Anda di halaman 1dari 20

PEMBORAN PRODUKSI

Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah


Teknik Pengeboran dan Peledakan

Dosen Pengampu:
Ir. T. Zulfikar, M.T

Oleh:
Kelompok 2
Ayu Putri Miranda 2004108010027
Raihan Syakirah 2004108010060
Ishlahul Fuadi
Muhammad Irfan
Adam

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SYIAH KUALA, BANDA ACEH
TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
limpahan rahmatnya penyusun dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu tanpa
ada halangan yang berarti dan sesuai dengan harapan.
Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada bapak Ir. T. Zulfikar, M.T sebagai
dosen pengampu mata kuliah Teknik Pengeboran dan Peledekan yang telah
membantu memberikan arahan dan pemahaman dalam penyusunan makalah ini.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak
kekurangan karena keterbatasan kami. Maka dari itu penyusun sangat mengharapkan
kritik dan saran untuk menyempurnakan makalah ini. Semoga apa yang ditulis dapat
bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.

Banda Aceh , 20 September 2022

Kelompok 2

2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Industri pertambangan tidak lepas dari kegiatan pengeboran, sehingga
diperlukan mesin bor dengan kualitas yang bagus dan dapat selalu bekerja secara
maksimal. Selain di bidang pertambangan, pengeboran juga dilakukan untuk berbagi
macam kegiatan misalnya ekplorasi mineral batu bara, peledakan, ventilasi tambang,
penirisan tambang, perolehan data geologi, keperluan perhitungan cadangan,
pengontrolan tambang, serta pembuatan lubang pipa air untuk pdam dan kabel listrik
untuk pln, eksplorasi dan produksi minyak, geoteknik, eksplorasi dan produksi air
tanah, eksplorasi dan produksi gas, dan masih banyak lagi.
Pemboran merupakan kegiatan yang pertama kali dilakukan dalam suatu
operasi peledakan batuan. Kegiatan ini bertujuan untuk membuat sejumlah lubang
ledak yang nantinya akan diisi dengan sejumlah bahan peledak untuk di ledakkan.
Bukan hanya untuk pembuatan lubang ledak tetapi pemboran memiliki fungsi lain
seperti pengumpulan data sebaran cadangan. Karena pentingnya kegiatan pemboran
maka perlu adanya materi yang menjelaskan tentang pemboran serta segala sesuatu
yang ada di dalam kegiatan pemboran secara terperinci sebagai bahan pembantu atau
penuntun dalam melakukan kegiatan pemboran.
Pada mesin bor, ada beberapa kompenen atau perala

1.2 Rumusan Masalah


Dari latar belakang diatas dapat diperoleh beberapa rumusan masalah yaitu :
a. Apa saja jenis jenis mata bor serta fungsi pada setiap jenis mata bor ?

3
b. Apa saja macam macam alat bor ?
c. Bagaimana pemboran Produksi itu ?

1.3 Tujuan Penulisan


Dari rumusan masalah diatas dapat dambil beberapa tujuan, diantaranya :
a. Untuk mengetahui tentang jenis mata bor beserta fungsinya
b. Untuk memahami tentang macam macam alat bor
c. Untuk mengetahui pemboran produksi itu bagaimana.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Penjelasan Mata Bor


Bit / Mata Bor merupakan salah satu komponen dalam pengeboran yang
digunakan khsusunya sebagau alat pembuat lubang (hole making tool). Gaya yang
bekerja pada bit agar bit dapat dibagi menjadi dua macam yaitu pada gaya dorong
(tekan) dan gaya putar.
Gaya dorong pada bit dihasilkan dari tunbukan oleh pengeboran tumbuk
(percussive drilling), pemuatan bit (bit loading), dan tekanan di bawah permukaan.
Sedangkan gaya putar berasal dari mekanisme pengeboran putar (rotary drilling)
dengan bantuan mesin putar mekanik yang akan menyalurkan tenang untuk memutar
bit. Berat rangkainan stang bor dan berat rig turut menunjang tekanan pada gaya
dorong.

2.1.1 Jenis Jenis Mata bor dan Fungsinya


2.1.1.1 Drag Bit
Merupakan bit pada rotary drilling tertua yang masih tetap dipakai.
Drag

4
Dipakai untuk formasi batuan sangat lunak dan lunak. Drag bit tidak
mempunyai roda-roda yang dapat bergerak dan member dengan gaya keruk
dari bladenya.

2.1.1.2 Roller Cone


Merupakan bit yang mempunyai kerucut (cone) yang dapat berputar
untuk menghancurkan batuan. Pada masing-masing cone terdapat gigi-gigi.
Gogo yang relative Panjang dan jarang atau renggang di gunakan pada
pemboran formasi lunak, sedangkan gig yang relative pendek dan berdekatan
digunakan utnuk menembus formasi batuan yang sedang sampai keras.
.

Gambar Roller Cone Bit

5
2.1.1.3 Diamond Bit
Pengeboran dengan menggunakan diamond bit sifatnya bukan
penggalian, tetapi berprinsip pada proses penggoresan dari butir-butir intan
yang dipasang pada matrix besi sehingga laju pemboran yang terjadi adalah
lambat.
Pemakaian intan dipertimbangkan karena intan dianggap zat padat
yang paling keras san abrasive, dan pada prakteknya pemakaian diamond bit
pada operasi pemboran mempunyai umur yang relative Panjang (awet)
sehingga mengurangi frekuensi round trip, dengan demikian akan mengurangi
biaya pemboran.

Gambar Diamond Bit

2.2 Alat – Alat Pemboran


Dalam sejarah pemboran telah banyak jenis-jenis alat bor yang di pakai,
berikut adalah contoh alat-alat bor yang di pakai :

6
2.2.1 Bor Tangan ( Hand drill )
Penggunaan alat ini baisanya pada kegiatan eksplorasi dangkal seperti
placer deposit dan residual deposit. Ada dua jenis alat bor, yaitu bor tangan
spiral (auger drill dan bor bangka :

2.2.1.1 Bor Tangan Sporal ( Auger Drill )


Bor ini seperti penutup tuutp botol dan dapat di putar dengan
beberapa tang yang hanya dapat mencapai kedalaman beberapa meter
saja.

2.2.1.2 Bor Bangka

Alat bor ini dikembangkan di Indoensia, dimana suatu alat


selubung atau casing yang di beri platform dan di atasnya ada bebeapa
orang yang bekerja tetapi prinsipnya sama dengan bor spiral atau
tumbuk.

7
2.2.2 Bor Mesin Putar ( drilling Rig )

Alat Bor ini dinilai dari kemampuan mencapai kedalaman,


kemampuan pengambilan contoh, kemampuan memnentukan arah, dan
kemampuan bergerak di suatu medan. Oleh karna hal itu maka mesin bor ini
dapat di bagi manejadi :

2.2.2.1 Bor Mesin Ringan (portable drilling rig)

Yang khas pada mesin ini adalah bagian bagian pada mesin ini
dapat di preteli dan di bawa secara manual, biasanya hanya baiasa
mencapai kedalaman 50 meter saja.

8
2.2.2.2 Bor Inti (core Drill rig)

Alat ini adalah alat standar yang paling popular untuk kegiatan
eksplorasi yang dimana alat bor ini menggunakan mata bor dari intan.

2.2.2.3 Bor Putar Biasa (rotary drill rig)

Mesin ini dinamakan demikian karena gerak dari sumber


penggerak/mesin di transmisikan pada batang bor pada meja putar
(rotary table) sehingga hanya dapat member vertical ke bawah.

2.2.2.4 Bor-alir Balik (counterflush drill rig)

Air pembilas masuk dari casing, keluar melalui pipa bor,


membawa contoh yang tidak bercampur dengan rontokan dari dinding
9
lubang bor namun untuk mendapatkan ke dalam contoh ini harus
memperhitungkan kecepatan tidak seteliti bor inti.

2.2.3 Bor Mesin Tumbuk (cable tool)

Jenis mesin ini sudah jarang dilakukan dalam eksplorasi batuan di


pecah dengan pahat yang di tumbuk dan contoh diambil menggunakan bailer
atau drive sampler. Ada beberapa jenis mesin bor tipe perkusi ini yaitu :

2.2.3.1 Bor Tumbuk Tali Kawat (cable tool rig)

Ini adalah alat bor tertua yang biasanya di pakai untuk


pengeboran minyak berbentuk Menara segitiga yang di lengkapi
system katrol.

10
2.2.3.2 Bor Tumbuk Biasa (wagon drill)

Bor tumbuk ini digunakan untuk batuan keras dalam operasi


pertambangan. Biasanya dipasang di suatu truk atau tractor agar
mudah di operasikan ke segala arah.

2.2.3.3 Bor Palu (hammer drill)

Pada dasarnya bor palu dan bor tumbuk biasa adalah sama
hanya saja ukurannya yang kecil dan dapat digunakan menggunakan
tangan langsung dan hanya dapat mencapai kedalaman 30 m saja.

2.2.3.4 Bor Palu Dalam Lubang (down-hole hammer drill)

11
Pada alai bor ini palu dipadatkan langsung dipasang diatas
drive sampler, berbentuk suatu silinder yang bergerak turun-naik
secara lancer dan digerakkan oleh udara tertekan dari kompresor
melalui pipa bor. Dapat mencapai kedalaman rata-rata 80-100 meter,
tetapi dapat juga di rancang menggunakan casing sehingga dapai
mencapai kedalaman rata-rata 300-1000 meter.

2.2.3.5 Bor Tumbuk Dengan Drive Sampler (wagon drill with drive
sampler)
Perkembangan dari bor tumbuk adalah pemasangan apa yang
disebut dengan drive sampler sebagai pengganti mata bor. Alat bor ini
hanya cocok digunakan untuk lapisan tanah sedimen lepas.

2.3 Peralatan Produksi


Tahap operasi produksi dimulai apabila sumur telah selesai dikomplesi (Well
Completion), dimana tipe komplesi yang digunakan terutama tergantung pada

12
karakteristik dan konfigurasi antar formasi produktif dengan formasi diatas dan
dibawahnya, tekanan formasi, jenis fluida dan metoda produksi.
Metoda produksi yang selama ini dikenal, meliputi metoda sembur alam
(Flowing Well) dan metoda pengangkatan buatan (Artificial Lift). Metoda sembur
alam diterapkan apabila tenaga alami reservoir masih mampu mendorong fluida
ke permukaan, sedangkan metoda pengangkatan diterapkan apabila tenaga alami
reservoir sudah tidak mampu mendorong fluida ke permukaan.
Setelah fluida sumur sampai ke permukaan, fluida dialirkan ke block station
(BS) melalui pipa-pipa alir untuk dilakukan pemisahan air, minyak, dan gas bumi.
Gas hasil pemisahan, selain dapat langsung dimanfaatkan untuk industri dapat
pula digunakan injeksi gas lift atau pressure maintenance, sedangkan minyak
bumi (crude oil) umumnya ditampung terlebih dahulu di pusat pengumpulan
minyak (PPM) sebelum dikirim ke pengilangan atau terminal untuk dikapalkan.
Untuk operasi produksi lepas pantai, diperlukan fasilitas produksi lepas pantai
berupa anjungan produksi (platform) untuk menempatkan peralatan produksi
wellhead X-mastree sampai fasilitas pemisahan (satelit) : floating tanker untuk
menampung crude oil serta mooring untuk pengapalan. Di beberapa tempat
dijumpai pula bahwa X-mastree manifold dan tangki pengumpul tidak
ditempatkan di anjungan tetapi di tempatkan di dasar laut.
Untuk operasi lapangan panas bumi (geothermal) secara prinsip tidak jauh
beda dengan operasi lapangan migas. Akan dijumpai perbedaan khususnya pada
pengendalian uap akibat tekanan yang cukup tinggi dan adanya amplitudo yang
cukup besar antara suhu uap dan suhu permukaan bumi, sistem pemisahan dan
pemanfaatan energi.
Susunan acara praktikum Peragaan Perlatan Produksi, meliputi :

2.3.1 Komplesi Sumur (Well Completion).

13
Setelah pemboran mencapai target pemboran (formasi produktif),
maka sumur perlu dipersiapkan untuk dikomplesi. Persiapan sumur untuk
dikomplesi bertujuan untuk memproduksikan fluida hidrokarbon ke
permukaan. Komplesi sumur demikian dikenal dengan istilah Well
Completion.
Komplesi sumur meliputi bagian tahapan operasi produksi, yaitu :
1. Tahap pemasangan dan penyemenan pipa selubung produksi (production
casing).
2. Tahap perforasi dan atau pemasangan pipa liner.
3. Tahap penimbaan (swabbing) sumur. Kriteria umum untuk klarifikasi
metoda well completion didasarkan pada beberapa faktor, yaitu : • Down-hole
completion atau formation completion, yaitu membuat hubungan antar
formasi produktif dengan tiga metoda, yaitu : 1. Open-hole completion
(komplesi sumur dengan formasi produktif terbuka). 2. Cased-hole
completion atau perforated completion (komplesi sumur dengan formasi
produktif dipasang casing dan diperforasi). 3. Sand exclusion completion
(problem kepasiran). • Tubing completion (komplesi pipa produksi) yaitu
merencanakan pemasangan atau pemilihan pipa produksi (tubing), yaitu
meliputi metoda natural flow dan artificial lift. • Well-head completion yaitu
meliputi komplesi X-mastree, casing head, dan tubing head.
2. Metoda Sembur Alam (Natural Flow or Flowing Well).
3. Metoda Artificial Lift.
4. Sisitem Gathering dan Block Station.
5. Fasilitas produksi lepas pantai dan peralatan khusus untuk produksi
geothermal.

14
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari pada makalah ini sendiri adalah untuk mengetahui
mekanisme operasi pengeboran dapat berjalan dengan baik factor pemilihan alat
adalah salah satu factor penentu keberhasilan. Dalam kegiatan pembuatan lubang
salah satu hal yang paling penting adalah pemilihan mata bork arena setiap formasi
batuan memiliki

DAFTAR PUSTAKA

15
Semua rujukan-rujukan yang diacu di dalam isi makalah harus didaftarkan di bagian
Daftar Pustaka. Isi daftar pustaka minimal harus memuat pustaka-pustaka acuan yang
berasal dari sumber yang direkomendassikan oleh dosen pengampu mata kuliah.
Sangat dianjurkan untuk menggunakan sumber acuan atau literatur yang diterbitkan
selama 10 tahun terakhir.
Penulisan Daftar Pustaka sebaiknya menggunakan aplikasi manajemen referensi
seperti Mendeley atau References Ms. Word. Bentuk font yang digunakan adalah
Times New Roman ukuran 12 pt. Spasi untuk daftar referensi adalah 1 spasi. Daftar
pustaka ditulis dengan model paragraf Hanging. Format penulisan yang digunakan
adalah sesuai dengan format APA 6th Edition (American Psychological Association).
Berikut adalah contoh penggunaan beberapa referensi.
Catatan: Penjelasan ini tidak perlu dimasukkan dalam penulisan daftar pustaka yang
sebenarnya. Demikin juga dengan tulisan bertanda *) tidak perlu dimasukkan pada
daftar pustaka sebenarnya.

Buku 1 Penulis*)
Sunarto, K. (2004). Pengantar Sosiologi. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas
Ekonomi Universitas Indonesia.

Buku 2 Penulis*)
Tubagus, A, & Wijonarko. (2009). Langkah-Langkah Memasak. Jakarta: PT
Gramedia.

Buku 3 Penulis*)
Leen, B., Bell, M., & McQuillan, P. (2014). Evidence-Based Practice: a Practice
Manual. USA: Health Service Executive.

Buku Lebih Dari Satu Edisi*)

16
Prayitno, & Amti, E. (2012). Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling (Edisi ke-10).
Jakarta: PT Rineka Cipta.

Penulis Dengan Beberapa Buku*)


Soeseno, S. (1980). Teknik Penulisan Ilmiah-Populer. Jakarta: PT Gramedia.
Soeseno, S. (1993). Teknik Penulisan Ilmiah-Populer: Kiat Menulis Nonfiksi untuk
Majalah. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Nama Penulis Tidak Diketahui / Lembaga*)


Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. (2003). Panduan Teknis Penyusunan
Skripsi Sarjana Ekonomi. Jakarta: UI Press.

Buku Terjemahan*)
Gladding, S. T. (2012). Konseling: Profesi yang Menyeluruh (6th ed.). (Terj. P.
Winarno, & L. Yuwono). Jakarta: PT. Indeks.

Buku Kumpulan Artikel/Memiliki Editor*)


Ginicola, M. M., Filmore, J. M., Smith, C., & Abdullah, J. (2017). Physical and
Mental Health Challenges Found in the LGBTQI+ Population. In M. M.
Ginicola, C. Smith, & J. M. Filmore (Eds.), Affirmative Counseling with
LGBTQI+ People (pp. 75 - 85). Alexandria, VA: American Counseling
Association.

Artikel Jurnal / Ensiklopedi*)


Ruini, C., Masoni, L., Otolini, F., & Ferrari, S. (2014). Positive Narrative Group
Psychotherapy: The Use of Traditional Fairy Tales to Enhance Psychological
Well-Being and Growth. Journal Psychology of Well-Being, 4 (13), 1-9.

17
Artikel Jurnal dengan Lebih dari 7 Penulis*)
Gilbert, D. G., Mcclernon, J. F., Rabinovich, N. F., Sugai, C., Plath, L. C.,Asgaard,
G., … Botros, N. (2004). Effects of quitting smoking on EEG activation and
attention last for more than 31 days and are more severe with stress,
dependence, DRD2 Al allele, and depressive traits. Nicotine and Tobacco
Research, 6, 249—267

Artikel Jurnal dengan DOI*)


Herbst-Damm, K. L., & Kuhk, J. A. (2005). Volunteer support marital status, and the
survival times of terminally ill patients. Health Psychology, 24, 225-229. doi:
10.1037/0278-6133.24.2.225

Artikel dalam Prosiding Online*)


Herculano-Houzel, S., Collins, C. E., Wong, R, Kaas, J. H., & Lent R. (2008). The
basic nonuniformity of the cerebral cortex. Proceedings of the National
Academy of Sciences, 105, 12593—12598. doi:1 0. 1 073/pnas.Q80541 7105

Artikel dalam Prosiding Cetak*)


Katz, I., Gabayan, K., & Aghajan, H. (2007). A multi-touch surface using multiple
cameras. In J. Blanc-Talon, W. Philips, D. Popescu, & P. Scheunders (Eds.),
Lecture Notes in Computer Science: Vol. 4678. Advanced Concepts for
intelligent Vision Systems (pp. 97—108). Berlin, Germany: Springer-Verlag.

Majalah*)
Susanta, R. (Juni 2010). “Ambush Marketing”. Marketing, 140 (2), 15-17.

Majalah Online*)

18
Susanta, R. (Juni 2010). “Ambush Marketing”. Marketing, 140 (2), 15-17. Diakses
dari: http//majalahmarketing.com//

Surat Kabar*)
Irawan, A. (24 September 2010). “Impor Beras dan Manajemen Logistik Baru”.
Koran Tempo, A11.

Skripsi/Tesis/Disertasi Tidak Terpublikasi*)


Nurgiri, M. (2010). Antropologi Indonesia (Skripsi Tidak Terpublikasi). Sarjana
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, Jakarta.

Skripsi/Tesis/Disertasi dari Sumber Online*)


Haryadi, R. (2017). Pengembangan Model Evidence-Based Community Counseling
untuk Meningkatkan Kesejahteraan Psikologis pada Subyek Eks-Pecandu
NAPZA di Kota Semarang (Tesis, Pascasarjana Universitas Negeri
Semarang). Diakses dari: http//pps.unnes.ac.id//tesis/rudiharyadi/

Video*)
American Psychological Association. (Produser). (2000). Responding therapeutically
to patient expressions of sexual attraction [DVD]. Tersedia di
http://www.apa.org/videos/

Serial Televisi
Egan, D. (Penulis), & Alexander, J. (Pengarah). (2005). Failure to communicate
[Episode Seri Televisi]. In D. Shore (Produser Pelaksana), House. New York,
NY: Fox Broadcasting.

19
Musik Rekaman*)
Lang, K.D. (2008). Shadow and the frame. On Watershed [CD]. New York, NY:
Nonesuch Records.

20

Anda mungkin juga menyukai