Dibuat Sebagai Persyaratan Untuk Menyelesaikan Mata Kuliah Kerja Praktek Pada
Jurusan Teknik Pertambangan Fakultas Teknologi Mineral, Institut Sains dan
Teknologi TD Pardede
Disusun Oleh:
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyusun laporan Kerja Praktek
(KP) ini dengan tujuan untuk dapat melengkapi tugas Kerja Praktek (KP).
Laporan Kerja Praktek (KP) ini menjelaskan berbagai macam kegiatan yang
dilakukan oleh kami dalam kurung waktu yang ditentukan di PT. Makmur Alam Sei Wampu.
Laporan Kerja Praktek (KP) ini membahas mengenai Aktivitas Kegiatan Peremukan
Batuan Dengan Menggunakan Metode Crushing.
Tidak lupa kami ucapkan terimakasih kepada berbagai media dan teman-teman serta
rekan-rekan PT. Makmur Alam Sei Wampu, yang telah membantu kami dalam mencari
materi dan sumber informasi sebagai bahan dalam penyusunan laporan Kerja Praktek (KP)
ini.
Penulis mohon maaf jika terdapat kesalahan dan kekurangan dalam laporan ini,
semoga laporan yang kami buat dapat bermanfaat. Demikian yang dapat penulis sampaikan,
kami ucapkan terimakasih.
i
DAFTAR ISI
Hal
KATA PENGANTAR.......................................................................................................I
DAFTAR ISI.....................................................................................................................II
DAFTAR GAMBAR........................................................................................................V
DAFTAR TABEL............................................................................................................VI
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................1
ii
3.3.2. Kapasitas Wheel Loader Sebagai Alat Pemasuk Umpan........................................10
3.3.3. Kapasitas Ukuran Bucket Wheel Loader................................................................10
3.5. Peralatan Alat Unit Peremuk Di Pt. Makmur Alam Sei Wampu...............................13
3.5.6. Screening.................................................................................................................19
3.6. Stockpile.....................................................................................................................23
iii
3.9. Hambatan Non Teknis Pada Unit Peremuk Batu.......................................................25
3.10. Peningkatan Produksi Unit Peremuk Batu...............................................................25
BAB V KESIMPULAN...................................................................................................32
5.1. Kesimpulan.................................................................................................................32
5.2. Saran...........................................................................................................................33
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................34
LAMPIRAN A.................................................................................................................35
LAMPIRAN B..................................................................................................................36
LAMPIRAN C.................................................................................................................37
LAMPIRAN D.................................................................................................................39
iv
DAFTAR
GAMBAR
Hal
Gambar 3.2. Genset Nippon Saryo Nes 360 PT.Makmur Alam Sei Wampu.........................8
Gambar 3.9. Double Jaw Crusher di PT. Makmur Alam Sei Wampu..................................15
v
GAMBAR TABEL
Hal
vi
BAB I
PENDAHULUAN
Fine Crushing merupakan peremukan tahap lanjut dari secondary crushing, alat yang
digunakan adalah Rolls, Dry Ball Mills, Disc Mills dan Ring Mills. Umpan material yang
biasanya digunakan kurang dari 25,4 mm. Sekarang yang diperlukan perusahaan
1
pertambangan adalah meningkatkan produksi perusahaan agar dapat memenuhi
permintaan pasar, salah satunya adalah dengan meningkatkan produktivitas dengan
konsep-konsep dan strategi yang tepat agar dapat menghasilkan produk yang maksimal.
Semua pekerjaan apapun bentuknya memerlukan suatu usaha agar dapat mencapai apa
yang menjadi tujuan dari pekerjaan tersebut. Adapun tujuan dari kerja praktek ini untuk
mengetahui efektifitas peralatan pengolahan yang digunakan pada PT. Makmur Alam
Sei Wampu. Tujuan dari kerja praktek ini adalah sebagai berikut :
1. Menerapkan ilmu pengetahuan yang didapat selama perkuliahan secara
langsung dilapangan dan membandingkannya dengan keadaan dilapangan.
2. Terjalinnya kerjasama yang baik antara perguruan tinggi dengan
pihak perusahaan, terutama adalah Jurusan Teknik Pertambangan.
1.3.Rumusan Masalah
a. Pengamatan efektifitas peralatan pengolahan yang digunakan pada PT. Makmur
Alam Sei Wampu kemudian meninjau faktor yang menyebabkan terjadinya ketidak
tercapainnya target produksi.
b. Meninjau kebutuhan dari alat muat dan angkut sehingga terjadi keseimbangan
diantara keduanya dan target produksi terpenuhi.
1.4.Batasan Masalah
Pada laporan Kerja Praktek ini penulis hanya membatasi masalah pada efektifitas
peralatan pengolahan yang digunakan pada PT. Makmur Alam Sei Wampu.
1.5. Metode Kerja Praktek
Dalam pelaksanaan pengamatan ini, penulis menggabungkan antara teori dengan data
dilapangan sehingga di dapat pendekatan penyelesaian masalah dan metodologi
pengamatan yang dilakukan adalah :
1.5.1. Studi Literatur
Studi literatur dilakukan dengan mencari bahan-bahan pustaka yang menunjang dan
diperoleh dari :
a) Perpustakaan
b) Laporan Penelitian Perusahaan
1.5.2. Pengamatan Lapangan
Dilakukan dengan melakukan peninjauan lapangan untuk melakukan pengamatan
langsung terhadap semua kegiatan yang akan diambil datanya.
2
1.5.3. Pengambilan Data
Pengambilan data yang di lakukan adalah dengan metode observasi yaitu suatu usaha
untuk mengumpulkan data yang dilakukan secara sistematis dengan prosedur yang
standar melalui pengamatan, pengukuran dan perhitungan. Dalam pengambilan data-data
adalah sebagai berikut:
a. Data primer yaitu pengambilan data secara langsung dilapangan seperti, batu
spilit pengukuran berat jenis
b. Data sekunder yaitu pengambilan data tanpa secara langsung kelapangan
seperti, data topograpi, data kwalitas batu spilit, data pengeboran, data staus
kawasan, data geotek.
1.5.4. Pengolahan Data
Pengolahan data yaitu dengan melakukan beberapa perhitungan dan penggambaran.
Selanjutnya disajikan dalam bentuk table, grafik dan rangkaian perhitungan dalam
suatu proses tertentu.
1.5.5. Analisis Hasil Pengolahan Data
Untuk memperoleh kesimpulan sementara dan diolah lebih lanjut pada bagian
pembahasan.
1.5.6. Kesimpulan
Diperoleh setelah dilakukan korelasi antara hasil pengolahan data yang telah
dilakukan dengan permasalahan yang diteliti.
1.5.7. Waktu Dan Lokasi
Waktu untuk melakukan Kerja Pratek adalah mulai 2 Juni 2022 sampai dengan 2 Juli
2022. Lokasi dilakukannya Kerja Praktek ini adalah di PT. Makmur Alam Sei Wampu.
Merupakan suatu perusahaan yang bergerak di bidang kontruksi yang berlokasi di Dusun
Viii Kepuh Nauli Tandem, Binjai , Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara.
3
BAB II
TINJAUAN UMUM
2.1. Sejarah Perusahaan
PT Makmur Alam Sei Wampu adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang
crusher. Berdiri sejak tahun 2017 yang dipimpin oleh 4 orang yaitu Bapak Hantek,
Bapak Pardiking, Bapak Juan Antonius, dan Bapak Lajuardi. Selama ini aspek
finansial memegang peranan yang penting dalam mengukur kinerja perusahaan,
terfokusnya pada aspek finansial inilah yang sering membuat perusahaan terjebak
pada orientasi pencapaian keuntungan dalam jangka waktu yang pendek. Terus
menurunnya target pencapaian perusahaan menandakan bahwasannya ada hal yang
salah dengan performance perusahaan. Untuk mengatasi permasalahan yang ada di
perusahaan maka perlu digunakan metode perbaikan performance perusahaan. Salah
satu metode yang dapat digunakan dalam penelitian ini adalah metode Integrated
Performance Measurement System (IPMS) yang mengidentifikasikan kebutuhan
pemangku kepentingan (stakeholder requirements) untuk menentukan indikator
kinerja perusahaan untuk penilaian kinerja perusahaan yang dikombinasikan dengan
AHP, OMAX dan Traffic Light System digunakan untuk menentukan KPI yang akan
menjadi prioritas dalam perbaikan yang akan dilakukan oleh pihak perusahaan. .
Pada tahun 2022 terjadi perpecahan antara pengurus pemilik perusahaan, dan
dilakukan persidangan yang dimana hasilnya terpilih 2 orang pemilik perusahaan
yaitu bapak Juan Antonius dan bapak Lajuardi, dengan syarat mengembalikan dana
atau ganti rugi untuk dana awal pembangunan PT MAS dan mulai beroperasi kembali
di bulan Mei 2022.
System dengan metode OMAX dan Traffic Light System diketahui pencapaian
perusahaan secara keseluruhan memperoleh nilai kinerja sebesar 6,797% yang berarti
kinerja perusahaan berada pada kategori baik.
2.2. Sruktur Kepengurusan di PT. Makmur Alam Sei Wampu
4
ini telah dilakukan atas dasar spesifikasi lengkap dengan fungsi yang melekat agar
5
mampu mendukung pencapaian target secara optimal dan dapat dipertanggung
jawabkan. Struktur organisasi PT. Makmur Alam Sei Wampu dapat dilihat di bawah
ini.
manager
kepala
produksi
operator operator
mekanik
crusher loader
security
Lokasi PT MAS berada di Dusun VIII Kepuh Nauli Tandem, Binjai, Kabupaten Deli
Serdang, Provinsi Sumatera Utara. Letak geografis PT MAS adalah 03°03′40" LU
sampai 3°40′02" LU dan 98°27′03" BT sampai 98°39′32" BT. Batas-batas wilayah
kecamatan adalah :
Sebelah Utara : Kota Stabat
Sebelah Selatan : Kec.
Mencirim Sebelah Timur :
Kec. Diski Sebelah Barat :
Kec. Bahorok
Lokasi PT MAS memiliki bentuk fisiografi yang beragam, mulai dari tanah datar, tanah
bergelombang, hingga bentuk sungai. Lokasi PT MAS dapat ditempuh dangan jalur darat.
Dapat ditempuh dengan mengendarai motor dengan jarak 19 km dari Medan melalui Diski
dengan waktu tempuh antara 1 jam.
6
Nama daerahPT.MASBatas daerahJalan rayaAliran sungai
Gambar
2.2. Lokasi dan Kesampaian Daerah
7
BAB III
DASAR
TEORI
Alat pendukung agar berjalannya proses produksi dengan lancar dan yang menjadi
faktor pendukung sebagai penggerak dan penyambung pada unit peremuk batu.
Faktor-faktor yang mempengaruhi alat pendukung sebagai berikut :
8
1. Biaya alat
2. Perawatan perharinya
3. Lokasi alat
4. Kinerja alat sebagai
pendukung Alat pendukung
antara lain :
1. Genset Nippon Saryo Nes 360
Genset sebagai penggerak unit control panel dan sebagai arus listrik. Kemampuan
genset ini adalah 380 V, dan perawatan genset ini berupa pengisian bahan bakar 150 L
untuk 7 jam/hari dan pengecekan karbulator yang kotor.
Gambar 3.2 Genset Nippon Saryo Nes 360 PT.Makmur Alam Sei Wampu
2. Control Panel
Control panel biasanya dilengkapi dengan tombol yang dapat menggerakkan unit
peremuk batu dan mengoperasikan dengan tombol turn on. Hal ini bertujuan agar control
panel dan unit peremuk saling berhubung dan aman untuk digunakan.
9
Gambar 3.3 Control Panel di PT. Makmur Alam Sei Wampu
10
Faktor-faktor dalam penentuan produktivitas Wheel Loader sebagai berikut:
1. Kondisi material
2. Tipe bucket dan kapasitasnya
3. Area untuk pergerakan Wheel Loader
4. Waktu siklus loader
5. Waktu efisiensi loader
3.3.1. Produktivitas Wheel Loader
Prod = uk.bucket x 60 x BFF x waktu efisiensi..................................................(3.1)
Keterangan :
Ukuran bucket = Ukuran bucket Wheel Loader
CT Wheel Loader = LT + HT + DT + RT
BFF = faktor pemuatan
bucket
Waktu efisiensi = waktu normal kerja perjamnya
Faktor-faktor yang mempengaruhi kapasitas Wheel Loader sebagai berikut:
1) Berat mesin
2) Lokasi alat
3) Power alat
3.3.2. Kapasitas Wheel Loader Sebagai Alat Pemasuk Umpan
kapasitas bucket X jumlah pengisian x kapasitas ..............................................
Kaps. Loader = jam tersedia (3.2)
3.3.3. Kapasitas ukuran bucket Wheel Loader
..........................................................................................
V=PXLXT (3.3)
4
Keterangan :
V = Kapasitas ukuran bucket, ton
P = Panjang bucket, m
L = Lebar bucket, m
T = Tinggi bucket, m
11
3.4.Kegiatan Unit Peremuk
Dalam setiap proses peremukan batuan pada prinsipnya bertujuan untuk memperoleh
ukuran butiran tertentu melalui peremukan dan pengayakan. Peremuk juga dapat mereduksi
ukuran material yang sesuai dengan permintaan pasar.
Unit peremuk berfungsi untuk memperkecil material hasil penambangan yang
umumnya masih berukuran bongkahan menggunakan alat peremuk. Dengan dibuatnya Rom
mampu menampung material hasil penambangan sebelum diolah dan sebagai persediaan.
Jarak dari Rom ke unit Crusher ± 150 m. Mula-mula alat pendukung seperti genset dan
control panel harus siap sebelum material dari Rom (ukuran 21 cm) masuk melalui Cold bin
(ukuran 9 cm). Kemudian dialirkan menuju Vibrating Feeder untuk memperkecil material
masuk ke dalam Jaw Crusher Primer dengan ukuran material ±19 cm. Kemudian material
dialirkan melalui Belt Conveyer menuju Jaw Crusher Sekunder dengan ukuran 4 cm.
Kemudian material dialirkan melalui Belt Conveyer tembak menuju ayakan Screening
dengan ukuran 5 mm, 12 mm, dan 20 mm, 30 mm bila material tidak bisa diayak masih
ukuran 4 cm, maka material masuk ke dalam Cone Crusher untuk digiling kembali sesuai
ukuran Screen. Kemudian material dari Cone Crusher diangkut dengan Belt Conveyer
menuju ayakan screening. Kemudian mendapatkan hasil yaitu 2/3, 1/2, medium, abu batu.
Untuk kegunaan batu split hasil dari unit peremuk dapat digunakan berbagai konstruksi
bangunan antara lain : beton, jalan, bangunan, aspal hotmix dan konstruksi lainnya.
12
Cold bin
13
Belt compayer
Cone I & II
ROM
14
Ayakan guli B
Compayer
compayer tembak
Crusher primer
Compayer Tembak
Ayakan screening
15
3.5.Peralatan Alat Unit Peremuk di PT. Makmur Alam Sei Wampu
Peralatan-peralatan yang biasanya digunakan pada unit peremuk adalah sebagai berikut:
3.5.1. Cold Bin
Cold Bin adalah alat pelengkap pada rangkaian unit peremuk yang berfungsi sebagai
tempat penerima material umpan yang berasal dari lokasi penambangan sebelum material
tersebut masuk ke dalam alat peremuk dan mencegah bongkahan oversize masuk ke jaw
crusher, bongkahan oversize harus dipecah dengan menggunakan mata gigi di jaw crusher.
16
Gambar 3.7 Vibrating Feeder di PT.MAS
17
mesin peremuk dan kapasitas nyata didapatkan dengan cara pengambilan contoh produk
yang dihasilkan.
Gambar 3.9. Double Jaw Crusher di PT. Makmur Alam Sei Wampu
18
3) Faktor-faktor yang mempengaruhi efisiensi Double Jaw Crusher :
a) Lebar lubang bukaan.
b) Variasi dari throw.
c) Kecepatan.
d) Ukuran umpan.
e) Ketahanan batuan
f) Dua Tenaga peremuk
g) Kapasitas
h) Reduction ratio (RR).
Reduction ratio merupakan perbandingan antara ukuran umpan dengan ukuran produk.
Reduction ratio yang baik untuk ukuran primary crushing adalah 5 cm, sedangkan untuk
secondary crushing adalah 4 cm.
Kegunaan Double Jaw Crusher adalah untuk memecahkan bongkahan batu yang sangat
kasar. Proses pemecahan dengan alat pemecah yang melawan bagian yang tidak bergerak,
gerakannya seperti rahang yang sedang menguyah.
Penghancuran akan terjadi apabila crusher melampaui batas plastis dari material yang
dihancurkan. Untuk memperoleh ukuran dari produk yang diinginkan dapat diperoleh
dengan cara mengatur bukaan (feed).
19
3.5.4.2. Efisiensi Kerja Jaw Crusher
Eisiensi kerja Double Jaw Crusher adalah faktor yang menunjukan kemampuan
produksi yang dicapai secara nyata dengan kapasitas yang seharusnya dicapai. Secara
matematisnya dapat di hitung dengan rumus :
..................................................................................................
Ecr = Tn x 100% (3.6)
Ta
Keterangan :
Ecr = Efesiensi kerja premuk batu ,%
Tn = Berat keseluruhan alat jaw crusher, ton
Ta = Kapasitas desain jaw crusher, ton
W=
10
−
10 ............................................................................................(3.7)
√ √
Keterangan :
W = Tenaga input yang diperlukan, Kw/ton
Wi = Indeks batu split kerja, ton.
F = ukuran hasil dari ayakan, mm
P = ukuran yang masuk ke Cold Bin, cm
20
digunakan sebagai bahan pembuat jalan. Guna mendapatkan kerikil atau batuan pecah yang
sesuai dengan ukuran yang diharapkan maka diperlukan suatu alat untuk memotong material.
Alat pemecah batuan yang digunakan adalah crusher.
21
3.5.5.4. Efesiensi Kerja Cone Crusher
Efesiensi kerja Cone Crusher adalah faktor yang menunjukan kemampuan produksi
yang dicapai secara aktual, dapat dihitung dengan rumus :
Ec = Ta x 100%.....................................................................................(3.9)
Tn
Keterangan :
Ec = Efesiensi kerja Cone Crusher,%
Ta = Kapasitas desain Cone Crusher, ton
Tn = Berat keseluruhan alat Cone Crusher, ton
3.5.6. Screening
Screening adalah proses pengelompokkan material berdasarkan ukuran lubang ayakan
sehingga ukurannya seragam. Alat untuk melakukan screening disebut screen. Biasanya alat
screen ini langsung berhubungan dengan alat stockpile antara lain:
a. Proses pengolahan material memerlukan ukuran-ukuran partikel dengan distribusi kecil
(berukuran relatif seragam) yang sesuai dengan ukuran maksimal derajat material.
Keseragaman ukuran-ukuran material dapat diperoleh melalui proses pengayakan.
b. Screen sendiri merupakan alat yang digunakan untuk pemilahan ukuran butir material
dengan cara melewatkan material dari atas ayakan, material yang lebih kecil dari lubang
ayakan dapat lolos kebawah ayakan sebagai produk halus (undersize) sedangkan partikel
yang lebih kasar dari ukuran ayakan teratahan di atas ayakan sebagai produk kasar
(oversize).
Tujuan dilakukannya proses screening adalah :
a. Menghasilkan produk akhir yang berukuran relatif seragam agar sesuai dengan spesifikasi
pasar.
b. Meningkatkan kapasitas unit operasi lainnya.
c. Mencegah undersize masuk ke dalam mesin crusher.
d. Mencegah oversize masuk ke proses pengolahan selanjutnya.
e. Mencegah terjadinya over crushing atau over grinding.
.................................................................
Ks = Ta1000
xPXLXV (3.10)
22
Keterangan :
Ks = Kapasitas screen, ton
V = Kecepatan alat, m/s
Ta = Kapasitas desain screen, ton
P = Panjang alat screen, m
L = Lebar alat screen, m
Keterangan :
Es = Efesiensi kerja screen,%
Ta = Kapasitas desain screen, ton
Ks = Kapasitas produksi screen, ton
23
3.5.7. Belt Conveyor
Belt Conveyor merupakan alat angkut pada unit peremukan yang berfungsi untuk
mengembalikan material hasil peremukan yang tidak lolos ayakan untuk dilakukan proses
peremukan lagi. Belt Conveyor digerakkan oleh motor penggerak yang dipasang pada head
pulley. Belt Conveyor akan kembali ke tempat semula karena dibelokkan oleh pulley awal
dan pulley akhir. Material yang didistribusikan melalui pengumpan akan dibawa oleh Belt
Conveyor dan berakhir pada head pulley. Pada saat proses kerja di unit peremuk dimulai, Belt
Conveyor harus bergerak lebih dulu sebelum alat peremuk bekerja. Hal ini bertujuan untuk
mencegah terjadinya kelebihan muatan (over load) pada Belt Conveyor.
Faktor-faktor yang berpengaruh pada pemakaian Belt Conveyor adalah :
a. Sifat fisik dan keadaan material.
b. Keadaan topografi.
c. Jarak pengangkutan.
d. Produksi.
3.5.7.1. Kapasitas Produksi Belt Conveyer
.......................................................
Qt = 360010000
X A X V X Bi x S (3.12)
Keterangan:
Qt = Kapasitas produksi Belt Conveyer, ton
A = Luas penampang melintang Rdi atas belt,
m2 V = Kecepatan translasi belt berjalan, m/s
Bi = Berat material, kg
S = Ukuran material, cm
Keterangan
Kb = Kapasitas ban berjalan dalam kondisi berjalan, ton
Bi = Berat material, kg
V = kecepatan translasi belt berjalan, m/s
Komponen-komponen ban berjalan (Belt Conveyer) adalah sebagi berikut :
24
a. Drive unit (Motor penggerak belt)
b. Jib dan selivery unit (penggerak belt)
c. Tail end atau return end (yang digerakkan)
d. Idier (menahan belt)
25
3.6. Stockpile
Stockpile adalah suatu tempat yang dibuat untuk menampung material hasil grinding
yang sudah melewati proses pengecilan ukuran atau peremukan, Stockpile yang
dirancang berbentuk lingkaran dapat menampung material siap produksi sebanyak 1100
ton/hari. Stockpile memiliki lubang bukaan di dasar lantainya yang berfungsi untuk
mengalirkan material secara otomatis menggunakan gaya gravitasi bumi. Material yang
jatuh dari bawah (lubang bukaan) stockpile akan digunakan untuk campuran pada aspal
cair menjadi aspal hotmix yang siap digunakan untuk kebutuhan pembangunan.
2. Physical availability atau operasional availybility adalah kondisi fisik dari suatu alat yang
sering dipergunakan. Dapat dihitung dengan persamaan :
PA =
W+S x 100%.........................................................................(3.15)
W+R+S
Keterangan :
W = Working hours atau jam kerja, jam
R = Repair hours atau jam perbaikan, jam
S = Hours of standby atau jam siap nunggu, jam
T = W + R + S = scheduled hours (jam tersedia), jam
26
3. Use of availability adalah untuk menentukan persen waktu yang dipergunakan oleh suatu
alat untuk beropersi pada saat alat tersebut dapat dipergunakan, dapat dihitung dengan
persamaan:
W
UA = x 100%..............................................................................(3.16)
W+S
Keterangan :
W = Working hours atau jam kerja, jam
R = Repair hours atau jam perbaikan, jam
S = Hours of standby atau jam siap nunggu, jam
T = W + R + S = scheduled hours (jam tersedia), jam
4. Effective utilization untuk menetukan persen waktu yang dapat digunakan oleh suatu alat
beroperasi dari seluruh waktu kerja yang tersedia. Efective utilization dengan effisiensi
kerja alat. Dapat dihitung dengan persamaan :
EU = W
x 100%..........................................................................(3.17)
W+R+ S
27
Berdasarkan rumus sebagai berikut :
Keterangan :
Ht = hambatan teknis, (%)
28
produksi perhari, pihak perusahaan tidak perlu menambah waktu lembur. Berdasarkan
rumus sebagai berikut :
Tp = Kapasitas tiap-tiap unit / waktu kerja normal perhari.............................(3.20)
Keterangan :
Tp = Peningkatan Produksi, ton/hari
29
agregat yang heterogen bentuknya karena rongganya semakin sedikit.
c. Suhu/temperatur, jika suhu rendah atau tinggi akan dipengaruhi berat air tersebut.
3. Berat Jenis
Berat jenis batu split adalah perbandingan antara kuat butir dan berat butiran terhadap air
yang sama. Dimana terbagi atas tiga bagian menurut keadaanya adalah :
a. Berat jenis kering, perbandingan antara kuat butir dan berat air pada volume yang
sama dimana material.
b. Berat jenis surface reted dry, didapat setelah material sudah kering dipermukaan,
c. Berat jenis semu, yakni pada seat butir masih benar-benar jenuh baik porinya maupun
permukaanya.
Kekuatan suatu aspal hotmix dipenuhi oleh berat jenis dan daya serap atau besar absorsi
dari agregat yang digunakan untuk campuran aspal cair. Makin keras agregat makin
tinggi jenisnya dan semakin murah daya serapnya.
4. Penyerapan, yakni serapan air dihitung dari banyaknya air yang mampu diserap oleh
agregat pada kondisi jenuh permukaan kering, kondisi ini merupakan :
a. Keadaan kebasahan agregat yang hampir sama dengan agregat dalam aspal cair,
sehingga agregat tidak akan menambah maupun mengurangi air dari pastanya.
b. Kadar air di lapangan lebih banyak rnendekati kondisi saturated surface dry, daripada
kondisi kering tungka.
5. Kadar air permukaan batu split, yakni banyaknya air terkandung dalam
suatu agregat. Kadar air agregat dapat dibedakan menjadi empat jenis :
Kadar air kering tungku, yaitu keadaan yang benar-benar tidak berair.
a. Kadar kering udara yaitu kondisi agregat yang permukaanya kering tetapi sedikit
mengandung air dalam porinya dan masih menyerap air.
b. Jenuh kering permukaan, yaitu keadaan dimana tidak ada air di permukaan agregat,
tetapi agregat tersebut masih mampu menyerap air.
c. Kondisi basah, yaitu kondisi dimana butir-butir agregat banyak mengandung air
sehingga akan menyebabkan penambahan kadar air campuran aspal cair.
Dari keempat kondisi tersebut hanya dua kondisi yang sering dipakai yaitu kering
tungku dan kondisi saturated surface dry. Jika agregat basah ditimbang beratnya (w),
kemudian dimasak dan dicampur di hot dryer blending dalam tungku dengan suhu 100°C +
60°C sampai beratnya konstan maka kadar air dapat diketahui. Berat jenis digunakan untuk
menentukan volume yang diisi oleh agregat. Berat jenis dari agregat pada akhirnya akan
30
menetukan berat jenis dari aspal hotmix sehingga secara langsung menentukan banyaknya
campuran agregat dalam campuran aspal cair. Hubungan antara berat jenis agregat maka
semakin kecil daya serap air agregat tersebut.
Untuk pengolahan batu spilit hasil dari unit peremuk dapat digunakan berbagai
kontruksi bangunan, contohnya : Aspal hotmix, beton, jalan, bangunan dan kontruksi lainnya
yang didasarkan oleh kuat tekan dan kepadatan dari batu split tersebut.
Secara umum agregat dapat dibedakan berdasarkan ukurannya yaitu batu split kasar dan
batu split halus. Batasan antara batu split kasar dan batu split halus berbeda antara disiplin
ilmu yang satu dengan yang lainnya. Meskipun demikian, dapat diberikan batasan ukuran
antara batu spilit halus dengan batu split kasar. Batu split kasar adalah batuan yang ukuran
butirannya 20 mm, 30 mm. Batu split halus adalah batuan yang ukuran butirannya 5 mm, 12
mm, 20 mm. Batu split yang digunakan dalam campuran aspal hotmix biasanya berukurang
lebih kesil dari 30 mm. Batu spilit yang ukurannya lebih besar dari 30 mm digunakan untuk
pekerjaan sipil lainnya, misalnya untuk pekerjaan jalan, tanggul-tanggul penahan tanah,
bendungan dan lain-lain. Dari keterangan di atas disebut dengan agregat, dimana agregat
tersebut terbagi atas dua, yakni : yang lebih halus biasanya dinamakan pasir dan agregat kasar
dinamakan kerikil, split, batu pecah, kricak dan lainnya. Dan di bawah ini syarat-syarat batu
split berdasarkan menurut SII, ASTM, dan SK SNI :
1. Butirannya tajam, kuat dan keras
2. Bersifat kekal, tidak pecah atau hancur karena pengaruh cuaca.
3. Sifat kekal, apabila diuji dengan larutan jenuh garam sulfat sebagai berikut :
a. Jika dipakai Natrium Sulfat, bagian yang hancur maksimum 12%
b. Jika dipakai Magnesium Sulfat, bagian yang hancur maksimum 10%
4. Agregat kasar tidak boleh mengandung lumpur (bagian yang dapat melewati ayakan
0,060 mm) lebih dari 1%. Apabila lebih dari 1% maka kerikil harus dicuci.
5. Harus mempunyai variasi besar butir (gradasi) yang baik, sehingga rongganya sedikit.
Mempunyai modulus kehalusan antara 6-7,10.
Pengolahan batu split ini juga harus disesuaikan dengan kuat tekan dan tingkat
kekerasannya, dan untuk kuat tekan sekitar 15-40 Mpa, berat jenis, adalah 2,5-2,7 atau tidak
boleh kurang dari 1,2 kg/m2.
31
BAB IV
Jumlah kuantitas produksi yang dihasilkan pabrik peremuk batu milik PT. Makmur Alam Sei
Wampu, Dusun VIII Kepuh Nauli Tandem, Binjai , Kabupaten Deli Serdang, Provinsi
Sumatera Utara, dapat diartikan sebagai tingkat produksi pabrik peremuk. Dalam pelaksanaan
pengamatan, hanya dilakukan pada peralatan rangkaian unit peremuk mulai dari jumlah
umpan yang masuk sampai dengan produk yang dihasilkan dan sampai pemanfaatan aspal.
Langkah yang dilakukan pengamat antara lain : pengambilan material. Hal ini
dilakukan guna mengetahui distribusi ukuran baik pada umpan maupun produk. Disamping
itu diharapkan dapat mengetahui jumlah produksi masing-masing peralatan yang digunakan
pada unit rangkaian remuk hingga total kuantitas produksi akhir. Pengamatan yang diamati
selama Kerja Praktek hanya; alat pemasuk umpan, tempat penampung umpan (Cold Bin), alat
peremuk (Jaw Crusher), ban berjalan (Belt Conveyer), Cone Crusher dan ayakan getar
(Vibrating Screen).
32
4.3. Kapasitas Penampung Umpan (Cold Bin)
Diketahui :
Panjang Cold Bin (P) = 4 m
Lebar Cold Bin (L) = 2 m2
tinggi Cold Bin (T) = 2,5 m2
Vol = 1 (La + Lb)t
2
= 1 (3 + 1)2,5
2
= 5 m3
Berarti volume Cold Bin dalam menampung bahan baku adalah 5 m3.
Jadi dengan menghitung bobot insitu dengan kapasitas Cold Bin, maka kapasitas Cold Bin
mampu menampung material sebesar volume Cold Bin x bobot insitu (lihat lampiran e)
adalah 5 m3 x 8 ton/ m3 = 40 ton.
33
4.4. HASIL PRODUKSI
Hasil
No Tanggal 2/3 1/2 Medium Abu batu
produksi/hari
34
BAB V
KESIMPULAN
5.1. Kesimpulan
35
5.2. Saran
1. Perusahaan agar lebih lagi memperhatikan dan mempersiapkan safety para pekerja untuk
mejaga keselamatan kerja.
2. Perusahaan agar lebih meningkatkan mutu atau kualitas dari alat crusher agar produksi
yang dilakukan lebih efisien.
36
DAFTAR PUSTAKA
Fatena Susy, 2014, “Alat Berat Untuk Proyek Konstruksi” , Jakarta; Renika Cipta.
Ivan, Zaenal, Pulungan, L.2016 “Kajian Teknis Peremuk Batuan Unit Pengolahan Batu
Gamping Untuk Memenuhi Target Produksi Bahan Baku Semen Studi Kasus Unit
Operasi Crushing Plant Tuban-1 PT Semen Indonesia (Persero) Tbk Kabupaten Tuban
Provinsi Jawa Timur” Prosiding Teknik Pertambangan. ISSN:2460-6499
37
LAMPIRAN A
HASIL PRODUKSI
HASIL PRODUKSI
Hasil
No Tanggal 2/3 1/2 Medium Abu batu
produksi/hari
38
21 7 Juli 2022 1.286,832 476.127 424.654 193.024 193.024
22 8 Juli 2022 1.296,256 479.614 427.763 194.888 194.888
23 9 Juli 2022 1.298,768 480.544 428.593 194.815 194.815
24 11 Juli 2022 1.291,840 477.980 426.306 193.776 193.776
25 12 Juli 2022 1.281,792 474.263 422.991 191.640 191.640
26 13 Juli 2022 1.298,336 480.384 428.450 194.749 194.749
Total 28.196,849 10.418,291 9.304,937 4.224,877 4.224,877
Rata-rata 1.127,874 416.732 372.197 168.995 168.995
LAMPIRAN B
1. Control Panel
39
LAMPIRAN C
1. Vibrating Feeder
2. Cold Bin
40
4. Cone Crusher
5. Screening
6. Belt Conveyer
41
LAMPIRAN D
SPESIFIKASI ALAT ANGKUT
42
3. DUMP TRUCK HINO DUTRO 130 HD LSD
43
44