Anda di halaman 1dari 29

AKTIVITAS KEGIATAN PEREMUKAN BATUAN DENGAN

MENGGUNAKAN CRUSHING DI PT. RAPI ARJASA, DESA


PAHLAWAN, KECAMATAN BINJAI UTARA, KOTA BINJAI,
PROVINSI SUMATERA UTARA

PROPOSAL KERJA PRAKTEK

Disusun untuk memenuhi salah satu syarat kurikulum mata kuliah


Kerja praktek semester VI pada jurusan
Teknik Pertambangan

Disusun oleh :

1. RAMA JOSUA SIGALINGGING 21.286.5073


2. CHRISTINA TAMBUNAN 21.286.5049
3. RIFKY PURBA 21.286.5044

JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN


FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL
INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI TD. PARDEDE
MEDAN
2022
AKTIVITAS ALAT PEREMUKAN BATU UNTUK KEBUTUHAN
ASPAL HOTMIX DI PT. RAPI ARJASA, DESA PAHLAWAN,
KECAMATAN BINJAI UTARA, KOTA BINJAI,
PROVINSI SUMATERA UTARA

KERJA PRAKTEK

Mengetahui Disetujui
Fakultas Teknologi Mineral Jurusn Teknik Pertambangan
Dekan Ketua Jurusan

Ir. BUNGARAN TAMBUN, Msi ANALISER HALAWA, ST. MT


NIDN: 0124016501 NIDN:0112017501
I. JUDUL

AKTIVITAS ALAT PEREMUKAN BATU UNTUK KEBUTUHAN ASPAL


HOTMIX DI PT. RAPI ARJASA, DESA PAHLAWAN,
KECAMATAN BINJAI UTARA, KOTA BINJAI,
PROVINSI SUMATERA UTARA

1.1 ALASAN PEMILIHAN JUDUL


Salah satu kendala yang dihadapi seorang mahasiswa dalam memahami
ilmu pertambangan adalah kurangnya pemahaman tentang bagaimana kondisi
lapangan pekerjaan yang sebenarnya di pertambangan. Untuk itu solusinya adalah
dengan mengharuskan mahasiswa melakukan kerja praktek (KP). Dengan kerja
praktek ini mahasiswa akan dibekali pengalaman dan pengatahuan di dunia
pertambangan.
Aspal adalah bahan hidrokarbon yang bersifat melekat (adhesive),
berwarna hitam kecoklatan, tahan terhadap air, dan aspal sering juga disebut
bitumen yang merupakan suatu cairan yang kental dengan sedikit mengandung
sulfur, klor, dan oksigen sebagai bahan pengikat pada campuran beraspal yang
dimanfaatkan sebagai lapisan permukaan yang lentur (viskoelastis). Aspal berasal
dari alam atau dari pengolahan minyak bumi serta kandungan utama pada aspal
adalah 80% karbon, 10% hydrogen, 6% sulfur, dan sisanya oksigen dan nitrogen.
Batu split (batu pecah) adalah jenis batuan bulat yang tak beraturan yang
sering kita lihat di kehidupan sehari-hari, mulai dari sungai, lembah, dan
pegunungan, batu split terbentuk dari hasil pengendapan batuan sendimen dari
ubahan batuan konglomerat dan batu pasir akibat pelapukan, abrasi dan oksidasi
pada badan sungai dan tersebar pada tepi sungai.
Aspal hotmix adalah campuran dari batu split yang sudah melalui tahapan
screening dari ukuran 5 mm (abu batu), 12 mm, 20 mm, dan 30 mm dan
menggabungkan dengan bahan pengikat berupa aspal cair kemudian mateial (batu
split) dan aspal cair dicampur dan dimasak dalam kondisi suhu panas tinggi
±160ºC dengan komposisi yang teliti dan diatur oleh spesifikasi teknis.
Seiring dengan adanya peningkatan laju pertumbuhan ekonomi, maka
produksi batu splite (batu pecah) juga harus meningkat. Adapun pemanfaatannya

1
dapat digunakan untuk kebutuhan aspal hotmix, beton, jalan, dan kontruksi
lainnya disesuaikan dengan kebutuhan.
Sekarang yang diperlukan perusahaan pertambangan adalah meningkatkan
produksi perusahaan agar dapat memenuhi permintaan pasar, salah satunya adalah
dengan meningkatkan produktivitas dengan konsep-konsep dan strategi yang tepat
agar dapat menghasilkan produk yang maksimal.

1.2 MAKSUD DAN TUJUAN


Semua pekerjaan apapun bentuknya memerlukan suatu usaha agar dapat
mencapai apa yang menjadi tujuan dari pekerjaan tersebut. Adapun tujuan dari
kerja praktek ini adalah Untuk Mengetahui Aktivitas Alat Peremukan Batu Untuk
Kebutuhan Aspal Hotmix di PT. Rapi Arjasa, Desa Pahlawan, Kecamatan Binjai
Utara, Kota Binjai, Provinsi Sumatera Utara.

1.3 RUMUSAN MASALAH


a. Pengamatan Aktivitas Alat Peremukan Batu Untuk Kebutuhan Aspal
Hotmix Di PT. RAPI ARJASA, kemudian meninjau faktor yang menyebabkan
terjadinya ketidak ketercapaian target produksi.
b. Meninjau kebutuhan dari alat muat dan angkut sehingga terjadi
keseimbangan diantara keduanya dan target produksi terpenuhi.

1.4 Batasan Masalah


Pada laporan Kerja Praktek ini penulis hanya membatasi masalah pada
Aktivitas Alat Peremukan Batu Untuk Kebutuhan Aspal Hotmix .

1.5 MANFAAT KERJA PRAKTEK


Manfaat dari kerja praktek ini adalah sebagai berikut :
1. Menerapkan ilmu pengetahuan yang didapat selama perkuliahan secara
langsung dilapangan dan membandingkannya dengan keadaan dilapangan.
2. Terjalinnya kerjasama yang baik antara perguruan tinggi dengan pihak
perusahaan, terutama adalah Jurusan Teknik Pertambangan.

2
1.6 METODE KERJA PRAKTEK
Dalam pelaksanaan pengamatan ini, penulis menggabungkan antara teori
dengan data di lapangan sehingga di dapat pendekatan penyelesaian masalah dan
metodologi pengamatan yang dilakukan adalah :

1. Studi Literatur
Studi literatur dilakukan dengan mencari bahan-bahan pustaka yang menunjang
dan diperoleh dari :

a) Perpustakaan
b) Laporan Penelitian Perusahaan
2. Pengamatan Lapangan
Dilakukan dengan melakukan peninjauan lapangan untuk melakukan
pengamatan langsung terhadap semua kegiatan yang akan diambil datanya.

3. Pengambilan Data
Pengambilan data yang di lakukan adalah dengan metode observasi yaitu suatu
usaha untuk mengumpulkan data yang dilakukan secara sistematis dengan
prosedur yang standar melalui pengamatan, pengukuran dan perhitungan.

4. Akuisi Data
Akuisi data pada kerja praktek ini bertujuan untuk :

a) Mengumpulkan dan mengelompokan data agar lebih mudah di analisa.


b) Mengetahui keakuratan data.
c) Mengolah nilai karakteristik data-data yang mewakili setiap objek
pengamatan.
5. Pengolahan Data
Pengolahan data yaitu dengan melakukan beberapa perhitungan dan
penggambaran. Selanjutnya disajikan dalam bentuk tabel, grafik dan rangkaian
perhitungan dalam suatu proses tertentu.

6. Analisis Hasil Pengolahan Data


Untuk memperoleh kesimpulan sementara dan diolah lebih lanjut pada bagian
pembahasan.

7. Kesimpulan

3
Diperoleh setelah dilakukan korelasi antara hasil pengolahan data yang
telah dilakukan dengan permasalahan yang diteliti.

1.7 Waktu dan Lokasi


Waktu untuk melakukan Kerja Praktek adalah dimulai dari tanggal 08
November 2021 sampai dengan tanggal 07 Desember 2021. Lokasi dilakukannya
Kerja Praktek ini adalah di Peremukan Batu Split dan Pengolahan Aspal Hotmix
PT. Rapi Arjasa, Desa Pahlawan, Kecamatan Binjai Utara, Kota Binjai, Provinsi
Sumatera Utara.
Tabel 1.1 Jadwal Kegiatan Kerja Praktek Tahun 2021

Bulan
November Desember
Kegiatan Kerja Praktek
Minggu Minggu Minggu Minggu I
II III IV
Study literature
Observasi lapangan
Pengambilan dan pengolahan data
Penyusunan laporan

4
II. DASAR TEORI

2.1 Pengadaan Bahan Baku


Bahan Baku yang tersedia pada perusahaan PT. RAPI ARJASA adalah
batu split yang berukuran mulai bongkahan sampai kerikil. Bahan baku yang
tersedia berukuran antara 9 cm sampai 12 cm dan umumnya berbentuk bulat
lonjong, sedangkan alat yang digunakan pada aktivitas penambangan adalah
excavator hitachi PC 200 untuk pengambilan bahan galian berupa batu split dan
dump truck hino 130 DT untuk digunakan mengangkut bahan galian hasil
penambangan menuju pengolahan atau peremukan batuan. Jarak lokasi
penambangan ±5 km dari tempat pengolahan atau peremukan batuan, produksi per
hari aktivitas penambangan tersebut 150 ton/hari dengan efektiv kerja 8 jam.
Sedangkan produksi perbulan 3900 ton/bulan.

2.2 Alat Pendukung


Alat pendukung agar berjalannya proses produksi dengan lancar dan yang
menjadi faktor pendukung sebagai penggerak dan penyambung pada unit peremuk
batu.
Faktor-faktor yang mempengaruhi alat pendukung sebagai berikut :
1. Biaya alat
2. Perawatan perharinya
3. Lokasi alat
4. Kinerja alat sebagai pendukung
Alat pendukung antara lain :
1. Genset Nippon Saryo Nes 360
Genset sebagai penggerak unit control panel dan sebagai arus listrik.
Kemampuan genset ini adalah 380 V, dan perawatan genset ini berupa
pengisian bahan bakar 150 L untuk 8 jam/hari dan pengecekan karbulator
yang kotor.

5
2. Control Panel

Control panel biasanya dilengkapi dengan tombol yang dapat

menggerakkan unit peremuk batu dan mengoperasikan dengan tombol turn on.

Hal ini bertujuan agar control panel dan unit peremuk saling berhubung dan

aman untuk digunakan.

Faktor-faktor yang mempengaruhi control panel sebagai berikut :

1. Biaya alat

2. Perawatan

3. Lokasi alat

4. Kinerja alat sebagai pendukung

5. Tegangan atau arus listrik

6. Keahlihan operator dalam penggunaan

7. Keselarasan antara control panel dan alat peremuknya

2.3 Wheel Loader


Wheel Loader adalah alat yang sering digunakan untuk pengangkutan batu
split dari ROM ke Crusher dan pemindahan dari Stockpile ke pengolahan aspal
hotmix.
Faktor-faktor dalam penentuan produktivitas Wheel Loader sebagai
berikut:
1. Kondisi material
2. Tipe bucket dan kapasitasnya
3. Area untuk pergerakan Wheel Loader
4. Waktu siklus loader
5. Waktu efisiensi loader

6
2.3.1 Produktivitas Wheel Loader
60
Prod = uk.bucket x x BFF x waktu
CT

Keterangan :
Ukuran bucket = Ukuran bucket Wheel Loader
CT Wheel Loader = LT + HT + DT + RT
BFF = faktor pemuatan bucket
Waktu efisiensi = waktu normal kerja perjam

Faktor-faktor yang mempengaruhi kapasitas Wheel Loader sebagai


berikut:
1) Berat mesin
2) Lokasi alat
3) Power alat

2.3.2 Kapasitas Wheel Loader Sebagai Alat Pemasuk Umpan

Kaps. Loader =
kapasitas bucket x jumlah pengisian x kapasitas Cold Bin
jamtersedia

2.3.3 Kapasitas ukuran bucket Wheel Loader

P x LxT
V=
4
Keterangan :
V = Kapasitas ukuran bucket, ton
P = Panjang bucket (m)
L = Lebar bucket (m)
T = Tinggi bucket (m)

7
2.4 Kegiatan Unit Peremuk
Dalam setiap proses peremukan batuan pada prinsipnya bertujuan untuk
memperoleh ukuran butiran tertentu melalui peremukan dan pengayakan.
Peremuk juga dapat mereduksi ukuran material yang sesuai dengan permintaan
pasar.
Unit peremuk berfungsi untuk memperkecil material hasil penambangan
yang umumnya masih berukuran bongkahan menggunakan alat peremuk. Dengan
dibuatnya Rom mampu menampung material hasil penambangan sebelum dioalah
dan sebagai persediaan. Jarak dari Rom ke unit Crusher ± 50 m. Mula-mula alat
pendukung seperti genset dan control panel harus siap sebelum material dari Rom
(ukuran 12 cm) masuk melalui Cold bin (ukuran 9 cm). Kemudian dialirkan
menuju Vibrating Feeder untuk memperkecil material masuk ke dalam Jaw
Crusher Primer dengan ukuran material ±5 cm. Kemudian material dialirkan
melalui Belt Conveyer menuju Jaw Crusher Secunder dengan ukuran 4 cm.
Kemudian material dialirkan melalui Belt Conveyer menuju Screening dengan
ukuran 5 mm, 12 mm, dan 20 mm, 30 mm bila material tidak bisa diayak masih
ukuran 4 cm, maka material masuk ke dalam Cone Crusher untuk digiling
kembali sesuai ukuran Screen. Kemudian material dari Cone Crusher diangkut
dengan Belt Conveyer menuju Jaw Crusher Secunder. Kemudian menuju kembali
ke Screening. Produk yang sudah memenuhi ukuran produksi akan dialirkan
menuju Stockpile menggunakan Belt Conveyor untuk pengolahan lebih lanjut
sampai menjadi aspal hotmix.
Untuk kegunaan batu split hasil dari unit peremuk dapat digunakan
berbagai konstruksi bangunan antara lain : beton, jalan, bangunan, aspal hotmix
dan konstruksi lainnya. Untuk kebutuhan aspal hotmix hasil peremukan batu split
harus ukuran standart dan tidak boleh > 30 mm, dikarenakan aspal hotmix
memilki kepadatan material dan kekompakkan material.

2.5 Peralatan Alat Unit Peremuk di PT.RAPI ARJASA


Peralatan-peralatan yang biasanya digunakan pada unit peremuk adalah
sebagai berikut :

8
2.5.1 Cold Bin
Cold Bin adalah alat pelengkap pada rangkaian unit peremuk yang
berfungsi sebagai tempat penerima material umpan yang berasal dari lokasi
penambangan sebelum material tersebut masuk ke dalam alat peremuk dan
mencegah bongkahan oversize masuk ke jaw crusher, bongkahan oversize harus
dipecah dengan menggunakan mata gigi di jaw crusher.

2.5.1.1 Kapasitas produksi Cold Bin


Vol = P x L x T
Keterangan :
Vol = Volume Cold Bin sekali tampung (m3)
T = Tinggi Cold Bin (m)
L = Lebar Cold Bin (m)
P = Panjang Cold Bin (m)

2.5.2 Vibrating Feeder


Vibrating feeder adalah salah satu unit pada proses peremukan yang
berfungsi untuk menampung material dari cold bin dan mengalirkan material
umpan menuju jaw crusher.

2.5.3 Jaw crusher


Alat peremuk jaw crusher merupakan alat yang mempunyai 2 buah rahang
(jaw), yang satu dalam keadaan bergerak (swing jaw) sedangkan yang satu lagi
tetap (fixed jaw). Berdasarkan mata gigi (jaw) dibagi menjadi 2 yaitu :
1) Jaw primary ( hasil rasio peremukan 5 cm)
2) Jaw secundary ( hasil rasio peremukan 4 cm)
Kapasitas mesin peremuk jaw crusher dibedakan menjadi kapasitas desain
dan kapasitas nyata. Kapasitas desain merupakan kemampuan produksi yang
seharusnya dicapai oleh mesin peremuk tersebut, sedang kapasitas nyata
merupakan kemampuan produksi mesin peremuk sesungguhnya yang didasarkan
pada sistem produksi yang diterapkan. Kapasitas desain diketahui dari spesifikasi

9
yang dibuat oleh pabrik pembuat mesin peremuk dan kapasitas nyata didapatkan
dengan cara pengambilan contoh produk yang dihasilkan
1) Pecahnya batuan dari Jaw Crusher karena adanya :
a) Daya tahan batuan lebih kecil dari gaya yang menekan.
b) Nip angle.
c) Resultante gaya yang arahnya ke bawah.

2) Gaya-gaya yang ada pada jaw crusher, adalah :


a) Gaya tekan : gaya yang dihasilkan oleh gerakan rahang ayun yang
bergerak menekan batuan
b) Gaya gesek : gaya yang bekerja pada permukaan antara rahang diam
maupun rahang ayun dengan batuan
c) Gaya gravitasi : gaya yang bekerja pada batuan sehingga mempengaruhi
arah gerak material kearah bawah.
d) Gaya menahan : gaya tahan yang dimilki batuan atas gaya yang timbul
akibat gerakan rahang ayun terhadap rahang diam. Batuan akan pecah
dengan hasil partikel yang kasar, jika pecahnya batuan akan pecah dengan
hasil partikel yang kasar, jika pecahnya batuan tersebut akibat tekanan
ataupun tarikan, sebaliknya akan halus jika pecahnya batuan tersebut
disebabkan akibat gesekan.
Arah-arah gaya tergantung dari kemiringan atau sudutnya. Resultan gaya akhir
arahnya harus ke bawah, yang berarti material itu dapat dihancurkan. Tapi jika
gaya itu arahnya ke atas maka material itu hanya meloncat-loncat ke atas saja.
3) Faktor-faktor yang mempengaruhi efisiensi Jaw Crusher :
a) Lebar lubang bukaan.
b) Variasi dari throw.
c) Kecepatan.
d) Ukuran umpan.
e) Ketahanan batuan
f) Tenaga peremuk
g) Kapasitas
h) Reduction ratio (RR).

10
Reduction ratio merupakan perbandingan antara ukuran umpan dengan
ukuran produk. Reduction ratio yang baik untuk ukuran primary crushing
adalah 5 cm, sedangkan untuk secondary crushing adalah 4 cm.
Kegunaan Jaw Crusher adalah untuk memecahkan bongkahan batu yang
sangat kasar. Proses pemecahan dengan alat pemecah yang melawan bagian yang
tidak bergerak, gerakannya seperti rahang yang sedang menguyah. Penghancuran
akan terjadi apabila crusher melampaui batas plastis dari material yang
dihancurkan. Untuk memperoleh ukuran dari produk yang diinginkan dapat
diperoleh dengan cara mengatur bukaan (feed).

2.5.3.1 Kapasitas Produksi Jaw Crusher


Kapasitas Jaw Crusher dipengaruhi oleh kekerasan dan juga kuat tahan
batu. Kapasitas produksi Jaw Crusher dapat dihitung dengan menggunakan
pendekatan rumus Currie sebagai berikut.
Km x Kf x Ta
TR =
Kc
Keterangan :
TR = Kapasitas jaw crusher (ton)
Kc = Faktor kekerasan batuan
Km = Faktor kandungan air
Kf = Faktor pengumpan material
Ta = Kapasitas desain alat peremuk (ton)

2.5.3.2 Efisiensi Kerja Jaw Crusher


Eisiensi kerja Jaw Crusher adalah faktor yang menunjukan kemampuan
produksi yang dicapai secara nyata dengan kapasitas yang seharusnya dicapai.
Secara matematisnya dapat di hitung dengan rumus :
Tn x 100 %
Ecr =
Ta
Keterangan :
Ecr = Efesiensi kerja premuk batu (%)
Tn = Berat keseluruhan alat jaw crusher (ton)
Ta = Kapasitas desain jaw crusher (ton)

11
2.5.3.3 Energi Input Peremuk Batu
Energi input merupakan energi yang dibutuhkan peremuk batu untuk dapat
mereduksi ukuran batuan, dapat dihitung dengan rumus.
10Wi 10 Wi
W= −
√P √F
Keterangan :
W = Tenaga input yang diperlukan (Kw/ton)
Wi = Indeks batu split kerja (ton)
F = ukuran hasil dari ayakan (mm)
P = ukuran yang masuk ke Cold Bin (cm)

2.5.4 Cone Crusher


2.5.4.1 Prinsip dan Mekanisme Cone Crusher
Mesin Cone Crusher terdiri dari bingkai, perangkat transmisi, hollow
eccentric shaft, bearing berbentuk mangkuk, penghancur berbentuk kerucut,
springs dan tempat pengaturan tekanan hidrolik untuk mengatur discharging
opening.
Selama masa pengoperasian, motor menjalankan eccentric shaft shell
untuk berbalik melalui poros horizontal dan sepasang bevel gear. Poros dari
crushing cone berayunan dengan kekuatan eccentric shaft shell sehingga
permukaan dari dinding penghancur berdekatan dengan dinding roll mortar dari
waktu ke waktu. Dalam hal ini, batu split akan tertekan dan kemudian hancur.
Pemanfaatan agregat dalam proyek konstruksi sangatlah luas. Salah satu
pemanfaatan agregat adalah sebagai bahan dasar pembuat beton dan campuran
aspal. Selain itu juga digunakan sebagai bahan pembuat jalan. Guna mendapatkan
kerikil atau batuan pecah yang sesuai dengan ukuran yang diharapkan maka
diperlukan suatu alat untuk memotong material. Alat pemecah batuan yang
digunakan adalah crusher:
Cone Crusher digunakan dalam industri metalurgi, konstruksi,
pembangunan jalan, kimia dan industri fosfat. Cone Crusher tepat untuk batu dan
bijih keras dan setengah keras, seperti bijih besi, bijih tembaga, batu kapur,
kuarsa, granite, gritstone, dan sebagainya. Tipe dari lubang crushing disesuaikan
dengan batuan.

12
2.5.4.2 Keunggulan dari Mesin Cone Crusher
a) Tingkat produksi tinggi, kualitas tinggi.
b) Mesin kurang menghentikan waktu.
c) Mudah dalam perawatan dan rendah biaya

2.5.4.3 Kapasitas Produksi Cone Crusher


Kapasitas yang dihitung berdasarkan spesifikasi dari alat tersebut secara
aktual dan dihitung dari hasil ukuran Cone Crusher. Dengan rumus :
Ta x Tn x F x V
Kc =
100

Keterangan :
Kc = Kapasitas Cone Crusher (ton)
V = Kecepatan alat (m/s)
Ta = Kapasitas desain Cone Crusher (ton)
Tn = Berat keseluruhan alat Cone Crusher (ton)
F = Ukuran dari hasil cone cruher (cm)

2.5.4.4 Efesiensi Kerja Cone Crusher


Efesiensi kerja Cone Crusher adalah faktor yang menunjukan kemampuan
produksi yang dicapai secara aktual, dapat dihitung dengan rumus :
Ta Tn
Ec = x 100%
Tn Ta

Keterangan :
Ec = Efesiensi kerja Cone Crusher (%)
Ta = Kapasitas desain Cone Crusher (ton)
Tn = Berat keseluruhan alat Cone Crusher (ton)

2.5.5 Screening
Screening adalah proses pengelompokkan material berdasarkan ukuran
lubang ayakan sehingga ukurannya seragam. Alat untuk melakukan screening
disebut screen. Biasanya alat screen ini langsung berhubungan dengan alat
stockpile antara lain:

13
a. Proses pengolahan material memerlukan ukuran-ukuran partikel dengan
distribusi kecil (berukuran relatif seragam) yang sesuai dengan ukuran
maksimal derajat material. Keseragaman ukuran-ukuran material dapat
diperoleh melalui proses pengayakan.
b. Screen sendiri merupakan alat yang digunakan untuk pemilahan ukuran butir
material dengan cara melewatkan material dari atas ayakan, material yang
lebih kecil dari lubang ayakan dapat lolos kebawah ayakan sebagai produk
halus (undersize) sedangkan partikel yang lebih kasar dari ukuran ayakan
teratahan di atas ayakan sebagai produk kasar (oversize).
Tujuan dilakukannya proses screening adalah :
a. Menghasilkan produk akhir yang berukuran relatif seragam agar sesuai dengan
spesifikasi pasar.
b. Meningkatkan kapasitas unit operasi lainnya.
c. Mencegah undersize masuk ke dalam mesin crusher.
d. Mencegah oversize masuk ke proses pengolahan selanjutnya.
e. Mencegah terjadinya over crushing atau over grinding.

2.5.5.1 Kapasitas Produksi Screening


Kapasitas yang dihitung berdasarkan spesifikasi dari alat tersebut secara
aktual, dapat dihitung dengan rumus :
Ta x P x L x V
Ks =
1000
Keterangan :
Ks = Kapasitas screen (ton)
V = Kecepatan alat (m/s)
Ta = Kapasitas desain screen (ton)
P = Panjang alat screen (m)
L = Lebar alat screen (m)

14
2.5.5.2 Efesiensi Kerja Screening
Efesiensi kerja Screen adalah faktor yang menunjukan kemampuan
produksi yang dicapai secara aktual, dapat dihitung dengan rumus :
Ta Tn
Es = x 100%
Ks Ta
Keterangan :
Es = Efesiensi kerja screen (%)
Ta = Kapasitas desain screen (ton)
Ks = Kapasitas produksi screen (ton)

Faktor yang mempengaruhi kapasitas produksi ayakan getar adalah :


a. Luas ayakan
b. Ukuran lubang ayakan
c. Kedudukan ayakan
d. Distribusi ukuran umpan
e. Kondisi umpan

2.5.6 Belt Conveyor


Belt Conveyor merupakan alat angkut pada unit peremukan yang berfungsi
untuk mengembalikan material hasil peremukan yang tidak lolos ayakan untuk
dilakukan proses peremukan lagi. Belt Conveyor digerakkan oleh motor
penggerak yang dipasang pada head pulley. Belt Conveyor akan kembali ke
tempat semula karena dibelokkan oleh pulley awal dan pulley akhir. Material yang
didistribusikan melalui pengumpan akan dibawa oleh Belt Conveyor dan berakhir
pada head pulley. Pada saat proses kerja di unit peremuk dimulai, Belt Conveyor
harus bergerak lebih dulu sebelum alat peremuk bekerja. Hal ini bertujuan untuk
mencegah terjadinya kelebihan muatan (over load) pada Belt Conveyor.
Faktor-faktor yang berpengaruh pada pemakaian Belt Conveyor adalah :
a. Sifat fisik dan keadaan material.
b. Keadaan topografi.
c. Jarak pengangkutan.
d. Produksi.

15
2.5.6.1 Kapasitas Produksi Belt Conveyer
3600 x A x V x Bi x S
Qt =
10000

Keterangan:
Qt = Kapasitas produksi Belt Conveyer (ton)
A = Luas penampang melintang di atas belt (m2)
V = Kecepatan translasi belt berjalan (m/s)
Bi = Berat material (kg)
S = Ukuran material (cm)

2.5.6.2 Kondisi Berjalan (Kb)


Dihitung dengan rumus :
Bi
Kb =
V

Keterangan
Kb = Kapasitas ban berjalan dalam kondisi berjalan (ton)
Bi = Berat material (kg)
V = kecepatan translasi belt berjalan (m/s)

Komponen-komponen ban berjalan (Belt Conveyer) adalah sebagi berikut :


a. Drive unit (Motor penggerak belt)
b. Jib dan selivery unit (penggerak belt)
c. Tail end atau return end (yang digerakkan)
d. Idier (menahan belt)

2.5.6.3 Efisiensi Kerja ban berjalan (Belt Conveyer)


Efisiensi produksi ban berjalan (Belt Conveyer) adalah faktor yang
menunjukkan perbandingan kapasitas produksi dengan kapasitas kondisi Belt
Conveyer dalam kondisi berjalan yang dapat dicapai secara aktual. secara
matematisnya dapat dihitung dengan rumus :
Ebc = Qt / Kb x 100%

16
Keterangan :
Ebc = Efisiensi kerja Belt Conveyer (%)
Qt = Kapsitas produksi Belt Conveyer (ton)
Kb = Kapasitas Belt Conveyer dalam kondisi berjalan (ton)

2.6 Stockpile
Stockpile adalah suatu tempat yang dibuat untuk menampung material
hasil grinding yang sudah melewati proses pengecilan ukuran atau peremukan,
Stockpile yang dirancang berbentuk lingkaran dapat menampung material siap
produksi sebanyak 25.5 ton/hari. Stockpile memiliki lubang bukaan di dasar
lantainya yang berfungsi untuk mengalirkan material secara otomatis
menggunakan gaya gravitasi bumi. Material yang jatuh dari bawah (lubang
bukaan) stockpile akan digunakan untuk campuran pada aspal cair menjadi aspal
hotmix yang siap digunakan untuk kebutuhan pembangunan.

2.7 Kondisi Penggunaan Peralatan


Kondisi mekanis dan efektivitas penggunaan peralatan dapat diketahui dari
beberapa pengertian berikut :
1. Availability indek atau mechanical availability adalah untuk mengetahui
kondisi mekanis yang sesungguhnya dari alat yang sedang digunakan. dapat
dihitung dengan persamaan :
W
AI = x 100%
W +R

2. Physical availability atau operasional availybility adalah kondisi fisik dari


suatu alat yang sering dipergunakan. Dapat dihitung dengan persamaan :
W +S
PA = x 100%
W + R+ S
Keterangan :
W = Working hours atau jam kerja, (jam)
R = Repair hours atau jam perbaikan, (jam)
S = Hours of standby atau jam siap nunggu, (jam)
T = W + R + S = scheduled hours (jam tersedia), (jam)

17
3. Use of availability adalah untuk menentukan persen waktu yang dipergunakan
oleh suatu alat untuk beropersi pada saat alat tersebut dapat dipergunakan,
dapat dihitung dengan persamaan :
W
UA = x 100%
W +S

Keterangan :
W = Working hours atau jam kerja, (jam)
R = Repair hours atau jam perbaikan, (jam)
S = Hours of standby atau jam siap nunggu, (jam)
T = W + R + S = scheduled hours (jam tersedia), (jam)

4. Effective utilization untuk menetukan persen waktu yang dapat digunakan oleh
suatu alat beroperasi dari seluruh waktu kerja yang tersedia. Efective
utilization dengan effisiensi kerja alat. Dapat dihitung dengan persamaan :
W
EU = x 100
W + R+ S
Keterangan :
W = Working hours atau jam kerja, (jam)
R = Repair hours atau jam perbaikan, (jam)
S = Hours of standby atau jam siap nunggu, (jam)
T = W + R + S = scheduled hours (jam tersedia), (jam)

2.8 Hambatan Teknis Pada Unit Peremuk Batu


Pada dasarnya , hambatan teknis pada unit peremuk batu adalah hambatan
komponen yang ditemukan pada unit peremuk batu yang mengalami perbaikan
waktu panjang dan perbaikan waktu pendek.
1. Gangguan pada Belt Conveyer berupa :
a. Baut yang kendor
b. Karet belt yang sobek harus diganti baru
2. Gangguan pada Jaw Crusher berupa :
a. Mata gigi yang aus harus diganti baru
b. Longgarnya ban penggerak jaw

18
3. Gangguan pada ayakan getar berupa :
a. Pengelasan pada batang ayakan
4. Gangguan Wheel Loader berupa :
a. Gigi bucket yang aus
5. Gangguan Wheel Loader berupa :
a. Gigi bucket yang aus
b. sheel hydrolic yang bocor

Berdasarkan rumus sebagai berikut :


waktu yang tersedia ( jam)
Ht = x 100%
Lama hambatan( jam)
Keterangan :
Ht = hambatan teknis, (%)

2.9 Hambatan Non Teknis pada Unit Peremuk Batu


Hambatan non teknis yang dialami oleh peralatan unit rangkaian peremuk
adalah akibat keterlambatan umpan, akibat batu sangkut. Dalam pengurangan
hambatan non teknis, hambatan cuaca merupakan hambatan yang tidak dapat
diatasi.
Hambatan batu sangkut disebabkan akibat umpan yang masuk pada tempat
umpan (cold bin) berlangsung serempak akibat ditumpahkan langsung oleh wheel
loader sehingga sering menyumbat lubang bukaan cold bin sebelah bawah atau
disebabkan karena umpan bercampur dengan tanah atau sampah pengotor yang
dimasukkan kedalam tempat umpan (cold bin). Hambatan batu sangkut tersebut
dapat diatasi dengan penambahan alat pengumpan yaitu feeder dibawah tempat
umpan (cold bin). Dengan melakukan penambahan alat pengumpan, maka
hambatan akibat batu sangkut dapat diatasi.
Hambatan umpan terlambat disebabkan karena alat pemasuk umpan
(Wheel loader) juga sering diperbantukan mengangkut material lain seperti
membatu mengangkat genset, drum dan alat lainnya, sehingga efektivitas kerja
alat pemasuk umpan tersebut untuk alat pemasuk umpan menjadi rendah.
Untuk mengatasi hambatan umpan terlambat, perlu dilakukan perubahan

19
terhadap waktu kerja alat angkut untuk mengatasi kerja untuk pengangkutan
material. Pembahasan yang disarankan adalah dengan melakukan pembagian kerja
yaitu untuk kerja pengangkutan material dilakukan pada jam (12.00 wib) selain
dari waktu tersebut alat angkut sepenuhnya bekerja sebagai alat pemasuk umpan.
Berdasarkan rumus sebagai berikut :
Hnt = Total hambatan non teknis (jam)-lama

Keterangan : hambatan (jam)

Hnt = Hambatan non teknis, (%)

2.10 Peningkatan Produksi Unit Peremuk Batu


Berdasarkan hasil yang diketahui pada kapasitas tiap-tiap unit peremuk
yang dicapai akan dikalkulasi dengan waktu kerja normal perhari. Dengan
tercapainya target produksi perhari, pihak perusahaan tidak perlu menambah
waktu lembur. Berdasarkan rumus sebagai berikut :

Tp = Kapasitas tiap-tiap unit / waktu kerja normal perhari

Keterangan :
Tp = Peningkatan Produksi, ton/hari

2.11 Pemanfaatan dan Pengolahan Hasil Peremukan Batu Split


Kandungan batu split dalam campuran konstruksi bangunan biasanya
sangat tinggi. berdasarkan pengamatan, komposisi batu split berkisar 30%-45%
dari berat campuran aspal cair. Adapun pemanfaatannya batu split dari peremuk
batu yang ada pada PT.RAPI ARJASA adalah bangunan beton, konstruksi jalan,
asphalt mixing processing (AMP) dan konstruksi bangunan lainnya.
Untuk aspal hotmix batu split sangat berpengaruh besar karena kualitas
aspal hotmix dan umur dari pada aspal hotmix tidak terlepas dari tingkat
kepadatan dan kekerasan batu. Batu split menempati 30-45% volume total dari
aspal hotmix, sifat-sifatnya sangat mempengaruhi kualitas aspal hotmix.
Batu split yang baik seharusnya mempunyai sifat-sifat sebagai berikut:

20
1. Keras dan kuat
2. Bersih
3. Tahan lama
4. Massa jenis tinggi
5. Butir bulat
6. Distribusi ukuran butir yang cocok
Dan untuk hal-hal yang perlu diperhatikan dalam campuran material batu
dengan aspal cair agar menjadi aspal hotmix antara lain, yaitu :
1. Volume Udara
Volume beban yang tidak terisi penuh oleh campuran aspal cair lainnya,
dengan semakin besar volume udara maka kekuatan semakin berkurang dan
sebaliknya.
2. Volume Padat
Perbandingan antara, berat dengan volume suhu material. Ini juga dipengaruhi
oleh faktor-faktor tertentu sebagai berikut :
a. Kepadatan material, dimana semakin padat suatu material maka volume
akan semakin besar, karena jika suatu material semakin padat rongganya
juga berkurang maka massanya bertambah.
b. Ukuran perbutiran agregat, untuk angregat yang butirnya seragam tidak
baik untuk campuran aspal cair karena banyak ruang-ruang kosongnya.
Agregat yang baik adalah agregat yang heterogen bentuknya karena
rongganya semakin sedikit.
c. Suhu/temperatur, jika suhu rendah atau tinggi akan dipengaruhi berat air
tersebut.
3. Berat Jenis
Berat jenis batu split adalah perbandingan antara kuat butir dan berat butiran
terhadap air yang sama. Dimana terbagi atas tiga bagian menurut keadaanya
adalah :
a. Berat jenis kering, perbandingan antara kuat butir dan berat air pada
volume yang sama dimana material.
b. Berat jenis surface reted dry, didapat setelah material sudah kering

21
dipermukaan,
c. Berat jenis semu, yakni pada seat butir masih benar-benar jenuh baik
porinya maupun permukaanya.
Kekuatan suatu aspal hotmix dipenuhi oleh berat jenis dan daya serap atau
besar absorsi dari agregat yang digunakan untuk campuran aspal cair. Makin
keras agregat makin tinggi jenisnya dan semakin murah daya serapnya.
4. Penyerapan, yakni serapan air dihitung dari banyaknya air yang mampu
diserap oleh agregat pada kondisi jenuh permukaan kering, kondisi ini
merupakan :
a. Keadaan kebasahan agregat yang hampir sama dengan agregat dalam aspal
cair, sehingga agregat tidak akan menambah maupun mengurangi air dari
pastanya.
b. Kadar air di lapangan lebih banyak rnendekati kondisi saturated surface
dry, daripada kondisi kering tungka.
5. Kadar air permukaan batu split, yakni banyaknya air terkandung dalam
suatu agregat. Kadar air agregat dapat dibedakan menjadi empat jenis :
a. Kadar air kering tungku, yaitu keadaan yang benar-benar tidak berair.
b. Kadar kering udara yaitu kondisi agregat yang permukaanya kering tetapi
sedikit mengandung air dalam porinya dan masih menyerap air.
c. Jenuh kering permukaan, yaitu keadaan dimana tidak ada air di permukaan
agregat, tetapi agregat tersebut masih mampu menyerap air.
d. Kondisi basah, yaitu kondisi dimana butir-butir agregat banyak
mengandung air sehingga akan menyebabkan penambahan kadar air
campuran aspal cair.
Dari keempat kondisi tersebut hanya dua kondisi yang sering dipakai yaitu
kering tungku dan kondisi saturated surface dry. Jika agregat basah ditimbang
beratnya (w), kemudian dimasak dan dicampur di hot dryer blending dalam
tungku dengan suhu 100°C + 60°C sampai beratnya konstan maka kadar air dapat
diketahui. Berat jenis digunakan untuk menentukan volume yang diisi oleh
agregat. Berat jenis dari agregat pada akhirnya akan menetukan berat jenis dari
aspal hotmix sehingga secara langsung menentukan banyaknya campuran agregat
dalam campuran aspal cair. Hubungan antara berat jenis agregat maka semakin

22
kecil daya serap air agregat tersebut.
Untuk pengolahan batu spilit hasil dari unit peremuk dapat digunakan
berbagai kontruksi bangunan, contohnya : Aspal hotmix, beton, jalan, bangunan
dan kontruksi lainnya yang didasarkan oleh kuat tekan dan kepadatan dari batu
split tersebut.
Secara umum agregat dapat dibedakan berdasarkan ukurannya yaitu batu split
kasar dan batu split halus. Batasan antara batu split kasar dan batu split halus
berbeda antara disiplin ilmu yang satu dengan yang lainnya. Meskipun demikian,
dapat diberikan batasan ukuran antara batu spilit halus dengan batu split kasar
(standar ASTM). Batu split kasar adalah batuan yang ukuran butirannya 20 mm,
30 mm. Batu split halus adalah batuan yang ukuran butirannya 5 mm, 12 mm, 20
mm. Batu split yang digunakan dalam campuran aspal hotmix biasanya berukuran
lebih kesil dari 30 mm. Batu spilit yang ukurannya lebih besar dari 30 mm
digunakan untuk pekerjaan sipil lainnya, misalnya untuk pekerjaan jalan, tanggul-
tanggul penahan tanah, bendungan dan lain-lain. Dari keterangan di atas disebut
dengan agregat, dimana agregat tersebut terbagi atas dua, yakni : yang lebih halus
biasanya dinamakan pasir dan agregat kasar dinamakan kerikil, split, batu pecah,
kricak dan lainnya. Dan di bawah ini syarat-syarat batu split berdasarkan menurut
SII, ASTM, dan SK SNI :
1. Butirannya tajam, kuat dan keras
2. Bersifat kekal, tidak pecah atau hancur karena pengaruh cuaca.
3. Sifat kekal, apabila diuji dengan larutan jenuh garam sulfat sebagai berikut :
a. Jika dipakai Natrium Sulfat, bagian yang hancur maksimum 12%
b. Jika dipakai Magnesium Sulfat, bagian yang hancur maksimum 10%
4. Agregat kasar tidak boleh mengandung lumpur (bagian yang dapat melewati
ayakan 0,060 mm) lebih dari 1%. Apabila lebih dari 1% maka kerikil harus
dicuci.
5. Harus mempunyai variasi besar butir (gradasi) yang baik, sehingga rongganya
sedikit. Mempunyai modulus kehalusan antara 6-7,10.
Pengolahan batu split ini juga harus disesuaikan dengan kuat tekan dan tingkat
kekerasannya, dan untuk kuat tekan sekitar 15-40 Mpa, berat jenis, adalah 2,5-2,7
atau tidak boleh kurang dari 1,2 kg/m2

23
Jenis-jenis Aspal Hotmix yang Siap Pakai
1. Jenis ATB (Asphalt Traeted Base) dengan Tebal minimum 5cm digunakan
sebagai lapis permukaan konstruksi jalan dengan lalu lintas berat atau tinggi.
2. Jenis AC BC (Asphalt Congcreed Binder Course) dengan ketebalan minimum
4cm biasanya digunakan lapisan kedua sebelum Wearing Course atau Laston.
3. Jenis AC WC (Asphalt Congcreed Wearing Course) dengan ketebalan
minimum 4cm digunakan sebagai lapis permukaan jalan dengan lalu lintas
berat.
4. Jenis HRS (Hot Roller Sheet) atau Laston 3 dengan ketebalan minimum 3cm
digunakan sebagai lapisan permukaan konstruksi jalan dengan lalu lintas
sedang.
5. Sand Sheet dengan ketebalan minimum 2cm biasanya digunakan untuk jalan
Perumahan, Parkiran

24
IV. METODE PENGAMATAN
Metode penulisan yang digunakan dalam penyususan Laporan Kerja
Praktek ini adalah :
1. Metode Pustaka
Metode Pustaka yaitu metode pengumpulan data yang dilakukan dengan
cara membaca dan mempelajari buku-buku literatur yang ada hubungannya
dengan masalah pembahasan dalam menyusun Laporan Kerja Praktek.

2. Metode Lapangan
Metode Lapangan yaitu suatu metode penelitian lapangan dengan tujuan
mendapatkan data-data yang diperlukan untuk menyusun Laporan Kerja Praktek.
Metode yang digunakan penulis adalah:
a. Metode Observasi
Metode Observasi yaitu pengumpulan data yang dilakukan dengan
peninjauan langsung terhadap objek penelitian, sehingga mendapatkan data yang
relevan.
b. Metode Wawancara
Metode wawancara yaitu teknik memperoleh data dengan tanya jawab atau
wawancara secara langsung dengan pihak-pihak yang terkait dengan
permasalahan yang akan dipecahkan.

25
V. LOKASI DAN WAKTU PENGAMATAN
Lokasi pengamatan ini diharapkan akan dilaksanakan di  PT. RAPI
ARJASA, DESA PAHLAWAN, KECAMATAN BINJAI UTARA, KOTA
BINJAI, PROVINSI SUMATERA UTARA.Waktu pelaksanaan Kerja Praktek
diharapkan selama kurang lebih satu bulan Tahun ajaran 2021/2022 yaitu dari
tanggal 08 November hingga tanggal 07 Desember 2021. Hal ini dilakukan untuk
menghindari terbenturnya waktu pelaksanaan kerja praktek dengan waktu
perkuliahan di Jurusan Teknik Pertambangan Institut Sains dan Teknologi T.D
Pardede Medan.

Perincian Kegiatan yang akan dilaksanakan adalah sebagai berikut:


Minggu ke-
No Kegiatan
II III IV I
1 Orientasi Lapangan
2 Pengamatan Lapangan
3 Pengumpulan Data Lapangan
4 Penyusunan Laporan dan Presentasi

26
27

Anda mungkin juga menyukai