Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Dengan banyaknya jenis bahan galian, tentu perlu penggolongan bahan


galian yang terdiri atas beberapa klasifikasi agar dalam pencarian hingga
pemanfaatannya tidak terjadi kesalahan dan kebingungan sehingga segala
sesuatunya menjadi lebih properly atau lebih tepat guna dan tujuan. Maka dari
itu oleh pemerintah dibuatlah undang-undang dan juga peraturan pemerintah
yang mengatur penggolongan dan pembagian klasifikasi bahan galian hasil
tambang dengan mempertimbangkan beberapa karakteristiknya.
Dalam peraturan pemerintah dan undang-undang tersebut pembagian atau
pengklasifikasian didasarkan pada nilai ekonomis dan strategis, proses
pembentukan atau genesa, penggunaan bagi industri, penyebaran dan lainnya.
Sumber daya mineral merupakan kebutuhan yang sifatnya esensial bagi
kehidupan manusia.Sungguh ironi limpahan sumber daya mineral yang
terkandung dan tersebar secara merata tak lantas menjadikan masyarakat di
negeri ini dapat mencicipi manisnya kesejahteraan.Hal itu, ditengarai oleh
minimnya sumber daya manusia yang berkualitas sehingga semua kekayaan
alam ini belum mampu tereksplorasi secara maksimal.
Kita semua tentunya tahu bahwa segala sesuatu yang diciptakan oleh sang
pencipta mempunyai nilai kegunaannya masing-masing begitupun halnya
dengan sumber daya mineral ini tentunya memiliki manfaat tersendiri akan
tetapi untuk menjadikan sesuatu yang bermanfaat itu perlu pengolahan
terlebih dahulu. Dan kita pun harus memanfaatkan kekayaan alam yang
melimpah ini dengan sebaik mungkin dengan tidak mengeksploitasinya secara
berlebihan yang tidak menutup kemungkinan justru berdampak negatif
terhadap kehidupan manusia.

1
I.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian bahan galian?
2. Bagaimana penggolongan bahan galian di Indonesia berdasarkan undang-
undang pertambangan?
3. Apa saja contoh bahan galian berdasarkan penggolongan menurut undang-
undang pertambangan?
4. Bagaimana nilai ekonomis dan kegunaan bahan-bahan galian tersebut?
5. Bagaimana potensi bahan galian di Indonesia?

I.3 Tujuan Penulisan


1. Agar mengetahui pengertian bahan galian
1 Agar mengetahui penggolongan bahan galian di Indonesia berdasarkan
undang-undang pertambangan
2 Agar mengetahui contoh bahan galian berdasarkan penggolongan menurut
undang-undang pertambangan
3 Agar mengetahui nilai ekonomis dan kegunaan bahan-bahan galian
tersebut
4 Agar dapat mengetahui potensi bahan galian di Indonesia

BAB II

PEMBAHASAN

2
II.1 Pengertian Bahan Galian
Bahan Galian Industri Merupakan Semua Mineral dan Batuan
kecuali mineral logam dan energi, yang digali dan diproses untuk
penggunaan akhir industri dan konstruksi termasuk juga minerallogam yang
bukan untuk dilebur seperti bauksit, kromit, ilmenit, bijih, mangan, zircon
dan lainnya.
Sumber daya mineral atau yang lebih dikenal dengan bahan galian
mengandung arti bahan yang dijumpai di dalam baik berupa unsur kimia,
mineral, bijih ataupun segala macam batuan.Berdasarkan bentuknya bahan
galian dibedakan menjadi tiga yaitu bahan galian berbentuk padat (misalnya
emas, perak dan gamping, lempung dll), bahan galian berbentuk cair
(misalnya minyak bumi, yodium dll), maupun bahan galian yang berbentuk
gas (misalnya gas alam).
Barang tambang di Indonesia terdapat di darat dan di laut.Untuk
mengolah barang tambang tersebut tentunya kita harus memiliki banyak
modal, tenaga ahli dan penguasaan tekhnologi yang cukup
mumpuni.Kekayaan alam Indonesia dapat dikelola oleh perusahaan swasta
maupun asing dengan syarat bahwa mereka telah mendapatkan konsensi
resmi dari Pemerintah Indonesia. Konsensi ini merupakan surat izin yang
dikeluarkan pemerintah terhadap perusahaan yang berminat untuk mengolah
barang tambang yang ada di Indonesia dengan peraturan sistem bagi hasil.

II.2 Penggolongan Bahan Galian di Indonesia berdasarkan Undang-Undang

A. Menurut Undang-Undang No 11 tahun 1967 tentang Ketentuan-Ketentuan


Pokok Pertambangan

3
Di Indonesia, penggolongan bahan galian dapat dilihat dalam Undang-
Undang No 11 tahun 1967 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok
Pertambangan. Dalam UU ini, bahan galian dibagi atas tiga golongan :
- golongan bahan galian strategis (Golongan A)
- golongan bahan galian vital (Golongan B)
- golongan bahan galian yang tidak termasuk dalam Golongan A atau B.
Penggolongan bahan-bahan galian didasari pada :
- Nilai strategis/ekonomis bahan galian terhadap Negara;
- Terdapatnya sesuatu bahan galian dalam alam (genese);
- Penggunaan bahan galian bagi industri;
- Pengaruhnya terhadap kehidupan rakyat banyak;
- Pemberian kesempatan pengembangan pengusaha;
- Penyebaran pembangunan di Daerah

Selanjutnya UU 11/1967 ini ditindaklanjuti dengan Peraturan Pemerintah


Tentang Penggolongan Bahan Galian (PP No 27/1980), yang menyatakan
sebagai berikut:
a. Golongan bahan galian yang strategis adalah: minyak bumi, bitumen cair,
lilin bumi, gas alam; bitumen padat, aspal; antrasit, batubara, batubara
muda; uranium, radium, thorium dan bahan-bahan galian radioaktip
lainnya; nikel, kobalt; timah
b. Golongan bahan galian yang vital adalah: besi, mangan, molibden,
khrom, wolfram, vanadium, titan; bauksit, tembaga, timbal, seng; emas,
platina, perak, air raksa, intan; arsin, antimon, bismut; yttrium,
rhutenium, cerium dan logam-logam langka lainnya; berillium,
korundum, zirkon, kristal kwarsa; kriolit, fluorpar, barit; yodium, brom,
khlor, belerang;
c. Golongan bahan galian yang tidak termasuk golongan A atau B adalah:
nitrat-nitrat, pospat-pospat, garam batu (halite); asbes, talk, mika, grafit,
magnesit; yarosit, leusit, tawas (alum), oker; batu permata, batu setengah
permata; pasir kwarsa, kaolin, feldspar, gips, bentonit; batu apung, tras,
obsidian, perlit, tanah diatome, tanah serap (fullers earth); marmer, batu
tulis; batu kapur, dolomit, kalsit; granit, andesit, basal, trakhit, tanah liat,
dan pasir sepanjang tidak mengandung unsur-unsur mineral golongan a

4
amupun golongan b dalam jumlah yang berarti ditinjau dari segi ekonomi
pertambangan.
Sementara itu, dalam bagian Penjelasan, dicantumkan bawa arti
penggolongan bahan-bahan galian adalah :
- Bahan galian Strategis berarti strategis untuk Pertahanan dan Keamanan
serta Perekonomian Negara,
- Bahan galian Vital berarti dapat menjamin hajat hidup orang banyak,
- Bahan galian yang tidak termasuk bahan galian Strategis dan Vital
berarti karena sifatnya tidak langsung memerlukan pasaran yang bersifat
internasional.
Dari penggolongan bahan galian di atas, terlihat bahwa bahan galian industri
sebagian besar termasuk ke dalam bahan galian golongan C, walaupun
beberapa jenis termasuk dalam bahan galian golongan yang lain.

B. Menurut Undang-Undang no. 4 tahun 2009

Dengan terbitnya UU No.22/1999 tentang Pemerintah Daerah dan


Peraturan Pemerintah No.25/1999 tentang kewenangan pemerintah dan
kewenangan pemerintah daerah sebagai daerah otonom, maka daerah
memiliki kewenangan untuk mengelola sumber daya alam agar dapat
mempercepat pembangunan ekonomi daerah yang efektif dan kuat dengan
memberdayakan pelaku dan potensi ekonomi yang tentunya dalam rangka
memberikan manfaat yang lebih luas kepada masyarakat dan pemerintah
daerah.
Dalam rangka nilai manfaat pertambangan secara keseluruhan dan
menghindari tumpang tindih lahan, lingkungan dan banyak hal lainnya,
pemerintah mengeluarkan UU No 4 tahun 2009, Tentang Pertambangan
Mineral dan Batubara, yang merupakan penyempurnaan UU No 11 tahun
1967. Pada BAB VI Pasal 34, Usaha pertambangan :
(1) dikelompokkan atas: a. pertambangan mineral; dan b. pertambangan
batubara. atau Minerba
(2) Pertambangan mineral sebagaimana dimaksud pada ayat[1] huruf a
digolongkan atas: a. pertambangan mineral radioaktif; b.

5
pertambangan mineral logam; c. pertambangan mineral bukan logam;
dan d. pertambangan batuan.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai penetapan suatu komoditas tambang
ke dalam suatu golongan pertambangan mineral sebagaimana
dimaksud pada ayat [2] diatur dengan peraturan pemerintah.
Dalam PP No 23 Tahun 2010 dijelaskan mineral bukan logam
meliputi intan, korundum, grafit, arsen, pasir kuarsa, fluorspar, kriolit,
yodium, brom, klor, belerang, fosfat, halit, asbes, talk, mika, magnesit,
yarosit, oker, fluorit, ball clay, fire clay, zeolit, kaolin, feldspar, bentonit,
gipsum, dolomit, kalsit, rijang, pirofilit, kuarsit, zirkon, wolastonit, tawas,
batu kuarsa, perlit, garam batu, clay, dan batu gamping untuk semen, dan
batuan meliputi pumice, tras, toseki, obsidian, marmer, perlit, tanah
diatome, tanah serap (fullers earth), slate, granit, granodiorit, andesit,
gabro, peridotit, basalt, trakhit, leusit, tanah liat, tanah urug, batu apung,
opal, kalsedon, chert, kristal kuarsa, jasper, krisoprase, kayu terkersikan,
gamet, giok, agat, diorit, topas, batu gunung quarry besar, kerikil galian
dari bukit, kerikil sungai, batu kali, kerikil sungai ayak tanpa pasir, pasir
urug, pasir pasang, kerikil berpasir alami (sirtu), bahan timbunan pilihan
(tanah), urukan tanah setempat, tanah merah (laterit), batu gamping, onik,
pasir laut, dan pasir yang tidak mengandung unsur mineral logam atau
unsure mineral bukan logam dalam jumlah yang berarti ditinjau dari segi
ekonomi pertambangan.
Potensi bahan galian industri (mineral non logam) hampir dijumpai
di semua wilayah Indonesia, dari jenis komoditinya mungkin lebih dari
100 jenis, dengan waktu kurang lebih 3-4 jam, baik itu berupa ceramah
umum dan diskusi sangat sulit untuk dapat memahami keseluruhan
mengenai mineral non logam, untuk itu bahan diklat dibuat secara ringkas,
tanpa mengabaikan tujuan dari diklat ini, yaitu peserta (aparatur pemda)
memiliki kompetensi dalam evaluasi laporan eksplorasi untuk pelaksanaan
tugas fungsinya.
Acuan Evaluasi Pemetaan bahan galian non logam ini mengacu pada :

6
1. SNI 13-4688-1998, Penyusunan peta sumber daya mineral, batubara dan
Gambut
2. SNI 13-4691-1998, Penyusunan peta geologi
3. SNI 13-4726-1998, Klasifikasi sumber daya mineral dan cadangan
4. SNI 13-6606-2001, Tatacara penyusunan laporan eksplorasi bahan
galian
5. SNI 13-6676-2002, Evaluasi laporan penyelidikan umum dan eksplorasi
bahan galian
6. Pedoman umum tata laksana kegiatan lapangan di lingkungan Direktorat
Inventarisasi Sumber Daya Mineral
7. Pedoman teknis inventarisasi sumber daya mineral, batubara dan
bitumen padat
8. Pedoman teknis basis data sumber daya mineral non logam.

II.3 Contoh Bahan Galian menurut Undang-Undang

1. Golongan A (Bahan Galian Strategis) : Nikel


Berdasarkan cara terjadinya, endapan nikel dapat dibedakan
menjadi dua macam, yaitu endapan sulfida nikel tembaga berasal dari
mineral pentlandit, yang terbentuk akibat injeksi magma dan konsentrasi
residu (sisa) silikat nikel hasil pelapukan batuan beku ultramafik yang
sering disebut endapan nikel laterit. Menurut Bateman (1981), endapan
jenis konsentrasi sisa dapat terbentuk jika batuan induk yang mengandung
bijih mengalami proses pelapukan, maka mineral yang mudah larut akan
terusir oleh proses erosi, sedangkan mineral bijih biasanya stabil dan
mempunyai berat jenis besar akan tertinggal dan terkumpul menjadi
endapan konsentrasi sisa.
Nikel merupakan bahan galian yang mempunyai nilai ekonomis
yang tinggi karena pada masa sekarang dan masa yang akan datang
kebutuhan Nikel semakin meningkat disamping dari kebutuhan lainnya
yang persediaannya semakin terbatas, sehingga mendorong minat
pengusaha untuk membuka pertambangan Nikel. Nikel mempunyai sifat

7
tahan karat. Dalam keadaan murni, nikel bersifat lembek, tetapi jika
dipadukan dengan besi, krom, dan logam lainnya, dapat membentuk baja
tahan karat yang keras.
Nikel biasanya terbentuk bersama-sama dengan kromit dan platina
dalam batuan ultrabasa seperti peridotit, baik termetamorfkan ataupun
tidak. Terdapat dua jenis endapan nikel yang bersifat komersil, yaitu:
sebagai hasil konsentrasi residual silika dan pada proses pelapukan batuan
beku ultrabasa serta sebagai endapan nikel-tembaga sulfida, yang biasanya
berasosiasi dengan pirit, pirotit, dan kalkopirit.
Endapan nikel laterit merupakan hasil pelapukan lanjut dari batuan
ultramafik pembawa Ni-Silikat. Umumnya terdapat pada daerah dengan
iklim tropis sampai dengan subtropis. Pengaruh iklim tropis di Indonesia
mengakibatkan proses pelapukan yang intensif, sehingga beberapa daerah
di Indonesia memiliki profil laterit (produk pelapukan) yang tebal dan
menjadikan Indonesia sebagai salah satu negara penghasil nikel laterit
yang utama. Proses konsentrasi nikel pada endapan nikel laterit
dikendalikan oleh beberapa faktor yaitu, batuan dasar, iklim, topografi,
airtanah, stabilitas mineral, mobilitas unsur, dan kondisi lingkungan yang
berpengaruh terhadap tingkat kelarutan mineral.
Nikel digunakan untuk membuat campuran logam (non Ferros
Alloy),missal alloy nikel-besi dengan kandungan nikel antara 50-80%
sisanya besi. Alloy alni yaitu campuran alminium nikel dan besi,yang
dalam penggunaanya sama dengan penggunaan baja karbon,alloy Ferrid
yang mengadung nikel oksida dan seng . Alloy tersebut biasanya
dimanfaatkan untuk peralatan elektronika. Disamping itu nikel digunakan
untuk pelapis logam dengan cara elekro pllating,baja tahan karat ,bahan
campuran keramik. Potensi nikel terdapat di Pulau Sulawesi, Kalimantan
bagian tenggara, Maluku, dan Papua.

2. Golongan B (Bahan Galian Vital) : Belerang


Belerang (Sulfur) dialam biasanya di temukan dalam bentuk kristal
belerang dan dapat juga dalam bentuk persenyawaan dengan logam lain
(Golongan sulfida dan garam sulfo) seperti galena, spalerit dan pirit.

8
Pada umumnya, endapan belerang mempunyai hubungan erat dengan
kegiatan gunung berapi. Beberapa pendapat mengenai genesa belerang :
a. Belerang berasal dari H2S yang merupakan hasil reduksi CaSO4 oleh
karbon dan methan. Terbentuknya H2S dapat melalui dua cara, yaitu
oksidasi oleh air tanah dan reaksi antara H2S dengan CaSO4.
b. Belerang dibentuk oleh bakteri de sulpho vibrio de sulfuricans.
Prosesnya, sulfat oleh bakteri diubah menjadi sulfite. Selanjutnya
sulfit diubah menjadi belerang.
c. Belerang terdapat pada gypsum yang diendapkan langsung dari poly
sulfite.
d. Cebakan belerang ditemukan sebagai hasil sublimasi solfatara atau
fumarola yang merupakan hasil dari aktivitas gunung berapi.

Kristal belerang berdasarkan pengamatan dengan mata


menunjukan kenampakan berwarna kuning dengan kekerasan berkisar
antara 1,5-2,5 Dan mempunyai berat jenis 2,05. Apabila dibakar
memberikan nyala warna biru da menghasilkan gas SO 2 yang berbau tidak
enak. Titik leleh pada suhu 234o-248oF dan mempunyai daya hantar listrik
yang jelek serta tidak larut dalam air.
Di alam, belerang dapat ditemukan baik sebagai unsur dalam
bentuk kristal belerang atau dalam bentuk Lumpur dengan kadar S
mencapai 40-60%. Dapat juga ditemui belerang dengan bentuk
persenyawaan dengan logam lain seperti galena, spalerit, pyrite, dan lain-
lain.
Belerang banyak digunakan di industri pupuk, kertas, cat, plastik,
bahan sintetis, pengolahan minyak bumi, industri karet dan ban, industri
gula pasir, accu, industri kimia, bahan peledak, pertenunan, film dan
fotografi, industri logam dan besi baja.
Potensi dan penyebaran endapan belerang Indonesia saat ini baru
diketahui di enam propinsi, dengan total cadangan sekitar 5,4 juta.
Endapan belerang di Indonesia dapat ditemukan dibeberapa propinsi
antara lain : Sumatera utara, lampung, jawa barat, jawa tengah, jawa timur,
sulawesi utara, maluku.

9
Untuk tipe sublimasi, karena proses terjadinya didasarkan kepada
aktivitas gunung berapi, maka selama gunung berapi aktif, belerang tipe
ini dapat diproduksi. Dengan demikian sumber daya belerang sublimasi
dapat dianggap tidak terbatas.

3. Golongan C (Tidak termasuk A dan B) : Marmer


Marmer atau sering disebut juga batu pualam merupakan batuan
hasil proses metamorfosa atau malihan dari batu gamping. Pengaruh suhu
dan tekanan yang dihasilkan oleh gaya endogen menyebabkan terjadi
rekristalisasi pada batuan tersebut membentuk berbagai foliasi mapun non
foliasi. Akibat rekristalisasi struktur asal batuan membentuk tekstur baru
dan keteraturan butir. Marmer Indonesia diperkirakan berumur sekitar 30
60 juta tahun atau berumur Kuarter hingga Tersier.
Marmer akan selalu berasosiasi keberadaanya dengan
batugamping. Setiap ada batu marmer akan selalu ada batugamping,
walaupun tidak setiap ada batugamping akan ada marmer. Karena
keberadaan marmer berhubungan dengan proses gaya endogen yang
mempengaruhinya baik berupa tekan maupun perubahan temperatur yang
tinggi.
Penggunaan marmer atau batu pualam tersebut biasa dikategorikan
kepada dua penampilan yaitu tipe ordinario dan tipe staturio. Tipe
ordinario biasanya digunakan untuk pembuatan tempat mandi, meja-meja,
dinding dan sebagainya, sedangka tipe staturio sering dipakai untuk seni
pahat dan patung.

II.4 Pemanfaatan Sumber Daya Mineral dan Batubara

Dalam perkembangannya, pengelolaan sumber daya mineral kini


semakin kompleks mengingat seiring dengan perkembangan zaman yang
disertai dengan perkembangan tekhnologi yang semakin canggih.Dimana,
manusia dituntut untuk selalu menyesuaikan diri terhadap setiap perubahan
yang ada.Hal itupun yang sekiranya membawa dampak terhadap inovasi demi

10
inovasi yang bermunculan saat ini.Begitupun halnya dengan sumber daya
mineral yang pemanfaatannya memiliki peran yang sangat sentral bagi
pemenuhan kebutuhan hidup manusia. Di bawah ini pemanfaatan beberapa
hasil tambang :
1. Minyak bumi
Minyak bumi ini setelah diolah dihasilkan minyak gas (avigas), bensol
(avtur), gasoline (bensin, premium dan super 98), karosin (minyak tanah
dan minyak lampu), minyak solar, diesel dan minyak bakar, vaselin dan
paraffin (untuk industry batik dan korek api) dan aspal. Hasil olahan
tersebut dapat digunakan untuk penerangan rumah, tenaga penggerak dan
mesin pabrik, bahan bakar kendaraan bermotor, bahan bakar pesawat
terbang dan pemanfaatan lainnya.
2. Gas alam
Gas alam ini biasanya digunakan untuk bahan bakar rumah tangga dan
keperluan industri lainnya.
3. Batubara
Batubara biasanya digunakan sebagai bahan bakar pemberi tenaga dan
bahan mentah cat, obat-obatan, wangi-wangian dan bahan bakar peledak.
4. Tanah liat
Tanah liat digunakan untuk membuat gerabah dan bahan bangunan seperti
batu bata, genting dan kerajinan tangan seperti kendi dsb.
5. Kaolin
Kaolin ini digunakan sebagai bahan dasar membuat porselen.
6. Batu gamping
Batu gamping digunakan sebagai bahan perekat bangunan, bahan pembuat
semen, dan pengapur dinding.
7. Pasir kuarsa
Pasir kuarsa ini dapat digunakan untuk membuat kaca.
8. Pasir besi
Pasir besi biasanya digunakan untuk membuat besi tuang.
9. Marmer
Marmer ini biasa digunakan untuk membuat lantai dan hiasang dinding.
10. Batu aji
Batu aji digunakan untuk perhiasan.
11. Alumunim

11
Alumunium merupakan logam ringan dan kuat yang digunakan untuk
industry kapal terbang, mobil, mesin-mesin dan alat-alat rumah tangga
lainnya.
12. Timah
Timah sebagai bahan untuk membuat pipa ledeng, logam patri dan kawat
telepon.
13. Nikel
Nikel dapat digunakan untuk bahan campuran dalam industry besi baja
agar kuat dan tahan karat.
14. Tembaga
Tembaga dapat digunakan untuk membuat bahan kapal dan industry
barang-barang perunggu dan kuningan.
15. Intan
Intan ini biasa dipergunakan untuk perhiasan bagi kaum perempuan pada
umumnya.
16. Asbes
Asbes dapat digunakan sebagai atap bangunan pengganti genting.

II.5 Potensi Bahan Galian di Indonesia

Mineral yang dipakai sehari hari dalam kehidupan umat manusia


tidak semuanya terdapat di Indonesia.Diperkirakan hanya 30% atau 30
Macam mineral utama terdapat di Indonesia. Mineral tersebut adalah emas,
perak, tembaga, nikel, timah putih, timah hitam, alumunium, besi, mangan,
chromit, minyak bumi, gas bumi, batubara, yodium, berbagai garam, berbagai
mineral industri (asbes, bentonit, zeolit, belerang, fosfat, batu gamping dll),
batu mulia, termasuk intan, dan bahan bangunan. Mineral langka masih
belum diketahui di Indonesia, demikian juga uranium, hingga saat ini belum
tersedia data yang rinci mengenainya.
Beberapa mineral telah menjadi andalan sektor pertambangan di
Indonesia.Produksi dan cadangannya juga cukup besar. Timah, misalnya,
memproduksi sekitar 15% produksi dunia, sementara cadangannya lebih
kurang 8% cadangan dunia. Cadangan nikel mencapai 15% cadangan dunia,
tetapi produksinya baru mencapai 10% produksi dunia.Berikut ini

12
disampaikan beberapa angka mengenai mineral andalan Indonesia, disertai
pula beserta cadangan potensinya.Klasifikasi yang dipakai adalah klasifikasi
Mckelvey (1973). Angka angka tersebut disampaikan dalam bentuk tabel
berikut :

Tabel 2.1. Perbandingan Taksiran Cadangan Mineral Indonesia dan Dunia

Taksiran cadangan
Perbandin
Nama Mineral Indonesia Dunia gan

1 11.100.0 8%
. Timah 865 ton 00 ton

2 100 14%
. Nikel 15 juta ton juta ton

3 Tembag 126 5%
. a 6 juta ton juta ton

663
4 Batubar 32 milyar milyar 2%
. a ton ton

139.00
5 Alumun 934 juta 0 juta 0,7%
. ium ton ton

916,6
6 Minyak 9,1 milyar milyar 1%
. bumi barrel barrel

6,9
7 Gas 0,138 juta juta 2%
. bumi BSCF BSCF
Potensi minyak dan gas bumi terkandung dalam 60 cekungan dan baru
25% yang dieksploitasi.Menurut perkiraan, sumberdaya minyak bumi mencapai
lebih kurang 70 72 milyar barrel, sedangkan yang sudah diteliti dan sudah dapat
digolongkan sebagai cadangan baru kurang lebih 9 10 milyar barrel.

13
Sumberdaya dan cadangan minyak bumi Indonesia akan bertambah terus bila
eksplorasi terus dilakukan. Belum lagi potensi yang mungkin ada di dalam batuan
yang lebih tua (batuan Pra-Tersier), karena sejauh ini minyak dan gas bumi baru
diproduksi dari batuan berumur Tersier karena lebih dangkal letaknya.Demikian
pula potensi sumberdaya mineral lainnya yang masih bisa untuk dikembangkan.

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dengan banyaknya jenis bahan galian, tentu perlu penggolongan bahan galian
yang terdiri atas beberapa klasifikasi agar dalam pencarian hingga
pemanfaatannya tidak terjadi kesalahan dan kebingungan sehingga segala
sesuatunya menjadi lebih properly atau lebih tepat guna dan tujuan. Maka dari itu
oleh pemerintah dibuatlah undang-undang dan juga peraturan pemerintah yang
mengatur penggolongan dan pembagian klasifikasi bahan galian hasil tambang
dengan mempertimbangkan beberapa karakteristiknya.
Contoh nya adalah :
Menurut Undang-Undang No 11 tahun 1967 tentang Ketentuan-Ketentuan
Pokok Pertambangan

Di Indonesia, penggolongan bahan galian dapat dilihat dalam Undang-


Undang No 11 tahun 1967 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok
Pertambangan. Dalam UU ini, bahan galian dibagi atas tiga golongan :
- golongan bahan galian strategis (Golongan A)
- golongan bahan galian vital (Golongan B)
- golongan bahan galian yang tidak termasuk dalam Golongan A atau B.

14

Anda mungkin juga menyukai