LEMBAR PENGESAHAN
i
KATA PENGANTAR
ii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL...................................................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................................... i
KATA PENGANTAR .................................................................................................. ii
DAFTAR ISI ................................................................................................................ iii
DAFTAR TABEL ........................................................................................................ iv
DAFTAR GAMBAR .................................................................................................... v
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................. 6
1.1. Latar Belakang ............................................................................................... 6
1.2. Rumusan Masaalah ......................................................................................... 7
1.3. Keaslian Penelitian ......................................................................................... 8
1.4. Tujuan Penelitian ............................................................................................ 9
1.5. Lokasi dan Kesampaian Daerah ..................................................................... 9
1.6. Manfaat Penelitian ........................................................................................ 11
BAB II KAJIAN PUSTAKA ...................................................................................... 12
2.1. Tinjauan Pustaka .......................................................................................... 12
2.2. Landasan Teori ............................................................................................. 35
2.3. Kerangka Berpikir ........................................................................................ 37
2.4. Hipotesis ....................................................................................................... 37
BAB III METODE PENELITIAN.............................................................................. 39
3.1. Objek Penelitian ........................................................................................... 39
3.2. Teknik Pengumpulan Data ........................................................................... 39
3.3. Variabel Penelitian ....................................................................................... 39
3.4. Alat dan Bahan ............................................................................................. 40
3.5. Tahapan Penelitian ....................................................................................... 41
3.6. Analisis Data ................................................................................................ 44
3.7. Jadwal Penelitian .......................................................................................... 46
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 48
iii
DAFTAR TABEL
iv
DAFTAR GAMBAR
v
BAB I
PENDAHULUAN
6
muat dan alat angkut yang disebabkan karna kurangnya unit setiap blok penambangan,
yang menyebabkan target produksi tidak dapat tercapai.
Oleh karena itu, berdasarkan pada kondisi tersebut, penyusun melakukan
analisis dengan mengkaji perbandingan kebutuahn alat gali muat dan alat angkut
dengan perhitungan (by region vs baseline) dalam rangka mencapai target produksi
2019 pada PT.Vale Indonesia Tbk, Sorowako Sulawesi Selatan. By region artinya
kebutuhan peralatan tambang dihitung berdasarkan cluster atau kelompok hill yang
berdekatan untuk area Sorowako. Baseline artinya kebutuhan peralatan tambang
dihitung berdasarkan pengelompokan secara total yaitu kelompok Sorowako dan Petea.
Adapun alat yang diteliti yaitu (Excavator) Hitachi ZX 870 (4,5 M3), (Shovel)
Hitachi ex 1900 FS (10,5 M3), (Loader) CAT 992 Class (10,5 M3) dan alat angkut
(Truck) CAT 777 D ( 100 ton) dimana alat yang diteliti merupakan unit terbesar pada
PT.Vale Indonseia Tbk. Alat gali muat dan alat angkut tersebut mampu menghasilkan
produksi yang optimal dibandingkan dengan unit yang lain karna memiliki kapasitas
baket dan bak yang lebih besar.
7
1.3. Keaslian Penelitian
Dalam penelitan ini penyusun memaparkan dua penelitian terdahulu sebagai
perbandingan dengan penelitian yang penyusun lakukan di PT.Vale Indonesia Tbk, :
Nama/Tahun
No Judul Tujuan Metode dan Hasil Penelitian
penelitian
1. Edmond Katti Analisis 1. Mengetahui Meningkatkan produksi alat gali
2012 Produksi kemampuan produksi muat dan alat angkut dengan
Penambangan
alat gali muat dan alat melakukan pengamatan dan
Batubara
pada angkut sehingga analisis perhitungan pada upaya
PT.Nirbaya memenuhi rencana peningkatan waktu kerja efektif,
Utama Kutai
produksi. efesiensi kerja alat, fill factor dan
Kartanegara
Kalimantan 2. Mengetahui factor keserasian kerja alat pada
Timur yang menghambat tambang terbuka PT.Nirbaya
kegiatan produksi Utama Kalimantan Timur. Hasil
sehingga target tidak penelitian, setelah dilakukan
tercapai. analisis perhitungan diketahui
3. Menentukan bahwa kemampuan produksi
mekanisme kerja unit CAT 320 D dan dump truck Hino
sehingga terjadi 500 class dapat mencapai target
singkronisasi 21.565.440 ton dengan
meningkatkan efektifitas kerja,
efesiensi kerja alat, fill factor dan
keserasian kerja alat.
2. Markus Tande Evaluasi 1. Mengetahui produksi Dalam penelitian ini, menghitung
2012 Produksi Alat pemuatan material produksi alat muat dan alat
Muat dan overburden dalam angkut serta match fator
Angkut Pada memenuhi target menggunakan persamaa menurut
Kegiatan produksi yang telah Partanto Projosumarto. Dari
Pengupasan direncanakan. analisis perhitungan yang
Overburden 2. Mengetahui produksi dilakukan dengan menggunakan
Pit Selatan pengangkutan persamaan menurut Partanto
8
PT.Madanai material overburden Projosumarto hasil yang
Talatah dalam memenuhi diperoleh adalah produksi alat
Nusantara target produksi yang muat Excavator Hitachi EX-3600
Kalimantan telah direncanakan pada pemuatan overburden
Timur 3. Mengetahui sebesar 787.849,617 m3/Bulan,
keserasian alat muat produksi alat angkut Dump Truck
dan alat angkut yang Caterpillar HD785C pada
digunakan agar target pemuatan overburden sebesar
yang direncanakan 779.895,082 m3/Bulan telah
dapat tercapai. tercapai dengan match fator = 1
9
3. Sebelah selatan berbatasan dengan Wawondula, Kabupaten Kendari, Provinsi
Sulawesi Tenggara dan Teluk Bone.
4. Sebelah timur berbatasan dengan Danau Mahalona dan Provinsi Sulawesi
Tengah.
Sorowako dengan elevasi 290 – 900 m merupakan daerah yang dikelilingi
oleh tiga buah danau yaitu Danau Matano, Danau Towuti dan Danau Mahalona.
PT. Vale Indonesia Tbk, mempunyai daerah konsesi awal dengan luas sekitar
6.000.000 Ha di tahun 1968 yang terletak pada posisi 120°52' - 122°30' BT (Sua-
sua s/d Torokulu) dan 1°50' - 5°30' LS (Kolonedale s/d Malapulu). Daerah konsesi
awal ini sebagian dikembalikan kepada pemerintah Indonesia, dan hingga saat ini
daerah yang tersisa dan dipertahankan adalah seluas 218.530 Ha (SK
336.K/46.00/DJG/2005) dan menyebar di tiga propinsi yaitu Sulawesi Tenggara,
Sulawesi Selatan, dan Sulawesi Tengah.
10
1.6. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Perusahaan dapat menjadikan penelitian ini sebagai referensi dalam
menentukan jumlah kebutuhan alat gali muat dan alat angkut dengan
kombinasi alat yang baik untuk mencapai target produksi overburden
(OB), Run of Mine (ROM), Screening Station Product (SSP), dan material
Civil yang telah direncanakan
b. Bagi peneliti untuk menambah wawasan, khususnya mengenai produksi
alat gali muat dan alat angkut serta sebagai praktek untuk sinkronisasi
materi yang didapat dalam perkuliahan dengan praktek langsung di
lapangan.
11
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
12
1. Misi (mission) Perusahan
To transform natural resources into prosperity and sustainable developement
(Mengubah sumber daya alam menjadi kemakmuran dan pembangunan
berkelanjutan).
2. Visi (vision) Perusahaan
To be number one global natural resource company in creating long term value,
through excellence and passion for people and the planet(Menjadi perusahaan
sumber daya alam nomor satu di dunia untuk jangka waktu yang panjang,
melalui keunggulan dan semangat untuk manusia dan dunia.)
3. Values
Life matters most (Berbagai hal tentang kehidupan yang paling penting)
Value our people (Penghargaan bagi manusia)
Prize our planet (Persembahan oleh planet kita)
Do what is right - Improve together (Melakukan yang benar – berkembang
bersama)
Make it happen (Wujudkan)
13
asam. Tetapi jika ternetralisasi karena adanya reaksi dengan batuan dan tanah, maka
unsur-unsur itu akan cenderung mengendap sebagai hidro silikat. Adanya erosi tanah
asam dan erosi di permukaan bumi akan merusak mineral-mineral yang telah
diendapkan. Unsur-unsur tersebut di bawa ke tempat yang lebih dalam, yang
selanjutnya di endapkan dan terjadi pengkayaan pada bijih nikel. Kandungan nikel di
daerah pengendapan akan semakin banyak dan selama itu magnesium tersebar pada
aliran air tanah, maka membetuk mineral garnierit. (Prayuda, 2012)
14
3. Kegiatan Penambangan (Mining)
Cadangan mineral tambang PT.Vale Indonesia Tbk, dibagi dalam dua tipe
geologi yang berbeda yaitu East Block dan West Block. Ore mining biasa disebut Run
Of Mine (ROM). Aplikasi penambangan ROM dilakukan setelah lapisan penutup
dikupas dan lapisan yang mengandung ore telah tersingkap. Persiapan penambangan
dilakukan dengan pembuatan jalan menuju level yang telah direncanakan. Kemudian
dilakukan penggalian bijih nikel dengan menggunakan alat gali muat backhoe dan
shovel serta alat angkut Dump Truck. Bijih nikel kadar menengah (Medium Grade
Limonite) diangkut dan ditumpuk pada tempat tertentu. Untuk bijih nikel kadar tinggi
(Saprolite Ore) dengan kadar rata-rata 1,5% untuk East Block dan 1,6% untuk West
Block diangkut menuju stasiun penyaringan (screening stasiun).
4. Penambangan Quarry
Quarry dalam system penambangan adalah jenis tambang terbuka yang
diterapkan untuk menambang endapan-endapan bahan galian industry atau mineral
industry (industrial minerals), misalnya penambangan batu gamping, marmer, granit,
andesit dan sebagainya. Sedangkan di PT.Vale Indonesia Tbk, juga dikenal material
yang disebut material quarry. Material quarry adalah material yang berasal dari blue
zone daerah penambangan. Setelah penambangan menemukan lapisan blue zone yaitu
lapisan yang memiliki kadar nikel sangat rendah dan berbatuan cukup keras. Hal ini
berarti penambangan telah mine out sehingga beberapa daerah ini kemudian dijadikan
tambang quarry untuk keperluan material civil bersama dengan slag dan reject.
Sekarang terdapat beberapa quarry yang masih aktif, diantaranya Diana quarry,
Delaney, Wawono, Anoa North, Anoa Suoth dan Petea. System peledakan sering
digunakan dalam penambangan quarry, ini karena sifat fisik batuan yang relative keras
sehingga tidak bisa digali dengan menggunakan alat gali yang ada.
5. Peledakan (Blasting)
Terdapat dua jenis peledakan di PT.Vale Indonesia Tbk, yaitu peledakan
produksi dan peledakan khusus. Peledakan produksi dilakukan untuk menambang
quarry untuk keperluan material civil. Sedangkan peledakan khusus biasanya
15
dilakukan untuk menghasilkan dinding lereng akhir yang rapih dan biasanya dilakukan
untuk membentuk lereng pada proses revegetasi atau penghijauan sehingga daerah
tersebut dapat ditanami pepohonan.
Sebelum melakukan peledakan tentunya kita harus membuat lubang tembak
terlebih dahulu dengan menggunakan drill machine. Diameter lubang tembak 3,4 – 5,5
inch. Agar alat bor dapat mengakses tempat pengeboran maka di buatlah drill pad
preparation oleh dozer sebagai akses alat bor tersebut. alat bor di PT.Vale Indonesia
Tbk, ada dua macam yaitu bor merah dan bor putih. Bor merah digunakan untuk jenis
batuan yang homogen dengan system kerja yaitu rotary dan percution. Sedangkan bor
putih digunakan untuk jenis batuan heterogen dengan system kerja rotary saja.
Peledakan ini sendiri menggunakan system penyalaan nonel dengan primernya
berupa detonator dan ANFO. ANFO merupakan campuran dari Ammonium Nitrat dan
Fuel Oil. Perbandingan An dan Fo sekitar 94,5-96 : 5,5-4 dengan total 0,5 kg tiap
lubang tembak. Zona aman untuk peledakan yaitu 500 m untuk manusia dan 100 m
untuk peralatan tambang dari lokasi titik peledakan.
6. Pemuatan dan Pengangkutan (Loading dan Hauling)
Dalam proses penambangan quarry, setelah materialnya diledakkan maka
aktivitas selanjutnya adalah pemuatan. Di PT.Vale Indonesia Tbk, untuk kegiatan
penggalian material quarry dan pemuatannya dilakukan dengan menggunakan alat
yang sama. Alat yang digunakan biasanya adalah backhoe dengan kapasitas yang besar.
Backhoe akan memasukkan material-material quarry ini ke atas dump truck sehingga
bias dibawa. Setelah backhoe memuat material sampai kapasitas dari dump trucknya
terpenuhi, maka proses pengangkutan akan mulai berjalan. Dump truck akan membawa
material ke tempat yang membutuhkan sebagai material perkuatan.
7. Penyaringan (Screening)
Bijih nikel yang telah di angkut kemudian disaring di screening station. PT.Vale
Indonesia Tbk, sekarang memiliki lima screening station yang masih aktif yaitu SS#2,
SS#5, SS#8, SS#9, SSS#10, SS#11. Screening station #2,5,8,9,11 berada di pit
sorowako, sedangkan SS#10 berada pada pit Petea. Produk dari hasil screening disebut
16
Screening Station Product (SSP) yang berupa ore basah yang kemudian disimpan ke
stockpile yang disebut Wet Ore Stockpile (WOS). Ore pada WOS akan diproses oleh
bagian processing yang nantinya akan menghasilkan produk yang disebut nickel matte
(78%) dan menghasilkan buangan terak (waste of slag) yang nantinya akan dibawa ke
Slag Dump. Hasil reject dari screening station akan dibuat sebagai material civil untuk
pembatuan jalan dan disposal serta landasan untuk loading equipment di front
pertambangan.
8. Peralatan Penambangan PT.Vale Indonesia Tbk
Untuk mendukung proses penambangan di PT.Vale Indonesia Tbk, maka
dibutuhkan peralatan-peralatan yang dapat menunjang semua kegiatan penambangan
tersebut. peralatan ini meliputi digging equipment, dozing equipment, loading
equipment, hauling equipment, maintenance equipment, utility equipment dan lain
sebagainya. Jenis dan jumlah unit peralatan penambangan PT.Vale Indonesia Tbk,
dapat dilihat pada table 2.1.
9. Proses Pengolahan Bijih Nikel
Pengolahan bijih nikel di PT.Vale Indonesia Tbk, Sorowako dimaksudkan untuk
mendapatkan matte dengan kadar nikel 78%-80%, Fe 0,7%, S 18,5%-22% dan Co
1,4%. Produk akhir dari pengolahan tersebut diperoleh melalui beberapa tahap proses,
yaitu :
a. Pengeringan (drying)
Proses pengeringan bijih laterit merupakan proses pengeringan awal
(pengeringan sebagian) yang dilakukan untuk mengurangi kadar air dalam ore
(bijih laterit) dari 34%-40% menjadi 20-22. Bijih yang berasal dari screening
station merupakan bijih basah yang kemudian selanjutnya ditaruh ke dalam
stockpile. Bijih basah ini biasanya dibiarkan selama 4-6 minggu. Hal ini berguna
untuk mengeluarkan kadar air dalam ore tanpa mengeluarkan cost, sebab bila
langsung dikeringkan menggunakan dryer maka biayanya akan lebih mahal.
Karena pengeringan pada stockpile hanya mengurangi sedikit kandungan air,
lalu ore tersebut dibawa ke dryer moisture untuk menghilangkan kandungan
17
airnya. Di dalam dryer moisture pengeringan dilakukan dengan menggunakan
gas panas hasil pembakaran fuel oil jenis HSFO yang terlebih dahulu
diatomisasikan oleh steam. Sumber nyala api berasal dari pilot burner yang
bekerja dengan cara mencampur gas propane, udara dan loncatan bunga api dari
busi listrik. Selama operasi berlangsung, tidak dapat dihindari adanya debu dan
gas yang dihasilkan. Untuk menanggulanginya, tanur pengering dilengkapi
dengan beberapa system penggumpal, yaitu :
1. Multiclone Dust Collector
2. Dryer Exhaust Fan
3. Dust Transfer System
4. Dust Storage Bin
5. Bag House Dust Collector
b. Reduksi (reduction)
Setelah biji kering lalu dibawa ke stock pile untuk biji kering. Bijih kering
ini dibawa ke proses berikutnya yaitu kiln. Pada kiln terjadi proses reduksi Si
dan Fe. Proses reduksi bertujuan untuk membentuk Ni dan Fe bebas yang
terpisah dari persenyawaan oksidanya dan dilanjutkan dengan proses sulfidasi
untuk mengikat logam bebas menjadi logam sulfide. Sampai saat ini, PT.Vale
Indonesia Tbk, telah mengoprasikan lima (5) buah kiln reduksi. Blok barat yang
memiliki kadar nikelnya tinggi pada proses kiln, kondisi didalam tanur kental
akibatnya Si dan Fe yang akan direduksi susah dikeluarkan. Hal ini disebabkan
blok barat memiliki batuan yang terlalu basa akibat nilai silica berbanding
dengan magnesium (SiO2/MgO) yang terlalu tinggi. Kekentalan ini dapat
ditanggulangi dengan menaikkan suhu tanur tetapi akibatnya dinding tanur
akan semakin tipis. Oleh karena itu, produk tanur pengering yang terdiri dari
blok barat dan blok timur dicampur dengan perbandingan tertentu sebelum
diumpankan kedalam tanur pereduksi. Blok timur digunakan sebab memiliki
kadar Ni yang lebih rendah, tetapi juga memiliki perbandingan SiO2/MgO yang
rendah sebagai factor koreksi didalam tanur. Rasio SiO2/MgO yang maksimum
18
diperbolehkan adalah 2,2. Hasil pencampuran dari kedua blok tersebut
diumpankan ke tanur reduksi bersama dengan batubara (coal) yang
mengandung fixed C sekitar 46%. Batubara berfungsi sebagai reduktor pada
proses ini. Material berupa high nickel scrap dan converter slag kadang -
kadang juga diumpankan ke kiln apabila terak dalam dapur listrik terlalu kental
akibat kekurangan besi. Beberapa proses yang terjadi selama berada dalam
tanur reduksi adalah:
1. Proses pengeringan lanjutan dan kalsinasi
2. Proses reduksi
3. Proses sulfidasi
c. Peleburan (Smelting)
Proses peleburan merupakan lanjutan dari proses reduksi dan sulfidasi, yang
dilakukan dalam dapur listrik. Proses ini dapat memisahkan bagian yang kaya
nikel berdasarkan perbedaan berat jenis. Beberapa proses yang berlangsung
selama kalsin berada dalam dapur listrik adalah :
Penghilangan air Kristal yang masih tertinggal dalam kalsin
Penyelesaian proses reduksi dengan menggunakan karbon
batubara yang tercampur dalam kalsin
Peleburan kalsin menjadi matte dan terak
d. Pemurnian (Converter)
Nikel matte yang merupakan produk di converter dibentuk menjadi butiran
(granul) kering yang siap untuk dipasarkan. Beberapa tahap operasi yang
dilakukan sebelum produk tersebut dipasarkan adalah :
1) Granulasi (Pembutiran)
Proses granulasi dimaksudkan untuk menghasilkan produk berbentuk
butiran yang berukuran tertentu. Proses ini dilakukan dengan cara
menuangkan matte cair semburan air bertekanan tinggi. Karena adanya
19
penurunan temperature yang cepat dan tekanan air yang tinggi maka matte
cair akan berubah menjadi butiran – butiran halus.
2) Pengeringan
Proses selanjutnya adalah pengeringan yang dilakukan dalam rotary dryer
berdiameter 1,58 m; panjang 9,8 m; kecepatan putar 6,7 rpm. Untuk
pengeringan diperoleh dari pembakaran minyak solar dalam ruang
pembakaran (combustion chamber) dengan aliran gas pemanas dengan umpan
butiran. Agar kontak antara gas pemanas dengan butiran berjalan dengan baik,
rotary dryer dilengkapi dengan lifter (sirip pengaduk) dan diperkirakan
butiran yang keluar dari rotary dryer memiliki kandungan air sekitar 0,5% -
0,6%. Butiran kering yang dihasilkan oleh rotary dryer diangkut oleh bucket
elevator menuju vibrating screen yang memiliki bukaan 10 mesh. Butiran
berukuran -10 mesh ditampung dalam bin penampung produk berkapasitas 45
ton sedangkan butiran +10 mesh yang merupakan granul oversize diumpankan
kembali ke converter.
3) Pengepakan dan Penimbangan
Butiran dari rotary dryer diangkut ke vibrating screen melalui bucket
elevator screen dilengkapi dengan kantong sampel yang digunakan untuk
mengambil produk sebagai bahan analisis terakhir sebelum produk
dipasarkan. Butiran yang sudah tersaring, ditampung dalam bin penampung
produk yang dilengkapi dengan pendingin air agar produk tidak mudah
merusak kantong. Dari bin penampung, produk dimasukkan dalam kantong
dan ditimbang. Kapasitas tiap kantong sekitar 3 ton nikel matte. Setelah
analisis terakhir menyatakan bahwa produk tersebut telah memenuhi standar.
Kantong – kantong tersebut diangkut ke Balantang dan siap untuk dipasarkan
ke Jepang yang merupakan konsumen tunggal dari produk nikel matte
PT.Vale Indonesia Tbk.
20
Buangan Terak (waste of slag) merupakan produk akhir dari proses
pengolahan ore menjadi nikel matte. Terak ini akan disimpan ke lokasi
pembuangan terak (slag dump).
10. Revegetasi / Penghijauan
Penghijauan dilakukan di daerah purna tambang / mine out yang terlebih dahulu
dijadikan disposal. Tahapan dalam penghijauan adalah sebagai berikut :
1. Penyiapan benih pohon yang akan digunakan dalam penghijauan
2. Persiapan lahan yang akan dihijaukan
3. Penyebaran top soil
4. Penanaman rumput
5. Penanaman pohon
6. Pengawasan
21
Tabel 2.1 Data Peralatan PT. Vale Indonesia Tbk
Keterangan:
= Jenis unit yang diteliti
22
2.1.4. Ketersediaan Alat
Menurut Lydianingtias 2018, Salah satu hal yang mempengaruhi produksi dari
alat muat dan alat angkut yang diinginkan dalam operasi penambangan adalah masalah
ketersediaan (availability) alat. Ketersediaan alat merupakan faktor yang menunjukkan
kondisi alat-alat mekanis yang digunakan dalam melakukan pekerjaan dengan
memperhatikan kehilangan waktu selama waktu kerja dari alat yang tersedia.
Parameter-parameter ketersedian alat dapat diketahu sebagai berikut:
2.1.4.1 Mechanical Availability (MA)
Parameter ini untuk menunjukan ketersediaan alat (dalam persen) untuk bekerja
terhadap kemungkinan kerusakan yang terjadi. Biasanya parameter ini dipakai untuk
menunjukan kinerja alat dari tingkat kerusakan alat tersebut. Semakin tinggi angka
parameter ini semakin baik alat tersebut. Persamaan yang digunakan adalah :
W
MA = X 100 %
W R
dimana :
W = Waktu yang dibebankan untuk seorang operator pada suatu alat yang ada
dalam kondisi dapat dioperasikan.
R = Waktu yang dipakai untuk perbaikan, perawatan dan waktu tunggu untuk
perbaikan termasuk menunggu suku cadang. (Lydianingtias, 2018)
W S
PA = X 100 %
W R S
dimana :
W = Waktu yang dibebankan untuk seorang operator pada suatu alat yang ada
dalam kondisi dapat dioperasikan.
23
R = Waktu yang dipakai untuk perbaikan, perawatan dan waktu tunggu untuk
perbaikan termasuk menunggu suku cadang.
S = “Standby Hours” Jumlah waktu dari suatu alat tidak berproduksi sedang alat
tersebut dalam keadaan bisa berproduksi.
W = Waktu yang dibebankan untuk seorang operator pada suatu alat yang ada
dalam kondisi dapat dioperasikan.
S = “Standby Hours” Jumlah waktu dari suatu alat tidak berproduksi sedang alat
tersebut dalam keadaan bisa berproduksi.
W = Waktu yang dibebankan untuk seorang operator pada suatu alat yang ada
dalam kondisi dapat dioperasikan.
R = Waktu yang dipakai untuk perbaikan, perawatan dan waktu tunggu untuk
perbaikan termasuk menunggu suku cadang.
24
S = “Standby Hours” Jumlah waktu dari suatu alat tidak berproduksi sedang alat
tersebut dalam keadaan bisa berproduksi.
T = Jumlah jam total ( W + R + S )
Tingkat kinerja tersebut sangat dipengaruhi oleh kondisi alat, perawatan alat, kondisi
medan kerja dan keahlian operator.
2.1.5. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi Alat Gali Muat dan Alat
Angkut
Produksi alat muat dan alat angkut dapat dilihat dari kemampuan alat tersebut
dalam penggunaannya di lapangan. Menurut Lydianingtias 2018, faktor-faktor yang
mempengaruhi produksi alat muat dan alat angkut adalah sebagai berikut :
2.1.5.1 Keterampilan Operator
Ketrampilan operator berpengaruh pada waktu dar alat, semakin terampil
operator menggunakan alat mekanis maka waktu edar alat menjadi semakin kecil dan
apabila seorang operator tidak terampil menggunakan alat mekanis maka waktu edar
alat akan menjadi semakin besar. Penilaian keterampilan operator Backhoe dan Dump
Truck ini agak sulit untuk dinilai, hanya didasarkan pada pengalaman kerja.
2.1.5.2 Effisiensi Kerja
Effisiensi kerja adalah penilaian terhadap pelaksanaan suatu pekerjaan atau
merupakan perbandingan antara waktu yang dipakai untuk bekerja dengan waktu yang
tersedia. Waktu kerja efektif adalah waktu yang benar-benar digunakan oleh operator
bersama alat mekanis yang digunakan untuk kegiatan produksi. Beberapa faktor yang
mempengaruhi penilaian terhadap effisiensi kerja, sebagai berikut :
a. Waktu kerja nyata yang terjadi
Waktu kerja penambangan adalah jumlah jam kerja yang digunakan untuk
melakukan kegiatan penambangan yang meliputi penggalian, pemuatan,
pengangkutan. Efisiensi kerja akan semakin besar apabila banyaknya waktu
kerja nyata untuk penambangan semakin mendekati jumlah waktu yang
tersedia.
25
b. Hambatan-hambatan yang terjadi
Dalam kenyataan di lapangan akan terjadi hambatan-hanbatan baik yang dapat
dihindari maupun yang tidak dapat dihindari, sehingga akan berpengaruh
terhadap besar kecilnya effisiensi kerja. Jika jumlah jam kerja dapat
dimanfaatkan secara efektif, maka diharapkan produksi dari alat muat dan alat
angkut dapat optimal.
c. Jam perbaikan (Repair Hours)
Waktu kerja yang hilang karena menunggu saat perbaikan termasuk juga waktu
untuk penyediaan suku cadang (Spare Parts).
26
Effisiensi Kerja dapat dihitung dengan menggunakan persamaan :
OPH
Eff x100%
WH
dimana :
Eff = Effisiensi Kerja.
OPH = Waktu yang benar-benar digunakan untuk bekerja dari waktu kerja yang ada
WH = Waktu Kerja
27
Tahanan ini disebabkan oleh :
Gesekan antara alat-gali dan tanah. Pada umumnya semakin besar kelembaban
dan kekasaran butiran tanah, semakin besar pula tahanan galinya.
Kekerasan tanah yang umumnya bersifat menahan masuknya alat-gali ke tanah.
Kekasaran (roughness) dan ukuran butiran tanah
Adanya adhesi antara tanah dengan alat-gali, dan kohesi antara butiran-butiran
tanah itu sendiri.
Berat jenis tanah; hal ini terutama sangat berpengaruh terhadap alat-gali yang
juga berfungsi sebagai alat muat (power shovel, clam-shell, dragline)
Besarnya tahanan gali tersebut sangat sukar ditentukan angka rata-ratanya, oleh
sebab itu sebaiknya ditentukan langsung di tempat kerjanya.
28
faktor muatan (payload factor), yaitu perbandingan antara volume material
yang dapat ditampung oleh bak alat-angkut terhadap kemampuan bak alat-
angkut menurut spesifikasi teknisnya.
faktor pengisian (fill factor), yaitu perbandingan antara volume material
tertampung oleh bak alat-angkut terhadap kemampuan bak alat-angkut menurut
spesifikasi teknisnya.
2.1.5.5 Berat Material (Weight of Material)
Berat material (lihat tabel 2.2) yang akan diangkut oleh alat-angkut dapat
mempengaruhi: (Prodjosumarto, 1995)
kecepatan kendaraan dengan HP mesin yang dimilikinya.
membatasi kemampuan kendaraan untuk mengatasi tahanan kemiringan dan
tahanan gulir dari jalur jalan yang dilaluinya.
membatasi volume material yang dapat diangkut.
Oleh sebab itu berat jenis materialpun harus diperhitungkan pengaruhnya
terhadap kapasitas alat-muat maupun alat-angkut.
2.1.5.6 Faktor Pengisian (fill factor)
Faktor pengisian adalah perbandingan antara kapasitas nyata alat muat dengan
kapasitas baku alat muat yang dinyatakan dalam persen. Semakin besar factor
pengisian maka semakin besar pula kemampuan nyata dari alat tersebut.
2.1.5.7 Waktu Edar (Cycle Time)
Waktu Edar suatu alat dapat didefinisikan sebagai waktu yang diperlukan oleh
suatu alat untuk bekerja (beroperasi) dalam satu kali putaran. Waktu edar untuk setiap
alat tidak sama tergantung jenis alat yang digunakan serta sifat dan jenis material yang
ditangani.
Waktu Edar Alat Gali Muat
Waktu edar Excavator tergantung dari empat gerakan dasar, yaitu:
Mengisi bucket(land bucket)
Mengayun isi (swing loaded)
29
Menumpahkan beban (dump bucket)
Mengayun kosong (swing empty)
Waktu edar Excavator dapat dihitung dengan persamaan :
Ctm = Dt + Slt + Dbt + Set
Keterangan :
Ctm : waktu edar (Cycle Time) (detik)
Dt : waktu mengisi bucket (land bucket) (detik)
Slt : waktu mengayun isi (swing loaded) (detik)
Dbt : waktu menumpahkan beban (dump bucket) (detik)
Set : waktu mengayun kosong (swing empty) (detik)
Loading
Dumping
(Sumber : Pratama, 2014)
30
Waktu edar Alat Angkut dapat dihitung dengan persamaan :
Cta = Lt + Ht + Slt + Dt + Rt + Set
Keterangan :
Cta : waktu edar (Cycle Time) (menit)
Lt : waktu pengisian bak Dump Truck(loading) (menit)
Ht : waktu pengangkutan material (hauling) (menit)
Slt : waktu manuver isi (spot loaded) (menit)
Dt : waktu penumpahan muatan (dumping) (menit)
Rt : waktu kembali kosong (return empty) (menit)
Set : waktu manuver kosong (spot empty) (menit)
Table 2.2 : Bobot Isi dan Faktor Pengembangan dari Berbagai Material
31
2.1.6. Produksi Alat Gali Muat dan Alat Angkut
Produksi alat adalah besarnya jumlah material yang dihasilkan oleh alat
tersebut yang dioperasikan dalam satu satuan periode tertentu. Semakin besar produksi
suatu alat maka semakin baik tingkat penggunaan alat tersebut
Kemampuan produksi adalah kemampuan produksi yang dapat dicapai oleh
alat-alat mekanis berdasarkan realisasi pada saat bekerja, dengan memperhatikan
faktor-faktor yang mempengaruh kondisi lapangan dan kondisi alat. Berikut
penjabaran produksi alat gali muat dan alat angkut menurut Hustrulid,1995:
dimana :
Q = Produksi / Jam (ton / jam )
q = Kapasitas bucket nyata ( m3 )
CT = Waktu edar Alat gali- muat ( menit )
EU = Faktor Efektivitas kerja alat( % )
P = Berat jenis/density material (ton/m3 )
32
2.2.3.2 Produksi Alat Angkut
Produksi teoritis dump truck adalah tingkat keberhasilan dump truck untuk
memindahkan sejumlah material sesuai dengan target produksi yang telah ditetapkan
dan sesuai dengan spesifikasi alat angkut yang digunakan.Rumus produksi teoritis
dump truck adalah sebagai berikut :
P = TF x 60 x EU
CT
dimana :
P = Produksi / Jam (ton / jam )
TF = Truk Factor (Ton )
CT = Cycle Time Truk ( menit )
EU = Faktor Efektivitas kerja alat ( % )
33
sasaran produksi per jam
Na =
Pr oduksi alat angkut per jam
Keterangan :
Nm = Jumlah alat gali-muat
Na = Jumlah alat angkut
2.1.8. Keserasian Kerja (Match Factor) Alat Gali-Muat dan Alat Angkut
Untuk mengetahui keserasian kerja antara alat muat dan alat dengan system
pemuatan dapat digunakan “Match Factor “ yaitu suatu gambaran yang dapat
menunjukkan seberapa jauh keserasian kerja antara alat muat dengan alat angkut.
MF = 1 berarti produktivitas alat angkut dan alat muat serasi.
MF > 1 berarti keserasian alat angkut dan alat muat berkurang. Dimana alat muat
sibuk bekerja sedangkan alat angkut banyak menunggu
MF < 1 berarti keserasian kerja kurang, alat angkut sibuk bekerja sedangkan alat
muat menunggu
Dimana :
MF = Match Factor
Na = Jumlah alat angkut
Nm = Jumlah alat muat
CTm = Cycle time total alat muat
CTa = Cycle time alat angkut
Apabila MF<1 maka alat muat memiliki waktu menunggu. Lamanya waktu menunggu
tersebut dapat dihitung dengan menggunakan rumus :
34
Nm x CTa
WTm = CTm
Na
Dimana :
WTm = Waktu Tunggu Alat Muat (menit)
Na = Jumlah alat angkut
Nm = Jumlah alat muat
CTm = Cycle time total alat muat (menit)
CTa = Cycle time alat angkut (menit)
(Mahfudz, 2009)
35
ketersediaan alat yang wajib diperhitungkan diantaranya adalah physical availability
(PA) dan use of availability (UoA). PA merupakan parameter kerja alat mencakup
ketersedian fisik alat untuk beroperasi. Semakin tinggi nilai presentase PA maka
semakin tinggi jam kerja alat tersebut dan UoA merupakan presentase waktu yang
digunakan oleh alat untuk beroperasi berdasarkan waktu yang tersedia diluar perbaikan
alat.
2.2.3. Produksi Alat
Produksi alat adalah seberapa besar jumlah material yang mampu dihasilkan
oleh alat gali muat dan alat angkut selama periode waktu yang telah ditentukan.
Semakin tinggi tingkat penggunaan alat maka semakin tinggi pula tingkat produksi dari
alat tersebut. Penentuan produksi alat gali muat ditentukan oleh kapasitas bucket, waktu
edar alat gali muat, efektivitas kerja dan berat jenis material sedangkan penentuan
produksi alat angkut ditentukan oleh truck factor, waktu edar dan efektivitas kerja.
2.2.4. Kebutuhan alat
Penentuan jumlah alat yang akan digunakan bergantung terhadap target
produksi yang akan dicapai dengan menyesuaikan produksi dari alat muat dan alat
angkut yang akan digunakan. Penentuan alat ini wajib menghasilkan kombinasi alat
yang sesuai sehingga tidak ada alat yang menunggu atau mengantri dalam melakukan
kegiatan sesuai dengan fungsi alat tersebut.
36
2.3. Kerangka Berpikir
TARGET PRODUKSI
KEBUTUHAN ALAT
BY REGION BASELINE
KESERASIAN
ANALISIS
KESIMPULAN
2.4. Hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian.
Hipotesis memungkinkan dalam menghubungkan teori dengan pengamatan atau
pengamatan dengan teori. Maka berdasarkan penjelasan uraian kajian pustaka dan
kerangka berpikir trsebut, maka hipotesis untuk penelitian ini adalah :
1. Untuk West Block dan East Block (by region) dengan total material sebesar
77.264.341 ton material, membutuhkan alat gali muat Excavator Hitachi ZX
870 BH sebanyak 18 unit, Shovel Hitachi EX 1900 FS sebanyak 7 unit, Loader
sebanyak 4 unit dan alat angkut CAT 777 D sebanyak 99 unit
37
2. Untuk West Block dan East Block (baseline) dengan total material sebesar
77.264.341 ton, membutuhkan alat gali muat Excavator Hitachi ZX 870 BH
sebanyak 17 unit, Shovel Hitachi EX 1900 FS sebanyak 6 unit, Loader
sebanyak 3 unit dan alat angkut CAT 777 D sebanyak 95 unit
3. Total unit menurut wilayah (By Region) lebih banyak bila dibandingkan dengan
total unit secara keseluruhan (Baseline). Jumlah excavator bertambah 1 unit,
jumlah shovel bertambah 1 unit dan jumlah truck bertambah 4 unit.
38
BAB III
METODE PENELITIAN
39
3.4. Alat dan Bahan
Adapun peralatan dan bahan yang digunakan dalam pengamatan adalah sebagai
berikut:
1. Alat
Alat yang digunakan pada kegiatan penelitian ini meliputi :
Alat pelindung diri (APD) sebagai persyaratan untuk masuk ke area
tambang.
Alat tulis kantor (ATK)
Laptop (m.s word, power point dan excel) sebagai pendukung untuk
pengolahan data, pembuatan laporan dan melakukan presentasi di
department mining and exploration PT.Vale Indonesia Tbk, dan
Kamera untuk dokumentasi
2. Bahan
Bahan yang digunakan pada kegiatan penelitian ini meliputi data primer
dan sekunder, antara lain meliputi data:
Tipe material (Overburden, Run of Mine, Screening Station Product dan
Civil)
Jarak (Face ke Disposal untuk material Overburden, Face ke Screening
Station untuk material Run of Mine, Screening Station ke Stockpile
untuk material Screening Station Product dan Face ke Quarry untuk
material Civil)
Berat jenis material (material density)
Jam kerja (work celender), parameter unit (equipment parmeter)
Jenis peralatan yang di teliti (equipment type)
40
3.5. Tahapan Penelitian
Tahapan-tahapan yang dilakukan pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
41
3.5.4. Pengambilan Data Lapangan
Pada penelitian ini data lapangan yang di ambil, bersumber dari data primer
dan data sekunder. Data primer ialah data yang diperoleh secara langsung
dilapangan dan data sekunder ialah data yang diperoleh dari pihak kedua atau
pihak perusahaan.
3.5.7. Kesimpulan
Kesimpulan adalah pernyataan singkat, jelas, dan sistematis dari keseluruhan
hasil analisis, pembahasan, dan pengujian hipotesis dalam sebuah penelitian.
42
3.5.8. Diagram Alir Tahapan Penelitian
Studi Literatur
Orientasi Lapangan
Observasi Lapangan
Pengolahan Data
By region vs Baseline
Analisis Data
Kesimpulan
43
3.6. Analisis Data
Analisis data yang digunakan adalah kuantitatif, yaitu suatu langkah penelitian
yang data-datanya berhubungan dengan angka-angka baik yang diperoleh dari
pengukuran maupun dari nilai suatu data dengan jalan mengubah kualitatif ke dalam
data kuantitatif. Langkah-langkah penelitian yang digunakan pada penelitian ini
sebagai berikut:
1. Menentukan material movement, pada tahap ini peneliti perlu mengetahui
berapa ton material Overburden (OB), Run of Mine (RoM), Screening
Station Product (SSP) dan material Civil untuk blok timur dan blok barat,
sehingga bisa menentukan total material ton/tahun serta mengetahui
striping rationya(SR). Untuk mengetahui nilai SR ton/tahun dapat
digunakan rumus sebagai berikut:
𝑚𝑎𝑡𝑒𝑟𝑖𝑎𝑙 𝑂𝐵 + 𝑚𝑎𝑡𝑒𝑟𝑖𝑎𝑙 𝐶𝑖𝑣𝑖𝑙
𝑆𝑅 =
𝑚𝑎𝑡𝑒𝑟𝑖𝑎𝑙 𝑅𝑜𝑀
2. Penentuan Loading Proportion, pada tahap ini peneliti membagi porsi
pemuatan untuk alat gali-muat. Dapat dilihat dengan contoh sebagai
berikut:
Untuk material OB dilakukan stripping menggunakan unit Hitachi
ZX 870 BH (excavator) dan Hitachi 1900 FS (Shovel) dengan porsi
pemuatan 20% untuk shovel dan 80% untuk excavator dari 10.000
ton material. Berdasarkan presentase diatas dapat diketahui bahwa
shovel melakukan penggalian dan pemuatan untuk 2000 ton
material dan excavator melakukan penggalian dan pemuatan
sebanyak 8000 ton material.
Untuk material RoM dilakukan mining RoM menggunakan unit
Hitachi ZX 870 BH (excavator) dan Hitachi 1900 FS (Shovel)
dengan porsi pemuatan 80% untuk shovel dan 20% untuk excavator
dari 5.000 ton material. Berdasarkan presentase diatas dapat
diketahui bahwa shovel melakukan penggalian dan pemuatan untuk
44
4000 ton material dan excavator melakukan penggalian dan
pemuatan sebanyak 1000 ton material.
3. Menghitung ketersediaan alat, Physical availability (PA) dan Use of
Availability (UoA) dengan menggunakan rumus:
𝑊𝑎𝑘𝑡𝑢 𝑡𝑒𝑟𝑠𝑒𝑑𝑖𝑎
𝑃𝐴% =
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢
𝐽𝑎𝑚 𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎
𝑈𝑜𝐴% =
𝑊𝑎𝑘𝑡𝑢 𝑡𝑒𝑟𝑠𝑒𝑑𝑖𝑎
Sehingga dapat menentukan jam kerja alat dalam sehari berdasarkan PA
dan UoA yang telah ditentukan oleh perusahaan dengan rumus sebagai
berikut:
𝐽𝑎𝑚 𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎 𝑎𝑙𝑎𝑡 = 𝑃𝐴 𝑥 𝑈𝑜𝐴 𝑥 24
4. Menghitung produksi alat gali-muat, untuk menentukan produksi alat gali-
muat dapat diselesaikan dengan rumus sebagai berikut:
60
𝑃= 𝑥 𝐶𝑏 𝑥 𝐹𝑓 𝑥 𝐸𝑘
𝐶𝑡𝑚
Keterangan:
P = Produksi alat muat, (BCM/jam)
Ctm = Waktu edar alat muat, (menit)
Cb = Kapasitas bucket, (m3)
Ff = Bucket fill factor (%)
Ek = Efesiensi kerja (%)
45
: Nm = jumlah alat gali-muat
W = jam kerja / hari
TP = target produksi total (ton/tahun)
Q = produksi alat gali-muat (ton/tahun)
Alat angkut
𝑇𝑃 𝑥 𝐶𝑡𝑎
𝑁𝐴 = ( )/𝑚𝑎𝑡𝑐ℎ 𝑓𝑎𝑐𝑡𝑜𝑟
𝑑 𝑥 𝑤 𝑥 𝐾𝑡 𝑥 60
Keterangan:
NA = Jumlah alat angkut
TP = Target prduksi
Cta = Waktu edar alat angkut
D = jumlah hari dalam 1 tahun
W = jam kerja dalam 1 hari
Kt = kapasitas truck
6. Membandingkan kebutuhan alat hasil perhitungan secara by region vs
baseline untuk menentukan perhitungan yang lebih efektif .
46
Tabel 3.1 Jadwal Kegiatan Penelitian
47
DAFTAR PUSTAKA
Hustrulid, W.A. 1995. Open Pit Mine Planing & Design. Vol I.AA.
Balkema:Rotterdam. Diambil dari:
https://books.google.co.id/books/open.pit.mine/balkema. (10 Oktober 2018)
Lydianingtias, Diah. 2018. Alat Berat. Malang: Polinema Press. Diambil dari:
https://books.google.co.id/books/alat.berat. (15 Oktober 2018)
Mahfudz, A.K. dkk (2009). Kajian Teknis alat Gali Muat dan Alat Angkut pada
Kegiatan Penambangan Nikel di PT.Antam Tbk Kecamatan Maba Kabupaten
Halmahera Tmur Provinsi Maluku. Bandung: UIB.
Pratama, Gindang. (2014). Kajian Teknis Produktivitas Alat Gali Muat dan Alat
Angkut pada Pemindahan Overburden PT.Kalimantan Prima Persada Site Mass
Asam Provinsi Kalimantan Selatan. Banjarbaru: ULM.
Prayuda, Didiet. (2012). Penggunaan dan Produktivitas Drill Sandvik 1004 di Area
PT.Vale Indonesia Tbk, Sorowako Sulawesi Selatan. Makassar: UNHAS.
Tande, Markus. (2012). Evaluasi Produksi Alat Muat dan Alat Angkut pada Kegiatan
Pengupasan Overburden Pit Selatan PT.Madhani Talatah Nusantara Kabupaten
Kutai Kartanegara Provinsi Kalimatan Timur. Makassar: UVRI.
48