakan adalah
menggunakan dump truck dengan muatan maksimum 35 ton dan panjang
jalan dari stockpile ke lokasi tambang adalah 17 km. Jalan transportasi
yang akan digunakan ini adalah jalan milik PT Kutai Energi I sendiri
sampai ke jetty.

VI-1
PT KUTAI ENERGI I
BAB VI. PENGANGKUTAN DAN PENIMBUNAN

Jalan Milik PT Kutai Energi I yang ada mempunyai lebar bersih 12


meter dengan 1,6 meter disebelah kiri dan kanan jalan. Fungsi dari berm
kiri dan kanan tersebut adalah untuk keselamaatan kerja Dump Truck
yang lewat dan jga berfungsi sebagai saluran drainage pada saat kondisi
hujan.
Untuk menjaga agar kondisi jalan angkut batubara tetap dalam
keadaan baik dan aman untuk proses pengangkutan, perlu dilakukan
maintenance jalan yang rutin. Pekerjan maintenance ini meliputi
penyiraman jalan, penggantian material jalan yang rusak, pembentukkan
kembali puritan disebelah kiri dan kanan jalan, pengkompakkan kembali
jalan yang materialnya telah diganti. Peralatan jalan dan pembukaan

PY
kembah saluran-saluran keluaran yang tertutup.
Dalam pelaksanaanya sehari-hari, alat-alat yang digunakan untuk
perawatan jalan adalah grader, kompaktor dan tryckpenyiram air. Jam
kerja alat untuk perwatan jalan disesuaikan dengan jam kerja
pengankutan batubara ke stockpile.
O
6.1.2. Transportasi Dengan Sistem Conveyor
Transportasi conveyor terletak di area stockpile dimana batubara
C

dari tambang akan dibongkar di ROM stockpile berkapasitas muat 30 –


40 ton ke dalam dump hopper berkapasitas 100 m3. Batubara yang masuk
ke dump hopper akan diteruskan melalui apron feeder berkapasitas 300
ton/jam menuju primary crusher juga berkapasitas 300 ton/jam dan ukuran
saringan 50 mm dengan batubara yang tidak lolos saringan ini akan
masuk melewati secondary crusher berkapasitas 200 ton/jam. Transfer
conveyor dengan kapasitas 300 ton/jam, lebar belt conveyor 1.200 mm
dan panjang +/- 20 m akan membawa batubara-batubara yang berukuran
maksimum 50 mm menuju stacking conveyor berkapasitas 400-500 ton
/jam , lebar belt conveyor 800 mm dan panjang +/- 200 m. Kemudian
produk batubara ini akan ditumpuk menurut kualitas yang direncanakan di
atas product clean coal stockpile berkapasitas 4 x 85.000 ton = total

VI-2
PT KUTAI ENERGI I
BAB VI. PENGANGKUTAN DAN PENIMBUNAN

340.000 ton. Conveyor-conveyor ini juga di lengkapi dengan magnit untuk


menangkap sisa-sisa metal dan belt scale untuki perkiraan perhitungan
produksi batubara yang lewat dengan menggunkan 2 unit belt feeder
kapasitas masing-masing 1.200 – 1.500 ton /jam akan meneruskan
batubara-batubara yang diatas produk stockpile setelah di dorong dengan
bulldozer type D9R yang mengunakan belt blade menuju 4unit conveyor
dengan kapasitas yang sama di dalam terowongan bawah tanah
sepanjang +/- 40 m menuju barge loading conveyor di atas tanah.
Bage loading dengan conveyor tersebut terdiri dari 2 bagian
masing-masing 2 bagian dengan panjang +/- 200 m dan +/- 140 m ,
kapasitas 1.200-1.500 ton /jam , lebar belt 1.000 mm dan di lengkapi

PY
magnetic detector , belt scale , mesin pengambilan sample untuk analisa
kualitas termasuk loading chute pada ujung barge loading conveyor untuk
pemuatan ke dalam pontoon berkapasitas sampai 8.000 ton.

6.1.3. Pengangkutan dengan menggunakan tug boat dan tongkang


O
6.1.3.1. Informasi Hydrografi
Dengan informasi mengenai sungai Muara Jawa pada direktorat
jenderal perhubungan laut, diindikasikan bahwa lintasan sungai muara
C

jawa dari demaga muatan sampai muara dilepas pantai kedalaman


minimal 6 m. Hal ini memberikan kemungkinan untuk dilayari oleh tug boat
dan pontoon yang berukuran sampai 10.000 dwt klo diperlukan.
Kegiatan pengangkutan batubara ini akan menaati dan mengikuti
aturan yang ada sesuai dengan UU RI NO.17 Tahun 2008 Tentang
pelayaran dan dan PP RI No.82 Tahun 1999 tentang angkutan diperairan
untuk pemuatan batubara dari pontoon ke kapal pengaangkut (mother
Vessel) ad 2 lokasi di laut lepas muara sungai Mahakam yang biasa di
pakai untuk transhipment Muara jawa di sebelah selatan delta Mahakam
biasanya dilakukan dari bulan januari sampai dengan bulan juni, dan di
muara berau dari bulan juli sampai dengan bulan desember setiap

VI-3
PT KUTAI ENERGI I
BAB VI. PENGANGKUTAN DAN PENIMBUNAN

bulannya tergantung musim arah angin yang terjadi di ke dua lokasi


pemuatan itu.
Untuk kegiatan pemuatan batubara dipelabuhan khusus /DUKS
(dermaga untuk kepentingan sendiri ) ini yang memiliki PT. INDOMINING
juga akan mentaati dan mengikuti atuaran yang sudag sesuai dengan
keputusan menteri perhubungan RI KM : 54 tahun 2002 Tentang
penyelenggarakan pelabuhan dan PP RI No.69 tahun 2001 tentang
kepelabuhan.

6.1.3.2. Pengoperasian Ponton Batubara


PT Kutai Energi I berencana memproduksi batubara sebesar

PY
1.500.000 – 3.500.000 MT/Tahun atau 125.000 – 291.000 MT/bulan.
Produksi sebesar ini memungkinkan untuk memenuhi pengapalan dengan
kapal berukuran Handy size hingga capsize. Rata-rata shipment kira-kira
16-36 kapal per bulan sehingga sehingga dapat dipergunakan cycle time
untuk mendapatkan ukuran flett yang optimum.
O
Pada umumnya perusahaan batubara di Indonesia melakukan
exportnya menggunakan transshipment di laut lepas, oleh sebab itu
contract yang dilakukan produser, customer dan perusahaan pelayaran
C

menggunakn loading rate yang agak rendah seperti pada Tabel 6.1 target
jumlah tug boat dan pontoon yang efesien untuk mencapai loading rate
optimal dapat dilihat dari Tabel 6.4
Tabel 6.1 Klasifikasi dan Ukuran Kapal ( vessel )
No Klasifikasi Kapal Ukuran Kapal Loading Rate Minimum
1 Handymax 30.000-45.000 DWT 6.000-8.000 MT/hari
2 Panamax 60.000-75.000 DWT 8.000-10.000 MT/hari
3 Cape Size 12.000-140.000 DWT 15.000-18.000 MT/hari

VI-4
PT KUTAI ENERGI I
BAB VI. PENGANGKUTAN DAN PENIMBUNAN

Tabel 6.2 Parameter Cicle time Ponton ( waktu Satu Putaran )


1 Muara Jawa
Jarak pelayaran (satu arah) 85 km
Ukuran Ponton 8.000 DWT
Kecepatan Ponton Bermuatan 5 knot
Kecepatan pontoon kosong 6 knot
Loading Rate 1.400ton/jam
Unloading Rate 10.000 ton/hari (panamax)
18.000 ton/hari (cape size)
Kapsitas kapal Rata-rata 70.000 DWT - panamax
140.000 DWT – cape size
2 Muara Berau
Jarak pelayaran (satu arah) 195 km
Ukuran Ponton 8.000 DWT
Kecepatan Ponton Bermuatan 5 knot

Loading Rate
Unloading Rate
PY
Kecepatan pontoon kosong

Kapsitas kapal Rata-rata


6 knot
1.400 ton /jam
10.000 ton /hari panamax
18.000 ton /hari cape size
70.000 DWT - Panamax
140.000 DWT – cape size
O
Tempat bongkar di dua tempat baik di muara jawa maupun di
Maura berau dilakukan dengan sesuai musim arah anginnya, sehingga
untuk perhitungan cycle time (waktu satu putaran) seperti tabel 6.3
C

berikutnya.
Tabel 6.3 Cycle Time Ponton
1. Muara Jawa
Waktu loading / muat 8 jam
Waktu layar ke muara jawa 19 jam
Waktu unloading / bongkar 12 jam
Waktu Layar kembali 15 jam
Total waktu 54 jam satu putaran
1. Muara Berau
Waktu loading / muat 8 jam
Waktu layar ke muara berau 26 jam
Waktu unloading / bongkar 12 jam
Waktu Layar kembali 21 jam
Total waktu 67 jam satu putaran

VI-5
PT KUTAI ENERGI I
BAB VI. PENGANGKUTAN DAN PENIMBUNAN

Daridata perhitungan seperti Tabel 6.3 di atas dapat dibuat tabel


kebutuhan pontoon tiap Shipment (tabel 6.4) dan kebutuhan jumlah
pontoon yang harus disediakan oleh PT Kutai Energi I (Tabel 6.5 )
sebagai berikut .

Tabel 6.4 Kebutuhan Ponton per Shipment


Jenis kapal Loading Rate Waktu Muat Jumlah Ponton
Panamax 10.000 ton /hari 7 hari 9
Cape Size 18.000 ton /hari 8 hari 18

Tabel 6.5 Kebutuhan jumlah pontoon


Ponton/shipment Cycle Cicle Kebutuhan jumlah
(a)

Muara Jawa
9 ponton/panamax
18 ponton/capesize
Muara Berau
PY Time/ponton
(b)

54 jam
54 jam
time/load
vessel (c)

168 jam
192 jam
pontoon (a x b) /
(c)

3
5

9 ponton /panamax 67 jam 168 jam 4


18 ponton /cape size 67 jam 192 jam 6-7
O
Dari perhitungan di atas , maka fleet pontoon adan tug boat beserta
pendukungannya dapat dikombinasikan sebagai berikut :
C

 7- 8 set tug boat 2.000 HP/pontoon 8.000 DWT


 1 unit tug boat service 500 HP
 1 unit speed boat 200 HP

6.2. Peralatan ( jenis , jumlah dan kapsitas )


Alat transportasi darat dan air yang digunkan untuk pengangkutan
batubara pada PT Kutai Energi I adalah seperti pada tabel 6.6. dan 6.7
berikut :

VI-6
PT KUTAI ENERGI I
BAB VI. PENGANGKUTAN DAN PENIMBUNAN

Tabel 6.6 Alat transportasi Darat


No Type /Jenis Kapasitas Lokasi
1 Dump Truck 20 ton Jalan Angkut
CHENGLONG batubara pit ROM
stockpile
2 Dump Truck 20 Ton Jalan Angkut
CHENGLONG Overburden pit-
disposal
4 Motor Grader CAT 275 HP, Jalan Angkut
MG120 4,9 m
Blade
5 Vibro compactor IR 07, 105 HP , Jalan Angkut
105 HP 15.000
Lbs

No

1
2
Jumlah
Alat
7 Unit
7 Unit
PY
Tabel 6.7 Alat Transportasi Sungai Dondang
Type /Jenis

Tug Boat
Pontoon
Kapasitas

2.000HP
8.000 DWT
Lokasi

S Dondang - transhipment
S Dondang - transhipment
3 1 Unit Tug Boat 500 HP S Dondang - transhipment
4 1 Unit Speed Boat 200 HP S Dondang - transhipment
O
C

VI-7
PT KUTAI ENERGI I
BAB VI. PENGANGKUTAN DAN PENIMBUNAN

PY
O
C

Gambar 6.1. Peta Jalan Hauling

VI-8
PT KUTAI ENERGI I
BAB VI. PENGANGKUTAN DAN PENIMBUNAN

PY
Gambar 6.2. Lay Out Pelabuhan/ Jety PT Kutai Energi I
O
C

VI-9
PT KUTAI ENERGI I
BAB VII. LINGKUNGAN, KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K-3)

BAB VII LINGKUNGAN, KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K-3)

7.1. Lingkungan
7.1.1. Dampak Lingkungan
PT Kutai Energi I dalam melakukan kegiatan penambangannya
berkomitmen untuk senantiasa memperhatikan aspek lingkungan, dan
menggunakan teknik teknik penambangan yang baik dan benar guna
senantiasa menjaga kelestasrian lingkungan. Upaya pengelolaan dan
pemantauan lingkungan PT Kutai Energi I secara rinci dibahas pada
dokumen AMDAL

7.1.1.1. Iklim
PY
Kegiatan usaha pertambangan batubara di daerah ini akan
membuka lahan untuk keperluan jalan masuk penambangan, blok
O
penambangan, lahan untuk tempat pengolahan serta sarana penunjang
lainnya. Ini akan menimbulkan adanya perubahan iklim mikro seperti
peningkatan suhu, penurunan kelembaban udara dan tanah serta
C

perubahan arah dan kecepatan angin. Hal ini terjadi karena akibat adanya
pembukaan lahan ini, maka sinar matahari akan langsung mengenai
tanah dan akan menyebabkan terjadinya perubahan suhu dan
kelembaban.

7.1.1.2. Kualitas Udara


a. Debu
Pada tahap operasi, debu akan timbul sebagai akibat dari
penggalian lapisan tanah penutup dan batubara, pengangkutan,
penimbunan dan pengolahan batubara.

VII-1
PT KUTAI ENERGI I
BAB VII. LINGKUNGAN, KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K-3)

b. Gas-gas Pencemar
Gas-gas pencemar seperti hidrokarbon (HnCn), karbon monoksida
(CO), nitrogen oksida (NOx) serta sulfida dioksida (SO2) pada umumnya
akan timbul sebagai akibat pemakaian alat-alat berat, kegiatan
transportasi dan pengolahan, yang dimulai sejak tahap pra-konstruksi
sampai dengan tahap Pasca Operasi.
c. Kebisingan dan Getaran
Kegiatan yang diperkirakan berpotensi menimbulkan dampak
kebisingan dan getaran adalah mobilisasi pengangkutan tanah, bahan
bangunan, pemerataan tanah dimana digunakan alat-alat berat,
pembangunan jalan dan pembangunan proses pengolahan serta

PY
prasarana penunjang lainnya, dan akibat transportasi alat-alat berat dari
lokasi penambangan ke tempat pengolahan atau sebaliknya, pemakaian
mesin pengolahan dan kegiatan penggerusan (crushing).

7.1.1.3. Tanah dan Lahan


O
Penambangan batubara secara tidak langsung akan merubah
sebagian tataguna lahan daerah terkait. Kegiatan penambangan batubara
di daerah PT Kutai Energi I akan memberikan pengaruh yang berarti
C

terhadap perubahan bentang alam di daerah tersebut. Pada kegiatan


konstruksi, yaitu pembuatan jalan, pembangunan fasilitas pengolahan
batubara serta pada kegiatan operasi, yaitu penggalian tanah penutup,
pemindahan tanah penutup yang diikuti penggalian, pengangkutan, dan
penimbunan batubara serta penirisan tambang.

7.1.1.4. Hidrologi
Adanya kegiatan penambangan ini terutama pembukaan lahan
untuk pembuatan jalan, blok penambangan dan sarana penunjang
penambangan akan menimbulkan gangguan pada aliran air permukaan.

VII-2
PT KUTAI ENERGI I
BAB VII. LINGKUNGAN, KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K-3)

7.1.1.5. Flora dan Fauna


Berkurangnya habitat flora dan fauna sehingga populasinya akan
menurun dan kualitas lingkungan fauna darat berubah akibat kegiatan
pengupasan lahan untuk pembuatan jalan, blok penambangan dan sarana
penunjang penambangan dan lain-lain. Limbah penambangan (air larian
dan air rembesan) serta limbah domestik yang mencemari air sungai akan
mempengaruhi kehidupan biota perairan di daerah tersebut dan dapat
menurunkan indeks kualitas biota perairan.

7.1.2. Pengelolaan Lingkungan


Kegiatan
PY
penambangan ini akan menyebabkan
kerusakan lingkungan. Kerusakan lingkungan pada saat penambangan
adalah terganggunya stabilitas bentang alam yang selama ini telah
terbentuk secara alamiah. Demikian juga dengan adanya air asam
terjadinya

tambang dan proses pengolahan batubara akan menghasilkan limbah.


O
Untuk mengatasi kerusakan lingkungan tersebut diperlukan suatu
upaya pengelolaan lingkungan secara terpadu sehingga kerusakan
lingkungan tidak berdampak luas, dan dapat diminimalisir, terutama pada
C

lingkungan hidup.

7.1.2.1. Penanganan Limbah


Limbah yang dihasilkan dari proses penambangan akan ditangani
dengan seksama dengan cara merencanakan reklamasi pada daerah
bekas penambangan. Kegiatan pengolahan batubara akan menghasilkan
sebagian kecil fine coal yang berukuran kurang lebih 3 mm yang lolos
serta debu, yang selanjutnya akan ditampung dan kemudian diendapkan
di settling pond. Kolam pengendapan ini akan dibuat secara bertingkat.
Tingkatan kolam rencananya dibuat sampai tiga tingkatan. Dengan
dibuatnya kolam pengendapan tersebut diharapkan tingkat pencemaran
air yang akan disalurkan ke sungai dapat ditekan. Untuk kolam ke-4 yang

VII-3
PT KUTAI ENERGI I
BAB VII. LINGKUNGAN, KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K-3)

merupakan saluran penghubung limbah ke sungai akan diutamakan


pengelolaannya (Gambar 7.1). Kolam ini berfungsi sebagai pengontrol
kualitas air yang secara rutin nantinya akan dilakukan pemeriksaan
dengan cara analisa kimia.

tampak atas
filter filter

iinlet outlet

Sekat / partisi

filter
PY tampak samping filter

iinlet outlet

sediment sediment sediment sediment


O
Sekat / partisi
C

Gambar 7.1. Sistem Settling Pond

Pembuatan setlling pond ini di luar dan dekat area operasi


penambangan. Luas masing masing setlling pond disesuaikan dengan
kapasitas penampungan air yang akan masuk pada setlling pond

7.1.2.2. Pengendalian Air Asam Tambang


Pengendalian air asam tambang di daerah pertambangan
mencakup upaya untuk mengendalikan teroksidasinya mineral sulfida
yang terdapat pada lapisan penutup atau tempat penimbunan batubara,
menetralkan air asam tambang yang terbentuk sebelum dialirkan ke

VII-4
PT KUTAI ENERGI I
BAB VII. LINGKUNGAN, KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K-3)

badan perairan atau mengendalikan aliran air asam tambang yang


terbentuk pada lapisan tanah penutup (over burden) atau tempat
penimbunan batubara.
Pencegahan terjadinya air asam tambang merupakan upaya untuk
mencegah proses oksidasi mineral sulfida. Terdapat dua metode yang
digunakan untuk mencegah proses tersebut :
a. Metode penutup basah (wet cover method)
Yaitu dengan cara menempatkan batuan yang berpotensi
menghasilkan air asam tambang di dalam air sedemikian rupa
sehingga proses oksidasi mineral sulfida dapat dicegah.
b. Metode penutup kering (dry cover method)
Yaitu dengan
PY cara menempatkan batuan yang
menghasilkan air asam tambang pada bagian terbawah di daerah
penimbunan, kemudian ditutupi dengan batuan yang bersifat netral
dengan permeabilitas yang rendah untuk menghindari rembesan udara
berpotensi

masuk ke batuan yang mengandung mineral sulfida tersebut.


O
Sedangkan penetralan air asam tambang dapat dilakukan dengan
cara menambahkan kapur (CaO atau Ca(OH)2), batugamping (CaCO3),
atau dengan Al(OH)3 sebelum dialirkan ke badan perairan umum. Tetapi
C

sebaiknya hal ini dilakukan jika pencegahan terbentuknya air asam


tambang tidak dapat dilakukan.

7.2. Reklamasi dan Pemanfaatan Lahan Pasca Tambang


Rencana reklamasi akan dilakukan di tempat penimbunan tanah
penutup dan areal bekas penambangan PT Kutai Energi I.

7.2.1. Tempat Penimbunan Tanah Penutup


Areal penimbunan tanah penutup akan direklamasi dengan cara
meratakannya kemudian melapiskan tanah pucuk (top soil) diatasnya,
kemudian dihijaukan dengan jenis tanaman yang paling sesuai seperti
sengon, lamtoro, mahoni atau jenis tanaman setempat.

VII-5
PT KUTAI ENERGI I
BAB VII. LINGKUNGAN, KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K-3)

7.2.2. Daerah Bekas Penambangan


Daerah bekas penambangan yang telah ditambang sampai pada
batas nisbah pengupasan, akan dijadikan tempat pembuangan material
penutup dalam kegiatan berikutnya. Timbunan material penutup diratakan
oleh bulldozer dan kemudian dilapisi dengan tanah pucuk di atasnya untuk
selanjutnya direvegetasi dengan tumbuhan yang telah disebutkan di atas.

7.3. Pemantauan Lingkungan


Untuk mengetahui sejauh mana tingkat kerusakan lingkungan
akibat kegiatan penambangan batubara diperlukan suatu kegiatan

PY
pemantauan lingkungan yang akan dilakukan secara periodik, sehingga
jika terdapat suatu perubahan lingkungan yang bersifat ekstrim maka
secepatnya dapat diantisipasi penyebab dan cara penanggulangannya.
Dalam upaya pemantauan lingkungan ada beberapa aspek yang perlu
diperhatikan seperti komponen lingkungan yang dipantau, waktu
O
pelaksanaan, periode dan prosedur pemantauan.

7.3.1. Iklim dan Kualitas Udara


C

Parameter komponen iklim yang dipantau adalah suhu udara,


kelembaban nisbi dan curah hujan. Parameter kualitas udara yang
dipantau adalah kandungan debu, gas CO dan SO, serta kebisingan.
Pemantauan keadaan iklim seperti temperatur dan curah hujan dilakukan
sejak awal konstruksi hingga akhir masa penambangan. Namun untuk
kelembaban direncanakan akan dilakukan 6 (enam) bulan setelah aktifitas
penambangan, yang dilakukan setiap hari. Sedangkan perhitungan
pencatatan dilakukan setiap bulan dan pelaporannya disampaikan setiap
3 (tiga) bulan sekali. Pemantauan keadaan kualitas udara, debu, gas CO
dan SO serta tingkat kebisingan direncanakan 6 (enam) bulan setelah
aktifitas penambangan dengan periode 2 (dua) kali dalam setahun.

VII-6
PT KUTAI ENERGI I
BAB VII. LINGKUNGAN, KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K-3)

Pemantauan dampak iklim akan dilakukan di dalam daerah


pertambangan, sedangkan pemantauan kualitas udara disamping di lokasi
penambangan juga dilakukan di daerah sepanjang jalur transportasi. Titik
pengamatan dipilih sesuai dengan arah kemajuan penambangan.
Pemantauan dilakukan dengan cara observasi dan pengukuran
lapangan serta pengambilan contoh yang selanjutnya akan dinalisa di
laboratorium. Pengamatan lapangan dilakukan untuk mengevaluasi
kondisi vegetasi, sedangkan pengukuran lapangan dilakukan terhadap
parameter iklim dan kebisingan. Pemantauan kualitas udara untuk
parameter kandungan debu serta gas CO dan SO, diperlukan conto dan
pemeriksaan laboratotium. Hasil pencatatan dibandingkan dengan

PY
keadaan di laboratorium dan baku mutu lingkungan.

7.3.2. Pemantauan Perubahan Komponen Fisiografi


Parameter fisiografi yang dipantau adalah sudut, panjang dan
bentuk lereng serta kestabilan lereng baru hasil reklamasi atau akibat
O
penambangan. Pemantauan ini dilakukan di lokasi penambangan
termasuk lokasi pelabuhan dan lokasi pembangunan sarana tambang.
Pemantauan dilakukan dengan cara observasi dan pengukuran lapangan
C

terhadap bentuk bentang alam di pusat-pusat kegiatan. Hasil pencatatan


dibandingkan dengan keadaan sebelumnya.

7.3.3. Pemantauan Tanah dan Lokasi


Parameter yang dipantau adalah jenis tanah, kesuburan tanah dan
kestabilan lahan termasuk kecenderungan erosi. Kesuburan tanah yang
perlu dipantau adalah Ph, H2, Al, SO4, kapasitas tukar kation, kejenuhan
basa, Ca, Mg, K dan Na. Kegiatan pemantauan dilakukan sejak 6 (enam)
bulan setelah kegiatan penambangan dimulai dan dilakukan selama masa
penambangan. Periode pemantauan dilakukan 2 (dua) kali dalam
setahun.

VII-7
PT KUTAI ENERGI I
BAB VII. LINGKUNGAN, KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K-3)

Karena dampak akan terjadi pada daerah yang tidak begitu luas
dan terlokalisir pada beberapa tempat, maka pemantauan akan dilakukan
pada lokasi-lokasi kegiatan yang bersangkutan saja, dengan berpedoman
pada arah kemajuan tambang. Pemantauan dilakukan dengan cara
observasi, pengukuran di lapangan serta pengambilan conto yang akan
dianalisa di laboratorium. Pengamatan lapangan dilakukan terhadap
bentuk visual perubahan jenis tanah, sedangkan pengukuran lapangan
dan pemeriksaan laboratorium dilakukan untuk mengetahui kondisi
parameter jenis, kesuburan dan kestabilan tanah dan besarnya erosi yang
terjadi. Hasil pencatatan dibandingkan dengan keadaan sebelumnya dan
baku mutu lingkungan.

PY
7.3.4. Pemantauan Komponen Hidrologi
Parameter yang dipantau sehubungan dengan dampak pada
komponen lingkungan hidrologi adalah jumlah saluran drainage alam yang
terputus, daerah cekungan yang tergenangi air, kualitas air permukaan di
O
sungai dengan parameter kekeruhan, sedimentasi dan keadaan fisik
kimianya, dibandingkan dengan baku mutu air golongan D. Kualitas air
yang dipantau adalah padatan tersuspensi, pH, turbiditas, BOD, COD
C

pada air permukaan sungai dan kolam pengendapan. Kualitas dan


kuantitas air tanah pada sumur penduduk dengan parameter fisik
kimianya dibandingkan dengan baku mutu air golongan B.
Karena dampak akan terjadi selama kegiatan penambangan maka
pemantauan juga dilakukan selama kegiatan penambangan berlangsung,
dengan periode pemantauan 4 (empat) kali dalam setahun, sehingga
diharapkan dapat mewakili dua musim yang terjadi.
Pemantauan untuk pola drainage alam akan dilakukan pada lokasi
penambangan, sedangkan pada sungai dilakukan pada lokasi daerah hulu
lokasi penyaluran limbah ke badan sungai dan lokasi di daerah hilir
dengan jarak 250 - 500 meter pertemuan sungai dengan limbah. Untuk air

VII-8
PT KUTAI ENERGI I
BAB VII. LINGKUNGAN, KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K-3)

tanah dilakukan pada sumur penduduk yang dipilih secara acak dan pada
sumur uji/pantau yang dibuat khusus.
Pemantauan dilakukan dengan cara observasi dan pengukuran
dilapangan serta pengambilan conto yang akan dianalisa di laboratorium.
Pengamatan lapangan dilakukan terhadap bentuk visual perubahan warna
air, sedangkan pengukuran lapangan dan analisa laboratorium dilakukan
untuk mengetahui kondisi parameter fisika dan kimianya. Hasil
pengukuran dibandingkan dengan keadaan sebelumnya atau baku mutu
lingkungan air golongan B untuk sumur penduduk, sedangkan golongan D
untuk air sungai dan baku limbah untuk limbah yang disalurkan.

PY
7.3.5. Pemantauan Komponen Biologi
Parameter lingkungan yang dipantau sehubungan dengan dampak
ini adalah keanekaragaman jenis flora dan fauna penyusun komunitas
hutan di lokasi kegiatan, sedangkan fauna perairan adalah perubahan
komponen plankton akibat perubahan kualitas air.
O
Dampak akan terjadi selama kegiatan penambangan sehingga
pemantauan juga dilakukan selama kegiatan penambangan berlangsung
dengan periode sekali dalam setahun untuk flora dan fauna darat,
C

sedangkan untuk mikro biota (plankton, benthos, nekton) dilakukan


sejalan dengan pemantauan kualitas air sungai. Lokasi pemantauan
dampak flora dan fauna darat dilakukan pada hutan sekunder yang
berada pada areal penambangan, sedangkan pemantauan plankton akan
dilakukan di sungai sesuai dengan pemantauan kualitas airnya.
Pemantauan dilakukan dengan cara observasi dan pengukuran
dilapangan serta pengambilan sample yang akan dianalisa di
laboratorium. Pengamatan lapangan dilakukan terhadap kondisi vegetasi
flora dan populasi fauna darat dan ikan, sedangkan terhadap plankton
diperlukan pengambilan sample dan analisa laboratorium. Dalam
pemantauan ikan dan plankton dibutuhkan data tentang kualitas air,

VII-9
PT KUTAI ENERGI I
BAB VII. LINGKUNGAN, KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K-3)

dimana biota itu hidup. Hasil pencatatan dibandingkan dengan baku mutu
lingkungan

7.4. Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K-3)


Dalam usaha penambangan batubara ini perlu diciptakan suasana
dimana para karyawan merasa keselamatan dan kesehatan kerjanya (K-3)
terjamin, sehingga produktifitas kerja karyawan tinggi. Beberapa aspek
yang perlu diperhatikan adalah jaminan sosial tenaga kerja, lingkungan
kerja dan peralatan kerja operasi penambangan.
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K-3) merupakan bagian dari
program yang harus diperhatikan. Penerapan keselamatan dan kesehatan

PY
kerja (K-3) di pertambangan ini akan mengacu kepada KepMen
Pertambangan dan Energi No. 555.K/26/M.PE/1995, tentang Keselamatan
dan Kesehatan Kerja Pertambangan Umum. Bagian keselamatan dan
kesehatan kerja dipimpin oleh seorang Kepala Teknik Tambang yang
membawahi bagian eksplorasi, bagian tambang, bagian pengangkutan
O
dan pengolahan dan bagian mekanik. Bagian-bagian itu bertanggung
jawab kepada Kepala Teknik Tambang serta membawahi langsung para
pekerja tambang.
C

7.4.1. Peralatan
Perlengkapan dan peralatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
yang akan disiapkan meliputi hal sebagai berikut dibawah ini.

7.4.1.1. Pengadaan Alat Pelindung Diri


Alat pelindung diri merupakan suatu kelengkapan standar yang
diadakan oleh perusahaan dan dikenakan oleh pekerja pada saat sedang
bekerja, yang meliputi :
 Safety Helm
 Sarung Tangan dan kaca mata safety
 Safety Shoes

VII-10
PT KUTAI ENERGI I
BAB VII. LINGKUNGAN, KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K-3)

 Apron (alat pelindung badan saat mengelas)


 Ear plug/Ear Muf
 Reflection jacket

7.4.1.2. Pengadaan Alat Pemadam Kebakaran


Alat pemadam api merupakan suatu alat yang harus ada pada
setiap kegiatan yang menimbulkan api dan penyiramannya harus
memenuhi KepMen Pertambangan dan Energi No. 555.K/26/M.PE/1995.
Lokasi yang harus dilengkapi alat pemadam kebakaran adalah
tempat tempat yang mudah terjadi kebakaran, seperti :
 Bengkel, gudang



PY
Kantor, mess, kantin
Ruang Diesel
Ruang Panel Listrik
 Dump Truck, Exavator, Loader.
 Tempat pengisian BBM
O
7.4.1.3. Penyelenggaraan Safety Management
Untuk mempersiapkan pekerja agar selalu disiplin dalam
C

menjalankan aturan-aturan keselamatan dan kesehatan kerja, dilakukan


penerangan berupa :
 Safety Talk (setiap hari sebelum kerja selama 5 menit)
 Safety Meeting (setiap minggu)
 Safety Patrol

7.4.2. Langkah-langkah Pelaksanaan K-3 Pertambangan


Secara umum langkah-langkah pelaksanaan K-3 Pertambangan
(sesuai dengan Permennaker No.05 Tahun 1996, tentang Sistem
Manajemen K3 atau SMK3) diantaranya berisi sebagai berikut :

VII-11
PT KUTAI ENERGI I
BAB VII. LINGKUNGAN, KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K-3)

 Tujuan dan sasaran sistem manajemen keselamatan dan


kesehatan kerja.
 Penerapan system manajemen keselamatan dan kesehatan kerja.
 Audit system manajemen keselamatan dan kesehatan kerja.
 Kewenangan direktur
 Mekanisme pelaksanaan audit
 Sertifikat keselamatan dan kesehatan kerja.
 Pembinaan dan pengawasan.
 Pembiayaan.

7.5. Program Pengembangan Masyarakat


PY
Program Pengembangan masyarakat (Community Development)
pada daerah penambangan batubara PT Kutai Energi I merupakan salah
satu bentuk kepedulian perusahaan dalam memberikan kontribusi
terhadap pembangunan di wilayah kerjanya dengan asumsi bahwa
setelah perusahaan selesai menambang, diharapkan masyarakat dapat
O
memperoleh ilmu dan keterampilan yang sebelumnya tidak dimengerti dan
tidak memiliki keterampilan tersebut.
.Berdasarkan UU RI No.4 Tahun 2009 tentang Pertambangan
C

Mineral dan Batubara, beberapa hal yang perlu menjadi pertimbangan


sebagai berikut :
a. Bab 2 pasal 3, Pemberdayaan Masyarakat adalah usaha untuk
meningkatkan kemampuan masyarakat, baik secara individual
maupun kolektif, agar menjadi lebih baik tingkat kehidupannya
b. Bab 4 pasal 8, Kewenangan pemerintah kabupaten/kota dalam
pengelolaan pertambangan mineral dan batubara, antara lain, adalah:
g. pengembangan dan pemberdayaan masyarakat setempat dalam
usaha pertambangan dengan memperhatikan kelestarian lingkungan;
c. Bab 13 pasal 95, Pemegang IUP dan IUPK wajib: d. melaksanakan
pengembangan dan pemberdayaan masyarakat setempat;

VII-12
PT KUTAI ENERGI I
BAB VII. LINGKUNGAN, KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K-3)

d. Bab 13 pasal 108, ayat (1) Pemegang IUP dan IUPK wajib menyusun
program pengembangan dan pemberdayaan masyarakat, ayat (2)
Penyusunan program dan rencana sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dikonsultasikan kepada Pemerintah, pemerintah daerah, dan
masyarakat.
Kegiatan pengembangan masyarakat ini bentuknya akan
diselaraskan dengan program Gerbang Raja yang diadakan Pemda Kutai
Kartanegara. Beberapa jenis kegiatan yang diusulkan untuk
pengembangan masyarakat tersebut pada table 7.2.
Tabel 7.1. Rencana Program COMDEV
No. Jenis Kegiatan Keterangan

2
PY
Kesehatan

Pendidikan
- Bantuan pengobatan gratis melalui poliklinik
- Penyuluhan & bantuan sarana kesehatan lingk
- Bantuan sarana medis terbatas
- Bantuan buku pelajaran SD, buku perpustakaan, alat olah
raga dan kelengkapan sekolah, serta beasiswa.
- Pembinaan TPA dan BKPM
- Memberikan kesempatan kepada calon tenaga kerja
lokal/institusi pendidikan untuk magang /pelatihan kerja
- Pelatihan agribisnis dan kewirausahaan
O
- Bantuan dalam kegiatan keagamaan (perayaan hari besar,
3 Keagamaan
safari ramadhan, dll)
- Bantuan pemeliharaan/perbaikan sarana umum
4 Infrastruktur - Bantuan sarana dan prasarana umum (jalan, rumah ibadah,
olah raga, pembuatan tandon air minum, dll.)
C

5 Pertanian - Kerjasama reklamasi dengan kelompok tani


6 Sosial Budaya - Perayaan Hari Besar Nasional
7 Insidentil - Bantuan kegiatan lain (Pemdes, Kepemudaan, LSM, dll.
- Melibatkan KUD/usaha di desa dalam pemenuhan
8 Pengemb. Ekonomi
kebutuhan perusahaan

Program pengembangan masyarakat diharapkan dapat


berkoordinasi dengan aparat pemerintahan setempat yang disesuaikan
dengan kebutuhan yang ada. Program masyarakat ini sifatnya fleksible
dan akan mengikuti program pengembangan yang ada di sekitar daerah
penambangan.

VII-13
PT KUTAI ENERGI I
BAB VIII. ORGANISASI DAN TENAGA KERJA

BAB VIII ORGANISASI DAN TENAGA KERJA

8.1. Bagan Organisasi


Agar manajemen operasi proyek penambangan batubara dapat
mencapai tujuan yang diharapkan, maka dibutuhkan suatu organisasi
proyek untuk menanganinya. Bentuk organisasi yang direncanakan untuk
melaksanakan menajemen operasi penambangan ini adalah organisasi
garis dan staf (Line and Staf Organization) dengan pertimbangan :
1. Terdapat spesialisasi yang boraneka ragam yang dapat dipergunakan
PY
secara maksimal.
2. Dalam melaksanakan kegiatan proyek, anggota garis dapat meminta
pengarahan serta informasi dari staf (karyawan jabatan tertentu).
3. Pengarahan yang diberikan oleh staf dapat dijadikan pedoman bagi
pelaksana.
O
4. Staf (karyawan jabatan tertentu) mempunyai pengaruh yang besar
dalam pelaksanaan pekerjaan.
C

Dengan bentuk organisasi garis dan staf untuk kepentingan


manajemen produksi batubara, maka PT Kutai Energi I akan dapat
merasakan beberapa manfaat, seperti :
1. Adanya pembagian tugas yang jelas antara unit-unit yang
melaksanakan tugas pokok dan penunjang
2. Keputusan yang telah diambil biasanya telah dipertimbangkan secara
matang oleh segenap unit yang ada diorganisasi, termasuk staf.
3. Adanya kemampuan dan bakat yang berbeda-beda dari unit
organisasi yang memungkinkan dikembangkannya spesialisasi
keahlian.
4. Adanya ahli-ahli dalam staf akan menghasilkan mutu pekerjaan yang
lebih baik.

VIII-1
PT KUTAI ENERGI I
BAB VIII. ORGANISASI DAN TENAGA KERJA

Disiplin para anggota organisasi tinggi, karena tugas yang


dilaksanakan oleh unit organisasi sesuai dengan bidang keahlian,
pendidikan dan pengalaman. Tantangan pembangunan pertambangan di
masa mendatang tidaklah kecil, misalnya saja bagaimana meningkatkan
sumber daya manusia yang profesional baik secara kuantitas dan kualitas.
Tingkat penguasaan teknologi tenaga tenaga pertambangan diakui belum
dapat memenuhi kebutuhan yang semakin meningkat. Hal ini menuntut
perlunya upaya mempercepat penguasan ilmu pengetahuan dan teknologi
yang lebih maju serta ditopang oleh perangkat hukum yang memadai dan
adanya kemampuan untuk menegakkannya.
Struktur ketenagakerjaan yang terdapat pada PT Kutai Energi I

PY
terdiri dari Direktur, Manajer Tambang, Superintendent, Supervisor.
Adapun bagan organisasi pada Gambar 8.1.
O
C

VIII-2
PT KUTAI ENERGI I
BAB VIII. ORGANISASI DAN TENAGA KERJA

DIREKTUR

MANAGER TAMBANG
KTT

Sekretaris

PY
GEOLOGI, SURVEY & PLANING MINING K3 & LINGKUNGAN HRD, ADM & HUMAS BENGKEL & GUDANG PENGOLAHAN & SHIPMENT
SUPERINTENDENT SUPERINTENDENT SUPERINTENDENT SUPERINTENDENT SUPERINTENDENT SUPERINTENDENT

GEOLOGI, SURVEY & PLANING PIT SAFETY OFF & ENVIRONT BENGKEL & GUDANG
SUPV SUPV SUPV HRD & ADM SUPV PENGOLAHAN SHIPMENT
HUMAS SUPV SUPV SUPV
GEOLOGI CREW CREW SAFETY & CREW SUPV MECHANIC CREW
EKSPL SURVEYOR CHECKER CONTROLING REVEGT & SUPLAY

O PEMBIBITAN ELECTRIC

HELPER

CREW
OPERATOR
EQUIPT
C
Gambar 8.1. Struktur Organisasi dan Tenaga Kerja

VIII-3
PT KUTAI ENERGI I
BAB VIII. ORGANISASI DAN TENAGA KERJA

8.2. Kebutuhan Tenaga Kerja


Pengadaan tenaga kerja yang dibutuhkan proyek, ada dua hal yang
perlu diperhatikan yaitu struktur pasokan tenaga kerja yang tersedia di
daerah lokasi proyek dan rincian kebutuhan tenaga kerja serta estimasi
jumlah anggaran biaya tenaga kerja yang diperlukan. Lowongan tenaga
kerja yang akan direkrut akan dilaporkan ke Dinas Tenaga Kerja.
Mempertimbangkan sistem organisasi yang telah direncanakan
untuk mendukung kegiatan operasi penambangan, preparasi,
pengangkutan dan pengapalan batubara beserta administrasinya, maka
dalam merencanakan kebutuhan tenaga untuk mengisi formasi dalam
sistem organisasi tersebut, perlu disusun kriteria tenaga kerja. Tenaga

PY
kerja untuk mengisi formasi dalam sistem organisasi dibagi menjadi 2
kelompok tenaga kerja, yaitu :

a) Karyawan Staff
Adalah tenaga kerja yang diangkat sebagi karyawan perusahaan
O
berdasarkan perjanjian kerja yang disepakati bersama. Sebagai
karyawan, masa kerja dan kompensasi dari karyawan ini bukan
merupakan fungsi dari jumlah produksi batubara yang dihasilkan oleh
C

perusahaan. Jumlah tenaga kerja karyawan jabatan tertentu yang akan


dipakai dalam kegiatan penambangan ini sebanyak ± 50 Orang.
b) Karyawan Non Staff
Adalah tenaga kerja yang diangkat sebagai karyawan oleh
perusahaan berdasarkan perjanjian kerja yang disepakati bersama.
Sebagai karyawan, masa kerja dan kompensasi dari karyawan ini
merupakan fungsi dari jumlah produksi batubara yang dihasilkan
perusahaan. Yang temasuk dalam kelompok tenaga kerja karyawan
adalah para karyawan perusahaan yang dipekerjakan selama waktu
tertentu untuk melakukan pekerjaan langsung operasi penambangan,
preparasi batubara, pengangkutan dan pengapalan batubara. Jumlah

VIII-4
PT KUTAI ENERGI I
BAB VIII. ORGANISASI DAN TENAGA KERJA

tenaga kerja karyawan yang akan dipakai dalam kegiatan penambangan


ini sebanyak ± 404 Orang.
Kualifikasi dan jumlah yang dibutuhkan pada masing-masing
operasi bergantung pada jumlah target produksi batubara. Sehingga
setiap ada perbedaan target produksi batubara, akan terjadi perbedaan
pada kualifikasi dan jumlah karyawan yang dibutuhkan. (Lampiran 7)
Semua tenaga yang tidak ahli (non skill) diambil dari masyarakat
sekitar, sedangkan tenaga ahli diambil dari luar daerah apabila
masyarakat sekitar tidak ada yang mempunyai keahlian dalam bidang
yang dibutuhkan.
Sesuai skala usaha yang dikerjakan, maka penggajiannya

PY
disesuaikan dengan kemampuan atau kecakapan orang yang melakukan
tugas sesuai dengan fungsi masing-masing. Adapun kebutuhan tenaga
kerja pada tahap operasi penambangan pada Tabel 8.1.

8.3. Hubungan Kerja


O
Hubungan kerja adalah hubungan antara pengusaha dengan
pekerja / buruh berdasarkan perjanjian kerja, yang mempunyai unsur
pekerjaan, upah, dan perintah. Sedangkan perjanjian kerja adalah
C

perjanjian antara pekerja / buruh dengan pengusaha atau pemberi kerja


yang memuat syarat syarat kerja, hak, dan kewajiban para pihak.
Penjelasan tersebut diatas berdasarkan Undang Undang RI Nomor 13
Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.
Hubungan kerja yang diterapkan disesuaikan dengan peraturan
dan perundang-undangan yang berlaku, serta dilakukan atas dasar
kesepakatan kerja bersama antara pekerja dengan pengusaha,
mengutamakan K-3 dan efesiensi waktu serta efisiensi alat sehingga
dapat dicapai produktifitas kerja yang maksimal.

VIII-5
PT KUTAI ENERGI I
BAB VIII. ORGANISASI DAN TENAGA KERJA

Tabel 8.1. Klasifikasi tenaga kerja PT KUTAI ENERGI I


No. KARYAWAN STAFF
1 Direktur
2 Manager Tambang/Kepala Teknik Tambang
3 Manager Teknik
4 Manager Adm
5 Manager Operasi & Produksi
6 Superintendent Geologi, Survey & Planing
7 Superintendent Tambang
8 Superintendent K3 & Lingkungan
9 Superintendent HRD, Adm & Humas
10 Superintendent Bengkel dan Gudang
11 Superintendent Pengolahan
12 Paramedis (Dokter)
13 Paramadis (Perawat)
14 Supervisor Geologi, Survey & Planing
15
16
17
18
19
20
PY Supervisor Pit
Supervisor Safety Officer & Environt
Supervisor HRD & Humas
Supervisor Administrasi
Supervisor Comdev
Supervisor Logistik
21 Supervisor Bengkel & Gudang
22 Supervisor Pengolahan
O
23 Foreman Geologi, Survey & Planing
24 Foreman Pit
25 Foreman Safety Officer & Environt
26 Foreman Bengkel
27 Foreman Gudang
C

28 Finance & Accounting


29 Staff. Finance
30 Staff. Acconting
31 Adm. HRD
32 Adm. Umum HRD
33 Adm. External
34 Database Clerk
35 Chief Security
36 Geologi Eksplorasi
37 Safety & Controling

VIII-6
PT KUTAI ENERGI I
BAB VIII. ORGANISASI DAN TENAGA KERJA

Tabel 8.1. Lanjutan


No. KARYAWAN NON STAFF
1 Crew Surveyor
2 Crew Checker
3 Crew Revegetasi & Pembibitan
4 Security
5 Cleaning Service
6 Tukang masak
7 Mekanik
8 Helper
9 Welder
10 Elektrik
11 Crew Suplay Equipt
12 Crew Surveyor Shipt
13 Crew Picker
14 Elektrik Pengolahan
15 Crew Cheker

PY
16
17
18
19
20
Operator dan Supir
Bulldozer D - 7G
Bulldozer D9R
Bulldozer D155
Komatsu PC 800
Komatsu PC 750-7
21 Komatsu PC 200
22 Multiflow 500
23 Komatsu HD 465-7R
O
24 Nissan CWB
25 GD Komatsu 825
26 PATRIA L6000
27 INGERSOLRAND L4000
28 MULTI QUIP L4000
C

29 LT 9 JCB/ALTRAK78
30 STRADA GLS
31 STRADA GLX
32 Ford Everest 2,5L XLT M/T
33 Ford Ranger 2,5L Doble Cabin
34 Toyota Hilux 3.3 D-4D Double Cabin
35 Bus Toyota Dyna
36 Bus Isuzu
37 Genset Besar Izusu PS 100 (6 cyl)
38 Welding Machine Miller Big Blue 400x Cat
39 Air Compressor Electric Vema
40 Iveco FM 440 Service Truck
41 Water Truck Hino FM 260
42 Fuel Truck Hino FM 260
43 Fuel Truck Nissan CWA 260 MX

VIII-7
PT KUTAI ENERGI I
BAB VIII. ORGANISASI DAN TENAGA KERJA

8.4. Pengupahan Tenaga Kerja


Upah adalah hak pekerja / buruh yang diterima dan dinyatakan
dalam bentuk uang sebagai imbalan dari pengusaha atau pemberi kerja
kepada pekerja / buruh yang ditetapkan dan dibayarkan menurut suatu
perjanjian kerja, kesepakatan, atau peraturan perundang undangan,
termasuk tunjangan bagi pekerja / buruh dan keluarganya atas suatu
pekerjaan dan / atau jasa yang telah atau akan dilakukan ( UU RI No. 13
Tahun 2003). Upah yang akan diberikan pengusaha kepada pekerja
mengikuti atau di atas upah minimum sektor kabupaten (UMSK) batubara,
untuk sektor pertambangan batubara yaitu sebesar ≥ Rp 2.200.000,-.
Untuk waktu kerja yang digunakan oleh PT Kutai Energi I adalah

PY
dengan sistem 6 hari kerja dan 1 hari libur (hari minggu), dimana untuk
setiap harinya waktu yang digunakan bekerja adalah selama 8 jam kerja
efektif dan 1 jam untuk istirahat.
Sedangkan asuransi (tunjangan) tenaga kerja ± 12 % sebagai berikut :
- jaminan kecelakaan kerja = 1,74 %
O
- jaminan hari tua = 3,7 %
- jaminan kematian = 0,30 %
- JPK berkeluarga = 6,90 %
C

- JPK bujang = 3,90 %


Sedangkan untuk penghitungan THR masih menggunakan
Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor 04/Men/1994. Menurut Peraturan
Menteri (Permen) 04/1994, yang dimaksud THR adalah pendapatan
pekerja yang wajib dibayarkan oleh pengusaha kepada pekerja atau
keluarganya menjelang hari raya keagamaan yang berupa uang atau
bentuk lain.
Menurut Pasal 2 Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor
04/Men/1994, pengusaha wajib membayar pekerja yang sudah bekerja
secara berturut-turut selama 3 bulan atau lebih. Peraturan ini tidak
membedakan status pekerja, apakah karyawan tetap, karyawan kontrak,

VIII-8
PT KUTAI ENERGI I
BAB VIII. ORGANISASI DAN TENAGA KERJA

ataupun karyawan paruh waktu. Asal seorang pekerja telah bekerja


selama 3 bulan berturut-turut, ia berhak atas THR.
Contoh perhitungan THR :
1. Masa kerja 12 bulan atau lebih = 1 x upah sebulan.
2. Masa kerja 3 - 12 bulan = jumlah bulan masa kerja x 1 bulan upah
12 bulan

8.5. Waktu Kerja


Waktu kerja operasi penambangan setiap hari ditambah lembur 4
jam untuk hari biasa, 6 Jam untuk hari pendek, dan 11 jam untuk hari libur,
yang mencakup semua kegiatan penggalian dan spreading tanah

PY
penutup, pengangkutan dan pengolahan batubara 2 shift/hari, 12 jam/shift
dengan jam kerja efektif per hari 22 jam (1 jam istirahat). Sistem kerja
sesuai dengan UU RI No. 13 Tahun 2003 pasal 77 ayat (2)a, yaitu : 7
(tujuh) jam 1 (satu) hari dan 40 (empat puluh) jam 1 (satu) minggu.
Apabila mengacu pada undang-undang tersebut diatas maka untuk
kelebihan jam kerja setiap harinya akan dihitung sebagai kerja lembur.
O
Sedangkan asumsi hari hujan adalah sebesar 20 % dari total jam kerja.
Sehingga total jam kerja efektif alat per tahun untuk 2 shift adalah 4.451
jam.
C

Tabel 8.2. Jam Kerja Efektif


No Diskripsi Jam Kerja/Tahun
1 Jumlah Minggu per Tahun 52 Minggu
2 Jumlah Hari per Tahun 7 Hari/Minggu 364 Hari
3 Hari Libur Nasional 14 Hari 14 Hari
4 Cuti per Tahun 12 12 Hari
5 Rencana Hari Kerja
Hari Biasa per Tahun 5 Hari/Minggu 260 Hari
Hari Jum'at per Tahun 1 Hari/Minggu 52 Hari
Hari Minggu per Tahun 1 Hari/Minggu 52 Hari
6 Rencana Jam Kerja per Tahun
Jumlah Jam Hari Biasa per Tahun 18 Jam/Hari 4680 Jam
Jumlah Jam Hari Jum'at per Tahun 17 Jam/Hari 884 Jam
Jumlah Jam Hari Minggu per Tahun Jam/Hari 0 Jam
7 Total Jam Kerja per Tahun 5564 Jam
8 Hari Hujan per Tahun 20 % 1,113 Jam
9 Jam Kerja Efektif per Tahun 4,451 Jam
10 Jam Kerja Efektif per Bulan 371 Jam

VIII-9
PT KUTAI ENERGI I
BAB VIII. ORGANISASI DAN TENAGA KERJA

Apabila mengacu pada undang-undang tersebut diatas maka untuk


kelebihan jam kerja setiap harinya akan dihitung sebagai kerja lembur
dengan sistem perhitungan kerja lembur pada jam pertama akan dikalikan
1,5 sedangkan untuk jam kedua dan seterusnya akan dikalikan 2, berikut
rincian perhitungan jam lembur :
Perhitungan 2 shift :
- Hari Biasa
Jumlah hari = 5 hari
Jam kerja = 12 jam
Istirahan = 1 Jam
Jam lembur / hari = 11 jam – 7 jam

PY
Sisa jam lembur
= 4 jam
Sehingga perhitungan jam lembur pada hari biasa :
Jam pertama = 1 x 1,5
= 3 x 2
= 1,5 jam
= 6 jam
Jumlah = 7,5 jam
O
Jadi total jam lembur setiap bulannya untuk hari biasa adalah =
20 x 7,5 jam = 150 jam
- Hari Pendek
C

Jumlah hari = 1 hari


Jam kerja = 12 jam
Istirahat = 1 Jam
Jam lembur / hari = 11 jam – 5 jam
= 6 jam
Sehingga perhitungan jam lembur pada hari biasa :
Jam pertama = 1 x 1,5 = 1,5 jam
Sisa jam lembur = 5 x 2 = 10 jam
Jumlah = 11,5 jam
Jadi total jam lembur setiap bulannya untuk hari pendek adalah =
4 x 11,5 jam = 46 jam

VIII-10
PT KUTAI ENERGI I
BAB VIII. ORGANISASI DAN TENAGA KERJA

- Hari Libur
Jumlah hari = 1 hari
Jam kerja = 12 jam
Istirahat = 1 Jam
Jam lembur / hari = 11 Jam
Sehingga perhitungan jam lembur pada hari biasa :
Jam pertama = 7 x 2 = 14 jam
Sisa jam lembur = 1 x 3 = 3 jam
Sisa jam lembur = 3 x 4 = 12 jam
Jumlah = 29 jam
Jadi total jam lembur setiap bulannya untuk hari pendek adalah =

PY 4 x 19 jam = 116 jam

Sehingga total keseluruhan jam lembur setiap bulannya adalah


sebanyak 312 Jam/bulan. Bagi tenaga kerja dari luar daerah ataupun
tenaga kerja lokal akan diberikan waktu cuti selama 12 hari per tahun.
O
Dalam usaha penambangan batubara ini perlu diciptakan suasana
dimana para karyawan merasa Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K-3)
terjamin, sehingga produktifitas kerja karyawan tinggi. Beberapa aspek
C

yang perlu diperhatikan adalah jaminan social tenaga kerja, lingkungan


kerja dan peralatan kerja operasi penambangan.
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K-3) merupakan bagian dari
program yang harus diperhatikan. Penerapat Keselamatan dan Kesehatan
Kerja (K-3) dipertambangan ini akan mengacu kepada Surat Keputusan
Bupati Kutai Kartanegara No. 180.188/HK-403 tahun 2001, dan Kepmen
Pertambangan dan Energi No. 555.K/26/M.PE/1995 tentang Keselamatan
dan Kesehatan Kerja (K-3) Pertambangan Umum. Bagian keselamatan
dan kesehatan kerja dipimpin oleh seorang Teknik Tambang (KTT) yang
membawahi bagian Ekaplorasi, Bagian Tambang, Bagian Pengangkutan,
Pengolahan dan Bagian Mekanik. Bagian-bagian itu bertanggung jawab

VIII-11
PT KUTAI ENERGI I
BAB VIII. ORGANISASI DAN TENAGA KERJA

kepada Kepala Teknik Tambang (KTT) serta membawahi langsung para


pekerja tambang.
Secara umum langkah-langkah pelaksanaan K-3 pertambangan
adalah sebagai berikut :
a) Mencatat dan melaporkan setiap kecelakaan atau kejadian yang
berbahaya, kejadian sebelum terjadinya kecelakaan, penyebab
kecelakaan, menganalisa kecelakaan, dan pencegahan kecelakaan.
b) Memberikan penerangan dan petunjuk-petunjuk mengenai
Keselamatan dan Kesehatan Kerja kepada semua pekerja tamabang
dengan jalan mengadakan pertemuan-pertemuan, ceramah, diskusi,
pelatihan dan lain-lain.

PY
c) Melakukan infeksi secara rutin ke tempat-tempat kerja ditambang
dalam melaksanakan fungsinya.
d) Pengadaan Alat Pelindung Diri (APD)
e) Pemasangan rambu-rambu K-3 yang sesuai dengan kondisi
f) Rencana biaya pengelolaan
O
g) Melaksanakan SMK3 sesuai dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja
No. Kep 5/Men/1996
h) Laporan realisasi pelaksanaan pengelolaan K-3 tersebut disampaikan
C

setiap 3 (tiga) bulan sekali/ triwulan, dan


i) Mengacu pada standarisasi pelaksanaan K-3 Kegiatan Penambangan.
Alat pelindung diri merupakan suatu kelengkapan standar yang
diadakan oleh perusahaan dan dikenakan oleh pekerja pada saat sedang
bekerja, yang meliputi ; Safety Helm, Sarung Tangan, Safety Shoes,
APRON (alat pelindung diri pada saat mengelas), Ear Plug/ Ear Muf dan
Reflection Jacket.
Untuk mempersiapkan pekerja agar selalu disiplin dalam
menjalankan aturan-aturan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K-3), perlu
dilakukan penerangan berupa ; Safety Talk (setiap hari sebelum bekerja
selama 5 menit), Safety Meeting (setiap minggu), dan Safety Partol.

VIII-12
PT KUTAI ENERGI I
BAB VIII. ORGANISASI DAN TENAGA KERJA

8.6. Pemutusan Hubungan Kerja


Pemutusan hubungan kerja tidak bisa dihindari dalam kegiatan
usaha penambangan batubara. PT Kutai Energi I dalam kegiatan
penambangan batubara akan menyesuaikan tingkat produksi batubara
dengan jumlah karyawannya. Sehingga pengurangan atau pemutusan
hubungan kerja pada karyawan akan terjadi pada tahun ke-5 hingga akhir
penambangan. Berdasarkan Undang Undang RI Nomor 13 Tahun 2003
pada Bab XII tentang Pemutusan Hubungan Kerja, pada pasal 156
perusahaan wajib membayar uang pesangon dan atau uang penghargaan
masa kerja dan uang penggantian hak yang seharusnya diterima.
Adapun persyaratan karyawan yang mendapatkan upah pesangon

PY
diantaranya adalah telah habis masa kerjanya dikarenakan perusahaan
tutup, karyawan diberhentikan (PHK) tetapi tenaga kerja tidak memiliki
kesalahan atau kesalahannya masih tergolong rendah. Tetapi untuk
karyawan yang diberhentikan (PHK) dikarenakan karyawan memiliki
kesalahan yang sangat atau tergolong besar maka perusahaan tidak akan
O
memberikan upah pesangon kepada karyawan. Untuk perhitungan
pesangon perusahaan akan mengasumsikan seluruh karyawan dengan
masa kerja sesuai umur tambang.
C

Peraturan dan perundang undangan lainnya :


- UU No.7 Tahun 1981, tentang Wajib Lapor Ketenagakerjaan
- KepPres No.4 Tahun 1980, tentang Wajib Lapor Lowongan Kerja
- UU No.1 Tahun 1970, tentang Keselamatan Kerja
- Permennaker No.05 Tahun 1996, tentang Sistem Manajemen K3

VIII-13
PT KUTAI ENERGI I
BAB IX. PEMASARAN

BAB IX PEMASARAN

9.1. Kebijakan Pemerintah


Batubara merupakan bahan galian yang sangat penting bagi
perkembangan ekonomi Indonesia, dimana terdapat sumber daya alam
yang melimpah sehingga dapat digunakan baik untuk ekspor maupun
dalam negeri. Sehubungan dengan peraturan diversifikasi sumber energi,
pemerintah telah memilih batubara sebagai alternatif sumber energi untuk
mengantisipasi berkurangnya cadangan minyak dan gas bumi.
PY
Untuk mencapai sasaran bauran energi nasional 2025, yaitu
pemakaian batubara diharapkan mencapai 33% pemerintah telah
mengeluarkan peraturan yang digunakan sebagai dasar dalam kebijakan
pengusahaan batubara berupa :
1. Keputusan Menteri ESDM Nomor. 1128 Tahun 2004 tentang
O
Kebijakan Batubara Nasional.
2. Peraturan Presiden Nomor. 5 Tahun 2006 tentang Kebijakan Energi
Nasional.
C

3. Instruksi Presiden Nomor. 02 Tahun 2006 tentang Pencairan


Batubara.

9.1.1. Kebijakan Batubara Nasional (KBN)


Batubara adalah bagian yang tak terpisahkan dari komoditas
pertambangan umum dan merupakan sumber energi primer yang penting.
Kebijakan dan pengembangan batubara selain mengacu pada Kebijakan
Pertambangan Umum, juga mengacu pada Kebijakan Energi Nasional.
Kebijakan pertambangan umum dihasilkan pelaku pertambangan yang
andal dibagian hulu (pertambangan batubara) melalui Good Mining
Practice, perlindungan lingkungan dan comdev. Sedangkan dibagian
hilirnya merupakan bagian yang tak terpisahkan dari Kebijakan Energi

IX-1
PT KUTAI ENERGI I
BAB IX. PEMASARAN

Nasional (KEN), yaitu untuk menjamin pengadaan energi bagi kebutuhan


dalam negeri selama mungkin, seekonomis mungkindan dapat diandalkan
tanpa mengabaikan prinsip pembangunan yang berkelanjutan dan
berwawasan lingkungan.
Sektor pertambangan batubara sampai saat ini berhasil menunjang
KEN, peningkatan pemanfaatan batubara diberbagai pusat pembangkit
listrik, pabrik semen, pabrik kertas, industri kimia, dan industri kecil serta
sebagian kecil di rumah tangga dalam bentuk briket batubara. Sedangkan
di pasar global Indonesia merupakan Negara pengeksport batubara
terbesar ke 3 di dunia.
Pengelolaan batubara dilaksanakan melalui kebijakan yang terpadu

PY
dan sinergi dengan sektor pembangunan lainnya, sehingga pemerintah
marumuskan dan menetapkan Kebijakan Batubara Nasional (KBN) yang
tertuang dalam Kepmen ESDM Nomor.1128 K/40/MEN/2004 tanggal 23
Juni 2004, secara umum kebijakan tersebut :
1. Kebijakan Pengelolaan Sumber Daya Batubara
O
a. Mereposisikan kembali status batubara sebagai bahan galian
strategis.
b. Membantu pembangunan sistem prasarana batubara nasional.
C

c. Melakukan tindakan hukum terhadap PETI


2. Kebijakan Pengusahaan
a. Mengupayakan terciptanya iklim penanaman modal yang kondusif
dan kompetitif.
b. Memberikan kepastian usaha secara adil pada investor.
c. Mengintensifkan pencairan batubara.
3. Kebijakan Pemanfaatan
a. Mengarahkan dan mendorong keanekaragaman pemanfaatan dan
teknologi batubara bersih.
b. Memberi perhatian lebih khusus kepada LITBANG dan investasi
dibidang pemanfaatan lignit dan coal bed methan.
c. Membangun Pusat Teknologi Pemanfaatan Batubara.

IX-2
PT KUTAI ENERGI I
BAB IX. PEMASARAN

4. Kebijakan Pengembangan
a. Mendorong pengembangan, pemanfaatan batubara peringkat
rendah, penambangan bawah tanah, pemanfaatan coal bed
methan , dan PLTU mulu tambang.
b. Meningkatkan teknologi pemanfaatan batubara bersih dan
mengurangi dampak terhadap lingkungan.
c. Mengintensifkan kegiatan penelitian dan pengembangan batubara.

KBN ini diharapkan dapat tercipta iklim yang mendukung


tercapainya sasaran yang sesuai dengan strategi program pengembangan
batubara, dengan tujuan KBN sebagai berikut :

b. Mendukung
PY
a. Menciptakan iklim yang mendukung kepastian hukum dalam investasi
pada seluruh rantai batubara dari hulu sampai hilir yang merupakan
bagian dari strategi pembangunan energi nasional.
pelaksanaan strategi pembangunan industri
pertambangan batubara yang berkelanjutan melalui optimasi
O
pengusahaan seluruh potensi batubara termasuk cadangan batubara
bawah tanah.
c. Memberikan kepastian tentang kontinuitas suplai batubara dalam
C

jangka panjang.
d. Mendukung arah dan lingkup penggunaan dan pemanfaatan berbagai
jenis batubara yang mengarah pada peningkatan nilai tambah yang
lebih tinggi.
e. Menciptakan iklim yang mendukung eksport batubara.
f. Mendukung pengelolaan lingkungan dan pengembangan daerah.
g. Mendukung penyediaan energi alternatif

9.1.2. Kebijakan Energi Nasional (KEN)


Kebijakan Energi Nasional (KEN) dikeluarkan melalui Peraturan
Presiden Nomor. 05 Tahun 2006 sebagai pembaruan Kebijakan Umum
Bidang Energi (KUBE) tahun 1998. Tujuan Kebijakan Energi Nasional

IX-3
PT KUTAI ENERGI I
BAB IX. PEMASARAN

untuk mengarahkan upaya-upaya dalam mewujudkan keamanan pasokan


energi dalam negeri.
Sasaran Kebijakan Energi Nasional itu adalah:
a. Tercapainya elastisitas energi lebih kecil dari 1 (satu) pada tahun 2025

PY
Gambar 9.1. Target Kebijakan Energi Nasional (Energy Mix)

b. Terwujudnya energi (primer) mix yang optimal pada tahun 2025, yaitu
peranan masing-masing jenis energi terhadap konsumsi energi
O
nasional:
1. minyak bumi menjadi kurang dari 20% (dua puluh persen).
2. Gas bumi menjadi lebih dari 30% (tiga puluh persen).
C

3. Batubara menjadi lebih dari 33% (tiga puluh tiga persen).


4. Bahan bakar nabati (biofuel) menjadi lebih dari 5% (lima persen).
5. Panas bumi menjadi lebih dari 5% (lima persen).
6. Energi baru dan energi terbarukan lainnya, khususnya b iomassa,
nuklir, tenaga air, tenaga surya, dan tenaga angin menjadi lebih
dari 5% (lima persen).
7. Batubara yang dicairkan (liquefied coal) menjadi lebih dari 2% (dua
persen).

IX-4
PT KUTAI ENERGI I
BAB IX. PEMASARAN

9.1.3. Pencairan Batubara


Kebijakan lain yang dikeluarkan oleh pemerintah dalam rangka
penyediaan bahan bakar adalah pencairan batubara, yang dituangkan
dalam Instruksi Presiden Nomor 02 Tahun 2006. Hal penting yang
terdapat didalam aturan ini adalah :
1. Perlu adanya jaminan ketersediaan batubara yang dicairkan serta
jaminan kelancaran dan pemerataan distribusinya.
2. Perlu adanya kebijakan insentif untuk batubara yang dicairkan.
3. Menetapkan standard an mutu batubara cair.
4. Menetapkan sistem dan prosedur pengujian batubara cair.
5. Menetapkan tata niaga batubara yang dicairkan.

9.2.
PY
6. Mendorong pelaku usaha dibidang pertambangan batubara untuk
menyediakan bahan baku batubara yang dicairkan.

Prospek Pemasaran
Batubara yang diekspor dapat digunakan untuk pembangkit tenaga
O
listrik dan industri umum negara-negara importir dari Asia seperti Jepang,
Taiwan dan Hongkong. Demikian juga halnya dengan pasar domestik,
selain digunakan sebagai pembangkit tenaga listrik, industri semen dan
C

industri lainnya, dimana merupakan pangsa pasar yang baik untuk


produsen batubara.
Proyeksi jangka panjang memperkirakan bahwa akan ada
permintaan yang meningkat secara besar di Asia dengan spesifikasi
batubara yang sudah mendapat penerimaan pasar melalui usaha
marketing dari perusahaan lain.

IX-5
PT KUTAI ENERGI I
BAB IX. PEMASARAN

9.2.1. Dalam Negeri


Pemanfaatan batubara di dalam negeri meliputi penggunaan di
PLTU, industri semen, industri kertas, industri tekstil, industri metalurgi,
dan industri lainnya.
̶ PLTU
PLTU merupakan industri yang paling banyak menggunakan batubara.
Tercatat dari seluruh konsumsi batubara dalam negeri pada tahun 2005
sebesar 35,342 juta ton, 71,11% di antaranya digunakan oleh PLTU.
Hingga saat ini, PLTU berbahan bakar batubara, baik milk PLN maupun
yang dikelola swasta, ada 9 PLTU, dengan total kapasitas saat ini
sebesar 7.550 MW dan mengkonsumsi batubara sekitar 25,1 juta ton
per tahun.
̶ Industri Semen
PY
Selama delapan tahun terakhir ini, perkembangan pemakaian batubara
pada industri semen berfluktuasi. Antara tahun 1998-2001, pemakaian
batubara rata-rata naik sangat signifikan, yaitu 64,03%, namun pada
O
tahun 2002dan 2003 sempat mengalami penurunan hingga 7,59%.
Memasuki tahun 2004, kebutuhan batubara pada industri semen
mengalami perubahan yang positif, yaitu 19,78% seiring perkembangan
C

ekonomi yang mulai membaik di dalam negeri. Tahun 2005, tercatat


sekitar 17,04% kebutuhan batubara dalam negeri digunakan oleh
industri semen atau 5,77 juta ton.
̶ Industri Tekstil
Industri tekstil memiliki tingkat ketergantungan yang tinggi terhadap
bahan bakar minyak (BBM), oleh karena itu dengan melambungnya
harga BBM, banyak yang beralih ke bahan bakar ke batubara,
walaupun harus melakukan modifikasi terhadap boileratau mengganti
boiler yang baru berbahan bakar batubara.
Pada tahun 2003 jumlah perusahaan tekstil yangmenggunakan bahan
bakar batubara hanya 18 perusahaan saja, namun pada tahun 2006
sudah bertambah menjadi 224 perusahaan tersebar di Pulau Jawa

IX-6
PT KUTAI ENERGI I
BAB IX. PEMASARAN

terutama di Propinsi Jawa Barat.Kebutuhan batubaranya pun


meningkat sangat signifikan, yaitu dari 274.150 ton pada tahun 2003
naik menjadi 3,07 juta ton pada tahun 2006.
̶ Industri Kertas
Seperti halnya pada perusahaan tekstil, batubara dalam industri kertas
digunakan sebagai bahan bakar dimana energi panas yang dihasilkan
digunakan untuk memasak air pada boilersehingga menghasilkan uap
yang diperlukan untuk memasak pulp(bubur kertas).
Perkembangan pemakaian batubara pada industri kertas selama kurun
waktu 1998-2005 naik sangat signifikan, rata-rata 42,36%. Namun
untuk waktu mendatang diperkirakan perkembangannya akan stabil

PY
pada kisaran 3,0 – 6,0 % per tahun. Pada tahun 2005, jumlah
kebutuhan batubara untuk industri ini mencapai sekitar 2,207 juta ton.
̶ Industri Metalurgi dan Industri Lainnya
Perkembangan kebutuhan batubara oleh industri metalurgi berfluktuasi,
namun ada trend perkembangan yang meningkat sejalan dengan
O
kondisi produksi perusahaan yang mengalami turun naik. Tahun 1998
tercatat 144,907 ribu ton, meningkat hingga mencapai 236,802 ribu ton
pada tahun 2002, namun kemudian menurun hingga 112,827 ribu ton
C

tahun 2005.
Di samping industri metalurgi, masih banyak industri lainnya yang
menggunakan batubara sebagai bahan bakar dalam mendukung
proses produksinya, antara lain industri makanan, kimia, pengecoran
logam, karet ban, dan lainnya. Di Propinsi Banten dan Jawa Barat ada
21 perusahaan yang telah menggunakan batubara dengan total
kebutuhan diperkirakan mencapai 416.708 ton untuk tahun 2005.
̶ Briket Batubara
Dari data tahun 1998 – 2005, perkembangan briket batubara
berfluktuatif, namun cenderung ada peningkatan. Konsumsi terendah
sebesar 23.506 ton pada tahun 2004 dan tertinggi pada mencapai
38.302 ton tahun 1999. Pada sisi lain potensi konsumsi BBM yang

IX-7
PT KUTAI ENERGI I
BAB IX. PEMASARAN

dapat disubstitusi briket batubara untuk IKM dan rumahtangga sebesar


12,32 juta ton, dan jumlah optimisnya sebesar 1,3 juta ton per tahun
atau ekivalen dengan 936.000 kilo liter minyak tanah per tahun. Kondisi
pasar akan menentukan bagaimana prospek perbriketan batubara di
Indonesia sebagai bahan alternative substitusi minyak tanah
khususnya, bersama-masa dengan energi alternative lainnya seperti
bahan bakar nabati (biofuel) dan LPG.
̶ Upgrading Brown Coal,Gasifikasi, dan Pencairan Batubara
Terkait dengan upaya ketahanan bauran energi nasional, adalah
pengembangan teknologi batubara, dimana skala pilot plantnya
dikembangkan oleh Puslitbang Teknologi Mineral dan Batubara

PY
(tekMIRA) meliputi antara lain upgrading brown coal(UBC), gasifikasi,
dan pencairan batubara. Direncanakan tidak lama lagi akan dirintis ke
arah demo plant sebelum skala komersialisasi.

9.2.2. Luar Negeri


O
Batubara merupakan sumber energi alternatif yang dibutuhkan
dunia saat ini. Menurut International Energy Agency (IEA) dalam Miranti
(2008), konsumsi batubara dunia akan mengalami peningkatan antara
C

periode tahun 2005 hingga 2015. Meningkatnya konsumsi batubara dunia


tidak terlepas dari pesatnya permintaan energi dunia dimana batubara
merupakan pemasok energi kedua terbesar setelah minyak. Konsumsi
batubara terbesar adalah Asia yaitu sekitar 54 persen dari konsumsi
batubara dunia. Konsumsi batubara tertinggi di kawasan ini adalah
Jepang, Korea, Cina Taipei, India, dan Cina. Adanya pembangunan
pembangkit listrik di sejumlah kawasan Asia membuat komoditi ini sangat
dibutuhkan di kawasan tersebut. Indonesia sebagai eksportir batubara
memikili peran yang penting sebagai pemasok batubara dunia. Menurut
World Coal Institut (2007), sejak tahun 2004 Indonesia telah menjadi
eksportir batubara kedua terbesar setelah Australia. Ekspor batubara
Indonesia ditujukan ke berbagai negara khususnya negara-negara Asia

IX-8
PT KUTAI ENERGI I
BAB IX. PEMASARAN

seperti Jepang, Cina, Taiwan, India, Korea Selatan, Hongkong, Malaysia,


Thailand dan Filipina (URI: http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/14363).
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kalimantan Timur (Triwulan III-
2013), Komoditas non migas yang diekspor Kaltim sangat didominasi oleh
komoditas batubara dengan pangsa ekspor mencapai 91,95%, diikuti oleh
ekspor kayu dan artikel kayu (2,35%), pupuk (1,25%), Bahan Kimia
Inorganik (1,1%) dan CPO yang memberi kontribusi ekspor sebesar
1,05%. Ekspor komoditas batubara mengalami pertumbuhan 2,58% (yoy)
dari sisi nilai dan memberikan kontribusi 2,37%. Dari sisi volume, realisasi
ekspor batubara mencapai 33,61 juta ton atau tumbuh 18,58%, lebih tinggi
dibanding periode sebelumnya yang mengalami pertumbuhan17,41%.

PY
Adanya kontrak jangka panjang dengan pembeli dan perusahaan
kontraktor oleh penambang PKP2B membuat produksi masih terus
tumbuh sesuai dengan target awal tahun. Namun di sisi lain, rendahnya
harga di pasar internasional menyebabkan nilai tambah (margin) yang
mampu dihasilkan perusahaan pertambangan semakin tergerus. Kondisi
O
ini nantinya akan ditunjukkan dengan melambatnya pertumbuhan sektor
batubara.
Dilihat dari negara tujuannya, realisasi ekspor batubara yang
C

menurun sebagian besar adalah pengiriman untuk pasar India, Jepang


dan ASEAN, sedangkan untuk pasar Cina, Korea Selatan, dan
Taiwancenderung meningkat (Grafik). Naiknya pengiriman batubara ke
Cina merupakan dampak dari ditundanya larangan impor batubara kalori
rendah oleh pemerintah Cina. Kenaikan ekspor batubara ke Cina antara
lain terkait dalam rangkamempertahankan level stok yang aman bagi
pemakaian mesin pembangkit di Cina, khususnya untuk batubara kalori
rendah jenis lignite. Penurunan yang cukup signifikan terjadi di India
sebagai dampak dari melambatnya kinerja industri otomotif di India dan
depresiasi Rupee.

IX-9
PT KUTAI ENERGI I
BAB IX. PEMASARAN

Gambar 9.2. Perkembangan Ekspor Batubara berdasarkan Negara


Tujuan

9.3. Jenis, Jumlah dan Harga


PY
Cadangan batubara PT Kutai Energi I mempunyai rank sub-
bituminous dengan sulfur rendah dan kadar air serta ash rendah - sedang.
Kualitas batubara di daerah penyelidikan cukup - baik, dengan nilai
kalori sebesar 5.423 - 7,069 Kcal/Kg (adb).
PT Kutai Energi I berencana untuk memproduksi kurang lebih
O
1.500.000 ton – 3.500.000,00 ton per tahun batubara. Penetapan harga
dari batubara akan sangat tergantung dari reputasinya sendir i sebagai
pemasok yang dapat dipercaya dengan kualitas batubara yang konsisten
C

dan jika berhasil mencapai hal tersebut akan dapat mengamankan harga
kontrak dengan tingkat yang sama seperti suplier seperti yang ada
sekarang. Untuk flexibilitas terhadap konsumen harga batubara dibuat
harga FOB dan CIF. Kebanyakan jika produsen telah mengambil
keuntungan CIF karena lokasi maka ada kemungkinan untuk mencapai
harga FOB yang lebih tinggi dalam rangka perbandingan dengan
kompetitor. Batubara PT Kutai Energi I dijual pada tingkat harga US $
38.54 dengan produk ukuran 50 mm

IX-10
PT KUTAI ENERGI I
BAB IX. PEMASARAN

BAB X INVESTASI DAN ANALISA KELAYAKAN

Investasi yang dilakukan dalam berbagai bidang bisnis (usaha),


sudah tentu memerlukan sejumlah modal (uang), disamping keahlian
lainnya. Modal yang digunakan ini mulai dari biaya pra-investasi
(pengurusan ijin), biaya investasi, hingga modal kerja.
Kelayakan suatu kegiatan usaha pertambangan batubara di PT
Kutai Energi I, telah dilakukan analisa ekonomi yang mencakup
komponen-komponen sebagai berikut :
1. Rencana Kebutuhan Biaya Untuk Investasi
PY
2. Analisa Kelayakan
Mata uang yang digunakan adalah Dolar Amerika Serikat dengan
kurs : US $ 1 = Rp. 12.975,06 ,-. berdasarkan pengamatan nilai kurs dollar
mulai Februari 2015.
Analisa investasi dan kelayakan disusun berdasarkan pola kerja
O
penambangan dikerjakan sendiri

10.1. Kebutuhan Biaya Investasi Pola Penambangan Dikerjakan


C

Sendiri
10.1.1. Modal Tetap
Modal Tetap adalah biaya yang besarnya relatif tidak berubah atau
tergantung pada perubahan volume produksi atau tingkat aktifitas yang
dilakukan. Modal Tetap terdiri dari :
a. Biaya Pra-Penambangan
Biaya Pra-Penambangan terdiri dari ;
1. Biaya Perijinan antara lain, Biaya operasional pengurusanan perijinan
biaya pemblokiran wilayah, jaminan kesungguhan dan lain-lain. Biaya
perijinan yang telah dikeluarkan adalah : Rp. 500.000.000,-
2. Biaya Eksplorasi detail (mapping, drilling, logging, uji sampel, topografi
dll) Biaya eksplorasi yang telah dikeluarkan sebesar : Rp.

X-1
PT KUTAI ENERGI I
BAB IX. PEMASARAN

1.000.000.000,-
3. Biaya Studi Kelayakan, AMDAL, Kajian Geoteknik, Hidrologi, dan
Hidrogeologi sebesar Rp 1.550.000.000
4. Biaya Pembebasan lahan tambang dan jalan tambang. Pembebasan
lahan tambang dan jalan tambang dalam pit, harganya bervariasi
sesuai dengan keadaan lahan. Biaya tersebut sebesar : Rp.
77.913.050.517,-.
Jadi Total Biaya Persiapan adalah Rp. 80.963.050.517,-.
b. Biaya Masa Konstruksi
Biaya perbaikan/perawatan bangunan terdiri dari perkantoran dan
peralatan kantor, mess, poliklinik dan kantin, rumah genset, work shop

PY
dan gudang, pembuatan jalan tambang, pembuatan Jetty baru. Biaya
yang dianggarkan pada masa konstruksi ini adalah sebesar : Rp.
10.895.000.000 ,-.
c. Biaya Pembelian Peralatan
Biaya yang dibutuhkan untuk peralatan tambang pada tahun pertama
O
sebesar Rp. 199.049.150.000,- .

10.1.2. Modal Kerja


C

a. Biaya Langsung
Biaya langsung ini terdiri dari perawatan sarana penunjang, gaji
karyawan, THR karyawan, draft-man independent, jamrek, pemakaian
bahan bakar dan minyak pelumas, suku cadang dan perawatan,
pengembangan masyarakat, biaya penggantian ban dan royalty.
Besarnya biaya langsung ini adalah : Rp. 371,187,769,290,-
b. Biaya Tak Langsung
Biaya tak langsung terdiri dari : asuransi alat, gaji karyawan jabatan
tertentu, THR karyawan jabatan tertentu, asuransi tenaga kerja, biaya
kantor, biaya perawatan fasilitas & infrastruktur, asuransi peralatan
tambang, biaya pengelolaan dan pemantauan lingkungan serta K-3,
iuran tetap (IUP Opearsi & Produksi), iuran tetap (IUP Eksplorasi),

X-2
PT KUTAI ENERGI I
BAB IX. PEMASARAN

biaya pengadaan alat safety dan pajak bumi dan bangunan. Besarnya
biaya tak langsung ini adalah sebesar Rp. 17,284,291,400,-
Besarnya modal kerja tahun pertama adalah sebesar Rp.
388,472,060,690,- (lampiran 12).

10.1.3. Sumber Dana


Untuk mendanai suatu kegiatan investasi maka diperlukan dana
yang relatif besar. Perolehan dana ini menggunakan dana sendiri atau
modal sendiri. Keuntungan menggunakan modal sendiri untuk membiayai
suatu usaha adalah tidak adanya beban biaya bunga seperti modal
pinjaman.

PY
10.2. Analisa Kelayakan
10.2.1. Biaya Produksi
Biaya produksi batubara adalah biaya yang dibutuhkan untuk
memproduksi 1 ton batubara yang dihitung dari biaya tetap dan biaya
O
berubah (variable). Besarnya biaya produksi berdasarkan perhitungan
akan mengalami kenaikan 10% sampai 15% (Lampiran 14).
C

10.2.2. Rencana Pendapatan dan Penjualan


Pendapatan penjualan dapat dihitung menggunakan rumus :
Pendapatan = Produksi Batubara (ton) x Harga Batubara (Rp/ton)
Dengan rencana produksi batubara maksimal 3.500.000 ton per
tahun dan rencana harga jual batubara US $ 38.54 (kurs US $ 1 = Rp.
12.975,06,-), maka diperkirakan pendapatan dari penjualan
(perhitungannya lihat Lampiran 14-37) adalah sebagai berikut :

X-3
PT KUTAI ENERGI I
BAB IX. PEMASARAN

Tabel 10.1. Pendapatan Penjualan PT. KUTAI ENERGI I


URAIAN SATUAN 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021
Harga Batubara US $ 38.54 38.54 38.54 38.54 38.54 38.54 38.54
Biaya Produksi US $ 18.53 17.89 19.02 17.69 17.50 18.48 19.38
Kurs Rupiah 12,975 12,975 12,975 12,975 12,975 12,975 12,975
Produksi MT 2,000,000 2,000,000 2,000,000 2,500,000 2,500,000 2,500,000 2,500,000
Kumulatif Produksi MT 2,000,000 4,000,000 6,000,000 8,500,000 11,000,000 13,500,000 16,000,000
Pendapatan Rupiah 1,000,113,000,000 1,000,113,000,000 1,000,113,000,000 1,250,141,250,000 1,250,141,250,000 1,250,141,250,000 1,250,141,250,000

PY
Net Profit Margin % 26.52% 47.40% 40.41% 43.01% 45.10% 21.55% 37.68%

URAIAN SATUAN 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028


Harga Batubara US $ 38.54 38.54 38.54 38.54 38.54 38.54 38.54
Biaya Produksi US $ 19.83 20.54 20.98 24.50 21.80 23.17 24.50
Kurs Rupiah 12,975 12,975 12,975 12,975 12,975 12,975 12,975
Produksi MT 2,500,000 3,000,000 3,000,000 3,000,000 3,000,000 3,000,000 3,000,000
Kumulatif Produksi MT 18,500,000 3,000,000 6,000,000 9,000,000 12,000,000 15,000,000 18,000,000
Pendapatan Rupiah 1,250,141,250,000 1,500,169,500,000 1,500,169,500,000 1,500,169,500,000 1,500,169,500,000 1,500,169,500,000 1,500,169,500,000
Net Profit Margin

URAIAN
Harga Batubara
Biaya Produksi
%

SATUAN
US $
US $
O
2029
41.86%

38.54
24.24
2030
31.41%

38.54
21.59
2031
37.65%

38.54
21.30
2032
-9.80%

38.54
23.02
2033
37.08%

38.54
29.72
2034
32.35%

38.54
34.92
30.17%
C
Kurs Rupiah 12,975 12,975 12,975 12,975 12,975 12,975
Produksi MT 3,500,000 3,500,000 3,000,000 2,500,000 1,500,000 1,184,776
Kumulatif Produksi MT 21,500,000 25,000,000 28,000,000 30,500,000 32,000,000 33,184,776
Pendapatan Rupiah 1,750,197,750,000 1,750,197,750,000 1,500,169,500,000 1,250,141,250,000 750,084,750,000 592,455,039,855
Net Profit Margin % 25.63% 2.17% 37.62% 35.89% 27.88% 25.17%

X-4
PT KUTAI ENERGI I
BAB IX. PEMASARAN

10.2.3. Rencana Proyeksi Aliran Uang Tunai


Aliran dana disusun dengan mempertimbangkan semua elemen
pemasukan tunai dan semua elemen biaya tunai.
Aliran Uang Tunai = (Pendapatan – Pengeluaran) – Pajak
Secara rinci Proyeksi Aliran Uang Tunai dapat dilihat pada
Lampiran 14-37.

Tabel 10.2. Kumulatif Proyeksi Aliran Uang Tunai


PERUBAHAN
Kumulatif Cash
Harga Biaya Flow
Jual Produksi
10% 7,847,825,471,764
PY
10%
5%
0%
-5%
-10%
8,355,235,865,459
8,862,646,259,154
9,370,056,652,849
9,877,467,046,544
10% 6,943,239,681,619
5% 7,450,650,075,314
O
5% 0% 7,958,060,469,009
-5% 8,465,470,862,704
-10% 8,972,881,256,399
10% 6,038,653,891,474
C

5% 6,546,064,285,169
0% 0% 7,053,474,678,864
-5% 7,560,885,072,559
-10% 8,068,295,466,254
10% 5,134,068,101,330
5% 5,641,478,495,025
-5% 0% 6,148,888,888,720
-5% 6,656,299,282,415
-10% 7,163,709,676,110
10% 4,229,482,311,185
5% 4,736,892,704,880
-10% 0% 5,244,303,098,575
-5% 5,751,713,492,270
-10% 6,259,123,885,965

X-5
PT KUTAI ENERGI I
BAB IX. PEMASARAN

10.3. Kriteria Penilaian Investasi


10.3.1. Net Present Value
Net Present Value (NPV) atau nilai bersih sekarang merupakan
perbandingan antara PV kas bersih (PV of proceed) dengan PV investasi
(capital outlays). Untuk menghitung NPV, terlebih dahulu kita harus tahu
berapa PV kas bersihnya. PV kas bersih dapat dicari dengan jalan
membuat dan menghitung dari cash flow perusahaan selama umur
investasi tertentu.
Rumus yang biasa digunakan dalam menghitung NPV adalah :
Kas bersih 1 Kas bersih 2 Kas bersih N
NPV = + +...+  investasi
(1+r)
PY (1+r)

Setelah memperoleh hasil hasil, maka :



2

NPV positif, maka investasi diterima, dan jika


(1+r)
N

 NPV negatif, sebaiknya investasi ditolak


O
Hasil perhitungan pada lampiran 14 – 37, dapat dilihat nilai NPV
sebagai berikut :
C

X-6
PT KUTAI ENERGI I
BAB IX. PEMASARAN

Tabel 10.3. Net Present Value (NPV)


PERUBAHAN
Biaya NPV (Rp)
Harga Jual
Produksi
+10% Rp 2,376,321,305,081
+5% Rp 2,527,324,230,120
+10% 0% Rp 2,678,327,155,159
-5% Rp 2,829,330,080,198
-10% Rp 2,980,333,005,236
+10% Rp 2,087,708,289,599
+5% Rp 2,238,711,214,638
+5% 0% Rp 2,389,714,139,677
-5% Rp 2,540,717,064,715
-10% Rp 2,691,719,989,754
+10% Rp 1,799,095,274,117
+5% Rp 1,950,098,199,156

PY
0%

-5%
0%
-5%
-10%
+10%
+5%
0%
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
2,101,101,124,194
2,252,104,049,233
2,403,106,974,272
1,510,482,258,635
1,661,485,183,673
1,812,488,108,712
-5% Rp 1,963,491,033,751
-10% Rp 2,114,493,958,790
+10% Rp 1,221,869,243,152
O
+5% Rp 1,372,872,168,191
-10% 0% Rp 1,523,875,093,230
-5% Rp 1,674,878,018,269
-10% Rp 1,825,880,943,307
C

10.3.2. Internal Rate of Return (IRR)


Internal Rate of Return (IRR) adalah tingkat suku bunga yang akan
menyebabkan nilai ekivalen biaya/investasi sama dengan nilai ekivalen
penerimaan. IRR merupakan alat untuk mengukur tingkat pengembalian
hasil intern. IRR dihitung dengan menggunakan rumus :
Nilai bulanan Bersih = 0
Nilai bulanan Penerimaan – Nilai bulanan Biaya = 0
n CFt 
NPV  0   t 
 I0
 t 1 1  IRR 
Dengan : CFt = aliran kas pada bulan ke t
I0 = investasi awal

X-7
PT KUTAI ENERGI I
BAB IX. PEMASARAN

IRR = tingakt suku bunga saat NPV = 0


n = umur proyek
Dengan bantuan tabel suku bunga akan diketahui besarnya IRR.
Dalam laporan, IRR dihitung dengan menggunakan formula. Dari proyeksi
aliran uang tunai, nilai IRR sebagai berikut (Lampiran 14 s/d 37) :
Tabel 10.4. Internal Rate of Return (IRR)
PERUBAHAN
IRR
Harga Jual Biaya Produksi

+10% 61.20%
+5% 63.52%
+10% 0% 65.82%
-5% 68.11%
-10% 70.40%
PY +5%
+10%
+5%
0%
-5%
-10%
56.32%
58.67%
60.99%
63.31%
65.61%
+10% 51.38%
+5% 53.76%
0% 0% 56.12%
O
-5% 58.47%
-10% 60.79%
+10% 46.34%
+5% 48.78%
-5% 0% 51.19%
C

-5% 53.57%
-10% 55.92%
+10% 41.14%
+5% 43.67%
-10% 0% 46.15%
-5% 48.59%
-10% 50.99%

IRR bila biaya produksi naik 10% dan harga jual turun 10% adalah
41.14% dimana lebih tinggi dari suku bunga bank (BI rate berkisar 7,50%).

10.3.3. Analisa Periode Pengembalian (PP)


Periode pengembalian atau Payback Period dari suatu proyek
dapat didefinisikan sebagai waktu yang diperlukan agar jumlah

X-8
PT KUTAI ENERGI I
BAB IX. PEMASARAN

penerimaan sama dengan jumlah investasi/biaya. Rumus yang digunakan


untuk menghitung Periode Pengembalian adalah sebagai berikut :

CFn  KCFn
PP  n 
CFn
Dengan : PP = Analisa Periode Pengembalian
n = Tahun ke n
CFn = Cash Flow bulan ke n
KCFn = Kumulatif Cash Flow bulan ke n

Periode pengembalian PT Kutai Energi I seperti terlihat pada Tabel


10.5.
PY
Tabel 10.5. Analisa Periode Pengembalian
PERUBAHAN
Harga Jual Biaya Produksi
PBP

+10% 1.77
+5% 1.72
O
+10% 0% 1.66
-5% 1.61
-10% 1.57
+10% 1.90
+5% 1.84
C

+5% 0% 1.78
-5% 1.72
-10% 1.67
+10% 2.06
+5% 1.98
0% 0% 1.91
-5% 1.84
-10% 1.78
+10% 2.28
+5% 2.17
-5% 0% 2.07
-5% 1.99
-10% 1.92
+10% 2.54
+5% 2.41
-10% 0% 2.29
-5% 2.18
-10% 2.08

X-9
PT KUTAI ENERGI I
BAB IX. PEMASARAN

10.4. Break Even Point (BEP)


Break Even Point (BEP) adalah suatu kondisi titik temu antara
pendapatan dari penjualan dan biaya variable. Titik temu ini menyatakan
tingkat aktifitas (volume produksi) yang menyebabkan hasil penjualan
(pendapatan total) sama dengan biaya total, dengan kata lain pada tingkat
aktifitas tersebut tidak diperoleh keuntungan maupun kerugian. Dengan
bantuan grafik, maka Break Even Point (BEP) dihitung sebagai titik
perpotongan antara grafik pendapatan dengan grafik biaya total.
Break Even Point (BEP) dapat dihitung berdasarkan rumus :
 KCFn 
BEP  n  n  1 / n  

Dengan :
PY
BEP = Break Even Point
n = Produksi tahun ke n

 KCFn 1  KCFn 

KCFn = Kumulatif Cash Flow tahun ke n


O
Break Even Point pada Lampiran 14 s/d 37. Terlihat bahwa Break
Even Point dan Waktu Pengembalian Modal terlihat seperti pada Tabel
C

berkut ini :

X-10
PT KUTAI ENERGI I
BAB IX. PEMASARAN

Tabel 10.6. Break Even Point (BEP)


PERUBAHAN
BEP
Harga Jual Biaya Produksi
+10% 3,787,570.09
+5% 3,727,431.09
+10% 0% 3,667,292.09
-5% 3,607,153.09
-10% 3,547,014.08
+10% 3,910,787.72
+5% 3,847,784.95
+5% 0% 3,784,782.19
-5% 3,721,779.42
-10% 3,658,776.66
+10% 5,307,224.77
+5% 3,980,174.20

PY
0%

-5%
0%
-5%
-10%
+10%
+5%
0%
3,914,021.30
3,847,868.40
3,781,715.49
5,491,815.55
5,385,809.80
5,279,804.05
-5% 3,987,229.89
-10% 3,917,595.26
+10% 5,696,916.41
O
+5% 5,585,021.45
-10% 0% 5,473,126.50
-5% 5,361,231.55
-10% 5,249,336.59
C

Dari hasil perhitungan Break Even Point (BEP) di atas diketahui


bahwa usaha penambangan batubara ini dengan kondisi biaya produksi
naik 10% dan harga jual turun 10% dari yang telah direncanakan yaitu
BEP sebesar 5,696,916.41 MT.

10.4.1. Analisa Kepekaan


Dalam analisa kepekaan akan dikaji sejauh mana perubahan
parameter biaya produksi, harga jual batubara dan bunga pinjaman akan
berpengaruh terhadap penilaian kelayakan yang dilakukan. Dalam hal ini
akan dievaluasi sensitivitas atau tidaknya penilaian kelayakan yang sudah
diputuskan terhadap perubahan-perubahan parameter-parameter tersebut

X-11
PT KUTAI ENERGI I
BAB IX. PEMASARAN

di atas.
Analisa kepekaan akan mengambil parameter kenaikan harga jual
batubara sebesar 10% dan penurunan harga jual batubara sebesar 10%,
kemudian kenaikan biaya produksi batubara sebesar 10% dan penurunan
biaya produksi batubara sebesar 10%.
Tabel 10.7. Analisa Kepekaan
PERUBAHAN
Harga Biaya BEP PBP NPV (Rp) IRR
Jual Produksi
+10% 3,787,570.09 1.77 Rp 2,376,321,305,081 61.20%
+5% 3,727,431.09 1.72 Rp 2,527,324,230,120 63.52%
+10% 0% 3,667,292.09 1.66 Rp 2,678,327,155,159 65.82%
-5% 3,607,153.09 1.61 Rp 2,829,330,080,198 68.11%
-10% 3,547,014.08 1.57 Rp 2,980,333,005,236 70.40%

+5%
PY
+10%
+5%
0%
-5%
-10%
+10%
3,910,787.72
3,847,784.95
3,784,782.19
3,721,779.42
3,658,776.66
5,307,224.77
1.90
1.84
1.78
1.72
1.67
2.06
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
2,087,708,289,599
2,238,711,214,638
2,389,714,139,677
2,540,717,064,715
2,691,719,989,754
1,799,095,274,117
56.32%
58.67%
60.99%
63.31%
65.61%
51.38%
+5% 3,980,174.20 1.98 Rp 1,950,098,199,156 53.76%
0% 0% 3,914,021.30 1.91 Rp 2,101,101,124,194 56.12%
O
-5% 3,847,868.40 1.84 Rp 2,252,104,049,233 58.47%
-10% 3,781,715.49 1.78 Rp 2,403,106,974,272 60.79%
+10% 5,491,815.55 2.28 Rp 1,510,482,258,635 46.34%
+5% 5,385,809.80 2.17 Rp 1,661,485,183,673 48.78%
-5% 0% 5,279,804.05 2.07 Rp 1,812,488,108,712 51.19%
C

-5% 3,987,229.89 1.99 Rp 1,963,491,033,751 53.57%


-10% 3,917,595.26 1.92 Rp 2,114,493,958,790 55.92%
+10% 5,696,916.41 2.54 Rp 1,221,869,243,152 41.14%
+5% 5,585,021.45 2.41 Rp 1,372,872,168,191 43.67%
-10% 0% 5,473,126.50 2.29 Rp 1,523,875,093,230 46.15%
-5% 5,361,231.55 2.18 Rp 1,674,878,018,269 48.59%
-10% 5,249,336.59 2.08 Rp 1,825,880,943,307 50.99%

Dari hasil analisa tersebut diketahui bahwa jika harga jual turun 10
% dan biaya produksi naik 10%, usaha pertambangan batubara PT Kutai
Energi I layak dilakukan peningkatan produksi.

X-12
PT KUTAI ENERGI I
BAB XI. KESIMPULAN

BAB XI KESIMPULAN

Secara administratif lokasi penambangan batubara PT Kutai


Energi I berada di Desa Tani Harapan, Kecamatan Loa Janan, Kelurahan
Jawa, Kecamatan Sanga Sanga, dan Desa Teluk Dalam, Kecamatan
Muara Jawa, Kabupaten Kutai Kartanegara, Propinsi Kalimantan Timur
dengan luas areal sebesar 4.461 Ha. Kegiatan Operasi Produksi
dilaksanakan berdasarkan Izin Usaha Pertambangan (IUP) Operasi
produksi Nomor : 540/007/IUP-OP/MB-PBAT/IV/2009 tanggal 9 Juni 2009.
1. Berdasarkan Klarifikasi Lahan dari Direktorat Jenderal Planologi
Kehutanan PY
Balai Pemantapan Kawasan Hutan Wilayah
(Departemen Kehutanan) Samarinda nomor : S.845/BPKH IV-2/2014
tanggal 21 Oktober 2014 daerah penyelidikan seluruhnya berada diluar
IV

kawasan hutan/Areal Penggunaan Lain (APL).


2. Tahapan eksplorasi di daerah rencana tambang didapat cadangan
O
sebesar 59.437.492,63 MT, sedangkan cadangan mineable nya
adalah sebesar 51.684.776,20 MT dengan overburden sebesar
509.506.047,70 BCM, SR 9.86 : 1.
C

3. Target penambangan tahun ke 1 (2015) – tahun ke 3 (2017) adalah


sebesar ± 2.000.000 metrik ton, Tahun ke 4 (2018) – tahun ke 8 (2022)
adalah sebesar ± 2.500.000 metrik ton Tahun ke 9 (2023) – tahun ke
14 (2028) adalah sebesar ± 3.000.000 metrik ton, Tahun ke 15 (2029)
– tahun ke 16 (2030) adalah sebesar ± 3.500.000 metrik ton, Tahun ke
17 (2031) adalah sebesar ± 3.000.000 metrik ton, Tahun ke 18 (2032)
adalah sebesar ± 2.500.000 metrik ton, Tahun ke 19 (2023) adalah
sebesar ± 1.500.000 metrik ton, Tahun ke 20 (2034) adalah sebesar ±
1.184.776.20 metrik ton Umur tambang direncanakan selama 20
tahun.

XI-1
PT KUTAI ENERGI I
BAB XI. KESIMPULAN

4. Penambangan batubara direncanakan dilakukan secara terbuka (open


pit) dan penambangan dilakukan dengan menggunakan alat berat dan
tanpa dilakukan peledakan.
5. Tahapan rencana penambangan yaitu pembersihan lokasi tambang,
pengupasan tanah penutup, penambangan batubara, pengangkutan
batubara dan penjualan. Didalam penjualan dijual dengan sistem FOB
(Free On Board).
6. Lingkungan, keselamatan dan kesehatan kerja pada PT Kutai Energi I
akan mengacu pada dokumen AMDAL dan ijin lingkungan PT Kutai
Energi I .
7. Untuk pengambilan keputusan pada sebuah proyek investasi dilakukan

PY
perbandingan antara payback periode maksimum yang ditetapkan
dengan payback periode investasi yang akan direncanakan. Apabila
payback periode yang akan dilaksanakan lebih singkat waktunya
dibandingkan dengan payback periode maksimum yang diisyaratkan
maka investasi itu akan dilaksanakan, akan tetapi apabila sebaliknya
O
maka investasi itu akan ditolak.
8. Batubara di lokasi PT Kutai Energi I tidak memerlukan coal washing
plant dan hanya memerlukan crushing dan screening saja.
C

Transportasi atau pengapalan batubara PT Kutai Energi I melalui


Sungai Dondang, Kecamatan Muara Jawa.
9. PT Kutai Energi I dalam program pengembangan masyarakat
(Community Development), berupa program program yang akan
direncanakan. Kegiatan pengembangan masyarakat ini bentuknya
akan diselaraskan dengan program Gerbang Raja yang diadakan
Pemda Kutai Kartanegara.

10. KRITERIA PERTIMBANGAN/PENILAIAN


- PT Kutai Energi I memegang Izin Usaha Pertambangan Operasi
Produksi (IUP-OP) No. 540/007/IUP-OP/MB-PBAT/IV/2009 tanggal
9 Juni 2009.

XI-2
PT KUTAI ENERGI I
BAB XI. KESIMPULAN

- Berdasarkan Klarifikasi Lahan dari Direktorat Jenderal Planologi


Kehutanan Balai Pemantapan Kawasan Hutan Wilayah IV
(Departemen Kehutanan) Samarinda nomor : S.845/BPKH IV-
2/2014 tanggal 21 Oktober 2014 daerah penyelidikan seluruhnya
berada diluar kawasan hutan/Areal Penggunaan Lain (APL).
- Daerah penyelidikan merupakan Formasi Pulaubalang (Tmpb),
Formasi Balikpapan (Tmbp) Formasi Kampungbaru (Tpkb), dan
zona Alluvial Deposit (Qa). Litologi terdiri dari perselingan batupasir
dan batulempung dengan sisipan batulanau, serpih dan batubara
dengan ketebalan antara 0.3 sampai 6 meter.
- Cadangan terukur batubara 59.437.492,63 MT cadangan

PY
tertambangnya (recovery 85%) adalah 51.684.776,20 MT (Nilai
Kalori : 5.323 – 6.319 Kcal/kg (adb) dan Overburden sebesar
509.506.047,70 BCM. Topografi daerah penyelidikan merupakan
perbukitan bergelombang dan dataran, lapisan penutup batubara
yang relatif keras sehingga perlu diadakan peledakan dan
O
penambangan secara terbuka dapat dilakukan.
- Luasan penambangan tahun ke 1 hingga tahun ke 8 adalah : ±
1,105.89 Ha. Peralatan yang akan digunakan untuk penambangan
C

batubara di daerah ini meliputi 156 jenis alat/unit. Pengupasan,


pembuangan dan pengangkutan tanah penutup dan tanah pucuk,
dengan Math Factor 1,08 atau dalam batas toleransi keserasian
normal. Penambangan dan pengangkutan batubara, dengan Math
Factor 1,28 atau dalam batas toleransi kurang keserasian.
Berdasarkan kriteria penilaian invetasi :
- NPV positif, maka investasi diterima
- IRR bila biaya produksi naik 10% dan harga jual turun 10% adalah
41.14%, dimana lebih tinggi dari suku bunga bank (BI rate berkisar
7,50%).

XI-3
PT KUTAI ENERGI I
BAB XI. KESIMPULAN

- Periode pengembalian atau Payback Period bila biaya produksi


naik 10% dan harga jual turun 10% adalah 2.54 tahun, dimana
dibawah umur tambang 20 tahun.
- Break Even Point (BEP) bila biaya produksi naik 10% dan harga
jual turun 10% adalah 5,696,916.41 metrik ton dari total cadangan
yang tertambang 51.684.776,20 MT
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa usulan proyek investasi
penambangan batubara yang akan dilaksanakan selama 20 tahun
dapat diterima.
11. Pengangkutan batubara dari tambang ke stockpile sejauh ± 17 Km di
Sungai Dondang, Kecamatan Muara Jawa. Pengolahan, stock pile dan

PY
pelabuhan menggunakan area milik PT Kutai Energi I sendiri.
O
C

XI-4

Anda mungkin juga menyukai