Laporan ini Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Mata Kuliah Kerja Praktik
Program Studi D-IV Teknik Mesin Produksi dan Perawatan
Jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri Sriwijaya
Oleh:
SRI WULANDARI
061940212240
Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya sehingga Penulis dapat menyelesaikan Laporan Kerja Praktek di PT
Bukit Asam Tbk. Dermaga Kertapati yang berjudul “ANALISIS KERUSAKAN
BUSHING DAN SHAFT PADA RODA BOGIE SHIPLOADER ENIM DI PT
BUKIT ASAM Tbk UNIT DERMAGA KERTAPATI”
Laporan Kerja Praktek ini merupakan salah satu mata kuliah wajib pada
Jurusan Teknik Mesin, Politeknik Negeri Sriwijaya. Dengan laporan ini, Penulis
banyak mendapatkan ilmu yang menambah wawasan dan sosialisasi terhadap
dunia kerja. Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
turut serta membimbing dan membantu dalam menyelesaikan laporan kerja
praktek ini terutama kepada:
1. Orangtua, saudara dan seluruh keluarga yang telah memberikan semangat,
dukungan moril maupun materil dan doa yang tulus untuk keberhasilan
penulis.
2. Bapak Dr. Ing Ahmad Taqwa M.T selaku Direktur Politeknik Negeri
Sriwijaya.
3. Bapak Sairul Effendi M.T selaku Ketua Jurusan Teknik Mesin Politeknik
Negeri Sriwijaya.
4. Ibu Ella Sundari S.T.,M.T., selaku Ketua Prodi D IV Jurusan Teknik Mesin
Politeknik Negeri Sriwijaya
5. Bapak Dr. Phil. Fatahul Arifin. S.T.,M.Eng.Sc selaku Dosen Pembimbing
Laporan Kerja Praktik.
6. Bapak Satria Oktriadi selaku Asisten Manajer
7. Bapak Aldo Primayoja selaku Pembimbing di Perusahaan
8. Seluruh Karyawan PT Bukit Asam Tbk. Dermaga Kertapati
9. Rekan-rekan seperjuangan yang telah memberikan dukungan dan semangat.
10. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu
dalam menyelesaikan Laporan Kerja Praktek ini.
Penulis berharap kiranya laporan kerja praktek ini dapat bermanfaat bagi
para pembaca. Selain itu penulis menyadari bahwa penulisan laporan kerja
praktek ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan
kritik dan saran sebagai masukan untuk penyempurnaan penulisan ini dimasa
mendatang.
Semoga Allah SWT. melimpahkan rahmat dan hidayahnya kepada kita
semua, sehingga semua yang kita kerjakan akan menjadi amal ibadah di sisinya,
aamiin yaa robbal aalamiin.
Hal.
HALAMAN JUDUL
HALAMAN PENGESAHAN.....................................................................................ii
PRAKATA.............................................................................................................iii
DAFTAR ISI...........................................................................................................v
DAFTAR GAMBAR............................................................................................vii
DAFTAR TABEL...............................................................................................viii
DAFTAR LAMPIRAN...................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................1
1.1 Latar Belakang........................................................................................1
1.2 Tujuan dan Manfaat Kerja Praktik........................................................2
1.2.1 Tujuan Umum..........................................................................2
1.2.2 Tujuan Khusus.........................................................................2
1.2.3 Manfaat Kerja Praktik.............................................................3
1.3 Permasalahan dan Pembatasan Masalah...........................................3
1.3.1 Permasalahan...........................................................................3
1.3.2 Pembatasan Masalah...............................................................3
1.4 Waktu dan Tempat Pelaksanaan............................................................3
1.5 Metode Pengumpulan Data....................................................................4
1.5.1 Metode Literatur......................................................................4
1.5.2 Metode Wawancara.................................................................4
1.5.3 Metode Observasi....................................................................4
1.6 Sistematika Penulisan.............................................................................4
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................42
DAFTAR GAMBAR
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini membahas mengenai Latar Belakang, Tujuan, Manfaat,
Perumusan Masalah, Metode Penulisan dan Sistematika Penulisan.
DAFTAR PUSTAKA
Berisikan mengenai berbagai sumber rujukan berupa jurnal, buku, laporan
terdahulu, dsb yang dibutuhkan penulis dalam membantu penulisan laporan
kerja praktek.
LAMPIRAN
Berisikan surat permohonan kerja praktek dan surat jawaban dari PT Bukit
Asam Tbk Unit Dermaga Kertapati, lembar laporan kegiatan harian, lembar
penilaian, dan dokumentasi atau foto-foto.
BAB II
TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN
13
kepemilikan saham untuk mendukung program “Yuk Nabung Saham”. Komitmen
yang kuat dari Bukit Asam dalam meningkatkan kinerja perusahaan merupakan
faktor fudamental dari aksi korporasi tersebut. Pada 2018, perusahan melakukan
Financial Closed dengan China Export Import Bank terkait dengan pinjaman
untuk pembangunan PLTU Mulut Tambang Sumsel 8, dan pencapaian laba bersih
tahun 2018 yang tercatat sebesar Rp 5,02 triliun, tertinggi sejak Perusahaan ini
beroperasi.
PT BA juga menerima Sertifikat Warisan Budaya Dunia Ombilin Coal
Mining Heritage of Sawahlunto dari UNESCO pada tahun 2019. Setahun
kemudian tepatnya pada tahun 2020 Bukit Asam Terapkan Manajemen Anti Suap
ISO 37001:2016 dan menjadi BUMN pertama di sektornya yang menerapkan ISO
37001:2016.
14
Gambar 2.1 Struktur Organisasi PT Bukit Asam Tbk.
(Sumber: PTBA, 2022)
2.3 Visi, Misi, PT Bukit Asam Tbk.
2.3.1 Visi PT Bukit Asam Tbk.
Visi dari PT Bukit Asam Tbk yaitu “Perusahaan Energi Kelas Dunia
Yang Peduli Lingkungan”.
2.3.2 Misi PT Bukit Asam Tbk.
Misi dari PT Bukit Asam Tbk. Yaitu “Mengelola sumber energi
dengan mengembangkan kompetensi korporasi dan keunggulan insani untuk
memberikan nilai tambah maksimal bagi stakeholder dan lingkungan”.
Makna dari lambang PT Bukit Asam Tbk. ini baik bentuk, warna,
ataupun gambar sesuai dengan Logo Perusahaan yang ditetapkan melalui
Surat Keputusan Direksi PT Bukit Asam Nomor
622/SK/PTBAPERS/1997 dan Surat Dewan Komisaris PT Bukit Asam
Tbk Nomor : 63/DEKOM/IX/2019.
B. Elemen-Elemen Dasar Lambang
1. Simbol Bukit
15
(Sumber: PTBA, 2022)
16
Makna lingkaran sisi solid melambangkan kekayaan alam yang
kita eksplorasi dan manfaatkan bagi semua. Makna sisi sinergi
melambangkan komitmen seluruh anggota untuk bekerja sama
mencapai tujuan demi Indonesia. Lambang MIND ID di sisi kanan
atas menunjukkan bahwa Bukit Asam merupakan anggota dari Mining
Industry Indonesia.
17
Peta PT Bukit AsamTbk. Dermaga Kertapati dapat ditinjau melalui Google Map
tertera pada gambar berikut.
18
sistem kerja harian shift dan non-shift dengan rincian sebagai berikut:
19
Minggu
(Sumber: PTBA, 2022)
Waktu
Hari Shift
20
Gambar 2.9 Diagram Alir Batu Bara.
(Sumber: PTBA, 2022)
21
meneruskan batu bara tersebut ke crusher/sizer melalui conveyor ogan CC-01 da
CC-02. Setelah batu bara dihacurkan akan dibawa menggunakan conveyor CC-
03 untuk diarahkan oleh stacker ogan CC-03 ke stockpile ataupun lagsung
dicurahkan ke chute untuk lanjut proses load tongkang melalui conveyor CC-04
dan CC-05, yang selanjutnya proses muat dilanjutkan oleh shiploader Ogan ke
tongkang.
2. Jalur Enim
Batu bara dari gerbong kereta api yang telah dibongkar dan ditumpahkan
kedalam receiving hopper. Setelah material turun dari receiving hopper,
selanjutnya akan diangkut menggunakan apron feeder (AF-1A dan AF-1B), akan
meneruskan batu bara tersebut ke crusher/sizer melalui conveyor ogan CV-01 da
CV-02. Setelah batu bara dihacurkan akan dibawa menggunakan conveyor BC-
03 untuk diarahkan oleh stacker enim BC-03 ke stockpile ataupun lagsung
dicurahkan ke chute untuk lanjut proses load tongkang melalui conveyor BC-04
dan BC-05, yang selanjutnya proses muat dilanjutkan oleh shiploader Enim ke
tongkang.
Setiap Crusher/Sizer dipasang Tramp Iron Magnet diatas pulley CC-02
dan CV02 berfungsi untuk menangkap material besi yang ikut bersama aliran
batu bara, pada CC-03 dan BC-03 dipasang belt scale yang berfungsi untuk
mengontrol kapasitas pemuatan tongkang dan Take Up Sampler yang terdapat di
BC-04 dan CC-04 untuk mengambil sampling batu bara sebelum dimuat ke
tongkang.
22
23
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1. Shiploader
3.1.1 Pengertian Shiploader
4
3
2
10 6
1 5
1
8 7
9
Keterangan:
1. Approach Conveyor 6. Bom Conveyor
2. Counter Weight 7. Main Frame
3. Operator Cabin 8. Main Slewing
4. Hoist Boom Conveyor 9. Under Cariage
5. Tower 10. Counter Weight
Structure
24
batu bara ke berbagai wilayah
di Indonesia bahkan ke Mancanegara. Shiploader adalah alat terakhir
Pelabuhan yang berfungsi untuk mencurahkan batubara ke kapal dan
tongkang dengan kapasitas 1000 tph. Umumnya shiploader terdiri dari
beberapa bagian seperti boom, framebody, conveyor, jalur ataupun rel.
3.1.2 Bagian-bagian Utama dari Shiploader
Terdapat beberapa bagian utama pada shiploader, yaitu sebagai berikut:
1. Struktur: Yaitu yang menyanggan pondasi S/L mempunyai 8 buah roda
yang terletak di atas rell. Struktur ini di gerakkan oleh 4 buah motor
listrik 380 V masing-masing daya 25 HP dan dapat travel reverse dan
fordward.
2. Boom Hoist: Boom ini tempat dimana conveyor di tempatkan, boom S/L
ini dapat naik dan turun di mana di gerakkan oleh sebuah motor listrik
380 V, 100 HP melalui sling yang terlilit di suatu drum.
3. Belt Conveyor: Conveyor ini berfungsi sebagai pembawa batubara
kekapal dengan 2 buah motor listrik 380 V masing-masing berdaya 125
HP dan dapat bergerak maju dan mundur yang di sebut shuttle yang di
gerakkan oleh sebuah motor listrik 380 V, 60 HP.
4. Chain Cable: Yaitu dimana Cable power dan control dililit kan dan
selalu ikut berputar mengikuti gerakan travelnya S/L. Drum Cable ini
ada 3 yang masing-masing drum di gerakkan oleh 2 buah motor listrik
380 V, 2 HP.
5. E House : Yaitu ruang dimana semua kontrol dan breaker-breaker
ditempatkan.
6. Cabin: Yaitu terletak di ujung sisi boom hoist, tempat beradanya
operator yang mengendalikan S/L ini.
Untuk menggerakkan shiploader agar dapat bergerak maju dan
mundur di atas rel, ditambahkan roda bogie sebanyak 8 buah.
3.1.3 Prinsip Kerja Shiploader
Mekanisme pergerakan shiploader secara umum yakni ketika
shiploader beroperasi motor berputar yang disambungkan ke poros bogie
25
menggunakan coupling, dari poros bogie yang terdapat gear putaran yang
telah ditransfer dari motor dilanjutkan ke gear reducer yang tersusun di
bogie, dan diakhiri pada roda bogie yang terdepat juga gear sehingga roda
bogie berputar terjadi gesekan dengan rel menyebabkan shiploader dapat
bergerak.
3.2. Wheel Bogie
3.2.1 Pengertian Wheel Bogie
Bogie merupakan sistem kesatuan roda yang biasanya digunakan pada
Kereta Api, baik di kereta penggerak maupun kereta non penggerak. Namun,
penggunaan roda bogie tidak hanya untuk kereta api saja melainkan bisa juga
untuk shiploader. Dimana fungsinya untuk menggerakan shiploader dengan
arah kiri atau kanan guna membantu dalam pengangkutan batu bara ke dalam
kapal / tongkang.
Bogie adalah suatu konstruksi yang terdiri dari dua perangkat roda atau
lebih yang digabungkan oleh rangka yang dilengkapi dengan sistem
pemegasan, pengereman, dengan atau tanpa peralatan penggerak dan anti
selip, serta keseluruhan berfungsi sebagai pendukung rangka dasar dari badan
shiploader. Bogie dapat di lepas dan dipasangkan kembali jika sedang
dilakukan perawatan.
Fungsi utama bogie adalah menghasilkan fleksibilitas shiploader
terhadap rel sehingga roda dapat tetap mengikuti arah rel. Pada keadaan ini,
akan terjadi kontak antara flens dengan rel pada salah satu sisi rodanya. Pada
kereta tanpa bogie maka sudut ini terbatas karena roda akan selalu segaris
dengan badan shiploader maka roda akan naik ke atas rel dan akhirnya terjadi
derailment atau anjlok.
26
Gambar 3.2 Bogie Steering.
27
menumpu poros yang mempunyai diameter yang sama atau yang telah
distandarkan dimana diameter dalamnya 50 mm dan diameter luarnya 75
mm. Selain untuk membatasi, Bushing juga berfungsi sebagai pelindung
Bogie dari gesekan Shaft, maka dari itu Bogie tidak cepat rusak serta
berfungsi sebagai perantara untuk memasukkan Shaft/AS pada lubang
Bogie.
28
Gambar 3.5 Bushing Pada Frame
2. Washer/Shim
Washer/shim merupakan salah satu komponen yang berfungsi sebagai
batasan antara bushing dengan frame agar tidak terjadi gesekan antara
baja dengan baja. Washer juga berfungsi sebagai tahanan bushing apabila
Shiploader beroperasi agar bogie tersebut tidak bergerak miring sehingga
bogie bergerak lurus pada landasan track plate sehingga gesekan dapat
dihindarkan.
3. Shaft
29
Shaft berfungsi sebagai poros pada bogie dan sebagai pengunci yang
sudah dipress dengan washer dibagian kanan pada frame. Pada shafty pin
memiliki 6 buah logam yang berfungsi sebagai pasak (dowelpin) dan 3
tempat mur pengunci antara bogie dan washer sedangkan pada bagian
tengahnya terdapat lubang grease.
Frame
5. Bogie
Bogie merupakan komponen berupa roda yang bergerak melalui
30
lintasan/rel.
Wheel
Bogie
3.3. Pelumasan
3.3.1 Pengertian Pelumasan
Pelumasan dapat diartikan sebagai pelapisan komponen-komponen
mesin yang bergesekan. Fungsi pelumasan yaitu sebagai pencegah atau
31
mengurangi keausan akibat adanya kontak langsung antara permukaan logam
dengan logam lainnya yang terus menerus bergerak. Mencegah atau
megurangi keausan dalam arti ekonomisnya saja mengurangi biaya material
dan pekerja untuk mengisi suku cadang yang aus tersebut, melainkan juga
mengurangi kerugian produksi terhenti disebabkan oleh waktu tegangan
dipergunakan untuk pergantian dan perbaikkan.
3.3.2 Fungsi dan Tujuan Pelumasan
Pelumasan merupakan unsur yang sangat penting bagi mesin-mesin
bagaimanapun baiknya sebuah mesin dirancang dari segi efisiensi dan
kekuatannya serta bahan manufakturnya apabila pemberian pelumas tidak
sesuai dengan kebutuhan mesin, mesin tidak akan mempunyai umur yang
lama. Oleh karena itu, sebelum dibuat mesin perlu direncanakan pelumasan
yang sesuai untuk sistem tersebut.
Adapun funsgi dari pelumas dari mesin adalah sebagai berikut:
1. Penghantar Panas
Pada mesin-mesin putaran tinggi akan menghasilkan panas tinggi
sebagai akibat terjadinya panas gesekan. Dengan adanya pelumasan,
panas yang dihasilkan antara bagian yang berputar dengan bantalan akan
menyebar sehingga suhu tidak terlalu tinggi pada system tersebut.
2. Sebagai lapisan gesek
Kondisi ini terjadi apabila jarak atara komponen mesin yang
berputar sudah sangat dekat, namun dengan adanya bantuan minyak
pelumas mesin akan bergerak lancar dan terhindar dari gesekan.
3. Sebagai lapisan molekul
Kondisi merupakan kondisi minyak pelumas yang berada diantara
dua permukaan komponen mesin yang bergerak, sama halnya dengan
fungsi.
Pelumas sebagai lapisan gesek, namun disini jaraknya sudah sangat
besar sehingga panas dapat dikontrol dan keausan dapat diatasi. Sedangkan
tujuan utama dari pada pelumasan adalah mengurangi terjadinya keausan
yang berlebihan sebagai akibat dari kontak langsung antara permukaan logam
32
yang bergesekan. Tujuan dari pelumasan adalah sebagai berikut:
a. Membantu dalam meredam kejutan
b. Mendinginkan bagian-bagian mesin
c. Mencegah terjadinya korosi
Sedangkan apabila pelumasan diberikan berlebihan dan tidak sesuai
dengan kebutuhan mesin juga akan berdampak kurangnya tenaga mesin.
Selang Grease /
Pelumasan
otomatis
33
Gambar 3.11 Grease otomatis Pada Wheel Bogie
34
bagian yang akan dilumasi. Prinsip kerja sistem pelumasan berdasarkan
tekanan adalah sebagai berikut:
35
terjadinya kerusakan atau kegagalan pada suatu sistem, mesin, atau benda.
Dengan tujuan untuk menjaga agar sistem atau mesin tersebut dapat
beroperasi secara efektif dan efisien.
Contoh perlakuan preventive maintenance pada bushing dan shaft adalah:
36
Breakdown maintenance adalah suatu tindakan pemeliharaan yang
dilakukan setelah terjadinya kerusakan atau kegagalan pada suatu mesin atau
sistem. Tujuan dari breakdown maintenance adalah untuk mengembalikan
mesin atau sistem ke kondisi normal secepat mungkin setelah terjadinya
kegagalan. Breakdown maintenance bisa menyebabkan downtime yang lebih
lama daripada pemeliharaan preventif atau perbaikan terjadwal, karena tidak
ada waktu untuk mengecek dan memperbaiki masalah sebelum terjadinya
kegagalan. Oleh karena itu, pemeliharaan preventif dan perbaikan terjadwal
lebih disarankan daripada breakdown maintenance, terutama jika mesin atau
sistem tersebut penting bagi kegiatan produksi.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
37
shiploader yaitu roda bogie. Hampir keseluruhan beban semuanya bertumpu pada
komponen roda bogie apabila saat shiploader beroperasi, maka beban yang harus
ditahan akan bertambah berat dari sebelum shiploader beroperasi.
Dari sekian banyaknya komponen sub-struktur, komponen roda bogie
merupakan komponen yang paling banyak mengalami kerusakan yang sering
diakibatkan oleh beratnya beban yang ditanggung oleh roda bogie sehingga
membuat komponen-komponen lain mengalami keterhambatan akibat beban yang
ditanggung. Kerusakan-kerusakan yang biasa terjadi yaitu:
Kerusakan pada Bushing
Kerusakan pada Shaft
Semua kerusakan yang terjadi pada komponen roda bogie di atas, semuanya
berhubungan langsung dengan beban shiploader yang harus ditahan oleh
komponen roda bogie tersebut. Namun kerusakan yang akan dibahas pada laporan
ini hanya kerusakan bushing dan safety pin yang ada pada komponen roda bogie
pada shiploader enim di PT Bukit Asam Tbk Unit Dermaga Kertapati.
38
4.3. Kerusakan dan Perbaikan pada Komponen Roda Bogie
4.3.1. Kerusakan Bushing
Kerusakan yang terjadi pada bushing yang ada pada komponen roda
bogie merupakan kerusakan yang sering terjadi. Hingga saat ini tidak sedikit
bushing yang mengalami keausan disebabkan oleh gesekkan yang terjadi
antara bushing dengan shaft, dikarenakan material dari shaft (ST 52) itu
sendiri lebih keras atau lebih kuat dibanding dengan material bushing
(bronze).
Faktor ini disebabkan oleh beban berlebih yang diterima yaitu lebih dari
15 ton. Maka dari itu, terjadilah gesekkan yang membuat material bushing
mengalami keausan. Serta terhambatnya proses pelumasan akibat lubang /
selang tempat jalannya grease tersumbat. Sehingga menyebabkan diameter
bushing menjadi lebih besar dan membuat kinerja yang dihasilkan oleh
bushing tidak maksimal.
39
A. Faktor Kerusakan pada Bushing
1. Faktor Beban Terlalu Berat (Overload)
Faktor beban inilah yang tidak jarang dapat mengakibatkan
kerusakan pada komponen penggerak yaitu pada bushing. Beban
maximum yang mampu ditampung oleh shiploader yaitu seberat 15 ton.
Pada kondisi ini dimana bushing menerima beban berlebih dari yang
seharusnya, yaitu lebih dari 15 ton akibatnya bushing mengalami keausan
sehingga terkikisnya material bushing.
2. Faktor Usia
Faktor usia juga menjadi salah satu penyebab kerusakan yang
sering terjadi pada bushing yang dimana seharusnya diganti akan tetapi
belum diganti dengan berbagai alasan.
3. Faktor Beban Puntir (Putaran Memaksa)
Putaran memaksa yang dimaksud ialah putaran yang seharusnya
berputar menjadi tidak dapat berputar dikarenakan adanya gesekan, aus
pada komponen, hingga putaran yang tidak stabil yang mengakibatkan
kerusakan merambat ke bushing.
4. Faktor Kurangnya Pelumasan
Kerusakan pada bushing juga dapat disebabkan oleh kurangnya
pelumasan atau pemberian grease pada bushing tersebut. Hal ini
dikarenakan pada proses pelumasan tidak berjalan dengan sebagaimana
mestinya. Faktor ini disebabkan karena sering terjadinya penyumbatan
pada lubang keluarnya grease sehingga proses pelumasan terhambat dan
menyebabkan bushing dan shaft lebih cepat mengalami keausan karena
bergesekan satu sama lain.
B. Perawatan dan Perbaikan Bushing
Perawatan yang dilakukan terhadap bushing itu sendiri yaitu dengan
memperhatikan pemberian pelumas secara rutin, apakah dalam pemberian
pelumas tersebut sudah baik atau belum. Selain itu, memperhatikan ketahanan
beban maksimum dari komponen-komponen yang ada di roda bogie sehingga
40
meminimalisir terjadinya kerusakan. Sehingga dapat menghemat material
serta waktu yang dilakukan untuk perbaikan terhadap kerusakan bushing.
Namun, apabila kerusakan yang terjadi pada bushing sudah tidak dapat
diperbaiki, membutuhkan waktu yang lama untuk perbaikan, dan pembiayaan
yang cukup mahal, maka perbaikan tidak disarankan sebagai gantinya
diperlukan bushing yang baru. Pembuatan bushing itu sendiri dapat dilakukan
sendiri menggunakan mesin bubut yang ada di perusahaan sesuai dengan
ukuran dan standar yang telah ditentukan.
41
Gambar 4.3 Proses Pembuatan Bushing
42
analisis serta kami tanyakan kepada mekanik yang ada di perusahaan ada dua
tahap sebelum terjadinya patah pada shaft yaitu:
1. Tahap pertama
Tahap pertama disini yang dimaksud ialah patahan yang tidak langsung
atau terjadinya retakan terlebih dahulu pada shaft sebelum shaft patah dengan
beberapa factor yang menyebabkannya.
2. Tahap kedua
Tahap kedua yang dimaksud disini ialah puncak terjadinya keruskan pada
shaft dikarenakan pada tahap pertama shaft sudah tidak mampu lagu
mengangkat beban secara optimal serta memutarkan gear sprocket dengan
sempurna lalu mengalami kegagalan pada shaft. Sehingga berdampak ke
bushing yang mengalami keausan.
Dari penjelasan diatas didapatkan beberapa alasan atau faktor penyebab
shaft tersebut patah. Adapun disini beberapa faktor penyebab kerusakan pada
shaft menurut analisa dan diskusi kami kepda mekanik perawatan di lapangan
sebagai berikut:
1. Faktor Beban Terlalu Berat (Overload)
Faktor beban inilah yang tidak jarang dapat mengakibatkan kerusakan
pada komponen penggerak yaitu pada shaft dimana shaft menerima beban
berlebih dari yang seharusnya, akibatnya shaft mengalami keretakan sehingga
berujung patah.
2. Faktor Usia
Faktor usia juga menjadi salah satu penyebab kerusakan yang sering
terjadi pada shaft yang dimana seharusnya diganti akan tetapi belum diganti
dengan berbagai alasan.
43
4. Faktor Kurangnya Pelumasan
Kerusakan pada shaft juga dapat disebabkan oleh kurangnya pelumasan
atau pemberian grease pada shaft tersebut. Hal ini dapat menimbulkan
gesekan dengan bushing atau komponen lain sehingga dapat mengurangi daya
tahan atau kekuatan shaft tersebut.
Lubang Grease
A. Perbaikan Shaft
Kerusakan shaft terjadi karena keausannya pada permukaan akibat
gesekan yang terjadi antara bushing. Dalam mencegah retaknya hingga
kerusakan yang terjadi pada shaft maka dilakukan perawatan rutin yaitu
dengan cara memberikan pelumasan atau grease secara rutin sesuai dengan
ketentuan yang ada. Untuk perbaikan shaft jarang dilakukan karena dalam
mempertahankan kekuatan shaft yang sudah rusak tersebut sedikit sulit, guna
menghindari kerusakan yang lebih parah maka dari itu solusinya yaitu dengan
mengganti komponen shaft yang baru.
4.4 Langkah-Langkah Pelepasan Bushing dan shaft
1. Lepas semua baut yang ada pada bagian frame wheel bogie.
44
2. Bersihkan semua area wheel bogie menggunakan blower.
3. Lepas satu persatu komponen dengan hati-hati menggunakan hydraulic
jack.
4. Las bagian pinggir luar bushing untuk mempermudah pengeluaran
bushing.
5. Setelah bushing dikeluarkan, bersihkan seluruh area wheel bogie tersebut
menggunakan sikat kawat dan oli sampai tidak ada lagi kotoran-kotoran
yang menempel.
6. Pasang kembali bushing baru menggunakan metode press dan dilas
kembali untuk menempelkan kembali bushing dengan wheel bogie.
7. Setelah bushing terpasang dengan benar, pasangkan kembali wheel bogie
ke dalam frame wheel bogie dengan hati-hati. Kemudian lakukan
pengecekan ulang untuk memastikan komponen-komponen terpasang
dengan benar.
8. Selalu menggunakan alat yang sesuai dengan standar yang telah
ditentukan guna menjaga semua komponen tetap aman dan
meminimalisir terjadinya kecelakaan kerja.
45
Gambar 4.5 Pemasangan Bushing Baru
2. Setiap 6 bulan
3. Tahunan
46
baut tersebut perlu diganti dengan yang baru.
d. Melakukan inspeksi visual: Melakukan inspeksi visual pada
bushing dan shaft untuk mencari tahu apakah ada keausan, retakan,
atau kerusakan lain yang perlu diperbaiki.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Bushing dan Shaft yang ada pada komponen roda bogie di shiploader sering
mengalami kerusakan yang diakibatkan oleh permukaan bogie yang
47
bersinggungan langsung dengan Track Plate yang mengakibatkan bogie aus
karena menerima beban yang berlebih serta kurangnya pelumasan.
Pada bagian bushing dan shaft sering terjadi kerusakan berupa retak,
keausan, hingga patah dikarenakan diantara bushing dan shaft terus saling
bersinggungan satu sama lain. Sehingga menimbulkan terkikisnya komponen-
komponen bushing dan shaft tersebut yang menyebabkan berkurangnya diameter
dan membuatnya menjadi tidak centre atau mengalami misalignment.
Untuk mengurangi kerusakan di masa yang akan datang, maka dilakukanlah
perawatan secara berkala dan rutin untuk mencegah kerusakan yang terjadi
sehingga umur pemakaiannya pun panjang dan menjaga komponen lainnya tetap
awet dan dalam kondisi baik serta mengurangi pengeluaran perusahaan dalam
memperbaiki kerusakan tersebut.
5.2 Saran
Dari proses kerja praktik yang telah dilaksanakan pada laporan ini maka
penulis memberikan beberapa saran, antara lain:
1. Perawatan pada unit seharusnya dilakukan secara berkala atau sesuai dengan
hours meter sehingga dapat meminimalisir serta mencegah terjadinya
kerusakan pada komponen-komponen lainnya.
2. Dalam melakukan perawatan rutin, lakukanlah sesuai SOP yang telah
ditentukan oleh perusahaan dan wajib menggunakan alat pelindung diri (APD)
secara lengkap guna keselamatan kerja sehingga
meminimalisir terjadinya kecelakaan yang tidak diinginkan.
3. Diharapkan selanjutnya agar lebih memperbanyak studi literatur terbaru guna
memperkuat teori yang telah digunakan.
4. Diharapkan selanjutnya akan ada penelitian lebih lanjut mengenai hal ini agar
dapat mengembangkan karya ini menjadi lebih baik.
48
DAFTAR PUSTAKA
Baja, M. 2022. Fungsi & Penjelasan Jenis - Jenis Fasteners (Part 1).
Fasteners Article. https://multibaja.com/index.php?
route=pavblog/blog&id=35. Diunduh pada 5/11/2022.
Barun, A., & Hilman. 2008. Perancangan Bushing Metal Bronze Pengganti
Bearing pada Mesin Pabrik Gula. Jurnal Ilmiah Teknik Mesin. hal 36–
37. Universitas Muhammadiyah Jakarta.
Linafri. 2021. Diagram Alir PT Bukit Asam Tbk Unit Dermaga Kertapati. PPT
Presentasi PTBA Dermaga Kertapati.
Monalisa, R. et al. 2022. Analisis Kekuatan Struktur Bogie Frame Kereta Ukur pada
Kondisi Exceptional Loads. Jurnal Material Dan Proses Manufaktur, Vol.6 No.2.
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
49
PTBA. 2021. Struktur Organisasi. PT Bukit Asam Tbk. https://www.ptba.co.id/
tentang/organisasi. Diunduh pada 5/11/2022.
Sundari, S., & Karwana, I. 2018. Modifikasi Unit Cv 507 Dengan Menambahkan
Bypass Chute Dan Penyaring (Screen Sizer) Sebagai Pemisah Ukuran Batubara.
Jurnal Ilmiah Teknik Industri, Vol.2 No.2 hal 48. Universitas Tulang Bawang.
Tough, B. F. 2020. Wawasan Penting: Pengertian dan Cara Kerja Sistem Pelumasan.
Born Ford Tough. https://bornfordtough.com/cara-kerja-sistem-pelumasan/.
Diunduh pada 5/11/2022.
Widodo, K. R. 2022. Analisis Keausan Shaft Pada Front Idler Excavator (Backhoe)
Hitachi Tipe Ex-100. Jurnal Konversi Energi Dan Manufaktur UNJ, Vol.7 No.1.
Universitas Negeri Jakarta.
50
Lampiran
51
Dokumentasi Kerja Praktik
52