Dosen Pengampu:
Ir. T. Zulfikar, M.T
Oleh:
Kelompok 2
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
limpahan rahmatnya penyusun dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu tanpa
ada halangan yang berarti dan sesuai dengan harapan.
Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada bapak Ir. T. Zulfikar, M.T sebagai
dosen pengampu mata kuliah Teknik Pengeboran dan Peledekan yang telah
membantu memberikan arahan dan pemahaman dalam penyusunan makalah ini.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak
kekurangan karena keterbatasan kami. Maka dari itu penyusun sangat mengharapkan
kritik dan saran untuk menyempurnakan makalah ini. Semoga apa yang ditulis dapat
bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.
Kelompok 2
2
BAB I
PENDAHULUAN
4
BAB II
PEMBAHASAN
5
sedangkan gig yang relatif pendek dan berdekatan digunakan utnuk menembus
formasi batuan yang sedang sampai keras.
.
6
Gambar Diamond Bit
2.3 Alat – Alat Pemboran
Dalam sejarah pemboran telah banyak jenis-jenis alat bor yang di pakai,
berikut adalah contoh alat-alat bor yang di pakai:
2.3.1 Bor Tangan (Hand drill)
Penggunaan alat ini baisanya pada kegiatan eksplorasi dangkal seperti placer
deposit dan residual deposit. Ada dua jenis alat bor, yaitu bor tangan spiral
(auger drill) dan bor bangka.
7
2.3.1.2 Bor Bangka
Alat bor ini dikembangkan di Indoensia, dimana suatu alat selubung atau
casing yang di beri platform dan di atasnya ada bebeapa orang yang bekerja tetapi
prinsipnya sama dengan bor spiral atau tumbuk.
8
2.3.2.2 Bor Inti (Core Drill Rig)
Alat ini adalah alat standar yang paling popular untuk kegiatan eksplorasi
yang dimana alat bor ini menggunakan mata bor dari intan.
9
2.3.2.4 Bor-alir Balik (Counterflush Drill Rig)
Air pembilas masuk dari casing, keluar melalui pipa bor, membawa contoh
yang tidak bercampur dengan rontokan dari dinding lubang bor namun untuk
mendapatkan ke dalam contoh ini harus memperhitungkan kecepatan tidak seteliti bor
inti.
10
2.3.3.2 Bor Tumbuk Biasa (Wagon Drill)
Bor tumbuk ini digunakan untuk batuan keras dalam operasi pertambangan.
Biasanya dipasang di suatu truk atau tractor agar mudah di operasikan ke segala arah.
11
2.3.3.4 Bor Palu Dalam Lubang (Down-Hole Hammer Drill)
Pada alai bor ini palu dipadatkan langsung dipasang diatas drive sampler,
berbentuk suatu silinder yang bergerak turun-naik secara lancer dan digerakkan oleh
udara tertekan dari kompresor melalui pipa bor. Dapat mencapai kedalaman rata-rata
80-100 meter, tetapi dapat juga di rancang menggunakan casing sehingga dapai
mencapai kedalaman rata-rata 300-1000 meter.
2.3.3.5 Bor Tumbuk Dengan Drive Sampler (Wagon Drill with Drive Sampler)
Perkembangan dari bor tumbuk adalah pemasangan apa yang disebut dengan
drive sampler sebagai pengganti mata bor. Alat bor ini hanya cocok digunakan untuk
lapisan tanah sedimen lepas.
12
2.4 Peralatan Produksi
Tahap operasi produksi dimulai apabila sumur telah selesai dikomplesi (Well
Completion), dimana tipe komplesi yang digunakan terutama tergantung pada
karakteristik dan konfigurasi antar formasi produktif dengan formasi diatas dan
dibawahnya, tekanan formasi, jenis fluida dan metoda produksi.
Metoda produksi yang selama ini dikenal, meliputi metoda sembur alam
(Flowing Well) dan metoda pengangkatan buatan (Artificial Lift). Metoda sembur
alam diterapkan apabila tenaga alami reservoir masih mampu mendorong fluida ke
permukaan, sedangkan metoda pengangkatan diterapkan apabila tenaga alami
reservoir sudah tidak mampu mendorong fluida ke permukaan.
Setelah fluida sumur sampai ke permukaan, fluida dialirkan ke block station
(BS) melalui pipa-pipa alir untuk dilakukan pemisahan air, minyak, dan gas bumi.
Gas hasil pemisahan, selain dapat langsung dimanfaatkan untuk industri dapat pula
digunakan injeksi gas lift atau pressure maintenance, sedangkan minyak bumi (crude
oil) umumnya ditampung terlebih dahulu di pusat pengumpulan minyak (PPM)
sebelum dikirim ke pengilangan atau terminal untuk dikapalkan.
Untuk operasi produksi lepas pantai, diperlukan fasilitas produksi lepas pantai
berupa anjungan produksi (platform) untuk menempatkan peralatan produksi
wellhead X-mastree sampai fasilitas pemisahan (satelit): floating tanker untuk
menampung crude oil serta mooring untuk pengapalan. Di beberapa tempat dijumpai
pula bahwa X-mastree manifold dan tangki pengumpul tidak ditempatkan di anjungan
tetapi di tempatkan di dasar laut.
Untuk operasi lapangan panas bumi (geothermal) secara prinsip tidak jauh
beda dengan operasi lapangan migas. Akan dijumpai perbedaan khususnya pada
pengendalian uap akibat tekanan yang cukup tinggi dan adanya amplitudo yang
13
cukup besar antara suhu uap dan suhu permukaan bumi, sistem pemisahan dan
pemanfaatan energi.
Swabbing adalah pengisapan fluida sumur /fluida komplesi setelah perforasi pada
kondisi overbalance dilakukan, sehingga fluida produksi dari formasi dapat mengalir
masuk ke dalam sumur dan kemudian diproduksikan ke permukaan.
15
Well head merupakan peralatan kontrol sumur di permukaan guna menahan
semburan atau kebocoran cairan sumur ke permukaan.
X-mastree berfungsi sebagai pengaman dan pengatur aliran produksi di
permukaan.
Introduksi tenaga tambahan yang ada pada metode artificial lift antara lain:
a. Pompa yang terdiri dari :
Pompa Sucker Rod
Pompa Sentrifugal Multistage
Pompa Hydraulik
Pompa Jet
b. Gas lift, yang terdiri dari :
Continous gas-lift
Intermitten gas-lift
c. Chamber lift
16
Sucker Rod sebagai salah satu peralatan dalam artificial lift tidak dapat dipasang
di sembarang lokasi tetapi harus memenuhi syarat-syarat :
Sumur harus lurus.
Kedalaman sumur sedang sampai dangkal.
Harus ada fluid level.
Produksi gas kecil.
17
Baik untuk sumur yang dalam dan berdeviasi tinggi dan berdeviasi besar.
Dapat dipakai pada sumur yang berkadar pasir tinggi.
2.4.5 Sistem Gathering dan Block Station
Pada jenis radial gathering system, semua flow line menuju ke header dan
langsung berhubungan dengan fasilitas pemisah. Di lapangan penempatan flow line
tidak selalu terletak pada bidang yang datar tetapi disesuaikan dengan topografi
daerah.
Separator berdasarkan bentuk dan posisinya dapat dibagi menjadi tiga yaitu :
a. Separator tegak
b. Separator datar
c. Separator bulat
19
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari pada makalah ini sendiri adalah untuk mengetahui
mekanisme operasi pengeboran dapat berjalan dengan baik factor pemilihan alat
adalah salah satu factor penentu keberhasilan. Dalam kegiatan pembuatan lubang
salah satu hal yang paling penting adalah pemilihan mata bork arena setiap formasi
batuan memiliki
20
DAFTAR PUSTAKA
Buku 1 Penulis*)
Sunarto, K. (2004). Pengantar Sosiologi. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas
Ekonomi Universitas Indonesia.
Buku 2 Penulis*)
Tubagus, A, & Wijonarko. (2009). Langkah-Langkah Memasak. Jakarta: PT
Gramedia.
Buku 3 Penulis*)
21
Leen, B., Bell, M., & McQuillan, P. (2014). Evidence-Based Practice: a Practice
Manual. USA: Health Service Executive.
Buku Terjemahan*)
Gladding, S. T. (2012). Konseling: Profesi yang Menyeluruh (6th ed.). (Terj. P.
Winarno, & L. Yuwono). Jakarta: PT. Indeks.
Majalah*)
Susanta, R. (Juni 2010). “Ambush Marketing”. Marketing, 140 (2), 15-17.
24
Majalah Online*)
Susanta, R. (Juni 2010). “Ambush Marketing”. Marketing, 140 (2), 15-17. Diakses
dari: http//majalahmarketing.com//
Surat Kabar*)
Irawan, A. (24 September 2010). “Impor Beras dan Manajemen Logistik Baru”.
Koran Tempo, A11.
Video*)
American Psychological Association. (Produser). (2000). Responding therapeutically
to patient expressions of sexual attraction [DVD]. Tersedia di
http://www.apa.org/videos/
Serial Televisi
25
Egan, D. (Penulis), & Alexander, J. (Pengarah). (2005). Failure to communicate
[Episode Seri Televisi]. In D. Shore (Produser Pelaksana), House. New York,
NY: Fox Broadcasting.
Musik Rekaman*)
Lang, K.D. (2008). Shadow and the frame. On Watershed [CD]. New York, NY:
Nonesuch Records.
26