PROPOSAL SKRIPSI
OLEH:
AGUS TOMY
DBD 114 084
3. Pengelompokan Data.
Data yang diperoleh dari hasil studi literatur dan studi lapangan,
kemudian dikelompokan menjadi data sekunder dan data primer. Data
sekunder adalah data penunjang yang didapat peneliti dari pihak
perusahaan, instansi yang terkait dengan penelitian. Data primer adalah
data yang diambil peneliti di lapangan dan diolah peneliti.
4. Pengolahan Data
5. Pembahasan
2.1 Tunnelling
Tunnel atau Terowongan adalah lubang bukaan mendatar atau sedikit
miring yang dibuat dibawah tanah, gunung, sungai, laut, daerah pemukiman.
Tujuan utama manusia membuat terowongan tambang adalah untuk
mengambil bahan galian di bawah tanah.
Terowongan tambang bawah tanah memiliki beberapa fungsi, yaitu :
a) Sebagai jalan masuk dan keluar bagi karyawan dan jalan angkut.
b) Mengangkut material hasil penambangan, system telekomunikasi, pipa air
dan pipa lumpur
c) Lubang khusus ventilasi
d) Untuk penirisan sumur dan open channel
e) Untuk keselamatan kerja (penyelamatan jika terjadi kecelakaan)
Bentuk terowongan bawah tanah pun terdiri dari berbagai macam
bentuk, yaitu sebagai berikut :
a) Bentuk Lingkaran
b) Bentuk Segi empat
c) Bentuk Travesium
d) Bentuk Tapal kuda
e) Bentuk Poligon
3. Batang Bor
Batang bor berguna untuk meneruskan energi putaran dan energi
pukulan dari shank adaptor ke mata bor. Pada pengeboran dengan
top hammer batang bor merupakan komponen setelah drill chuck
dan dapat berbentuk hexagonal maupun round cross – section.
Gambar 2.8 Tipe Batang Bor (Jimeno,.CL. 1995)
4. Couplings
Coupling berguna untuk menyambungkan batang bor yang
satu dengan batang bor lainnya. Tujuan penggunaan coupling
untuk memperoleh kedalaman yang diinginkan. (Gambar 2.9)
5. Mata bor
Mata bor berguna untuk meneruskan energi putaran dan
tumbukan dari batang bor ke batuan. Alat bor rotary-
percussive drill terdiri dari 2 jenis mata bor, yaitu:
• Button Bit
Button bit berbentuk silinder. Pada bagian permukaan
button bit terbesar tungstan carbide dalam berbagai bentuk
dengan diameter antara 50 mm – 251 mm. Button bit ini
lebih cocok digunakan pada rotary-percusive drilling,
mempunyai kecepatan yang lebih tinggi daripada insert bit,
lebih resisten terhadap pengerutan dan cold-pressing, dan
mampu meneruskan energy dari batang bor secara lebih
efektif. (Gambar 2.10)
• Insert Bit
Insert bit ini terdiri dari dua bentuk yaitu cross bit dan X-
bit. Cross bit terdiri dari empat buah tungsten carbide yang
saling membentuk sudut 90̊ sedangkan X-bit terdiri dari
empat buah tungsten carbide yang saling membentuk sudut
75̊ dan 105̊. Insert bit memiliki ukuran diameter mulai dari
35 mm sampai 57 mm untuk cross bit dan 64 mm untuk X-
bit.(Gambar 2.10)
2.2.4 Kegiatan Dasar pada Pengeboran Rotary-Percussive
a) Percussion
Energi pukulan dihasilkan dari shock wave yang menggerakkan
piston secara berulang-ulang kemudian ditransmisikan dari
hammer ke mata bor melalui batang bor.
Button Bit
• Elastisitas
Sifat elastisitas batuan dinyatakan dengan Modulus Young (E),
dan nisbah Poisson (υ). Modulus elastisitas merupakan faktor
kesebandingan antara tegangan normal dengan regangan
relatifnya, sedangkan nisbah Poisson merupakan
kesebandingan antara regangan lateral dengan regangan
aksial. Modulus elastisitas sangat tergantung pada komposisi
mineralnya, porositas, jenis perpindahan, dan besarnya beban
yang diterapkan.
• Plastisitas
Plastisitas batuan merupakan perilaku batuan yang
menyebabkan deformasi tetap setelah tegangan dikembalikan
ke kondisi awal, dimana batuan tersebut belum hancur. Sifat
plastis tergantung pada komposisi mineral penyusun batuan.
Keterangan:
W = Jumlah jam kerja alat, yaitu waktu yang dipergunakan oleh
operator untuk melakukan kegiatan pengeboran.
R = Jumlah jam perbaikan, yaitu waktu yang dipergunakan
untuk perbaikan dan waktu yang hilang akibat menunggu saat
perbaikan termasuk juga waktu penyediaan suku cadang serta
waktu perawatan.
b. Ketersediaan Fisik (Physical Availability, PA)
Ketersediaan fisik menunjukkan kesiapan alat untuk beroperasi
didalam seluruh waktu kerja yang tersedia. Persamaan dari
ketersediaan fisik adalah :
𝑊+𝑆
PA = (𝑊+𝑅+𝑆) x 100% ……………………………… (2.2)
Keterangan:
S = Jumlah jam siap yaitu jumlah jam alat yang tidak
dipergunakan padahal alat tersebut siap beroperasi
(W+R+S) = Jumlah jam tersedia, yaitu jumlah seluruh jam atau
jumlah jam kerja yang tersedia dimana alat dijadwalkan untuk
beroperasi.
c. Penggunaan Efektif
Penggunaan efektif menunjukkan berapa persen waktu yang
dipergunakan oleh alat untuk beroperasi pada saat alat tersebut
dapat digunakan. Penggunaan efektif sebenarnya sama dengan
pengertian efisiensi kerja.
Persamaan dari kesediaan penggunaan efektif adalah:
𝑊
EU = (𝑊+𝑅+𝑆)x 100………………………………….(2.3)
Keterangan :
Dr1 : Kecepatan pengeboran bersih (meter/menit)
H : Kedalaman lubang tembak (meter)
Ct – Dt : Waktu edar pengeboran tanpa hambatan (menit)
b. Gross Driling Rate
Gross Drilling Rate merupakan perbandingan kedalaman
lubang bor yang dicapai terhadap waktu yang tersedia.
𝐻
GDR = ………………………………………………(2.7)
𝐶𝑡
Keterangan:
GDR = Kecepatan pengeboran (m/menit)
H = Kedalaman Lubang Tembak (meter)
Ct = waktu edar pengeboran (menit)
3. Efisiensi Kerja Pengeboran
Efisiensi kerja pengeboran adalah perbandingan antara waktu
kerja produktif dengan waktu kerja yang terjadwal dan
dinyatakan dalam persen. Waktu produktif adalah waktu yang
digunakan untuk kerja pengeboran. Jadi efisiensi kerja dapat
dinyatakan:
𝑊𝑃
EK = 𝑊𝑇 100%....................................................................... (2.8)
Keterangan :
Veq = volume setara (m3/m)
V = volume batuan yang diledakkan (m3)
n = jumlah lubang tembak
H = kedalaman lubang tembak (m)
5. Produksi Pengeboran
Produksi pengeboran tergantung kecepatan pengeboran mesin
bor, volume setara dan penggunaan efektif mesin bor. Produksi
tersebut dinyatakan dalam m3/jam.
Maka persamaan produksi pengeboran adalah:
P = Veq x GDR x EK x 60…………………………………(2.10)
Keterangan :
P = produksi alat bor (m3/jam/alat)
60 = konversi dari menit ke jam
2.3 Pemuatan dan Pengangkutan
Material bongkahan yang berupa ore dan waste dimuat ke dalam lori
dengan menggunakan wheel loader. Sebelum dimuat kedalam lori, terlebih
dahulu kegiatan diawali dengan mucking, hauling, dan dumping material hasil
peledakan dari front penambangan menuju loading point yang masih berada
dalam area tambang bawah tanah.
Kemudian dari stockpile dalam tambang dimuat kedalam lori dan
diangkut menuju stockpile yang berada di luar. Kegiatan pengangkutan
bertujuan untuk mengangkut hasil material peledakan dari lokasi
penambangan ke loading point. Pengangkutan ore atau waste keluar tambang
dilakukan dengan menggunakan lori jenis granby car dengan side dump
system yang berkapasitas 3𝑚3.
2.4 Penyanggan (Supporting)
Setelah lubang bukaan bawah tanah digali pada batuan yang lemah
diperlukan adanya sistem penyanggaan yang dapat membantu massa batuan
menyangga dirinya sendiri, dimana penentuan jenis penyangga yang
digunakan tergantung dari klasifikasi massa batuan dan rekomendasi
geoteknik pada tunnel tersebut.
Penyanggaan berfungsi untuk mengontrol masa batuan disekitar lubang
bukaan, yaitu :
• Menahan perpindahan tegangan pada dinding lubang bukaan
• Menyangga batuan yang potensial untuk runtuh atau memperkecil
deformasi massa batuan
Cut yang biasa digunakan untuk membuat terowongan adalah large hole
cut untuk pengeboran horizontal tegak lurus pada permukaan batuan
semua lubang dalam cut dibor pararel sama terhadap yang lain dan
peledakan dilaksanakan kea rah lubang kosong yang bertindak sebagai
bukaan.
Secara umum terdapat empat tipe cut yang kemudian dikembangkan lagi
sesuai kondisi batuan, yaitu:
a. Center cut disebut juga pyramid atau diamond cut. Empat atau enam
lubang dengan diameter yang sama dibor kea rah satu titik, sehingga
berbentuk pyramid. Puncak pyramid di bagian dalam dilebihkan
sekitar 15 cm (6 inchi) dari kedalaman seluruh lubang bor yang ada.
Dengan meledakkan center cut ini secara serentak akan terbentuk
bidang bebas baru bagi lubang-lubang ledak disekitarnya. Center cut
sangat efektif untuk batuan kuat, tetapi konsumsi bahan peledak
banyak dan mempunyai efek getaran tinggi yang disertai oleh
lemparan batu-batu kecil.
b. V –Cut disebut juga Wedge-cut, angled cut atau cut berbentuk baji:
setiap pasang empat atau enam lubang dengan diameter yang sama
dibor kearah satu titik, tetapi lubang bor antar pasangan sejajar,
sehingga berbentuk baji.Pola pengeboran tipe ini lebih mudah
dibandingkan dengan pola pengeboran tipe pyramid cut, tetapi
kurang efektif untuk meledakkan batuan keras.
c. Drag cut atau pola kipas: bentuknya mirip dengan V-cut, yaitu
berbentuk baji. Perbedaannya terletak pada posisi bajinya tidak
ditengah-tengah bukaan. Cara membuatnya adalah lubang dibor
miring untuk membentuk rongga dilantai atau dinding. Pengeboran
untuk membuat rongga dari bagian dinding disebut juga denga fun
cut atau cut kipas. Beberapa pertimbangan pada pola drag cut:
• Sangat cocok untuk batuan berlapis, misalnya shale, slate atau
batuan sedimen lainnya.
• Tidak efektif diterapkan pada batuan keras
• Dapat berperan sebagai controlled blasting, yaitu apabila
terdapat instalasi yang penting diruang bawah tanah atau pada
bukaan dengan penyangga kayu.
• Burn cut disebut juga dengan cylinder cut. Pola ini sangat
cocok untuk batuan yang keras dan regas seperti batu pasir
(sandstone) atau batuan beku. Pola ini tidak cocok untuk
batuan berlapis, namun demikian, dapat disesuaikan dengan
berbagai variasi. Ciri-ciri pola Burn cut antara lain:
- Lubang bor dibuat sejajar, sehingga dapat member lebih
dalam disbanding jenis cut lainnya.
- Lubang tertentu dikosongkan untuk membuat bidang
bebas mini, sehingga pelepasan gelombang kompresi
menjadi tarik dapat berlangsung efektif. Sedangkan
untuk lubang kosong berperan sebagai ruang terbuka
tempat batuan terlempar karena muatan bahan peledak.
Gambar 2.13 Macam-macam Pola Pengeboran (S. Koehler. 1967).
Setelah bukaan atau cut terbentuk, maka stoping kearah cut dimulai.
Lubang kontur (contour hole) yang terdiri atas: lubang atap (roof
hole), lubang dinding (wall hole), dan lubang lantai (floor hole)
dibuat agak diserongkan keluar dari kontur (look out), sehingga
terowongan yang dihasilkan mempunyai bentuk seperti yang
direncanakan. Cut dapat diletakkan di sembarang tempat pada muka
terowongan tetapi harus diperhatikan bahwa letak cut
mempengaruhi : lemparan, konsumsi bahan peledak, dan jumlah
ledak dalam round. Apabila letak cut dekat dengan dinding mungkin
dapat mengurangi jumlah lubang tembak dalam round, tetapi ada
kelemahan-kelemahan lainnya.
Gambar 2.14 Penamaan Lubang Ledak pada Peledakan di Terowongan
(Laporan Geoteknik PT. UBPE Antam. 2010).
Dimana jumlah jam kerja produktif = Jam kerja tersedia – jam berhenti
IX. LOKASI PENELITIAN
Rumusan Masalah :
Studi Literatur
Pengambilan Data
Pengolahan Data :
4. Melakukan analisis biaya yang dikeluarkan dalam satu siklus kerja tunnelling.
1 2 3 4 1 2 3 4
1 Orientasi Lapangan
Pengambilan,
2 Pengumpulan dan
Pengolahan Data
3 Penyusunan Laporan
4 Presentasi Laporan
XII. PENUTUP
Demikian proposal ini saya buat sebagai bahan pertimbangan bagi
pihak perusahaan dengan harapan dapat menerima dan memudahkan
pelaksanaan penelitian Skripsi nantinya. Saya menyadari bahwa dalam
penulisan proposal ini banyak terdapat kekurangan atau kekeliruan, untuk itu
dimohon adanya saran konstruktif untuk perbaikan dan penyempurnaan
pelaksanaan penelitian Skripsi ini.