Anda di halaman 1dari 43

EVALUASI PRODUKTIVITAS ALAT GALI-MUAT ANGKUT PADA

PENGUPASAN OVER BURDEN PENAMBANGAN BIJIH NIKEL


DI PT. OTIE EYA ABADI, DESA SIUMBATU
KECAMATAN BAHODOPI, KABUPATEN MOROWALI
PROVINSI SULAWESI TENGAH

SARI

PT. Otie Eya Abadi adalah salah satu tambang nikel yang berlokasi di
Desa Siumbatu, Kecamatan Bahodopi, Kabupaten Morowali, Provinsi Sulawesi
Tengah. PT. Otie Eya Abadi merupakan salah satu tambang yang tergabung
kedalam grup usaha PT. IMIP. Produk utama hasil penambangan dari
perusahaan ini berupa bijih nikel dijual langsung ke PT. IMIP.
Tujuan dari dilaksanakannya kerja praktik di PT Otie Eya abadi adalah
untuk mengetahui nilai produktivitas dari alat gali-muat dan angkut yang
digunakan oleh perusahaan dalam melaksanakan kegiatan penambangan.
Selain produktivitas, nilai keserasian antara alat gali-muat dan angkut turut diteliti
ketika beroperasi. Hal ini dapat mempengaruhi untuk menentukan tercapainya
target yang telah ditentukan dalam perharinya.
PT. Otie Eya Abadi dalam menjalankan kegiatan penambangannya
menerapkan alat mekanis untuk menambang bijih nikel ataupun mengupas over
burden. Dalam pengupasan over burden, diterapkan alat mekanis berupa
Excavator Komatsu PC 400 sebagai alat gali muat dan ADT Kmatsu HM 400
untuk mengangkut material penutup. Keserasian antara kedua alat tersebut
diperoleh sebesar 0,877 yang menyebabkan alat muat lebih lama menunggu
dibandingkan alat angkut.

Kata kunci : Gali-muat, pengangkutan


KATA PENGANTAR

Puji Syukur Kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan karunia-nya
penulis dapat menyelesaikan laporan Kerja Praktik yang berjudul “Evaluasi
Produktivitas Alat Gali-Muat dan Angkut Pada Pengupasan Over Burden
Penambangan Bijih Nikel di PT. Otie Eya Abadi Desa Siumbatu, Kecamatan
Bahodopi, Kabupaten Morowali, Provinsi Sulawesi Tengah” Laporan ini
dibuat untuk memenuhi salah satu syarat mata kuliah Kerja Praktik (TTA-300)
pada Program Studi Teknik Pertambangan, Fakultas Teknik, Universitas Islam
Bandung.
Penyusunan laporan kerja praktik ini tidak lepas dari bantuan beberapa
pihak atas segala bentuk bimbingan dan bantuan yang diberikan oleh jajaran
Program Studi Teknik Pertambangan Unisba, diantaranya :
1. Bapak Dono Guntoro, M.T selaku ketua Prodi Teknik Pertambangan
Universitas Islam Bandung
2. Bapak Indra Karna Wijaksana, S,Pd., S.T.,M.T. selaku Sekretaris
Program Studi Teknik Pertambangan Universitas Islam Bandung
3. Ibu Elfida Moralista, S.Si, M.T Selaku kordinator kerja praktik yang
senantiasa membimbing dan banyak membantu penulis dalam
kelancaran kerja praktik.
4. Bapak Ir. Zaenal, M.T selaku dosen pembimbing yang telah banyak
memberikan ilmu pengetahuan dan arahan-arahan selama bimbingan.
Kemudian penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak Bapak
yang telah membimbing dan memberikan arahan pada saat pelaksanaan kerja
praktik di PT. Otie Eya Abadi
1. Bapak Dodi Lan Tapi, S.T M.T selaku General Manajer PT. Otie Eya
Abadi..
2. Bapak Nandy Raya Mangun S.T selaku pembimbing kerja praktik.
3. Bapak Fazar Adzan S.T selaku pembimbing kerja praktik.
4. Pihak Pihak lain di PT. Otie Eya Abadi yang turut memberikan arahan
dan bimibingan serta membantu kelancaran kerja praktik.
Penulis menyadari bahwa penyusunan laporan ini masih jauh dari kata
sempurna karena keterbatasan pengetahuan dan kemampuan yang penulis
miliki, maka dari itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat diharapkan
oleh penulis agar kedepannya dapat lebih baik lagi dalam penyusunan laporan.
Semoga laporan kerja praktik ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang
terkait.

Bandung, 24 September 2019

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia merupakan Negara terbesar ke-6 penghasil Nikel dunia
(United Stated Geological Survey, 2017). Di Indonesia endapan bahan galian
Nikel ini banyak ditemukan di pulau Sulawesi. Endapan nikel laterit merupakan
endapan bahan galian yang terbentuk dari proses pelapukan batuan ultrabasa
yang mengalami proses leaching dan terendapkan pada daerah tertentu
membentuk suatu profil nikel laterit. secara umum profil nikel laterit terdiri dari top
soil, overburden, limonit, saprolit, dan badrock dengan tiap lapisan profil tersebut
memiliki mineral dengan ciri khasnya masing-masing.
PT. Oti Eya Abadi merupakan salah satu perusahaan tambang nikel
yang berlokasi di Desa Fatufia, Kecamatan Bahodopi, Kabupaten Morowali,
Provinsi Sulawesi Tengah. Sebagai salah satu perusahaan tambang, untuk
memenuhi kebutuhan konsumsi Nikel maka banyaknya produksi Nikel harus
tetap terkontrol melalui adanya evaluasi produksi. Evaluasi produksi dilakukan
dengan tujuan untuk mengetahui target produksi yang berhasil dicapai oleh
perusahaan. Tercapai atau tidaknya suatu target produksi dapat ditinjau melalui
evaluasi produksi terhadap alat gali-muat dan angkut yang digunakan oleh
perusahaan.
Pencapaian target produksi perusahaan pada dasarnya tergantung dari
produktivitas alat yang digunakan.Untuk mendapatkan hasil yang maksimal,
produktivitas alat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu material, pekerja, modal
yang dikeluarkan, mesin dan metode yang digunakan. Karakteristik material yang
sukar diberai, pekerja yang tidak cakap mengoperasikan alat, modal yang minim
untuk membeli alat dan membayar upah pekerja, kemampuan mesin yang
terbatas dan kesalahan pemilihan metode dapat mengganggu produktivitas alat.
Ketika material sukar diberai hal tersebut menyebabkan waktu untuk memberai
material bertambah danwaktu hambatan dari alat-alat gali-muat dan angkut akan
meningkat. Selain itu kapasitas material yang dapat diangkut dalam jangka waktu
akan terbatas jika dibandingkan dengan material yang mudah diberaikan hal
tersebut akan mempengaruhi efisiensi kerja dari alat yang digunakan. Untuk itu
diperlukan kegiatan evaluasi produksi guna mencari tahu apakah target produksi
telah tercapai dan faktor apa yang paling mempengaruhi produktivitas alat
sehingga target produksi dapat tercapai.

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah dari hasil identifikasi masalah pada kegiatan Kerja
Praktik adalah sebagai berikut:
1. Metode penambangan apa yang diterapkan di lokasi penelitian?
2. Bagaimana karakteristik material di lokasi penelitian?
3. Apa saja alat gali-muat dan angkut yang digunakan di lokasi penelitian?
4. Berapa nilai produktivitas dari alat-alat gali-muat, dan angkut di lokasi
penelitian?
5. Berapa nilai Macth Factor antara alat muat dan alat angkut di lokasi
penelitian?

1.3 Batasan Masalah


Adapun masalah yang dapat di identifikasi pada kegiatan Kerja Praktik di
PT Oti Eya Abadi adalah nilai produksi dari alat gali-muat dan angkut yang
digunakan.

1.4 Maksud Dan Tujuan


Maksud dan tujuan dari dilaksanakannya kerja praktik di PT Otie Eya
Abadi ini adalah :
Maksud
Maksud dari kerja praktik ini adalah untuk mengetahui besar nilai produksi
alat gali-muat angkut di PT Otie Eya Abadi .
Tujuan
Tujuan dari Kerja Praktik di PT Otie Eya Abadi adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui metode penambangan yang digunakan di lokasi
penyelidikan.
2. Mengetahui karakteristik material yang ditambang di lokasi pengamatan.
3. Mengetahui alat-alat gali-muat dan angkut yang digunakan di lokasi
pengamatan.
4. Mengetahui nilai produktivitas dari alat-alat gali-muat dan angkut yang
digunakan di lokasi pengamatan.
5. Mengetahui nilai Macth Factor antara alat muat dan alat angkut.

1.5 Metodologi Penelitian


Ada dua metode pengambilan data yang dapat dilakukan dalam kegiatan
kerja lapangan, yaitu :
1. Data Skunder
Data sekunder dapat diperoleh berdasarkan studi literatur, yaitu dengen
mempelajari data yang berhubungan dengan penyelesaian atau
pengolohan data kegiatan kerja lapangan, pada laporan terdahulu, text
books, handbooks.
2. Data Primer
a. Observasi
i. Pengamatan secara langsung kegiatan pengeboran, sehingga
diketahui waktu dan kecepatan dari pengeboran untuk perhitungan
produktivitas alat bor yang digunakan.
ii. Pengamatan dan pengukuran geometri peledakan yang diterapkan,
sehingga dapat diketahui volume batuan yang akan diledakkan.
iii. Pengamatan waktu kerja alat muat (exavator), mencakup gali
(digging), waktu putar isi (swing load), waktu menumpahkan
material (dumping), dan waktu putar kosong (swing empty). Untuk
perhitungan produktivitas alat muat.
iv. Pengamatan waktu kerja alat angkut (dump truckt), meliputi waktu
memposisikan (manufer load), waktu mengisi (loading), waktu
angkut (hauling load), waktu memposisikan (waiting dump), waktu
menumpahkan material (dump), dan waktu angkut kosong (hauling
empty). Untuk perhitungan produktivitas alat angkut.
v. Pengamatan terhadap dimensi tumpukan hasil tumpahan dari
bucket exavator untuk perhitungan FF (Fill Factor).
b. Wawancara
Metode pengambilan data dengan cara wawancara, dilakukan dengan
tanya jawab secara langsung pada orang–orang yang memiliki keahlian
pada bidang tersebut.
c. Percobaan (Experiment)
Metode ini dilakukan dengan cara melakukan percobaan secara
langsung di lapangan, seperti penentuan densitas batu andesit.

Sumber : Kegiatan Kerja Praktik, 2019


Gambar 1.1
Diagram Alir Penelitian
1.6 Sistematika Penulisan
Adapun sistematika penulisan yang diterapkan dalam laporan hasil kerja
praktik di tambang batu andesit PT. Otie Eya Abadi adalah salah satu tambang
nikel yang berlokasi di Desa Siumbatu, Kecamatan Bahodopi, Kabupaten Morowali,
Provinsi Sulawesi Tengah adalah sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini menjelaskan tentang latar belakang yang menjadi dasar
dilakukannya kerja praktik, maksud dan tujuan, ruang lingkup
masalah, metode penelitian dan sistematika penulisan.

BAB II TINJAUAN UMUM


Bab ini menjelaskan tentang keadaan umum pada lokasi kegiatan kerja
praktik seperti kesampaian daerah, keadaan topografi, keadaan iklim,
cuaca, keadaan geologi, keadaan lingkungan dan keadaa sosial di
wilayah kerja praktik.

BAB III LANDASAN TEORI


Bab ini menjelaskan tentang teori–teori dasar yang berkaitan dengan
pengamatan yang dilakukan ketika kerja praktik. Seperti genesa dari
bahan galian Nikel, gali - muat dan pengangkutan. Serta rumus –
rumus yang digunakan dalam menentukan, produktivitas alat muat,
dan produktivitas alat angkut.

BAB IV KEGIATAN LAPANGAN DAN PEMBAHASAN


Bab ini menjelaskan tentang kegiatan yang dilakukan di lapangan
selama kerja praktik yang dilakukan di PT Otie Eya Abadi, mulai dari
gali – muat dan pengangkutan bahan galian.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN


Bab ini menjelaskan tentang jawaban dari tujuan kerja praktik yang
dihubungkan dengan data dari hasil pegukuran di lapangan, dan
saran yang berisi tentang pendapat serta rekomendasi penulis yang
bersifat mengevaluasi
BAB II
TINJAUAN UMUM

2.1 Lokasi dan Kesampaian Daerah


Pusat geografis daerah adalah X: 389600 dan Y:9686000, dengan
menggunakan sistem proyeksi koordinat UTM Zone 51S (datum WGS 1984).
Secara administratif lokasi IUP PT OEA termasuk didalam 3 desa yakni Desa Lele,
Dampala dan Siumbatu Kecamatan Bahodopi Kabupaten Morowali Provinsi
Sulawesi Tengah, Indonesia. Lokasi IUP PT OEA memiliki luas ± 3.364.5 Ha.
Lokasi IUP PT OEA terletak di Desa Lele, Simbatu dan Desa Dampala,
Kecamatan Bahodopi, Kabupaten Morowali, Provinsi Sulawesi Tengah, Indonesia.
Lokasi tersebut dapat ditempuh selama ± 8 jam - 11 jam perjalanan darat
menggunakan roda empat maupun roda dua dari Kota Palu dengan kondisi jalan
yang baik. Atau melalui Kota Kendari selama ± 8 jam perjalanan darat dengan
kondisi jalan sedang baik. Berikut ini merupakan batas administarasi dari PT OEA :
1. Utara : Desa Dampala
2. Selatan : Desa Lalampu
Gambar 2.1
Peta Administrasi Daerah Penelitian
Gambar 2.2
Peta Kesampaian Daerah Penelitian
2.2 Keadaan Penduduk
Jumlah penduduk di Kecamatan Bahodopi pada tahun 2018 dengan jenis
kelamin laki laki yaitu 3.980 jiwa dan perempuan sebanyak 3.537 jiwa sehingga sex
ratio 112,52. Sementara itu untuk di Desa Siumbatu terdiri atas 306 jiwa laki laki dan
256 jiwa perempuan dengan sex rasio sebesar 119,53. Berikut ini merupakan data
kependudukan di kecamatan bahodopi (Tabel 2.1) :
Tabel 2.1
Data Kependudukan Kecamatan Bahodopi
No Desa/Kelurahan Laki Laki Perempuan Sex Ratio
1 Bete Bete 381 365 104,38
2 Padabaho 177 162 109,26
3 Labota 241 211 114,22
4 Fatufia 458 344 133,14
5 Keurea 362 369 98,1
6 Bahomakmur 625 542 115,31
7 Bahodopi 424 424 100
8 Lalampu 120 121 99,17
9 Siumbatu 306 256 119,53
10 Dampala 230 180 127.78
11 Le-le 303 258 117,44
12 Makarti Jaya 353 305 115,74
Kecamatan
2018 3.980 3.537 112.52
2017 3.916 3.472 112.79
Sumber : BPS, 2018
Adapun kepercayaan penduduk di Kecamatan Bahodopi mayoritas beragama
Islam, terdapat pula masyarakat yang memeluk agama Kristen, Hindu dan buda.
Sedangkan untuk jenis mata pencaharian masyarakat sekitar Desa Siumbatu dapat
dilihat pada Tabel 2.2 di bawah ini :
Tabel 2.2
Data Pekerjaan Penduduk Desa Siumbatu
No Jenis Usaha/Pekerjaan Jumlah
1 Berkebun 6
2 Tukang kayu/batu 3
3 Industri rumah tangga 1
4 Bengkel las 1
5 Bengkel motor 4
6 Kerajinan kayu 2
7 Makanan 8
8 TNI 3
9 POLRI 4
10 Guru 6
11 Peternak 3
12 Karyawan swasta 77
Sumber : BPS, 2018

2.3 Curah Hujan


Kabupaten Morowali merupakan daerah yang tergolong tropis yang memiliki
dua musim yaitu musim kemarau dan musim hujan. Pada tahun 2017 curah hujan
rata rata minimum yang tercatat di stasiun Beteleme sebesar 2.280 mm dan curah
hujan rata rata maksimum berkisar 3.513 mm. Berdasarkan klasifikasi Schmidt –
Fergusson daerah Morowali termasuk ke dalam golongan iklim A atau sangat basah
dengan suhu udara rata-rata berkisar antara 25,800 C hingga 28,400 C.

2.4 Keadaan Topografi dan Morfologi


Berdasarkan peta topografi, menunjukan bahwa lokasi penambangan PT OTI
EYA ABADI berada pada elevasi 700 – 900 mdpl. Kondisi topografi tempat
penambangan mempunyai kontur yang relatif renggang, akan tetapi kondisi disekitar
cenderung mempunyai kontur yang relatif lebih rapat. Lokasi penambangan apabila
ditinjau dari hubungan ketinggian absolut dengan morfologi maka daerah tersebut
termasuk kedalam daerah perbukitan tinggi (Van Zuidam, 1985).
Dengan meninjau pada peta morfologi, berdasarkan klasifikasi lereng menurut
Van Zuidam 1985, penambangan terletak pada daerah yang cenderung datar
sampai agak landai dengan persen lereng sebesar 0 – 2% yang ditunjukan dengan
warna hijau gelap untuk morfologi datar dan 2 – 7% untuk morfologi agak landai
dengan warna hijau muda. Sedangkan kondisi morfologi disekitarnya berupa landa
dengan persen lereng 7 – 15% yang ditunjukan dengan warna kuning, agak curam
dengan persen lereng 15 - 30% yang ditunjukan dengan warna jingga dan terjal
dengan persen lereng sebesar 70 – 140% yang ditunjukan dengan warna merah.
Gambar 2.3
Peta Topografi
Gambar 2.4
Peta Morfologi
2.5 Keadaan Geologi
Berdasarkan pada peta geologi regional, daerah penambangan terletak di dua
formasi batuan yaitu formasi Tmpt dan Ku. Formasi Tmpt (Formasi Tomata)
merupakan formasi dengan kondisi batuan berupa perselingan batu pasir,
konglomerat, batulempung dan tuff dengan sisipan lignit. Formasi Ku (Kompleks
Ultramafik) tersusun atas Harzburgit, lherzolit, wehrlit, websterit, serpentinit, dunit,
diabas dan gabro. Secara umum, kondisi struktur geologi yang berkembang cukup
kompleks. Struktur utama di daerah ini adalah sesar dan lipatan. Sesar meliputi
sesar turun, sesar geser, sesar naik dan sesar sungkup. Penyesaran di duga
berlangsung sejak Mesozoikum. Sesar Matano merupakan sesar utama dengan
arah Baratlaut-Tenggara. Lipatan yang terdapat di lembar ini tergolong lipatan
terbuka, tertutup, dan pergentengan.
Berikut ini merupakan uraian mengenai komponen geologi pada masing
masing formasi di daerah penelitian :
1. Formasi Tmpt
Formasi ini terdiri atas perselingan Batupasir, Konglomerat, Batu lempung, dan
Tuff dengan sisipan Lignit.
2. Formasi Km
Formasi ini terdiri atas Kalsilutit, Napal dan Serpih serta sisipan Rijang
Radiolaria
3. Formasi Ku
Hazburgit, Lherzolit, Wehrlit, Websterit, Serpentinit, Dunit, Diabas dan Gabro
Gambar 2.5
Peta Geologi
BAB III
LANDASAN TEORI

3.1 Genesa Bahan Galian Nikel


Endapan nikel laterit merupakan endapan bahan galian yang terbentuk
dari proses pelapukan batuan ultrabasa yang mengalami proses leaching dan
terendapkan pada daerah tertentu membentuk suatu profil nikel laterit. secara
umum profil nikel laterit terdiri dari top soil, limonit, saprolit, dan badrock. Tiap
lapisan profil tersebut memiliki mineral dengan ciri khasnya masing masing.

Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2019


Foto 3.1
Garnierit

Endapan laterit biasanya terbentuk melalui proses pelapukan fisika dan


kimia yang intensif pada daerah dengan iklim tropis-subtropis. Proses pelindian
batuan lapuk merupakan proses yang terjadi pada pembentukan endapan laterit,
dimana proses ini memiliki penyebaran unsur-unsur yang tidak merata dan
menghasilkan kosentrasi bijih yang sangat bergantung pada migrasi air tanah.
Karena adanya pengaruh dari larutan hidrotermal atau larutan residual
pada waktu proses pembentukan magma, batuan peridotit akan berubah menjadi
batuan serpentinit atau batuan serpentinit peridotit. proses ini dikenal dengan
serpentinisasi. Selanjutnya batuan tersebut lalu mengalami dekomposisi dan
disintegrasi akibat adanya proses kimia dan fisika dari udara, air, maupun karena
pergantian temperatur panas dan dingin yang terjadi relatif terus menerus.
Batuan asal yang mengandung unsur unsur Ca, Mg, Si, Mn, Ni, dan Co akan
mengalami dekomposisi. Proses ini diawali dengan masuknya air hujan yang
kaya CO2 ke dalam tanah, mineral primeryang tidak stabil seperti olivin,
serpentin, dan piroksen sampai pada batas antara zona limonit dan saprolit
kemudian unsur yang stabil akan tertinggal dan terkumpul pada zona limonit
yang kemudian mengalir secara lateral dan selanjutnya lebih banyak didominasi
oleh transportasi larutan secara horizontal. Pada zona limonit ini senyawa Fe
didalam larutan akan teroksidasi dan mengendap sebagai Ferri Hidroksida yang
kemudian membentuk mineral mineral yang berada dekat permukaan seperti
limonit.

Sumber : Geominerba,2018
Gambar 3.1
Profil Laterit

3.2 Macam Material dan Perubahan Volumenya


Pada dasarnya setiap jenis material akan memiliki sifat fisik dan mekanik
yang berbeda-beda sehingga pengetahuan tentang perbedaan jenis material
sangat penting terutama terkait dengan kegiatan lapangan. Pada umumnya
material tanah maupun batuan cenderung mengalami penambahan volume yakni
berkisar 30% ketika dilakukan proses penggalian dan berkurang 10% ketika
material tersebut dipadatkan. Adapun penggolongan jenis material dapat
dibedakan sebagai berikut:
1. Lunak atau mudah digali
Material yang tergolong lunak atau mudah digali misalnya seperti tanah
atas atau tanah pucuk, pasir, lempung pasiran dan pasir lempungan,
2. Agak keras
Material yang tergolong agak keras misalnya tanah liat atau lempung
yang basah dan lengket serta batuan yang mudah lapuk.
3. Sukar digali atau keras
Contoh dari material yang sukar digali yaitu batu sabak, material yang
kompak, batuan sedimen, konglomerat dan breksi,
4. Sangat sukar digali atau sangat keras atau batuan segar yang
memerlukan pemboran dan peledakan sebelum dapat digali contohnya
batuan beku segar, dan batuan malihan segar.

Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2019.


Foto 3.2
Batu Peridotit

3.3 Klasifikasi Peralatan Penambangan


Untuk melakukan kegiatan penambangan yang seringkali bersentuhan
dengan material keras berupa batuan dibutuhkan alat-alat mekanis yang dapat
mempermudah setiap kegiatan. Alat-alat mekanis tersebut dapat diklasifikasikan
berdasarkan fungsinya seperti :
1. Alat Gali
Alat yang digunakan untuk melepaskan bahan galian dari batuan
induknya contohnya berupa bulldozer, power scraper, bucket wheel
excavator, backhoe power shovel, dan lain-lain.
2. Alat Muat
Alat yang digunakan untuk memuat material hasil galian ke alat angkut
contohnya berupa power scraper dan bucketwheel excavator yang dapat
menggali juga dapat memuat.
3. Alat Angkut
Alat yang digunakan untuk memindahkan material menuju tempat
pengolahan baik di air, darat, bahkan udara contohnya kapal tongkang,
kapal tunda, kapal curah, truck, conveyor, lori dan lokomotif, power
scraper, pipa dan pompa untuk bahan slurry.

3.4 Metode-Metode Loading dan Dumping Alat Gali-Muat dan


Angkut
Untuk melakukan loading atau dumping pada dasarnya alat-alat gali-muat
dan angkut memiliki metode tertentu dalam kegiatan penambangannya.
3.4.1 Metode Loading
1. V shape loading adalah metode loading material yang sangat
mengandalkan mobilitas alat loader. Metode ini paling sering digunakan
untuk Wheel Loader, Karena sifat mobilitasnya yang cukup tinggi,
sehingga memungkinkan untuk bergerak dan manuver dengan lebih
leluasa. Sedangkan Alat angkut tetap pada posisinya. Manuver wheel
loader ini biasa membentuk huruf “V”. Maka itu disebut sebagai V-Shape
Loading.
2. Load and carry adalah metode loading dengan cara loader mengangkut
menterial sendiri kearah tempat timbunan lain biasanya metode ini
digunakan apabila jarak angkutya tida terlalu jauh.
3. Cross loading adalah metode loading material yang tidak
hanya mengandalkan mobilitas alat loader, melainkan juga dibantu oleh
mobilitasnya alat angkut (dump truck). Metode ini paling sering digunakan
untuk alat Track Loader karena sifat mobilitasnya yang rendah, sehingga
sulit melakukan gerakan-gerakan manuver. Untuk itu supaya proses
loading lebih efektif maka dibantu dengan mobilitas alat angkut yang maju
mundur. Tarck Loader cukup mengambil material dengan cara maju
mundur dengan posisi saling berpotongan. Karena posisi alat loader
dengan pengangkut saling berpotongan. Maka itu disebut sebagai Cross
Loading Method.

3.4.2 Metode Dumping


Dalam pemindahan tanah mekanis, kegiatan untuk mengngkut kemudian
membuang dipergunakan dump-truck dan dump-truck wagon. Truck mempunyai
kecepatan tinggi, kapasitas berat dan biaya operasional relativ murah. Adapun
jenis-jenisnya adalah sebagai berikut :
1. Side dump: truck dengan metode damping ke tepi/ke samping
Wagon/battom dump wagon: truck (wagon) dengan metode pembuangan
kebawah melalui alas/bantalan bak wagon
2. Dump truck/Rear dump truck: truck dengan metode dumping
kebelakang/searah garis pekerjaan.

3.5 Produktivitas Alat


Pada dasarnya produktivitas alat akan menunjukan berapa banyak
produksi yang dicapai dari suatu alat. Untuk mengetahui besar produktivitas alat
perlu diketahui hal-hal lain seperti waktu edar, efisiensi alat, faktor
pengembangan, dan faktor pengisian selain itu dibutuhkan juga data-data lain
seperti density material.
3.5.1 Waktu Edar (Cycle Time)
Setiap perubahan gerakan alat baik itu alat gali-muat dan alat angkut
sampai kembali lagi ke gerakan semula tentunya memakan waktu dalam satu
kali siklus gerakannya, waktu siklus tersebut disebut juga sebagai waktu edar.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi waktu edar antara lain kapasitas alat,
cuaca, kondisi alat, kondisi material, kondisi jalan atau front kerja dan kecakapan
pekerja atau kemapuan pekerja.
3.5.2 Waktu Edar Alat Gali-Muat
Waktu edar alat gali-muat meliputi waktu ketika menggali, mengayun
bucket, mengosongkan isi bucket sampai kembali ke permukaan kerja. Adapun
persamaan yang digunakan adalah:
CTm = tl + tsl + ta + td + tsd

Keterangan :
CTm = Waktu edar alat gali-muat (menit)
tl = Waktu pemuatan(menit)
tsl = Waktu swing ketika berisi material (menit)
ta = Waktu angkut (menit)
td = Waktu dumping (menit)
ta = Waktu swing ketika dumping (menit)
3.5.3 Waktu Edar Alat Angkut
Setiap alat yang digunakan memiliki waktu edar alat angkut. Waktu edar
alat angkut meliputi waktu muat, angkut isi, manuver, menumpahkan material,
angkut kosong, menunggu di tempat pengisian dan manuver di tempat pengisian
material. Adapun persamaan yang digunakan antara lain :

CTa = tma + tl + ta + tmd + td + tb

Keterangan :
CTa = Waktu edar alat angkut (menit)
tma = Waktu manuver untuk dimuat (menit)
tl = Waktu memuat (menit)
ta = Waktu mengangkut isi (menit)
tmd = Waktu mengatur posisi untuk menumpahkan isi (menit)
td = Waktu dumping (menit)
tb = Waktu kembali kosong (menit)
3.5.4 Jam Kerja Efektif
Jam kerja efektf merupakan efisiensi waktu dikalikan dengan jumlah jam
kerja yang tersedia. Untuk menghitung efisiensi waktu kerja alat muat dan alat
angkut yang tidak produktif pada jam kerja tersedia.
3.5.5 Ketersediaan dan Penggunaan Alat
Ketersedian alat merupakan faktor yang menunjukan kondisi alat-alat
mekanis yang digunakan dalam pekerjaan dengan memperhatikan kehilangan
waktu selama waktu kerja dari suatu alat tersebut yang terdiri dari jam
perbaikaan (repair) dan jam kerja tersedia (standby hours). Ketersediaan alat
dapat di bagi dalam beberapa bagian sebagai berikut (Partanto Prodjosumarto,
1995):
1. Ketersedian Mekanik (Mechanical Availability)
Kesediaan mekanik (M.A) ini menunjukan secara nyata kesedian alat
karena adanya akibat masalah mekanik, persamaan dan kesediaan
mekanik adalah sebagai berikut:
We
M.A = x 100 %
We + R

Keterangan :
We = Waktu kerja alat (jam)
R = Waktu perbaikan alat (jam)
2. Keadaan Fisik (Physical Availability)
Mengenai keadaan fisik alat yang dipergunakan dalam operasi. Faktor ini
meliputi adanya pengaruh dari segala waktu akibat permasalahan yang ada,
persamaan keadaan fisik (PA) adalah sebagai berikut ini :

We+S
P.A = x 100 %
We + R+S

Keterangan :
S = Waktu alat siap (jam)
3. Keadaan Pemakaian (Use of Availability)
Keadaan pemakaian menunjukan jumlah persen waktu yang
dipergunakan oleh suatu alat untuk beroperasi pada saat alat tersebut
dipergunakan, adapun persamaan dari ketersedian pemakaian (AU) adalah
sebagai berikut:

We
A.U = x 100 %
We+S

Biasanya angka use of availability (AU) dapat memperlihatkan seberapa


efektif suatu alat tersebut yang tidak rusak dapat dimanfaatkan.

3.5.6 Efisiensi Kerja Alat


Efisiensi kerja alat tidak dapat digambarkan secara lengkap hanya
dengan satu factor availability saja, tetapi dengan menggunakan tiga factor
availability bisa memberikan gambaran tentang efisiensi kerja alat. Dengan
mechanical availability dapat diketahui operational availability sedangkan used of
availability dipakai sebagai pelengkap untuk mengetahui suatu operation
berlangsung efisien atau baik.
We
E.A = x 100 %
We + R+S

3.5.7 Faktor Pengembangan (Swell Factor)


Ketika material dipindahkan dari tempat asalnya maka rongga-rongga
pada material akan terisi oleh udara dan menyebabkan pengembangan volume
material dari volume aslinya (Awing Suwandhi, 2001). Keadaan tersebut dapat
memberikan volume yang berlebih dari material sebelum dilakukannya
penggalian.

ƿloose
SF= x 100 %
ƿinsitu

Keterangan :
SF = Faktor Pengembangan
Ƿ = Density (Ton/Bcm)
Tabel 5.1
Density dan Swell Factor dari berbagai Material
Density
No Macam Material Swell Factor
(lb/cu yd)
1 Bauksit 2700-4325 0,75
2 Tanah Liat Basah 2300 0,85
3 Batubara Bituminus 1900 0,74
4 Bijih Tembaga 3800 0,74
5 Tanah Biasa Kering 2800 0,85
6 Granit 4500 0,67-0,56
7 Lumpur 2160-2970 0,83
8 Pasir Kering 2200-3250 0,89
Sumber: Partanto Projosumarto,1993.

3.5.8 Faktor Isi (Fill Factor)


Semakin besar nilai faktor pengisian maka akan semakin besar
kemampuan muat alat tersebut. Pada keadaan sebenarnya seringkali kapasitas
volume angkut pada keadaan nyata berbeda dengan spesifikasi alatnya.
Hma
FF = x 100 %
Hmt

Keterangan :
FF = Faktor Pengisian (%)
Hma = Kapasitas atau Volume alat muat nyata (LCM)
Hmt = Kapasitas atau Volume alat muat teoritis (LCM)

3.5.9 Produktivitas Alat


3.5.9.1 Produktivitas Alat Muat
Produktivitas alat muat dapat dihitung dengan menggunakan
persamaandibawah ini :
Em x 60 x Hmt x FFm x SF
P1m =
Cm
Keterangan :
P1m = Produktivitas alat muat (BCM/jam/alat)
Em = Efisiensi kerja mekanis alat muat (%)
FFm = Faktor pengisian bucket (%)
Hmt = Kapasitas bucket teoritis (LCM)
SF = Faktor pengembangan (%)
Cm = Cycle time alat muat (menit)
Sedangkan untuk menghitung Produksi alat muat dapat dihitung
dengan rumus sebagai berikut:

Pm= P1m x nm

Keterangan :
Pm = Produksi alat muat (BCM/jam)
P1m = Produktivitas alat muat (BCM/jam/alat)
nm = Efisiensi kerja mekanis alat muat (alat)
3.5.9.2 Produktivitas Alat Angkut
Produktivitas alat angkut dapat dihitung dengan menggunakan
persamaan di bawah ini:
Ea x 60 x (Hmt x np x FFm) x SF
P1a =
Ca

Keterangan :
P1a = Produktivitas alat angkut (BCM/alat)
Ea = Efisiensi kerja mekanis alat angkut (%)
FFm = Faktor pengisian bucket alat muat (%)
Hmt = Kapasita bucket alat muat teoritis (LCm)
SF = Faktor pengembangan (%)
np = Banyak pemuatan
Ca = Cycle time alat angkut (menit)
Sedangkan untuk menghitung Produksi alat muat dapat dihitung dengan
rumus sebagai berikut:

Pa= P1a x na

Keterangan :
Pa = Produksi alat angkut (BCM/jam)
P1a = Produktivitas alat angkut (BCM/jam/alat)
na = Jumlah alat angkut (Alat)
3.5.10 Sinkroninasi Alat Muat dan Alat Angkut (Match Factor)
Ketika alat muat dan angkut saling bekerja diharapkan efisiensinya 100 %
artinya alat muat dan alat angkut tidak saling menunggu atau waktu tunggu dan
waktu edar semakin berkurang. Terdapat beberapa kriteria terkait dengan Match
Factor, yakni sebagai berikut :
1. MF = 1, berarti faktor kerja alat muat dan alat angkut sama, sehingga
tidak ada waktu tunggu lagi bagi kedua alat mekanis tersebut.
2. MF > 1 berarti faktor kerja alat muat 100% dan faktor kerja alat angkut
kurang dari 100% atau kemempuan alat muat lebih besar dari
kemampuan alat angkut, akibatnya waktu tunggu alat angkut besar.
3. MF < 1, berarti faktor kerja alat muat lebih kecil dari 100% dan faktor kerja
alat angkut 100% atau dengan kata lain kemampuan alat angkut lebih
besar daripada kemampuan alat muat.
Untuk menghitung besarnya suatu nilai Match Factor dapat digunakan
persamaan berikut :

Na x Ltm
MF =
Nm x Cta

Keterangan:
Na = Jumlah alat angkut (unit)
Nm = Jumlah alat muat (unit)
Cta = Waktu edar alat angkut (menit)
Ltm = Waktu pemuatan alat muat (menit)
BAB IV
KEGIATAN LAPANGAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Kegiatan Lapangan


Kegiatan kerja praktik dilakukan di PT. OTI EYA ABADI yang bergerak di
bidang pertambangan dengan bahan galian utamanya adalah Nikel (Ni). Adapun
metode penambangan yang dilakukan yaitu Stripping Minning, Selective Minning
dan Back Filling Mining. Perusahaan ini berada di Desa Siumbatu, Kecamatan
Bahodopi, Kabupaten Morowali, Sulawesi Tengah. Kegiatan kerja praktik
dilakukan selama satu bulan yang dimulai sejak tanggal 15 Juli 2019 hingga 19
Agustus 2019. Fokus utama dari kegiatan yang dilakukan adalah pengamatan
terhadap alat gali-muat dan angkut yang berada di penambangan blok 4A.
4.1.1 Peralatan Penambangan
Peralatan penambangan yang digunakan terdiri atas dua macam, yaitu
alat utama dan alat pendukung.
1. Alat Utama
Alat utama yang digunakan untuk menambang terdiri atas :
a) Excavator Komatsu PC 400
Excavator digunakan untuk pengupasan tanah penutup. Alat ini memiliki
kapasitas 2,8 m3.

Sumber : Dokumentasi Kegiatan Kerja


Praktik, 2019
Gambar 4.1
Excavator Komatsu PC 400
b) ADT Komatsu HM 400
Alat ini digunakan untuk mengangkut material tanah penutup ke disposal
dengan kapasitas angkut sebesar 24 m3.
Sumber : Dokumentasi Kegiatan Kerja
Praktik, 2019
Gambar 4.2
ADT Komatsu HM 400
2. Alat Pendukung
Alat utama yang digunakan untuk menambang terdiri atas :
a.) Bulldozer Komatsu D 65P
Bulldozer digunakan untuk perapihan ataupun perbaikan jalan angkut dari
loading point ke disposal, serta digunakan untuk clearing pembuatan
disposal baru dan dapat pula digunakan untuk membantu stripping.

Sumber : Dokumentasi Kegiatan Kerja


Praktik, 2019
Gambar 4.3
Bulldozer Komatsu D 65P
b.) Water Truck
Water truck digunakan untuk penyiraman jalan guna menghindari debu
yang dapat menggangu jarak pandang ketika proses hauling
berlangsung. Penyiraman air dengan water truck ini dapat dilakukan 2
hingga 3 kali penyiraman sesuai dengan intensitas debu ketika kegiatan
hauling.
Sumber : Dokumentasi Kegiatan Kerja
Praktik, 2019
Gambar 4.4
Water Truck
c) SAKAI SV 252D
Alat ini digunakan untuk memadatkan dan meratakan jalan agar proses
hauling dapat berjalan lancar.

Sumber : Dokumentasi Kegiatan Kerja


Praktik, 2019
Gambar 4.5
SAKAI SV 252D
4.1.2 Pemuatan dan Pengangkutan
1. Alat muat dan waktu edar
Kegiatan gali muat dilakukan dengan menggunakan Excavator tipe
Komatsu PC 400. Material yang menjadi objek gali-muat adalah overburden.
Waktu muat adalah waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan satu siklus
pemuatan. Berikut ini merupakan rangkaian kegiatan dalam satu siklus pemuatan
:
a) Waktu Digging
Waktu digging merupakan waktu yang diperlukan selama penggalian
berlangsung sampai bucket terisi penuh oleh material yang digali, waktu
selama penggalian dipengaruhi oleh jenis material yang akan digali.
b) Waktu Swing isi
Waktu swing isi merupakan waktu yang diperlukan ketika bucket terisi
penuh oleh material sampai bucket tersebut mencapai posisi yang tepat
dengan alat angkut untuk ditupahkan.
c) Waktu Dumping
Waktu dumping merupakan waktu yang diperlukan alat muat untuk
menumpahkan material kedalam alat angkut sampai bucket dalam
keadaan kosong.
d) Waktu Swing kosong
Merupakan waktu yang diperlukan bucket setelah menumpahkan material
kedalam alat angkut sampai bucket tersebut siap menggali material lagi.

Sumber : Hasil Kegiatan Kerja Praktik PT OEA, 2019


Gambar 4.6
Bagan Alir Kegiatan Gali-Muat di PT OEA
2. Alat angkut dan waktu edar
Untuk mengangkut material tanah penutup digunakan alat angkut berupa
ADT Komatsu HM 400. Waktu edar alat angkut merupakan waktu yang
diperlukan oleh alat angkut untuk menyelesaikan satu siklus yakni mulai dari
pemuatan oleh alat muat hingga mengangkutnya ke disposal. Berikut ini
merupakan rangkaian kegiatan dalam satu siklus alat angkut :
a) Manuver loading point
Maneuver loading point merupakan waktu yang diperlukan oleh alat
angkut untuk memposisikan diri agar berada pada posisi yang tepat untuk
pemuatan.
b) Waktu pemuatan
Waktu pemuatan merupakan waktu yang diperlukan ketika material
ditumpahkan kedalam truck sampai terisi penuh.
c) Waktu angkut isi
Waktu angkut isi merupakan waktu yang diperlukan untuk mengangkut
material menuju ke disposal.
d) Manuver isi
Manuver isi adalah waktu yang diperlukan oleh alat angkut untuk
memposisikan diri di disposal hingga siap untuk menumpahkan material.
e) Waktu dumping
Waktu dumping merupakan waktu yang diperlukan oleh alat angkut untuk
menumpahkan material ke disposal, terhitung sejak alat angkut
mengangkat dump body hingga seluruh material telah dibuang.
f) Waktu angkut kosong
Waktu angkut kosong merupakan waktu yang diperlukan oleh alat angkut
menuju ke loading point dari disposal dalam keadaan kosong tanpa
material.
g) Waktu antrian
Waktu antrian merupakan waktu yang diperlukan oleh truck untuk
menunggu truck lain yang sedang diisi material oleh excavator.
Sumber : Hasil Kegiatan Kerja Praktik PT OEA, 2019
Gambar 4.7
Bagan Alir Kegiatan Pengangkutan di PT OEA

4.2 Pembahasan
Berdasarkan dengan data yang diperoleh dari hasil kegiatan kerja praktik,
maka akan dibahas beberapa hal sebagai berikut :
4.2.1 Pemuatan
Berdasarkan hasil pengamatan kegiatan kerja praktik di PT Otie Eya
Abadi pemuatan material tanah penutup dilakukan dengan menggunakan alat
muat berupa Excavator Komatsu PC 400 dengan kapasitas bucket sebesar 1,8
m3. Aktivitas pemuatan dilakukan mulai pukul 07.00 – 17.00 WITA.
1. Perhitungan Waktu Kerja Efektif
Untuk menghitung waktu efektif, maka perlu diketahui waktu produktif dan
waktu hambatan dari alat muat tersebut. Berikut ini disajikan waktu
produktif dari alat muat di PT Otie Eya Abadi:
Tabel 4.1
Waktu Produktif Alat Muat
Waktu Waktu
Hari Kegiatan Waktu Jam produktif produktif (jam
(jam/hari) / bulan)
Kerja 07.00 - 12.00 5
Senin Istirahat 12.00 - 13.00 1 9 36
Kerja 13.00 - 17.00 4
Kerja 07.00 - 12.00 5
Selasa Istirahat 12.00 - 13.00 1 9 36
Kerja 13.00 - 17.00 4
Kerja 07.00 - 12.00 5
Rabu Istirahat 12.00 - 13.00 1 9 36
Kerja 13.00 - 17.00 4
Kerja 07.00 - 12.00 5
Kamis Istirahat 12.00 - 13.00 1 9 36
Kerja 13.00 - 17.00 4
Kerja 07.00 - 11.00 4
Jumat Istirahat 11.00 - 13.00 2 8 24
Kerja 13.00 - 17.00 4
Kerja 07.00 - 12.00 5
Sabtu Istirahat 12.00 - 13.00 1 9 36
Kerja 13.00 - 17.00 4
Kerja 07.00 - 12.00 5
Minggu Istirahat 12.00 - 13.00 1 9 36
Kerja 13.00 - 17.00 4
Total 240
Sumber : Kegiatan Kerja Praktik PT OEA, 2019

1. Waktu hambatan (S) = 85,7 jam/30 hari


2. Waktu produktif = 240 jam/30 hari
3. Repair (R) = 2,43 jam/30 hari
4. Work (W) = Waktu produktif–Waktu hambatan – Repair
= 240 jam – 85,7 jam – 2,43 jam
= 151,87 jam /30 hari
W
5. Availability Index (AI) = W+R x 100%
151,87
= x 100% = 98,4 %
151,87+2,43
W+S
6. Physical Availability (PA) = x 100%
W+R+S
151,87 + 85,704
= x 100%
151,87+ 2,43+85,704
= 98,9 %
W
7. Use Of Availability (UA) = x 100%
W+S
151,87
= x 100%
151,87 +85,704

= 64 %
W
8. Effective Utilization (UE) = x 100%
W+R+S
151,87
= x 100%
151,87+ 2,43+85,704

= 63,3 %
Tabel 4.2
Efisiensi Excavator
Waktu Waktu
Standby Repair AI PA UA EA
Parameter Efektif Produktif
(jam) (Jam) (%) (%) (%) (%)
(Jam) (Jam)
Hari/jam 5,06 2,85 0,08 8 98,4 98,9 64 63,3

Bulan/jam 151,87 85,704 2,43 240 98,4 98,9 64 63,3


Sumber : Data Hasil Pengolahan Kegiatan Kerja Praktik PT OEA, 2019

2. Perhitungan Prokdutikvitas Excavator


Produktivitas dari Excavator Komatsu PC 400 dapat dihitung dengan
menggunakan rumus sebagai berikut :

Eff x 3600 x Hm x FFm x SFx ρi


Pm =
Cm

Keterangan :
Pm = Produktivitas alat muat (Ton/jam/alat)
Eff = Efisiensi kerja mekanis alat muat (%)
FFm = Faktor pengisian bucket (%)
Hm = Kapasitas bucket teoritis (LCM)
SF = Faktor pengembangan (%)
Cm = Cycle time alat muat (Detik)
𝜌i = Density Insitu (ton/BCM)
Maka produktivitas dari Excavator PC 400 adalah sebagai berikut :
Eff x 3600 x Hm x FFm x SF x ρi
Pm =
Cm
0,633 x 3600 x 2,8 x 0,912 x 0,805 x 1,47
=
27,68 detik
= 248,77 ton/jam/alat
Berdasarkan hasil perhitungan maka produktivitas alat muat dalam waktu
satu jam sebesar 248,77 ton untuk satu alat.
Tabel 4.3
Produktivitas Excavator
Waktu Produktivitas Produksi = Produktivitas x n Alat
Per jam 248,77 ton/jam/alat 248,77 ton/jam/alat
Per hari 5.970,48 ton/hari/alat 5.970,48 ton/hari/alat
Per bulan 179.114,4 ton/bulan/alat 179.144,4 ton/bulan/alat
Sumber : Data Hasil Pengolahan Kegiatan Kerja Praktik PT OEA, 2019

4.2.2 Pengangkutan
Berdasarkan hasil pengamatan dari kegiatan kerja praktik di PT OTI EYA
ABADI alat mekanis yang digunakan untuk aktivitas pengangkutan yaitu tipe
ADT Komatsu HM400 yang memiliki kapasitas bak sebesar 24 m3. Kegiatan
pengangkutan yang dilakukan mulai dari jam 06.30 WITA untuk maintenance dan
aktivitasnya dimulai dari 07.00 – 17.00 WITA. Dalam aktivitas pengangkutan
tersebut menggunakan 2 ADT dengan tipe alat yang sama untuk 1 loading point.
Dalam satu ritase (waktu yang diperlukan alat mulai dari loading point-dumping-
loading point) disesuaikan dengan keadaan jalan, jarak dari loading point ke
dumping, dan kemiringan.
1. Perhitungan Waktu Kerja Efektif
Untuk menghitung waktu efektif dari alat angkut, maka perlu diketahui
waktu produktif dan waktu hambatan dari alat tersebut. Berikut
merupakan waktu produktif dari alat angkut yang terdapat pada PT OTI
EYA ABADI :
Tabel 4.4
Waktu Produktif Alat Angkut
Waktu Waktu
Hari Kegiatan Waktu Jam produktif produktif (jam
(jam/hari) / bulan)
Kerja 07.00 - 12.00 5
Senin Istirahat 12.00 - 13.00 1 9 36
Kerja 13.00 - 17.00 4
Kerja 07.00 - 12.00 5
Selasa 9 36
Istirahat 12.00 - 13.00 1
Waktu Waktu
Hari Kegiatan Waktu Jam produktif produktif (jam
(jam/hari) / bulan)
Kerja 13.00 - 17.00 4
Kerja 07.00 - 12.00 5
Rabu Istirahat 12.00 - 13.00 1 9 36
Kerja 13.00 - 17.00 4
Kerja 07.00 - 12.00 5
Kamis Istirahat 12.00 - 13.00 1 9 36
Kerja 13.00 - 17.00 4
Kerja 07.00 - 11.00 4
Jumat Istirahat 11.00 - 13.00 2 8 24
Kerja 13.00 - 17.00 4
Kerja 07.00 - 12.00 5
Sabtu Istirahat 12.00 - 13.00 1 9 36
Kerja 13.00 - 17.00 4
Kerja 07.00 - 12.00 5
Minggu Istirahat 12.00 - 13.00 1 9 36
Kerja 13.00 - 17.00 4
Total 240
Sumber : Kegiatan Kerja Praktik PT OEA, 2019

1. Waktu hambatan (S) = 41,21 jam/30 hari


2. Waktu produktif = 240 jam/30 hari
3. Repair (R) = 4,95 jam/30 hari
4. Work (W) = Waktu produktif – Waktu hambatan –
Repair
= 240 jam – 41,21 jam – 4,95 jam
= 195,84 jam /30 hari
W
5. Availability Index (AI) = W+R x 100%
195,84
= x 100% = 97,5 %
195,84+4,29
W+S
6. Physical Availability (PA) = x 100%
W+R+S
195,84 + 41,21
= x 100%
195,84+4,95+41,21

= 97,95 %
W
7. Use Of Availability (UA) = x 100%
W+S
195.84
= x 100%
195,84+41,21
= 82,61 %
W
8. Effective Utilization (UE) = x 100%
W+R+S
195,84
= x 100%
195,84+4,95+41,21

= 80,92 %
Tabel 4.5
Efisiensi Artic Dump Truck
Waktu Waktu
Standby Repair AI PA UA EA
Parameter Efektif Produktif
(Jam) (Jam) (%) (%) (%) (%)
(Jam) (Jam)
Hari/jam 6,53 1,37 0,16 8 97,5 97,95 82,61 80,92
Bulan/jam 195,84 41,21 4,95 240 97,5 97,95 82,61 80.92
Sumber : Data Hasil Pengolahan Kegiatan Kerja Praktik PT OEA, 2019

2. Perhitungan Produktivitas Artic Dump Truck


Produktivitas dari Artic Dump Truck Komatsu HM400 dapat dihitung
dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

Ea x 3600 x (np x Hm x FFm) x SFx ρi


Pa =
Ca

Keterangan :
Pa = Produktivitas alat angkut (Ton/jam/alat)
np = Banyaknya pengisian
Ea = Efisiensi kerja mekanis alat angkut (%)
FFm = Faktor pengisian bucket (%)
Hm = Kapasitas bucket teoritis (LCM)
SF = Faktor pengembangan (%)
Ca = Cycle time alat angkut (Detik)
𝜌i = Density Insitu (ton/BCM)
Maka produktivitas dari ADT Komatsu HM400 adalah sebagai berikut :
Ea x 3600 x (np x Hm x FFm) x SFx ρi
Pa =
Ca

0,779 x 3600 x (5 x 2,8 x 0,912)x 0,805 x 1,472


=
355,34 Detik
= 123,69 ton/jam/alat
Berdasarkan hasil perhitungan maka produktivitas alat muat dalam waktu
satu jam sebesar 46,65 ton untuk satu alat.
Tabel 4.3
Produktivitas Excavator
Waktu Produktivitas Produksi = Produktivitas x n Alat
Per jam 123,69 ton/jam/alat 247,38 ton/jam
Per hari 2.968,08 ton/hari/alat 5.936,16 ton/hari
Per bulan 89.042,4 ton/bulan/alat 178.084,8 ton/bulan
Sumber : Data Hasil Pengolahan Kegiatan Kerja Praktik PT OEA, 2019

4.2.3 Keserasian Alat (Match Factor)


Keserasian alat atau match factor menunjukan sinkronisasi antara alat
muat dan alat angkut yang digunakan untuk memindahkan material penutup.
Keserasian antara Excavator Komatsu PC 400 dan ADT Komatsu HM 400 dapat
dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

na x ltm
MF =
nm x Ca

ltm = np x Cm

Keterangan :
MF = Match Factor
na = Jumlah alat angkut
np = Banyaknya pemuatan
nm = Jumlah alat muat
Ha = Kapasitas alat angkut (m3)
Hm = Kapasitas bucket teoritis (m3)
Ltm = Waktu isi alat muat (Detik)
Ca = Cycle time alat angkut (Detik)
Cm = Cycle time alat muat (Detik)

Versi 1

ltm = np x Cm

= 5 x 27,68 Detik

= 138,4 Detik
na x ltm
MF =
nm x Ca
2 x 138,4
=
1 x 355,34

= 0,77

Berdasarkan hasil perhitungan yang telah dilakukan, maka nilai match


factor yang didapat yaitu 0,877 yang menunjukan bahwa alat muat akan lebih
sering menunggu alat angkut.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil kegiatan kerja praktik yang telah dilakukan, maka
dapat dipaparkan kesimpulan sebagai berikut :
1. Metode penambangan yang diterapkan oleh PT OTI EYA ABADI untuk
menambang bahan galian yakni menggunakan Stripping Minning
Methode, Selective Minning Methode dan Back Filling Methode.
2. Karakteristik material yang ditambang berupa soil dan limonit dengan
kenampakan fisik berwarna coklat kemerahan dan memiliki tekstur
berupa clay serta saprolit dengan kenampakan fisik berwarna coklat
kekuningan dengan tekstur semi clay dan terdapat beberapa material
ukuran bongkah. Bagian terbawah terdapat Bedrock dengan kondisi
masih berupa batuan ultrabasa utuh dengan warna abu sampai hitam
kehijauan.
3. Alat gali muat yang digunakan untuk menambang adalah Excavator tipe
Komatsu PC 400 untuk pengupasan material penutup, Komatsu PC 300
untuk mengambil ore, Kobelco SK 200 dan SK 320 digunakan untuk
pemilahan ore. Sedangkan alat angkut yang dipakai berupa ADT
Komatsu HM 400 untuk mengangkut material penutup, Alat angkut tipe
HINO 500 dan 700 untuk mengangkut ore menuju stockpile.
4. Produktivitas dari alat muat Excavator tipe Komatsu PC 400 sebesar
84,85 ton/jam/alat. Sedangkan produktivitas dari alat angkut berupa ADT
tipe Komatsu HM 400 sebesar 46,65 ton/jam/alat.
5. Berdasarkan hasil perhitungan, nilai match factor dari alat muat dan alat
angkut sebesar 0,877.

5.2 Saran
Berdasarkan pengamatan pada kegiatan kerja praktik yang telah
dilakukan, maka saran yang dapat diberikan adalah sebagai berikut :
1. Perlu dilakukannya pemadatan jalan secara maksimal mengingat material
tanah di lokasi penambangan memiliki load capacity yang relatif lebih
kecil dibandingkan dengan ground pressure, dengan upaya tersebut
maka potensi slip dan alat terbenam dapat diminimalisir.
2. Dari lokasi kegiatan penambangan yang berada pada ketinggian yang
relatif tinggi dengan keadaan cuaca yang ekstrim dengan kabut yang
cukup tebal maka sebaiknya aktivitas dari alat mekanis sebaiknya
dihentikan karena akan membahayakan dari operator, alat ataupun
pengawas yang berada pada area tersebut.
3. Dalam pembuangan OB sebaiknya diperhatikan keadaan tempatnya dan
diberi batas, karena apabila tempat yang memiliki kemiringan relatif
curam maka akan menyebabkan alat tergelincir atau longsoran yang
mengakibatkan kerusakan pada hutan yang disekitarnya.
DAFTAR PUSTAKA

1. Prodjosumarto, Partanto, 1993.“Pemindahan Tanah Mekanis” Departemen


Tambang Institut Teknologi Bandung, Bandung.
2. Prodjosumarto, Partanto, 2000.“Tambang Terbuka (Surface
Mining)”Departemen Pertambang Institut Teknologi Bandung,
Bandung.
3. Sudradjat Adjat, 1999.“Teknologi & Manajemen Sumberdaya Mineral”
Institut Teknologi Bandung, Bandung.
4. Wedhanto, Sonny, 2009. ”Alat Berat Dan Pemindahan Tanah Mekanis”.
Universitas Negeri Malang, Malang.

Anda mungkin juga menyukai