Anda di halaman 1dari 26

PEMBORAN PRODUKSI

Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah


Teknik Pengeboran dan Peledakan

Dosen Pengampu:
Ir. T. Zulfikar, M.T

Oleh:
Kelompok 2

Ayu Putri Miranda 2004108010027


Raihan Syakirah 2004108010060
Ishlahul Fuadi
Muhammad Irfan
Muhammad Furqanul Adam

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SYIAH KUALA, BANDA ACEH
TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
limpahan rahmatnya penyusun dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu tanpa
ada halangan yang berarti dan sesuai dengan harapan.
Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada bapak Ir. T. Zulfikar, M.T sebagai
dosen pengampu mata kuliah Teknik Pengeboran dan Peledekan yang telah
membantu memberikan arahan dan pemahaman dalam penyusunan makalah ini.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak
kekurangan karena keterbatasan kami. Maka dari itu penyusun sangat mengharapkan
kritik dan saran untuk menyempurnakan makalah ini. Semoga apa yang ditulis dapat
bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.

Banda Aceh, 20 September 2022

Kelompok 2

2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Industri pertambangan tidak lepas dari kegiatan pengeboran, sehingga
diperlukan mesin bor dengan kualitas yang bagus dan dapat selalu bekerja secara
maksimal. Selain di bidang pertambangan, pengeboran juga dilakukan untuk berbagi
macam kegiatan misalnya ekplorasi mineral batu bara, peledakan, ventilasi tambang,
penirisan tambang, perolehan data geologi, keperluan perhitungan cadangan,
pengontrolan tambang, serta pembuatan lubang pipa air untuk pdam dan kabel listrik
untuk pln, eksplorasi dan produksi minyak, geoteknik, eksplorasi dan produksi air
tanah, eksplorasi dan produksi gas, dan masih banyak lagi.
Pemboran merupakan kegiatan yang pertama kali dilakukan dalam suatu
operasi peledakan batuan. Kegiatan ini bertujuan untuk membuat sejumlah lubang
ledak yang nantinya akan diisi dengan sejumlah bahan peledak untuk di ledakkan.
Bukan hanya untuk pembuatan lubang ledak tetapi pemboran memiliki fungsi lain
seperti pengumpulan data sebaran cadangan. Karena pentingnya kegiatan pemboran
maka perlu adanya materi yang menjelaskan tentang pemboran serta segala sesuatu
yang ada di dalam kegiatan pemboran secara terperinci sebagai bahan pembantu atau
penuntun dalam melakukan kegiatan pemboran.

1.2 Rumusan Masalah


Dari latar belakang diatas dapat diperoleh beberapa rumusan masalah yaitu:
a. Apa saja jenis jenis mata bor serta fungsi pada setiap jenis mata bor?
b. Apa saja macam macam alat bor?
c. Bagaimana pemboran produksi itu?
3
1.3 Tujuan Penulisan
Dari rumusan masalah diatas dapat dambil beberapa tujuan, diantaranya :
a. Untuk mengetahui tentang jenis mata bor beserta fungsinya
b. Untuk memahami tentang macam macam alat bor
c. Untuk mengetahui pemboran produksi itu bagaimana.

4
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Penjelasan Mata Bor


Bit/Mata Bor merupakan salah satu komponen dalam pengeboran yang
digunakan khsusunya sebagau alat pembuat lubang (hole making tool). Gaya yang
bekerja pada bit agar bit dapat dibagi menjadi dua macam yaitu pada gaya dorong
(tekan) dan gaya putar.
Gaya dorong pada bit dihasilkan dari tunbukan oleh pengeboran tumbuk
(percussive drilling), pemuatan bit (bit loading), dan tekanan di bawah permukaan.
Sedangkan gaya putar berasal dari mekanisme pengeboran putar (rotary drilling)
dengan bantuan mesin putar mekanik yang akan menyalurkan tenang untuk memutar
bit. Berat rangkainan stang bor dan berat rig turut menunjang tekanan pada gaya
dorong.

2.2 Jenis Jenis Mata bor dan Fungsinya


2.2.1 Drag Bit
Merupakan bit pada rotary drilling tertua yang masih tetap dipakai. Drag
dipakai untuk formasi batuan sangat lunak dan lunak. Drag bit tidak mempunyai
roda-roda yang dapat bergerak dan member dengan gaya keruk dari bladenya.

2.2.2 Roller Cone


Merupakan bit yang mempunyai kerucut (cone) yang dapat berputar untuk
menghancurkan batuan. Pada masing-masing cone terdapat gigi-gigi. Gogo yang
relative panjang dan jarang atau renggang di gunakan pada pemboran formasi lunak,

5
sedangkan gig yang relatif pendek dan berdekatan digunakan utnuk menembus
formasi batuan yang sedang sampai keras.
.

Gambar Roller Cone Bit

2.2.3 Diamond Bit


Pengeboran dengan menggunakan diamond bit sifatnya bukan penggalian,
tetapi berprinsip pada proses penggoresan dari butir-butir intan yang dipasang pada
matrix besi sehingga laju pemboran yang terjadi adalah lambat.
Pemakaian intan dipertimbangkan karena intan dianggap zat padat yang
paling keras san abrasive, dan pada prakteknya pemakaian diamond bit pada operasi
pemboran mempunyai umur yang relatif panjang (awet) sehingga mengurangi
frekuensi round trip, dengan demikian akan mengurangi biaya pemboran.

6
Gambar Diamond Bit
2.3 Alat – Alat Pemboran
Dalam sejarah pemboran telah banyak jenis-jenis alat bor yang di pakai,
berikut adalah contoh alat-alat bor yang di pakai:
2.3.1 Bor Tangan (Hand drill)
Penggunaan alat ini baisanya pada kegiatan eksplorasi dangkal seperti placer
deposit dan residual deposit. Ada dua jenis alat bor, yaitu bor tangan spiral
(auger drill) dan bor bangka.

2.3.1.1 Bor Tangan Sporal (Auger Drill)


Bor ini seperti penutup tuutp botol dan dapat di putar dengan beberapa tang
yang hanya dapat mencapai kedalaman beberapa meter saja.

7
2.3.1.2 Bor Bangka
Alat bor ini dikembangkan di Indoensia, dimana suatu alat selubung atau
casing yang di beri platform dan di atasnya ada bebeapa orang yang bekerja tetapi
prinsipnya sama dengan bor spiral atau tumbuk.

2.3.2 Bor Mesin Putar (Drilling Rig)


Alat bor ini dinilai dari kemampuan mencapai kedalaman, kemampuan
pengambilan contoh, kemampuan memnentukan arah, dan kemampuan bergerak di
suatu medan. Oleh karena hal itu maka mesin bor ini dapat di bagi manjadi:

2.3.2.1 Bor Mesin Ringan (Portable Drilling Rig)


Yang khas pada mesin ini adalah bagian bagian pada mesin ini dapat di preteli
dan di bawa secara manual, biasanya hanya baiasa mencapai kedalaman 50 m saja.

8
2.3.2.2 Bor Inti (Core Drill Rig)
Alat ini adalah alat standar yang paling popular untuk kegiatan eksplorasi
yang dimana alat bor ini menggunakan mata bor dari intan.

2.3.2.3 Bor Putar Biasa (Rotary Drill Rig)


Mesin ini dinamakan demikian karena gerak dari sumber penggerak/mesin di
transmisikan pada batang bor pada meja putar (rotary table) sehingga hanya dapat
member vertikal ke bawah.

9
2.3.2.4 Bor-alir Balik (Counterflush Drill Rig)
Air pembilas masuk dari casing, keluar melalui pipa bor, membawa contoh
yang tidak bercampur dengan rontokan dari dinding lubang bor namun untuk
mendapatkan ke dalam contoh ini harus memperhitungkan kecepatan tidak seteliti bor
inti.

2.3.3 Bor Mesin Tumbuk (Cable Tool)


Jenis mesin ini sudah jarang dilakukan dalam eksplorasi batuan di pecah
dengan pahat yang di tumbuk dan contoh diambil menggunakan bailer atau drive
sampler. Ada beberapa jenis mesin bor tipe perkusi ini yaitu:

2.3.3.1 Bor Tumbuk Tali Kawat (Cable Tool Rig)


Ini adalah alat bor tertua yang biasanya di pakai untuk pengeboran minyak
berbentuk menara segitiga yang di lengkapi sistem katrol.

10
2.3.3.2 Bor Tumbuk Biasa (Wagon Drill)
Bor tumbuk ini digunakan untuk batuan keras dalam operasi pertambangan.
Biasanya dipasang di suatu truk atau tractor agar mudah di operasikan ke segala arah.

2.3.3.3 Bor Palu (Hammer Drill)


Pada dasarnya bor palu dan bor tumbuk biasa adalah sama hanya saja
ukurannya yang kecil dan dapat digunakan menggunakan tangan langsung dan hanya
dapat mencapai kedalaman 30 m saja.

11
2.3.3.4 Bor Palu Dalam Lubang (Down-Hole Hammer Drill)
Pada alai bor ini palu dipadatkan langsung dipasang diatas drive sampler,
berbentuk suatu silinder yang bergerak turun-naik secara lancer dan digerakkan oleh
udara tertekan dari kompresor melalui pipa bor. Dapat mencapai kedalaman rata-rata
80-100 meter, tetapi dapat juga di rancang menggunakan casing sehingga dapai
mencapai kedalaman rata-rata 300-1000 meter.

2.3.3.5 Bor Tumbuk Dengan Drive Sampler (Wagon Drill with Drive Sampler)
Perkembangan dari bor tumbuk adalah pemasangan apa yang disebut dengan
drive sampler sebagai pengganti mata bor. Alat bor ini hanya cocok digunakan untuk
lapisan tanah sedimen lepas.

12
2.4 Peralatan Produksi
Tahap operasi produksi dimulai apabila sumur telah selesai dikomplesi (Well
Completion), dimana tipe komplesi yang digunakan terutama tergantung pada
karakteristik dan konfigurasi antar formasi produktif dengan formasi diatas dan
dibawahnya, tekanan formasi, jenis fluida dan metoda produksi.
Metoda produksi yang selama ini dikenal, meliputi metoda sembur alam
(Flowing Well) dan metoda pengangkatan buatan (Artificial Lift). Metoda sembur
alam diterapkan apabila tenaga alami reservoir masih mampu mendorong fluida ke
permukaan, sedangkan metoda pengangkatan diterapkan apabila tenaga alami
reservoir sudah tidak mampu mendorong fluida ke permukaan.
Setelah fluida sumur sampai ke permukaan, fluida dialirkan ke block station
(BS) melalui pipa-pipa alir untuk dilakukan pemisahan air, minyak, dan gas bumi.
Gas hasil pemisahan, selain dapat langsung dimanfaatkan untuk industri dapat pula
digunakan injeksi gas lift atau pressure maintenance, sedangkan minyak bumi (crude
oil) umumnya ditampung terlebih dahulu di pusat pengumpulan minyak (PPM)
sebelum dikirim ke pengilangan atau terminal untuk dikapalkan.
Untuk operasi produksi lepas pantai, diperlukan fasilitas produksi lepas pantai
berupa anjungan produksi (platform) untuk menempatkan peralatan produksi
wellhead X-mastree sampai fasilitas pemisahan (satelit): floating tanker untuk
menampung crude oil serta mooring untuk pengapalan. Di beberapa tempat dijumpai
pula bahwa X-mastree manifold dan tangki pengumpul tidak ditempatkan di anjungan
tetapi di tempatkan di dasar laut.
Untuk operasi lapangan panas bumi (geothermal) secara prinsip tidak jauh
beda dengan operasi lapangan migas. Akan dijumpai perbedaan khususnya pada
pengendalian uap akibat tekanan yang cukup tinggi dan adanya amplitudo yang

13
cukup besar antara suhu uap dan suhu permukaan bumi, sistem pemisahan dan
pemanfaatan energi.

2.4.1 Komplesi Sumur (Well Completion).


Setelah pemboran mencapai target pemboran (formasi produktif), maka sumur
perlu dipersiapkan untuk dikomplesi. Persiapan sumur untuk dikomplesi bertujuan
untuk memproduksikan fluida hidrokarbon ke permukaan. Komplesi sumur demikian
dikenal dengan istilah Well Completion.
Komplesi sumur meliputi bagian tahapan operasi produksi, yaitu:
1. Tahap pemasangan dan penyemenan pipa selubung produksi (production casing).
2. Tahap perforasi dan atau pemasangan pipa liner.
3. Tahap penimbaan (swabbing) sumur.

Kriteria umum untuk klarifikasi metode well completion didasarkan pada


beberapa faktor, yaitu :
 Down-hole completion atau formation completion, yaitu membuat hubungan antar
formasi produktif dengan tiga metoda, yaitu:
1. Open-hole completion (komplesi sumur dengan formasi produktif terbuka).
2. Cased-hole completion atau perforated completion (komplesi sumur dengan
formasi produktif dipasang casing dan diperforasi).
3. Sand exclusion completion (problem kepasiran).
 Tubing completion (komplesi pipa produksi) yaitu merencanakan pemasangan atau
pemilihan pipa produksi (tubing), yaitu meliputi metode natural flow dan artificial
lift.
 Well-head completion yaitu meliputi komplesi X-mastree, casing head, dan tubing
head.
14
Perforasi merupakan pembuatan lubang menembus casing dan semen sehingga
terjadi komunikasi antara formasi dengan sumur yang mengakibatkan fluida formasi
dapat mengalir ke dalam sumur. Perforasi dapat dilakukan dengan perforator yang
dapat dibedakan atas:
a. Bullet/Gun perforator
b. Shape Charge/Jet Perforator

Swabbing adalah pengisapan fluida sumur /fluida komplesi setelah perforasi pada
kondisi overbalance dilakukan, sehingga fluida produksi dari formasi dapat mengalir
masuk ke dalam sumur dan kemudian diproduksikan ke permukaan.

2.4.2 Metode Sembur Alam


Sembur alam adalah salah satu metode pengangkatan minyak ke permukaan
dengan menggunakan tenaga atau tekanan yang berasal dari reservoir/formasi dimana
sumur berada. Metode sembur alam dipengaruhi oleh kualitas dan kuantitas dari
peralatan, baik peralatan atas maupun bawah permukaan.

Faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya produksi sumur sembur alam adalah:


 Tekanan formasi di dasar sumur
 Kedalaman sumur
 Ukuran tubing dan ukuran choke

Sumber tenaga pada metode sembur alam adalah berasal dari:


 Tekanan Overburden (Overburden Pressure).
 Tekanan Pori (Pore Pressure).

15
Well head merupakan peralatan kontrol sumur di permukaan guna menahan
semburan atau kebocoran cairan sumur ke permukaan.
X-mastree berfungsi sebagai pengaman dan pengatur aliran produksi di
permukaan.

2.4.3 Metode Artificial Lift


Metode artificial lift diterapkan apabila tenaga alami reservoir sudah tidak
mampu lagi mendorong fluida ke permukaan atau untuk maksud-maksud peningkatan
produksi.
Faktor-faktor dalam pemilihan metode artificial lift antara lain :
 Kedalaman
 Sifat fisik batuan reservoir
 Letak sumur (onshore/offshore)
 Lubang sumur (vertikal/horizontal)

Introduksi tenaga tambahan yang ada pada metode artificial lift antara lain:
a. Pompa yang terdiri dari :
 Pompa Sucker Rod
 Pompa Sentrifugal Multistage
 Pompa Hydraulik
 Pompa Jet
b. Gas lift, yang terdiri dari :
 Continous gas-lift
 Intermitten gas-lift
c. Chamber lift

16
Sucker Rod sebagai salah satu peralatan dalam artificial lift tidak dapat dipasang
di sembarang lokasi tetapi harus memenuhi syarat-syarat :
 Sumur harus lurus.
 Kedalaman sumur sedang sampai dangkal.
 Harus ada fluid level.
 Produksi gas kecil.

Prinsip kerja Sucker Rod dibedakan menjadi :


 Up-Stroke
 Down-Stroke

Keuntungan penggunaan sucker rod pump adalah :


a. Lebih efisien dan dipakai pada sumur dangkal kurang dari 200 meter.
b. Kerja pompa dapat dianalisa dengan dinamometer dan well sounded device.
Kerugian penggunaan sucker rod pump adalah :
a. Memerlukan tempat yang luas.
b. Adanya gas dalam sumur produksi dapat menyebabkan gas lock.

2.4.4 Metode Gas Lift


Metode gas lift adalah suatu metode pengangkatan fluida dari lubang sumur
dengan cara menambahkan gas dimana mempunyai tekanan cukup tinggi ke dalam
kolom minyak. Keuntungan metode gas lift adalah :
 Dapat memperbesar laju produksi.
 Kontrol tekanan mudah dilakukan.

17
 Baik untuk sumur yang dalam dan berdeviasi tinggi dan berdeviasi besar.
 Dapat dipakai pada sumur yang berkadar pasir tinggi.
2.4.5 Sistem Gathering dan Block Station
Pada jenis radial gathering system, semua flow line menuju ke header dan
langsung berhubungan dengan fasilitas pemisah. Di lapangan penempatan flow line
tidak selalu terletak pada bidang yang datar tetapi disesuaikan dengan topografi
daerah.

Separator berdasarkan bentuk dan posisinya dapat dibagi menjadi tiga yaitu :
a. Separator tegak
b. Separator datar
c. Separator bulat

Setelah fluida dipisahkan, minyak hasil pemisahan diharapkan hanya


mengandung air atau solid sangat kecil (<0,2%) dialirkan ke penampung sementara
dalam komplek Block Station.
Header merupakan salah satu peralatan transportasi berupa pipa berukuran
lebih besar dari flow line yang berfungsi menyatukan fluida produksi dan
mengalirkannya ke fasilitas pemisah.

2.4.6 Fasilitas Produksi Lepas Pantai


Pemboran di lepas pantai pada prinsipnya sama seperti pemboran di darat
tetapi lebih kompleks karena dipengaruhi oleh adanya ombak, arus laut dan angin.
Peralatan mutlak yang diperlukan adalah platform produksi untuk meletakkan
peralatan produksi. Untuk mendapatkan hasil produksi, kondisi lepas pantai harus
dapat ditanggulangi.
18
Ada beberapa tipe anjungan produksi yang umum digunakan
berdasarkan tipe anjungannya, antara lain :
a. Template platform
b. Concrete grafity platform
c. Guyed towet platform
d. Tension leg platform
e. Drill trough platform

2.4.7 Peralatan Produksi Geotermal


Peralatan pada geothermal didasarkan pada suhu, tekanan, dan fasa
fluida reservoir. Peralatan pada lapangan Geothermal sangat rawan terhadap gas
beracun bila terjadi kebocoran. Syarat adanya geothermal :

 Adanya sumber panas


 Adanya Fluida (uap &air)
 Adanya Trap
 Serta adanya fracture (rekahan)

Cyclone Separator yang digunakan pada lapangan geothermal yang


menggunakan prinsip sentrifugal dalam memisahkan fluidanya dalam hal ini uap
menjadi uap kering dan air.
Fracture dalam lapangan migas kurang menguntungkankan karena dapat
mnyebabkan lost circulation sedangkan pada lapangan panas bumi fracture
adalah sangat potensial mengingat dari sanalah steam akan mengalir.

19
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari pada makalah ini sendiri adalah untuk mengetahui
mekanisme operasi pengeboran dapat berjalan dengan baik factor pemilihan alat
adalah salah satu factor penentu keberhasilan. Dalam kegiatan pembuatan lubang
salah satu hal yang paling penting adalah pemilihan mata bork arena setiap formasi
batuan memiliki

20
DAFTAR PUSTAKA

Semua rujukan-rujukan yang diacu di dalam isi makalah harus didaftarkan di


bagian Daftar Pustaka. Isi daftar pustaka minimal harus memuat pustaka-pustaka
acuan yang berasal dari sumber yang direkomendassikan oleh dosen pengampu mata
kuliah. Sangat dianjurkan untuk menggunakan sumber acuan atau literatur yang
diterbitkan selama 10 tahun terakhir.
Penulisan Daftar Pustaka sebaiknya menggunakan aplikasi manajemen
referensi seperti Mendeley atau References Ms. Word. Bentuk font yang digunakan
adalah Times New Roman ukuran 12 pt. Spasi untuk daftar referensi adalah 1 spasi.
Daftar pustaka ditulis dengan model paragraf Hanging. Format penulisan yang
digunakan adalah sesuai dengan format APA 6th Edition (American Psychological
Association). Berikut adalah contoh penggunaan beberapa referensi.
Catatan: Penjelasan ini tidak perlu dimasukkan dalam penulisan daftar
pustaka yang sebenarnya. Demikin juga dengan tulisan bertanda *) tidak perlu
dimasukkan pada daftar pustaka sebenarnya.

Buku 1 Penulis*)
Sunarto, K. (2004). Pengantar Sosiologi. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas
Ekonomi Universitas Indonesia.

Buku 2 Penulis*)
Tubagus, A, & Wijonarko. (2009). Langkah-Langkah Memasak. Jakarta: PT
Gramedia.

Buku 3 Penulis*)
21
Leen, B., Bell, M., & McQuillan, P. (2014). Evidence-Based Practice: a Practice
Manual. USA: Health Service Executive.

Buku Lebih Dari Satu Edisi*)


Prayitno, & Amti, E. (2012). Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling (Edisi ke-10).
Jakarta: PT Rineka Cipta.

Penulis Dengan Beberapa Buku*)


Soeseno, S. (1980). Teknik Penulisan Ilmiah-Populer. Jakarta: PT Gramedia.
Soeseno, S. (1993). Teknik Penulisan Ilmiah-Populer: Kiat Menulis Nonfiksi untuk
Majalah. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Nama Penulis Tidak Diketahui / Lembaga*)


Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. (2003). Panduan Teknis Penyusunan
Skripsi Sarjana Ekonomi. Jakarta: UI Press.

Buku Terjemahan*)
Gladding, S. T. (2012). Konseling: Profesi yang Menyeluruh (6th ed.). (Terj. P.
Winarno, & L. Yuwono). Jakarta: PT. Indeks.

Buku Kumpulan Artikel/Memiliki Editor*)


Ginicola, M. M., Filmore, J. M., Smith, C., & Abdullah, J. (2017). Physical and
Mental Health Challenges Found in the LGBTQI+ Population. In M. M.
Ginicola, C. Smith, & J. M. Filmore (Eds.), Affirmative Counseling with
LGBTQI+ People (pp. 75 - 85). Alexandria, VA: American Counseling
Association.
22
Artikel Jurnal / Ensiklopedi*)
Ruini, C., Masoni, L., Otolini, F., & Ferrari, S. (2014). Positive Narrative Group
Psychotherapy: The Use of Traditional Fairy Tales to Enhance Psychological
Well-Being and Growth. Journal Psychology of Well-Being, 4 (13), 1-9.

Artikel Jurnal dengan Lebih dari 7 Penulis*)


Gilbert, D. G., Mcclernon, J. F., Rabinovich, N. F., Sugai, C., Plath, L. C.,Asgaard,
G., … Botros, N. (2004). Effects of quitting smoking on EEG activation and
attention last for more than 31 days and are more severe with stress,
dependence, DRD2 Al allele, and depressive traits. Nicotine and Tobacco
Research, 6, 249—267

Artikel Jurnal dengan DOI*)


Herbst-Damm, K. L., & Kuhk, J. A. (2005). Volunteer support marital status, and the
survival times of terminally ill patients. Health Psychology, 24, 225-229. doi:
10.1037/0278-6133.24.2.225

Artikel dalam Prosiding Online*)


Herculano-Houzel, S., Collins, C. E., Wong, R, Kaas, J. H., & Lent R. (2008). The
basic nonuniformity of the cerebral cortex. Proceedings of the National
Academy of Sciences, 105, 12593—12598. doi:1 0. 1 073/pnasQ80541 7105

Artikel dalam Prosiding Cetak*)


Katz, I., Gabayan, K., & Aghajan, H. (2007). A multi-touch surface using multiple
cameras. In J. Blanc-Talon, W. Philips, D. Popescu, & P. Scheunders (Eds.),
23
Lecture Notes in Computer Science: Vol. 4678. Advanced Concepts for
intelligent Vision Systems (pp. 97—108). Berlin, Germany: Springer-Verlag.

Majalah*)
Susanta, R. (Juni 2010). “Ambush Marketing”. Marketing, 140 (2), 15-17.

24
Majalah Online*)
Susanta, R. (Juni 2010). “Ambush Marketing”. Marketing, 140 (2), 15-17. Diakses
dari: http//majalahmarketing.com//

Surat Kabar*)
Irawan, A. (24 September 2010). “Impor Beras dan Manajemen Logistik Baru”.
Koran Tempo, A11.

Skripsi/Tesis/Disertasi Tidak Terpublikasi*)


Nurgiri, M. (2010). Antropologi Indonesia (Skripsi Tidak Terpublikasi). Sarjana
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, Jakarta.

Skripsi/Tesis/Disertasi dari Sumber Online*)


Haryadi, R. (2017). Pengembangan Model Evidence-Based Community Counseling
untuk Meningkatkan Kesejahteraan Psikologis pada Subyek Eks-Pecandu
NAPZA di Kota Semarang (Tesis, Pascasarjana Universitas Negeri
Semarang). Diakses dari: http//pps.unnes.ac.id//tesis/rudiharyadi/

Video*)
American Psychological Association. (Produser). (2000). Responding therapeutically
to patient expressions of sexual attraction [DVD]. Tersedia di
http://www.apa.org/videos/

Serial Televisi

25
Egan, D. (Penulis), & Alexander, J. (Pengarah). (2005). Failure to communicate
[Episode Seri Televisi]. In D. Shore (Produser Pelaksana), House. New York,
NY: Fox Broadcasting.

Musik Rekaman*)
Lang, K.D. (2008). Shadow and the frame. On Watershed [CD]. New York, NY:
Nonesuch Records.

26

Anda mungkin juga menyukai