Anda di halaman 1dari 23

AKTIVITAS PENAMBANGAN BATUBARA DI PT CIPTA.

KRIDATAMA
KAB. LAHAT PROVINSI SUMATRA SELATAN
PALEMBANG

PROPOSAL KERJA PRAKTEK

Disusun untuk memenuhi kurikulum


Semester VI Jurusan Teknik Pertambangan

Disusun oleh :

1. Jennies Robert Sitorus 14.286.0012


2. Wilberd Pauzi Habehaan 14.286.0031
3. Untal Effendi Simamora 14.286.0036

JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN


FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL
INSTITUTS SAINS DAN TEKNOLOGI TD. PARDEDE
MEDAN
2017
LEMBAR PENGESAHAN

AKTIVITAS PENAMBANGAN BATUBARA DI PT CIPTA. KRIDATAMA


KAB. LAHAT PROVINSI SUMATRA SELATAN
PALEMBANG

PROPOSAL KERJA PRAKTEK


A. JUDUL

AKTIVITAS PENAMBANGAN BATUBARA DI PT.CIPTA


KRIDATAMA KAB. LAHAT PROVINSI SUMATRA SELATAN
PALEMBANG

A. LATAR BELAKANG

Berdasarkan pada kurikulum perkuliahan Teknik Pertambangan semester


VI pada Institut Sains dan Teknologi TD. Pardede (ISTP) Medan, terdapat mata
kuliah kerja praktek (KP). Untuk memenuhi matakuliah tersebut kami ingin
melakukan pengamatan pada suatu perusahaan. Kegiatan pengamatan yang akan
dilakukan tentang aktivitas penambangan batubara.

Batubara sebagai energi alternatif mempunyai nilai ekonomis yang cukup


tinggi sehingga dapat menggantikan peran bahan bakar minyak (BBM) dalam
kegiatan produksi untuk industri tersebut. Apalagi beberapa tahun terakhir ini
harga BBM terus mengalami kenaikan dan hal ini sangat dirasakan dampaknya
terutama dalam hal kebutuhannya sebagai sumber energi bagi aktivitas
perekonomian dunia. Oleh karena itu, kami tertarik untuk melakukan kegiatan
mengamati dan mempelajari secara langsung kegiatan aktivitas penambangan
Batubara pada tambang terbuka di PT.CIPTA KRIDATAMA Kab.Lahat Provinsi
Sumatra selatandan besar harapan kami agar diterima untuk melakukan kegiatan
pengamatan tersebut.
B. MAKSUD DAN TUJUAN
Adapun maksud dari melakukan Kerja Praktek iniadalah mendapatkan konsep-
konsep utama dalam kegiatan pertambangan, metode yang digunakan di
perusahaan, manajemen alat, manajemen perusahaan dan mengamati kegiatan
pertambangan yang berlangsung di PT.CIPTA KRIDATAMA Kab.Lahat Provinsi
Sumatra selatan.

Adapun tujuan dilakukannya Kerja Praktek ini adalah :

Agar mahasiswa dapat membandingkan ilmu yang telah di dapat di


bangku kuliah dengan di lapangan, sehingga mahasiswa dapat
mengembangkan kemampuannya dalam teori dan praktek secara
sinergis.
Mengetahui kegiatan kegiatan dan mengenal kondisi lapangan
penambangan tempat dilakukannya kegiatan kerja praktek.
Menambah wawasan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sedang
berlangsung di penambangan Batubara, dll.
D. PERMASALAHAN
Bagaimana proses meningkatkatkan produksi batubara dengan
meningkatkan kemampuan alat dan manajemen alat.
E. BATASAN MASALAH

A. Dalam pengamatan ini batasan masalah dimulai dengan metode


pengamatan langsung di lapangan pada kegiatan-kegiatan yang dianggap
dapat mempengaruhi peningkatan produksi. Batasan masalah ini hanya
menitik beratkan pada aktivitas penambangan untuk meningkatkan
produksi batubara, baik dengan tinjauan langsung maupun tak langsung.
B. Dalam penelitian ini rumusan masalah dimulai dengan metode pengamatan
langsung di lapangan yang dianggap dapat mempengaruhi peningkatan
produksi. Batasan masalah ini hanya menitikberatkan pada aktivitas
penambangan untuk meningkatkan produksi batubara, dengan tinjauan
langsung dan tak langsung.

F. MANFAAT KERJA PRAKTEK


Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

Menerapkan ilmu pengetahuan yang didapat selama perkuliahan


secara langsung dilapangan dan membandingkannya dengan
keadaan dilapangan.
Terjalinya kerjasama yang baik antara perguruan tinggi dengan
pihak perusahaan, terutama adalah Jurusan Teknik Pertambangan
Fakultas Teknologi Mineral Institut Sains dan Teknologi TD.
Pardede ( ISTP ) Medan.

G. METODE KERJA PRAKTEK


Metode penulisan yang digunakan dalam penyususan Laporan Kerja
Praktek ini adalah :
1. Pengambilan data
a. Data primer, yaitu data yang dikumpulkan dengan melakukan
pengamatan langsung di lapangan meliputi aktifitas sampling, coal
cleaning, coal getting, pengamatan ROM stockpile.
b. Data sekunder, yaitu data yang dikumpulkan berdasarkan literatur
dan referensi meliputi data geologi dan data pendukung lainnya.
2. Pengolahan Data
Data yang telah diperoleh diolah dengan menggunakan perhitungan
dan penggambaran, selanjutnya disajikan dalam bentuk tabel atau
perhitungan penyelesaian.

H. WAKTU DAN TEMPAT KERJA PRAKTEK

Waktu pelaksanaan Kerja Praktek diharapkan selama kurang lebih satu

Bulan yang akan dilaksanakan pada masa liburan akhir semester VI


Tahun ajaran 2016/2017 yaitu dari tanggal 27 Juli s/d 27September 2017. Hal
ini dilakukan untuk menghindari terbenturnya waktu pelaksanaan kerja praktek
dengan waktu perkuliahan di Jurusan Teknik Pertambangan Institut Sains dan
Teknologi T.D Pardede Medan.

Kegiatan Agutus September

Lapangan
Minggu I Minggu II Minggu III Minggu IV

Indefikasi masalah

Kerja praktek langsung

Pengumpulan Data

Penyusunan laporan
I. LANDASAN TEORI

1. Pengertian Batubara

Batubara adalah benda padat berwarna coklat hingga hitam, kekerasannya


kurang dari 3 skala mohs disebut Paytogenous rock atau batuan berasal dari
diagnesia tumbuhan (flora) sebagai mineral energy berupa batuan yang dapat
dibakar membara dan memberikan energi panas berkomposisi organik maseral
sedikit mineral dengan penyusun unsur utama yaitu karbon (C), serta sedikit unsur
oksigen (O), hidrogen (H), dan nitrogen (N). Sifat kimia berbagai jenis batubara
ditentukan oleh jenis dan jumlah unsur kimia yang terkandung dalam tumbuh-
tumbuhan asalnya.

Adapun beberapa unsur dan kondisi yang menyebabkan suatu tumbuh-


tumbuhan itu bisa berubah menjadi batubara antara lain yaitu:

- Bakteri pembusuk

- Temperatur

- Waktu

- Tekanan

Waktu pemanasan juga merupakan hal yang berpengaruh terhadap tingkat


pematangan batubara, dimana waktu pemanasan yang lebih lama akan
menghasilkan tingkat pematangan batubara yang lebih tinggi. Oleh karena itu
batubara yang berumur lebih tua akan mempunyai tingkat pembatubaraan
(Coalitification) yang lebih tinggi.

Tekanan juga merupakan pengaruh terhadap proses pematangan batubara,


hanya saja pengaruhnya relative kecil bila dibandingkan dengan temperatur dan
waktu dalam hal ini tekanan hanya berfungsi untuk memadatkan bahan organik
dan menekan keluar kandungan air yang ada di dalam batubara.
2. Cara Terbentuknya Batubara

Batubara terbentuk sisa-sisa tumbuhan yang sudah mati dengan cara yang
sangat kompleks dan memerlukan waktu yang sangat lama (puluhan sampai
ratusan juta tahun) yang dipengaruhi oleh proses fisika dan kimia ataupun
keadaan geologi. Komposisi kimia batubara hampir sama dengan komposisi
kimia jaringan tumbuhan, keduanya mengandung unsur utama yang terdiri dari
unsur C, H, O, N, S, P. hal ini mudah cdimengerti karena batubara terbentuk dari
jaringan tumbuhan yang telah mengalami proses pembatubaraan (coalification).

3. Tempat Terbentuknya Batubara

Berdasarkan tempat terbentuknya batubara, maka ada dua teori yang


menjelaskan tentang terbentuknya batubara dialam ini yaitu: teori insitu dan teori
drift (Krevelan, 1993).

a. Teori Insitu

Teori insitu menjelaskan bahwa bahan-bahan pembentuk lapisan batubara


terbentuknya ditempat dimana tumbuh-tumbuhan tersebut mati, namun belum
mengalami proses transportasi segera tertutup oleh lapisan sedimen dan
mengalami proses coalification.

b. Teori Drift

Teori ini menjelaskan bahwa bahan-bahan pembentuk lapisan batubara terjadi


di tempat yang berbeda dengan tempat tumbuhan semula hidup dan
berkembang atau lapisan batubara yang terbentuk jauh dari tumbuh-tumbuhan
asal itu berada.
4. Proses Pembentukan Batubara

Batubara berasal dari sisa tumbuhan yang mengalami proses pembusukan,


pemadatan yang telah tertimbung oleh lapisan diatasnya, pengawetan sisa-sisa
tanaman yang dipengaruhi oleh proses biokimia yaitu pengubahan oleh bakteri.
Akibat pengubahan oleh bakteri tersebut, maka sisa-sisa tumbuhan kemudian
terkumpul sebagai suatu masa yang mampat yang disebut gambut (Peatification)
terjadi karena akumulasi sisa-sisa tanaman tersimpan dalam kondisi reduksi
didaerah rawa dengan system draenase yang buruk yang mengakibat selalu
tergenang oleh air, yang pada umumnya mempunyai kedalaman 0,5-1,0 meter.
Gambut yang telah terbentuk lama-kelamaan tertimbung oleh endapan-endapan
seperti batulempung, batulanau dan batupasir. Dengan jangka waktu puluhan juta
tahun sehingga gambut ini akan mengalami perubahan fisik dan kimia akibat
pengaruh tekanan (P) dan temperature (T) sehingga berubah menjadi batubara
yang dikenal dengan oroses pembatubaraan (Coalitification) pada tahap ini lebih
dominan oleh proses geokimia dan proses fisiska.

Proses geokimia dan fisika berpengaruh besar terhadap pematangan


batubara yaitu perubahan gambut menjadi batubara lignit, batubara bituminous,
sampai pada batubara jenis antrasit.

Pematangan bahan organik secara normal terjadi dengan cepat apabila


endapannya terdapat lebih dalam, hal ini disebabkan karena temperatur bumi
semakin dalam akan semakin panas.
5. Reaksi Pembentukan Batubara

Batubara terbentuk dari sisa-sisa tumbuhan yang sudah mati, komposisi


utama terdiri dari cellulose. Proses pembentukan batubara dikenal sebagai proses
pembatubaraan (coalification). Factor fisika dan kimia yang ada di alam akan
mengubah cellulosa menjadi lignit, subbitumina, bitumina atau antrasit. Reaksi
pembentukan batubara adalah sebagai berikut :

5(C6H10O5) C20H22O4 + 3CH4 + 8H2O + 6CO2 + CO


Cellulose lignit gas metan

Keterangan :

Cellulosa (senyawa organik), merupakan senyawa pembentuk batubara.


Unsur C pada lignit jumlahnya relatif lebih sedikit dibandingkan jumlah
unsur C pada bitumina, semakin baik kualitasnya.
Unsur H pada lignit jumlahnya relatif banyak dibandigkan jumlah unsur H
pada bitumina, semakin banyak unsur H pada lignit semakin rendah
kualitasnya.
Senyawa gas metan (CH4) pada lignit jumlahnya relatif lebih sedikit
dibandingkan dengan bitumina, semakin banyak (CH4) lignit semakin
baik kualitasnya.
6. Klasifikasi Batubara
a. Berdasarkan Proses Pembentukannya

Peat (Gambut)
Peat atau gambut adalah tumbuh-tumbuhan yang mati dan mengalami
pembusukan dan tercampur dalam paya yang dikenal dengan peat
(gambut). Jumlah air dalam gambut ini sangat besar dan jumlah
kandungan air tersebut berkisar antara 80-90 % ketika baru ditambang.

Lignit
Lignit yaitu suatu nama yang digunakan pada tahap pertama lapisan
Brown Coal. Pada umumnya lignit mengandung material kayu yang
sedikit mempunyai struktur yang lebih kompak bila dibandingkan dengan
gambut.
Lignit mempunyai warna yang berkisar antara coklat sampai kehitaman,
lignit segar mempunyai kandungan air antara 20-45 % dan nilai bakar
3056-4611 kal/gram, sedangkan lignit yang bebas air dan abu berkisar
antara 5566-111 111 kal/gram.

Batubara Sub Bituminous


Jenis batubara ini berwarna hitam mengkilap dan mempunyai kilapan
logam. Batubara ini saat ditambang kandungan air yang terkandung
mencapai 45 % dan mempunyai nilai kalor bakar sangat rendah,
kandungan karbon sedikit, kandungan abu banyak dan kandungan sulfur
yang banyak.

Batubara Bituminous
Batubara bituminous merupakan jenis batubara yang terpenting dan
dipakai sebagai bahan bakar karena memiliki nialai kalor, kandungan
karbon yang relatif tinggi, sedangkan kandungan air, kandungan abu, dan
kandungan sulfur yang relatif rendah. Jenis batubara ini juga digunakan
sebagai bahan bakar dalam pembuatan kokas dan pabrik gas.

Batubara Semi Antrasit


Batubara semi antrasit ini merpakan batubara yang memiliki sifat antara
batubara bitumen yang mempunyai kandungan zat terbang rendah
disbanding dengan batubara antrasit yang mempunyai zat terbang yang

tinggi berkisar antara 6-14 %. Batubara ini mudah terbakar dan warna
nyalanya sedikit kekuning-kuningan.

Batubara Antrasit
Batubara antrasit biasanya disebut batubara keras (hard coal) penamaan
ini berdasarkan atas dasar kekerasan dan juga kekuatannya antrasit.
Batubara antrasit ini mudah untuk ditambang karena letak lapisan didalam
kerak bumi yang tidak pasti, dimana letak lapisannya kadang-kadang tegak
dan kadang-kadang juga vertical bahkan kadang-kadang juga berlekuk.
Sifat barubara ini ditentukan dari derajat kilap atau warna.
Batubara antrasit mempunyai nilai kalor dan kandungan karbon sangat
tinggi dan memiliki kandungan air atau sulfur yang relative rendah dan
kandungan zat terbang tinggi berkisar antara 8,0 %.

Meta Antrasit
Batubara Meta Antrasit adalah batubara dengan kelas yang sangat tinggi
dimana nilai kalorinya sangat tinggi, berkisar antara 8000-9000 kalori.
Kadara air (Water content) sangat kecil kurang dari 1 %, warna hiam
mengkilat, pecahan concoidal, tidak mengotori tangan bila dipegang,
menghasilkan api yang biru bila dibakar, tidak mengeluarkan asap, tidak
berbau, kadar abu dan sulfur juga sangat rendah. Batubara jenis ini adalah
antrasit yang mengalami pengaruh tekanan dan suhu yang tinggi akibat
proses tektonik maupun aktivitas vulkanik yang ada di dekat endapan.
b. Berdasarkan ASTM (American Society for Testing and Material)
Fixed Carbon (Karbon Tetap)
Valatile Matter (Zat Terbang)
Calorific Value (Nilai Panas)

7. Tahap - tahap Penambangan Batubara

a. Eksplorasi
Eksplorasi bertujuan untuk menentkan letak, posisi , penyebaran dan
kadar yang terdapat pada batubara rsebut serta factor factor yang
diperkirakan dan akan berpengaruh pada kegiatan penambangan batubara.
Eksplorasi ini di mulai dari pembuatan sumur uji ( test pit ) untuk pengambilan
contoh ( sample ), dan contoh atau sample yang akan diambil kemudian di
analisa untuk menentukan kadar dan nilai ekonomis dari endapan terdebut.

Tahap eksplorasi batu bara umumnya dilaksanakan melalui empat


tahap, yakni survei tinjau, prospeksi, eksplorasi pendahuluan, dan eksplorasi
rinci. Tujuan penyelidikan geologi ini adalah untuk mengindentifikasi
keterdapatan, keberadaan, ukuran, bentuk, sebaran, kuantitas, serta kualitas
suatu endapan batu bara sebagai dasar analisis/kajian kemungkinan
dilakukannya investasi. Tahap penyelidikan tersebut menentukan tingkat
keyakinan geologi dan kelas sumber daya batu bara yang dihasilkan.
Penghitungan sumber daya batu bara dilakukan dengan berbagai
metoda.diantaranya poligon, penampangan, isopach, inverse distance,
geostatisik, dan lain-lain.

1) Survei Tinjau (Reconnaissance)


Survei tinjau merupakan tahap eksplorasi batu bara yang paling awal
dengan tujuan mengindentifikasi daerahdaerah yang secara geologis
mengandung endapan batu bara yang berpotensi untuk diselidiki lebih lanjut
serta mengumpulkan informasi tentang kondisi geografi, tata guna lahan, dan
kesampaian daerah. Kegiatannya, antara lain, studi geologi regional, penafsiran
penginderaan jauh, metode tidak langsung lainnya, serta inspeksi lapangan
pendahuluan yang menggunakan peta dasar dengan skala sekurang-kurangnya
1:100.000Prospeksi (Prospecting)
Tahap eksplorasi ini dimaksudkan untuk membatasi daerah sebaran
endapan batu bara yang akan menjadi sasaran eksplorasi selanjutnya.
Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini, di antaranya, pemetaan geologi
dengan skala minimal 1:50.000, pengukuran penampang stratigrafi, pembuatan
paritan, pembuatan sumuran, pemboran uji (scout drilling), pencontohan, dan
analisis. Metode eksplorasi tidak langsung, seperti penyelidikan geofisika,
dapat dilaksanakan apabila dianggap perlu.

2) Eksplorasi Pendahuluan ( Preliminary Exploration)


Tahap eksplorasi ini dimaksudkan untuk mengetahui gambaran awal
bentuk tiga-dimensi endapan batu bara yang meliputi ketebalan lapisan,
bentuk, korelasi, sebaran, struktur, kuantitas dan kualitas. Kegiatan yang
dilakukan antara lain, pemetaan geologi dengan skala minimal 1:10.000,
pemetaan topografi, pemboran dengan jarak yang sesuai dengan kondisi
geologinya, penampangan (logging) geofisika, pembuatan sumuran/paritan uji,
dan pencontohan yang andal. Pengkajian awal geoteknik dan geohidrologi
dimulai dapat dilakukan.

3) Eksplorasi Rincian (Detailed exploration)


Tahap eksplorasi ini dimaksudkan untuk mengetahui kuantitas dan
kualitas serta model tiga-dimensi endapan batu bara secara lebih rinci.
Kegiatan yang harus dilakukan adalah pemetaan geologi dan topografi dengan
skala minimal 1:2.000, pemboran dan pencontohan yang dilakukan dengan
jarak yang sesuai dengan kondisi geologinya, penampangan (logging)
geofisika, serta pengkajian geohidrologi dan geoteknik. Pada tahap ini perlu
dilakukan penyelidikan pendahuluan pada batu bara, batuan, air dan lainnya
yang dipandang perlu sebagai bahan pengkajian lingkungan yang berkaitan
dengan rencana kegiatan penambangan yang diajukan

b. Study Kelayakan Tambang


Merupakan pekerjaan mengevaluasi data dan hasil analisis yang didapatkan
pada kegiatan eksplorasi batubara, dari kegiatan didapatkan apakah kegiatan
penambangan batubara layak di tambang baik secara ekonomis maupun secara
teknologi yang ada pada saat ini atau tidak layak, jika layak maka kegiatan ke
tahap selanjutnya akan diteruskan, dan jika tidak layak maka hasil analisis
evaluasi data akan di arsipkan.

c. Perencanaan Dan Pembangunan (Development)

Merupakan pekerjaan untuk membuat lubang bukaan ke arah dan di


dalam endapan batubara yang sudah pasti, untuk lanjutan penambangan
batubara selanjutnya, kemudian pembangunan sarana dan prasarana yang
mendukung ataupun yang diperlukan dalam kegiatan aktivitas penambangan
batubara.
d. Eksploitasi

Pembersihan lahan ( land clearing )


Pembukaan lokasi penambangan merupakan kegiatan awal untuk
mempersiapkan medan kerja yang baik untuk kegiatan penambangan.
Kegiatan pembukaan lokasi penambangan meliputi pekerjaan pembersihan
lahan dari vegetasi ( Land Clearing ), pengupasan tanah penutup dan
Pembersihan lahan dari semak-semak dan pohon besar ( Clearing ) dengan
menggunakan Bulldozer, naik menyusuri bukit kemudian turun menggusur
semak dan pepohonan ke arah bawah dengan memanfaatkan gaya
gravitasi bumi agar tenaga gusur alat menjadi besar. Penanganan
pepohonan besar dipisahkan dari semak-semak dengan tujuan untuk
memudahkan pekerjaan selanjutnya.
Pengupasan lapisan tanah penutup ( overburden )
Pengupasan lapisan tanah penutupdilakukan dengan menggunakan
Excavator,Bulldozer,Dump Truck. Tanah penutup terbagi atas dua yaitu
tanah pucuk ( top soil ), dan over burden. Tanah penutup ( top soil ) adalah
tanah penutup yang belum memiliki struktur batuan sedimen. Over burden
adalah tanah penutup yang sudah memiliki struktur batuan sedimen.
Pengupasan tanah penutup ini dilakukan sampai batubara yang akan
diambil terlihat ( ter-expose ). Tanah penutup yang telah dikupas ( disposal
) akan dipindahkan ke tempat penampungan disposal. Setelah kegiatan
pembukaan lokasi tambang dan pembersihan lahan selesai dikerjakan,
selanjutnya yang dilakukan adalah pengupasan lapisan penutup yang
terdiri dari tanah dan batuan. Pada bagian atas Top soil ini kaya dengan
unsur hara ( Humus ) tebalnya sekitar 10 - 30 cm. Untuk lapisan
selanjutnya lapisan tanah merah ( Sub Top Soil ). Penggalian dikerjakan
oleh Excavator dan diangkut dengan menggunakan Dump Truck
dipindahkan menuju disposal yang nantinya akan digunakan kembali
untuk reklamasi pada daerah bekas tambang.
Penggalian Batubara( coal getting )
Penggalian batubara ( coal getting ) adalah proses pengambilan batubara
dari dalam tanah. Pekerjaan ini dilakukan dengan menggunakan alat gali
muat Excavator. Batubara yang telah diambil untuk sementara akan
ditumpuk di stock pile dari lokasi pengambilan dengan menggunakan
Dump Truck.
Pemuatan
Pemuatan adalah kegiatan yang dilakukan untuk memasukkan atau
mengisikan material atau endapan bahan galian hasil pembongkaran ke
dalam alat angkut. Kegiatan pemuatan dilakukan setelah kegiatan
penggusuran, pemuatan dilakukan dengan menggunakan alat muat Wheel
Loader dan dimuat ke dalam alat angkut Dump Truck.
Kegiatan pemutan bertujuan untuk memindahkan batubara hasil
pembongkaran ke dalam alat angkut. Pengangkutan dilakukan dengan
sistem siklus, artinya Dump Truck yang telah dimuat langsung berangkat
tanpa harus menunggu truck yang lain dan setelah membongkar muatan
langsung kembali ke lokasi penambangan untuk dimuati kembali.

e. Pengangkutan

Pengangkutan adalah kegiatan yang dilakukan untuk mengangkut atau


membawa material atau endapan bahan galian dari front penambangan dibawa
ke tempat pengolahan untuk proses lebih lanjut.
Kegiatan pengangkutan menggunakan Dump Truck yang kemudian
dibawa ke tempat pengolahan untuk dilakukan proses peremukan ( Crushing ),
jumlah truk yang akan digunakan tergantung dari banyaknya material batubara
hasil pembongkaran yang akan diangkut.

f. Pengolahan

Pengolahan adalah kegiatan yang bertujuan untuk menaikkan kadar


atau mempertinggi mutu bahan galian yang dihasilkan dari tambang sampai
memenuhi persyaratan untuk diperdagangkan atau dipakai sbagai bahan baku
untuk bahan industri lain.
Batubara yang dihasilkan dari tambang ( ROM ) biasanya selain
mengandung mineral berharga yang diinginkan, juga mengandung mineral
pengotor (gangue mineral ) sehingga hasil tambang tidak bisa langsung
dimanfaatkan atau diperdagangkan. Untuk menghilangkan mineral pengotor
tersebut sehingga hasil tambang dapat dimanfaatkan atau diperdagangkan,
maka dilakukan dengan pengolahan bahan galian ( ore/mineral dressing ).
Proses pemisahan antara mineral berharga dengan mineral mineral pengotor
didasarkan kepada perbedaan baik fisik maupun sifat kimia mineral berharga
dengan mineral pengotornya.
Keuntungan lain dari pengolahan bahan galian selain meningkatkan
kadar mutunya, ialah juga mengurangi jumlah volume dan beratnya sehingga
dapat mengurangi jumlah volume dan beratnya sehingga dapat mengurangi
ongkos pengangkutannya.
g. Pemasaran
Merupakan tahap akhir, dimana batubara yang telah bersih melalui tahap
pengolahan siap untuk dipasarkan, pihak konsumen akan membeli dengan
berbagai macam jenis batubara dengan nilai kalori yang berbeda.
h. Reklamasi
Reklamasi merupakan pekerjaan pekerjaan yang bertujuan untuk
memperbaiki atau mengembalikan tata lingkungan hidup agar lebih berdaya
guna. Usaha ini harus dilakukan setiap perusahaan pertambangan sesuai
peraturan yang berlaku.
Dalam pelaksanaannya ada beberapa kesulitan untuk reklamasi daerah
bekas tambang apabila tanpa perencanaan pengelolahan yang baik. Kesulitan
tersebut antara lain :
1. Tidak dilakukannya pengamatan terhadap tanah humus sehingga dalam
pelaksanaannya banyak tanah humus yang terbuang.
2. Tidak dilakukannya dengan tuntas sehingga terdapat bekas daerah tambang
yang dibiarkan terbuka untuk beberapa lama karena ada sebagian tanah
galian masih tersisa.
3. Kesulitan penentuan lokasi penimbunan tanah penutup.
Beberapa faktor penting yang saling mempengaruhi lingkungan dari
kegiatan pertambangan antara lain penerapan teknologi pertambangan.
Kegiatan faktor ini saling berpengaruh bukan hanya pada lingkungan diluar
pertambangan dimana daya dukung menjadi berkurang, akan tetapi kegiatan
penambangan akan mengalami hambatan dalam kelancara operasinya.
Reklamasi didaerah bekas tambang dilakukan dengan cara pengambilan
kembali tanah penutup ( top soil ) ke bekas daerah penambangan kemudian
dilakukan pemupukan tanah untuk mengembalikan kestabilan dan kesuburan
tanah. Sehingga dapat ditanami tanaman yang lebih produktif bagi penduduk
setempat, agar tata lingkungan tidak jauh berbeda dengan lingkungan
sebelumnya maka dipilih bibit sawit dan bibit karet sebagai tanaman reklamasi.
Kegiatan reklamasi akan dilakukan setelah kegiatan penambangan
selesai, dalam hal ini setelah penambangan pada suatu daerah selesai
dilaksanakan, dengan urutan kegiatan sebagai berikut :

1. Pengupasan lapisan tanah penutup ( top soil ) dilaksanakan.


2. Lapisan tanah penutup ( top soil ) tersebut dikumpulkan pada suatu
tempat.
3. Kegiatan penambangan dan pengolahan.
4. Tailing dari proses pengolahan dimasukkan kembali pada blok yang telah
ditambang.
5. Perataan tinggi daerah penambangan dengan daerah sekelilingnya yang
tidak ditambang.
6. Penyebaran lapisan tanah penutup ( top soil ).
7. Penanaman dengan tanaman keras yang cocok dengan daerah tersebut.
J. PENUTUP

Demikian proposal permohonan kerja praktek ini kami sampaikan.


Penelitian yang ingin kami lakukan ini masih membutuhkan bimbingan dan
arahan dari pihak perusahaan. besar harapan kami pada Bapak/Ibu pimpinan agar
menerima proposal ini demi kelanjutan dan kemajuan pendidikan kami.
Kesempatan yang diberikan perusahaan kepada kami akan kami
laksanakan dengan semaksimal mungkin. Kami menyadari bahwapembuatan
proposal ini belumlah sempurna, oleh sebab itu kami mohon maaf atas
ketidaksempurnaan dalam pembuatan proposal ini. Kami juga mengharapkan
kritikan dan masukan yang membangun untuk penulisan proposal yang lebih baik
di kemudian hari.
Atas perhatian dan kerjasama dari Bapak/Ibu Pimpinan PT.CIPTA KRIDATAMA
kami ucapkan terimakasih.
P. DAFTAR PUSTAKA

1. Indonesianto Yanto,Pemindahan Tanah Mekanis UPN Veteran


Yogyakarta, 2005.
2. Tibri Tengku, Tambang Terbuka, Teknik Pertambangan Institut Teknologi
Medan, 2011.
3. Arif Irwandy, S.Adisoma Gatut. Perencanaan Tambang, Institut Teknologi
Bandung, 2005.
4. Supriatna Suhala, M. Arifin, 2001, Ensiklopedi Pertambangan, Edisi 4,
Puslitbang Teknologi dan Batubara.
5. Pegle, R, 1959 Mining Enginering Handbook, John Wiley and Sons, Inc,
New York.
6. Crawford, Hustrulid, 1979 Open Pit Mine Planning and Design, SME
AIME.
K. RENCANA DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang .
1.2. Maksud dan Tujuan .
1.3. Ruang Lingkup .
1.4. Metodelogi Penelitian

BAB II TINJAUAN UMUM


2.1. Sejarah dan Perkembangan perusahaan
2.2. Lokasi dan Kesampaian Daerah
2.3. Topografi
2.4. Statigrafi .
2.5. Geomorfologi ..
2.6. Vegetasi ..
2.7. Iklim dan Curah Hujan
2.8. Geologi ....
2.9. Ganesa Batubara ..
BAB III AKTIVITAS PENAMBANGAN
3.1. Eksplorasi
3.2 . Penambangan ..
3.3. Pencucian ....
3.4. Penimbunan
3.5. Pengapalan
3.6. Produksi dan Ekspor ...
3.7. Program Lingkungan dan Reklamasi ..
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan ..
4.2 Saran ..

Anda mungkin juga menyukai