RAHMAT
ANDIKA
F1D116040
1
Sebagai perusahaan yang bergerak dibidang pertambangan batu
gamping Pt. X seharusnya dapat merealisasikan rencana produksi pemboran
secara optimal untuk memenuhi permintaan bahan baku batugamping. Hal
2
2. Sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan studi S1 program Studi
Teknik Pertambangan Fakultas Sains Dan Teknologi Universitas Jambi
3. Sebagai salah satu bahan atau masukan kepada pihak perusahaan PT . X
3
II. TINJAUAN PUSTAKA
a. Dataran Rendah
Topografi di daerah ini sedikit bergelombang atau relatif datar
dengan ketinggian antara 130 – 250 meter diatas permukaan laut dan
terdapat di bagian Timur Laut Bukit Karang Putih. Batuannya terdiri
dari alluvial berupa pasir dan lempung dari Sungai Batang Idas,
bongkah-bongkah batuan vulkanik, batu gamping, batu kersikan dan
batu sabak.
b. Daerah Perbukitan Rendah
Daerah ini mempunyai ketinggian 250 – 450 meter dari
permukaan air laut dan teletak pada ujung Barat Daya, Selatan,
Timur dan Tenggara daerah penambangan. Daerah ini merupakan
hutan sekunder yang bersifat musiman.
c. Daerah Perbukitan Tinggi
Daerah ini berupa bukit-bukit terjal yang terdiri dari Bukit
Karang Putih dengan ketinggian 550 m. Bukit Gadang dengan
ketinggian 586 m dan Bukit Tajarang dengan ketinggian 750 m di
atas permukaan laut. Batuan pembentuk daerah ini adalah batu
gamping dan batu andesit yang membentuk dinding terjal.
2.8 Keadaan Geologi
Batu kapur tersusun oleh mineral kalsium karbonat (CaCO 3), yang
terbentuk secara organik karena perombakan unsur kimia. Jenis organik
rombakan berasal dari kumpulan endapan, kerang atau siput, foraminifera,
serta ganggang. Jenis rombakan kimia terjadi pengendapan dari hasil
rombakan jenis organik yang berlangsung tidak dari tempatnya semula. Ada
juga jenis yang lain, yaitu terjadi dari pengendapan kalsium karbonat dalam
kondisi iklim dan suasana lingkungan tertentu, baik dalam air laut, tawar,
ataupun endapan kapur.Sedangkan silica stone adalah batuan yang menjadi
overburden batu kapur. Lokasi keberadaan silica stone adalah di pit
limit/puncak dari bukit karang putih.
a. Geomorfologi
Secara umum daerah kawasan penambangan PT. Semen
Padang merupakan daerah perbukitan bergelombang hingga sangat
terjal. Kemiringan lerengnya berkisar 10% hingga lebih dari 85% ,
dengan ketinggian dari 225 m hingga 720 m dari permukaan air laut.
b. Stratigrafi dan Ganesa Bahan Galian
Tatanan Stratigrafi daerah Bukit Karang Putih tersusun oleh
litologi berurutan dari tua ke muda adalah batuan kersikan anggota
formasi kuantan dengan batuan gamping kristalin, berumur
permokarbon, secara tidak selaras berada diatas satuan batuan
kersikan dan satuan batu gamping yang terendapkan bersama satuan
konglomerat anggota formasi Tuhur, berumur trias tengah akhir
dengan ditutupi oleh silica stone pada bagian atasnya.
Bukit Karang Putih berumur kala miosen tengah dan intrusi
batuan beku. Di sebelah Selatan daerah Bukit Karang Putih berumur
kala miosen akhir. Satuan batuan yang paling muda yang terdapat di
Bukit Karang Putih adalah vulkanik berumur tersier atau kuarter dan
secara tidak selaras menutupi satuan batuan lain yang ada
sebelumnya. Statigrafi daerah Bukit Karang Putih PT. Semen Padang
dapat dilihat pada Gambar 3.
Sumber: Departemen Tambang PT. Semen Padang
Gambar 2.1. Stratigrafi Daerah PT. Semen Padang
a. Litologi
Secara umum litologi penyusun satuan batuan di lokasi
tambang PT. Semen Padang didominasi oleh batuan rijang (chert),
sekisan (filit), batu sabak dan konglomerat yang hanya tersingkap
pada alur Sungai Batang Idas arah ke hulu.
b. Struktur Geologi
Keadaan geologi daerah Bukit Karang Putih merupakan bukit
yang sangat terjal dengan sudut lereng alami mencapai 45 0. Bukit
KarangPutih pada umumnya ditempati oleh batu kapur (gamping)
yang ditutupi oleh silica stonedengan terobosan batuan beku (basalt,
andesit, granit). Lapisan batu kapur terletak di atas batuan endapan
vulkanik dengan ketebalan 100 m-350 m.
Morfologi Bukit Karang Putih terbagi dua unit morfologi, yaitu
morfologi perbukitan terjal dan morfologi lembah. Morfologi
perbukitan terjal menempati bagian Utara Tengah, Timur dan Selatan
daerah penambangan. Mempunyai pegunungan berarah Barat-Laut
Tenggara dan Timur-Barat. Mempunyai puncak yang landai ke arah
Utara dan puncak yang terjal serta ber relief kasar kearah Selatan.
Morfologi ini berada pada ketinggian antara 262-525 m diatas
permukaan laut, dan dibatasi oleh lereng yang terjal di bagian Utara,
Barat, Timur dan Selatan dengan sudut berkisar antara 45 0-750.
Morfologi lembah terletak dibagian Barat dari penambangan,
memanjang kearah Barat Laut-Tenggara, searah dengan pegunungan
perbukitan dan arah aliran sungai dengan ketinggian 250-400 mdpl.
Peta geologi PT. Semen Padang dapat dilihat pada Lampiran 2.
2.9 Iklim dan Curah Hujan
Iklim di daerah PT. Semen Padang adalah iklim tropis yang memiliki dua
musim yaitu musim hujan dan musim kemarau dengan kisaran temperatur
27oC – 35oC.
Cuaca dapat mempengaruhi efektivitas kerja pada penambangan dengan
menggunakan metode tambang terbuka. Curah hujan kota padang bisa
dikatakan rendah. Hal ini disebabkan karena letak kota padang di tepi pantai.
2.10 Sifat-sifat dan Kualitas LimeStone
Berdasarkan hasil contoh permukaan dan inti bor dilaboratorium PT.
Semen Padang pada pertengahan 2010, diketahui sifat fisik Lime stone di
daerah Bukit Karang Putih sebagai berikut:
Warna : Putih susu/bening, abu-abu gelap sampai
terang Density : 2,65 ton/BCM dan 1,72 ton/LCM
Komposisi kimiaLime stone:
SiO :6%
Fe2O3 : 0,7 %
H2O : 4,4 %
CaO : 52 %
MgO :3%
CO2 : 28 %
2.11 Kegiatan Umum Perusahaan
Penambangan di PT. Semen Padang melakukan metode tambang quary
di Bukit Karang Putih dengan ketinggian jenjang bervariasi yaitu 9m s/d 15m.
Alur Penambangan PT. Semen Padang yaitu:
1. Perintis (pioneering).
Perintis adalah pembuatan jalan masuk untuk pembukaan daerah
penambangan baru (fron baru) sampai bisa menempatkan peralatan. Biasanya
meliputi penebangan pohon dan pembersihan semak belukar.
2. Pembabatan (clearing).
Pembabatan merupakan pekerjaan pengembangan yang baru dari
vegetasi tumbuhan pada luas area tertentu, biasanya kegiatan tersebut
meliputi aktivitas penebangan pohon dan pembuangan.
3. Pengupasan (stripping).
Pengupasan merupakan tahap untuk mengupas lampisan penutup atau
overburden (OB) pada batu kapur dengan excavator sebagai alat gali dan muat
lalu dump truck sebagai alat angkut. Karena OB banyak mengandung silika,
maka juga bisa imanfaatkan untuk produksi.
4. Pembersih Area Drilling (dozing).
Aktifitas membersihkan area drilling meliputi:
Penentuan kebutuhan lubang bor untuk permintaan prouksi.
a. Menentukan lokasi pemboran untik lubang ledak sesuai dengan
desain kemajuan lereng tambang.
b. Membersihkan area drilling yang sudah dipastikan dengan Buldozer.
c. Membuat titik lubang bor untuk petunjuk operator pemboran.
5. Pemboran (drilling).
Merupakan kegiatan pembatan lubang leak sebagai tempat meletakan
bahan peledak pada tahapan peledakan nanti. Kegiatan pemboran ini
menggunakan alat bor furukawa yang diameter mata bornya berukuran 5inch.
Kealaman lubang bor ini sesuai dengan yang ditentukan pada perencanaan
tambang (lebih kurang 7-12m).
Tahap-tahap kegiatan pemboran yaitu:
a. Penentuan lokasi atau front batu kapur yang akan dibor dengan cara
menganalisa dari kemajuan lereng lokasi penambangan.
b. Pembersihan front area yang akan dibor dengan mengunakan alat
bulozer.
c. Penentuan dan pengukuran posisi titik bor berdasarkan spasing dan
burennya dengan cara membentangkan alat ukur (meteran) dan memberi tanda
titik-titik tersebut menggunakan cat semprot supaya
memuahkan operator alat bor dalam penempatan mata bornya.
d. Pemeriksaan kelayakan berbagai komponen alat bor memeriksa
compressor,mata bor,carbulator,lampu dan sebagainya.
e. Mobilisasi alat bor ke lokasi atau front area yang akan di bor.
f. Penempatan mata bor pada titik-titik yang suah ditandai.
g. Menurunkan menara (rig).
h. Menurunkan batang bor mulai melakukan pemboran.
i. Pengantian batang bor berikutnya untuk mencapai kedalaman yang
ditentukan.
j. Pemindahan alat bor ketitik bor berikutnya.
Pola pemboran yang diterapkan adalah pola zig-zag, debgan spasi dan
burden umumnya 5x5m.
6. Peledakan (blasting).
Peledakan dilakukan untuk memberaikan material batu kapur dari
bongkahannya menjadi ukuran yang lebih kecil lagi. Kegiatan peledakan diawali
cengan mengisi bahan peledak kedalam lubang bor (charging) selanjutnya setiap
lubang irangkai dengan pola tertentu untuk diledakan.
Batu kapur yang dipertambang PT.Semen Padang memiliki kekerasan
yang tinggi. Oleh karena itu, perlu dilakukan proses peledakan pada area batu
kapur yang akan ditambang. Setelah semua lubang ledak selesai dibor
ilakukanlah proses peledakan.
Efek-efek yang akan timbul dari kegiatan peledakan harus sangat
diperhatikan seperti flying rock,debu dan getaran yang capat menganggu
kestabilan lereng maupun pemukiman atau bangunan-bangunan yang ada
disekitar area penambangan. Agar tidak menimbulkan bahaya maka jarak aman
ari kegiatan peledakan ialah 300m untuk alat dan 500m untuk manusia.
7. Pemuatan (loading)
Pemuatan adalah pengambilan material yang sudah diberaikan
kemudian kemudian dipindahkan kedalam alat angkut. Alat muat yang tersedia
di lapangan excavator.
8. Pengangkutan (hauling).
Kegiatan pengangkutan adalah kegiatan yang mengangkut material hasil
peledakan langsung ke hopper crusher,kegiatan hauling batu kapur dilakukan
pada jalur yang bergantian.
9. Peremukan (crushing).
Bertujuan untuk menghancurkan atau mengubah ukuran (mesh) batu
kapur sesuai dengan permintaan pabrik,material yang telah diremukan dibawah
ke strage dengan mengunakan belt conveyor.
10. Tranfortasi Bahan Galian ke Storage (conveyor).
Pada PT.Semen Padang untuk mengirimkan batu kapur fari area
tambang ke storage pabrik dengan mengunakan belt conveyor.
Rancangan Geometri Peledakan Menurut R.L Ash Berdasarkan pengalaman
empirik yang diperoleh di berbagai tempat dengan jenis pekerjaan dan batuan
yang berbeda-beda, rumusan-rumusan empirik yang dapat digunakan sebagai
pedoman dalam rancangan awal suatu peledakan batuan. Terlebih dahulu
mencari nilai KB pada R.L Ash ialah sebagai berikut:
III. METODOLOGI PENILITIAN
Minggu
No. Jenis Kegiatan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1. Studi Pustaka
2. Orientasi Lapangan
3. Pengambilan Data
4. Analisa Data
5. Pembuatan Laporan