Anda di halaman 1dari 31

ANALISIS FAKTOR EFISIENSI PEMBORAN DENGAN MESIN BOR

TDC-1 PADA PEMBANGUNAN EMBUNG KALEMBU TULUR DI DESA

TAMMA, KECAMATAN PAHUNGA LODU, KABUPATEN SUMBA

TIMUR, PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

PROPOSAL TUGAS AKHIR

Dibuat untuk memenuhi persyaratan Mata Kuliah Tugas Akhir pada

Jurusan Teknik Pertambangan, Fakultas Sains dan Teknik,

Universitas Nusa Cendana

ELFRIN SUSAN ZACHARIAS

1206107027

UNIVERSITAS NUSA CENDANA


F A K U L T A S S A I N S DAN T E K N I K
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
KUPANG
2016
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ketersediaan air merupakan hal yang sangat primer dalam menunjang

kehidupan masyakarat dan ternak sehari-hari, air juga diperlukan mengairi lahan

pertanian namun terdapat beberapa tempat yang diketahui masih saja kekurangan

air bersih hal ini diprediksi pasokan air tergantung dari sebaran curah hujan di

sepanjang tahun dan sebarannya tidak merata, walau di musim hujan sekalipun

masyarakat masih kekurangan air.

Di Wilayah Kabupaten Sumba Timur ini diketahui mengalami curah

hujan yang minim dalam beberapa tahun terakhir hal ini berimbas sampai

kemasyarakat di Desa Tamma selama ini masyarakat setempat hanya

mengandalkan sumber mata air tanah (sumur). Sumur ini selain digunakan

sebagai sumber air bersih untuk masyarakat juga digunakan untuk keperluan

berternak dan keperluan lainya.

Permasalahan kemudian muncul ketika tiba musim kemarau karena

ketersediaan air dari sumur ini tidak lagi mampu memenuhi segala kebutuhan

sehigga tidak jarang memicu kerugian masyarakat karena lahan pertanian

dibiarkan begitu saja tanpa ditanami dan ternak dilepas untuk mendapatkan

makan dan minum sendiri. Ditinjau dari permasalahan yang ada maka pemerintah
setempat berupaya untuk membuat wadah penampungan air (embung) dengan ini

di harapkan kedepanya ketersiadaan air pada musim kemarau bisa terpenuhi.

Sebelum pembangunan Embung berlangsung ada beberapa langkah yang

perlu diambil sala satunya adalah pemboran coring yang merupahkan metode

pengambilan core atau batuan inti untuk mendapatkan informasi tentang sifat

fisik dari batuan yang ada untuk study kelayakan. Dalam kegiatan pemboran perlu

diperhatikan efisiensi kerja karena ini sangat berpengaruh terhadap target yang

ditetapkan perusahaan terlihat oleh penulis beberapa permasalahan yang penting

untuk dikaji lebih dalam maka penulis mengambil judul ANALISIS FAKTOR

EFISIENSI PEMBORAN DENGAN MESIN BOR TDC-1 PADA

PEMBANGUNAN EMBUNG KALEMBU TULUR DI DESA TAMMA,

KECAMATAN PAHUNGA LODU, KABUPATEN SUMBA TIMUR,

PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka masalah yang dirumuskan dalam

penelitian ini yaitu sebagai berikut:

1 Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja mesin Bor tipe

TDC-1 pada kegiatan pemboran Embung Kalembu Tulur di Desa

Tamma Kecamatan Pahunga Lodu Kabupaten Sumba Timur

2. Bagaimana cara meminimalisir hambatan-hambatan yang ditemui saat

kegiatan pemboran untuk meningkatkan efisiensi kinerja pemboran

1.3 Batasan Masalah


Agar pembahasan yang dilakukan dalam penelitian ini dapat terarah dan

tidak menyimpang dari pokok permasalahan, maka perlu dilakukan pembatasan

masalah sebagai berikut :

1. Tidak membahas estimasi biaya pada kegiatan pemboran Embung

Kalembu Tulur di Desa Tamma Kecamatan Pahunga Lodu Kabupaten

Sumba Timur.

2. Tidak membahas faktor pemboran Rock Drillability

3. Tidak membahas elastisias, plastisitas dan abrasivitas dalam faktor

sifat batuan

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi efisiensi kerja

dari mesin bor TDC-1 pada kegiatan pemboran Embung Kalembu

Tulur di Desa Tamma Kecamatan Pahunga Lodu Kabupaten Sumba

Timur

2. Untuk mengetahui cara meminimalisir hambatan-hambatan yang

ditemui saat kegiatan pemboran untuk meningkatkan efisiensi

kinerja pemboran.

1.5 Manfaat Penelitian

1. Perusahaan

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada CV.

KENCANA LAYANA mengenai pentingnya memperhatikan faktor-

faktor yang mempengaruhi efisiensi kerja dari mesin bor TDC-1.


2. Perguruan Tinggi

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi dokumen akademik yang

berguna untuk dijadikan bahan acuan bagi mahasiswa lainnya yang

ingin belajar mengenai pemboran lebih dalam lagi.

3. Penulis

Penelitian ini dapat menambah wawasan dan skill penulis tentang

kinerja mesin bor dalam kegiatan pemboran sebagai bekal untuk masuk

ke dunia pekerjaan.

1.6 Jadwal Penelitian

Kegiatan penelitian direncanakan selama 3 bulan, dengan jadwal kegiatan

penelitian sebagai berikut:

BULAN

Tahapan 1 2 3
No
Penelitian Minggu Minggu Minggu

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

Studi
1 Literatur

Pengambilan
2 Data

Pengolahan
& Analisis
3 Data

Penyusunan
4
Laporan

5
Seminar dan
Perbaikan

BAB II

DASAR TEORI

2.1 Pengertian Pemboran

Pemboran adalah suatu proses pengerjaan pemotongan menggunakan mata

bor (twist drill) untuk menghasilkan lubang yang bulat pada material logam

maupun non logam yang masih pejal atau material yang sudah

berlubang,pengeboran di lakukan dengan berbagai fungsi yaitu untuk

pengambilan sampel dan membuat jalur transportasi menuju batuan reservoir serta

batuan yang di indentifikasi memiliki mineral yang bernilai ekonomis.Pemboran

terbagi dalam dua jenis yaitu pengambilan sampel dan pengambilan mineral atau

migas

Coring merupakan metode yang digunakan untuk mengambil batu

inti (core) dari dalam lubang bor (Bateman,1985). Coring penting untuk

mengkalibrasi model petrofisik dan mendapat informasi yang tidak diperoleh

melalui log.

Setelah pengeboran, core (biasanya 0,5 m setiap 10 menit) dibungkus dan


dijaga agar tetap awet. Core tersebut mewakili kondisi batuan tempatnya semula

berada dan relatif tidak mengalami gangguan sehingga banyak informasi yang

bisa didapat.

Tujuan pemboran secara umum adalah:

1. Untuk mengetahui atau mempelajari data atau informasi geologi

(batuan, stratigrafi, struktur, mineralisasi)

2. Eksplorasi mineral dan batu bara

3. Geoteknik

4. Ventilasi tambang

5. Kontrol pertambangan

6. Peledakan

7. Keperluan perhitungan cadangan

8. Penirisan tambang

9. Untuk eksploitasi bahan tambang

10. Sebagai sarana untuk ekspolrasi dengan metode lain (geofisika)

2.2 Metode pemboran

Klasifikasi pemboran dapat didasarkan pada beberapa bagian proses

pemboran, diantaranya berdasarkan:

2.2.1 Metode pembuatan lubang


Proses pembuatan lubang meliputi pemberaian batuan dari batuan yang tak

terkonsolidasi. Pembuatan lubang juga termasuk pembersihan pecahan dan

material tak terkonsolidasi dari bawah mata bor sehingga pemberaian dapat terus

berlangsung. Pembuatan lubang dapat berupa proses mekanik atau pun proses-

proses yang lain. Metode-metode pembuatan lubang berdasarkan pemberaian

mekanik adalah:

a. Pemboran cable tool

b. Pemboran putar auger

c. Pemboran putar

d. Pemboran top hole hammer

e. Pemboran putar down hole hammer

f. Pemboran putar slim hole

Gambar 3.1 Contoh tipe pemboran berdasarkan pembuatan lubang.

2.2.2 Metode pembersihan dan penyetabilan lubang


Karena lubang bor telah dibuat dan cutting dibersihkan dari muka mata bor,

maka cutting harus dibersihkan semuanya dari lubang bor dan dilakukan

penyetabilan dinding lubang bor. Jika lubang bor tidak terbuka dan bersih maka

proses pemboran tidak bisa terus berlangsung. Penyetabilan lubang bisa dilakukan

dengan casing, tekanan hidrostatik, atau dengan pembuatan dinding. Metode-

metode pembersihan lubang dapat diklasifikasikan:

a. Pembersihan mekanik, pada metode ini peralatan pemboran dalam lubang akan

melakukan pembersihan dengan sendirinya. Metode pembersihan mekanik di

antaranya:

1. Bailing, dimana proses penyetabilan dengan casing atau tekana hidrostatik

2. Bucket auger, dimana proses penyetabilan dengan casing atau tekanan

hidrostatik

3. Plate auger

4. Continuous flight auger, Plate dan continuous flight auger lebih cocok

digunakan untuk formasi yang stabil.

b. Pembersihan dengan fluida (sirkulasi langsung atau normal), pada metode ini

digunakan fluida untuk membersihkan lubang bor. Sirkulasi normal adalah

dimana fluida (udara, air, atau lumpur) dipompa dengan tekanan ke bawah melalui

stang bor, mata bor, dan kemudian membawa cutting ke permukaan di antara

dinding lubang bor dan stang bor.

c. Pembersihan dengan fluida (sirkulasi terbalik), pada metode ini fluida dipompa
ke bawah melalui lubang di antara dinding lubang bor dan stang bor, kemudian

melewati mata bor, dan naik ke atas melalui lubang di dalam stang bor.

Gambar 3.2 Contoh tipe pemboran berdasarkan pembersihan lubang

2.3 Kedalaman dan Ukuran Lubang

Tipe pemboran harus sesuai dengan kedalaman dan ukuran lubang bor

yang diinginkan. Sebagai contoh bor auger tangan hanya dapat melakukan

pemboran pada beberapa meter kedalaman dan ukuran lubang yang kecil.

Beberapa tipe pemboran dapat diaplikasikan pada rentang ukuran lubang bor

tertentu.

a. Cable tool, ukuran lubang 100 mm s/d 400 mm (4-16 in) dan sampai

kedalaman 1.500 m (5.000 ft)

b. Slim rotary (diamond), ukuran lubang 30 mm s/d 100 mm (1-4 in) dan sampai

kedalaman 1.500 m (5.000 ft)


Gambar 3.3 Contoh tipe pemboran berdasarkan kedalaman dan ukuran lubang

2.4 Jenis-Jenis Pemboran

2.4.1 Pemboran terbuka (Open- Hole Drilling)

Pemboran terbuka adalah pemboran yang sepenuhnya hanya membuat

lubang. Contoh yang dihasilkan dari pemboran ini adalah hanya pecahan batuan

(cutting) saja atau kadarnya saja. Sejak dari awal mata bor dipasangkan pada

batang bor saja karena yang terpenting lubang bor dibuat, bukan contoh yang

didapat.

Pemboran lubang terbuka (open hole drilling) dilakukan dengan beberapa

teknik pemboran juga dengan sirkulasi fluida pemboran (air atau lumpur

pemboran) untuk memperoleh sampel keratan pemboran (cutting) setiap interval

pemborannya. Setiap 1m pemboran, sampel cutting yang representatif harus

diambil oleh kru pemboran dan disusun pada core box.Oleh sebab itu setiap

pemboran lubang terbuka harus dilakukan logging geofisika. Logging geofisika

ini bertujuan untuk konfirmasi kedalaman dan ketebalan dari interval litologi yang

signifikan. Kedalaman seam harus disesuaikan & direkonsiliasi menggunakan


hasil logging geofisika dan data kedalaman keratan pemboran.

2.4.2 Pemboran inti (Coring)

Coring adalah pemboran khusus untuk mendapatkan besaran-besaran fisik

batuan reservoir. Pemboran inti adalah pemboran yang bertujuan untuk

mendapatkan contoh (sampel batuan) dari seluruh lapisan lokasi yang dibor.

Contoh yang diharapkan untuk digunakan dalam pengamatan adalah contoh inti

(core sample). Sejak awal tabung inti (core barrel) sudah dipergunakan

untukmendapatkan contoh inti.Coring dilakukan pada interval tertentu yang

diperlukan data-data petrofisiknya terutama pada zone produktif. Hasil dari coring

merupakan data yang valid sehingga perlu penanganan yang cermat. Banyak

faktor yang dapat mempengarui kualitas maupun kuantitas coring antara lain:

konstruksi dari peralatan, kondisi dari formasi, dan teknik pelaksanaan operasi

coring.

Ada dua macam cara pengambilan contoh batuan (coring) yaitu:

1. Coring yang dilakukan bersamaan dengan pemboran dikenal sebagai

Bottom coring. sesuai dengan alat yang digunakan maka Bottom core

dibedakan menjadi:

Conventional coring yaitu coring yang menggunakan core bit biasa atau

diamond bit. Ukuran yang didapat adalah diameter antara 3 5 inchi.

Wire-Line Retrievable Coring dimana pada cara ini alat diturunkan ke dasar

sumur tanpa mengangkat drill string. Ukuran core yang diperoleh dengan

cara ini lebih kecil yaitu 1 18 1 34 inchi dan panjang 10-20 ft.
2. Sidewall Coring yaitu coring yang dilakukan setelah pemboran umumnya

digunakan untuk mengambil sample/contoh pada interval tertentu (yang

dipilih) yang telah dibor. Sample diambil dari dinding lubang bor dengan

diameter 34 1 316 inchi dan panjang 34 1 inchi.

2.4.3 Pemboran Campuran (Touched-to-coring-Drilling)

Pemboran ini merupakan gabungan pemboran terbuka dan pemboran inti.

Cara kerja dari pemboran ini adalah diawali dengan pemboran inti kemudian

apabila pecahan (cutting) yang mengindikasi keberadaaan batuan atau endapan

target misalkan batu bara, maka rangkaian bor akan diangkut dari dalam lubang

bor untuk diganti menggunakan tabung inti dan pemboran dilanjutkan dengan

pemboran inti.

2.5 Peralatan Pemboran

Beberapa komponen atau peralatan pemboran yang diperlukan untuk

kegiatan pemboran diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Mesin Bor

Beberapa hal penting yang harus diperhatikan dan dipertimbangkan dalam

pemilihan mesin bor yang digunakan, diantaranya meliputi:

a. Tipe/ model mesin bor

b. Diameter lubang

c. Sliding stroke

d. Berat mesin bor


e. Power unit

f. Kemampuan rotasi/ tumbuk per satuan waktu

g. Hoisting capacity (kapasitas)

h. Dimensi (panjang x lebar x tinggi)

Didalam pemboran ada beberapa jenis mesin bor diantaranya adalah sebagai

berikut:

a. Mesin Bor Tumbuk

Mesin bor tumbuk yang biasanya disebut cable tool atau spudder rig yang

diopersikan dengan cara mengangkat dan menjatuhkan alat bor berat secara

berulang- berulang ke dalam lubang bor. Mata bor akan memecahkan batuan

terkonsolidasi menjadi kepingan kecil,atau akan melepaskan butiran butiran

pada lapisan.Kepingan atau hancuran tersebut merupakan campuran lumpur dan

fragmen batuan pada bagian dasar lubang, jika di dalam lubang tidak dijumpai air,

perlu ditambahkan air guna membentuk fragmen batuan (slurry).Pertambahan

volume slurry sejalan dengan kemajuan pemboran yang pada jumlah terentu akan

mengurangi daya tumbuk bor.

Bila kecepatan laju pemboran sudah menjadi sangat menjadi sangat lambat,

slurry diangkat ke permukaan dengan menggunakan timba (bailer) atau sand

pump. Beberapa factor yang mempengaruhi kecepatan laju pemboran (penetrasi)

dalam pemboran tumbuk diantaranya adalah:


1) Kekerasan lapisan batuan

2) Diameter kedalam lubang bor

3) Jenis mata bor

4) Kecepatan dan jarak tumbuk

5) Beban pada alat bor

Kapasitas mesin bor tunbuk sangat tergantung pada berat perangkat

penumbuk yang merupakan fungsi dari diameter mata bor, diameter dan panjang

drill-stemnya. Adapun beberapa kelebihan dan kekurangan mesin bor tumbuk jika

dibandingkan denngan mesin bor putar dapat dijelaskan sebagai berikut:

Kelebihannya:

Ekonomis:

- Harga lebih murah sehingga depresiasi lebih kecil

- Biaya transportasi lebih murah

- Biaya operasi dan pemeliharaannya lebih rendah

- Penyiapan rig untuk pemboran lebih cepat

- Menghasilkan contoh pemboraan yang lebih baik

Tanpa sistem sirkulasi.

Lebih mempermudah pengenalan lokasi akifer

Kemungkinan kontaminasi karena pemboran relative lebih kecil


Kekurangannya:

Kecepatan laju pemboran rendah

Sering terjadi sling putus

Tidak bisa mendapatkan core

Tidak memiliki saran pengontrol kestabilan lubang bor

Terbatasnyaa personil yang berpengalaman

- Pada formasi yang mengalami swelling clay akan menghadapi banyak

hambatan

b. Mesin Bor Putar

Jenis mesin bor yang mempuyai mekanisme yang paling sederhana, untuk

memecahkan batuan menjadi kepingan kecil, mata bor hanya mengandalkan

putaran mesin dan beban rangkaian stang bor. Jika pemboran dilakukan pada

formasi batuan yang cukup keras, maka rangkain stang bor dapat ditambah

dengan stang pemberat. Kepingan batuan yang hancur oleh gerusan mata bor akan

terangkat ke permukaan karena dorongan fluida. Contoh yang populer dari jenis

ini adalah meja putar dan elektro motor.Pada jenis meja putar, putaran vertical

yang dihasilkan oleh mesin penggerak dirubah menjadi putaran horizontal oleh

sebuah meja bulat yang ada pada bagian bawahnya terdapat alur alur yang

berpola konsentris, sedangkan pada elektro motor, energi mekanik yang

digunakan untuk memutar rangkaian stang bor berasal dari generator listrik yang

dihubungkan pada sebuah elektro motor.


c. Mesin Bor- Hidrolik

Pada mesin bor putar hidrolik, pembebanan pada mata bor terutama diatur

oleh sistem hidrolik yang terdapat pada unit mesin bor, disamping beban yang

berasal dari berat stang bor dan mata bor. Cara kerja dari jenis mesin bor ini adala

mengombinasikan tekanan hidrolik, stang bo dan putaran mata bor di atas formasi

batuan.

Formasi batuan yang tergerus akan terbawa oleh fluida bor ke permukaan melalui

rongga anulus atau melalui rongga stang bor yang bergantung pada sistem

sirkulasi fluida bor yang digunakan.

Adapun contoh mesin bor putar hidrolik adalah:

Top Drive

Unit pemutar pada jenis Top Drive bergerak turun naik pada menara,

tenaganya berasal dari unit transmisi hidrolik yang digerakkan oleh pompa.

Penetrasinya dapat langsung sepanjang stang bor yang dipakai (umumnya

sepanjang 3,6m-9 m), sehingga jenis mempuyai kinerja yang paling baik.

Spindle

Pada jenis ini pemutarannya bersifat statis, kemajuan pemboran sangat

dipengaruhi oleh panjang spindle (umumnya antara 60 m 100 m), dan

tekanan hidrolik yang dibutuhkan.


2. Pompa atau Kompresor

Pada tahap pemboran lumpur dan kompresor berfungsi sebagai sumber

tenaga untuk mensirkulasikan fluida bor. Jika fluida bor yang digunakan adalah

lumpur, maka sebagai sumber tenaga adalah pompa lumpur, dan jika fluida bor

yang digunakan adalah udara maka sumber tenaganya adalah kompresor.

Adapun hal hal yang penting diperhatikan pada kompresor adalah:

a. Tekanan udara yang dihasilkan

b. Volume udara yang dihasilkan per satuan waktu

3. Stang Bor

Stang bor merupakan pipa yang terbuat dari baja, dimana bagian pipa

ujung ujungnya terdapat ulir, dimana fungsinya sebagai penghubung antara dua

buah stang bor.Dalam kegiatan pemboran, stang bor berfungsi sebagai:

a. Menstranmisikan putaran, tekanan, dan tumbuka yang dihasilkan oleh mesin

bor menuju mata bor.

b. Jalan keluar masuknya fluida bor

Panjang stang bor yang umum digunakan dalam operasi pemboran adalah 10

ft (3m) dan 30 ft (9m), tetapi hal ini bisa berubah tergantung dengan tujuan

dan efisiensi pemboran.

Adapun rangkaian stang bor yang digunakan dalam operasi pemboran

tergantung dari mekanisme pemboran yang diterapkan.


a. Rangkaian Stang Bor pada Mesin Bor Putar.

Rangkaian stang bor pada pemboran putar hamper semuanya sama seperti

pada penyambungan pipa air. Stang bor yang dipakai pada pemboran

mempuyai banyak ukuran, hal ini berkaitan dengan diameter luar, diameter

dalam , jenis ulir dan sebagainya. Setiap pabrik biasanya memiliki klasifikasi

yang berbeda.

b. Rangkaian Stang Bor pada Mesin Bor Tumbuk.

Rangkaian stang bor pada mesin bor tumbuk terdiri dari:

1) Mata bor pahat.

2) Drill stem, sebagai pemberat dan pelurus lubang.

3) Drilling jars, sepasang batang baja yang bertaut yang dimasukkan untuk

melepaskan bit jika tejepit dengan sentakan ke atas.

Swivel socket, adalah penghubung antara sling dan alat bor , diperlukan

untuk meneruskan putaran kabel ke alat bor, di perlukan untuk meneruskan

putaran kabel ke alat bor agar pahat dapat menumbuk ke segala sisi sehingga

lubang bo rlurus. Adapun stang bor yang digunakan dalam pemboran air tanah

tersebut adalah panjang stang bor yang digunakan adalah 30 ft atau yang

berukuran 9 m.
4. Pipa Casing

Di dalam operasi pemboran pipa casing berfungsi untuk menjaga lubang

bor dari colaps (keruntuhan) dan peralatan pemboran lain dari gangguan

gangguan.

Ada dua tipe untuk menghubungkan pipa casing, yaitu:

a. Tipe Flash Joint, dimana penghubungan antara pipa satu dengan pipa lainya

dilakukan secara langsung.

b. Tipe Flash Coupled, dimana penghubungan antara pipa menggunakan sebuah

coupling.

Beberapa komponen yang terdapat dalam casing, diantaranya adalah:

a. Casing Swivel, alat ini untuk menghubungkan antara pipa casing dan stang

bor,

b. Casing Head, Alat ini dipasang di bagian atas casing, untuk melindungi drat

casing bagian atas,

c. Casing Shoe, alat ini digunakan untuk melindungi casing bagian bawah dari

kerusakan

d. Casing Cutter, digunakan pada saat apabila didalam lubang casing terjadi

masalah, fungsinya untuk memotong casing pada titik yang diinginkan,

e. Casing Band, alat ini digunakan untuk menjepit pipa casing selama operassi

pengangkatan dan Penurunan.


5. Mata Bor

Mata bor merupakan salah satu komponen dalam pemboran yang

digunakan khususnya sebagai alat pembuat lubang (hole making tool). Gaya yang

bekerja pada bit agar bit dapat bekerja sesuai dengan yang diharapkan secara garis

besar terbagi atas dua macam, yaitu gaya dorong dan gaya putar. Keekfetifan

penetrasi yang dilakukan pada pemboran tergantung pada kedua gaya jenis ini.

Gaya dorong dapat dihasilkan melalui tumbukan yang dilakukan pada

pemboran tumbuk, pemuatan bit, tekanan di bawah permukaan. Gaya putar dapat

dihasilkan pada mekanisme pemboran putar dengan bantuan mesin putar mekanik

yang dapat memutar bit (setelah ditransmisikan oleh stang bor) dan dengan

bantuan gaya dorong static mengabrasi batuan yang ditembus. Gaya dorong yang

bersifat static yang secara tidak langsung turut menunjang gaya- gaya tersebut

diatas misalnya berat dari stang bor dan berat rig.

2.6 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja Pemboran

2.6.1 Sifat Fisik Batuan

Sifat fisik batuan berpengaruh pada penetrasi pemboran serta kemajuan

pemboran itu sendiri yaitu antara lain:

1. Kekerasan

Kekerasan adalah tahanan dari suatu bidang permukaan halus terhadap

abrasi, kekerasan yang dipakai untuk mengukur sifat-sifat teknis dari material

batuan dan dapat juga dipakai untuk mengukur berapa besar tengangan yang
diperlukan untuk menyebabkan kerusakan pada batuan. Kekerasan batuan

merupahkan suatu fungsi dari kekerasan, komposisi butiran mineral, porositas,

dan derajat kejenuhan serta merupahkan hal yang utama yang harus diketahui,

karena setelah mata bor menetrasi batuan, maka akan menentukan tingkat

kemudahan pemboran.

Tabel 2.1
Skala kekerasan batuan

Klasifikasi Skala Mohs Kuat Tekan Batuan


(MPa)
Sangat Keras +7 + 200
Keras 67 120 - 200
Kekerasan 4.5 6 60 - 120
Sedang 3 4.5 30 - 60
Cukup Lunak
Lunak 2-3 10 - 30
Sangat Lunak 1-2 - 10

2. Kekuataan (strength)

Kekuatan mekanik dari suatu batuan adalah suatu sifat dari kekuatan

terhadap gaya luar, baik itu kekuatan statik maupun dinamik pada prinsipnya

kekuatan batuan tergantung pada komposisi mineralnya. Diantara mineral-mineral

yang tergantung didalam batuan.

3. Elastisitas

Sifat elastisitas batuan dinyatakan dengan Modulus Young (E), dan nisbah

Poisson (). Modulus elastisitas merupakan faktor kesebandingan antara tegangan


normal dengan regangan relatifnya, sedangkan nisbah Poisson merupakan

kesebandingan antara regangan lateral dengan regangan aksial. Modulus

elastisitas sangat tergantung pada komposisi mineralnya, porositas, jenis

perpindahan, dan besarnya beban yang diterapkan.

4. Abrasivitas

Abrasivitas adalah sifat batuan untuk menggores permukaan mineral lain,

ini merupakan suatu parameter yang mempengaruhi keausan (umur) mata bor dan

batang bor. Faktor yang mempengaruhi abrasivitas batuan adalah:

Kekerasan batuan

Bentuk butir

Ukuran butir

Porositas batuan

Ketidaksamaan penyusun batuan

5. Plastisitas

Plastisitas batuan merupakan perilaku batuan yang menyebabkan deformasi

tetap setelah tegangan dikembalikan ke kondisi awal, dimana batuan tersebut

belum hancur. Sifat plastis tergantung pada komposisi mineral penyusun batuan.

Tabel 2.2

Sifat Fisik Dan Mekanik dari Batuan Sedimen

Batuan Sedimen Modulus Elastisitas Nisbah Porositas

104 x (MPa) Poisson

Dolomit 1,96 8,24 0,08 0,2 0,27 4,10

Limestone 0,98 7,85 0,1 0,2 0,27 4,10


Sandstone 0,49 8,43 0,066 0,125 1,62 26,40

Shale 0,8 3,0 0,11 0,54 20,0 50,0

6. Tekstur Batuan

Tekstur suatu batuan menunjukkan hubungan antaa mineral-mineral

penyusun batuan, sehingga dapat diklasifikasikan berdasarkan dari sifat-sifat

porositas ikatan antar butir, bobot isi, dan ukuran butir. Tekstur juga

mampengaruhi kecepatan pemboran.

7. Struktur Geologi

Penyesuaian kelurusan lubang ledak, aktivitas pemboran, dan kemantapan

lubang ledak dipengaruhi oleh struktur geologi seperti patahan, rekahan, kekar,

bidang perlapisan.

8. Karakteristik Pecahan

Karakteristik pecahan dapat digambarkan seperti perilaku batuan ketika

dipukul. Tiap-tiap tipe batuan mempunyai karakteristik pecah yang berbeda dan

ini berhubungan dengan tekstur, komposisi mineral, dan tekstur.

2.6.2 Rock Drillability

Drilabilitas batuan adalah temperatur mudah tidaknya mata bor melakukan

penetrasi ke dalam batuan. Drilabilitas batuan merupakan fungsi dari sifat batuan

seperti komposisi mineral, tekstur, ukuran butir dan tingkat pelapukan.

2.6.3 Umur dan Kondisi Mesin Bor

Presentasi kerja suatu alat sangat ditentukan oleh manajemen peralatan,

kondisi kerja dan kondisi alat iu sendiri, alat yang baru tidak akan produktif bila
managemen schedulingnya tidak tepat, lebih-lebih untuk alat yang umur pakainya

sudah lama (diatas 5 tahun). Alat yang sudah lama digunakan biasanya

kemampuan dalam kegiatan pemboran akan menurun sehingga akan berpengaruh

terhadap kecepatan pemboran, kecepatan pemboran juga dipengaruhi oleh umur

mata bor. Untuk menilai kondisi suatu alat bor dapat dilakukan dengan

mengetahui empat tingkat keteksediaan alat, yaitu:

2.6.4 Ketrampilan Operator Mesin

` Ketrampilan operator dapat diperoleh dari ketrampilan dan pengalaman

kerja ini sangat sulit dinilai secara kuantitatif kecuali hanya berdasarkan catatan

histories dari kinerja alat dan altitude tiap operator. Masalah kedisiplinan serimg

dijadikan oleh pihak managemen dalam menilai karyawannya, tetapi hal ini tidak

dapat dijadikan kondisi kerja secara keseluruhan.

2.6.5 Core Recavery

Core Recavery : Perbandingan inti bor yang diperoleh dengan kemajuan

pemboran yang dicapai.

Core Recavery=Panjang core sample x 100% ........................(2.1)


Panjang coring yang dilakukan

2.7 Hambatan-hambatan Teknis pada Operasi Pemboran

Macam-macam hambatan sering terjadi, hambatan ini sering timbul sebagai hole

problems, dapat terjadi karena masalah-masalah di dalam lubang bor atau


dipermukaan, misalnya karena mesin mati, draw work rusak dan lain sebagainya,

sehingga menimbulkan gangguan di dalam lubang bor.

Hambatan-hambatan dalam pemboran ini dapat dikelompokan sebagai berikut:

1.Tidak sempurna core yang didapat

2. Caving atau shale problem

3.Hilang lumpur pemboran

4. Pipa terjepit

5. Semburan liar (blowout).

2.8 Estimasi Produksi Mesin Bor

2.8.1 Waktu Edar (cycle Time)

Waktu edar pemboran merupahkan waktu yang digunakan untuk

melakukan satu siklus pemboran untuk membuat satu lubang bor.

Ct = Bt + St + At + Pt + Dt ...................................................................(2.2)

Keterangan :

Ct = Waktu edar (menit)

Bt = Waktu pemboran(menit)

St = Waktu menyambung batang bor (menit)

At = Waktu melepas batang bor (menit)

Dt = Waktu untuk mengatasi hambatan (menit)

Pt = Waktu pindah ke lubang yang lain, dan mempersiapkan alat bor hingga

melakukan pemboran (menit)


Dari komponen-kompen diatas maka dapat diketahui kemampuan alat

bor. Kemampuan pemboran dapat dirumuskan sebagai berikut :

P= ExWx60menit/jam ...............................................................(2.3)
ct
Keterangan:

E = efisiensi kerja (%)

W = waktu kerja yang tersedia setiap hari (jam/hari)

Ct = waktu edar (menit)

P = kemampuan lubang bor (lubang/hari)

2.8.2 Efisiensi Kecepatan Pemboran

Efisiensi kerja adalah perbandingan antara waktu kerja produktif dengan

waktu kerja yang tersedia. Dalam perhitungan efisiensi kerja alat bor perlu

dikketahui waktu kerja yang tersedia sesuai dengan waktu yang dijadwalkan oleh

perusahaan dan waktu pengoperasiannya secara produktif dilapangan.

Efisiensi kerja dapat dihitung dengan menggunakan persamaan sebagai berikut :

E= We X 100% .................................................................................(2.4)
W

Dengan, We = W- (Wth+Wdh)

Keterangan:

We = Waktu kerja efektif perhari (menit)

W = Waktu kerja yang tersedia setiap hari (menit)

Wth = Waktu hambatan yang tidak dapat dihindari (menit)

Wdh = Waktu hambatan yang dapat dihindari (menit)


2.8.3 Kecepatan Pemboran

Kecepatan pemboran adalah kedalaman yang dapat dicapai oleh suatu kali

bor dalam waktu tertentu. Operasi pemboran dapat dikatakan baik atau tidak dapat

diketahui dari kecepatan pemboran itu sendiri, maka untuk menghitung kecepatan

pemboran tersebut perlu diketahui terlebih dahulu mengenai:

a. Kedalaman lubang bor (H)

b. Waktu bor (Bt)

Kecepatan pemboran dapat diketahui dengan menggunakan persamaan

berikut :

Vt = H/ Wb .......................................................................................(2.5)
Keterangan :
Vt = Kecepatan Pemboran (meter/menit)
H = Kedalaman lubang bor (meter)
Bt = Waktu Bor (menit)
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Lokasi

Lokasi penelitian berada di Desa Tamma Kecamatan Pahunga Lodu

Kabupaten Sumba Timur sebagai tempat pengambilan data primer dan sampel

batuan dan selanjutnya untuk keperluan tugas akhir diuji pada Laboratorium

Teknik Sipil Universitas Nusa Cendana Kupang.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini berlangsung dari bulan Desember sampai Februari 2016.

3.2. Tahapan Penelitian

1. Studi Literatur

Tahapan ini dilakukan sebelum maupun selama penelitian berlangsung.

Literatur yang digunakan berasal dari jurnal-jurnal penelitian, skripsi, maupun

artikel yang dimuat di internet.

2. Pengamatan Lapangan

Kegiatan pengamatan lapangan ini perlu dilakukan pada awal kegiatan

penelitian untuk mengetahui langkah-langkah selanjutnya yang akan dilakukan

dalam penelitian. Pada tahap ini dilakukan pengamatan awal terhadap kondisi

aktual dari lokasi yang akan dilakukan penelitian.


3. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diambil dari data yang sudah ada dalam

hal ini diperoleh baik dari arsip-arsip perusahaan. Data tersebut antar lain peta

geologi, peta lokasi kesampaian daerah penelitian, dan data curah hujan dan titik

koordinat lubang bor.

4. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dalam penelitian,

yaitu data dari hasil pengamatan langsung di lokasi pemboran dan hasil uji

laboratorium.

5. Penyusunan Laporan Penelitian

Hasil yang didapat dari pengalamatan dilokasi dan analisis laboratorium

kemudian disajikan dalam bentuk suatu laporan penelitian.


3.3. Diagram Alir

Anda mungkin juga menyukai