Anda di halaman 1dari 19

EKSPLORASI TAMBANG II

PEMBORAN EKSPLORASI

Disusun Oleh :
Nama

: Dian Abimanyu

NIM

: 1309055058

Kelompok

:2

S-1 TEKNIK PERTAMBANGAN


UNIVERSITAS MULAWARMAN
SAMARINDA
2015/2016

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warrahmatullahi Wabarrokatuh.


Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta
hidayahnya sehingga Karya ilmiah tentang Pemboran eksplorasi ini dapat Penulis selesaikan
sesuai dengan tepat waktu seperti telah ditentukan. Tidak lupa terimakasih penulis ucapkan
kepada pihat yang telah membantu menyelesaikan tugas ini baik itu Dosen mata kuliah yang
bersangkutan, beberapa sumber yang telah menbantu memberikan informasi dan juga kawankawan sekelompok.
Tugas ini adalah tugas yang dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Ekplorasi 2 yang
berisi tentang Pemboran eksplorasi, yang dimana dengan selesainya tugas ini dapat
memberikan manfaat bagi siapapun yang membacanya.

Samarinda, 9 November 2015


Penulis

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada masa kini sektor tambang menjadi salah satu penggerak utama perekonomian suatu
daerah, hal ini mengakibatkan dibutuhkannya pengetahuan yang lebih baik tentang kerja
penambangan agar menciptakan perekonomian yang maju. Pertambangan merupakan sebuah
usaha yang padat modal, padat biaya, padat waktu, dan padat resiko. Dibutuhkan manajemen
khusus untuk menangani setiap masalah yang timbul.
Di dalam UU No.4 Tahun 2009 Pasal 1 poin 1, Pertambangan adalah sebagian atau seluruh
tahapan kegiatan dalam rangka penelitian, pengelolaan dan pengusahaan mineral atau
batubara yang meliputi penyelidikan umum, eksplorasi, studi kelayakan, konstruksi,
penambangan, pengolahan dan pemurnian, pengangkutan dan penjualan, serta kegiatan
pascatambang.
Dalam usaha Pertambangan, dibutuhkan data mengenai sumberdaya yang akan diambil guna
berjalannya proses pertambangan. Untuk mendapatkan data mengenai sumberdaya yang ada
maka dilakukan kegiatan eksplorasi terlebih dahulu. Jadi Kegiatan eksplorasi dilakukan untuk
mengetahui potensi sumberdaya mineral/bahan galian yang ada serta mengidentifikasi
kendala alami maupun kendala lingkungan yang mungkin ada. Hasil dari kegiatan eksplorasi
tersebut harus dapat memberikan informasi yang lengkap dan akurat mengenai sumberdaya
mineral/bahan galian maupun kondisi-kondisi geologi yang ada, agar studi kelayakan untuk
pembukaan usaha pertambangan yang dimaksud dapat dilakukan dengan teliti dan benar
(akurat).
Agar kegiatan eksplorasi dapat terencana, terpogram, dan efisien, maka dilakukan
pengelolaan kegiatan eksplorasi yang baik dan terstruktur.Untuk itu dibutuhkan pemahaman
konsep eksplorasi yang tepat dan terarah oleh para pelaku kegiatan eksplorasi,
khususnyayang meliputi disiplin ilmu geologi dan eksplorasi tambang.
Proses eksplorasi pada setiap tahapnya dibutuhkan tingkat keyakinan yang sesuai agar proses
tersebut dapat berjalan terus hingga mencapai target yang diinginkan. Tingkat keyakinan ini

didapatkan dari hasil bahan galian yang dicari berupa data kualitas, kuantitasnya. Data yang
diperoleh ini harus akurat agar tidak terjadi kerugian pada saat proses eksploitasi dan
penambangan. Agar data yang diperoleh dapat lebih akurat maka dilakukan pemboran yang
berguna untuk mengetahui lebih lanjut mengenai sifat fisik, kimia, struktur, kualitas, dan
penyebarannya. Oleh karena itu agar proses penambangan dapat berjalan sebaik mungkin
diperlukan pemboran eksplorasi terlebih dahulu.
1.2 Tujuan
Tugas ini dikerjakan untuk memenuhi tugas daripada mata kuliah ekplorasi 2 yang telah
diberikan dosen. Selain daripada itu tugas ini juga bertujuan Agar mahasiswa yang
mengerjakan maupun yang membacanya lebih memahami tentang kegiatan pemboran
eksplorasi bahan galian.
1.3 Metode Penelitian

Bentuk penelitian yang digunakan dalam penulisan ini adalah metode penelitian eksplorasi
yaitu metode yang dipergunakan karena permasalahan belum dirumuskan disebabkan karena
penelitian ini berbentuk penjelajahan atau belum begitu banyak informasi ataupun data dan
lain sebagainya. Penelitian ini kemudian diinterpretasikan dalam bentuk penulisan deskriptif
yang menggunakan pendekatan kualitatif. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Nawawi
(1990 : 64) bahwa metode deskriptif memusatkan perhatian terhadap masalah-masalah atau
fenomena-fenomena yang ada pada saat penelitian dilakukan atau masalah yang bersifat
aktual, kemudian menggambarkan fakta tentang masalah yang diselidiki sebagaimana adanya
diiringi dengan interpretasi.
1.4 Manfaat Penulisan
Adapun manfaat dari penulisan ini adalah :
1. Untuk membuat mahasiwa lebih memahami tentang kegiatan pemboran eksplorasi
2. Mahasiswa akan mengerti tentang konsep-konsep pemboran eksplorasi.

3. Mahasiswa akan lebih memahami tentang macam-macam teknik pemboran dalam


eksplorasi.
4. Mahasiswa juga akan mengerti tentang pengertian dan tujuan dari pemboran ekplorasi
bahan galian.

BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Pengertian
1. Pengertian Eksplorasi
Eksplorasi adalah suatu aktivitas untuk mencari tahu keadaan suatu daerah , ruang atuapun
suatu realm yang sebelumnya tidak diketahui keberadaannya. Isktilh eksplorasi geologi
adalah mencari tahu keberadaan suatu objek geologi yang pada umumnya berupa cebakan
mineral.(Koesmoedianata, 2000)
3. Pengertian Bahan Galian
Bahan galian adalah semua produk dari pertambanganang diperoleh dengan cara pelepasan
dari batuan induknya di dalam kerak bumi, terdiri dari mineral-mineral. (SNI 19-6728.42002)
4. Pengertian Mineral
Mineral adalah suatu benda berbentuk padat,cair, atau gas yang homogeny dan terdapat
dialam, terbentuk secara alamiah dari bahan-bahan anorganik, mempunyai komposisi kimia
tertentu dengan struktur atom dan sifat fisik yang sama. (K.Haldar, 2012)
5. Pengertian Pemboran Eksplorasi
Pemboran eksplorasi adalah prosedur dimana beberapa lubang tes dibor untuk mengevaluasi
kandungan tanah dan batuan di daerah tertentu.
2.2 Konsep Pengeboran
Pengeboran adalah salah satu yang paling penting, dan dapat menjadi yang paling mahal, dari
semua prosedur eksplorasi mineral. Dalam hampir semua kasus, pengeboran berguna untuk
menempatkan dan mendefinisikan mineralisasi ekonomi, dan pengeboran memberikan ujian
akhir untuk semua ide-ide, teori dan prediksi yang dihasilkan dalam fase generasi
sebelumnya generasi prospek dan target proses eksplorasi.
Dalam

melakukan

perencanaan

direncanakan dengan baik adalah :

pemboran,

hal-hal

yang

perlu

diperhatikan

dan

kondisi geologi dan topografi

tipe pemboran yang akan digunakan,

spasi pemboran,

waktu pemboran, dan

pelaksana (kontraktor) pemboran.

Selain itu aspek logistik juga harus dipikirkan dengan cermat, antara lain :

juru bor,

peralatan dan onderdil yang dibutuhkan,

alat transportasi,

konstruksi peralatan pemboran, dll.

Hasil yang diharapkan dari pemboran eksplorasi, antara lain :

identifikasi struktur geologi,

sifat fisik batuan samping dan badan bijih,

mineralogi batuan samping dan badan bijih,

geometri endapan,

sampling, dll.

2.3 Prinsip Pemboran


Mesin bor mempunyai prinsip dasar gerakan yaitu gerakan berputar spindel utama (n) dan
gerakan/laju pemakanan (f).
a. Putaran mata bor ( n )
Gerakan putaran mata bor ini merupakan gerakan berputarnya spindel mesin bor.
Gerakan ini sering disebut gerakan utama ( main motion ). Besarnya putaran
spindel ini tergantung oleh material benda kerja, material mata bor dan diameter
mata bor. Gerakan utama ini diukur dalam m/menit.
b. Laju pemakanan ( f )

Laju pemakanan adalah gerakan turunnya mata bor menuju benda kerja tiap
satuan waktu. Besarnya laju pemakanan ini mempengaruhi kualitas permukaan
hasil lubang. Laju pemakanan diukur dalam mm/putaran.
Gerak berputar spindel utama dihasilkan dari gerak putar motor utama yang
diteruskan melalui beberapa sistem transmisi yaitu :
a. Sistem transmisi sabuk (belt)
(1) Biasanya digunakan untuk mesin bor meja atau mesin yang dayanya kecil.
(2) Jika terjadi kelebihan beban memungkinkan adanya selip sehingga aman tetapi
efisiensi dayanya rendah.
b. Sistem transmisi roda gigi (gear)
(1) Biasanya digunakan untuk mesin bor yang dayanya besar.
(2) Efisiensi daya tinggi, tidak memungkinkan adanya selip.
c. Sistem transmisi gabungan sabuk dan roda gigi
Ukuran dari mesin bor ditentukan oleh beberapa hal, yaitu :
a. Jarak dari tiang ke poros utama
b. Besarnya mata bor yang dapat dipasang
c. Panjang langkah poros utama
d. Jarak dari permukaan meja ke spindel utama

BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Pengertian dan Tujuan Pemboran Eksplorasi
Pemboran eksplorasi adalah prosedur dimana beberapa lubang tes dibor untuk mengevaluasi
kandungan tanah dan batuan di daerah tertentu. Evaluasi ang dilakukan adalah untuk
memastikan kehadiran dan menilai kualitas kandungan bahan galian dalam tanah dan batuan.
Disamping itu, pemboran eksplorasi juga memberikan informasi yang akurat mengenai
dimensi vertikal dan urutan strata batuan. (Balfas,2015)
Untuk perencanaan konstruksi teknik yang dilakukan pengeboran inti, sedangkan untuk air
tanah ddengan pengeboran tanpa inti (biasa). Alat yang digunakan sama misalnya : dengan
mesin bor atau bor tangan (tanpa mesin) bedanya untuk pemboran inti dilengkapi tabung
penginti. Pahat biasa hanya untuk melobangi tanah, unutk mengetahui jenis batuan hanya dari
hancuran tanah/batuan yang naik keatas bersama air (dari mesin pompa). Pahat bor inti
disamping melobangi tanah didapatkan inti (contoh batuan) yang berbentuk silinder sehingga
dari inti tersebut dapat diamati dan dapat dilakukan test laboratorium. Hancuran batu (serbuk
bor) maupun inti bor disusun sesuai kedalamannya dalam kotak. (Suharyadi, 2004)
Dengan pengeboran dapat diketahui jenis batuan, sifat-sifatnya dan dapat diinterpretasikan
struktur geologinya. Apabila dari penyelidikan terdahulu ternyata ada tempat-tempat yang
masih diragukan adanya gangguan struktur geologinya maka ditempat tersebut dapat
dilakukan penyelidikan/pembuatan parit uji dan sumur uji. (Suharyadi, 2004)
3.2 Perencanaan Pemboran
Keputusan untuk melakukan pemboran merupakan salah satu keputusan yang penting dalam
kegiatan eksplorasi, karena pemboran memerlukan biaya, waktu, dan sumberdaya yang relatif
besar. Untuk itu pemboran eksplorasi dilakukan setelah kehadiran bahan galian berhasil
diidentifikasi atau dikonfiramasi melalui berbagai metode eksplorasi yang telah dilakukan
sebelumnya.

Metode pemboran yang digunakan bergantung kepada asumsi letak dan ketebalan target
yang akan dibor berdasarkan pada informasi/data permukaan yang diperoleh. Dengan
melakukan pemboran, maka dapat dievaluasi kembali konsep dan prediksi geologi
(interpretasi) yang telah ada sebelumnya.
Pembuatan lubang bor secara vertikal digunakan untuk kondisi dimana zona mineralisasi
diperkirakan pada kedalaman yang dangkal atau pada endapan disseminated. Namun
demikian kondisi lubang bor yang cenderung miring atau curam biasanya digunakan untuk
target endapan yang mempunyai kemiringan yang besar, dengan tujuan agar dapat
menembus zona mineralisasi pada sudut 900 (relatif tegak lurus). Selain itu dari pemboran
juga diharapkan dapat diketahui batas-batas zona pelapukan, zona oksidasi, atau zona
bijih (batuan dasar), lihat Gambar 6.15.
Arah pemboran tergantung pada asumsi letak dan ketebalan target yang akan di bor
berdasarkan informasi/data permukaan yang diperoleh. Pada zone mineralisasi yang
berbentuk endapan hamburan atau zona mineralisasi yang diperkirakan memiliki kedalaman
yang dangkal biasanya dibuat lubang bor miring dengan tujuan agar dapat menembus tegak
lurus pada zone mineralisasi. (Balfas,2015)
Spasi lubang bor didasarkan pada antisipasi ukuran target atau pengalaman sebelumnya
terhadapa endapan yang sejenis dan dari sejumlah kegiatan pemboran dilokasi tersebut.
Lokasi pemboran dan orientasi titik bor selanjutnya didasarkan pada sukses pemboran pada
lubang pertama. Jika pemboran pada lubang pertama tidak memberikan keyakinan geologi
yang pasti, maka daerah target lain harus dicoba. (Balfas,2015)
Spasi anatar lubang bor tergantung pada kompleksitas gengesa tubuh bijih yang akan
berpengaruh pada sebara zona dan tipe mineralisasi yang terbentuk. Umumnya, semakin
kompleks proses pembentukan tubuh bijih maka spasi lubang bor yang diperlukan akan
semakin rapat. Conoth kasus seperti endapan urat (vein), lubang bor pertama digunakan
untuk mengidentifikasi struktur, dan tidak banyak digunakan untuk penentuan kadar karena
hal tersebut biasanya ditaksir secara akurat dengan sampel bawah permukaan. Spasi lubang
bor untuk endapan vein adalah 25-50 m, sedangkan untuk endapan statiform, spasinya anatar
100 m sampai beberapa ratus meter. (Balfas,2015)

2.4 Pola Pemboran


Pola pemboran yang digunakan tergantung pada akses permukaan. Pada daerah yang tidak
mengalami kendala akses, pola pemboran yang digunakan dibuat dengan grid yang teratur
pada zona mineralisasi. Lubang bor pertama digunakan untuk proyeksi dip anomali bawah
permukaan atau interpretasi pusat anomali geofisika (anomali geokimia) dibawah permukaan.
(Balfas,2015)
Pemboran dilakukan untuk dapat menentukan batas (outline) dari beberapa endapan dan
juga kemenerusan dari endapan tersebut yang berfungsi untuk perhitungan cadangan.
Metode pemboran yang akan digunakan bergantung kepada akses permukaan. Pada
daerah yang tidak mengalami kendala akses pola pemboran yang digunakan adalah
persegi panjang dengan bentuk teratur. Lubang bor pertama digunakan untuk proyeksi
dip dari anomali bawah permukaan atau interpretasi pusat anomali geofisika (atau anomali
geokimia) di bawah permukaan.
Program berikutnya direncanakan setelah melihat hasil dari sejumlah lubang bor pada
daerah target. Spasi lubang bor didasarkan pada antisipasi ukuran target, atau
pengalaman sebelumnya terhadap endapan yang sejenis dan dari sejumlah kegiatan
pemboran di lokasi tersebut. Lokasi pemboran dan orientasi titik bor selanjutnya
didasarkan pada sukses pemboran pada lubang pertama. Jika pemboran pada lubang
pertama tidak memberikan keyakinan geologi yang pasti maka daerah target lain harus
dicoba.
Penentuan pola pemboran secara normal dilakukan dengan grid yang teratur pada suatu
zona mineralisasi. Hal ini akan memberikan data statistik yang baik dan penampang
geologi dengan proyeksi minimum. Pagaran sangat baik dibuat pada jarak 200400 m
dengan interval lubang antara 100200 m sehingga memberikan ruang untuk pengisian
kembali. Letak lubang khusus sangat penting dan biasanya dibor dengan sudut siku-siku
terhadap arah kemiringan rata-rata.
Sebagai contoh, pada Gambar 6.16 dapat dilihat beberapa tahapan pemboran berdasarkan
anamoli geokimia :

Titik bor ke-1 dan ke-2 ditujukan untuk memastikan (membuktikan) adanya zona
mineralisasi (secara vertikal) pada pusat anomali.

Selanjutnya pemboran pada titik bor ke-3 bersifat memastikan kemenerusan zona
mineralisasi tersebut (ke arah kemiringan).

Sedangkan titik bor ke-4 dan ke-5 merupakan titik bor yang ditujukan untuk melihat
kemenerusan zona mineralisasi ke arah jurus dari hasil pemboran pada titik ke-1 dan
ke-2.

Begitu juga dengan titik bor ke-6 dan ke-7, ditujukan untuk mengetahui
kemenerusan searah jurus hasil pemboran pada titik bor ke-3.

Dan selanjutnya dilanjutkan dengan titik bor ke-8 dan ke-9, yang ditujukan untuk
mengetahui kemenerusan titik bor sebelumnya, dan seterusnya dengan pola yang
sama sampai diperkirakan zona mineralisasi telah tercakup secara keseluruhan

Sedangkan pada Gambar 6.17 dapat dilihat penampang hasil interpretasi suatu series
pemboran dalam penentuan zona bijih, dimana pemboran yang dilakukan merupakan
kombinasi antara bor tegak dan pemboran miring.

2.5 Metode Pemboran


Beranekaragam metode pemboran memiliki tujuan tertentu dalam eksplorasi, jika kondisi
dimana dana tidak mencukupi maka kita dapat menggunakan metode pemboran yang agak
murah seperti auger, rotary atau percussive drilling, namun kekurangannya adalah kualitas
samplingnya kurang baik dengan kemungkinan terjadinya percampuran material pada level
yang berbeda dapat terjadi. Untuk pemboran yang lebih mahal biasanya menggunakan
metode sirkulasi balik atau dengan diamond drilling.
Pada prinsipnya pemboran adalah suatu kegiatan pembuatan lubang berdiameter kecil pada
suatu target eksplorasi dengan kedalaman mencakup ratusan meter untuk memperoleh data
yang representatif.
2.5.1 Pemboran auger
Auger adalah bor tangan dengan tangkai yang dilengkapi spiral untuk membawa material
halus ke permukaan, biasanya digunakan untuk endapan plaser. Kelebihan alat bor ini adalah
dapat digunakan untuk sampling dalam jika sumuran uji tidak praktis. Dengan auger kita
dapat mencapai kedalaman 60 m tapi biasanya cukup sampai 30 m. Pada tanah yang halus

pemboran dengan auger biasanya cepat sehingga conto yang keluar harus dapat
diorganisasikan dengan baik. Auger adalah bor ringan dan tidak cocok digunakan untuk
tanah atau material yang keras dan berbongkah.
2.5.2 Rotary drilling
Rotary drilling adalah metode pemboran non-coring dan tidak sebanding jika pemboran
dilakukan pada batuan dengan kekerasan halus-sedang seperti batugamping atau batulumpur.
Tipe mata bor (bit) pada jenis pemboran ini menggunakan tricone atau roller rock bit yang
ditutupi oleh tungsten karbida. Potongan atau kepingan batuan akan ditekan keluar oleh
fluida bor yang rata-rata kecepatannya 100 m/jam. Tipe alat bor ini biasanya digunakan oleh
industri minyak dengan diameter lubang besar (>20 cm) dan kedalaman ratusan sampai
ribuan meter dengan fluida bor berupa lumpur.
2.5.3 Percussive drilling
Pada dasarnya alat ini menggunakan kompresor udara dan ukurannya bervariasi dari kecil
(bor tangan) sampai alat bor besar dengan rata-rata kedalaman pemboran ratusan meter.
Secara umum alat ini dapat dibagi dalam dua tipe, yaitu :
1.

Down-the-hole hammer drills


Alat bor jenis ini biasanya diletakkan lebih rendah dari lubang sampai batas akhir dari
stang bor dan digunakan untuk pemboran non-coring. Lubang dengan diameter sampai
20 cm dan tekanan kedalaman sampai 200 m masih mungkin, tetapibiasanya kedalaman
yang efisien antara 100150 m. Cutting bor ditekan keluar olehkompresor udara. Pada
tanah yang basah daya angkat yang dihasilkan olehkompresordapatmenjaditidak teratur.

2.

Top hammer drills


Sesuai dengan namanya jenis bor ini memiliki alat tumbuk yang diletakkan di bagian
atas dari stang bor. Energi untuk pemboran non-coring ini dialirkan lewat stang bor, alat
ini lebih baik dari Down-the-hole hammer drills dan biasanya digunakan untuk lubang
dengan diameter 10 cm dan kedalaman lebih dari 100 m, tapi biasanya 20 m.
Percussive drilling adalah metode yang paling cepat dan murah namun sering terjadi
data tidak lengkap dibanding dengan diamond drilling.

2.5.4 Reverse circulation


Reverse circulation (RC) drilling mulai digunakan pada pertengahan tahun 70-an dan
biasanya digunakan untuk material sedimen yang tidak terkonsolidasi seperti pada endapan
aluvial. Air atau udara dapat digunakan sebagai fluida bor dan inti bor atau sludge dapat
diperoleh semua. Media fluida dialirkan ke sludge lewat dua dinding pada stang bor dan
kembali ke permukaan lewat pusat stang bor. Pada percussive drilling kepingan batuan juga
tertransport ke permukaan lewat tengah stang bor kemudian menuju ke cyclon dimana disana
ditampung conto bor (lihat Gambar 6.19). Kegunaan alat bor ini adalah untuk mengumpulkan
kepingan batuan lebih dari auger, rotary atau percussive drilling. Conto dapat dikumpulkan
dengan cepat dan kadar kontaminasinya sedikit.
Skema dari beberapa metode pemboran yaitu diamond core, reverse circulation, danrotary
drlling ditunjukkan pada Gambar 6.20.

2.6 Pemboran inti


Pada pemboran dengan metode ini sampel diambil dari target dengan diamond bit atau
impregnated bit. Hal ini mengakibatkan conto yang diperoleh pada tabung dalam (inner tube)
dari core barrel berbentuk silinder. Mata bor dan core barrel dihubungkan ke permukaan
dengan tali baja yang juga digunakan untuk menurunkan mata bor dan core barrel ke dalam
lubang.
2.5.1 Drill bit
Bentuk mata bor ini terdiri dari butiran sintetik halus dengan kadar intan tanpa semen metalik
yang memiliki karatan tertentu. Pada umumnya keseluruhan mata bor ini digunakan untuk
batuan yang sangat keras seperti rijang, sedangkan mata bor intan tunggal digunakan untuk
batuan yang lebih halus seperti batugamping. Diamond bit dapat digunakan untuk batuan
tertentu tetapi karena harganya yang sangat mahal maka perlu pengalaman dan pemilihan
lokasi yang tepat dalam penggunaannya.
2.5.2 Core barrel

Inti bor diperoleh dari perputaran mata bor dan kemudian didorong ke core barrel oleh
perputaran tabung. Core barrel dapat diklasifikasikan sesuai panjang inti bor yang ditampung
biasanya 1,53 m namun dapat pula mencapai 6 m. Umumnya terdapat dua tabung dimana
tabung luar untuk menangkap inti bor dan tabung dalam dalam posisi tidak berputar. Tripletube dapat digunakan untuk tanah yang kurang baik selanjutnya inti bor dapat diangkat
dengan menggunakan tali pada stang bor ke permukaan.
2.5.3 Sirkulasi
Air disirkulasikan pada bagian dalam dari stang bor dengan tujuan untuk mencuci sludge,
permukaan mata bor dan kemudian dikeluarkan lewat celah antara antara dinding lubang bor
dan stang bor. Tujuan sirkulasi ini juga untuk memberi pelumasan pada mata bor,
mendinginkannya dan melepaskan hancuran batuan yang menempel pada permukaan mata
bor. Air dapat dikombinasikan dengan lempung atau bahan aditif lainnya untuk memberikan
daya angkat bagi material yang dibor.
2.5.4 Casing
Casing digunakan untuk menutupi atau menguatkan permukaan lubang bor. Casing
dilengkapi dengan tabung baja sehingga tali baja dapat dioperasikan dengan aman. Casing
dan mata bor telah seukuran sehingga ukuran yang lebih kecil dari itu (diameter kecil) akan
melewati ukuran besar pada lubang yang akan dibor.
2.7 Keputusan Mengakhiri Pemboran
Keputusan untuk mengakhiri kegiatan pemboran diambil jika : (Balfas,2015)
1. Tidak dijumpai adanya konsentrasi bahn galian
2. Konsentrasi bahan galian dapt dilokalisasi tetapi tidak ekonomis atau terlalu dalam
3. Pemboran yang dilakukan menghasilkan beberapa zona konsentrasi bahan galian yang
ekonomis tetapi penyebaran kadarnya terbatas atau perhitungan cadangan
menunjukan bahwa endapan tersebut terlalu kecil dibanding yang diinginkan.
4. Tubuh kadar yang ekonomis sudah diketahui pasti.
5. Biaya pemboran sudah habis.

BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan

Pemboran eksplorasi adalah prosedur dimana beberapa lubang tes dibor untuk
mengevaluasi kandungan tanah dan batuan di daerah tertentu. Evaluasi ang
dilakukan adalah untuk memastikan kehadiran dan menilai kualitas kandungan
bahan galian dalam tanah dan batuan. Disamping itu, pemboran eksplorasi
juga memberikan informasi yang akurat mengenai dimensi vertikal dan urutan
strata batuan.

Dengan pengeboran dapat diketahui jenis batuan, sifat-sifatnya dan dapat


diinterpretasikan struktur geologinya.

Metode ekslpolarasi terbagi atas tiga yaitu Percussive drilling, rotary drilling,
dan gabungan antar percussive dan rotary.

DAFTAR PUSTAKA
Balfas, Muhammad Dahlan. 2015. Geologi Untuk Pertambangan Umum. Graha
Ilmu : Yogyakarta
Haldar S.K. 2012. Mineral Exploration : Principles and Applications. Kolkata
University : India
J.Moon Cahrles, Whiteley Michael, and M.Evans Anthony. 2006. Introduction To
Mineral Exploration 2nd Edition. Blackwell Publishing. Australia.
Koesmoedinata. 2012. Geologi Eksplorasi. Institut Teknologi Bandung : Bandung.
Marjoribanks, Roger. 2010. Geological Methods in Mineral Exloration and Mining
2nd Edition. Springer : New York
Natosiswoyo, sudarto. Syafrizal. Mohamad Nur Heriawan. 2000. Buku Ajar
Teknik,TA 3.12 Teknik Eksplorasi. Institut Teknologi Bandung : Bandung
Suharyadi. 2004. Pengantar Geologi Teknik (Edisi 4). Biro Penerbit Teknik Sipil
Universitas Gadjah Mada : Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai