Oleh :
DIMAS SENO WIJAYANTO
NIM D1101211019
2024
1
LEMBAR PENGESAHAN
Mengetahui Disahkan
Pembimbing
2
KATA PENGANTAR
3
ABSTRAK
4
DAFTAR ISI
5
DAFTAR TABEL
6
DAFTAR GAMBAR
7
DAFTAR LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bauksit adalah biji utama aluminium terdiri dari hydrous aluminium oksida dan
aluminium hidroksida yakni dari mineral gibbsite Al(OH)3, boehmite y-ALO (OH),
dan diaspore a-ALO (OH), bersama-sama dengan oksida besi gocthite dan bijih
besi, mineral tanah liat kaolinit dan sejumlah kecil anatase Tio2. Dalam hal
tampilan fisiknya, bauksit biasanya memiliki berbagai warna, termasuk putih, abu-
abu, dan kadang-kadang kuning, jingga, merah, merah muda, dan coklat. Bauksit
ini kemudian diolah menjadi aluminium. Aluminium adalah logam yang lunak
dalam bentuk murni namun keras seperti baja jika padat, ringan, tahan terhadap
korosi dan merupakan konduktor listrik yang baik. Keunggulan tersebut membuat
aluminium sangat diperlukan sebagai bahan baku dalam industri seperti komponen
otomotif, bahan konstruksi, peralatan rumah tangga dan sebagainya. PT. Cita
Mineral Investindo, Tbk Site Air Upas merupakan perusahaan swasta yang bergerak
dalam bidang pertambangan. Lokasi daerah penambangan bijih bauksit terletak di
Dusun Batang Belian Desa Karya Baru Kecamatan Marau Kabupaten Ketapang
Provinsi Kalimantan Barat.
Dalam kegiatan penambangan bijih bauksit, PT. Cita Mineral Investindo, Tbk
Site Air Upas menggunakan metode penambangan open shaft/backfilling dengan
pengoperasian peralatan mekanis seperti excavator untuk pemuatan dan dump truck
untuk pengangkutan. Salah satu penentu keberhasilan penambangan ini adalah
seberapa besar produksi peralatan mekanis tersebut dapat dimanfaatkan seefektif
dan seefesien mungkin dalam melakukan pekerjaanya agar hasil yang diperoleh
maksimal.
1
2
Persiapan
Pengambilan Data
Pengolahan Data
Analisis Data
Gambar 1.1
Diagram Alir Penelitian
BAB II
Sejarah singkat PT. Cita Mineral Investindo, Tbk Site Air Upas bermula
didirikan dengan nama PT. Cita Panel Utama pada tahun 1992 dan pada tahun
tersebut memulai kegiatan komersilnya. Pada tahun 2002 perusahaan tersebut
mencantumkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan kode “CITA”.
Dalam perkembangannya PT Cita Mineral Investindo mengembangkan usahanya
pada sektor pertambangan melalui investasi pada PT. Harita Prima Abadi Mineral
(HPAM). Sejalan dengan berkembangnya bidang usaha tersebut, pada 2 Mei 2007,
secara resmi mengubah nama perusahaan yang semula bernama PT. Cita Panel
Utama menjadi PT. Cita Mineral Investindo, Tbk.
PT. Cita Mineral Investindo, Tbk Site Air Upas mengantongi izin untuk
melakukan kegiatan pertambangan dan penggalian biji logam. Kegiatan utama PT.
CMI bergerak di bidang investasi pertambangan dan kegiatan pertambangan
bauksit yang menghasilkan Metallurical Grade Bauxite (MGB) melalui anak usaha
dan memproduksi Smelter Grade Alumina (SGA) melalui entitas asosiasi (investasi
asing) PT. Well Harvest Winning Alumina Refinery (PT. WHW) pada tahun 2013
di Kalimantan Barat untuk menigkatkan nilai tambah produksi bauksit, dalam
upaya mendukung pemerintah meningkatkan nilai tambah bauksit.78 Fasilitas
produksi SGA kemudian beroperasi pada tahun 2016 dan menjadikannya sebagai
perusahaan penghasil SGA pertama di Indonesia, melalui Asosiasi PT Well Harvest
Winning Alumina Refinery (WHW). Dalam hal ini Pt. Cita Mineral Investindo,
memiliki sekitar 30% saham di WHW, sementara 56% dipegang oleh China
Hongqiao Group Limited, 9% dipegang oleh Winning Investment (HK) Company,
6
7
dan 5% dipegang oleh Shandong Weiqiao Aluminium and Electricity Co., Ltd.
Selain itu dalam menjalankan usahanya PT Cita Mineral Investindo mengantongi
Perizinan Dasar dan Izin Operasional dengan mengantongi Izin Lingkungan dan
Izin Usaha Pertambangan (IUP) termasuk IUP Eksplorasi dan IUP Operasi
Produksi dengan IUP OP total seluas 26.245 Ha yang terdiri 3 IUP OP yaitu :
d. Keputusan Kepala Dinas Penamaan Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu
Provinsi Kalimantan Barat Nomor 503/109/MINERBA/DPMPTSP.C/2017 tanggal
3 Agustus 2017 secara afiliasi kepada PT. Cita Mineral Investindo, Tbk. Dengan
Luas 2.742 Ha.
Selanjutnya PT. Cita Mineral Investindo, Tbk Site Air Upas juga mengantongi
SKKL dan SKIL yang diterbitkan oleh Bupati Ketapang dengan nomor :81
Kantor perwakilan PT. Cita Mineral Investindo Tbk. di ketapang terletak di Jl.
Kolonel Sugiono No. 55 Ketapang, Kalimantan Barat.
Secara administratif PT. Cita MineralInvestindo, Tbk Site Air Upas berada di
Dusun Batang Belian, Desa Karya Baru, Kecamatan Marau, Kabupaten Ketapang,
Provinsi Kalimantan Barat. Wilayah Izin Usaha Pertambangan (WIUP) di PT. Cita
Mineral Investindo, Tbk secara geografis terletak pada posisi 110˚ 42ʹ 01ʺ sampai
110˚ 53ʹ 03ʺ BT dan 2˚ 07ʹ 09ʺ sampai 2˚ 24ʹ 02ʺ LS. Secara umum wilayah PT.
Cita Mineral Investindo, Tbk dapat dicapai melalui beberapa route dari Pontianak
sebagai berikut:
1. Transportasi Udara dari Pontianak ke Ketapang selama kurang lebih 35
menit.
2. Transportasi air dari Pontianak ke Ketapang selama kurang lebih 4 jam
menggunakan kapal express
3. (A) Transportasi darat dari ketapang menuju Dusun Batang Belian dengan
kondisi jalan yang kurang baik mungkin dapat ditempuh selama kurang
lebih 5 jam, atau transportasi darat dari Ketapang ke Kendawangan selama
kurang lebih 3 jam, dilanjutkan dengan transportasi air dari Kendawangan
ke Kedondong (Kelampai) selama kurang lebih 30 menit lalu dilanjutkan
lagi dengan transportasi darat dari desa Kelampai ke Dusun Batang Belian
melalui Hauling Road HG selama kurang lebih 1 jam.
(B) Transportasi darat dari Pontianak langsung ke dusun batang belian
dengan menggunakan jalur Provinsi selama kurang lebih 12 jam perjalanan.
9
Gambar 2.1
Peta Kesampian Daerah
10
(Sumber: Peta Konsesi PT. Cita Mineral Investindo, Tbk site Air Upas)
Gambar 2.2
Peta Konsesi Daerah Penelitian
Gambar 2.3
Perbukitan Lembah-sedang
2.3.2 Stratigrafi
Secara regional di daerah penyelidikan termasuk dalam Peta Geologi Bersistem
Lembar Ketapang 1411, di mana formasi batuan penyusun dari muda ke tua adalah
sebagai berikut (E.Rustandi (GRDC) & F. De Keyser (AGSO), 1993):
1) Endapan Aluvium (Qa)
Merupakan endapan permukaan Kuarter yang terdiri dari kerikil, pasir, lanau,
kadangkadang gambut. Bersifat lepas. Umumnya mengisi daerah pantai dan daerah
aliran sungai besar.
2) Rombakan Lereng, Talus (Qs)
Berupa rombakan kerakal dan bongkah batuan yang kasar, berumur Kuarter,
menjemari dengan alluvium dan endapan rawa.
3) Basal Bunga (Kubu)
Terdiri dari batuan basal berwarna hitam sampai kelabu tua dan pejal, selain itu
terdapat dasit, andesit kelabu kehijauan, lava, tufa litik-kristal dan breksi gunungapi
dimana pada alasnya terdapat batupasir sedang sampai halus, diperkirakan berumur
Kapur Akhir Paleosen. Batuan ini tidak selaras diatas Komplek Ketapang, Batuan
Gunung api Kerabai dan Granit Sukadana serta menindih Granit Sangiyang.
12
berbutir halus. Formasi ini diendapkan secara tidak selaras di atas dan setempat-
setempat berjemari dengan Komplek Ketapang; tidak selaras dengan Formasi
Granit Laur, diterobos dan menindih Formasi Granit Sukadana yang terlihat
berkerabat; diterobos Granit Sangiyang; ditindih oleh Basal Bunga. Sebagian sama
dengan Basal Bunga. Terbentuk oleh proses gunungapi subaerial yang berumur
Kapur akhir-Paleosen; Ketebalan Tidak diketahui; Penyebarannya meliputi seluruh
bagian dataran lembar peta membentuk dataran rendah diselatan tetapi naik sampai
>1000 mdpl di bagian utara. (Pieters & Sanyoto, 1987; Komplek Mantan de Kenser
& Rustandi, 1989).
7) Komplek Ketapang (JKke)
Tersusun dari Batuan pesamit dan terlapis secara pelitik, terlapis sedang sampai
tipis, terubah secara beraneka ragam oleh malihan termal dan ubahan hidrotermal:
batulempung, batupasir halus-kasar dan lepungan yang serisitan (setempat-
setempat lanauan dan bersilang siur), arenit litik (Beberapa tufaan atau mengandung
pecahan batuan gunung api hasil 'rework'). Serpih (setempat- setempat pasiran), dan
batusabak; Kadang-kadang gampingan membentuk batuan kalk-silikat. Batuan
terangkat dan terlipat, umumnya dengan kemiringan antara 30 derajat sampai tegak.
Terdapat fosil Mikroflora Lanjut Caytonipollenites (Muller, 1968; Albian Akhir-
Cenomanian), dan satu conto terlihat kaya akan sepon litistid yang mungkin
berumur Jura. Satuan ini terbentuk secara tidak selaras di atas Malihan Pinoh tetapi
tak terlihat kontaknya; Tidak selaras dan setempat-setempat berjemari dengan
batuan Gunugapi Kerabai; Tidak selaras di bawah Basal Bunga; Diterobos oleh
Granit Sukadana dan Granit Sangiyang; kontak dengan Granit Belaban tidak
terlihat. Mungkin dapat disebandingkan dengan batupasir Kempari di Ngataman.
Berumur Jura- Kapur Akhir. Ketebalan tidak diketahui; Penyebarannya meliputi
wilayah tanah rendah yang secara topografi tidak jelas bentuknya, tersebar di
banyak wilayah lembar peta, termasuk Pulau Cempedak, (van Bemmelen, 1939; de
Keyser & Rustandi, 1989).
8) Batuan Malihan Pinoh (PzTRp)
Terdiri batuan kuarsit berwarna kelabu tua, terhablur ulang mengandung
anortit, kaya turmalin, genes klinopiroksin-hornblende, mengandung klinozoisit
dan skapolit, dan batuan migmatik; sekis mika dan kuarsit mika dengan biotit
14
Tabel 2.1
Stratigrafi Lembar Air Upas
(Sumber: Stratigrafi lembar air upas oleh , E Rustandi dan F. DE Keyser 1993)
3. Kripto bauksit
Kripto bauksit merupakan endapan bauksit laterit yang tertutupi oleh lapisan
lempung tebal. Sangat jarang ditemui di daerah pelapukan tropis serta jarang juga
membentuk endapan yang ekonomis utuk ditambang. Kriptobauksit dicirikan oleh
fase mikro-agregat yang berkomposisi kaolinit yang mengandung gibsit dan
goethit. Kripto bauksit tersebar sangat banyak di daerah Amazonia.( Lihat tabel 2.2
Tabel 2.2
Klasifikasi endapan bauksit laterit
Harder And Greig Hose(1960) Valeton(1972) Grabb(1973) Hutchison
(1960) (1983)
Surface Blanket Bauxites Formed Bauxites overlying High-level or Lateritic crusts
Deposits On Peneplains igncous and upland bauxites
metamorphic rocks: 1.
Slope type 2. Plateau
type anabasic ignecous
rocks 2i, plateau type on
variable rock types
Sumber: Ore Deposite Geology And Its Influence On Mineral Exploration (Richard, 1986)
geokimiadari bauksit laterit dapat ditemukan dalam penjelasan dari Maynard (1983)
yaitu sebagai berikut,
1) High level or upland bauksit
Bauksit ini biasanya terjadi pada batuan beku atau vulkanik yang
membentuk lapisan tebal dengan ketebalan mencapai 30 m. Lapisan ini menutup
zona plato di daerah iklim tropis dan subtropis. Contoh dari bauksit jenis ini adalah
di Deccan traps (India), Quessland, Ghana, dan Guinea. Bauksit jenis ini memiliki
kenampakan yang berpori dan rapuh menunjukkan tekstur 14 batuan asal dan
didominasi oleh gibbsitic. Pembentukan bauksit laterit sebagian besar dikontrol
oleh pola kekar pada batuan asal.
2) Low level peneplain-type bauksit
Bauksit jenis ini biasanya terjadi pada level yang rendah di sepanjang garis
pantai tropis, misalnya di daerah Amerika Selatan, Australia dan Malaysia. Mereka.
dibedakan oleh perkembangan dari tekstur pisolitic dan mempunyai komposisi
boehmitic. Deposit yang bertipe peneplain biasanya mempunyai ketebalan kurang
dari 9m dan biasanya dipisahkan oleh kaolinitic underclay dari batuan asalnya.
Mereka biasanya sering berasosiasi dengan detrital bauksit horizon yang diproduksi
oleh aktivitas sungai dan laut.
3) Karst bauksit
Jenis ini termasuk jenis bauksit laterit yang tertua yang pernah diketahui.
Ditemukan di daerah Mediterania, Jamaika, dan Hispaniola. Bauksit laterit jenis ini
berada pada permukaan karst batu gamping dan dolomit yang tidak teratur.
Tekstur karst bauksit laterit cukup bervariasi.
4) Transported or sedimentary bauksit
Bauksit jenis ini merupakan kelas yang kecil dari bauksit laterit non residual
yang dibentuk oleh erosi dan redeposit dari material bauksit.
2.4.3 Bentuk Endapan Bauksit Laterit
Bauksit laterit merupakan endapan sekunder berupa residual. Bauksit laterit
mengganti dan terakumulasi di atas batuan asal nya yang telah terlapukkan , oleh
karena itu, endapan bauksit laterit terakumulasi relatif datar sesuai dengan relief
batuan asal nya yang berupa permukaan datar pada saat sebelum terjadi proses
pelapukan dan leaching. Dataran tingghi bauksit laterit yang ditemukan sekarang
21
merupakan sisa dari permukaan datar pada masa lampau yang memiliki kemiringan
1˚-5˚, sehingga secara regional paleo-surface yang sama mungkin terbentuk pada
ketinggian yang berbeda.
2.4.4 Zona Endapan Bauksit Laterit
Endapan bauksit laterit dapat dibagi menjadi beberapa zona lapisan. Yaitu
tanah penutup, pisolitic, nodular ironstone dan zona lempung. Kadar alumina
terbanyak berada pada zona pisolitic yang kadar alumina nya di atas 45%. Zona lain
yang memiliki kadar alumina rendah akan dibuang dan menjadi overburden dan
waste.( Lihat gambar 2.5)
ROM
MONITOR 1 MONITOR 2
HOPPER
BELT
(BOULDER)
BELT CONVEYOR
(MGB)
(Sumber: Alur Proses pencucian bauksit PT. Cita Mineral Investindo, Tbk site Air Upas)
Gambar 2.12
Bagan Alir Proses Pencucian Bauksit PT. Cita Mineral Investindo, Tbk
30
Gambar 2.13
BAB III
LANDASAN TEORI