Anda di halaman 1dari 39

LAPORAN KERJA PRAKTEK

OPTIMALISASI AKTIVITAS PENAMBANGAN BAUKSIT UNTUK


MENCAPAI TARGET PRODUKSI DI PT. CITA MINERAL INVESTINDO
TBK. SITE AIR UPAS
KECAMATAN MARAU KABUPATEN KETAPANG
KALIMANTAN BARAT

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat


Dalam menyelesaikan Program S1 Teknik Pertambangan

Oleh :
DIMAS SENO WIJAYANTO
NIM D1101211019

Kosentrasi : Pertambangan Umum


Jurusan : S1 Teknik Pertambangan
Program Studi : Teknik Pertambang

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS TANJUNGPURA


PONTIANAK

2024
1

LEMBAR PENGESAHAN

OPTIMALISASI AKTIVITAS PENAMBANGAN BAUKSIT UNTUK


MENCAPAI TARGET PRODUKSI DI PT. CITA MINERAL INVESTINDO
TBK. SITE AIR UPAS
KECAMATAN MARAU KABUPATEN KETAPANG
KALIMANTAN BARAT
OLEH:

DIMAS SENO WIJAYANTO


D1101211019
Laporan hasil penelitian ini telah diterima dan disahkan sebagai salah satu syarat
telah menyelesaikan penelitian di PT. Cita Mineral Investindo, Tbk Site Air Upas,
kecamatan Marau, Kabupaten Ketapang, Kalimantan Barat.
Tanggal: 13 Februari 2024

Mengetahui Disahkan

Pembimbing
2

KATA PENGANTAR
3

OPTIMALISASI AKTIVITAS PENAMBANGAN UNTUK MENCAPAI


TARGET PRODUKSI DI PT. CITA MINERAL INVESTINDO TBK. SITE
AIR UPAS
KECAMATAN MARAU KABUPATEN KETAPANG
KALIMANTAN BARAT

ABSTRAK
4

DAFTAR ISI
5

DAFTAR TABEL
6

DAFTAR GAMBAR
7

DAFTAR LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bauksit adalah biji utama aluminium terdiri dari hydrous aluminium oksida dan
aluminium hidroksida yakni dari mineral gibbsite Al(OH)3, boehmite y-ALO (OH),
dan diaspore a-ALO (OH), bersama-sama dengan oksida besi gocthite dan bijih
besi, mineral tanah liat kaolinit dan sejumlah kecil anatase Tio2. Dalam hal
tampilan fisiknya, bauksit biasanya memiliki berbagai warna, termasuk putih, abu-
abu, dan kadang-kadang kuning, jingga, merah, merah muda, dan coklat. Bauksit
ini kemudian diolah menjadi aluminium. Aluminium adalah logam yang lunak
dalam bentuk murni namun keras seperti baja jika padat, ringan, tahan terhadap
korosi dan merupakan konduktor listrik yang baik. Keunggulan tersebut membuat
aluminium sangat diperlukan sebagai bahan baku dalam industri seperti komponen
otomotif, bahan konstruksi, peralatan rumah tangga dan sebagainya. PT. Cita
Mineral Investindo, Tbk Site Air Upas merupakan perusahaan swasta yang bergerak
dalam bidang pertambangan. Lokasi daerah penambangan bijih bauksit terletak di
Dusun Batang Belian Desa Karya Baru Kecamatan Marau Kabupaten Ketapang
Provinsi Kalimantan Barat.

Dalam kegiatan penambangan bijih bauksit, PT. Cita Mineral Investindo, Tbk
Site Air Upas menggunakan metode penambangan open shaft/backfilling dengan
pengoperasian peralatan mekanis seperti excavator untuk pemuatan dan dump truck
untuk pengangkutan. Salah satu penentu keberhasilan penambangan ini adalah
seberapa besar produksi peralatan mekanis tersebut dapat dimanfaatkan seefektif
dan seefesien mungkin dalam melakukan pekerjaanya agar hasil yang diperoleh
maksimal.

1
2

1.2 Identifikasi Masalah


Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor yang
menyebabkan tidak tercapainya target produksi, terutama pada aktivitas loading
dan hauling yang melibatkan alat excavator sebagai alat muat dan dump truk
sebagai alat angkut material dari pit hingga ke washing plant.

1.3 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah yang akan dibahas dalam penelitian kalil ini adalah
sebagai berikut:
1. Bagaimana faktor teknis dilapangan meliputi jarak, kondisi jalan, dan
kondisi tempat kerja?
2. Faktor apa saja yang mempengaruhi tidak tercapainya target produksi?
3. Bagaimana cara meningkatkan produktivitas alat muat dan alat angkut agar
target produksi dapat tercapai?
1.4 Batasan Masalah
Berdasarkan pada rumusan masalah yang ada, maka penelitian ini hanya di
batasi di area pit site PT. Cita Mineral Investindo Tbk. terkait kondisi di area
penambangan, serta kajian mengenai alat muat dan alat angkut, dan permasalahan
atau kendala yang muncul pada aktivitas penambangan bauksit.
1.5 Maksud dan Tujuan
Maksud dan tujuan dilakukan penelitian ini adalah:
1.5.1 Maksud
Maksud dan tujuan dilakukannya penelitian ini ialah untuk memenuhi
persyaratan Kerja Praktek serta persyaratan akademis dalam meraih gelar Strata I
dalam bidang ilmu Teknik Pertambangan di Universitas Tanjungpura Pontianak.
1.5.2 Tujuan
Adapun tujuan dalam penulisan proposal penelitian ini adalah:
1. Mengetahui produktivitas alat gali dan alat angkut yang digunakan
dilapangan.
2. Mengetahui faktor-faktor penghambat proses produksi.
3. Mendapat solusi terhadap masalah yang terjadi sehingga diharapkan
dapat meningkatkan pencapaian target produksi perusahaan.
3

1.6 Manfaat Penelitian


Adapun harapan dilakukan nya Penelitian Kerja Praktek ini yaitu:
1. Sebagai bahan latihan memecah masalah dan mengambil kesimpulan di
bidang produksi.
2. Hasil dari penelitian ini diharapkan bisa menjadi bahan pertimbangan dalam
rangka pengambilan keputusan terkait dengan produktivitas alat muat dan
alat angkut.
3. Supaya penelitian ini dapat menjadi bahan pembelajaran atau perbandingan
bagi peneliti lain yang melakukan penelitian yang serupa.
4. Hasil penelitian ini dapat digunakan oleh perusahaan sebagai bahan evaluasi
atau informasi dalam peningkatan produktivitas alat muat dan alat angkut.
5. Sebagai bahan gambaran bagi perusahaan terkait kondisi penambangan
yang ada di pit serta kendala-kendala yang kerap terjadi di lapangan.
6. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi perbandingan antara jumlah
produksi secara teori dan secara aktual di perusahaan.
7. Meminimalisir faktor-faktor yang menyebabkan tidak tercapainaya target
produksi perusahaan.
1.7 Metodelogi Penelitian
Metodelogi penelitian yang digunakan untuk penyusunan laporan penelitian
kerja praktek adalah sebagai berikut:
1. Perumusan masalah
Menentukan topik permasalahan yang akan diteliti dengan menganalisis kondisi
di lapangan serta kinerja dari alat muat dan alat angkut hingga faktor-faktor yang
menyebabkan tidak tercapainya target produksi.
2. Studi Literatur
Tahapan studi literatur dilakukan dengan pengumpulan sumber informasi yang
berasal dari referensi maupun data perusahaan yang berkaitan dengan tujuan
penelitian, studi literatur ini sendiri dilakukan sebelum dan selama penelitian ini
berlangsung.
3. Pengamatan lapangan
Pengamatan ini dilakukan untuk mengumpulkan data yang berkaitan dengan
permasalahan yang akan dibahas, antara lain:
4

• Survei terhadap daerah penelitian dengan melakukan pengamatan


langsung di daerah penambangan dan menentukam daerah lokasi
pengambilan data.
• Pengamatan dan pencatatan secara langsung dilapangan terhadap cycle
time alat muat dan alat angkut beserta faktor lainnya yang berpengaruh
terhadap proses produksi.
• Pengamatan terhadap hilangnya waktu produksi yang di sebabkan oleh
aktivitas stanby.
4. Pengumpulan Data
Mengumpulkan data dari hasil pengamatan di lapangan secara langsung
ataupun data sekunder dari referensi laporan perusahaan serta karya tulis ilmiah
yang berhubungan langsung dengan judul penelitian.
5. Pengolahan Data
• Menghitung produktivitas alat muat dan alat angkut secara aktual dan
teoritis.
• Menentukan faktor kesesuaian alat muat dan alat angkut yang optimal.
• Menghitung jumlah produksi tercapai secara aktual dan teoritis selama
periode bulan Januari 2024.
6. Analisis Data
• Upaya peningkatan produktivitas alat muat dan alat angkut.
• Analisis waktu efisiensi waktu kerja optimum.
• Merekomendasikan keserasian alat muat dan alat angkut.
7. Kesimpulan
Melakukan simulasi untuk peningkatan produktivitas alat muat dan alat angkut
dengan beberapa alternatif, serta upaya mengatasi masalah yang menghambat
proses produksi di area penambangan.
Adapun diagram alir penelitian dapat dilihat pada Gambar 1.1
5

Persiapan

Menentukan Rumusan Masalah

Menentukan Tujuan Penelitian

Pengambilan Data

Studi Literatur Pengamatan Lapangan

➢ Teori pemindahan Tanah ➢ Metode penambangan bauksit


Mekanis ➢ Cycle time alat muat dan alat
➢ Jenis dan Spesifikasi alat angkut
muat dan alat angkut ➢ Waktu hambatan alat muat dan
➢ Ketersediaan alat mekanis alat angkut
➢ Kondisi jalan angkut loading
point menuju washing plant
➢ Keserasian alat mekanis

Pengolahan Data

Analisis Data

Kesimpulan dan Saran

Gambar 1.1
Diagram Alir Penelitian
BAB II

TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN

2.1 Profil Perusahaan

PT. Cita Mineral Investindo, Tbk merupakan perusahaan perseroan terbatas


yang didirikan berdasarkan akta notaris nomor 32 tanggal 20 april 2001
berkedudukan di Jakarta pusat, perusahaan ini berkantor di gedung panin Bank Lt.
2, jalan Jendral Sudirman, senayan, kelurahan Gelora, Kecamatan Tanah Abang.

Sejarah singkat PT. Cita Mineral Investindo, Tbk Site Air Upas bermula
didirikan dengan nama PT. Cita Panel Utama pada tahun 1992 dan pada tahun
tersebut memulai kegiatan komersilnya. Pada tahun 2002 perusahaan tersebut
mencantumkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan kode “CITA”.
Dalam perkembangannya PT Cita Mineral Investindo mengembangkan usahanya
pada sektor pertambangan melalui investasi pada PT. Harita Prima Abadi Mineral
(HPAM). Sejalan dengan berkembangnya bidang usaha tersebut, pada 2 Mei 2007,
secara resmi mengubah nama perusahaan yang semula bernama PT. Cita Panel
Utama menjadi PT. Cita Mineral Investindo, Tbk.

PT. Cita Mineral Investindo, Tbk Site Air Upas mengantongi izin untuk
melakukan kegiatan pertambangan dan penggalian biji logam. Kegiatan utama PT.
CMI bergerak di bidang investasi pertambangan dan kegiatan pertambangan
bauksit yang menghasilkan Metallurical Grade Bauxite (MGB) melalui anak usaha
dan memproduksi Smelter Grade Alumina (SGA) melalui entitas asosiasi (investasi
asing) PT. Well Harvest Winning Alumina Refinery (PT. WHW) pada tahun 2013
di Kalimantan Barat untuk menigkatkan nilai tambah produksi bauksit, dalam
upaya mendukung pemerintah meningkatkan nilai tambah bauksit.78 Fasilitas
produksi SGA kemudian beroperasi pada tahun 2016 dan menjadikannya sebagai
perusahaan penghasil SGA pertama di Indonesia, melalui Asosiasi PT Well Harvest
Winning Alumina Refinery (WHW). Dalam hal ini Pt. Cita Mineral Investindo,
memiliki sekitar 30% saham di WHW, sementara 56% dipegang oleh China
Hongqiao Group Limited, 9% dipegang oleh Winning Investment (HK) Company,

6
7

dan 5% dipegang oleh Shandong Weiqiao Aluminium and Electricity Co., Ltd.
Selain itu dalam menjalankan usahanya PT Cita Mineral Investindo mengantongi
Perizinan Dasar dan Izin Operasional dengan mengantongi Izin Lingkungan dan
Izin Usaha Pertambangan (IUP) termasuk IUP Eksplorasi dan IUP Operasi
Produksi dengan IUP OP total seluas 26.245 Ha yang terdiri 3 IUP OP yaitu :

a. Keputusan Bupati Ketapang Nomor 190/DPMPTSP-D.B/2018 tanggal 30


Mei 2018 tentang Izin Lingkungan Kegiatan Peningkatan Kapasitas Produksi
beserta Fasilitas Pendukung Pertambngan Bauksit oleh PT. Cita Mineral Investindo,
Tbk yang berlokasi di Kecamatan Air Upas, Marau, Manis Mata, Singkup dan
Kendawangan Kabupaten Ketapang;

b. Keputusan Kepala Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu


Pintu Provinsi Kalimantan Barat Nomor 503/107/MINERBA/DPMPTSP.C/2017
tanggal 3 Agustus 2017 tentang pemberian izin usaha pertambangan operasi
produksi secara afiliasi kepada PT Cita Mineral Investindo, Tbk dengan Luas
15.670 Ha;

c. Keputusan Kepala Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu


Pintu Provinsi Kalimantan Barat Nomor 503/108/MINERBA/DPMPTSP.C/2017
tanggal 3 Agustus 2017 secara afiliasi kepada PT Cita Mineral Investindo, Tbk.
Dengan Luas 7.833 Ha;

d. Keputusan Kepala Dinas Penamaan Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu
Provinsi Kalimantan Barat Nomor 503/109/MINERBA/DPMPTSP.C/2017 tanggal
3 Agustus 2017 secara afiliasi kepada PT. Cita Mineral Investindo, Tbk. Dengan
Luas 2.742 Ha.

Selanjutnya PT. Cita Mineral Investindo, Tbk Site Air Upas juga mengantongi
SKKL dan SKIL yang diterbitkan oleh Bupati Ketapang dengan nomor :81

a. SKKL Nomor : Keputusan Bupati Ketapang Nomor 185/DPMPTSPD.B/2018


pada tanggal 30 Mei 2018;
b. SKIL Nomor : Keputusan Bupati Ketapang Nomor 190/DPMPSTPD.B/2018
pada tanggal 30 Mei 2018.
8

Kantor perwakilan PT. Cita Mineral Investindo Tbk. di ketapang terletak di Jl.
Kolonel Sugiono No. 55 Ketapang, Kalimantan Barat.

2.2 Lokasi dan Kesampaian Daerah

Secara administratif PT. Cita MineralInvestindo, Tbk Site Air Upas berada di
Dusun Batang Belian, Desa Karya Baru, Kecamatan Marau, Kabupaten Ketapang,
Provinsi Kalimantan Barat. Wilayah Izin Usaha Pertambangan (WIUP) di PT. Cita
Mineral Investindo, Tbk secara geografis terletak pada posisi 110˚ 42ʹ 01ʺ sampai
110˚ 53ʹ 03ʺ BT dan 2˚ 07ʹ 09ʺ sampai 2˚ 24ʹ 02ʺ LS. Secara umum wilayah PT.
Cita Mineral Investindo, Tbk dapat dicapai melalui beberapa route dari Pontianak
sebagai berikut:
1. Transportasi Udara dari Pontianak ke Ketapang selama kurang lebih 35
menit.
2. Transportasi air dari Pontianak ke Ketapang selama kurang lebih 4 jam
menggunakan kapal express
3. (A) Transportasi darat dari ketapang menuju Dusun Batang Belian dengan
kondisi jalan yang kurang baik mungkin dapat ditempuh selama kurang
lebih 5 jam, atau transportasi darat dari Ketapang ke Kendawangan selama
kurang lebih 3 jam, dilanjutkan dengan transportasi air dari Kendawangan
ke Kedondong (Kelampai) selama kurang lebih 30 menit lalu dilanjutkan
lagi dengan transportasi darat dari desa Kelampai ke Dusun Batang Belian
melalui Hauling Road HG selama kurang lebih 1 jam.
(B) Transportasi darat dari Pontianak langsung ke dusun batang belian
dengan menggunakan jalur Provinsi selama kurang lebih 12 jam perjalanan.
9

Gambar 2.1
Peta Kesampian Daerah
10

(Sumber: Peta Konsesi PT. Cita Mineral Investindo, Tbk site Air Upas)
Gambar 2.2
Peta Konsesi Daerah Penelitian

2.3 Geologi Regional


2.3.1 Geomorfologi Daerah Penelitian
Secara umum, morfologi daerah penelitian teramati berupa perbukitan dan
lembahan. Satuan perbukitan bergelombang lemah-sedang. Satuan ini menempati
bagian barat dan tengah wilayah penyelidikan mengisi lembah-lembah berelevasi
topografi rendah diantara satuan perbukitan terjal bergelombang kuat. Elevasi
topogravi berkisar 20 hingga 60 mdpl, dengan kemiringan lereng berkisar 0 hingga
10 derajat membentuk pola punggungan perbukitan yang tidak beraturan. Pada
satuan ini, secara umum anak-anak sungai di daerah tinggi berkembang membentuk
pola aliran dendritic-subdendritic, untuk kemudian induk-induk sungainya
cenderung berkembang membentuk pola aliran meandering, menunjukkan proses
pelapukan telah lama berlangsung. ( Lihat Gambar 2.3)
11

Gambar 2.3
Perbukitan Lembah-sedang
2.3.2 Stratigrafi
Secara regional di daerah penyelidikan termasuk dalam Peta Geologi Bersistem
Lembar Ketapang 1411, di mana formasi batuan penyusun dari muda ke tua adalah
sebagai berikut (E.Rustandi (GRDC) & F. De Keyser (AGSO), 1993):
1) Endapan Aluvium (Qa)
Merupakan endapan permukaan Kuarter yang terdiri dari kerikil, pasir, lanau,
kadangkadang gambut. Bersifat lepas. Umumnya mengisi daerah pantai dan daerah
aliran sungai besar.
2) Rombakan Lereng, Talus (Qs)
Berupa rombakan kerakal dan bongkah batuan yang kasar, berumur Kuarter,
menjemari dengan alluvium dan endapan rawa.
3) Basal Bunga (Kubu)
Terdiri dari batuan basal berwarna hitam sampai kelabu tua dan pejal, selain itu
terdapat dasit, andesit kelabu kehijauan, lava, tufa litik-kristal dan breksi gunungapi
dimana pada alasnya terdapat batupasir sedang sampai halus, diperkirakan berumur
Kapur Akhir Paleosen. Batuan ini tidak selaras diatas Komplek Ketapang, Batuan
Gunung api Kerabai dan Granit Sukadana serta menindih Granit Sangiyang.
12

4) Formasi Granit Sangiyang (Kusa)


Merupakan batuan beku pluton berkomposisi granitik alkali-feldspar
leukokratik. Batuan ini mengerobos formasi Granit Sukadana (Kus), Batuan
Gunung Api Kerabai (Kuk) dan mungkin juga menerobos Basal Bunga (Kubu).
5) Formasi Granit Sukadana (Kus)
Merupakan batuan pluton; banyak mempunyai banyak jenis/tingkatan:
Monzonit Kuarsa, Monzogranit, Syenogranit dan Granit Alkali-Feldspar, sedikit
Syenit kuarsa, Monzodiorit Kuarsa dan Diorit kuarsa dan syenogranit, langka diorit
dan gabro, beberapa mengandung olivin retas dan urat aplit tingkat akhir bersifat
lokal: Macam-macam tingkatan kuarsa feldspar alkali (umumnya pertit atau
mikropertit) plagioklas (biasanya berlajur) biotit, hornblenda, klinopiroksen,
ortopiroksen, dan hasil ubahannya yang umum berupa granit alkali-felspar
mengandung ribekit dan atau arsvendosit; K-felspar setempat-setempat
terkaolinisasikan, terutama syenit kuarsa, dan granit alkali feldspar. Metasomatis
potas tingkat lanjut diperlihatkan oleh munculnya K-felsfar dari dua generasi dalam
beberapa batuan (satu yang terkaolinisasi lebih tua, dan yang muda yang lebih segar
yang setempat-setempat mengandung mineral mafik dan mineral- mineral lainnya);
Mineral mafik umumnya dalam gumpalan, dan jelas adanya macam-macam
kandungan mineral dalam satu singkapan memberikan dugaan bahwa satuan ini
berasal dari pencampuran susunan magma.
6) Formasi Gunungapi Kerabai (Kuk)
Tersusun dari batuan piroklastik (abu, lapili, kristal, tufa kristal dan litik, breksi
gunung api dan aglomerat) umumnya berkomposisi Basaltik dan Andesitik;
mengandung mineral dolerit, trakhiandesit, krotofir kuarsa; Beberapa berkomposisi
dasitik, riodasitik dan riolitik umumnya terdapat setempat-setempat; Terdapat
terobosan dan lava porfiritik, umumnya pecah-pecah, terubah secara hidrotermal
dan terpotong oleh urat-urat klorit epidot. Susunan piroklastik tufa berwarna fresh
hijau sampai kelabu, di mana umumnya dalam keadaan lapuk memberikan
bermacam-macam warna yaitu coklat, merah dan kuning, terdapat mineral-mineral
pofiroklas dari felspar yang tersausuritisasi, hornblenda, augit, sedikit kuarsa,
hipersten dan biotit, sedikit olivin, fragmen batuan daripada batuan gunung api
13

berbutir halus. Formasi ini diendapkan secara tidak selaras di atas dan setempat-
setempat berjemari dengan Komplek Ketapang; tidak selaras dengan Formasi
Granit Laur, diterobos dan menindih Formasi Granit Sukadana yang terlihat
berkerabat; diterobos Granit Sangiyang; ditindih oleh Basal Bunga. Sebagian sama
dengan Basal Bunga. Terbentuk oleh proses gunungapi subaerial yang berumur
Kapur akhir-Paleosen; Ketebalan Tidak diketahui; Penyebarannya meliputi seluruh
bagian dataran lembar peta membentuk dataran rendah diselatan tetapi naik sampai
>1000 mdpl di bagian utara. (Pieters & Sanyoto, 1987; Komplek Mantan de Kenser
& Rustandi, 1989).
7) Komplek Ketapang (JKke)
Tersusun dari Batuan pesamit dan terlapis secara pelitik, terlapis sedang sampai
tipis, terubah secara beraneka ragam oleh malihan termal dan ubahan hidrotermal:
batulempung, batupasir halus-kasar dan lepungan yang serisitan (setempat-
setempat lanauan dan bersilang siur), arenit litik (Beberapa tufaan atau mengandung
pecahan batuan gunung api hasil 'rework'). Serpih (setempat- setempat pasiran), dan
batusabak; Kadang-kadang gampingan membentuk batuan kalk-silikat. Batuan
terangkat dan terlipat, umumnya dengan kemiringan antara 30 derajat sampai tegak.
Terdapat fosil Mikroflora Lanjut Caytonipollenites (Muller, 1968; Albian Akhir-
Cenomanian), dan satu conto terlihat kaya akan sepon litistid yang mungkin
berumur Jura. Satuan ini terbentuk secara tidak selaras di atas Malihan Pinoh tetapi
tak terlihat kontaknya; Tidak selaras dan setempat-setempat berjemari dengan
batuan Gunugapi Kerabai; Tidak selaras di bawah Basal Bunga; Diterobos oleh
Granit Sukadana dan Granit Sangiyang; kontak dengan Granit Belaban tidak
terlihat. Mungkin dapat disebandingkan dengan batupasir Kempari di Ngataman.
Berumur Jura- Kapur Akhir. Ketebalan tidak diketahui; Penyebarannya meliputi
wilayah tanah rendah yang secara topografi tidak jelas bentuknya, tersebar di
banyak wilayah lembar peta, termasuk Pulau Cempedak, (van Bemmelen, 1939; de
Keyser & Rustandi, 1989).
8) Batuan Malihan Pinoh (PzTRp)
Terdiri batuan kuarsit berwarna kelabu tua, terhablur ulang mengandung
anortit, kaya turmalin, genes klinopiroksin-hornblende, mengandung klinozoisit
dan skapolit, dan batuan migmatik; sekis mika dan kuarsit mika dengan biotit
14

porfiroblastik, andalusit, garnet, muskovit sekunder dan turmalin local; sekis


andalusit-mika. Batuan ini diperkirakan berumur Paleozoik (?) - Trias (?), berada
tidak selaras dibawah Komplek Ketapang, diterobos dan termalihkan secara termal
oleh Granit Sukadana. (Lihat Gambar 2.4 Dan Tabel 2.1)

(Sumber: Peta geologi regional oleh, E. Rustandi dan F. DE keyser 1993)


Gambar 2.4
Peta Geologi Regional Kalimantan Barat
15

Tabel 2.1
Stratigrafi Lembar Air Upas

(Sumber: Stratigrafi lembar air upas oleh , E Rustandi dan F. DE Keyser 1993)

2.3.3 Struktur Geologi


Seluruh Ketapang terletak dalam suatu sabuk magma Kapur yang ekstensif
yang menghasilkan Batholit Schwaner. Erosi telah membongkar banyak sekali
batuan asal, tetapi beberapa bagian atasnya yang tersebar, masih tersisa, sebagian
dari bagian batholit yang mempunyai batuan gunung api sebagai penutup. Batuan-
batuan yang tersingkap membuktikan fase-fase deformasi, proses magma, dan atau
proses malihan sebagai berikut:
1) Deformasi dan malihan regional (Perem-Trias)
2) Lokasi terobosan granit yang jelas (Jura Akhir)
3) Terobosan granit, dan malihan termal yang menyertai di wilayah lembar peta
ke arah utara dan timur laut (Kapur Awal)
4) Terobosan Granit disertai malihan termal (Kapur-Akhir), Pengangkatan
regional dan volkanisma (menerus sampai Paleosen); dan terdapat sumbat Gunung
api (Oligosen Miosen ).
16

Struktur yang berkembang di daerah penyelidikan berupa sesar mendatar yang


memiliki arah umum timur laut barat daya. Sesar dan kekar secara umum
berkembang di bagian barat.
2.3.4 Pola Aliran Sungai
Sungai sungai di PT. Cita Mineral Investindo, Tbk termasuk dalam Satuan
Wilayah Sungai (SWS) Pawan. Dalam satuan daerah pengaliran sungai yang lebih
kecil, wilayah studi termasuk dalam Daerah Aliran Sungai (DAS) Air Hitam Besar,
DAS Kendawangan dan DAS Jelai. Pola aliran sungai di tiga daerah aliran sungai
tersebut berbentuk menyerupai cabang pohon (dendritic, sub dendritic dan trellis),
dimana anak-anak sungai mengalir ke satu sungai utama. Pola aliran dendritic
berkembangan didaerah daratan yang terletak dibagian barat wilayah studi. Pola
aliran sub dendritic berkembangan pada morfologi bergelombang lemah yang
terletak pada bagian utara wilayah studi dan pola aliran trellis lebih berkembangan
pada daerah perbukitan yang terletak dibagian selatan wilayah studi. Analisis
Dampak Lingkungan (2007) PT. Cita Mineral Investindo, Tbk. PT. Global Estetika,
Ketapang/Kalimantan Barat.
2.4 Ganesa Bauksit
2.4.1 Deskripsi Umum Endapan Bauksit Laterit
Bauksit laterit adalah endapan batuan yang berkadar aluminium oksida
(Al2O3) relatif tinggi yang ditemukan di Les Baux dekat Avignon, Prancis Selatan
(Berthier, 1821). Bauksit laterit endapan batuan berkadar aluminium oksida
(Al2O3) relatif tinggi yang mengalami proses pengayaan karena pelapukan mineral
gibsit pada bataun basalt di Vogelsberg, Jerman (A. Liebrich, 1892). Dalam
perkembangan selanjutnya, bauksit laterit didefinisikan sebagai endapan residual
yang berkadar aluminium relatif tinggi, kadar besi rendah, dan sedikit atau tidak
mengandung kuarsa (SiO2) bebas. Sehingga, bauksit laterit adalah material
heterogen dengan komposisi mineral gibsit (Al(OH)3), bochmit (AIO(OH)), dan
diaspore (AIO(OH)). Sebagian besar bauksit laterit di dunia ditemukan dalam
bentuk gibsit yang merupakan bauksit laterit trihidrat, dan sebagian kecil dalam
bentuk boehmit ataupun diaspore yang disebut juga bauksit laterit monohidrat.
1) Pengertian Bauksit Laterit
17

Bauksit laterit merupakan laterit berkomposisi aluminium hidroksida yang


hampir murni. Bauksit laterit adalah bijih aluminium, logam yang sangat
banyak digunakan seperti sebagai bahan pembuatan kaleng maupun pesawat
terbang. Aluminium memiliki faktor konsentrasi yang kecil, dengan kata lain
sangat umum dijumpai di alam dan ekonomis. Hasil produksi bauksit laterit
kebanyakan diolah menjadi logam aluminium. Serta dapat juga digunakan
untuk keperluan operasi non-metalurgi, seperti pabrik refractory, ampelas,
alumina, dan pabrik semen
2) Mineral Penyusun Bauksit Laterit
Bauksit laterit memiliki sistem oktahedral yang terdiri dari A1203(35-
65%), SiO2(2-10%), Fe2O3(2-20%), TiO2 (1-3%) dan H2O (10-30%). Secara
komersial, bauksit laterit terjadi dalam tiga bentuk, yaitu: pissolitic atau oolitic
yang berukuran diameter beberapa sentimeter sebagai amorphous trihydrate,
sponge ore (Arkansas) yang berupa sisa dari batuan asal berkomposisi utama
gibsit dan bersifat porous, dan amorphous atau bijih lempung.

2.4.2 Ganesa Bauksit Laterit


1) Host Rock Bauksit Laterit
Bauksit laterit dapat terbentuk dari berbagai macam batuan primer,
seperti pada batuan sedimen kaolinit (kandungan Al 30%-35%), batuan granit
(kandungan Al 10%-15%), dan batuan basalt (kandungan Al 10%-15%).
Kandungan unsur aluminium dari batuan asal bisa bermacam-macam bahkan di
bawah 15%. Batuan asal sendiri bukanlah faktor utama dari keterdapatan bauksit
laterit karena kontrol utamanya adalah proses leaching. Salah satu faktor kontrol
tersebut adalah perbandingan antara aluminium dan silika serta kecepatan
pelapukan (weathering) batuan dasar. Selain kandungan aluminium, kandungan
besi yang rendah juga merupakan salah satu faktor penting. Fe dengan kadar
tinggi dapat membentuk formasi laterit ferruginous yang dapat mengurangi zona
bauksit laterit.
2) Paragenesa Pembentukan Bauksit Laterit
Bauksit laterit dapat terjadi karena adanya bauksit lateritisasi. Bauksit
lateritisasi ini dikontrol oleh air meteorik atau air hujan, yang dapat
18

menyebabkan terjadinya pelindian (leaching) silika dan pengayaan aluminium


secara kuat. Biasanya, pelindian silika terjadi saat musim kemarau, dan
pengayaan aluminium terjadi di saat musim penghujan. Oleh karena itulah,
sebaran bauksit laterit berada di daerah yang beriklim subtropis hingga tropis.
Bauksit lateritisasi terjadi pada suhu 22°Cdengan curah hujan rata-rata 1200 mm
(Bardossy dan Aleva, 1990). Paragenesis mineralogi dari bagian atas profil
pelapukan dikontrol oleh kelembaban atmosfer dalam jangka waktu yang lama.
Selain itu, bauksit lateritisasi juga dikontrol oleh: porositas efektif yang
membuat air mengalir secara bebas, drainase yang tinggi, relief topografi rendah
sampai moderat, adanya vegetasi. Adapun tiga proses pembentukan bauksit
laterit adalah pelapukan dan pelindian secara insitu dari batuan asal, pengayaan
aluminium dari batuan yang terlapukkan oleh air tanah, erosi dan redepositasi
material bauksit laterit. Proses pelapukan dan pelindian merupakan proses yang
umum terjadi dalam pembentukan bauksit laterit.

3) Sub-tipe Endapan Bauksit Laterit


Endapan bauksit laterit dapat dikelompokkan menjadi orthobauksit,
metabauksit dan kriptobauksit;
1. Ortho bauksit
Ortho bauksit memiliki profil laterit yang normal yang terbentuk secara
kontinu pada daerah tropis dengan curah hujan lebih dari 1700 mm/tahun,
merupakan hasil evolusi dari protobauksit yang mengandung gibsit, goethit dan
hematit. Ortho bauksit berkembang dari batuan asal yang cukup kaya besi yang
didominasi oleh mineral gibsit.
2. Meta bauksit
Meta bauksit merupakan bauksit laterit yang terjadi secara in situ pada
batuan asal dengan kadar kuarsa rendah. Kandungan besi pada metabauksit lebih
rendah dari orthobauksit. Terbentuk pada dataran tinggi yang luas dan
memungkinkan terjadinya oksidasi secara kuat. Selain itu, perubahan kondisi dari
lembab menuju kering sangat membantu terjadinya formasi metabauksit. Pada
bagian atas profil, goethit dan gibsit melepaskan air dan berubah menjadi hematit
dan boehmit.
19

3. Kripto bauksit
Kripto bauksit merupakan endapan bauksit laterit yang tertutupi oleh lapisan
lempung tebal. Sangat jarang ditemui di daerah pelapukan tropis serta jarang juga
membentuk endapan yang ekonomis utuk ditambang. Kriptobauksit dicirikan oleh
fase mikro-agregat yang berkomposisi kaolinit yang mengandung gibsit dan
goethit. Kripto bauksit tersebar sangat banyak di daerah Amazonia.( Lihat tabel 2.2

Tabel 2.2
Klasifikasi endapan bauksit laterit
Harder And Greig Hose(1960) Valeton(1972) Grabb(1973) Hutchison
(1960) (1983)
Surface Blanket Bauxites Formed Bauxites overlying High-level or Lateritic crusts
Deposits On Peneplains igncous and upland bauxites
metamorphic rocks: 1.
Slope type 2. Plateau
type anabasic ignecous
rocks 2i, plateau type on
variable rock types

Interlayered beds Bauxites formed Low-level Karsa bauxites


or lenses in on volcanis domes Penerplain-
Stratigraphic or plateaux type bauxites

Sequences bauxites formed bauxites on sedimentary Sedimentary


Pocket deposites on limestones rocks: i. On carbonate bauxites
in limestone, or karstic rocks 2i.on phosphate
clays or igncous plateaux rocks
rocks

detrical bauxites sedimentaryb


reworked bauxites

Sumber: Ore Deposite Geology And Its Influence On Mineral Exploration (Richard, 1986)

Pembagian sederhana dari Grubb didasarkan pada ketinggian topografi dari


deposit yang terbentuk. Hutchison menggabungkan dua kelas dari klasifikasi Grubb
ke dalam satu kelas yang diberi nama lateritic crust. Pembahasan mineralogi dan
20

geokimiadari bauksit laterit dapat ditemukan dalam penjelasan dari Maynard (1983)
yaitu sebagai berikut,
1) High level or upland bauksit
Bauksit ini biasanya terjadi pada batuan beku atau vulkanik yang
membentuk lapisan tebal dengan ketebalan mencapai 30 m. Lapisan ini menutup
zona plato di daerah iklim tropis dan subtropis. Contoh dari bauksit jenis ini adalah
di Deccan traps (India), Quessland, Ghana, dan Guinea. Bauksit jenis ini memiliki
kenampakan yang berpori dan rapuh menunjukkan tekstur 14 batuan asal dan
didominasi oleh gibbsitic. Pembentukan bauksit laterit sebagian besar dikontrol
oleh pola kekar pada batuan asal.
2) Low level peneplain-type bauksit
Bauksit jenis ini biasanya terjadi pada level yang rendah di sepanjang garis
pantai tropis, misalnya di daerah Amerika Selatan, Australia dan Malaysia. Mereka.
dibedakan oleh perkembangan dari tekstur pisolitic dan mempunyai komposisi
boehmitic. Deposit yang bertipe peneplain biasanya mempunyai ketebalan kurang
dari 9m dan biasanya dipisahkan oleh kaolinitic underclay dari batuan asalnya.
Mereka biasanya sering berasosiasi dengan detrital bauksit horizon yang diproduksi
oleh aktivitas sungai dan laut.
3) Karst bauksit
Jenis ini termasuk jenis bauksit laterit yang tertua yang pernah diketahui.
Ditemukan di daerah Mediterania, Jamaika, dan Hispaniola. Bauksit laterit jenis ini
berada pada permukaan karst batu gamping dan dolomit yang tidak teratur.
Tekstur karst bauksit laterit cukup bervariasi.
4) Transported or sedimentary bauksit
Bauksit jenis ini merupakan kelas yang kecil dari bauksit laterit non residual
yang dibentuk oleh erosi dan redeposit dari material bauksit.
2.4.3 Bentuk Endapan Bauksit Laterit
Bauksit laterit merupakan endapan sekunder berupa residual. Bauksit laterit
mengganti dan terakumulasi di atas batuan asal nya yang telah terlapukkan , oleh
karena itu, endapan bauksit laterit terakumulasi relatif datar sesuai dengan relief
batuan asal nya yang berupa permukaan datar pada saat sebelum terjadi proses
pelapukan dan leaching. Dataran tingghi bauksit laterit yang ditemukan sekarang
21

merupakan sisa dari permukaan datar pada masa lampau yang memiliki kemiringan
1˚-5˚, sehingga secara regional paleo-surface yang sama mungkin terbentuk pada
ketinggian yang berbeda.
2.4.4 Zona Endapan Bauksit Laterit
Endapan bauksit laterit dapat dibagi menjadi beberapa zona lapisan. Yaitu
tanah penutup, pisolitic, nodular ironstone dan zona lempung. Kadar alumina
terbanyak berada pada zona pisolitic yang kadar alumina nya di atas 45%. Zona lain
yang memiliki kadar alumina rendah akan dibuang dan menjadi overburden dan
waste.( Lihat gambar 2.5)

Sumber: Maynard (1983)


Gambar 2.5
Zona Horizon atau Endapan Bauksit Laterit
22

2.5 Kegiatan Penambangan


Operasi Penambangan Bauksit di PT. Cita Mineral Investindo,Tbk
dilakukan oleh tiga kontraktor yaitu PT. Hasta Panca Mandiri Utama (HPMU), PT.
Ratu Intan Mining (RIM), dan PT. Wira Wisesa Pratama Indonesia (WWPI), serta
beberapa kontraktor lainya di bagian-bagian yang berbeda.
Pada saat ini, PT. Cita Mineral Investindo, Tbk site air upas memiliki
beberapa washing plant yang beroperasi , yaitu WP 1-3, WP 7-8, dan WP 13-14.
Serta metode penambangan yang digunakan ialah sistem Tambang Terbuka dengan
metode Open Shaft. Endapan bauksit di setiap lokasi memiliki kadar yang berbeda-
beda, sehingga penambangan nya dilakukan secara selektif yang terbagi kedalam
beberapa blok prospek, sehingga untuk kemajuan penambangan setiap blok
disesuaikan dengan blok rencana penambangan pada peta tambang. Untuk metode
dan urutan penambangan bijih bauksit di PT. Cita Mineral Investindo,Tbk site Air
Upas sendiri adalah sebagai berikut:
2.5.1 Pembersihan Lahan (Land Clearing)
Pembuatan lokasi penambangan merupakan kegiatan awal untuk
mempersiapkan medan kerja yang baik untuk kegiatan penambangan. Kegiatan
pembukaan lokasi penambangan meliputi pekerjaan pembersihan lahan dari
vegetasi, pengupasan tanah penutup dan pembuatan jalan masuk ke medan kerja.
Pembersihan lahan dari semak-semak dan pohon besar, sedangkan untuk di
beberapa lokasi yang terdapat perkebunan kelapa sawit, terkadang dilakukan civing
atau pencacahan batang kelapa sawit oleh excavator setelah ditumbangkan. (Lihat
Gambar 2.6 dan 2.7)
23

(Sumber: Dokumentasi pribadi 2024)


Gambar 2.6
Land clearing

(Sumber: Dokumentasi pribadi, 2024)


Gambar 2.7
Hasil Civing
2.5.2 Pengupasa Top soil dan Overburden
24

Setelah kegiatan pembersihan lahan selesai dikerjakan, selanjutnya yang


dilakukan yaitu pengupasan tanah pucuk (Top Soil) dan pengupasan tanah penutup
(overburden) , yang umumnya memiliki ketebalan 1-2 meter, terdiri dari tanah dan
batuan. Setelah dikupas, material tersebut dikumpulkan di sisi kiri dan kanan area
penambangan sebagai disposal. (Lihat gambar 2.8)

(sumber: Dokumentasi pribadi 2024)


Gambar 2.8
Pengupasan Top Soil dan Ob
2.5.3 Penggalian dan Pemuatan Bauksit
Untuk melakukan penggalian endapan bauksit, dilakukan dengan metode
Open Shaft dangan alat muat excavator Komatsu PC 300 dan PC 500, Bauksit hasil
penggalian kemudian dimuat kedalam Unit Dump Truk, dengan kapasitas 20 ton
hingga 30 ton. Pengangkutan (Hauling ore) dari lokasi pit penambangan menuju ke
washing plant untuk selanjutnya di lakukan pencucian. (Lihat Gambar 2.9)
25

(Sumber: Dokumentasi pribadi 2024)


Gambar 2.9
Proses Loading Ore
2.4.5 Penutupan Lahan (Back Filling)
Setelah bauksit selesai dimuat dan di angkut, maka proses selanjutnya ialah
Penutupan lahan dengan menggunakan lapisan tanah penutup (Overburden) dan
tanah pucuk (Top soil) yang ditempatkan di sisi lahan tambang yang nantinya akan
digunakan kembali untuk reklamasi pada daerah bekas tambang.
( Lihat Gambar 2.10)
26

(Sumber: Dokumentasi pribadi 2024)


Gambar 2.10
Proses Penutupan Lahan (Back Filling)
2.5.5 Pengolahan Bauksit
Bijih Bauksit dari tambang dilakukan pencucian. Proses pencucian bijih
bauksit dimaksudkan untuk menaikan kualitasnya dengan cara mencuci dan
memisahkan bijih bauksit tersebut dari unsur lain yang tidak dinginkan seperti
kuarsa, lempung dan pengotor lainnya. Partikel yang halus ini dapat terbebaskan
dari yang kasar antara lain dengan pancaran air (water jet) yang kemudian
dibebaskan melalui penyaringan (screening). (Lihat Gambar 2.11)
27

(Sumber: Dokumentasi Pribadi 2024)


Gambar 2.11
Bauxite processing plant PT. Cita Mineral Investindo, Tbk
28

Pengolahan dilakukan secara mekanis dengan alat pemisah adalah tromol


baby (Trommel Screen) dan alat pencucian adalah tromol primer (Trommel Drum).
Proses ini bertujuan untuk memisahkan material bauksit kotor (unwashed bauxite)
dari hasil penambangan (ROM) dengan material pengotor (gangue mineral) yang
berupa tanah liat, pasir, batuan besar (boulder), serta material pengotor lainnya.
Pada instalasi BPP terdapat beberapa komponen alat untuk proses pengolahan atau
pencucian. Adapun komponenen-komponen tersebut adalah:
1. Hopper, berfungsi sebagai wadah atau tempat penampung material bauksit
yang diangkut dari front penambangan untuk dilakukan pengolahan.
2. Monitor Air (Water Jet), yaitu berupa semprotan air (water shoot) yang
keluar dari water stick berfungsi untuk menjatuhakan material pada hopper agar
lolos atau jatuh ke tromol baby.
3. Tromol Baby (Trommel Screen), yaitu alat saringan (screen) yang berbentuk
tromol berfungsi untuk memperkecil ukuran material (sizing) sehingga
menghasilkan material undersize -10 cm.
4. Belt Conveyor (Boulder), yaitu rangkaian ban berjalan yang berfungsi untuk
membawa atau mentransfer material oversize+10 cm dari hasil proses
pengecilan ukuran pada tromol baby, sehingga akan lolos menuju jalur boulder
(boulder helt conveyor).
5. Tromol Primer (Trommel Drum), yaitu alat saringan(screen) yang
berbentuk tromol drum berfungsi untuk proses pencucian material dan
penyeragaman ukuran yang menghasilkan produk MGB ±3 mesh. Material
yang berukuran<6 mesh akan lolos menuju saluran tailing (tailing chute).
6. Belt Conveyor, yaitu rangkaian ban berjalan yang berfungsi untuk
membawa atau mentransfer material oversize 3 mesh dari hasil proses
penyeragaman ukuran dan pencucian pada tromol primer, sehingga akan lolos
menuju jalur MGB (Metallurgical Grade Bauxite).
Berikut ini adalah diagram alir komponen pencucian bauksit pada BPP 3.
29

ROM

MONITOR 1 MONITOR 2

HOPPER

BELT

TROMMOL BABY CONVEYOR

(BOULDER)

TAILING TROMMOL PRIMER

BELT CONVEYOR

(MGB)

(Sumber: Alur Proses pencucian bauksit PT. Cita Mineral Investindo, Tbk site Air Upas)

Gambar 2.12

Bagan Alir Proses Pencucian Bauksit PT. Cita Mineral Investindo, Tbk
30

2.5.6 Reklamasi Lahan dan Revegetasi

Merupakan kegiatan pasca tambang yang dilakukan sepanjang tahapan


usaha pertambangan untuk memulihkan dan memperbaiki kualitas lingkungan dan
ekosistem agar dapat berfungsi kembali sesuai dengan peruntukannya, kegiatan
reklamasi yang biasa di lakukan di PT. Cita Mineral Investindo, Tbk sendiri
biasanya dengan cara mengembalikan lapisan tanah penutup (Overburden) dan
tanah pucuk (Top soil), dengan susunan overburden di bawah kemudian di atasnya
di tutup dengan lapisan top soil, hal ini bertujuan agar nantinya tanaman yang di
akan di tanam bisa lebih mudah tumbuh, setelah selesai proses regreding, maka
selanjutnya lahan tersebut ditanami kembali (Revegetasi) dengan tanaman yang
sesuai dengan keadaan tanah dan iklim setempat: Pohon Kelapa Sawit, Karet, serta
tanaman-tanaman khusus yang digunakan untuk memperbaiki struktur tanah (
Legume Crop Cover). (Lihat Gambar 2.13)

(Sumber: Dokumentasi pribadi 2024)

Gambar 2.13

Reklamasi dan Revegetasi PT. Cita Mineral Investindo, Tbk


31

BAB III
LANDASAN TEORI

Anda mungkin juga menyukai