Anda di halaman 1dari 30

KAJIAN TEKNIS UNIT PEREMUK BATUAN UNTUK

MEMENUHI KEBUTUHAN SPLIT PT. HANSINDO MINERAL


PERSADA DESA PENIRAMAN
KABUPATEN MEMPAWAH

TUGAS AKHIR

OLEH :
AYUBBI IDZANI
NIM. 304 2018 429

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN


JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
POLITEKNIK NEGERI KETAPANG
2021
KAJIAN TEKNIS UNIT PEREMUK BATUAN UNTUK
MEMENUHI KEBUTUHAN SPLIT PT. HANSINDO MINERAL
PERSADA DESA PENIRAMAN
KABUPATEN MEMPAWAH

Laporan ini disusun untuk memenuhi syarat menyelesaikan pendidikan


Diploma III Program Studi Teknik Pertambangan
di Jurusan Teknik Pertambangan

OLEH :
AYUBBI IDZANI
NIM. 304 2018 429

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN


JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
POLITEKNIK NEGERI KETAPANG
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Tuhan Yang maha Esa atas berkah
limpahan rahmat dan hidayah-Nya laporan tugas akhir ini dapat diselesaikan tepat
pada waktunya. Laporan tugas akhir ini disusun berdasarkan penelitian yang telah
dilaksanakan . Laporan tugas akhir dengan judul Kajian Teknis Unit Peremuk Batuan
Untuk Memenuhi Kebutuhan Split Pt. Hansindo Mineral Persada Desa Peniraman
Kabupaten Mempawah. Penyusun ucapkan terima kasih kepada pihak yang telah
membantu dalam penyusunan tugas akhir ini :
1. Bapak Endang Kusmana,S.E.,M.M.,Ak,CA dimana selaku Direktur
Politeknik Negeri Ketapang
2. Bapak Herman,S.Si.,M.T dimana selaku ketua Jurusan Teknik
Pertambangan
3. Bapak Firman,S.Pd.,M.Pfis dimana selaku Koordinator Prodi Teknik
Pertambangan
4. Bapak Noprizan Azmi, ST dimana selaku dosen Pembimbing I

5. Bapak Firman,S.Pd.,M.Pfis selaku dosen pembimbing II

6. Kedua Orang tua dan keluarga penulis yang telah memberikan motivasi serta
doa.
7. Kepada teman-teman seperjuangan yang sudah memberikan dukungan dan
membantu menyelesaikan laporan Tugas akhir ini.
Penulis menyadari laporan tugas akhir ini masih jauh dari kata sempurna. Maka
dari itu,kritikan dan saran sangat diperlukan untuk perbaikan. Penulis berharap
semoga laporan tugas akhir ini dapat bermanfaat bagi yang membaca dan menambah
ilmu pengetahuan serta berguna untuk adik-adik tingkat selanjutnya. Terima kasih.

Ketapang, Juli 2021

Penulis
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
DAFTAR LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

PT. Hansindo Mineral Persada merupakan salah satu perusahaan yang bergerak
dalam bidang penambangan batu Granit dengan menggunakan metode tambang
terbuka (surface mining) dengan sistem quarry mine yang mana dalam
pembongkaran material utama (batu granit) tersebut menggunakan peledakan
(blasting), kemudian dilanjutkan dengan proses peremukan(crushing) yang bertujuan
untuk mengecilkan ukuran batuan dengan menggunakan alat stone machine crusher.
Pada operasinya merupakan suatu usaha untuk menghasilkan produk batu split yang
hasilnya dipergunakan oleh konsumen dalam pembuatan jalan dan konstruksi
bangunan di Kabupaten Mempawah dan sekitarnya.
Tidak terpenuhinya target produksi yang direncanakan ini disebabkan karena
setting dari unit peremuk belum sesuai, waktu kerja efektif belum tercapai, dan aliran
proses sistem operasi yang telah diterapkan peremukan batuan belum baik.
Masalah - masalah yang terjadi pada unit peremuk batuan (stone crusher) PT.
Hansindo Mineral Persada perlu dikaji untuk mengetahui apa masalah atau hambatan
yang terjadi sehingga dapat dilakukan perbaikan agar selanjutnya dapat menjadi
referensi untuk unit peremuk batuan (stone crusher) dapat menghasilkan target
produksi sesuai dengan kebutuhan batu split yang ditargetkan oleh perusahaan.
1.2 Rumusan Masalah
Permasalahan yang terjadi unit peremuk PT. Hansindo Mineral Persada
adalah belum tercapainya kebutuhan split sesuai target produksi perusahaan
sebesar ---ton/hari.

1.3 Tujuan
Mengkaji secara teknis mengenai permasalahan dan hambatan pada unit
peremuk serta menganalisis efektivitas alat pada unit peremuk.

1.4 Batasan Masalah


Meneliti keadaan setting unit peremuk PT. Hansindo Mineral Persada dan
meninjau efektivitas produksi, produktivitas aliran proses peremuk, dan waktu kerja
efektif.

1.5 Metodologi Peneltian


Adapun tahap-tahapdalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
A. Pengamatan di lapangan (Observasi)
Suatu pengamatan yang dijalankan secara sistematis dan disengaja diadakan
dengan menggunakan alat indra (terutama mata) atas kejadian-kejadian yang
langsung dapat ditangkap pada waktu kejadian berlangsung.
B. Wawancara (interview)
Untuk teknik pengumpulan data menggunakan metode wawancara
(Interview) yaitu kegiatan mengumpulkan dan mencari data dengan melakukan
wawancara dan mengajukan beberapa pertanyaan kepada para pekerja
dilapangan untuk mendukung hasil laporan dan memperoleh data yang
dibutuhkan mengenai proses pelaksanaan pengecilan ukuran batuan dengan alat
crusher di PT. Hansindo Mineral Persada.
C. Studi Literatur
Teknik pengumpulan data dengan mencari bahan – bahan pustaka yang
menunjang, baik yang bersifat sebagai pendukung dan referensi yang berkaitan
dengan proses crushing plant

1.6 Sistematika Penulisan


A. Bagian Awal Laporan
1. Halaman Sampul Depan/Cover
2. Halaman Judul
3. Lembar Pengesahan Tugas Akhir
4. Lembar Pernyataan Penguji
5. Riwayat Hidup
6. Abstrak
7. Kata Pengantar
8. Daftar Isi
9. Daftar Tabel
10. Daftar Gambar
11. Daftar Singkatan
12. Daftar Lampiran

B. Bagian Isi Laporan


BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
1.4 Batasan Masalah
1.5 Metodologi Penelitian
1.6 Sistematika Penulisan

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV METODE PENELITIAN


4.1 Jenis Penelitian
4.2 Lokasi Penelitian
4.3 Prosedur Pengumpulan Data
4.4 Prosedur Penelitian
BAB V HASIL PENELITIAN
5.1 Hasil
5.2 Pembahasan

BAB VI KESIMPULAN
6.1. Kesimpulan
6.2. Saran

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN
BAB II
GEOLOGI REGIONAL

2.1 Geologi Regional

Geologi Regional berdasarkan analisa dari Peta Geologi Lembar Singkawang


dengan skala 1 : 250.000 yang di teliti oleh N. Suwarna (GRDC) dan R.P. Langford
(AGSO) 1993, maka kondisi Geologi Regional di daerah penelitian dapat diuraikan
sebagai berikut:
1. Endapan Aluvial dan Rawa : Formasi ini mewakili bagian dari timur selatan
daerah penyelidikan. Pasir, kerikil dan bongkahan berasal dari batuan
malihan,batuan bersifat granit dan kuarsif lepas. Dibeberapa tempat
ditemukan lumpur pasir dan tanah liat mengandung lignit dan limonit.
Batuan yang mengeras juga ditemukan terletak diantara 40-50 m dari atas
permukaan sungai sekarang. Batuan-batuan tersebut terdapat terdapat
sebagai endapan sungai, undak dan rawa. Satuan alluvium ini merupakan
endapan kuarter yang terdapat pada daerah-daerah lembah dan
dataran.Satuan ini terdiri dari lumpur, pasir, kerikil, dan sisa-sisa tumbuhan.
2. Granodiorit Mensibau : singkapan satuan ini mendominasi barat daya
daerah penyelidkan. Intrusinya meliputi granodiorit, tonalit, diorit kuarsa,
granit dan monzonit yang sering terlihat terombak dan teralterasi. Satuan
intrusi ini menjadi bagian dan batolit Mempawah.
3. Batuan Gunung Api Raya : Andesit terubah, dasit, basal dengan gabungan
antara piroklastika andesitan dan dasitan, kaya klorit, epidot, sisipan tipis
konglomerat, batu pasir, batu lumpur.
2.2 Geomorfologi

Geomorfologi daerah penelitian berupa perbukitan bergelombang lemah dan


dataran yang merupakan daerah dataran banjir dari daerah pantai dan sungai- sungai
besar, dicirikan dengan bentuk sungai berbentuk huruf “U” dari badan sungai dengan
tingkat erosi yang sudah melemah.

2.3 Stratigrafi

Berdasarkan Peta Geologi Lembar Singkawang skala 1 : 250.000 yang di


terbitkan oleh pusat penelitian Geologi Bandung Tahun 1993, stratigrafi yang
menempati wilayah penambangan di desa peniraman dan sekitarnya berturut-turut
dari tua ke muda adalah sebagai berikut :
1. Batuan Terobosan Granodiorit (Klm). Terdiri dari / terutama granodiorit
dengan granit, diorit kuarsa, diorit, adamalit, tonlit.
2. Endapan alluvial dan Rawa (Qa). Terdiri darilumpur, pasir, krikil, dan sisa
tumbuhan.
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Batu Granit

Granit adalah batuan beku berwarna terang dengan biji-bijian yang cukup besar
untuk dapat dilihat dengan mata telanjang. Granit mempunyai komposisi
utamakuarsa, potash feldspar (khususnya ortoklas dan microklin), plagioklas
(terutama albite-oligoklas0. Biorit dan mika, mineral penyertanya antara lainmagnetit,
ilmenite, pint, zircon, allanit, turmalin kadang-kadang didapatkan muskovit,
hornblende, piroksen dan garnet. Granit mempunyai kekuatan tekan 1000 2.500
kg/cm2, dengan ukuran butir yang relative lebih keceil. Transisi antara granit dan
diorite disebut dengan granodidorit yang mempunyai warna yang relativ lebih gelap,
kekutana tekan 1000-2.500 kg/cm2, dengan berat jenis 2,6-2,9 (Sukandarrumidi,
2009:148).
Granit terbentuk di daerah kontinen atau benua sebagai batuan beku intrusive.
Ukuran batuan kristal mineral penyusunnya yang berukuran kasar menunjukan granit
terbentuk melalui proses pembekuan magma yang sangat lambat. Karena magma
yang terjadi jauh di dalam bumi sehingga Ganesa batuan ini adalah batuan beku
intrusive dalam. Granit banyak dijumpai dipermukaan bumi menunjukan bahwa
kerak bumi telah mengalami erosi sangat dalam (Anggayana, 2002).
Granit terdiri dari kuarsa ddan feldspar engan jumlah kecil dari mika, amphiboles
dan mineral lainnya. Komposisi mineral ini biasanya memberikan granit warna
merah, pink abu-abu tua atau putih dengan butiran mineral gelap terlihat diseluruh
batu. Komposisi mineral minor mika dan amfibol yang mengandung kuarsa tersier
berkisar dari 10 n-50 % dari seluruh mineral felsic, dan mengandung alkali feldspar
65-90% dari kandungan total mineral feldspar (Aggayana, 2002).
3.2 Pengolahan Bahan Galian

Proses pengolahan bahan galian adalah suatu proses pendukung dalam


pemenuhan target produksi, dimana proses pengolahan bahan galian adalah suatu
proses untuk pengolahan bahan galian adalah proses untuk mengolah bahan galian
yang berasal dari tempat-tempat penambangan guna memisahkan mineral berharga
dari pengotornya, agar selanjutnya dapat diekstrak secara metalurgi (Hadiprayitno
dan Mulyono, 2013).
Proses pengolahan bahan galian ini biasanya dilakukan dalam keadaan basah
dimana air banyak dipakai sebagai media pemisah, juga sebagai bahan peredam debu
yang ditimbulkan. Guna mengurangi kadar air dan mineral yang sudah selesai
dilakukan proses konsentrasi serta mengurangi ognkos pengangkutan, maka mineral
berharga tersebut selanjutnya perlu dikeringkan (proses dewatering), sehingga
memudahkan dalam pengangkutan dan penyimpanan serta proses ekstraksi mettalurgi
selanjutnya (Hadiprayitno dan Mulyono, 2013).
Pengolahan bahan galian adalah istilah umum yang digunakan untuk mengolah
semua jenis bahan galian dari hasil tambang yang berupa mineral, batuan, bijih, atau
bahan galian lainnya yang ditambang, untuk dipisahkan menjadi produk-produk
berupa satu macam atau lebih. Berdasarkan uraian diatas maka secara garis besar,
proses pengolahan bahan galian dapat dibagi dalam 4 langkah yaitu:
1. Comminution (pengolahan ukuran)
2. Sizing (penyeragaman ukuran)
3. Concentration (pemisahan mineral berharga dan pengotor)
4. Dewatering (pengeringan)
Dari beberapa tahapan di atas teersebut, proses pengolahan batuan diorite pada
crushing plant unit hanya melalui 2 tahapan saja yaitu tahapan tersebut akan
didapatkan produk yang langsung siap untuk dipasarkan. Pada tahapan pengolahan
bahan galian ini proses peremukan batuan dilakukan dalam suatu pabrik peremuk.
Suatu crushing plant unit terdiri dari rangkaian alat-alat yang disusun secara teratur
dengan skema pengolahan yang dibutuhkan, secara umum suatu pabrik peremuk
terdiri dari alat jaw crusher, hopper, feeder, belt conveyer, screen dan lain-lain.
(Hendra, 2017).
Berikut setiap unit crushing plant :
1. Hopper
Hopper adalah suatu alat untuk menampung material sebelum material
dimasukkan kedalam alat peremuk batu (jaw crusher). Biasanya hopper dibuat
dari plaat baja yang dibentuk sehingga dapat menampung material yang akan
diproses. Dengan material yang akan ditampung lebih dahulu didalam hopper,
maka pemberian umpan pada crusher dapat diatur secara kontinyu oleh fedder.
Dengan menggunakan rumus di bawah inni volume suatu hopper dapat
ditentukan sebagai berikut :

Keterangan :
V = Volume P = Panjang
A1 = Lebar Bawah A2 = Lebar Atas
T = Tinggi
2. Fedder
Fedder adalah suatu alat yang berfungsi untuk memberikan umpan (feed)
kepada jaw crusher secara eratur dan kontinyu. Pada prosesnya haya batu-batuan
yang berukura besar saja yang masuk kedalam crusher untuk dipecah. Sementara
pasir dan kotoran-kotoran quarry dapat dikeluarkan di sekitar primery crusher
yang membuat efisiensi crusher akan meningkat. Perhitungan kapasitas ayakan
getar secara umum tergantung pada luas penampang screen, sifat material umpan
seperti berat jenis, kandungan air, temperature, dan tipe dari ayakan yang
digunakan.
3. Jaw Crusher
Jaw crusher adalah alat peremuk tingkat pertama (primary crusher). Jaw
crusher terdiri dari dua plat (crushing face) yang terbuat dari plat baja yang
berhadap-hadapan, membentuk sudut kecil kearah bawah, dimana salah satu plat
diam dan yang satu lagi dapat begerak membuka dan menutup seperti rahang
binatang (jaw). Untuk menghitung kapasitas jaw crusher menggunakan rumus
sebagai berikut :
T = 0,6 L S
(Taggart, 1953 dalam Syam dkk, 2014)
Keterangan :
T = kapasitas, ton/jam
L = panjang lubang penerimaan (gape) (m)
S = lebar lubang penerimaan (m)
Sedangkan menurut Currie, kapasitas jaw crusher dinyatakan dalam rumus:
TR = Kc x Km x Kf x Ta
(Currie, 1973 dalam Syam dkk, 2014)
Keterangan:
TR = kapasitas jaw crusher, ton/jam
Kc = faktor kekerasan batuan, untuk andesit nilainya 0,90
Km= faktor kandungan air, untuk andesit dianggap kering nilainya 1
Kf = faktor pengumpanan material, untuk secara kontinyu = 0,75 – 0,85,
sedangkan untuk intermitten = 0,25 – 0,50

Ta = kapasitas desain alat peremuk tersebut, ton/jam


4. Ayakan Getar
Tujuan dari Screening adalah memisahkan umpan menjadi dua atau lebih
produk dalam ukuran yang berbeda. Parameter utamanya adalah ukuran partikel
(Drzymala, 2007). Untuk menghitung kapasitas teoritis screen digunakan
persamaan sebagai berikut :
C=AxBxGxVxHxExMxOxDxTxW
(Suwandi,2004 dalam Imam dkk, 2017)
Keterangan :
C = Kapasitas teoritis ayakan, ton/jam A = Luas permukaan ayakan getar, m²
B = Kapasitas basis ayakan getar, ton/jam.m2
G = “Bulk Density Factor” yaitu faktor kerapatan massa
V = “Over Size Factor” yaitu faktor ukuran halus material yang tidak dapat
lolos pada persen berat material yang berukuran lebih besar dari lubang
screen
H = “Half Size Factor” yaitu faktor ukuran halus material yang tidak lolos
pada persen berat material halus yang berukuran lebih kecil dari setengah
ukuran lubang vibrating screen
E = Faktor efisiensi vibrating screen, merupakan faktor yang harganya
tergantung efisiensi vibrating screen
M = “Moist Condition Factor” yaitu factor
kandungan air pada material yang diayak O = “Open Area Factor”, factor
yang harganya
tergantung pada lubang ayakan getar
D = “Deck Factor” yaitu faktor yang harganya tergantung urutan dek pada
vibrating screen
T = “Type of Deck Factor” yaitu faktor yang harganya tergantung pada tipe
lubang bukaan vibrating screen.

W = “Wet Screen Factor” yaitu faktor yang harganya tergantung faktor


material umpan yang disemprotkan air, bila proses pengerjaan tanpa
menggunakan air maka W = 1
5. Belt Conveyor
Belt Conveyor adalah salah satu jenis alat pengangkut yang berfungsi untuk
mengangkut bahan-bahan industri yang berbentuk padat. Untuk mengetahui
kapasitas Belt Conveyor secara teoritis dinyatakan dalam rumus :
Qt = 60. A. V
(Imam, 2017)
Keterangan :
Qt = Kapasitas teoritis belt conveyor (ton/jam)
A = Luas penampang muatan belt conveyor (m2) V = Kecepatan belt
conveyor (m/menit)
BAB IV
METODE PENELITIAN

4.1 Jenis Penelitian


Jenis penelitian dalam tugas akhir ini adalah penelitian kualitatif dengan
pendekatan deskriptif. Merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data-data
deskriptif berupa kata-kata tertulis mauun lisan dari informan penelitia dan prilaku
objek peelitian yang diamati. Dalam penelitian ini tidak ada perlakuan yang
ditambahkan atau dikurangi dalam perolehan data dilapangan, penelitian ini
menggambarkan suatu gejala, kondisi dan sifat situasi secara apa adanya tanpa
manipulasi pada waktu penyelidikan lapangan dilakukan.
4.2 Lokasi Penelitian
Kegiatan penelitian dilakukan di PT. Hansindo Mineral Persada Peniraman
Kecamatan Sungai Pinyuh Kabupaten Mempawah Provinsi Kalimantan Barat secara
Geografis, lokasi kegiatan terletak antara—dengana batas wilayah sebagai berikut :

Utara : Desa Nusapati

Timur : Kecamatan Anjongan

Selatan : Desa Sungai Purun Besar, Kecamatan Segedong

Barat : Laut Natuna

Transportasi menuju area lokasi penelitian (IUP Eksplorasi) ini dapat ditempuh
dengan jalur darat menggunakan roda dua atau roda empat dengan rute perjalanan
Pontianak – Jungkat – Lokasi Penelitian (IUP Eksplorasi). Perjalanan ini memakan
waktu tempuh 1 jam.
4.3 Prosedur Pengumpulan Data
Adapun prosedur pengumpulan data dari penelitian tugas akhir ini adalah
sebagai berikut :
a) Data Primer
Data yang diperoleh dari hasil wawancara dengan informan saat terjun ke
lapangan pada objek penelitian di PT. Hansindo Mineral Persada, seperti alat jaw
crusher, cone crusher, dump truck dan excavator yang didapatkan pada saat
peledakaan.
b) Data Sekunder
Data yang pengumpulannya diluar kata-kata dan tindakan, sumber data
tersebut yakni sumber data tertulis, Sumber data ini dapat diperoleh dari buku,
arsip, serta dokumentasi. Sumber data sekunder merupakan data perlengkapan
yang berfungsi melengkapi data yang diperoleh dan pengolahannya dilakukan
oleh orang lain dan dilakukan penelitian langsung kelapangan yang dapat dipakai
sebagai sumber data tambahan.
4.4 Prosedur Penelitian
Adapun prosedur penelitian yang dilakukan adalah dimulai dari pengamatan
factor hambatan dan peremukan kinerja mesin crushing plant yang terjadi dilapangan,
serta mengetahui faktor penghambatnya dilanjutkan dengan meneliti ketercapaian
target produksi perhari dengan mengambil beberapa sampel dari belt conveyor.
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil Penelitian


Sasaran produksi yang ditargetkan oleh PT. Hansindo Mineral Persada adalah
sebesar 300 ton per hari, sedangkan produksi yang dihasilkan pada saat ini adalah
sebesar 148 ton per hari.
5.1.1 Produksi Pabrik Peremuk
Proses peremukan pada PT Hansindo Mineral Persada merupakan
rangkaian yang saling terkait dari beberapa peralatan yang meliputi, alat muat
dari area penimbunan ke hopper (wheel loader), alat penampung umpan
(hopper), pengumpan (feeder), alat peremuk rahang (jaw crusher), ayakan
(screen), dan ban berjalan (belt conveyor).
5.1.1.1 Peremuk Rahang I
Alat peremuk rahang yang digunakan saat ini dipasang dengan
setting sebesar 50 mm, dengan menggunakan rumus sebelumnya maka
didapatkan kapasitas crusher hasil perhitungan sebesar 27 ton/jam.
5.1.1.2 Peremuk Rahang II
Alat peremuk rahang yang digunakan saat ini dipasang dengan
setting sebesar 20 mm, dengan menggunakan rumus sebelumnya maka
didapatkan kapasitas crusher hasil perhitungan sebesar 16,875 ton/jam.
5.1.1.3 Peremuk Rahang III

Alat peremuk rahang yang digunakan saat ini dipasang dengan


setting sebesar 30 mm, dengan menggunakan rumus sebelumnya maka
didapatkan kapasitas crusher hasil perhitungan sebesar 16,875
ton/jam.
5.1.1.4 Ban Berjalan

Ban Berjalan yang digunakan untuk kegiatan peremukan pada


alat peremuk dan material hasil ayakan menggunakan ban berjalan
sebanyak 8 unit.
5.1.1.5 Ayakan Getar

Kapasitas nyata ayakan getar dapat diketahui dengan cara


menghitung besarnya umpan yang masuk kedalam ayakan getar
masing-masing dek. Berdasarkan hasil perhitungan kapasitas nyata
ayakan getar yang pertama (dek 1) adalah 16,87 ton/jam, ayakan
kedua (dek 2) adalah 11,33 ton/jam, dan yang ayakan yang ketiga
(dek 3) adalah 7,5 ton/jam.
5.1.2 Efektivitas Unit Peremuk
1. Peremuk Rahang
Kapasitas teoritis peremuk rahang dengan ukuran setting 50 mm
adalah sebesar 20 ton/jam. Dengan demikian dapat diketahui efektifitas
alat peremuk sebagai berikut :
Efektifitas (E) = Kapasitas nyata alat x 100%
Kapasitas teoritis alat

= x 100%

= 67,5%

2. Ban Berjalan
Dengan membandingkan kapasitas nyata dan kapasitas teoritis,
maka diketahui efektifitas masing- masing ban berjalan yaitu :
-------------------------
3. Ayakan Getar
Kapasitas nyata ayakan getar dapat diketahui dengan cara
menghitung besarnya umpan yang masuk ke dalam ayakan getar
masing-masing dek. Berdasarkan hasil perhitungan, diketahui
kapasitas nyata ayakan getar dek 1 sebesar 16,87 ton/jam, dek 2
sebesar 11,33 dan dek 3 sebesar 7,5 ton/jam. Dengan demikian
efektivitas ayakan getar dek I adalah 30,67 %, ayakan getar dek II
sebesar 25,18%, dan ayakan getar dek III sebesar 37,5 %.
5.1.3 Waktu Hambatan Kerja
Waktu kerja produksi unit peremuk aspal alam PT. Hansindo Mineral
Persada yaitu 8 jam atau 480 menit, tetapi terdapat hambatan-hambatan yang
terjadi pada unit operasi peremuk aspal alam. Hambatan yang terjadi
dibedakan menjadi 2. Waktu hambatan kerja yang terjadi pada unit peremuk
aspal alam adalah sebagai berikut :
Waktu
Jenis Hambatan Hambatan
(menit)
a. Hambatan Tidak Dapat Dihindari
Perbaikan alat 20
Total 20
b. Hambatan Dapat Dihindari
Istirahat lebih awal 24
Keperluan operator 35
Mengakhiri pekerjaan lebih awal 35
Terlambat bekerja setelah istirahat 30
Total 124
Total Waktu 144

5.1.4 Nilai Ketersediaan Alat


Nilai ketersediaan alat juga untuk mengetahui kondisi secara mekanis,
fisik, ketersediaan pengguna, dan efektif dari peralatan uang digunakan pada
unit peremuk aspal alam. Data waktu hambatan dari pabrik peremuk aspal
alam sebagai berikut :
W = jumlah jam kerja produksi = 480 menit
R = jumlah jam perbaikan = 20 menit
S = jumlah jam kerja alat standby = 124 menit
Ketersediaan alat Nilai
Mechanical Availability (MA) 96%
Physical Availability (PA) 96,79%
Used Of Availability (UA) 79,47%
Effective Utilization (EU) 76,92%

5.2 Pembahasan
Pada kegiatan peremukan PT. Hansindo Mineral Persada dengan waktu jam kerja
efektif 8 jam/hari maka besarnya produksi yang dihasilkan pada saat ini adalah
sebesar 148 ton/hari hal ini tidak sesuai dengan target produksi perusahaan yaitu
sebesar 300 ton/jam. Hasil produk tersebut yaitu:

Distribusi Ukuran Presentase Berat Tiap Berat Produk


Material (mm) Fragmen (%) (ton/jam)
20-30 52.59 9.73
10-20 26.16 4.84
5-10 13.95 2.58
<5 7.3 1.35
Total 100 28.235

5.2.1 Produksi Pabrik Peremuk


5.2.1.1 Peremuk Rahang I
Peremuk rahang I pada saat ini menggunakan setting 50 mm. untuk
menghindari pelat bergigi dan suku cadang cepat aus dan menyebabkan
produktivitas dari alat peremuk menurun maka alat dapat di setting pada
ukuran 100 mm. Selain itu produk yang dikeluarkan oleh alat dengan
setting 100 mm dapat lebih bervariasi karena material yang berukuran
besar bisa langsung diolah dan mempercepat waktu peremukan karena
tidak perlu menunggu material besar yang tertahan diremuk kembali
sehingga dapat berpengaruh terhadap hasil produksi.

Anda mungkin juga menyukai